Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN HASIL TOUR/ HOSPITAL VISIT

KE RSJ Dr. RADJIMAN WEDYODININGRAT

Dosen Pengampu :

Husnul Khotimah S.Psi, M. Psi, Psikolog

Kelompok 5

Nama :

Jusri Ebinheriser Saduk (21090000152)

Damianus Brian Bagas Caesariady (21090000160)

Sabna Hendri Junior (21090000175)

Muhammad Elmi Utama (21090000191)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

2023
LATAR BELAKANG

Gangguan jiwa adalah ketidaksesuaian proses pikir, alam perasaan dan


perilaku seseorang yang mengalaminya. Gangguan jiwa yang paling banyak dialami
oleh individu meliputi gangguan depresi, gangguan kecemasan, serta gangguan
psikotik seperti skizofrenia. Salah satu gejala yang umum yang terjadi pada
penderita gangguan jiwa adalah gangguan pada kemampuan interaksi sosial atau
penarikan diri dari lingkungan sosial. Orang gangguan jiwa akan mengalami
masalah penyesuaian diri dalam kehidupannya, masalah pembangunan relasi
sosial, serta permasalahan dalam melakukan interaksi sosial sehingga dapat
mengakibatkan gangguan interaksi sosial (Simanjuntak, 2013).

Banyaknya stigma negatif dari masyarakat, kurangnya dukungan keluarga,


halusinasi serta waham yang dirasakan oleh penderita gangguan jiwa dapat
mempengaruhi kemampuan interaksi sosial pada penderita gangguan jiwa sehingga
dapat menyebabkan masalah gangguan interaksi sosial (Mida et al., 2017).
Perubahan kemampuan interaksi sosial pada orang dengan gangguan jiwa dapat
menjadi salah satu aspek yang dikaji dalam pengkajian orang dengan gangguan jiwa
untuk merumuskan masalah kesehatan pada orang dengan gangguan jiwa, seperti
penurunan kemampuan interaksi sosial pada orang dengan gangguan jiwa dapat
menyebabkan penarikan diri, penurunan minat untuk berinteraksi dengan orang lain,
serta ingin menyendiri dapat menjadi indikasi terjadinya masalah keperawatan
isolasi sosial.

Menurut Kemenkes RI (2019) dalam Infodatin Kesehatan Jiwa 2019


menyebutkan bahwa jumlah masyarakat dunia yang mengalami gangguan jiwa
diperkirakan sekitar 450 juta jiwa. Menurut WHO (2019) perubahan demografis yang
terjadi saat ini membuat peningkatan sebesar pada jumlah penderita gangguan jiwa
yaitu sebanyak 13% dibandingkan dengan data tahun 2017. Jumlah penderita
gangguan jiwa berat di Indonesia menurut Badan Litbang Kesehatan (2018) dalam
Riskesdas tahun 2018 menunjukan nilai tertimbang 282.654 orang.
Maka dari itu kami memutuskan untuk mengunjungi pasien di Rumah Sakit
Jiwa Dr Radjiman Wedyodiningrat yang berada di Lawang, Kota Malang. Tujuan
kami ke Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wedyodiningrat ini adalah untuk meneliti
subjek mengenai dampak skizofernia dan cara mengatasi penyakit tersebut.

Hasil dan Data

Hasil pada daripada Observasi pada kunjungan ke Rumah Sakit Jiwa Dr.
Radjiman Wedyodiningrat yang ada di Lawang Kota malang, kami mendapat
beberapa informasi terkait tujuan serta visi misi rumah sakit yakni tujuan rumah sakit
adalah memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat yang mengalami
gangguan jiwa atau mental, di dalam rumah sakit di sediakan jasa mulai dari para
psikolog maupun psikiater berpengalaman yang membuat rumah sakit tersebut
terjamin kualitas nya dalam memberikan pelayanan pengobatan pada pasien.

Dalam rumah sakit tersebut ada beberapa urutan dalam menangani pasien
yakni di awali oleh pasien di jemput langsung di rujuk pada IGD atau IPCU, dari
Ruang Camar, ataupun dari poli kesehatan, setelah itu di rujuk di ruang pembinaan
selama sekitar kurang lebih 2 minggu an, setelah itu pasien bisa pulang.

Kami melakukan tour ke beberapa titik lokasi yang ada di rumah sakit
tersebut, kami di berikan informasi oleh Guide Tour beberapa tempat yang ada di
rumah sakit tersebut, pada dasarnya kita bisa mengerti dengan beberapa nama
nama lokasi, yang mana jika lokasi tersebut bernama macam macam burung berarti
tempat tersebut adalah perawatan bagi pasien laki laki, sedangkan jika lokasi
tersebut bernama macam macam nama bunga berarti tempat tersebut adalah
perawatan bagi perempuan.

Kami awal kali mendatangi lokasi/ruangan Kakak tua yang mana dalam ruang
kakak tua ini berisi oleh pasien intermidate (sudah tenang) yang di rujuk dari IPCU,
ruang Camar maupun Poli Jiwa, tempat ini berkapasitas 35 Orang, namun saat kami
tour lokasi tersebut berisi 22 orang pasien, pasien di dalam ruangan ini adalah
pasien yang khusus dalam gangguan jiwa, pasien di lokasi ini berumur dewasa di
bawah umur 60 tahun, dalam ruangan ini pasien di beri perawatan lanjutan selama
kurang lebih 2 minggu jika sudah di nyatakan sehat maka bisa pulang, saat pulang
para pasien tetap di beri pengawasan obat dan setelah 1 minggu kembali untuk
control.
Kegiatan di ruang kakak tua ini ada beberapa aktifitas untuk menujang
perawatan pasien yakni ada pengobatan, waktu tidur, pemeriksaan tensi berkala,
adanya terapi senam serta rehabilitas sosial.

Bapak Eka sebagai salah satu yang bertanggung jawab pada ruangan
tersebut menginfokan bahwa di ruangan ini rata rata pasiennya mengidap
Skizofernia dalam gangguan halusinasi, biasanya sekalipun sudah di ruangan kakak
tua, pasien terkadang masih kambuh. Dalam mengatasi hal tersebut biasanya di
lakukan Perawatan dengan Terapi aktifitas Kelompok yang membuat kebersamaan
antara pasien.

Di ruangan kakak tua kami mewawancarai salah satu pasien yakni berinisial
bapak J, bapak J sudah sekitar kurang lebih 1 minggu di Rumah sakit tersebut,
beliau menuturkan merasa nyaman di dalam rumah sakit ini, banyak temannya dan
tempatnya enak, beliau memberitahukan aktifitasnya mulai dari Kegiatan bersih
bersih, senam pagi, makan rutin, serta istirahat yang baik. Beliau menuturkan bahwa
pelayanan di ruangan tersebut sangat baik, orang orangnya baik baik. Harapan
bapak J ingin segera pulang bertemu keluarga serta ingin menjadi orang yang
bermanfaat bagi orang sekitar.

Kami mengobservasi bapak J ini memang belum sepenuhnya sehat di


karenakan beliau kami lihat sering keluar ketika tidak ada yang mengawasi namun
sisi baiknya beliau ketika di perintah oleh perawatnya bisa manut dan tidak
memberontak, beliau juga menjawab pertanyaan kami dengan baik serta senang
dan sambil sesekali bercanda. Dalam berinteraksi kepada temannya juga sudah
mampu untuk mengkondisikan diri dan tingkat bersosialnya sudah cukup baik.

Setelah dari kakak tua kami lanjut pada ruang Rehabilitas yakni ruangan di
mana pasien yang sudah tenang di berikan wawasan serta aktifitas positif
menunjang kreativitas pasien akni vokasional dan Non Vokasional dengan beberapa
aspek yakni dari Latihan Kerja Percobaan dan Latihan Kerja Pengarahan pada
Vokasional serta Olahraga, Religi serta Sosial pada Non Vokasional.

Dalam tempat tersebut kami melihat beberap karya karya dari pasien, mulai
pakaian dari hasil jahitan, kain batik, kemoceng, masakan serta beberapa lukisan, di
luar ruang tersebut juga terdapat pertanian mini serta kolam mini yang hasil dari
kegiatan rehab pasien, barang barang yang di hasilkan oleh pasien akan di salurkan
dengan di jual sesuai nilai yang di hasilkan, lalu uang tersebut di gunakan untuk
oprasional dalam RSJ.

Setelah dari ruangan Rehab kami lanjut pada ruangan Bunga Cempaka
ruangan pasien wanita di rawat, sama seperti kakak tua hanya beda gender, di
ruangan tersebut ada sekitar 7 pasien yang sedang di rawat, pada ruangan tersebut
kami melihat pasien pasien yang segar, baik serta cantik cantik, karena perawatan
yang lebih dikhususkan untuk perempuan, dan beberap sudah waktunya untuk
pulang dikarenakan mereka sudah terlihat membaik dan sehat.

Pada ruangan bunga cempaka ada beberapa ruangan dan ada beberapa
kategorisasi yakni ada yang biasa atau yang standar serta ada yang VIP, Bu Luluk
selaku penanggung jawab ruangan cempaka menuturkan biasanya ada orang tua
yang anaknya lebih intensif dalam perawatannya maka dari itu kami selaku dari
rumah sakit menyediakan ruangan khusus yakni ruang VIP.

Setelah dari ruangan cempaka kami melanjutkan tour yang mengakhiri tour ini
yakni kami mengarah ke Museum RSJ Dr.Radjiman Wedyodiningrat. Dalam
museum menampilkan beberapa sejarah mulai awal berdirinya RSJ hingga saat kini,
pemimpin RSJ mulai awal hingga kini, beberapa alat alat perawatan pasien, buku
buku pengobatan serta beberapa karya karya dari pasien yang terpilih. Kami merasa
takjub pada salah satu lukisan yang di lukis oleh pasien skizofernia yang mana
lukisan tersebut mirip seperti karya aslinya yakni pelukis aslinya yaitu bapak Basuki
Abdulah. Lukisan pasien tersebut sangat mirip dan dikatakan lukisan nya pernah di
minta untuk di pajang di pameran tergengsi.

Pembahasan

Pada praktikum tour hospital yang di laksanakan pada tanggal 6 Juli 2023,
pada umumnya Rumah sakit Jiwa tidak hanya mengatasi hal kejiwaan yang parah
namum juga gejala gejala biasa juga bisa di obati di Rumah sakit jiwa. RSJ
mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pelayanan kesehatan khususnya
Kesehatan Jiwa dengan upaya penyembuhan, pemulihan, peningkatan,
pencegahan, pelayanan rujukan, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan,
penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat.
Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan distorsi khas
proses pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang
dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang aneh,
gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau
sebenarnya, dan autisme. Beberapa tipe skizofrenia yang diidentifikasi berdasarkan
variabel klinik menurut ICD-10 antara lain sebagai berikut.

a. Skizofrenia paranoid

Ciri utamanya adalah adanya waham kejar dan halusinasi auditorik namun fungsi
kognitif dan afek masih baik.

b. Skizofrenia hebefrenik

Ciri utamanya adalah pembicaraan yang kacau, tingkah laku kacau dan afek yang
datar atau inappropiate.

c. Skizofrenia katatonik

Ciri utamanya adalah gangguan pada psikomotor yang dapat meliputi motoric
immobility, aktivitas motorik berlebihan, negativesm yang ekstrim serta gerakan yang
tidak terkendali.

d. Skizofrenia tak terinci

Gejala tidak memenuhi kriteria skizofrenia paranoid, hebefrenik maupun katatonik.

e. Depresi pasca skizofrenia

f. Skizofrenia residual

Paling tidak pernah mengalami satu episode skizofrenia sebelumnya dan saat ini
gejala tidak menonjol.

g. Skizofrenia simpleks

h. Skizofrenia lainnya

i. Skizofrenia yang tak tergolongkan.

gejala klinis skizofrenia beraneka ragam, berikut adalah gejala skizofrenia yang
dapat ditemukan:
a. Gangguan pikiran

Biasanya ditemukan sebagai abnormalitas dalam bahasa, digresi berkelanjutan


pada bicara, serta keterbatasan isi bicara dan ekspresi.

b. Delusi

Merupakan keyakinan yang salah berdasarkan pengetahuan yang tidak benar


terhadap kenyataan yang tidak sesuai dengan latar belakang sosial dan kultural
pasien.

c. Halusinasi

Persepsi sensoris dengan ketiadaan stimulus eksternal. Halusinasi auditorik


terutama suara dan sensasi fisik bizar merupakan halusinasi yang sering ditemukan.

d. Afek abnormal

Penurunan intensitas dan variasi emosional sebagai respon yang tidak serasi
terhadap komunikasi.

e. Gangguan kepribadian motor

Adopsi posisi bizar dalam waktu yang lama, pengulangan, posisi yang tidak
berubah, intens dan aktivitas yang tidak terorganisis atau penurunan pergerakan
spontan dengan kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar

Faktor-faktor yang berperan terhadap timbulnya skizofrenia adalah sebagai berikut.

a. Umur

Umur 25-35 tahun kemungkinan berisiko 1,8 kali lebih besar menderita skizofrenia
dibandingkan umur 17-24 tahun.

b. Jenis kelamin

Proporsi skiofrenia terbanyak adalah laki-laki (72%) dengan kemungkinan laki-laki


berisiko 2,37 kali lebih besar mengalami kejadian skizofrenia dibandingkan
perempuan. Kaum pria lebih mudah terkena gangguan jiwa karena kaum pria yang
menjadi penopang utama rumah tangga sehingga lebih besar mengalami tekanan
hidup, sedangkan perempuan lebih sedikit berisiko menderita gangguan jiwa
dibandingkan laki-laki karena perempuan lebih bisa menerima situasi kehidupan
dibandingkan dengan laki-laki. Meskipun beberapa sumber lainnya mengatakan
bahwa wanita lebih mempunyai risiko untuk menderita stress psikologik dan juga
wanita relatif lebih rentan bila dikenai trauma.Sementara prevalensi skizofrenia
antara laki-laki dan perempuan adalah sama.

c. Pekerjaan

Pada kelompok skizofrenia, jumlah yang tidak bekerja adalah sebesar 85,3%
sehingga orang yang tidak bekerja kemungkinan mempunyai risiko 6,2 kali lebih
besar menderita skizofrenia dibandingkan yang bekerja. Orang yang tidak bekerja
akan lebih mudah menjadi stres yang berhubungan dengan tingginya kadar hormon
stres (kadar katekolamin) dan mengakibatkan ketidakberdayaan, karena orang yang
bekerja memiliki rasa optimis terhadap masa depan dan lebih memiliki semangat
hidup yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak bekerja.

d. Status perkawinan

Seseorang yang belum menikah kemungkinan berisiko untuk mengalami gangguan


jiwa skizofrenia dibandingkan yang menikah karena status marital perlu untuk
pertukaran ego ideal dan identifikasi perilaku antara suami dan istri menuju
tercapainya kedamaian. Dan perhatian dan kasih sayang adalah fundamental bagi
pencapaian suatu hidup yang berarti dan memuaskan.

e. Konflik keluarga

Konflik keluarga kemungkinan berisiko 1,13 kali untuk mengalami gangguan jiwa
skizofrenia dibandingkan tidak ada konflik keluarga.

f. Status ekonomi

Status ekonomi rendah mempunyai risiko 6,00 kali untuk mengalami gangguan jiwa
skizofrenia dibandingkan status ekonomi tinggi. Status ekonomi rendah sangat
mempengaruhi kehidupan seseorang. Beberapa ahli tidak mempertimbangkan
kemiskinan (status ekonomi rendah) sebagai faktor risiko, tetapi faktor yang
menyertainya bertanggung jawab atas timbulnya gangguan kesehatan. Himpitan
ekonomi memicu orang menjadi rentan dan terjadi berbagai peristiwa yang
menyebabkan gangguan jiwa. Jadi, penyebab gangguan jiwa bukan sekadar
stressor psikososial melainkan juga stressor ekonomi. Dua stressor ini kait-mengait,
makin membuat persoalan yang sudah kompleks menjadi lebih kompleks.

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai