Perwilayahan Berdasarkan Fenomena Geografis
Perwilayahan Berdasarkan Fenomena Geografis
FENOMENA GEOGRAFIS
1. Fenomena Geografis
Wilayah permukaan bumi terdiri atas berbagai fenomena geografis. Fenomena
geografis ini bisa dijadikan dasar untuk menentukan perwilayahan. Fenomena
geografis yang timbul di permukaan bumi muncul akibat interaksi antar manusia
dan lingkungannya. Interaksi itu menimbulkan bentang alam dan bentang budaya.
Peranan manusia dalam interaksi sangat menonjol.
Kota merupakan suatu fenomena geografis, yang muncul akibat interaksi
manusia dengan lingkungannya. Secara umum kota merupakan tempat
bermukimnya warga, tempat bekerja, tempat kegiatan ekonomi, pusat
pemerintahan, dan pusat kegiatan lainnya yang telah mengalami banyak kemajuan
pembangunan fisik.
Pola keruangan kota
Definisi kota
1. Kota merupakan suatu wilayah yang sebagian besar arealnya merupakan
hasil budaya manusia, tempat pemusatan penduduk yang tinggi, dan
sumber mata pencarian di luar sektor pertanian. Dan disamping itu kota
juga dicirikan oleh adanya prasarana perkotaan, seperti bangunan
pemerintahan, rumah sakit, sekolah, pasar, taman dan alun-alun yang
luas serta jalan aspal yang lebar.
2. Mayer melihat kota sebagai tepat bermukim penduduknya : baginya
yang penting dengan sendirinya bukan rumah tinggal, jalan raya, rumah
ibadat, kantor, kanal dan sebagainya, melainkan penghuni yang
menciptakan segalanya itu.
Kota yang telah berkembang maju mempunyai peranan yang lebih besar,
antara lain: sebagai pusat permukiman penduduk (tempat tinggal), pusat
perputaran modal dan keuangan, pusat kegiatan transportasi, pusat
kegiatan konsumsi dan produksi, pusat kegiatan pemasaran dan
perdagangan, pusat perindustrian, pusat kegiatan sosial budaya, pusat
kegiatan kesenian, dan pusat pendidikan.
Pusat fasilitas-fasilitas masyarakat yang lain seperti kesehatan, lembagalembaga sosial dan keahlian, kegiatan politik, dan administrasi
pemerintahan juga berada di kota.
Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan
sosial yang disebabkan oleh adanya pengaruh keterbukaan dari daerah
luar.
Kota yang telah berkembang maju mempunyai peranan yang lebih besar, antara lain
:
Sebagai pusat permukiman (tempat tinggal) penduduk
Pusat penumpukan modal dan keuangan
Pusat kegiatan transportasi
Pusat kegiatan konsumsi dan produksi
Pusat kegiatan pemasaran dan perdagangan
Pusat perindustrian
Pusat kegiatan sosial budaya.
Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individualistis, dimana kepentingan
individu lebih menonjol dibandingkan sikap solidaritas dan gotong royong. Didalam
masyarakat kota, sistem pembagian kerja sangat jelas menurut keterampilan dan
keahlihan masing-masing dan umumnya sangat mengahargai waktu. Cara berfikir
dan bertindak warga kota lebih bersifat ekonomis, lebih mengenal hukum negara
dan pelaksanaan upacara-upacara adat yang hanya berlaku di lingkungan terbatas.
Harga tanah tertinggi ada dipusat kota dan semakin menurun ke arah luar kota
Bangunan tua ada di pusat atau dekat kota
Latar belakang kota terdiri dari variasi etnis dan kelas sosial ekonomi.
Pada teori ini Burgess juga mengatakan bahwa wilayah kota dibagi enam zona, yaitu
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Zona peralihan
Zona penglaju.
2. Teori Sektoral (Sector Theory) dari Homer Hoyt
Model keruangan Hoyt di kemukakan pada tahun 1939. Model ini berdasarkan
pada pemetaan delapan variabel permukiman untuk 142 kota di Amerika
Serikat.
Asumsi dasar model Hoyt hampir sama dengan model Burgess, hanya
ditambah 3 faktor sebagai berikut :
Adanya kelompok wealthy people (penduduk sejahter) yang memiliki
mobol pribadi atau memiliki akses kendaraan umum
Adanya lahan yang memiliki daya tarik yang sama.
Pada teori ini Hoyt mengatakan bahwa kota tersusun sebagai berikut :
1. Pada lingkaran dalam terletak pusat kota (CBD) yang terdiri dari atas
bangunan kantor, hotel, bank, dan pusat perbelanjaan
2. Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan perdagangan
Dekat pusat kota dan dekat sektor pada nomor 2, terdapat sektor
murbawisma, yaitu tempat tinggal kaum buruh
3. Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan, terletak
sektor madyawisma, yaitu permukiman golongan menengah
4. Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, yaitu kawasan tempat tinggal
golongan atas
gambar :
Keterangan:
Satu hal lain yang perlu diperhatikan sehubungan dengan maraknya kegiatan
dikota adalah terjadinya pemekaran kota. Semakin banyak kegiatan
perekonomian di sutu kota, maka pemekaran semakin lolos. Pola pemekaran
kota bisa di kategorikan menjadi 3, sebagai berikut :
1) Pola konsentris
Pola ini pada awalnya berasal dari suatu tempat yang berkembang di daerah
pinggiran. Perkembangan tersebut terjadi sebagai akibat semakin maraknya
kegiatan di tempat tersebut. Akhirnya lokasi awal tersebut menjadi pusat bisnis
ban wilayah sekitarnya menjadi wilayah pendukung.
2) Pola Sektoral
Sektor-sektor kegiatan yang menjadi bagian dari suatu kota akan berkembang.
Perkembangan setiap sektor tersebut akan membawa dampak terhadap pola
keruangan di kota.
3) Pola Pusat kegiatan Ganda
Pola seperti nini berkembang dari kondisi lingkungan yang berbeda. Masingmasing kegiatan tersebut berkembang dan menjadi pusat kegiatan. Kota yang
berkembang dengan pola yang seperti ini, biasannya kota yang berada di tepi
pantai.
Kota dan desa di sekitarnya mempunyai hubungan timbal balik, sehingga
barang-barang hasilpertanian dari desa di kirim kekota. Sebaliknya, hasil industri
dari kota yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh penduduk desa dapat disalurkan.
Bidang transportasi
Dalam bidang transportasi selalu diusahakan perbaikan, pemeliharaan, dan
pembangunan jalan-jalan baru yang menghubungkan kota dengan desa
disekitarnya. Dengan demikian hasil produksi pertanian dari pedesaan mudah
disalurkan kekota.
Bidang pendidikan
Pembangunan sekolah-sekolah terutama SMA dan sekolah kejuruan di kota kecil
akan bermanfaat bagi daerah pedesaan sekitarnya.
Bidang industri
Peningkatan pembangunan industri dan proyek-proyek lain di kota kecil dan
kota sedang dapat menyerap tenaga kerja dari pedesaan. Dengan demikian,
pembangunan ini akan dapat mengurangi arus urbanisasi kekota-kota besar.
Bidang perdagangan
Perlu dilaksanakannya pemugaran, perluasan, dan pembangunan pasar serta
pertokoan di kota. Hal tersebut akan semakin memperlancar perdagangan
( distribusi ) hasil industri dari kota dan hasil pertanian dari desa
Bidang perkreditan
Cabang-cabang bank pemerintah maupun bank-bank perkreditan lain terus
memperluas pelayanan kepada masyarakat. Tujuannya agar masyarakat lebih
mudah memperoleh kredit sebagai tambahan modal pertanian dan usaha
produksi.
Setiap pusat pertumbuhan atau regional membawahi beberapa wilayah. Setiap wilayah terdiri atas
beberapa daerah. Agar lebih jelas, coba kamu perhatikan tabel sebagai berikut.
Bila disajikan dalam peta, pusat pertumbuhan di Indonesia dapat dilihat sebagai
berikut.
kekurangan tersebut antara lain terjadinya pertumbuhan tidak seimbang atau kesenjangan
pembangunan antarbidang, kesenjangan ekonomi antargolongan penduduk, dan kesenjangan
pembangunan antarwilayah.
Secara geografis, kesenjangan pembangunan terjadi antara kawasan timur Indonesia (KTI) dengan
kawasan barat Indonesia (KBI). Kesenjangan pembangunan antarkawasan ini perlu diatasi,
sehingga KTI yang sudah tertinggal dapat mengejar ketertinggalan dan sejajar dengan KBI dalam
pembangunannya. Usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi kesenjangan itu dengan
pembentukan kawasan pengembangan ekonomi terpadu (KAPET) di KTI melalui Keputusan
Presiden (Keppres) Nomor 150 Tahun 2000.
KAPET yang dikembangkan di kawasan timur Indonesia (KTI) diharapkan menjadi pusat
pertumbuhan yang akan merangsang perkembangan wilayah sekitarnya melalui trickle down
effect. Dengan demikian, mendorong munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi di wilayah sekitar.
Beberapa bidang kegiatan ekonomi yang dapat dikembangkan di KTI meliputi pertanian tanaman
pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, kehutanan, pariwisata, pertambangan, serta
industri. Pengembangan KAPET tersebar di wilayah Indonesia, yaitu Manado, Bitung, Batui, ParePare, Bukari, Bima, Seram, Mbay, Biak, Sanggau, Das Kakab, Batulicin, Sasamba, dan Sabang.
Penyebaran pusat-pusat pertumbuhan ke luar Jawa terutama ke kawasan timur Indonesia (KTI)
seperti pembentukan KAPET bertujuan sebagai berikut.
1) Pemanfaatan sumber daya alam.
2) Peningkatan dan pemerataan kegiatan ekonomi.
3) Peningkatan pendapatan daerah.
4) Memperkuat ketahanan dan posisi geografis.
Banyak penduduk pendatang dan penduduk lokal membuka usaha atau melakukan kegiatan
ekonomi di wilayah pusat pertumbuhan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Mereka bekerja
sebagai wiraswastawan, pedagang, karyawan, buruh, dan penjualan jasa. Kawasan industri,
perkebunan, pertambangan, kehutanan, dan pertanian merupakan wilayah yang dapat
dikembangkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan. Kegiatan ekonomi yang berkembang di wilayah
pusat pertumbuhan akan meningkatkan kesejahteraan penduduk.
c. Perubahan Sosial Budaya
Wilayah pusat pertumbuhan cenderung memiliki penduduk yang makin padat. Kepadatan penduduk
yang meningkat serta kemajuan komunikasi dan transportasi akan berpengaruh pada kehidupan
sosial budaya penduduknya.
Pengaruh pusat pertumbuhan yang semakin berkembang terhadap sosial budaya antara lain sebagai
berikut.
1) Penduduk termotivasi untuk memiliki keterampilan dan pengetahuan guna mengatasi masalah
akibat perubahan social budaya.
2) Terjadi percampuran budaya (akulturasi) antara penduduk pendatang dan penduduk lokal serta
antarpenduduk pendatang sendiri.
3) Arus informasi dari luar wilayah semakin meningkat.
4) Status sosial akan meningkat seiring peningkatan kesejahteraan hidup.
5) Perubahan sikap penduduk terhadap disiplin waktu, penggunaan uang, dan pemilikan kebutuhan
hidup.