Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aldy Sethiono

NIM : 406147026
LAPORAN ORIENTASI RS. GADING PLUIT
HARI KE-1 (30 September 2014)
Pada pukul 8.00 kami memulai orientasi dengan mengobservasi ruang ICU.. disini kami bertemu
dengan bruder Hendrik.. kami dijelaskan secara sekilas mengenai sistem perawatan di ICU,
pembagian ruangan ICU.. ruang perawatan intensif terbagi atas beberapa bagian, ICU untuk
perawatan dan pemantauan pasien secara intensif, HCU (High Care Unit) untuk perawatan pasien
dari ICU yang sudah mengalami perbaikan namun masih perlu pemantauan ekstra, NICU
(Neonatal-ICU) untuk perawatan bayi secara intensif, dan PICU (Pediatric-ICU) untuk perawatan
intensif untuk anak-anak.. kami pun mengamati peralatan-peralatan yang terdapat di ruangan,
antara lain ventilator, lubang pemasangan selang oksigen, air, alat suction..
Di dalam ruang ICU, terdapat 2 orang pasien yang sedang dirawat. Ada seorang wanita berusia
sekitar 20-an tahun, yang dirawat dengan diagnosis DHF grade III (dengan komplikasi efusi
pleura). Pasien tampak lesu, dan sulit makan, makanya pasien tersebut di infus. Lalu ada pasien
kedua, yang sudah lansia, dirawat dengan berbagai komplikasi penyakit (HNP, fraktur column
femoris, GI bleeding, pneumonia, ulkus dekubitus, dll). Keadaan nenek itu cukup
memprihatinkan. Karena kondisinya yang sudah tua, fisik yang melemah, pasien kesulitan
melakukan aktivitas fisik. Untuk bernafas, maka dari itu pihak medis memutuskan memberi
bantuan pernapasan, dengan melakukan trakeostomi lalu dihubungkan dengan selang oksigen dan
ventilator. Untuk BAK, pasien pun dipasangkan kateter urin. Untuk makan, harus melalui selang
NGT. Pasien juga sering merasa mual dan muntah, sehingga seluruh peralatan harus diganti.
Untuk mencegah immobilisasi, pasien juga digerak-gerakkan dan dipijat. Terdapat kendala seperti
pasien mengalami kesakitan saat digerak-gerakkan.
Setelah itu, kami bertemu dokter Angga, alumnus FK UNTAR juga. Dia menjelaskan secara
sekilas cara pengisian catatan keperawatan ruang intensif, cara perawat memantau (masuk/keluar
cairan, masuk obat, tindakan yang ditambah, Lalu setelah itu, kami diberi kesempatan melihat
ruang HCU. Jadi perbedaan ruang HCU dan ICU, kalau ICU dipantau secara intensif oleh 1 orang
suster dan satu orang perawat untuk satu pasien, sedangkan HCU sedikit lebih longgar karena
sudah ada perbaikan, sehingga dipantau oleh satu suster dan perawat untuk 3 orang pasien. Kami
juga diizinkan melihat-lihat troli obat.
Pada pukul 10, kami pindah ruangan ke bagian operasi. Kami berganti pakaian dengan pakaian
khusus OK, dengan menggunakan masker kepala dan hidung. Setelah kami masuk ke ruangan,
kami melihat jadwal operasi. Sayangnya, kami kurang beruntung karena tidak ada operasi saat itu.
Maka kami berbincang-bincang dengan suster setempat, ada yang meladeni kami, ada yang
mungkin sedang sibuk membuat laporan. Kami dijelaskan mengenai peralatan dan ruanganruangannya. Ada 4 ruang OK. Yang pertama untuk yang bersih-kotor, untuk operasi seperti SC,
hemoroid; yang kedua untuk bersih-kotor, untuk operasi seperti laparoskopi, endoskopi; yang

ketiga, untuk yang steril, seperti bedah tulang belakang, laparoskopi, kraniotomi; dan ruangan
keempat, untuk yang kotor, seperti operasi untuk abses atau debridement. Lalu ada ruangan
SS(sentral steril), yaitu tempat mengepak alat-alat secara steril. Setelah pasien diioperasi, biasa
pasien diantar ke bagian recovery untuk dipantau stabilitas kondisinya pasca-operasi. Lalu karena
beberapa menit terakhir, kami mencoba mencuci tangan dengan wastafel ruang operasi.
Pada pukul 1.00 siang, setelah istirahat, kami pergi ke ruangan radiologi. Ada 3 buah ruangan
pemeriksaan, ruang MRI, ruang CT-Scan, ruang Foto Rontgen. Di ruangan MRI, kami dijelaskan
beberapa hal oleh radiographer yang bertugas saat itu. Ruang pengambilan gambar dan ruang
operator terpisah oleh dinding tebal dan kaca, untuk mencegah paparan elektromagnetik. Di dalam
ruang pengambilan gambar, terdapat alat MRI untuk menangkap paparan radiasi, ada alat injeksi
kontras. Seluruh alat yang berada di dalam ruang perekaman terbuat oleh bahan yang tidak dapat
ditarik oleh tenaga elektromagnetik. Dan ada juga regulasi tetap sebelum pengambilan gambar,
antara lain pasien harus melepaskan semua benda logam pada tubuh, kontraindikasi pada pasien
yang menggunakan pacujantung elektrik yang ditanam, logam/pin, dan benda logam lainnya. MRI
adalah salah satu pemeriksaan radiologi yang paling rendah radiasi, selain itu, MRI sering
digunakan untuk menilai jaringan lunak. Namun kekurangannya adalah saat pasien diperiksa harus
dalam keadaan diam, biasanya sekitar 30-60 menit (tergantung pemeriksaannya)
Lalu kami ke ruang CT, disana kami bertemu radiographer yang menjelaskan cara kerjanya.
Kebetulan ada pasien sinusitis yang sedang diperiksa. Biasanya pengambilan gambar dapat
dilakukan dengan atau tanpa kontras. Peralatannya kurang lebih mirip bentuknya dengan MRI.
Lalu kami ke ruang Rontgen. Disana, kami melihat ada pasien yang sedang difoto Toraks dengan
posisi PA dan Lateral. Rontgen adalah pemeriksaan yang paling umum, paling mudah, paling
murah. Intinya, pasien disinari lalu radiasinya ditangkap oleh film yang diletakkan disisi lain
pasien. Selain itu, ada alat-alat penunjang lainnya, seperti cephalograf, panoramic xray, dental
xray, dan mammograf.
Pada jam 3 sore, kami berpindah ke ruang IGD. Di sini, pasien cukup sepi, sehingga tidak banyak
yang kami lihat. Kami melihat system triase yang diterapkan di ruang IGD. Ada 3 warna di setiap
bagian, ada warna merah yang berarti kasus emergency yang membahayakan nyawa, lalu warna
kuning untuk pasien yang butuh tindakan bedah (biasanya bedah minor), dan warna hijau untuk
pasien yang tidak gawat darurat, namun perlu penanganan lebih jauh (observasi, anamnesa, PF,
tatalaksana awal). Kami juga melihat-lihat alat defibrillator, suction, ventilator. Kami juga
diizinkan melihat stok obat, perlengkapan, dan cairan infuse yang disediakan di ruang IGD.

Anda mungkin juga menyukai