Anda di halaman 1dari 3

BAB II

SEKILAS PERJALANAN OBSERVASI DI RUMAH SAKIT JIWA


LAWANG MALANG

Dalam perjalanan kami menyusuri koridor demi koridor ruangan di


Rumah Sakit Jiwa Lawang Malang ini , banyak kami temui hal-hal yang member
tambahan ilmu, wawasan, pegetahuan, dan pengalaman. Kami sengaja diajak
untuk melihat dan berinteraksi langsung dengan para pasien yang menderita
gangguan jiwa yang tengah menjalani berbagai macam terapi. Kami
diperlihatkanaktifitas para pasien yang sedang menjalan terapi pemulihan berupa
terapi religi dan terapi keterampilan.

Pada mulanya kami merasa agak khawatir akan respon yang diberikan
para pasien itu apakah respon negative ataukah respon positif. Yang terjadi adalah
di luar dugaan kami, para pasien yang bertempat terpisah sesuai dengan terapi
yang diikutinya dengan sangat tenang dan tanpa memberikan reaksi begitu berarti
hanya menatap kedatangan kami. Dengan tatapan kosong dan wajah tanpa ekpresi
ekpresi memandang setiap langkah dan gerik kami, tanpa berucap sepatah
katapun. Beragam Tanya muncul dalam benak kami, mengertikah mereka
denganhal kedatangan kami? Berperankah kognisi (pikiran) dan afeksi (perasaan)
mereka tentang kami yang mendetail melihat gerak-gerik mereka?

Di samping mengunjungi ruang terapi religi dan terapi keterampilan, kami


juga diajak mengunjungi ruang unggulan yaitu merupakan ruang untuk proses
pemulihan. Jadwalnya tertata rapi sehingga setiap pasien bisa melaksanakan
kegiatan dengan baik dan lancer. Program Ruang Unggulan ini diantaranya adalah
berbagai macam terapi pemulihan, ada terapi religi dan terapi keterampilan. Disini
adalah tahap akhir dimana pasien bisa diberikan izin dan dinyatakan sudah bisa
dibawa pulang atau belum.

Di ruang unggulan kami bertemu dengan seorang pasien yang menurut


kami sangat unik dan berbeda dengan pasien-pasien yang lain. Dari fisik, ekpresi
wajah, tatapan mata atau bicaranya tidak menampakkan orang tersebut mengidap
ganguan jiwa. Yang lebih mengherankan lagi, dengan bangga dan percaya dirinya
mengenalkan diri dan mengatakan penyakitnya “Saya menderita Manis Depresif
tanpa sikosa”.tertegun kami dibuatnya, heran bercampur kaget menyaksikan hal
itu.

Namun untunglah dalam sesi diskusi pada penghujung acara studi


lapanganhari itu, terjawab semua pernyataan yang sempat timbul dalam benak
kami. Adalah Ibu Evi seorang psikolog yang hari itu bertugas mendampingi dan
membimbing kami selama kami melaksanakan observasi. Beliau menyampaikan
untuk jawaban pertama dari pertanyaan pertama, bahwa kita tak bisa mengukur
seberapa berperan atau berfungsinya kognisi dan afeksi pasien tersebut bila kita
dengan banyak orang melihat kegiatan mereka. Di samping itu, bekal berupa
motivasi dan nasehat yang dibangun para terapis kepada pasien menjelang
kedatangan rombongan kami sehingga mereka telah siap dan tahutentang apa
yang seharusnya mereka lakukan dan rasakan. Mengenai pasien Manis Depresif
tanpa sikosa yang kami temui di ruang unggulan, gejalahnya adalah pasien
mempunyai lalusinasi dan obsesi sebagai seorang penulis, over confidence,
gangguan emosi, kadang-kadang stupor (mengalami hypo aktifitas).

PENUTUP

Demikian laporan hasil observasi studi lapangan yang telah kami


laksanakan pada hari Kamis Tgl 17 Maret 2011 di Rumah Sakit Jiwa Lawang
Malang. Melalui program PPL Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Darul
Ulum ini, diharapkan ilmu, wawasan, pengetahuan dan pengalaman yang kami
peroleh lewat observasi studi lapangandi RSJ Lawang bisa menjadi bekal yang
sangat berguna dan berkesan untuk kami saat inimaupun untuk masa yang akan
datang. Mudah-mudahan tambahan ilmu dan pengalaman ini bisa bermanfaat bagi
kehidupan kami semua khususnya dan untuk masyarakat banyak pada umumnya.
PENDAHULUAN

Orang yang mengalami gangguan kesehatan jiwa bukan ancaman bagi


masyarakat, mereka justru menjadi korban stigma yang masih melekat di
masyarakat. Perilaku penderita yang tampak menyimpang dari perilaku normal
hanyalah gejala dari penyakit sebelum mendapat pengobatan dengan tepat.

Masyarakat perlu mengetahui perbedaan antara gejala dan penyakitnya


yang muncul sebagai tanda-tanda awal gangguan jiwa. Dengan pengobatan yang
baik, gejala-gejala tersebut bisa diobati atau dihilangkan. Penderita gangguan jiwa
sebagaimana penderita sakit lainnya perlu mendapat perlindungan danpengobatan.
Dalam perkembangannya, keberhasilan pengobatan medis harus didukung dengan
adanya peran serta keluarga dan masyarakat sangatlah diperlukan agar penderita
gangguan kesehatan jiwa mampu unutk hidup layak.

Dukungan masyarakat dan keluarga sangat diperlukan dalam menunjang


upaya kesembuhan bagi penderita gangguan kesehatan jiwa yang sering kambuh
dan tidak memahami gejala-gejala awal terjadinya gangguan kesehatan jiwa.

Rumah sakit jiwa Dr. Radjian Wewiodiningrat Lawang mengajak kepada


penderita gangguan kesehatan jiwa yang sudah baik atau sembuh, keluarga
penderita dan masyarakat untuk pengupayakan kesembuhan dan menjalankan
fungsi kontrol terutama setelah menjalani perawatan dari Rumah Sakit Jiwa.

Untuk itu kami para Mahasiswa Fakultas Psikology Universitas Darul


Ulum Jombang perlu untuk menimbah ilmu lebih banyak lagi melalui kegiatan
studi lapangan yang berupa observasi dan wawancara di RSJ Lawang ini dalam
rangkah melengkapi bekal ilmu kami yang sebelumnya berupa teori-teori dari
beberapa mata kuliah.

Mudah-mudahan kegiatan studilapangan ini bisa menjadi pengalaman


yang sangat berguna dan berharga bagi kami,karena kami begitu banyak
mendapatkan tambahan ilmu, wawasan, pengetahuan, dan pengalaman yang
bermakna.

Anda mungkin juga menyukai