Anda di halaman 1dari 10

KRONOLOGIS PASIEN NY.

ZUBAIDAH (ALM)
VERSI: dr. Teddy Wahyudianto

Tanggal 18 Agustus 2016


Waktu Kegiatan
(jam)
18.00 Visite keluhan pasien Ny. Zubaidah atas laporan dari perawat jaga ruangan
S: nyeri uluhati(+), mual(+), nyesek (+), nyeri dada(-)
O: Kesadaran: composmentis
Vital sign:
- TD 130/80 mmHg; Heart Rate (HR) 88x/menit/reguler;
Respiratory Rate (RR) 22x/menit
PF Thorax : Vesikuler +/+; Rhonki -/-; Wheezing -/-
Murmur (-); gallop (-)
PF Abdomen: Nyeri tekan epigastrium (+); BU (-); defans muskuler (-)
P: - Injeksi Ranitidine 1 amp (150mg)/IV/ekstra
- drip Ketorolac 1 amp (30mg) dalam 500 cc RL (k/p nyeri masih)

20.05 Ke kamar mandi di kamar jaga dokter ruangan, di lantai 2 untuk Buang Air
Besar (BAB)
20.10 Pintu kamar mandi diketok perawat (Zr. Widi), mengabarkan ada pasien
gawat (Ny. Zubaidah, di Lantai 3. Kamar 333)
20.13 Menghentikan kegiatan di kamar mandi, berpakaian
20.15 Menuju ke ruang perawatan pasien Ny. Zubaidah, berpapasan di jalan dan
mengikuti dr. Dicky, Sp.B (selaku DPJP) masuk ke ruang perawatan pasien
20.18 Stand By di belakang dr. Dicky Sp. B (selaku DPJP) yang sedang memeriksa
kondisi pasien
20.20 Pasien dinyatakan meninggal oleh dr. Dicky, Sp.B (selaku DPJP), dihadapan
keluarga pasien, perawat, dokter jaga
KRONOLOGIS PASIEN
Atas Nama: Ny. Zubaidah
Versi dokter jaga ruangan : dr. Teddy Wahyudianto

1. LATAR BELAKANG

Pasien Ny. Zubaidah, usia 60 tahun merupakan pasien yang dirawat di Rumah Sakit Graha
Husada (RSGH) Bandar Lampung sejak tanggal 18 Agustus 2016 sampai dengan 19 Agustus
2016. Pasien dirawat di ruang perawatan Vanda Ungu kamar No. 333, lantai 3 Rumah Sakit
Graha Husada, area Nurse Station 1.

Pasien tersebut dirawat dengan diagnosa kerja Post Operasi Hemorroidectomy dengan
konstipasi, dan dirawat oleh dr. Dicky Suseno, Sp.B sebagai Dokter Penanggung Jawab Pasien
(DPJP). Dan saya bertugas sebagai dokter jaga ruangan shift sore, yang bertugas sejak pukul
14.00 WIB sampai dengan 21.00 WIB, pada tanggal 19 Agustus 2016.

Masa perawatan kali ini merupakan perawatan kedua bagi pasien. Sebelumnya, pada beberapa
waktu sebelumnya pasien dirawat di RSGH dengan DPJP yang sama dengan diagnosa
Hemorroid grade IV, dan sudah dilakukan tindakan operasi Hemorroidectomy.

Pada masa perawatan kedua kali ini, pasien datang dengan keluhan sulit buang air besar yang
keras dan padat. Oleh DPJP sudah dilakukan perawatan konservatif berupa pemberian obat
pencahar dan klisma, namun tidak berhasil mengatasi keluhan pasien. Oleh karena itu DPJP
merencanakan evakuasi feses dengan bantuan pembiusan umum (General Anestesia) di kamar
operasi. Oleh karena itu pada masa perawatan kedua ini, pasien menjalani serangkaian persiapan
operasi. Namun pasien meninggal dunia sebelum tindakan evakuasi feses tersebut dilakukan.

Menjadi perhatiannya kasus pasien Ny. Zubaidah ini adalah karena adanya laporan dari pihak
keluarga ke Kepolisian. Dengan dalih kekecewaan dan ketidakpuasan dari pihak keluarga
terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak RSGH.

Saya sendiri selaku dokter jaga ruangan RSGH, sudah menjalani 3 (tiga) kali pemeriksaan oleh
penyidik kepolisian sebagai saksi. Yang hasil pemeriksaan tersebut tertuang dalam berkas Berita
Acara Pemerikasan (BAP) yang di pegang oleh penyidik. Pemeriksaan yang sudah saya jalani
adalah dengan rincian sebagai berikut: 1 (satu) kali oleh penyidik dari Kepolisian Sektor Tanjung
Karang Timur (Polsek TKT) Bandar Lampung, dan 1 (satu) kali pemeriksaan oleh penyidik dari
Kepolisian Daerah Lampung (Polda), dan 1 (satu) kali pemeriksaan tambahan oleh penyidik dari
Kepolisian Daerah Lampung (Polda).

2. KRONOLOGIS

Pertama kali saya bertemu dengan pasien Ny. Zubaidah, adalah sekitar pukul 18.00 tanggal 19
Agustus 2016. Setelah sebelumnya perawat jaga ruangan perawatan Vanda Ungu NS1, yaitu Zr.
Atika, melaporkan pada saya bahwa ada keluhan dari pasien tersebut.

Sekitar pukul 18.00 saya melakukan visite pasien Ny. Zubaidah. Saat itu pasien dalam keadaan
sadar penuh (Composmentis) mengeluh nyeri uluhati, mual, nyesek, tapi tidak nyeri dada. Saat
diminta menunjukkan tempat yang sakit, pasien menunjuk ke arah uluhati (epigastrium) tapi
sedikit kebawah ke arah pusat (umbilicus). Tanda vital (vital sign) pasien saat itu tekanan darah
130/80 mmHg; Heart Rate (HR) 88x/menit/reguler; Respiratory Rate (RR) 22x/menit. Pada
pemeriksaan fisik Thorax didapatkan suara nafas Vesiculer, tidak ada Rhonki, tidak ada
Wheezing. Bunyi jantung I-II normal reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop. Pada
pemerikasaan fisik Abdomen didapatkan abdomen cembung, supel, ada nyeri tekan epigastrium,
bising usus ada, tidak ada defans musculer.

Atas anamnesa dan pemeriksaan fisik tersebut, saya memberikan saran terapi tambahan berupa
injeksi IV Ranitidine 1 amp (50 mg) ekstra. Selain itu saya juga memberikan saran terapi
tambahan berupa drip Ketorolac 1 amp (30 mg) ekstra, kalau perlu apabila pasien masih sakit
perut. Dan juga saran pemberian oksigen via nasal canula 3 – 4 liter per menit, kalau perlu
apabila pasien merasa sesak.

Dalam perjalanan dari kamar ruang perawatan pasien menuju ke ruang jaga perawat (Nurse
Station), saya diberitahu oleh perawat jaga ruangan yang mendampingi saya visite, yaitu Zr.
Atika, bahwa pasien tersebut merupakan pasien dari dr. Dicky Suseno, Sp.B yang akan
menjalani operasi malam ini, dan saat ini sedang proses konsul persiapan operasi. Perawat
tersebut juga memberi tahu bahwa pasien tersebut sudah divisite oleh konsulen penyakit dalam
yaitu dr. Pieter Saragih, Sp.PD, dan saat ini sedang menunggu kedatangan konsulen kardiologi
yaitu dr. Asrizal Taizir Sp.JP. Sesampainya di Nurse Station, saya melakukan pencatatan medis
di rekam medis pasien, dan menulis resep obat untuk saran terapi tambahan yang saya berikan
sebelumnya.

Sekitar pukul 18.15 WIB sampai 18.45 WIB saya kembali ke kamar dokter jaga RSGH yang
terletak di lantai 2 RSGH. Di kamar dokter jaga tersebut saya melakukan ibadah Sholat Maghrib,
kemudian beristirahat.

Sekitar pukul 18.45 WIB sampai pukul 19.00 WIB saya melakukan visitasi pasien observasi
(pengawasan) yang di rawat di ruang Vanda Ungu area NS 1. Yaitu Tn. Heru, umur 45 tahun,
dengan diagnosa: Observasi Chest Pain. Saat itu pasien mengeluh nyeri dada masih kadang
hilang timbul. Vital sign didapatkan: tekanan darah 110/70 mmHg, RR 20x/menit. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan Thorax suara nafas vesiculer, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing,
bunyi jantung normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop. Sikap saya saat itu menyarankan
terapi dari DPJP diteruskan, dan memberikan informed consent tentang kondisi pasien pada
keluarga.

Kemudian sekitar pukul 19.00 WIB saat saya sedang berjalan menuju ruang perawatan Vanda
Ungu NS 2 untuk melakukan visitasi pasien observasi yang lain, saya mendapat telepon dari
perawat jaga ruang perawatan Vanda Ungu NS 1 yaitu Zr. Atika, bahwa konsulen kardiologi
sudah melakukan visitasi konsul pre operasi terhadap Ny. Zubaidah. Kemudian sikap saya
meminta tolong pada perawat yang menelepon tersebut untuk meneruskan informasi tersebut ke
DPJPnya.

Sekitar pukul 19.00 WIB sampai pukul 19.30 WIB saya melakukan visitasi pasien observasi di
ruang perawatan Vanda Ungu NS 2. Yaitu Ny. Suryati, umur 59 tahun, dengan diagnosa stroke
hemorragic. Saat itu didapati pasien dalam keadaan penurunan kesadaran, dengan kesadaran
somnolen, nilai kesadaran Glasgow Coma Scale (GCS) 10, dengan rincian E2 V3 M5. Tanda
vital pasien didapatkan tekanan darah 150/70 mmHg, suhu 39.2 derajat Celcius. Sikap saya saat
itu memberikan saran terapi tambahan berupa Paracetamol 500mg infus ekstra, dan terapi lain
dari DPJP diteruskan. Dan saya juga memberikan informed consent tentang kondisi pasien
kepada keluarga.

Sekitar pukul 19.30 WIB sampai pukul 20.00 WIB kembali ke kamar jaga dokter ruangan,
melakukan ibadah Sholat Isya, dan kemudian beristirahat.
Sekitar pukul 20.05 WIB saat saya sedang berada di kamar jaga dokter ruangan, merasakan sakit
perut. Kemudian saya pergi ke kamar mandi di kamar jaga dokter ruangan untuk BAB. Saat saya
sedang BAB di kamar mandi kamar jaga ruangan, saya mendengar pintu kamar mandi diketok
oleh perawat perempuan, yaitu Zr. Kristi Hana Widhia Mukti, yang mengatakan bahwa ada
pasien gawat di ruang rawat Vanda Ungu NS1 kamar 333 yaitu Ny. Zubaidah. Saat itu
diperkirakan waktu sekitar pukul 20.10 WIB. Setelah mengetahui hal itu saya menyegerakan diri
menyelesaikan urusan di kamar mandi, berpakaian, kemudian bergegas ke kamar perawatan
pasien tersebut. Tidak dapat saya pastikan, namun saya perkirakan memerlukan waktu kurang
lebih 3 menit untuk bersiap. Jadi diperkirakan sekitar pukul 20.13 WIB saya berangkat dari
kamar jaga dokter ruangan menuju ke ruang perawatan pasien tersebut.

Dalam perjalanan bergegas menuju tempat pasien Ny. Zubaidah tersebut saya melihat dr. Dicky
Suseno, Sp.B selaku DPJP juga sedang bergegas menuju kamar pasien dirawat. Saya juga
berpapasan dengan seorang Satpam RSGH yang sedang berbicara dengan salah seorang keluarga
pasien. Kemudian dr. Dicky Sp.B masuk ke kamar pasien tersebut dan saya mengikuti di
belakangnya. Tidak dapat saya pastikan, namun hal ini diperkirakan terjadi sekitar pukul 20.15
WIB. Suasana di ruangan tersebut sangat ramai dan riuh. Terlihat beberapa keluarga pasien yang
gaduh dan berteriak mengumpat. Belakangan diketahui bahwa perawat jaga ruangan dihalangi
dan ditolak dalam melakukan upaya Bantuan Hidup Dasar (BHD). Bahkan ada perawat jaga
ruangan yang mendapatkan perlakuan kasar dari keluarga pasien.

Didalam ruangan kamar perawatan pasien Ny. Zubaidah saya stand by berdiri di belakang agak
ke kanan dari dr. Dicky Suseno, Sp.B selaku DPJP yang sedang melakukan pemeriksaan pasien.
Saat itu juga ada beberapa perawat jaga ruangan Vanda Ungu NS 1 yang juga sedang stand by,
yaitu Zr. Atika, Zr. Novita Hariyanti, dan Zr. Septa Anggraini. Tidak dapat saya pastikan, namun
hal ini diperkirakan terjadi pada pukul 20.18 WIB.

Setelah selesai melakukan pemeriksaan pasien sekitar pukul 20.20 WIB, dr. Dicky Suseno, Sp. B
selaku DPJP menjelaskan kepada keluarga pasien Ny. Zubaidah yang ada di sekitar pasien,
terutama anak lelaki nya, yang belakangan diketahui bernama Fiter, bahwa pasien dinyatakan
meninggal. Pernyataan ini didengar pula oleh saya dan perawat jaga ruangan yang ada di kamar
tersebut. Kemudian keluarga pasien yang ada di ruangan tersebut menjadi semakin gaduh dan
ribut. Bahkan ada keluarga pasien yang mengumpat sambil menujuk-nunjuk dr. Dicky Suseno,
Sp.B. Dalam ingatan saya orang tersebut memiliki ciri fisik berupa: pria usia paruhbaya, rambut
bagian depan agak botak, berkacamata, berperawakan agak gemuk, dan tidak lebih tinggi dari
saya. Bahkan orang tersebut mengancam melapor ke kepolisian. Dan orang ini pula yang
melarang perawat merapikan bahkan menyentuh jenazah pasien.

Setelah itu saya, beberapa perawat dan dr. Dicky Sp.B ke ruang perawat jaga (Nurse Station) di
NS1. Di sana dr. Dicky, Sp.B menulis kronologis kematian pasien pada catatan medis pasien
disaksikan oleh saya dan perawat jaga ruangan. Kemudian beliau meminta salah seorang perawat
jaga ruangan untuk memanggil keluarga pasien untuk diberikan penjelasan ulang di Nurse
Station NS1. Kemudian anak lelaki dari pasien (Fiter) datang menemui dr. Dicky Sp.B untuk
menerima penjelasan. Saat penjelasan sedang berlangsung, datang pria paruhbaya yang ciri nya
sudah saya sebutkan sebelumnya, dia kembali marah-marah dan melarang anak pasien (Fiter)
untuk mendengarkan penjelasan tersebut. Dan kembali dia mengancam melapor ke kepolisian,
sambil menarik Fiter menjauh dari Nurse Station tersebut.

Waktu Kegiatan
18.00 – 18.15 Visite pasien Zubaidah
18.15 – 18.45 Sholat, stand by di Kamar Jaga
18.45 – 19.00 Ke NS1  pasien Obs : Tn. Heru/45 th/ obs. Chest Pain
19.00 Dilaporkan perawat sudah ada hasil kosul dr. Asrizal Sp. JP
Saran: kabari ke dr. Dicky Sp.B
19.00 – 19.30 Ke NS2  pasien Obs: Ny. Suryati/59 th/ Stroke
19.30 – 20.00 Sholat, stand by di kamar jaga
20.05 Ke Kamar Mandi (BAB)
20.10 Pintu kamar Mandi diketok perawat, mengabarkan ada pasien gawat (Ny.
Zubaidah, di Lantai 3. Kamar 333)
20.13 Menghentikan kegiatan di kamar mandi, berpakaian
20.15 Menuju ke ruang perawatan pasien Ny. Zubaidah, berpapasan dan
mengikuti dr. Dicky, Sp.B (selaku DPJP) masuk ke ruang perawatan
pasien
20.18 Stand By di belakang dr. Dicky Sp. B (selaku DPJP) yang sedang
memeriksa kondisi pasien
20.20 Pasien dinyatakan meninggal oleh dr. Dicky, Sp.B (selaku DPJP),
dihadapan keluarga pasien, perawat, dokter jaga
3. BERITA ACARA PEMERIKSAAN (BAP)

Mengenai kasus pasien ini saya sudah menjalani 3 (tiga) kali pemeriksaan kepolisian sebagai
saksi. Yang masing-masing: 1 (satu) kali oleh penyidik dari Kepolisian Resor Kota Bandar
Lampung SektorTanjung Karang Timur (Polsek TKT), dan 2 (dua) kali oleh penyidik dari
Kepolisian Daerah Lampung (Polda Lampung).

Asal Surat Nomer Surat Tanggal


Kepolisian Sektor Tanjung S.Pgl/73/X/2016/Reskrim 24 Oktober 2016
Karang Timur
Kepolisian Daerah Lampung Sp.Pgl/1260.a/XI/2016/SUBDIT IV/DIT Novermber 2016
RESKRIMSUS
Kepolisian Daerah Lampung SP.Pgl/1367/XII/2016/SUBDIT IV/DIT 20 Desember 2016
RESKRIMSUS

Adapun dari ketiga surat panggilan kepolisian tersebut saya dimintai keterangan sebagai saksi.
Dalam perkara dugaan tindak pidana Praktik Kedokteran, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79
huruf (c) Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004.

Pasal 79
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi yang :
a. dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam pasal 41 ayat
(1);
b. dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat
(1); atau
c. dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 huruf
a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.

Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban:
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien;
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan;
c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah
pasien itu meninggal dunia;
d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau
kedokteran gigi.

Secara garis besar, pertanyaan yang diajukan oleh penyidik kepada saya adalah mengenai peran
saya sebagai dokter jaga ruangan RSGH dan prosedur penanganan pasien gawat di ruangan
rawat inap RSGH. Yang hal ini dikaitkan dengan Standar Prosedur Operasional (Standart
Operational Procedure = SOP) yang di pakai di RSGH. Adapun SOP yang dimaksud adalah SOP
Dokter Jaga Ruangan dan SOP Code Blue.

Dari SOP Dokter Jaga Ruangan, penyidik menanyakan pelaksanaannya oleh saya sebagai dokter
jaga ruangan. Tentunya sebagian iya (dilakukan) dan sebagian tidak dilakukan, tergantung dari
kondisi saat itu. Berikut rincian point pada SOP dokter jaga ruangan, pertanyaan penyidik, dan
jawaban saya kepada penyidik.

Point dalam SOP Pertanyaan Penyidik Jawaban Saya


Dokter Jaga Ruangan
No. 1 : visite pasien baru yang Apakah anda melakukan visite Tidak. Karena pasien tersebut
belum divisite oleh DPJP dan pasien Ny. Zubaidah sebagai bukan merupakan pasien baru
tidak termasuk dalam visite visite pasien baru? dalam shift jaga saya, sebagai
RS dokter jaga ruangan
No. 2 : Melaporkan pasien Apakah anda melaporkan ke Tidak. Karena pasien sudah
baru yang belum mendapatkan DPJP mengenai pasien mendapatkan terapi dari DPJP
terapi dari DPJP setelah pasien tersebut?
masuk ke ruang perawatan
No. 3 : Melaporkan pasien Apakah anda melaporkan Tidak. Karena saat saya visite
yang perlu perhatian kepada pasien tersebut? keluhan, pasien dalam
DPJP keadaan cukup stabil dan
bukan merupakan pasien yang
mendapatkan perhatian khusus
No. 4 : Memberikan tindakan Apakah anda memberikan Ya. Saya visite atas keluhan
sementara yang diperlukan tindakan sementara kepada pasien, kemudian saya berikan
jika DPJP tidak bisa dihubungi pasien? tatalaksana kepada pasien atas
keluhan tersebut

(sekitar pukul 18.00 WIB


visite keluhan pasien)
No. 5 : Memberi pertolongan Apakah anda melakukan Tidak. Karena saat pasien
bagi pasien rawat inap yang pertolongan pertama selagi memerlukan pertolongan
membutuhkan pertolongan DPJP tidak dapat pertama, DPJP sudah ada dan
pertama (life saving) selagi dihubungi/tidak ada di sedang memeriksa pasien. Jadi
DPJP tidak dapat tempat? saya menunggu instruksi dari
dihubungi/tidak ada ditempat. DPJP tersebut
No. 6 : Menangani pasien Apakah anda menangani Ya. Saya melakukan visitasi
yang ada persoalan : keluhan, persoalan pasien? atas keluhan pasien.
pulang paksa, meninggal
(sekitar pukul 18.00 WIB
visite keluhan pasien)
No. 7 : Memberikan informasi Apakah anda Memberikan Tidak. Karena sudah
yang diperlukan pada pasien informasi yang diperlukan dilakukan oleh DPJP dan
yang akan melakukan operasi pada pasien yang akan dokter jaga sebelum saya
melakukan operasi?
No. 8 : Melengkapi rekam Apakah anda Melengkapi Ya. Setelah saya melakukan
medik untuk dokter rekam medik untuk dokter? visitasi atas keluhan pasien,
saya mencatatnya dalam
rekam medik
No. 9 : Membuat laporan NB: untuk point No. 9 ini, -
operan pasien kepada dokter penyidik tidak memberikan
jaga ruangan di shift pertanyaan
berikutnya

Dari SOP Code Blue yang digunakan oleh RSGH beberapa unit yang terlibat di dalamnya, yaitu
dokter jaga ruangan, team code blue, dan instalasi ruang rawat inap/UGD/HCU. Penyidik
menanyakan point yang berhubungan saja dengan peran saya sebagai dokter jaga ruangan. Yaitu
point nomer 3, 4, 7, 8, dan 9. Berikut adalah point tersebut, pertanyaan penyidik serta jawaban
saya kepada penyidik.

Point dalam SOP Code Blue Pertanyaan Penyidik Jawaban Saya


No.3 : Dokter jaga ruangan Apakah anda memeriksa Tidak. Karena saat itu sudah
memeriksa kondisi pasien kodisi pasien? ada DPJP yang sedang
melakukan pemeriksaan
pasien
No. 4 : Dokter jaga ruangan Apakah anda Tidak. Karena saat itu team
menginstruksikan perawat menginstruksikan perawat code blue sudah berkumpul di
menghubungi operator untuk untuk menghubungi operator dekat pasien
mengumumkan status code untuk mengumumkan status
blue (bila diperlukan) code blue?
No. 7: Team akan dipimpin Apakah anda memimpin team Tidak. Karena saat itu sudah
oleh dokter jaga ruangan code blue saat itu? ada DPJP. Sehingga pimpinan
dibantu oleh perawat code menjadi DPJP.
blue yang bertugas saat itu
Pendalaman Point No. 7 Kenapa DPJP menjadi Karena DPJP mempunyai
pimpinan saat itu? kompetensi yang lebih dari
saya sebagai dokter jaga.
DPJP mempunyai
kewenangan klinis dan
kemampuan klinis lebih dari
saya.
Pendalaman Point No. 7 Bisakah anda menunjukkan Bisa. Pada SOP Dokter Jaga
dimana aturan yang ruangan Point 5. Yang
menyebutkan hal tersebut? bunyinya:

Memberi pertolongan bagi


pasien rawat inap yang
membutuhkan pertolongan
pertama (life saving) selagi
DPJP tidak dapat
dihubungi/tidak ada ditempat.
No. 8 : Lakukan RJP pada Apakah anda melakukan RJP Tidak. Karena BHD tidak
pasien sesuai ACLS pada pasien sesuai ACLS? dapat dilakukan karena
dihalangi keluarga pasien,
sehingga ACLS tidak dapat
dilakukan
No. 9 : Mendokumentasikan Apakah anda Tidak dalam rekam medis
dalam berita pelaksanaan mendokumentasikan pasien. Karena hal itu sudah
resusitasi pelaksanaan resusitasi? dilakukan oleh DPJP.

Di akhir pertanyaan pada BAP oleh penyidik kepolisian, ditanyakan pertanyaan kepada saya,
yaitu: “Adakah keterangan lain yang ingin anda sampaikan?”. Kemudian saya menjawab: “iya
ada. Yaitu Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang dilakukan perawat jaga ruangan dihalangi dan
dilarang oleh keluarga pasien, jadi BHD tidak dapat dilakukan dengan baik sehingga dokter jaga
ruangan (team code blue) tidak dapat melakukan Bantuan Hidup Lanjut (BHL = ACLS) pada
pasien tersebut”.

Anda mungkin juga menyukai