PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Agar mahasiswa mampu mengetahui farmakologi obat-obatan yang
bisa dipakai pada tetanus.Nyeri pinggang (NP) merupakan masalah kesehatan
yang penting pada semua negara. Di negara-negara industri prevalensi NP
termasuk yang tertinggi dan paling membebani masyarakat. Hampir setiap
orang pernah mengalami NP. Sebagian besar keluhan dianggap sebagai
gangguan yang tidak serius. Oleh karena itu, penyebab yang lebih serius
seringkali diabaikan oleh pasien sendiri atau oleh dokter yang menanganinya.
Nyeri pinggang merupakan keadaan yang sering dijumpai oleh dokter umum,
baik ketika baru didiagnosis maupun ketika merawat pasien dengan penyakit
kronik. Oleh sebab itu pemahaman tentang anatomi dan fisiologi tulang
belakang sangat diperlukan sebagai dasar dalam pemahaman patogenesis
kelainan-kelainan tulang belakang dan dalam melakukan proses diagnosis dan
penatalaksanaannya.3
C. TERMINOLOGI
Nyeri
Laseque sign
Kernig sign
Patrick sign
D. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana anatomi dari vertebra?
2. Apa saja tipe-tipe nyeri?
3. Bagaimana mekanisme menjalarnya nyeri punggung sampai ke tungkai
bawah?
4. Bagaimana hubungan usia, dan mengangkat berat dengan keluhan
pasien?
5. Apa isi dari neo-rheumacyl dan bagaimana cara kerjanya?
6. Hitunglah Body Mass Index Indeks Massa Tubuh?
B. TUJUAN
1. Agar mahasiswa mampu memahami anatomi dari vertebra.
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui saja tipe-tipe nyeri.
3. Agar mahasiswa mampu memahami mekanisme menjalarnya nyeri
punggung sampai ke tungkai bawah.
4. Agar mahasiswa mampu hubungan usia, dan mengangkat berat
dengan keluhan pasien
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
1. SKENARIO
NYERI PINGANG
Seorang laki-laki berumur 50 tahun, datang ke RS dengan keluhan
utama nyeri pinggang yang sangat pada pungung bawah, yang menjalar
dari pinggang ke tungkai bawah kiri sejak kemarin. Selain itu penderita
merasa kesemutan di tungkai bawah kiri. Nyeri timbul setelah mengangkat
lemari yang berat saat pindah rumah. Tidak ada keluhan BAB dan BAK.
Keluhan nyeri dan kesemutan ini sudah pernah dirasakan sebelumnya
namun masih ringan dan sifatnya hilang timbul. Kemarin sudah minum
neo-rheumacyl, tetapi belum sembuh. Penderita seorang buruh pabrik
sudah 15 tahun lamanya.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB 70 kg, TB 170 cm,
tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 84x/menit, suhu 37oC. Pada
pemeriksaan di daerah perut dan punggung: jejas (-), nyeri tekan (-),
kelainan tulang belakang (-), nyeri ketok costovertebral (-), spasme otot
pungggung (+).
Dari hasil pemeriksaan neurologis: lassique sign (+), patrick sign
(-), kernig sign (-), kontra Patrick (-).
Dari pemeriksaan laboratorium: Hb 12 g/dL, AL 6.000/L, AE 4,5
juta/L, AT 300.000/L, LED 10 mm/jam, urine lengkap normal, ureum
20 mg/dL, kreatinin 1,0 mg/dL.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan fisik: BB 70 kg, TB 170 cm, TD 130/80 mmHg, nadi
84x/menit, suhu 37C. Pada pemeriksaan perut dan daerah tulang
belakang: jejas (-), nyeri tekan (-), kelainan tulang belakang (-),
nyeri ketok costovertebra (-), spasme otot punggung (+)
Pemeriksaan neurologis: lassique sign (+), kernig sign (-), patrick
sign (-), kontra patrick (-)
Pemeriksaan laboratorium: Hb 12 g/dL, AL 6000/L, AE 4,5
juta/L, AT 300 ribu/L, LED 10 mm/jam, urine lengkap normal,
uroeum 20 mg/dL, creatinin 1,0 mg/Dl
3. TERMINOLOGI
Nyeri
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan dimana
berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial terjadi
kerusakan jaringan
Laseque sign
2. KEYWORD
-
Vertebra dari berbagai daerah berbeda dalam ukuran dan sifat khas
lainnya, dan vertebra dalam satu daerahpun satu dengan yang lain
memperlihatkan perbedaan yang lebih kecil. Vertebra yang khas terdiri
dari korpus vertebra dan arkus vertebra. Corpus vertebra adalah bagian
ventral yang memeberi kekuatan pada columna vertebra dan
menanggung berat badan. Corpus vertebra terutama dari vertebra
thorakalis iv ke kaudal berangsur bertambah besar supaya dapat memikul
beben yang makin berat.2
Nama
Fungsi
Prosesus spinous
Prosesus articular superior
Prosesus transversum
Pelekatan otot
ARCUS VERTEBRAE
Pembatasan gerak.
System saraf secara normal menyalurkan rangsanganrangsangan yang merugikan dari SST ke SSP yang menimbulkan
perasaan nyeri. Dengan demikian, lesi di SST atau SSP dapat
menyebabkan gangguan atau hilangnya sensasi nyeri yang masingmasing disebut hipalgesia dan analgesia. Secara paradoks,
kerusakan atau disfungsi SSP atau saraf perifer dapat
menyebabkan nyeri. Jenis nyeri ini disebut nyeri neuropatik aau
deaferentasi (deafferentation). Nyeri neuropatik berasal dari saraf
perifer di sepanjang perjalanannya atau dari SSP karena gangguan
fungsi, tanpa melibatkan eksitasi reseptor nyeri spesifik
(nosiseptor). 3
4.3 BAGAIMANA
MEKANISME
MENJALARNYA
PUNGGUNG SAMPAI KE TUNGKAI BAWAH?
NYERI
<18.50
<18.50
Severe thinness
<16.00
<16.00
Moderate thinness
16.00 - 16.99
16.00 - 16.99
Mild thinness
17.00 - 18.49
17.00 - 18.49
Underweight
Indikasi : untuk menghilangkan nyeri yang berhubungan dengan proses
peradangan
Kontra Indikasi : Ulkus peptikum aktif, gagal jantung kongesif,
gangguan hati & ginjal, kehamilan (khususnya trimester pertama dan
terakhir)
4.6 HITUNGLAH BODY MASS INDEX INDEKS MASSA TUBUH?
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan suatu indeks sederhana
yang paling umum digunakan untuk mengklasifikasikan kekurangan berat
badan, kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa. IMT ini
didefinisikan sebagai berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat dari tinggi
badan (m2) sehingga hasilnya dalam (kg/m2). Sehingga pada skenario
Nyeri Pinggang dapat kita cari IMT dari pasien tersebut dengan
memasukan data dari tinggi badan dan berat badan yang telah ada. Jadi
perhitungannya sebagai berikut :4
IMT = BB (kg)/TB2 (m2) = 70 / 1,72 = 70 / 2.89 = 24.22 (kg/m2)
Dari hasil perhitungan diatas, dapat kita ketahui bahwa IMT dari
pasien yang ada di skenario adalah normal. Dengan nilai rentan normal
menurut WHO yaitu 18.50 24.99 dan menurut Depkes RI 18.5-25.0,
sehingga dapat diasumsikan bahwa pasien di skenario tersebut terlepas
dari faktor resiko yang dapat menyebabkan cedera pada tulang belakang
pada orang dengan IMT yang berlebih. 4
BMI(kg/m2)
Classification
Normal range
18.50 - 24.99
Overweight
25.00
Pre-obese
25.00 - 29.99
Obese
30.00
Obese class I
30.00 - 34.99
Obese class II
35.00 - 39.99
18.50 - 22.99
23.00 - 24.99
25.00
25.00 - 27.49
27.50 - 29.99
30.00
30.00 - 32.49
32.50 - 34.99
35.00 - 37.49
37.50 - 39.99
PEMBAHASAN II
10
5.3 Etiologi
a. Faktor Resiko
Yang dimaksud dengan faktor resiko disini adalah faktor - faktor atau
keadaan yang memungkinkan terjadinya stroke. Faktor - faktor tersebut
dikelompokkan menjadi :
- Faktor risiko yang tidak dapat dirubah.
a) Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi
b) Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
c) Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya
- Faktor risiko yang dapat dirubah
a) Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat
atau menarik barang-barang berta, sering membungkuk atau
gerakan memutar pada punggung, latihan fisik yang berat,
paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.4
b) Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak
berlatih, latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama. 4
c) Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu
kemampuan diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan
dari dalam darah.
d) Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut
dapat menyebabkan strain pada punggung bawah. 4
e) Batuk lama dan berulang. 4
b. Etiologi
1. Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra.
2. Spinal stenosis.
3. Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll.
4. Pembentukan osteophyte.
5. Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan anulus dan
nukleus
mengakibatkan
berkurangnya
elastisitas
sehingga
mengakibatkan herniasi dari nukleus hingga anulus. 4
5.4 Patofisiologi
Nukleus pulposus terdiri dari jaringan penyambung longgar dan sel-sel
kartilago yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus
bergerak, cairan menjadi padat dan rata serta melebar di bawah tekanan dan
menggelembungkan annulus fibrosus.
11
12
akar saraf yang terkena. Juga dapat dilakukan uji kecepatan hantaran
saraf.4
4) CT Scan
Pada daerah lumbal diperoleh gambaran penekanan pada
daerah anterior epidural dan herniasi jaringan lunak pada daerah
lateral dan posterolateral yang menyebabkan serabut saraf tak terlihat.
Tanda dan gejala HNP berkaitan dengan ukuran dan lokasi bagian
yang menonjol. Protrusi lateral yang terbatas pada satu interspace
memberikan tanda cedera pada satu serabut saraf. Protrusi pada garis
tengah diskus regio lubalis dapat menyebabkan kompresi pada satu
serabut saraf, serabut pada kedua sisi di satu segmen atau seluruh
serabut pada cauda equina. Hal yang khas namun tidak selalu ada
yaitu gejala ruptur diskus intervertebral yang berulang. Biasa
ditemukan pasien yang memiliki riwayat gejala serangan sebelumnya
berulang dua kali atau lebih yang menghilang dalam beberapa minggu
atau bulan. 4
a. Obat
Untuk penderita dengan diskus hernia yang akut yang disebabkan
oleh trauma (seperti kecelakaan mobil atau tertimpa benda yang sangat
berat) dan segera diikuti dengan nyeri hebat di punggung dan kaki, obat
pengurang rasa nyeri dan NSAIDS akan dianjurkan. 4
Jika terdapat kaku pada punggung, obat anti kejang, disebut juga
pelemas otot, biasanya diberikan. Kadang-kadang, steroid mungkin
diberikan dalam bentuk pil atau langsung ke dalam darah lewat
intravena. Pada pasien dengan nyeri hebat berikan analgesik disertai zat
antispasmodik seperti diazepam. NSAID Nebumeton yang merupakan
pro drugs dan efek sampingnya relatif lebih sakit, terutama efek
sampingnya relatif lebih sakit, terutama efek samping terhadap saluran
cerna, dengan dosis 1 gram/hari. Pemakaian jangka panjang biasanya
terbatas pada NSAIDS, tapi adakalanya narkotika juga digunakan (jika
nyeri tidak teratasi oleh NSAIDS). untuk orang yang tidak dapat
melakukan terapi fisik karena rasa nyeri, injeksi steroid di belakang pada
14
15
b. Fisioterapi
1) Tirah baring (bed rest) 3 6 minggu dan maksud bila anulus fibrosis
masih utuh (intact), sel bisa kembali ke tempat semula.
2) Simptomatis dengan menggunakan analgetika, muscle relaxan
trankuilizer.
3) Kompres panas pada daerah nyeri atau sakit untuk meringankan
nyeri.
4) Bila setelah tirah baring masih nyeri, atau bila didapatkan kelainan
neurologis, indikasi operasi.
5) Bila tidak ada kelainan neurologis, kerjakan fisioterapi.
6) Jangan mengangkat benda berat.
7) Tidur dengan alas keras atau landasan papan.
8) Pemakaian korset lumbal untuk mencegah gerakan lumbal yang
berlebihan.
9) Jika gejala sembuh, aktifitas perlahan-lahan bertambah setelah
beberapa hari atau lebih dan pasien diobati sebagai kasus ringan. 4
c. Operasi
Operasi lebih mungkin berhasil bila terdapat tanda-tanda obyektif
adanya gangguan neurologis. Penderita yang telah didiagnosa HNP.
Maka terapi konservatiplah yang harus diselenggarakan. Bilamana kasus
HNP masih baru namun nyerinya tidak tertahan atau defisit motoriknya
sudah jelas dan mengganggu, maka pertimbangan untuk operasi atau
tidak sebaiknya diserahkan kepada dokter ahli bedah saraf. Bilamana
penderita HNP dioperasi yang akan memerlukan harus dibuat
penyelidikan mielografi. Berdasarkan mielogram itu dokter ahli bedah
saraf dapat memastikan adanya HNP serta lokasi dan ekstensinya.
Diskografi merupakan penyelidikan diskus yang lebih infasif yang
dilakukan bilamana mielografi tidak dapat meyakinkan adanya HNP,
karena diskrografi adalah pemeriksaan diskus dengan menggunakan
kontras, untuk melihat seberapa besar diskus yang keluar dari kanalis
vertebralis. 4
1) Disektomi
: mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar
dari diskus intervertebralis
2) Laminotomi
: pembagian lamina vertebrata
3) Laminektomi
: mengangkat lamina/lempeng untuk mengurangi
penekanan pada saraf yang sering dikombinasikan dengan
pengangkatan nukleus pulposus (Nucletomi)
4) Faraminotom
i: pembedahan diskus dan permukaan sendi untuk
mengangkat tulang yang menekan syaraf.
5) Mikrodisektomi: penggunaan mikroskop saat operasi untuk melihat
potongan yang mengganggu dan menekan serabut syaraf
6) Disektomi dengan peleburan: graf tulang (Dari krista illaka atau
bank tulang) yang digunakan untuk menyatukan dengan prosessus
spinosus vertebrata. Tujuan peleburan spinal adalah untuk
menstabilkan tulang belakang dan mengurangi kekambuhan.
7) Spinal fusion
: penempatan keping tulang diantara vertebrata
agar dapat kembali normal.
d. Terapi fisik
1) Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi
dan spasme otot. Pada keadaan akut biasanya dapat digunakan
kompres dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri kronik
dapat digunakan kompres panas maupun dingin. 4
2) Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat
digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri
pada HNP kronis. Sebagai penyangga korset dapat mengurangi
beban pada diskus serta dapat mengurangi spasme. 4
3) Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal
pada punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang.
Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan
untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas
sendi dan jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan
otot, ligamen dan tendon sehingga aliran darah semakin meningkat. 4
16
Latihan kelenturan
Punggung yang kaku berarti kurang fleksibel akibatnya
vertebra lumbosakral tidak sepenuhnya lentur. Keterbatasan ini
dapat dirasakan sebagai keluhan kencang. Latihan untuk
kelenturan punggung adalah dengan membuat posisi meringkuk
seperti bayi dari posisi terlentang. Tungkai digunakan sebagai
tumpuan tarikan. Untuk menghasilkan posisi knee-chest, panggul
diangkat dari lantai sehingga punggung teregang, dilakukan fleksi
bertahap punggung bawah bersamaan dengan fleksi leher dan
membawa dagu ke dada. Dengan gerakan ini sendi akan mencapai
rentang maksimumnya. Latihan ini dilakukan sebanyak 3 kali
gerakan, 2 kali sehari. 4
Latihan penguatan
1. Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki ke depan
dan belakang dari posisi berbaring. 4
2. Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring lutut
ditekuk dan kembali diluruskan dengan tumit tetap menempel
pada lantai (menggeser tumit). 4
3. Latihan mengangkat panggul: Pasien dalam posisi telentang,
dengan lutut dan punggung fleksi, kaki bertumpu di lantai.
Kemudian punggung ditekankan pada lantai dan panggul
diangkat pelan-pelan dari lantai, dibantu dengan tangan yang
bertumpu pada lantai. Latihan ini untuk meningkatkan lordosis
vertebra lumbal. 4
4. Latihan berdiri: Berdiri membelakangi dinding dengan jarak
10-20 cm, kemudian punggung menekan dinding dan panggul
direnggangkan dari dinding sehingga punggung menekan
dinding. Latihan ini untuk memperkuat muskulus kuadriseps. 4
5. Latihan peregangan otot hamstring: Peregangan otot hamstring
penting karena otot hamstring yang kencang menyebabkan
beban pada vertebra lumbosakral termasuk pada anulus diskus
posterior, ligamen dan otot erector spinae. Latihan dilakukan
dari posisi duduk, kaki lurus ke depan dan badan dibungkukkan
untuk berusaha menyentuh ujung kaki. Latihan ini dapat
dilakukan dengan berdiri. 4
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan dari gejala yang ada pada skenario dan pembahasan
diataS, kelompok kami memilih HNP (Hernia Nucleus Pulposus) sebagai
diagnosa untuk kasus pada skenario II dengan judul Nyeri Pinggang. Yang
mana HNP dapat diartikan sebagai rupturnya nukleus pulposus, HNP ini
bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis
vertebralis.
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
Moore KL, Agur AMR. Anatomi Klinis Dasar. Hipokrates : Jakarta; 2002.
Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M., 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Alih bahasa : Brahm U. Pendit, et al.
Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat R, Jong WD. Sistem Muskuloskeletal. In : Buku Ajar Ilmu
Bedah. 2nd ed. Jakarta : EGC; 2005. p. 835.
Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal
System. Williams & Wilkins : USA; 1999.
4
5
18