Pengertian Topeng
Topeng berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan tokoh-tokoh yang dikehendaki. Topeng
yang dikenakan oleh pemain dapat mengekspresikan karakter-karakter tertentu seperti kasar,
lembut, gagah, halus, jahat, baik dan lain sebagainya. Warna topeng juga untuk menggambarkan
tokoh-tokoh warna merah menunjukkan tokoh berwatak angkara, jahat, berani. Merah jambu
menggambarkan tokoh yang keras hati. Warna biru tua menggambarkan tokoh dengan kekuatan
magis, warna putih menunjukkan kesucian dan hitam menggambarkan tokoh yang bijak dan
teguh.
B.Pembuatan Dan Bahan Yang Dipakai Untuk Pembuatan Topeng
1. Membuat Topeng Kayu
Salah satu jenis kayu yang paling umum dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan topeng kayu
yaitu kayu sengon dan kayu pule, karena jenis kedua kayu ini relatif lebih mudah untuk didapat
serta mudah juga dalam proses mengukir. Alasan pemilihan kayu sebagai bahan topeng adalah
sebagai berikut.
Pahat digunakan untuk membentuk sebuah kayu menjadi sebuah bentuk yang diinginkan.
Lem kayu digunakan untuk perekat, apabila pada proses pemahatan ada kayu yang patah
atau harus disambung.
Potong kayu sesuai ukuran yang diinginkan menggunakan gergaji potong. Buang bagianbagian yang tidak digunakan menggunakan kapak.
Ukir pola dasar untuk membentuk mata, hidung, mulut dan motif tambahan lainnya
menggunakan alat pahat, hingga berbentuk sesuatu yang anda inginkan
Setelah diukir, maka haluskan kayu yang telah diukir tadi dengan amplas. Haluskan
permukaan topeng sampai benar-benar halus, sehingga ketika pewarnaan akan dapat
sempurna. Setelah permukaan topeng halus, seluruh permukaan diolesi wood filler untuk
menutupi pori-pori kayu, kemudian diamplas kembali.
Setelah cat kering, mulailah wajah topeng itu didandani dengan menggunakan cat warna.
Tentu saja disesuaikan dengan jenis topengnya.
Kuas digunakan untuk mengoleskan cat ke permukaan topeng pada saat pewarnaan.
Lumuri seluruh permukaan cetakan topeng yang terbuat dari tanah liat dengan lem kanji
(bagian luarnya saja, bagian dalamnya tidak perlu).
Potonglah kertas koran menjadi bagian kecil-kecil dan tenempelkan pada permukaan
tanah liat yang sudah dilumuri lem satu per satu hingga semua permukaan cetakan
tertutupi dengan potongan kertas.
Lumuri kembali di atas lapisan kertas tadi dengan lem kanji, tempelkan kembali
potongan kertas hingga menutupi seluruh bagian cetakan. Lakukan kegiatan ini berulang
kali sampai ketebalan topeng mencapai ketebalan yang kita inginkan(kira-kira ketebalan
topeng sekitar setengah sentimeter). Ketika menempelkan potongan kertas perlu
memerhatikan kerapian agar hasilnya sesuai dengan desain.
Setelah proses penempelan kertas sudah selesai, tunggu beberapa jam agar topeng kering.
Bisa juga agar lebih cepat kering topeng dijemur di terik matahari.
Jika topeng sudah kering, langkah selanjutnya adalah melepas topeng dari cetakannya.
Setelah topeng terlepas dari cetakannya rapikan bagian-bagian topeng seperti pada bagian
lobang mata, hidung, dan mulut. Alat yang digunakan untuk merapikan bagian topeng
dapat menggunakan gunting yang tajam.
Setelah topeng dirapikan tahap selanjutnya adalah pewarnaan topeng. Pewarnaan dapat
dilakukan dengan cara mengoleskan cat menggunakan kuas. Lakukan pengecatan sampai
merata dan berikan warna sesuai dengan karakter topeng yang kita inginkan. Apabila kita
mengoleskan warna yang berbeda sebaiknya tunggu agar cat kering terlebih dahulu agar
warna tidak tercampur.
Buatlah lobang dibagian kiri dan kanan topeng untuk memasukkan karet sebagai pengikat
ketika topeng digunakan
Kuas digunakan untuk mengoleskan cat ke permukaan topeng pada saat pewarnaan.
Air digunakan untuk melunakkan tanah liat agar mudah dibentuk, merendam kertas, dan
memasak tepung kanji.
Kumpulkan koran atau kertas bekas, masukan ke ember di rendam dengan air. Usahkan
rendam kertas dalam waktu lama, hal ini supaya kertas dapat lembek sehingga mudah
dibentuk.
Siapkan tepung kanji dan air, sesuaikan dengan kebutuhan. Kemudian panaskan di atas
api kompor sampai mengental.
Sambil memasak adoan kertas, tiriskan kertas (agar air tidak terlalu banyak), lalu
dicampur semua bahan (kertas dan adonan) secara merata dan diaduk supaya tekstur
terlihat lembut.
Lapisi cetakan topeng menggunakan tisu atau bahan lainnya agar tidak lengket saat
mengangkat topeng hasil cetakan.
Selanjutnya tempelkan adonan kertas pada cetakan yang telah disiapkan. Lakukan
penempelan adonan ini sampai ketebalan yang kita inginkan. Ketika menempelkan
adonan tersebut perhatikan kerapian agar topeng yang dihasilkan juga rapi.
Apabila penempelan adonan kertas selesai, jemurlah topeng beserta cetakanya di terik
matahari agar topeng cepat kering.
Setelah topeng benar-benar kering, tahap selanjutnya adalah pewarnaan atau pengecatan.
pengecataan. Karena kertas bersifat menyerap air, sebaiknya sebelum dicat permukaan
topeng bisa dipoles dengan lem supaya nantinya hasilnya akan lebih mengkilap dan cat
yang kita gunakan juga tidak terlalu banyak. Biarkan lem kering terlebih dahulu, baru
lakukan pengecatan sampai rata ke seluruh bagian topeng.
Plamir digunakan untuk menutup hasil cetakan apabila terdapat lobang atau rongga.
Gypsum merupakan bahan utama pembuatan topeng, gypsum dapat diperoleh di tokotoko bangunan.
Cara Pembuatan
Masukan Gypsum kedalam ember atau wadah, aduk perlahan dan masukan air sedikit
demi sedikit. Aduk Gypsum sampai adonan tercampur merata.
Setelah kering, buka cetakan secara perlahan agar topeng tidak pecah.
Penduduk desa yang tersebar di sekitar Cirebon hanyalah pewaris dan bukan penciptanya.
Penduduk desa ini adalah juga penerus dari para penari Keraton Cirebon yang dahulu
memeliharanya. Penari-penari dan penabuh gamelan Keraton pada jaman penjajahan Belanda
mata pencaharian semakin sulit sehingga harus mencari sumber hidupnya di rakyat pedesaan.
Topeng Cirebon yang semula berpusat di Keraton-keraton, kini tersebar di lingkungan rakyat
petani pedesaan. Dan seperti umumnya kesenian rakyat, maka Topeng Cirebon juga dengan
cepat mengalami transformasi-transformasi. Proses transformasi itu berakhir dengan keadaannya
yang sekarang, yakni berkembangnya berbagai gaya Topeng Cirebon, seperti Losari, Selangit,
Kreo, Palimanan serta berkembang di pelosok-pelosok Kecamatan antara lain : Klangenan,
Plumbon serta Arjawinangun, sedangkan di Kota Cirebon sendiri sudah tergeserkan oleh
kesenian yang lebih modern. Namun demikian masih terlihat adanya kultur Kraton yang
mengajarkan adab kebangsawanan dalam pementasannya yang berbaur dengan kultur rakyat
yang sederhana dilihat dari pakaian yang dikenakan para penarinya.
Dalam pengangkatan ceritera dalam pementasan adalah ceritera Panji dalam lima siklus karakter
kehidupan, antara lain :
1. Panjitahap kelahiran,
Dalam pagelaran Wayang Wong yang di ciptakan oleh Hamengku Bhuwono I ( 1755-1792 )
dalam pengekspresian karakter gerak tari tokoh-tokoh wayang untuk peran kera dan raksasa
dalam pentas Ramayana maupun Mahabharata pemainnya dilengkapi dengan pemakaian topeng,
sedangkan untuk tokoh satria dan wanita tidak mengenakan topeng.
Dalam pementasan Wayang Orang Gedog punakawan Pentul dan Tembem mengenakan topeng
separuh muka sehingga dapat berdialog secara leluasa tanpa mengangkat topeng. Lain halnya
dengan pementasan ceritera Panji para pemainnya mengenakan topeng dengan cara agak
direnggangkan sedikit sehingga pemain dapat mengucapkan antawacananya. Pada topeng gaya
Yogyakarta kumis dibuat dengan cara menyungging warna hitam.
Topeng Surakarta :
Topeng gaya Surakarta hampir sama dengan gaya Yogyakarta hanya terdapat perbedaan pada
kumisnya yang terbuat dari bulu. Tokoh punakawan Bancak dan Doyok juga mengenakan topeng
separuh muka seperti gaya Yogyakarta.
Topeng Bali
Di Bali topeng juga adalah suatu bentuk dramatari yang semua pelakunya mengenakan topeng
dengan cerita yang bersumber pada cerita sejarah yang lebih dikenal dengan Babad.
Dalam membawakan peran-peran yang dimainkan, para penari memakai topeng bungkulan
(yang menutup seluruh muka penari), topeng sibakan (yang menutup hanya sebagian muka dari
dahi hingga rahang atas termasuk yang hanya menutup bagian dahi dan hidung). Semua tokoh
yang mengenakan topeng bungkulan tidak perlu berdialog langsung, sedangkan semua tokoh
yang memakai topeng sibakan memakai dialog berbahasa kawi dan Bali.
Tokoh-tokoh utama yang terdapat dalam dramatari Topeng terdiri dari Pangelembar (topeng
Keras dan topeng tua), Panasar (Kelihan - yang lebih tua, dan Cenikan yang lebih kecil), Ratu
(Dalem dan Patih) dan Bondres (rakyat). Jenis-jenis dramatari topeng yang ada di Bali adalah :
1. Topeng Pajeganyang ditarikan oleh seorang aktor dengan memborong semua tugas-tugas yang
terdapat didalam lakon yang dibawakan.
2. Topeng Sidakarya Di dalam topeng Pajegan ada topeng yang mutlak harus ada, yakni topeng
Sidakarya. Oleh karena demikian eratnya hubungan topeng Pajegan dengan upacara keagamaan,
maka topeng ini pun disebut Topeng Wali. Dramatari Topeng hingga kini masih ada hampir
diseluruh Bali
3. Topeng Pancayang dimainkan oleh empat atau lima orang penari yang memainkan peranan
yang berbeda-beda sesuai tuntutan lakon,
4. Topeng Prembon yang menampilkan tokoh-tokoh campuran yang diambil dari Dramatari
Topeng Panca dan beberapa dari dramatari Arja dan Topeng Bondres, seni pertunjukan topeng
yang masih relatif muda yang lebih mengutamakan penampilan tokoh-tokoh lucu untuk
menyajikan humor-humor yang segar.
SBK
TOPENG