Anda di halaman 1dari 2

Orientasi Lapangan RSJ Menur Surabaya

Setelah mendapatkan materi mengenai profil Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya, kami
mendapatkan kesempatan untuk berkeliling rumah sakit dalam sesi "Orientasi Lapangan"
bersama dr. Hazna. Pertama kami menuju lantai 2 untuk melihat ruang dokter muda saat jaga
IGD. Kami juga diberi penjelasan bahwa saat kami dokter muda ada beberapa ruangan yang
dapat kami pakai. Apabila kami juga ingin izin keluar, kami harus izin terlebih dahulu pada dr.
Hazna maupun staff kordik lainnya. Setelah itu kami menuruni tangga dan melihat kondisi IGD
di lantai 1 secara cepat. Kami langsung keluar menuju poliklinik RSJ Menur. Kami tidak dapat
masuk karena takut mengganggu pasien yang datang berobat. Kami juga melihat ruang tunggu
khusus untuk pasien dari Liponsos. Ruang tunggu pasien biasa dan pasien Liponsos dibedakan
karena aroma tubuh pasien dari Liponsos sangat kuat dan sering mengganggu pasien lainnya.
Beliau menjelaskan bahwa ruangan rehabilitasi narkoba terletak di belakang dan tertutup karena
kerahasiaan pasien tersebut dijaga oleh pihak rumah sakit, dan juga untuk memberikan
kenyamanan bagi para pasien yang sedang melakukan rehabilitasi.
Selanjutnya kami menuju ruang rehabilitasi. Saat itu kami bertemu dengan beberapa
pasien yang sedang menjalani rehabilitasi atau sering disebut terapi musik. Mereka sedang
bernyanyi dan melihat televisi. Kami diizinkan masuk dan menyapa pasien yang ada. Saat itu
dokter Hazna menjelaskan pakaian dari setiap pasien berbeda warna dan tulisan sesuai dengan
kamar rawat inap mereka agar perawat mengetahui ruang rawat pasien. Ini juga dilakukan untuk
mencegah pasien kabur dan apabila pasien kabur, perawat dan penjaga lain mengetahui bahwa
mereka adalah pasien. Pada pakaian mereka terdapat warna pula untuk memberi tanda khusus.
Warna merah untuk memberitahu bahwa pasien memiliki alergi. Warna putih digunakan untuk
pasien yang berpotensi bunuh diri, diperlukan kewaspadaan dalam berkata terhadap pasien yang
mengenakan warna putih karena dapat mencetus rasa ingin bunuh diri mereka. Sedangkan warna
kuning menjadi tanda untuk pasien rawan jatuh.
Setelah itu kami lanjut berjalan dan melewati ruang perawatan untuk geriatri. Kami
sempat menyapa beberapa pasien geriatri yang sedang bersantai. Tidak lama kemudian kami
melewati ruang intensif. Ruangan ini dikelilingi dengan pagar. Selain ruangan ini, beberapa
ruangan juga menggunakan pagar. Pagar ini dipasang untuk mencegah pasien melarikan diri.
Pasien gangguan jiwa cenderung melarikan diri dan selalu mempunyai cara untuk melarikan diri.
Kami pun mengakhiri perjalanan berkeliling rumah sakit pada ruangan Prof. Soejoenoes.
Dimana ruangan ini sering digunakan oleh para dokter muda untuk mengikuti perkuliahan,
melakukan morning report, maupun seminar. Di dalam ruangan ini kami bertemu dengan
beberapa kakak Dokter Muda dari Universitas Widya Mandala Surabaya dan Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya. Kami diperkenalkan pula dengan staff yang ada. Setelah itu kami beristirahat
di ruang kelas Dokter Muda dan menunggu hadirnya dr. Hendro. Disitu kami juga bertanya
kepada dr. Hazna kondisi apa saja yang bisa membuat ODGJ meninggal dan biaya bagi pasien
BPJS apa saja yang tidak dapat ditanggung BPJS. Beliau menjawab bahwa kondisi fisik akibat
ODGJ sering membuat kondisi pasien memburuk hingga meninggal, namun tidak banyak yang
meninggal saat dirawat di RSJ selama ini. Jawaban pertanyaan kedua adalah BPJS menanggung
semua penyakit jiwa dan keluarga pun bebas biaya walaupun pasien rawat inap dalam jangka
waktu yang lama. Tak lama kemudian dr. Hendro pun tiba. Kami pun melanjutkan kegiatan hari
itu dengan sesi "Orientasi Khusus Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa" yaitu melakukan
beberapa wawancara mengenai masa lalu, kelainan yang dialami, dan masalah-masalah lainnya
antara mahasiswa dengan pasien yang dirawat di RSJ tersebut

Anda mungkin juga menyukai