Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Sebagaimana agama terakhir, Islam di ketahui memiliki karakteristik yang
khas di bandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Melalui
berbagai literatur yang berbicara tentang islam dapat dijumpai uraian mengenai
pengertian agama Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam itu perlu di
kaji secara seksama, sehingga dapat dihasilkan pemahaman Islam yang
komprehensif hal ini perlu dilakukan, karena kualitas pemahaman ke-Islaman
seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan ke-Islaman yang
bersangkutan. Kita barang kali sepakat terhadap kualitas ke-Islaman seseorang
benar-benar komprehenshif dan berkualitas. Dan untuk bagian ini kita akan
membicarakan Islam dan kebudayaan, hal ini perlu diketahui agar kita dapat
menjawab pertanyaan atau persoalan Islam dan kebudayaan. Diantara pertanyaan
apakah Islam itu kebudayaan? Pertanyaan ini penting untuk dikaji agar kita dapat
memahami Islam secara komprehenshif disamping itu kita pun dapat
mengungkap hubungan antara Islam dan kebudayaan itu sendiri.

B.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Islam dan Kebudayaan ?
2. Apa hubungan antara Islam dan Kebudayaan ?
3. Bagaimana Islam dan Kebudayaan Arab pra Islam ?
4. Bagaimana Islam dan Kebudayaan Indonesia ?

C.

Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Islam dan Kebudayaan.
2. Menjelaskan tentang hubungan Islam dan Kebudayaan.
3. Menjelaskan bagaimana Islam dan Kebudayaan Arab pra Islam.
4. Menjelaskan Islam dan Kebudayaan Indonesia.

BAB II
ISLAM DAN KEBUDAYAAN

A.

Pengertian Islam dan Kebudayaan

1.1

Islam
Dari segi bahasa Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima

yang mengandung arti selamat. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi
bentuk Aslama yang berarti berserah diri atau tunduk dan patuh.
Adapun pengertian Islam Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat
dikatakan, Islam adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya
yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang
ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
1.2

Kebudayaan
Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari

unsur-unsur yang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral


adat istiadat, dan segala kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Dan ada juga kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan
penciptaan batil (akal budi) manusia kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan
berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan
sesuatu yang termasuk hasi kebudayaan.
Adapula beberapa pendapat yang mengartikan kebudayaan, Antara lain
S. Takdir Alisyahbana (196:207-8), Dia berpendapat bahwa kebudayaan adalah:
1. Suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari unsur-unsur yang
berbeda-beda seperti ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni,hukum, moral,
adat istiadat dan segala kecakapan yang di peroleh manusia sebagai
anggota masyarakat
2. Warisan sosial atau tradisi.
3. Cara atau aturan dan jalan hidup manusia.

4. Penyesuain manusia terhadap alam sekitarnya dan cara menyelesaikan


persoalan.
5. Hasil kecerdasan manusia.
6. Hasil pergaulan atau pergaulan manusia.
Parsudi suparlan (A.W. Wijaya (ed) 1986:65-6) menjelaskan bahwa
kebudayaan adalah serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep,
rencana-rencana dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian atas modelmodel kognitif yang dimiliki manusia, dan yang digunakan secara selektif dalam
menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah laku dan
tindakan-tindakannya.
B.

Hubungan Antara Islam dan Kebudayaan Islam


Hubungan agama dan kebudayaan adalah dua bidang yang dapat di

bedakan tetapi tidak dapat di pisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak berubah
karena perubahan waktu dan tempat. Sedangkan budaya, sekalipun berdasarkan
agama, dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Sebagian
besar budaya di dasarkan pada agama, tidak pernah terjadi sebaliknya.
Oleh karena itu agama adalah primer, dan budaya adalah sekunder. Budaya
bisa merupakan ekspresi hidup keagamaan, karena budaya merupakan sub ordinat
terhadap agama, dan tidak pernah sebaliknya.
Dalam pandangan Harun Nasution, agama pada hakikatnya mengandung
dua kelompok pengajaran, yaitu :
1. Ajaran dasar yang diwahyukan Tuhan melalui para Rasul-Nya kepada
masyarakat manusia. Ajaran dasar yang terdapat dalam kitab-kitab suci.
Yang bersifat absolute, mutlak, benar, kekal dan tidak bisa diubah. Ajaran
kitab suci memerlukan penjelasan, baik mengenai arti maupun cara
pelaksanaannya.
2. Merupakan penjelasan dari hasil pemikiran-pemikiran atau ahli agama,
pada hakikatnya tidak absolute, tidak mutlak benar dan tidak kekal.
Dalam buku Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Harun Nasution
mengutip hasil penelitian Abd Al-Wahab Khallaf, guru besar Islam Universitas

Kairo, yang mengatakan bahwa ayat-ayat Al-Quran yang mengatur hidup


kemasyarakatan tidak lebih dari 5,8% dari seluruh ayat Al-Quran. Dengan rincian
sebagai berikut.
AYAT AYAT HUKUM
NO

BIDANG

Ibadah

Al-ahwal al-syakhshiyyah : kawin, talaq,

Jml Ayat

waris dan wasiat


3

140
70

Muamalah : jual beli, sewa, pinjam, gadai,


perseroan dan kontrak.

70

Kriminal (jinayah)

30

Peradilan

13

Hubungan yang kaya dengan yang miskin

10

Kenegaraan

10

Hubungan islam dan bukan islam

25

Jumlah

368

Al-Quran terdiri atas 30 juz, 114 surat, sekitar 6000 ayat, ayat hukumnya
hanya 368 ayat, Harun Nasution.
Al-Quran dan As-Sunnah yang periwayatannya Shahih bukan termasuk
budaya. Tetapi paham ulama terhadap ajaran dasar agama merupakan hasil karsa
ulama. Oleh karena itu, ia merupakan dari kebudayaan, akan tetapi umat islam
meyakini bahwa kebudayaan yang nerupakan hasil upaya ulama dalam
memahami ajaran dasar agama islam, dituntun oleh petunjuk tuhan yaitu
Al-Quran dan As-Sunah.
Dan ada juga hubungan islam dan kebudayaan yang biasa kita lihat dari
segi ekonomi, dalam ayat alquran di jelaskan, Allah menghalallkan jual beli dan
mengharamkan riba (Q.S Al-Baqarah [2]: 275). Halalnya jual beli dan haramnya
riba merupakan ajaran dasar agama islam.
Tetapi dalam suatu keadaan contoh: Dalam dunia pertanian petani biasa
membeli kotoran hewan baik kotoran sapi maupun kotoran ternak lainya yang

berguna untuk Pupuk tanaman. ini di sebut sebagai cultur, salah satu syarat yang
di tentukan Ulama benda yang di perjual belikan bukan benda najis, tetapi
hakikatnya contoh jual beli petani tersebut yang di perjual belikan adalah benda
najis dan ini adalah sebuah penyimpangan. dan ini menyebabkan banyak atau
berbeda-bedanya pendapat ulama ada yang berpendapat ini haram dan ada pula yg
memperbolehkan

dan ini yang membuat berkesinambunganya hadist dan

Al-Quran yang menimbulkan sebuah pemikiran, itu pun bisa di sebut suatu
kebudayaan.
Dengan demikian hubungan antara islam dan kebudayaan sangat banyak
sekali.
C.

Islam dan kebudayaan Arab pra Islam


Bangsa arab pra Islam di kenal sebagai bangsa yang memiliki kemajuan

ekonomi letak geografisnya yang strategis membuat agama islam yang di


turunkan (makkah) mudah tersebar diberbagai wilayah. Dan beberapa ciri-ciri
utama tatanan Arab pra Islam adalah sebagai berikut :
1. Mereka menganut faham kesukuan (Qobilah)
2. Memiliki tata social politik yang tertutup dengan partisipasi warga yang
terbatas, factor keturunan lebih penting daripada kemampuan.
3. Mengenal hirarki social yang kuat.
4. Kedudukan perempuan cenderung di rendahkan.
Dilihat dari sumber yang di gunakan, hukum Arab pra Islam bersumber
pada adat istiadat. Dalam bidang muamalah, diantara kebiasaan mereka adalah
dibolehkan transaksi mubadalah (barter) jual beli, kerja sama pertanian
(muzaraah) dan riba.
Diantara

ketentuan

hukum

keluarga

Arab

pra

Islam

adalah

diperbolehkannya berpoligini dengan perempuan dengan jumlah tanpa batas.


Serta anak kecil dan perempuan tidak dapat harta warisan. dan di sebutkan pula
bahwa dalam kehidupan masyarakat Pra-islam terdapat perkawinan yg berbagai
macam sperti:
o Istiblada
o Poliandri

o Maqthu
o Badal
Di lihat dari fase perkawinan bahwa bangsa arab pra-islam berada pada
fase perkawinan barbar.
Tawaran perubahan yang terdapat dalam Al-quran adalah dibatasinya
jumlah istri pada pernikahan poliigini, yaitu empat orang dan di haramkanya
poliandri. Dan di jelaskan dalam surat An-nisa (4):3
D.

Islam dan Kebudayaan Indonesia


Agama dan kebudayaan adalah dua unsur yang saling mempengaruhi,

karena keduanya sama-sama mengandung nilai dan simbol. Namun antara agama
dan kebudayaan terdapat perbedaan yang menonjol, karena agama merupakan
sesuatu yang final, bersifat universal, abadi dan absolut. Sedangkan kebudayaan
bersifat partikular, relatif dan temporer.
Agama kebudayaan sama-sama memberikan wawasan dan cara pandang
dalam menyikapi kehidupan agar sesuai dengan asas ketuhanan dan kemanusiaan.
Ketika kelahiran seorang anak, misalnya, maka agama memberikan pandangan
agar melaksanakan aqiqah untuk anak tersebut, sementara kebudayaan yang
dikemas dalam marhabanan, asyraqalan atau bacaan barjanji, memberikan cara
pandang lain, akan tetapi memiliki tujuan yang tidak berbeda, yaitu sama-sama
dalam rangka mendoakan kesalehan anak tersebut agar sesuai dengan harapan
ketuhanan dan kemanusiaan. Begitu juga halnya upacara tahlilan, baik agama
maupun budaya lokal, sama-sama saling memberikan cara pandang dalam
menyikapi orang yang meninggal.

1. PERSENTUHAN ISLAM DENGAN KEBUDAYAAN MELAYU DAN


JAWA
Dalam Islam terhadap ajaran tauhid, sesuatu konsep sentral yang berisi
ajaran bahwa Tuhan adalah pusat segala sesuatu, dan manusia harus mengabdikan
dirinya sepenuhnya kepada-NYA. Konsep ini dijelaskan dalam beberapa literatur
dengan penjelasan yang berbeda. Di pesantren-pesantren tradisional salafi,

kalimat lailaha illa Allah sering ditafsirkan sebagai berikut: pertama, la mujudu
illa Allah (tidak ada yang wujud kecuali Allah); kedua, la ma'buda illa Allah
(tidak ada yang disembah kecuali Allah); ketiga, la maqsud illa Allah (tidah ada
yang dimaksud kecuali Allah); dan keempat, la mathlub illa Allah (tidak ada yang
diminta kecuali Allah).
Pada dasarnya Indonesia pernah mengalami dualisme kebudayaan, yaitu
antara kebudayaan keraton dan kebudayaan populer yang keduanya merupakan
kebudayaan tradisional.
Kebudayaan keraton, yang disebut juga sebagai kebudayaan istana,
dikembangkan oleh para pegawai istana (abdi-dalem), mulai dari pujangga sampai
arsitek. Simbol-simbol budaya diciptakan oleh raja guna melestarikan
kekuasaannya. Kebudayaan tersebut biasanya berupa mitos yang dihimpun dalam
babad, hikayat dan lontara, yang kesemuanya berisi tentang

kesaktian dan

kesucian sang raja.


Hal ini dilakukan dengan tujuan agar rakyat loyal terhadap kekuasaan raja.
Dalam babad Jawa misalnya, digambarkan bahwa raja dianggap sebagai
pemegang wahyu dan wakil Tuhan dalam memerintah rakyatnya. Hal ini juga
didukung oleh sastra mistik yang diciptakan oleh pegawai istana guna
mempertahankan status kerajaan yang mutlak.

Di suatu saat para raja pun

mengklaim bahwa dirinya adalah keturunan para dewa atau para Nabi SAW,
Konsep kekuasaan Jawa sungguh berberbeda dengan konsep kekuasaan
islam. Dalam kebudayaan Jawa dikenal konsep Raja Absolut, islam justru
mengutamakan konsep Raja Adil, al-Malik al-Adil. Akan tetapi, sesuatu hal yang
perlu dicatat adalah kebudayaan karaton diluar jawa memiliki konsep yang lebih
dekat dengan gagasan Islam.
Di Aceh, misalnya, raja memiliki sebutan al-Malik al-Adil. Ini berarti
kebudayaan keraton di Jawa lebih mengutamakan kekuasaan, sedangkan
kebudayaan kebudayaan keraton diluar pulau Jawa lebih mengutamakan keadilan.
Perbedaan lain antara kebudayaan masyarakat berdasarkan atas kemutlakan
kekuasaan raja, ketertiban masyarakat berdasarkan atas kemutlakan kekuasaan
raja, sedangkan dalam islam, ketertiban sosial akan terjamin jika peraturanperaturan syariat ditegakan.

Dengan kata lain, kebudayaan karaton di Jawa mementingkan kemutlakan


kekuasaan raja untuk ketertiban sosial, sedangkan Islam mementingkan hukum
yang adil untuk ditegakannya ketertiban sosial. Karna terjadi perbedaan yang
begitu tajam, yang sering terjadi ketegangan antara Islam dengan kebudayaan
keraton jawa. (Kuntowijoyo,1991: 232).
Sedangkan dalam kebudayaan populer, dijumpai pula mitos-mitos, seperti
cerita batu bekas sujudnya wali songo di pantai-pantai utara Jawa. Hal ini terus
terbangun hingga sekarang, sehingga masih sering terdengar adanya kiai-kiai sakti
yang mampu shalat di Mekah dan kembali dalam waktu sekejap, berkhutbah di
dua tempat secara bersamaan, dan sebagainya. Pengaruh Islam terhadap
kebudayaan ini dapat dilihat pula pada ritual-ritual kegamaan, seperti ritual
perkawinan, kelahiran dan kematian. begitu juga acara maulid, seni musik
qasidah, gambus dan sebagainya.
2. INOVASI DAN PENGARUH ISLAM DALAM SASTRA, SENI, DAN
ARSITEK
Ekspresi astentik Islam di Indonesia, paling tidak, dapat dilihat dalam dua
bidang: sastra dan arsitek. Kecendrungan sastra sufistik (transendental) telah
muncul di Indonesia sekitar tahun 1970. kemunculan sastra berkecendrungan
sufistik ditandai munculnya karya-karya yang ditulis pada tahun tuju puluhan, di
antaranya Godlod dan Alam Makrifah kumpulan cerpen Danarto; Khotbah di atas
bukit karya kuntowijoyo, dan Arafah karya M. Fudoli Zaini. Disusul karya-karya
berikutnyaseperti Sanu Infinitina Kembar (1985) karya Motinggo busye (alm)
(Abdul Hadi WM dalam Yustino dkk. (Dewan Redaksi), 1993: 74)
Eksperesi estetik Islam lainnya tergambarkan dalam arsitek masjid-masjid
tua. Citra masjid tua adalah contoh dari interaksi agama dengan teradisi arsitek
pra-Islam di Indonesia dengan konstruksi kayu dan atap tumpang bentuk limas.
Umpamanya Masjid Demak, Masid Kudus, Masjid Cirebon, dan masjid Banten
sebagai cikal-bakal masjid di Jawa. Sedangkan di Aceh dan Medan, corak masjid
tua memperhatikan sistem atap kubah. Menurut para ahli, masjid-masjid tua di
Aceh dan Medan merupakan penerus dari gaya masjid Indo-Persi dengan ekspresi

struktur bangunan yang berbeda dengan corak masjid atap tumpang (Wiyoso
yodoseputro dalam Yustino dkk. (Dewan Redaksi), 1993: 11-3)
Menurut Nurcholish madjid (dalam budhy Munawar Rachman (ed.), 1994:
463-4), asitektur masjid indonesia banyak diilhami oleh gaya arsitektur kuil Hindu
yang atapnya bertingkat tiga. Seni arsitektur sering ditafsirkan sebagai lambang
tiga jenjang perkembangan penghayatan keagamaan manusia, yaitu tingkat dasar
atau pemulaan (purwa), tingkat menengah (madya), tingkat terakhir yang maju
dan tinggi (wusana). Damnbar itu dianggap sejajar dengan vertikal islam, iman,
dan ihsan. Selain itu, hal itu dianggap sejajar dengan syari'at, thariqat, dan
ma'rifat.
3. ACEH SEBAGAI SENTRAL DAKWAH DAN BUDAYA ISLAM
Sejarah telah mencatat bahwa daerah pertama yang dihadiri oleh Islam di
Nusantara adalah Aceh dan kerajaan Islam pertama di wilayah Asia tenggara
adalah kerajaan Islam Perlak, Samudera dan Pasai. Pernyataan ini didukung oleh
berbagai literatur dan merupakan hasil kesepakatan seminar sejarah masuknya
Islam ke Indonesia yang di adakan di Medan.
Pada masa awal Islam hadir, pendakwah pertama langsung menerapkan
apa yang terkandung dalam ayat yang paling pertama turun, yaitu konsep perintah
untuk membaca (iqro) yang mengarah kepada pendidikan. Maka diajarkanlah
kepada masyarakat tentang tata-cara bercocok tanam yang benar, cara berdagang
yang sah, dan cara berumah tangga yang tentram. Sementara kepada para
penguasa ditanamkan sistem kepemimpinan yang dapat dapat memakmurkan
rakyatnya.
Kemudian setelah benih awal tertanam pada diri masyarakat, maka
dijelaskanlah bahwa semua itu merupakan sebagian kecil dari konsep ajaran
Islam. Dengan metode persuasif semacam ini, para penguasa dan segenap
rakyatnya pun segera meninggalkan agama nenek moyangnya dan memeluk Islam
secara berduyun-duyun.
Setelah kerajaan Islam terbentuk dan agama terjiwai, baik dalam diri
penguasa maupun rakyatnya, lembaga-lembaga pendidikan pun mulai dibangun,
sehingga dalam waktu yang relatif singkat, sistem pendidikan pun terbentuk dan
terbagi menjadi beberapa struktur yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat.

Lembaga-lembaga tersebut terbagi menjadi lima tingkatan, yaitu:


a. Meunasah
Meunasah merupakan tempat belajar ilmu-ilmu dasar setingkat SD yang
terdiri dari kurikulum baca tulis huruf Arab dan al-Quran, dasar-dasar
ilmu fiqih dan akhlak. Bahasa yang digunakan pada tingkat ini biasanya
bahasa daerah dan tulisan jawi.
b. Rangkang
Pada tingkat ini, kurikulum meliputi ilmu-ilmu agama dan umum, seperti
ilmu Fiqih, Matematika, Sejarah dan lain-lain. pendidikan tingkat
Rangkang ini setara dengan prndidikan tingkat SLTP.
c. Dayah
Mata pelajaran yang diajarkan pada tingkat Dayah meliputi ilmu Fiqih,
Tauhid, Akhlak, Matematika, Faraid, Sejarah, Hukum dan sebagainya.
Tingkatan ini setara dengan tingkatan SLTA.
d. Dayah Teungku Syhik
Pendidikan yang setara dengan akademik ini difokuskan pada bidang
Tafsir, Hadis, Fiqih, Bahasa, Sastra Arab, Logika, sejarah dan lain-lain.
Buku pegangan pada tingkat Dayah dan Dayah Teungku Syhik berupa
buku-buku yang berbahasa Arab.
e. SAl-Jamiah
Pada tingkatan ini didirikan beberapa fakultas, antara lain Fakultas Tafsir
dan Hadis, Kedokteran dan Kimia, Sosial dan Politik, Filsafat, dan
sebagainya. Pendidikan ini ditunjang oleh beberapa guru besar yang
datang dari Arab, Turki, Persia, dan India.

BAB III
KESIMPULAN
A.

Kesimpulan
1. Islam adalah agama yang dirurunkan oleh Allah SWT dengan perantara
wahyu yang di berikan kepada nabi Muhammad SAW untuk disebarkan

10

untuk umat manusia dan kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan
cipta dan masyarakat.
2. Agama merupakan sumber kebudayaan dengan kata lain kebudayaan
bentuk nyata dari agama islam itu sendiri.
3. Budaya hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan
segenap potensi yang dimilikinya. Dan pada pra islam banyak yang
mengandung atau berbau keislaman.
4. Pada masa awal penetrasi atau masuknya Islam di Indonesia,
penyebarannya masih bersifat terbatas di daerah-daerah pelabuhan. Namun
dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, Islam pun mulai meluas ke
wilayah pesisir dan pedesaan. Para pedagang dan ulama-ulama memegang
peranan penting dalam penyebaran Islam pada tahap ini. Secara umum,
pada tahap ini Islam sangat diwarnai oleh ajaran mistik Islam (tasawuf)
hingga akhir dari abad ke-17. Hal ini disebabkan adanya kecocokan antara
Islam tasawuf dengaan latar belakang masyarakat lokal yang dipengaruhi
oleh asketisme atau konsep tasawuf Hindu-Budha;
5. Agama dan kebudayaan adalah dua unsur yang saling mempengaruhi,
karena keduanya sama-sama mengandung nilai dan simbol. Namun antara
agama dan kebudayaan terdapat perbedaan yang menonjol, karena agama
merupakan sesuatu yang final, bersifat universal, abadi dan absolut.
Sedangkan kebudayaan bersifat partikular, relatif dan temporer. Hal ini
dapat dilihat pada beberapa kebudayaan di Indonesia.

B.

Saran
1. Mari kita pelajari dan kita pahami tentang keperbedaan mana yang
dinamakan keislaman dan mana yang dinamakan kebudayaan.
2. Lebih memahami Tentang pembagian hukum hukum yang ada di dalam alquran, sehingga kita lebih mudah untuk membedakan dan mencari solusi
dalam permasalahan kita.

11

3. Makalah ini hanya membahas secara singkat tentang Islam dan


kebudayaan di indonesia. Dengan demikian, diharapkan kepada para
pembaca agar memperdalam kembali pada buku-buku yang lebih luas dan
terperinci. Mudah-mudahan makalah yang sederhana ini memberikan
manfaat yang besar kepada para pembaca umumnya dan kepada penulis
khususnya. Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya jika masih dan
selalu terdapat kekurangan dalam penulisan kata dan maksud. Kritik dan
saran dari para pembaca, khususnya dari dosen pembimbing mata kuliah
Metodologi Studi Islam selalu penulis nantikan.

DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. Metedologi Study Islam. 1998. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

Hakim Atang Abd Dan Mubarrok Jaih. 2010. Metodologi Study Islam.
Bandung : PT.Remaja Rosda Karya

12

Hasyimi, A., Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia:


Kumpulan Prasaran pada Seminar di Aceh, Cet. III, PT al-Maarif, 1993.

http://bataviase.co.id/detailberita-10445438.html.

http://pemikiranislam.wordpress,com/2007/08/14/islam-dan-kebudayaanlokal/.

http://drmiftahulhudauin.multiply.com/journal/item/13

13

Anda mungkin juga menyukai