Anda di halaman 1dari 12

PERWILAYAHAN BERDASARKAN

FENOMENA GEOGRAFIS
1. Fenomena Geografis
Wilayah permukaan bumi terdiri atas berbagai fenomena geografis. Fenomena
geografis ini bisa dijadikan dasar untuk menentukan perwilayahan. Fenomena
geografis yang timbul di permukaan bumi muncul akibat interaksi antar manusia
dan lingkungannya. Interaksi itu menimbulkan bentang alam dan bentang budaya.
Peranan manusia dalam interaksi sangat menonjol.
Kota merupakan suatu fenomena geografis, yang muncul akibat interaksi
manusia dengan lingkungannya. Secara umum kota merupakan tempat
bermukimnya warga, tempat bekerja, tempat kegiatan ekonomi, pusat
pemerintahan, dan pusat kegiatan lainnya yang telah mengalami banyak kemajuan
pembangunan fisik.
Pola keruangan kota

Definisi kota
1. Kota merupakan suatu wilayah yang sebagian besar arealnya merupakan
hasil budaya manusia, tempat pemusatan penduduk yang tinggi, dan
sumber mata pencarian di luar sektor pertanian. Dan disamping itu kota
juga dicirikan oleh adanya prasarana perkotaan, seperti bangunan
pemerintahan, rumah sakit, sekolah, pasar, taman dan alun-alun yang
luas serta jalan aspal yang lebar.
2. Mayer melihat kota sebagai tepat bermukim penduduknya : baginya
yang penting dengan sendirinya bukan rumah tinggal, jalan raya, rumah
ibadat, kantor, kanal dan sebagainya, melainkan penghuni yang
menciptakan segalanya itu.

3. Max Weber memandang suatu tempat itu kota, jika penghuninya


sebagian besar telah mampu memenuhi kebutuhannya lewat pasar
setempat.
4. Haris dan Ullman melihat kota sebagai pusat untuk permukiman dan
pemanfaatan bumi oleh manusia.
5. Prof. Drs. R. Bintarto Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan
manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi
yang heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik.
6. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 4 tahun 1980
menyebutkan bahwa pengertian kota terdiri dari 2 macam yaitu:

Kota sebagai suatu wadah yang memiliki batasan administratif


sebagaimana diatur dalam perundang-undangan.

Kota sebagai suatu lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai


ciri non agraris, misalnya ibu kota kabupaten, ibu kota kecamatan, serta
berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dan permukiman.

Ciri - ciri kota:

Kota merupakan tempat bermukim, tempat bekerja, tempat kegiatan


ekonomi, pusat pemerintahan, dan pusat kegiatan lain yang telah
mengalami banyak kemajuan pembangunan fisik.

Kota yang telah berkembang maju mempunyai peranan yang lebih besar,
antara lain: sebagai pusat permukiman penduduk (tempat tinggal), pusat
perputaran modal dan keuangan, pusat kegiatan transportasi, pusat
kegiatan konsumsi dan produksi, pusat kegiatan pemasaran dan
perdagangan, pusat perindustrian, pusat kegiatan sosial budaya, pusat
kegiatan kesenian, dan pusat pendidikan.

Pusat fasilitas-fasilitas masyarakat yang lain seperti kesehatan, lembagalembaga sosial dan keahlian, kegiatan politik, dan administrasi
pemerintahan juga berada di kota.
Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan
sosial yang disebabkan oleh adanya pengaruh keterbukaan dari daerah
luar.

Masyarakat kota lebih bersifat individual, dimana kepentingan individu


lebih menonjol, jika dibandingkan dengan sikap solidaritas dan gotong
royong.
Setiap kota memiliki dinamika pertumbuhan masing-masing. Ada kota

yang lambat berkembang, tetapi ada pula yang sangat pesat


perkembangannya. Hal ini karena kota dipengaruhi oleh lokasi dan
keadaan morfologi dan bentuk lahannya.

Pusat-pusat kegiatan di kota sering mengalami perubahan daya tarik.


Keramaian yang ada di kota tergantung pada beberapa faktor yaitu:

1. Kemampuan daya tarik dari bangunan dan gedung-gedung sebagai


tempat menyalurkan kebutuhan hidup sehari-hari
2. Tingkat kemakmuran warga kota yang dilihat dari daya belinya
3. Tingkat pendidikan dan kebudayaan yang cukup baik
4. Sarana dan prasarana dalam kota yang memadai
5. Pemerintahan dan warga kota yang dinamis.

Kota yang telah berkembang maju mempunyai peranan yang lebih besar, antara lain
:
Sebagai pusat permukiman (tempat tinggal) penduduk
Pusat penumpukan modal dan keuangan
Pusat kegiatan transportasi
Pusat kegiatan konsumsi dan produksi
Pusat kegiatan pemasaran dan perdagangan
Pusat perindustrian
Pusat kegiatan sosial budaya.
Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individualistis, dimana kepentingan
individu lebih menonjol dibandingkan sikap solidaritas dan gotong royong. Didalam
masyarakat kota, sistem pembagian kerja sangat jelas menurut keterampilan dan
keahlihan masing-masing dan umumnya sangat mengahargai waktu. Cara berfikir
dan bertindak warga kota lebih bersifat ekonomis, lebih mengenal hukum negara
dan pelaksanaan upacara-upacara adat yang hanya berlaku di lingkungan terbatas.

struktur ruang kota:


Ahli geografi mencoba menganalisisi pola keruangan di wilayah perkotaan.
1. Teori Konsentris Dari Ernest W. Burgess
Pada tahun 1924, Burgess mengemukakan pola keruangan wilayah kota. Teori
Burgess didasarkan pada penelitian dikota Chicago, Amerika Serikat.
Asumsi dasar pembagian pola keruangan kota oleh Burgess adalah :
Kota berada di daerah yang datar
Sistem transportasi di tiap lokasi bagus dan murah

Harga tanah tertinggi ada dipusat kota dan semakin menurun ke arah luar kota
Bangunan tua ada di pusat atau dekat kota
Latar belakang kota terdiri dari variasi etnis dan kelas sosial ekonomi.
Pada teori ini Burgess juga mengatakan bahwa wilayah kota dibagi enam zona, yaitu
:
1.

Zona Pusat Wilayah Kegiatan (Central Bussines Districts) -->didalamnya


terdapat pusat pertokoan besar, gedung perkantoran yang bertingkat, bank,
hotel, restoran, dan sebagainya

2.

Zona Peralihan atau zona transisi --> zone peralihan merupakan


konsentrasi penduduk miskin. Sering ditemui wilayah kumuh (slum area)

3.

Zona Pemukiman Kelas Proletar--> didiami oleh para pekerja yang


berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas bawah. Ditandai oleh
adanya rumah susun sederhana.

4.

Zona Pemukiman Kelas Menengah (Residental Zone) -->merupakan


kompleks perumahan karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian
tertentu.

5.

Wilayah Tempat Tinggal Masyarakat Berpenghasilan Tinggi ditandai


dengan kawasan elit. Sebagian besar penduduknya merupakan kaum eksekutif

6.

Zona Penglaju (Commuters) -->merupakan wilayah yang memasuki


wilayah belakang (Hinterland) atau merupakan wilayah batas desa-kota.
Penduduknya bekerja di kota tetapi tinggal di pinggiran kota.
Gambar:

Keterangan model teori konsentrik menurut Teori Konsentris


Dari Ernest W. Burgess (1929) :

Zona pusat wilayah kegiatan

Zona peralihan

Zona permukiman kelas proletar.

Zona permukiman kelas menengah.

Zona penglaju.
2. Teori Sektoral (Sector Theory) dari Homer Hoyt
Model keruangan Hoyt di kemukakan pada tahun 1939. Model ini berdasarkan
pada pemetaan delapan variabel permukiman untuk 142 kota di Amerika
Serikat.
Asumsi dasar model Hoyt hampir sama dengan model Burgess, hanya
ditambah 3 faktor sebagai berikut :
Adanya kelompok wealthy people (penduduk sejahter) yang memiliki
mobol pribadi atau memiliki akses kendaraan umum
Adanya lahan yang memiliki daya tarik yang sama.
Pada teori ini Hoyt mengatakan bahwa kota tersusun sebagai berikut :
1. Pada lingkaran dalam terletak pusat kota (CBD) yang terdiri dari atas
bangunan kantor, hotel, bank, dan pusat perbelanjaan
2. Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan perdagangan
Dekat pusat kota dan dekat sektor pada nomor 2, terdapat sektor
murbawisma, yaitu tempat tinggal kaum buruh
3. Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan, terletak
sektor madyawisma, yaitu permukiman golongan menengah
4. Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, yaitu kawasan tempat tinggal
golongan atas

gambar :

Keterangan Teori Sektoral (Sector Theory) dari Homer Hoyt :

Zona 1: Zoona pusat wilayah kegiatan.

Zona 2: Zona dimana terdapat grossier dan manufactur.

Zona 3: Zona wilayah permukiman kelas rendah.

Zona 4: Zona permukiman kelas menengah.

Zona 5: Zona permukiman kelas tinggi.


3. Teori Inti Berganda (Multiple Nuclei) dari C. D. Harris dan E.
L. Ullman (1945)

Strutur ruang kota meliputi:


a. Pusat kota (CBD)
b. Kawasan niaga dan industri ringan
c. Kawasan murbawisma, tempat tinggal berkualitas rendah
d. Kawasan madyawisma, tempat tinggal berkualitas menengah
e. Kawasan adiwisma, tempat tinggal berkualitas tinggi
f. Pusat niaga berat
g. Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran
h. Upakota (suburban), untuk kawasan madyawisma dan adiwisma
i. Upakota (suburban), untuk kawasan industri
Gambar :

Keterangan:

Zona 1: Zona pusat wilayah kegiatan.

Zona 2: Zona wilayah terdapat para grossier dan manufactur.

Zona 3: Zona wilayah permukiman kelas rendah.

Zona 4: Zona permukiman kelas menengah.

Zona 5: Zona permukiman kelas tinggi.

Zona 6: Zona manufactur berat

Zona 7: Zona wilayah di luar pusat wilayah Kegiatan (PWK)

Zona 8: Zona wilayah permukiman suburb

Zona 9: Zona wilayah industri suburb

Satu hal lain yang perlu diperhatikan sehubungan dengan maraknya kegiatan
dikota adalah terjadinya pemekaran kota. Semakin banyak kegiatan
perekonomian di sutu kota, maka pemekaran semakin lolos. Pola pemekaran
kota bisa di kategorikan menjadi 3, sebagai berikut :
1) Pola konsentris
Pola ini pada awalnya berasal dari suatu tempat yang berkembang di daerah
pinggiran. Perkembangan tersebut terjadi sebagai akibat semakin maraknya

kegiatan di tempat tersebut. Akhirnya lokasi awal tersebut menjadi pusat bisnis
ban wilayah sekitarnya menjadi wilayah pendukung.
2) Pola Sektoral
Sektor-sektor kegiatan yang menjadi bagian dari suatu kota akan berkembang.
Perkembangan setiap sektor tersebut akan membawa dampak terhadap pola
keruangan di kota.
3) Pola Pusat kegiatan Ganda
Pola seperti nini berkembang dari kondisi lingkungan yang berbeda. Masingmasing kegiatan tersebut berkembang dan menjadi pusat kegiatan. Kota yang
berkembang dengan pola yang seperti ini, biasannya kota yang berada di tepi
pantai.
Kota dan desa di sekitarnya mempunyai hubungan timbal balik, sehingga
barang-barang hasilpertanian dari desa di kirim kekota. Sebaliknya, hasil industri
dari kota yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh penduduk desa dapat disalurkan.

Usaha-usaha pembangunan kota untuk mencapai keserasian dengan pembangunan


pedesaan sekitarnya dilaksanakan pada berbagai bidang antara lain sebagai berikut.

Bidang transportasi
Dalam bidang transportasi selalu diusahakan perbaikan, pemeliharaan, dan
pembangunan jalan-jalan baru yang menghubungkan kota dengan desa
disekitarnya. Dengan demikian hasil produksi pertanian dari pedesaan mudah
disalurkan kekota.

Bidang sarana penerangan listrik


Peningkatan pembangunan pusat-pusat listrik di kota dapat memperluas
jaringan listrik, sehingga dimungkinkan adanya listrik masuk desa.

Bidang pendidikan
Pembangunan sekolah-sekolah terutama SMA dan sekolah kejuruan di kota kecil
akan bermanfaat bagi daerah pedesaan sekitarnya.

Bidang industri
Peningkatan pembangunan industri dan proyek-proyek lain di kota kecil dan
kota sedang dapat menyerap tenaga kerja dari pedesaan. Dengan demikian,
pembangunan ini akan dapat mengurangi arus urbanisasi kekota-kota besar.

Bidang perdagangan
Perlu dilaksanakannya pemugaran, perluasan, dan pembangunan pasar serta
pertokoan di kota. Hal tersebut akan semakin memperlancar perdagangan
( distribusi ) hasil industri dari kota dan hasil pertanian dari desa

Bidang media masa


Pembangunan sarana media masa, seperti surat kabar, radio, dan televisi dapat
meningkatkan sarana penyuluhan dan penerangan masyarakat.

Bidang perkreditan
Cabang-cabang bank pemerintah maupun bank-bank perkreditan lain terus
memperluas pelayanan kepada masyarakat. Tujuannya agar masyarakat lebih
mudah memperoleh kredit sebagai tambahan modal pertanian dan usaha
produksi.

Bidang pelayanan kesehatan


Peningkatan pembangunan rumah sakit umum dikota-kota ditujukan untuk
memperbesar daya tampung pasien, sehingga dapat menerima pasien dari
desa dan sekitarnya.

Pembangunan kota kecil disekitar kota metropolitan


Pembangunan wilayah disekitar kota metropolitan atau pembangunan wilayah
dikota satelit akan meringankan beban permukiman di wilayah inti kota.
Studi geografi pada prinsipnya merupakan studi keruangan tentang gejalagejala geografi. Gejala geografi yang ada di sekitar kita merupakan hasil
keseluruhan interelasi keruangan faktor alam dan faktor manusia. Dari hasil
studi gejala yang nyata tersebut akan terbentuk suatu pola abstrak dalam diri
kita yang disebut konsep.
Pola abtrak tersebut berkenaan dengan gejala yang konkret tentang geografi
dan sering disebut konsep geografi. Konsep geografi ini merupakan pola abstrak
yang
Pola abtrak tersebut berkenaan dengan gejala yang konkret tentang geografi
dan sering disebut konsep geografi. Konsep geografi ini merupakan pola abstrak
yang dapat digunakan untuk mengungkapkan berbagai faktor, gejala, dan
masalah geografi.

1. Wilayah Geografis Pembangunan


Wilayah Indonesia yang luas dan terdiri atas banyak pulau berpengaruh terhadap kelancaran
pelaksanaan pembangunan. Pembangunan nasional akan lancar apabila pelaksanaannya tidak
terpusat dalam satu wilayah, misalnya Jawa, tetapi menyebar dan menjangkau ke seluruh wilayah
Indonesia. Atas dasar ini, maka pembangunan nasional Indonesia dilaksanakan dengan sistem
perwilayahan (regionalisasi) dan kota-kota utama yang ada dijadikan sebagai pusat-pusat
pertumbuhannya.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah membagi wilayah Indonesia menjadi
empat pusat pertumbuhan dengan kota utamanya yaitu Medan, Jakarta, Surabaya, dan Makassar.

Setiap pusat pertumbuhan atau regional membawahi beberapa wilayah. Setiap wilayah terdiri atas
beberapa daerah. Agar lebih jelas, coba kamu perhatikan tabel sebagai berikut.

Bila disajikan dalam peta, pusat pertumbuhan di Indonesia dapat dilihat sebagai
berikut.

2. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)


Program pembangunan nasional telah dilaksanakan pemerintah lebih dari 30 tahun. Banyak
kemajuan di segala bidang dan member manfaat bagi masyarakat. Akan tetapi, selain keberhasilan
yang telah dicapai tidak sedikit kekurangan dan kelemahan yang menyertainya. Beberapa

kekurangan tersebut antara lain terjadinya pertumbuhan tidak seimbang atau kesenjangan
pembangunan antarbidang, kesenjangan ekonomi antargolongan penduduk, dan kesenjangan
pembangunan antarwilayah.
Secara geografis, kesenjangan pembangunan terjadi antara kawasan timur Indonesia (KTI) dengan
kawasan barat Indonesia (KBI). Kesenjangan pembangunan antarkawasan ini perlu diatasi,
sehingga KTI yang sudah tertinggal dapat mengejar ketertinggalan dan sejajar dengan KBI dalam
pembangunannya. Usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi kesenjangan itu dengan
pembentukan kawasan pengembangan ekonomi terpadu (KAPET) di KTI melalui Keputusan
Presiden (Keppres) Nomor 150 Tahun 2000.
KAPET yang dikembangkan di kawasan timur Indonesia (KTI) diharapkan menjadi pusat
pertumbuhan yang akan merangsang perkembangan wilayah sekitarnya melalui trickle down
effect. Dengan demikian, mendorong munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi di wilayah sekitar.
Beberapa bidang kegiatan ekonomi yang dapat dikembangkan di KTI meliputi pertanian tanaman
pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, kehutanan, pariwisata, pertambangan, serta
industri. Pengembangan KAPET tersebar di wilayah Indonesia, yaitu Manado, Bitung, Batui, ParePare, Bukari, Bima, Seram, Mbay, Biak, Sanggau, Das Kakab, Batulicin, Sasamba, dan Sabang.
Penyebaran pusat-pusat pertumbuhan ke luar Jawa terutama ke kawasan timur Indonesia (KTI)
seperti pembentukan KAPET bertujuan sebagai berikut.
1) Pemanfaatan sumber daya alam.
2) Peningkatan dan pemerataan kegiatan ekonomi.
3) Peningkatan pendapatan daerah.
4) Memperkuat ketahanan dan posisi geografis.

3. Pengaruh Pusat Pertumbuhan


Pengaruh yang ditimbulkan dari pusat pertumbuhan yang berkembang di suatu wilayah
sebagai berikut.
a. Pemusatan Sumber Daya Manusia
Munculnya pusat pertumbuhan di suatu wilayah akan menarik tenaga kerja yang banyak. Para
pekerja dari luar wilayah akan pindah dan menetap di wilayah pusat pertumbuhan sehingga terjadi
pemusatan penduduk atau sumber daya manusia. Arus migrasi penduduk dari daerah pedesaan
menuju pusat pertumbuhan atau kota di Indonesia menunjukkan peningkatan seiring dengan
perkembangan pusat pertumbuhan atau kota itu. Sebagai contoh, penambangan batu bara di wilayah
Kalimantan memerlukan banyak tenaga kerja dari luar wilayah.
b. Perkembangan Ekonomi
Pusat pertumbuhan yang muncul di suatu wilayah akan meningkatkan kegiatan perekonomian di
wilayah itu. Kesempatan kerja yang banyak dari berbagai bidang dan arus barang kebutuhan hidup
berdampak pada perkembangan usaha-usaha ekonomi lain. Sebagai contoh, munculnya pusat
pertumbuhan yang berawal dari kegiatan penambangan batu bara merangsang tumbuhnya
kegiatankegiatan ekonomi lain, seperti warung makan, pasar, penginapan, toko kelontong, usaha
transportasi, dan tempat hiburan. Dari usaha transportasi sendiri akan mendorong tumbuhnya
penjualan alat-alat transportasi dan perbengkelan.

Banyak penduduk pendatang dan penduduk lokal membuka usaha atau melakukan kegiatan
ekonomi di wilayah pusat pertumbuhan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Mereka bekerja
sebagai wiraswastawan, pedagang, karyawan, buruh, dan penjualan jasa. Kawasan industri,
perkebunan, pertambangan, kehutanan, dan pertanian merupakan wilayah yang dapat
dikembangkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan. Kegiatan ekonomi yang berkembang di wilayah
pusat pertumbuhan akan meningkatkan kesejahteraan penduduk.
c. Perubahan Sosial Budaya
Wilayah pusat pertumbuhan cenderung memiliki penduduk yang makin padat. Kepadatan penduduk
yang meningkat serta kemajuan komunikasi dan transportasi akan berpengaruh pada kehidupan
sosial budaya penduduknya.
Pengaruh pusat pertumbuhan yang semakin berkembang terhadap sosial budaya antara lain sebagai
berikut.
1) Penduduk termotivasi untuk memiliki keterampilan dan pengetahuan guna mengatasi masalah
akibat perubahan social budaya.
2) Terjadi percampuran budaya (akulturasi) antara penduduk pendatang dan penduduk lokal serta
antarpenduduk pendatang sendiri.
3) Arus informasi dari luar wilayah semakin meningkat.
4) Status sosial akan meningkat seiring peningkatan kesejahteraan hidup.
5) Perubahan sikap penduduk terhadap disiplin waktu, penggunaan uang, dan pemilikan kebutuhan
hidup.

Anda mungkin juga menyukai