Anda di halaman 1dari 81

Makalah Kimia Analitik

Peralatan dalam Dunia Kimia

Nama

Kelompok

Ikhsansyah Putra Pratama


Fadel Muhammad
Renato Dian Yakob
Rina Puspita Sari
Zakaria yahya
Vitarianto
Lima (V)

Jurusan Teknik Geologi Migas B


Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi
Tahun Ajaran 2012-2013
Page 1

Kata Pengantar
Alhamdulilah, puji syukur atas kehadirat Allah YME, atas segala
kebesaran dan limpahan rahmat yang diberikan-Nya, sehingga kami
salaku penulis serta penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Peralatan dalam Dunia Kimia .
Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan
penambahan pengetahuan pada pembaca sekaligus penulis dalam
pembelajaran kimia analitik mengenai peralatan yang digunakan dalam
proses kimia.
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah kami alami.
Oleh karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena
kemampuan kami saja.Tapi karena adanya dukungan dan bantuan dari
teman-teman serta guru-guru pembimbing.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya kami sebagai
penulis dan penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih Ibu Afrida
Sitompul P,hd yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
laporan ini. kami juga berterima kasih kepada teman-teman yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.
pengalaman kami masih sangat terbatas. Oleh karena itu, mohon
maaf apabila ada salah-salah kata dan kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran agar makalah ini bermanfaaat.
Serta akhir kata kami ucapkan Terimakasih

Page 2

Daftar isi
Kata Pengantar ............................................................................................................................2
Daftar isi ......................................................................................................................................3
Pendahuluan
1) Latar belakang............................................................................................................4
2) Rumusan masalah......................................................................................................5
3) Tujuan Penulisan........................................................................................................5
Pembahasan
1) Atomic Absorption Spectometry................................................................................6
2) ICP-Mass spectrometry..............................................................................................17
3) Atomic Emission Spectrometry.................................................................................24
4) Ion Chromatography..................................................................................................28
5) capillary electrophoresis............................................................................................35
6) Mass Spectometri.......................................................................................................39
7) Gas Chromatography.................................................................................................41
8) Nuclear Magnetik resonance......................................................................................50
9) UV-Vis Spectrophotometri.........................................................................................56
10) Absorbsi Sinar X..............................................................................................................62

Penutup
1) Kesimpulan................................................................................................................76
2) Saran..........................................................................................................................77
3) Daftar Pustaka............................................................................................................78
Page 3

BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, penemuan dan
perkembangan teknologi semakin baik. Begitu pula dengan alat-alat
yang digunakan dalam kimia. Sebagai mahasiswa dituntut untuk
mengenal serta mengetahui konsep ataupun cara kerja alat-alat tersebut
yang befungsi untuk menunjang dalam dunia kerja nantinya.
Berbagai macam alat canggih yang menunjang dalam dunia kimia
telah digunakan, misalnya atomic absorption spectrometry, ICP- mass
Spectrometry, Atomic Emission Spectrometry, Ion chromatography,
capillary electrophoresis, mass spectrometry, Gas chromatography,
Nuclear Magnetic resonance, Uv- is spectrophotometry, dan x- ray
absorption dengan fungsi yang berbeda-beda.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat mengetahui cara
kerja dang fungsi alat tersebut secara teorikal sebelum menerapkan
praktek penggunaan alat tersebut.

Page 4

1.2 Rumusan masalah


Apa pengertian dan definisi masing-masing alat?
Apa fungsi masing-masing alat tersebut?
Bagaimana cara kerja alat-alat tersebut?
Bagaimana bentuk alat terebut?
1.3 Tujuan Penulisan
Dapat menunjang proses belajar dalam bidang kimia analitik
Membantu mahasiswa memahami pengertian dan definisi alat-alat
dalam bidang kimia secara teorikal
Mengetahui fungsi masing-masing alat
Mengerti skema dan cara kerja dari masing-masing alat tersebut

Page 5

BAB II
Pembahasan
2.1 Atomic Absorption Spectometry
2.1.1 Sejarah singkat
Teknik

analisa

dari

spektrofotometer

serapan

atom

(atomic

absorption

spectrophotometry, AAS) pertama kali diperkenalkan oleh Welsh (Australia) pada tahun 1955.
Merupakan metoda yang popular untuk analisa logam karena di samping relatif sederhana ia juga
selektif dan sangat sensitif. Sebagian besar atom akan berada pada ground state, dan sebagian
kecil (tergantung suhu) yang tereksitasi akan memancarkan cahaya dengan panjang gelombang
yang khas untuk atom tersebut ketika kembali ke ground state. Beberapa metode yang sejenis
seperti spektrometri emisi nyala (flame emission spectrometry, FES) telah dikenal lebih dahulu,
sedangkan spektrometri fluoresensi atom (atomic fluorescence spectrometry, AFS) adalah teknik
yang baru dan masih dalam pengembangan. Prinsip analisis dengan AAS adalah interaksi antara
energi radiasi dengan atom unsur yang dianalisis. AAS banyak digunakan untuk analisis unsur.
Atom suatu unsur akan menyerap energi dan terjadi eksitasi atom ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Keadaan ini tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar dengan melepaskan sebagian
atau seluruh tenaga eksitasinya dalam bentuk radiasi. Frekuansi radiasi yang dipancarkan
karakteristik untuk setiap unsur dan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang tereksitasi
yang kemudian mengalami deeksitasi. Teknik ini dikenal dengan SEA (spektrofotometer emisi
atom). Untuk AAS keadaan berlawanan dengan cara emisi yaitu, populasi atom pada tingkat
dasar dikenakan seberkas radiasi, maka akan terjadi penyerapan energi radiasi oleh atom-atom
yang berada pada tingkat dasar tersebut. Penyerapan ini menyebabkan terjadinya pengurangan

Page 6

intensitas radiasi yang diberikan. Pengurangan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom
yang berada pada tingkat dasar tersebut.

Larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam sampel diubah
menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa
diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal
sebagai atom netral dalam keadaan dasar (ground state). Atom-atom ground state ini kemudian
menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat dari unsur-unsur yang
bersangkutan. Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan
panjang gelombang yang diabsorpsi oleh atom dalam nyala. Absorpsi ini mengikuti hukum
Lambert-Beer. yakni absorbansi berbanding lurus dengan panjang nyala yang dilalui sinar dan
konsentrasi uap atom dalam nyala. Kedua variabel ini sulit untuk ditentukan tetapi panjang nyala
dapat dibuat konstan sehingga absorbansi hanya berbanding langsung dengan konsentrasi analit
dalam larutan sampe.

2.1.2 Pengertian
Spektrofotometri serapan atom atau Atomic Absorption Spectophotometer atau AAS
adalah salah satu metode analisis yang dapat digunakan untuk penentuan konsentrasi semua
logam dan semilogam dengan kepekaan yang tinggi. Pelatihan ini akan memberikan pemahaman
yang mendalam tentang metodologi spektrofotometri serapan atom, disertai dengan aplikasinya
untuk menganalisa kandungan logam berat antara lain : Pb, Cd, Cu, Cr, Fe, Zn, Mn, Ni dan lainlain, baik berupa sampel Padat, Cair, Gas Makanan dan Tanaman
Radiasi dari sumber cahaya (hollow cathode lamp) dengan energi yang sesuai dengan
energi yang dibutuhkan oleh atom-atom dari unsur yang diperiksa untuk melakukan transisi
elektronik, dipancarkan melalui nyala. Pada nyala tersebut, atom-atom dari zat yang diperiksa
akan meresap radiasi tadi sesuai dengan konsentrasi zat tersebut yaitu sesuai dengan populasi
atom-atom pada level energi terendah (ground state). AAS tidak tergantung dari suhu, sedangkan
pada FES di mana jumlah atom yang tereksitasi yang menentukan intensitas emisi berubah-ubah
secara eksponensial sesuai dengan temperatur. Di samping itu juga terdapat perbedaan pada
bentuk (design) dari pembakar (burner) dan pada AAS radiasi lampu ditahan-diteruskan
Page 7

berganti-ganti menggunakan chopper untuk membedakannya dengan radiasi yang dipancarkan


oleh nyala api.
Atom-penyerapan (AAS) menggunakan spektroskopi penyerapan cahaya untuk
mengukur konsentrasi gas-fase atom.. Karena biasanya sampel cairan atau makanan padat, maka
atom atau ion analisa harus menguap dalam api atau grafit furnace. Atom menyerap cahaya
ultraviolet atau terlihat dan membuat transisi elektronik yang lebih tinggi tingkat energi. Analisa
konsentrasi yang ditentukan dari jumlah penyerapan.. Menerapkan hukum Beer-Lambert yang
berbunyi :Schematic of an atomic-absorption experiment Skematis dari atom-percobaan
penyerapan. Hukum ini langsung dalam spektroskopi AAS sulit karena variasi dalam atomisasi
efisiensi dari matriks sampel, dan nonuniformity konsentrasi dan panjang jalan analisa atom
(dalam tungku grafit AAS). Konsentrasi pengukuran biasanya ditentukan dari kurva kerja setelah
kalibrasi instrumen dengan standar yang diketahui konsentrasi.

2.1.3 Fungsi
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode
analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan
absorbsi radiasi oleh atom bebas. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61
logam.

2.1.4

Bagian

Alat-alat

pada

Atomic

Absorption

Spectometry
1.

Lampu Katoda (Hollow Chatode Lamp)

Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki atau umur
pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda
tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk
pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur.
Page 8

Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus.


Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol digunakan untuk
memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu dimasukkan ke dalam soket pada AAS.
Bagian yang hitam ini merupakan bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi lainnya.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga unsur logam
yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk
keluar masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari
dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
Sumber cahaya biasanya merupakan lampu katoda cekung dari elemen yang sedang
diukur. Laser juga digunakan dalam instrumen penelitian. Karena laser yang cukup intens untuk
membangkitkan atom ke tingkat energi yang lebih tinggi, mereka mengijinkan AAS dan
fluoresensi atom pengukuran dalam satu instrumen. Kerugian dari sempit-band ini sumber
cahaya adalah bahwa hanya satu elemen yang dapat diukur pada suatu waktu.

2.

Tabung Gas

Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen.
Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu 20000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas
N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu 30000K. regulator pada tabung
gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang
berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator. Merupakan pengatur tekanan
yang berada di dalam tabung.
3.

Ducting

Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran
pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan,
agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang
dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi
yang dihasilkan tidak berbahaya. Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting
Page 9

kearah miring, karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting
berfungsi untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi pada AAS, dan mengeluarkannya
melalui cerobong asap yang terhubung dengan ducting.

4.

Kompresor

Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini berfungsi
untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran
atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam
merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang
akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan
merupakan tombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan
ke burner. Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan udara
setelah usai penggunaan AAS. Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar
bersih.posisi ke kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup.
Uap air yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan lantai sekitar
menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya
ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadi basah., dan uap air akan terserap ke lap.
5.

Burner

Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi
sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat
terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan
lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator dimasukkan ke
dalam botol yang berisi aquabides selama 15 menit, hal ini merupakan proses pencucian pada
aspirator dan burner setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap atau
menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang aspirator berada pada bagian
selang yang berwarna oranye di bagian kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan
Page 10

selang untuk mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa
larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat pekat.
Logam yang berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi
tinggi. Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna api yang
dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api
merah, maka menandakan bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan
warna api yang paling baik, dan paling panas, dengan konsentrasi.
6.

Buangan Pada AAS

Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS.
Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa
buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses
pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan
terlihat buruk.
Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi dengan
lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS atau api pada
proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian nyala api.
Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak tersenggol kaki.
Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit,
agar tidak kering.
7.

Unit Atomisasi

A. Atominasi nyala
Tujuan Atomisasi nyala : untuk mendapatkan atom-atom netral. Atomisasi dapat
dilakukan dengan nyala api (paling banyak digunakan) atau tanpa nyala. Pemilihan pasangan
fuel-oksidan sangat tergantung dari temperatur nyala yang diperlukan untuk proses atomisasi,
meskipun faktor-faktor yang mereduksi pembentukan oksida logam juga penting. Juga
diusahakan agar latar belakang emisi dari nyala tidak mengganggu analisa.
Fungsi dari atomisasi nyala yaitu:
I.
II.

Mengubah zat yang diperiksa dari larutan atau bentuk padat menjadi bentuk gas penguapan.
Mengubah molekul dalam bentuk uap menjadi atom atomisasi.
Page 11

III.

Pada FES untuk mengeksitasi uap atom/molekul sehingga menghasilkan radiasi emisi.

IV.

Komponen-komponen dari gas-gas pembentuk nyala membatasi daerah analisa pada


panjang gelombang di luar daerah resapan atmosfer, yaitu pada panjang gelombang di atas
210 nm.
Perbandingan dari bahan bakar dan oksidan juga menentukan suhu dan komposisi nyala gas

yang terjadi. Bila jumlah oksidan lebih banyak dari bahan bakan maka nyala yang terjadi disebut
oxidising flame dan bila sebaliknya disebut reducing flame. Nyala jenis mana yang dipakai
tergantung dari sifat unsur yang diperiksa. Misalnya unsur-unsur yang cenderung utnuk
membentuk oksida yang stabil (Al,Si, Ti, dan Lantanida) diperlukan nyala dengan suhu tinggi
dengan lingkungan yang dapat mereduksi, misalnya nyala asetilendinitrogen monoksida.
B. Sistem Atomisasi Dengan Elektrothermal (Tungku)
Sistem nyala api ini lebih dikenal dengan nama GFAAS. GFAAS dapat mengatasi
kelemahan dari sistem nyala seperti, sensitivitas, jumlah sampel dan penyiapan sampel. Ada tiga
tahap atomisasi dengan tungku yaitu:
1) Tahap pengeringan atau penguapan larutan
2) Tahap pengabuan atau penghilangan senyawa-senyawa organik dan
3) Tahap atomisasi
Unsur-unsur yang dapat dianalsis dengan menggunakan GFAAS adalah sama dengan
unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan sistem nyala. Beberapa unsur yang sama sekali tidak
dapat dianalisis dengan GFAAS adalah tungsten, Hf, Nd, Ho, La, Lu, Os, Br, Re, Sc, Ta, U, W, Y
dan Zr, hal ini disebabkan karena unsur tersebut dapat bereaksi dengan graphit.
Petunjuk praktis penggunaan GFAAS:
1) Jangan menggunakan media klorida, lebih baik gunakan nitrat.
2) Sulfat dan fosfat bagus untuk pelarut sampel, biasanya setelah sampel ditempatkan dalam
tungku.
3) Gunakan cara adisi sehingga bila sampel ada interferensi dapat terjadi pada sampel dan
standard.

Page 12

8. Monokromator
Monokromator celah dan kisi difraksi.
Kesulitan : monokromator tidak dapat menghalangi radiasi nyala menuju detector. Radiasi nyala
dan radiasi yang diteruskan akan bergabung menuju detector.
9. Detektor
Fungsi : mengubah intensitas radiasi yang datang menjadi arus listrik.
Umum digunakan : tabung penggandaan foto ( PMT = Photo Multiplier Tube Detector).

2.1.5 Cara Kerja Atomic Absorption Spectrometry


1) pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting, main unit, dan
komputer secara berurutan.
2) Di buka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul perintah apakah
ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik Yes dan jika tidak No.
3) Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor lampu katoda
yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian diklik setup, kemudian soket lampu katoda
akan berputar menuju posisi paling atas supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau
ditambahkan dengan mudah.
4) Dipilih No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.
5) Pada program SAS 3.0, dipilih menu select element and working mode.Dipilih unsur yang
akan dianalisis dengan mengklik langsung pada symbol unsur yang diinginkan
6) Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings. Diatur parameter
yang dianalisis dengan mensetting fuel flow :1,2 ; measurement; concentration ; number of
sample: 2 ; unit concentration : ppm ; number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9
ppm.
7) Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.
8) Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu menyala alat siap
digunakan untuk mengukur logam.
9) Pada menu measurements pilih measure sample.
10) Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian dipindahkan ke
standar 1 ppm hingga data keluar.
Page 13

11) Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang sama untuk
standar 3 ppm dan 9 ppm.
12) Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang, dilakukan pengukuran
blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan lurus.
13) Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan pengukuran.
14) Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
15) Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik icon print atau pada baris
menu dengan mengklik file lalu print.
16) Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk membilas burner selama
10 menit, api dan lampu burner dimatikan, program pada komputer dimatikan, lalu main unit
AAS, kemudian kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas.

2.1.6. Gambar Alat

Skema alat atomic absorbsi spektometri

Page 14

Gambar alat atomic absorbsi spektometri

2.1.7. Keuntungan metode AAS


Keuntungan metode AAS dibandingkan dengan spektrofotometer biasa yaitu spesifik,
batas deteksi yang rendah dari larutan yang sama bisa mengukur unsur-unsur yang berlainan,
pengukurannya langsung terhadap contoh, output dapat langsung dibaca, cukup ekonomis, dapat
diaplikasikan pada banyak jenis unsur, batas kadar penentuan luas (dari ppm sampai %).
Sedangkan kelemahannya yaitu pengaruh kimia dimana AAS tidak mampu menguraikan zat
menjadi atom misalnya pengaruh fosfat terhadap Ca, pengaruh ionisasi yaitu bila atom tereksitasi
(tidak hanya disosiasi) sehingga menimbulkan emisi pada panjang gelombang yang sama, serta
pengaruh matriks misalnya pelarut.

2.1.8. Jenis-jenis gangguan pada analisa AAS


1. Gangguan Spektra

Page 15

Gangguan spektra terjadi bila panjang gelombang (atomic line) dari unur yang diperiksa
berimpit dengan panjang gelombang dari atom atau molekul lain yang terdapat dalam larutan
yang diperiksa.
2. Gangguan Fisika
Sifat-sifat fisika dari larutan yang diperiksa akan menentukan intensitas dari resapan atau
emisi dari larutan zat yang diperiksa. Kekentalan mempengaruhi laju penyemprotan ke dalam
nyala dan ketegangan muka, bobot jenis, kekentalan serta kecepatan gas menentukan besar butir
tetesan. Oleh karena itu sifat-sifat fisika dari zat yang diperiksa dan larutan pembanding harus
sama. Efek ini dapat diperbaiki dengan menggunakan pelarut organik di mana sensitivitas dapat
dinaikkan sampai 3 atau 5 kali bila dibandingkan dengan pelarut air. Ini disebabkan karena
pelarut organik mempercepat penyemprotan (kekentalannya rendah), cepat menguap,
mengurangi penurunan suhu nyala, menaikkan kondisi, mereduksi nyala.
3. Gangguan Kimia
a.Bentuk uap
Gangguan kimia biasanya memperkecil populasi atom pada level energi terendah. Telah
disebutkan bahwa dalam nyala, atom dalam bentuk uap dapat berkurang karena terbentuknya
senyawa seperti oksida atau klorida, atau karena terbentuknya ion.
b. Bentuk padat
Gangguan ini karena terbentuknya senyawa yang sukar menguap atau sukar terdisosiasi
dalam nyala. Hal ini terjadi pada nyala ketika pelarut menguap meninggalkan partikel-partikel
padat.

Page 16

2.2 ICP-Mass spectrometry


2.2.1. Pengertian
Inductively Coupled Plasma (ICP) adalah sebuah teknik analisis yang digunakan untuk
deteksi dari trace metals dalam sampel lingkungan pada umumnya. Prinsip utama ICP dalam
penentuan elemen adalah pengatomisasian elemen sehingga memancarkan cahaya panjang
gelombang tertentu yang kemudian dapat diukur. Teknologi dengan metode ICP yang digunakan
pertama kali pada awal tahun 1960 dengan tujuan meningkatkan pekembangan teknik analisis.

2.2.2. Fungsi
menentukan elemen dengan pengatomisasian elemen sehingga memancarkan cahaya
panjang gelombang tertentu yang kemudian dapat diukur. mengukur sebagian besar unsur-unsur
dalam tabel periodik. Unsur-unsur ditampilkan dalam warna dapat dianalisis dengan ICP-MS
Page 17

dengan deteksi limitsa pada atau di bawah kisaran pptb. Elemen yang ada di putih yang baik
tidak diukur dengan ICP-MS (sisi kanan atas) atau tidak memiliki isotop alami. Kebanyakan
analisis dilakukan pada ICP-MS instrumentasi kuantitatif, namun juga dapat berfungsi sebagai
sangat baik semi-kuantitatif instrumen. Dengan menggunakan paket perangkat lunak semikuantitatif, suatu sampel dapat dianalisis untuk 80 elemen dalam tiga menit, menyediakan semikuantitatif data yang biasanya dalam 30% dari nilai kuantitatif. Untuk alasan yang sering
melibatkan kesehatan manusia, mengetahui komposisi isotop sampel dapat sangat penting. Dari
tiga teknik yang disebutkan ke titik ini, hanya ICP-MS digunakan secara rutin untuk menentukan
komposisi isotop.

2.2.3. Cara Kerja ICP


Efisiensi dari ICP dalam memproduksi singly-charged positive ions bagi sebagian besar
elemen menjadikannya sumber yang efektif untuk ionisasi spectrometry massa. ICPspectrometry massa memiliki kemampuan untuk membedakan antara massa dari berbagai
isotopes elemen yang mana lebih dari satu isotop stabil terjadi.

2.2.3.1 Proses yang terjadi pada alat spectrometer massa


Atom dapat dibelokkan dalam sebuah medan magnet (dengan anggapan atom tersebut diubah
menjadi ion terlebih dahulu). Karena partikel-partikel bermuatan listrik dibelokkan dalam medan
magnet dan partikel-partikel yang tidak bermuatan (netral) tidak dibelokkan.
Urutannya adalah sebagai berikut:
Tahap pertama : Ionisasi
Atom di-ionisasi dengan mengambil satu atau lebih elektron dari atom tersebut supaya terbentuk
ion positif. Ini juga berlaku untuk unsur-unsur yang biasanya membentuk ion-ion negatif
(sebagai contoh, klor) atau unsur-unsur yang tidak pernah membentuk ion (sebagai contoh,
argon). spektrometer massa ini selalu bekerja hanya dengan ion positif.
Tahap kedua : Percepatan

Page 18

Ion-ion tersebut dipercepat supaya semuanya mempunyai energi kinetik yang sama.
Tahap ketiga : Pembelokan
Ion-ion tersebut dibelokkan dengan menggunakan medan magnet, pembelokan yang terjadi
tergantung pada massa ion tersebut. Semakin ringan massanya, akan semakin dibelokan.
Besarnya pembelokannya juga tergantung pada besar muatan positif ion tersebut. Dengan kata
lain, semakin banyak elektron yang ediambilf pada tahap 1, semakin besar muatan ion tersebut,
pembelokan yang terjadi akan semakin besar.
Tahap keempat : Pendeteksian
Sinar-sinar ion yang melintas dalam mesin tersebut dideteksi dengan secara elektrik

2.2.3.2 Penjelasan

Keadaan hampa udara


Penting bagi ion-ion yang telah dibuat dalam ruang ionisasi untuk dapat bergerak lurus

dalam mesin tanpa bertabrakan dengan molekul2 udara.

Ionisasi
Sampel yang berbentuk gas (vaporised sampel) masuk ke dalam ruang ionisasi.

Kumparan metal yang dipanaskan dengan menggunakan listrik melepaskan elektron-elektron


yang ada pada sampel dan elektron-elektron lepas itu menempel pada perangkap elektron
(electron trap) yang mempunyai muatan positif.
Partikel-partikel dalam sampel tersebut (atom atau molekul) dihantam oleh banyak sekali
elektron-elektron, dan beberapa dari tumbukan tersebut mempunyai energi cukup untuk
Page 19

melepaskan satu atau lebih elektron dari sampel tersebut sehingga sampel tersebut menjadi ion
positif.
Kebanyakan ion-ion positif yang terbentuk itu mempunyai muatan +1 karena akan jauh
lebih sulit untuk memindahkan elektron lagi dari sampel yang sudah menjadi ion positif.
Ion-ion positif yang terbentuk ini ediajak keluarf dan masuk ke bagian mesin yang
merupakan sebuah lempengan metal yang bermuatan positif (Ion repellel).
Tambahan: Seperti yang anda akan lihat sebentar lagi, seluruh ruang ionisasi ini dilakukan
dengan menggunakan tegangan listrik positif yang besar (10.000 V). Ketika kita berbicara
tentang kedua lempengan bermuatan positif, berarti lempengan tersebut mempunyai muatan
lebih dari 10.000 V.

Percepatan
Ion-ion positif yang ditolak dari ruang ionisasi yang sangat positif itu akan melewati 3

celah, dimana celah terakhir itu bermuatan 0 V. Celah yang berada di tengah mempunyai voltase
menengah. Semua ion-ion tersebut dipercepat sampai menjadi sinar yang sangat terfokus.

Pembelokkan

Ion yang berbeda-beda akan dibelokkan secara berbeda pula oleh medan magnet. Besarnya
pembelokan yang dialami oleh sebuah ion tergantung pada:
o Massa ion tersebut.
Ion-ion yang bermassa ringan akan dibelokkan lebih daripada ion-ion yang
bermassa berat.
o Muatan ion.
Ion yang mempunyai muatan +2 (atau lebih) akan dibelokkan lebih daripada ionion yang bermuatan +1.
Page 20

Dua faktor diatas digabungkan ke dalam Perbandingan Massa/Muatan. Perbandingan


ini mempunyai simbol m/z (atau m/e)
Sebagai contoh: Apabila sebuah ion mempunyai massa 28 dan bermuatan +1, maka
perbandingan massa/muatan ion tersebut adalah 28. Ion yang mempunyai massa 56 dan
bermuatan +2 juga mempunyai perbandingan massa/muatan yang sama yaitu 28.
Pada gambar diatas, sinar A mengalami pembelokkan yang paling besar, yang berarti
sinar tersebut terdiri dari ion-ion yang mempunyai perbandingan massa/muatan yang terkecil.
Sedangkan sinar C mengalami pembelokkan yang paling kecil, berarti ia terdiri dari ion-ion yang
mempunyai perbandingan massa/muatan yang paling besar.
Akan jauh lebih mudah untuk membahas masalah ini jika kita menganggap bahwa
muatan semua ion adalah +1. Hampir semua ion-ion yang lewat dalam spektrometer massa ini
bermuatan +1, sehingga besarnya perbandingan massa/muatannya akan sama dengan massa ion
tersebut.
Tambahan: Anda juga harus mengerti bahwa kemungkinan adanya ion bermuatan
+2(atau lebih), tetapi kebanyakan soal-soal akan memberikan spektrum massa dimana ion-ion
nya hanya bermuatan +1. Kecuali bila ada petunjuk dalam soal tersebut, anda bisa menganggap
bahwa ion yang sedang dibicarakan dalam soal tersebut adalah bermuatan +1
Jadi dengam menganggap semua ion bermuatan +1, maka sinar A terdiri dari ion yang
paling ringan, selanjutnya sinar B dan yang terdiri dari ion yang paling berat adalah sinar C. Ionion yang ringan akan lebih dibelokkan daripada ion yang berat.

Pendeteksian
Ketika sebuah ion menubruk kotak logam, maka ion tersebut akan dinetralisasi oleh

elektron yang pindah dari logam ke ion (gambar kanan). Hal ini akan menimbulkan ruang antara
elektron-elektron yang ada dalam logam tersebut, dan elektron-elektron yang berada dalam kabel
akan mengisi ruang tersebut.

Page 21

Aliran elektron di dalam kabel itu dideteksi sebagai arus listrik yang bisa diperkuat dan
dicatat. Semakin banyak ion yang datang, semakin besat arus listrik yang timbul.

Mendeteksi ion-ion lainnya.


Bagaimana ion-ion lainnya dapat dideteksi padahal sinar A dan sinar B sudah tidak ada

lagi dalam mesin?


Ingat bahwa sinar A dibelokkan paling besar, berarti ia mempunyai nilai m/z yang paling
kecil(ion yang paling ringan bila bermuatan +1) Untuk membuat sinar ini sampai ke detektor ion,
anda perlu membelokkan sinar tersebut dengan menggunakan medan magnet yang lebih
kecil(gaya luar yang lebih kecil).
Untuk membuat ion-ion yang mempunyai nilai m/z yang besar(ion yang berat bila
bermuatan +1) sampai ke detektor ion, maka anda perlu membelokkannya dengan menggunakan
medan magnet yang lebih besar.
Dengan merubah besarnya medan magnet yang digunakan, maka anda bisa membawa
semua sinar yang ada secara bergantian ke detektor ion, dimana disana ion-ion tersebut akan
menimbulkan arus listrik dimana besarnya berbanding lurus dengan jumlah ion yang datang.
Massa dari semua ion yang dideteksi itu tergantung pada besarnya medan magnet yang
digunakan untuk membawa sinar tersebut ke detektor ion. Mesin ini dapat disesuaikan untuk
mencatat arus listrik (yang merupakan jumlah ion-ion) dengan m/z secara langsung. Massa
tersebut diukur dengan menggunakan skala 12C.
Tambahan: Skala 12C adalah skala dimana isotop 12C mempunyai berat tepat 12 unit.

2.2.4 Gambar Alat

Page 22

Skema alat ICP mass spectrometry

Page 23

Gambar alat ICP mass spectrometry

2.2.5 Kelebihan dan kekurangan ICP-MS


Yang paling penting dari keuntungan ICP-MS termasuk kemapuan pembacaan multielement, sensitivitas tinggi, dan kemungkinan untuk memperoleh informasi mengenai isotopic
elemen bisa ditentukan. Kekurangan pada ICP-MS site, isobaric adanya gangguan yang
dihasilkan oleh polyatomic yang timbul dari plasma gas dan udara yaitu isotopes dari Argon,
oksigen, nitrogen, dan hidrogen dapat menggabungkan diri atau bersama dengan unsur lainnya
untuk menghasilkan isobaric gangguan. ICP-MS tidak berguna dalam deteksi dari nonmetals.

Page 24

2.3 Atomic Emission Spectrometry


2.3.1. Pengertian
Spektroskopi emisi atom (AES) adalah metode analisis kimia yang menggunakan
intensitas cahaya yang dipancarkan dari api, plasma , atau percikan pada panjang gelombang
tertentu untuk menentukan jumlah suatu unsur dalam sampel. Panjang gelombang dari garis
spektral atom memberikan identitas elemen sedangkan intensitas cahaya yang dipancarkan
sebanding dengan jumlah atom unsur.
AES menyerap cahaya menggunakan atom bebas. AES adalah instrumen yang
menggunakan prinsip ini, bertujuan untuk menganalisis konsentrasi logam dalam larutan. Zat
dalam suatu larutan mengalami penguapan, dan dipecah menjadi atom terfragmentasi menjadi
nyala atau plasma.
Dalam emisi atom, sampel terkena energi tinggi, lingkungan termal untuk menghasilkan
atom keadaan tereksitasi, yang mampu memancarkan cahaya. Sumber energi bisa menjadi busur
listrik, api, atau lebih baru-baru ini, sebuah plasma. Spektrum emisi dari elemen terkena seperti
sumber energi terdiri dari kumpulan panjang gelombang emisi yang diijinkan, biasanya disebut
garis emisi, karena sifat diskrit dari panjang gelombang dipancarkan. Spektrum emisi ini dapat
digunakan sebagai karakteristik yang unik untuk identifikasi kualitatif elemen. Atom emisi
dengan menggunakan busur listrik telah banyak digunakan dalam teknik analisis. Emission
kualitatif juga dapat digunakan untuk menentukan berapa banyak elemen hadir dalam sampel.
Untuk analisis kuantitatif, intensitas cahaya yang dipancarkan pada panjang gelombang
elemen yang akan ditentukan diukur. Intensitas emisi pada panjang gelombang ini akan lebih
besar sebagai nomor atom dari unsur analit meningkat. Teknik fotometri nyala api adalah sebuah
aplikasi dari emisi atom untuk analisis kuantitatif.
Elektroda yang biasa digunakan untuk berbagai bentuk AES adalah grafit. Grafit
merupakan pilihan yang baik untuk bahan elektroda karena konduktif. Logam yang digunakan
sebagai elektroda akan dpakai selama pemakaian dan logam yang dipakai tentunya tidak boleh
mengganggu proses.
Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan panjang gelombang garis intens
dari sampel elemen telah diketahui. Pada umumnya setidaknya ada tiga baris intens sampel yang
Page 25

harus cocok dengan elemen sudah diketahui untuk menyimpulkan bahwa sampel mengandung
elemen-elemen tersebut.

2.3.2 Fungsi
Spektroskopi emisi atom (AES) adalah metode analisis kimia yang menggunakan
intensitas cahaya yang dipancarkan dari api, plasma , atau percikan pada panjang gelombang
tertentu untuk menentukan jumlah suatu unsur dalam sampel

2.3.3 Cara kerja


Seperti dalam spektroskopi AAS, sampel harus dikonversi menjadi atom bebas, biasanya
dalam suhu eksitasi sumber yang tinggi. Sampel cair adalah nebulasi dan dibawa ke sumber
eksitasi oleh gas yang mengalir. sampel padat dapat diperkenalkan ke sumber oleh lumpur atau
ablasi laser dari sampel solid di dalam aliran gas. Zat padat juga dapat langsung menguap oleh
percikan antara elektroda. Sumber eksitasi harus dilarutkan, memisahkan menjadi atom.
Spektrum emisi dapat digunakan untuk menentukan komposisi material, karena berbeda
untuk setiap elemen dari tabel periodik . Karakteristik spektrum emisi dari beberapa elemen
secara jelas terlihat dengan mata telanjang ketika elemen-elemen yang dipanaskan. Sebagai
contoh, ketika kawat platina dicelupkan ke dalam strontium nitrat dan kemudian dimasukkan ke
dalam api, atom strontium memancarkan warna merah. Demikian pula, ketika tembaga
dimasukkan ke dalam api, api menjadi hijau. Karakteristik ini pasti memungkinkan elemen yang
akan diidentifikasi dengan spektrum emisi atom mereka. Tidak semua lampu yang dipancarkan
oleh spektrum dapat dilihat dengan mata telanjang, juga termasuk sinar ultra violet dan infra
merah lampu, emisi yang terbentuk ketika gas bersemangat dilihat secara langsung meskipun
suatu spektroskop.
Metode ini menggunakan eksitasi nyala api; di mana atom bebas dengan panas api
untuk memancarkan cahaya. Metode ini biasanya menggunakan burner konsumsi total dengan
outlet terbakar bulat. Sebuah api suhu yang lebih tinggi daripada spektroskopi serapan atom
(AAS) biasanya digunakan untuk menghasilkan eksitasi atom analit. Karena atom analit sangat
Page 26

sensitif oleh panas api, tidak ada lampu elemen khusus untuk bersinar ke dalam api diperlukan.
Sebuah resolusi tinggi polikromator dapat digunakan untuk menghasilkan intensitas emisi vs
panjang gelombang spektrum memiliki rentang panjang gelombang eksitasi unsur yang
menunjukkan jalur ganda, yang berarti beberapa elemen dapat dideteksi dalam satu kali. Cara
lainnya, monokromator dapat diatur pada satu panjang gelombang untuk berkonsentrasi pada
analisis elemen tunggal pada garis emisi tertentu. Plasma spektroskopi emisi adalah versi lebih
modern dari metode ini.

2.3.4 Gambar Alat

Gambar skema percobaan atomic emissi spektometri

Page 27

Gambar Atomik emissi spektometri


2.3.5 Hambatan dalam Spektometri emisi atom
a) Adanya radiasi unsur lain, sehingga terjadi tumpang tindih spectrum
b) Adanya peningkatan kation dan gangguan anion, terjadinya ionisasi pada temperatur tinggi
yang dapat memancarkan spektrum sendiri. Pengionan dapat menurunkan daya radiasi
pancaran atomik
Fotometri nyala biasanya diterapkan pada analisis yang sukar atau mustahil dikerjakan
dengan cara-cara lain, atau kecepatan agak lebih penting dibandingkan dengan kecermatan
tinggi. Teknik ini lebih banyak digunakan untuk penentuan logam Na dan K, dibandingkan
dengan penentuan Ca.
Fotometri nyala tetap penting dalam riset biomedis, kimia klinis, agronomi, analisis air,
studi gizi, dan bidang lain dimana tidak ada cara lain untuk menentukan unsur-unsurnya.
Sebagai contoh penentuan kadar litium, sebagaimana yang lazim digunakan bahwa garam
litium banyak dipakai dalam kedokteran jiwa, karena memiliki daya penenang yang baik.
Namum Li+ bersifat toksik dalam kadar yang kecil dalam darah (1x10-5- - 3x10-5- M), jelasa ini
tidak dapat dideteksi dengan fotometer nyala yang lazim. Oleh karena itu dengan penambahan
sedikit K+, sebagai standar dalam, Li dapat ditentukan.

Page 28

2.4 Ion Chromatography


2.4.1. Sejarah singkat
Perkembangan kimia modern dengan teknik pemisahan yang cepat, tidak dapat terlaksana
bila tidak adanya ilmuan yang menemukannya. Kromatografi merupakan salah satu alat yang ada
dalam perkembangan kimia modern, sehingga suatu analisis dapat dilakukan dengan cepat dan
baik.
Di awal abad ke-20, kimiawan Rusia Mikhail Semnovich Tsvet (1872-1919)
menyiapkan kolom yang diisi dengan serbuk kalsium karbonat, dan kedalamnya dituangkan
campuran pigmen tanaman yang dilarutkan dalam eter. Secara mengejutkan, pigmen
memisahkan dan membentuk lapisan berwarna di sepanjang kolom. Ia menamakan kromatografi
pada teknik pemisahan baru ini (1906). Kemudian kimiawan dari Swiss Richard Martin
Willsttter (1872-1942) menerapkan teknik ini untuk risetnya yakni khlorofil untuk
menunjukkan manfaat teknik ini, dan sejak itu banyak perhatian diberikan pada kromatografi.
Dan untuk Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada
tahun 1938. Serta Kimiawan Inggris Richard Laurence Millington Synge (1914-1994) adalah
orang pertama yang menggunakan metoda analisis asam amino dengan kromatografi kertas. Saat
campuran asam amino menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler,
partisi asam amino antara fasa mobil dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa
berlangsung berulang-ulang. Ketiak pelarut mencapai ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap
asam amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam
amino diidentifikasi.

2.4.1 Pengertian
Kromatografi Ion merupakan aplikasi tehnik kromatografi cairan kinerja tinggi (KCKT)
dalam kromatografi penukar ion dengan menggunakan komponen resin penukar ion dan detektor
konduktometer. Resin terdiri dari resin penukar kation dan anion. Resin penukar kation biasanya
dalam bentuk asam kuat yang dapat bereaksi dengan kation yang berbasa kuat sperti Na, K, Ca,
Mg dan juga kation berbasa lemah misalnya NH4+, sedangkan resin penukar kation dalam
Page 29

bentuk asam lemah dapat bereaksi dengan kation berbasa kuat, tetapi kurang baik untuk kation
berbasa lemah. Resin penukar anion biasanya dalam bentuk basa kuat mampu bereaksi dengan
anion asam kuat seperti Cl-, SO42-, NO3-, dan anion asam lemah misalnya CO32-, sedangkan
resin penukar anion yang bersifat basa lemah hanya baik bereaksi dengan anion asam kuat.
Sampel cair yang mengandung ion atau logam ini bisa diketahui atau dianalisis dengan
menggunakan teknik kromatografi ion (ion chromatography). Dengan menggunakan teknik
kromatografi ion, anda bisa memastikan ion-ion atau logam secara kualitatif ataupun kuantitatif
dari sampel. Dalam waktu yang singkat, ion-ion positif (kation) seperti : Na+, NH4+, K+, Mg2+,
Ca2+, Ag+, Cu2+, Fe2+ dan sejumlah kation lainnya atau ion-ion negatif (anion) seperti : F-,
PO43-, Cl-, NO2-, Br-, SO42-, CN-, I-, IO3-, dan sejumlah jenis anion lainnya dapat diketahui
secara pasti kepekatan perjumlahnya. Bahkan lebih dari itu, berbagai jenis ion (anion atau
kation) dalam sampel, dapat ditentukan secara serentak (simultaneous) dalam satu kromatogram
(one chromatogram run). Pada umumnya, anion dan kation dapat diketahui dan dipisahkan
dengan menggunakan teknik pemisahan. Atau dengan kata lain, untuk sekali injek sampel saja ke
dalam sistem kromatografi ion, berbagai-bagai puncak kromatogram (chromatogram peaks) dari
anion atau kation akan muncul. Inilah salah satu yang menjadikan teknik ini lebih populer, bukan
saja sensitivitas dan selektivitasnya, tetapi juga waktu analisisnya yang relatif singkat dan juga
hasilnya yang maksimal. Teknik kromatografi ion merupakan salah satu subset dari
kromatografi, khususnya kromatografi cair (LC=liquid chromatography). Teknik ini dapat
menentukan kepekatan spesies ion-ion (anion atau kation) dengan memisahkannya berdasarkan
pada interaksinya dengan Resin yang ada dalam kolom pemisah dan mobile phase yang
digunakan. Spesies ion-ion ini kemudian dapat dipisahkan (separated) dalam kolom tersebut
berdasarkan pada jenis, ukuran dan afiniti elektronnya. Campuran anion dan kation dalam suatu
sampel dapat diketahui dan jumlah ion-ion tersebut dapat ditentukan dalam waktu yang relatif
singkat (relatively short time). Suatu ion dalam sampel dengan kepekatan yang sangat rendah,
masih bisa diukur dengan teknik ini. Disebabkan itulah, teknik kromatografi ion menjadi pilihan
bagi peneliti dalam mengetahui ion yang ada dalam sampel cair, karena teknik ini mempunyai
kemampuan menentukan kepekatan ion atau logam pada level ppt (parts per trillion). Ia juga
mudah digunakan serta tidak rumit dalam pengendalian peralatan ini. Pada umumnya, aplikasi
teknik ini lebih menjurus kepada teknik mengetahui ion-ion non organik serta ion-ion organik di
Page 30

mana berat molekul relatif kecil, dan/atau ion-ion organik dengan berat molekul yang besar dapat
diketahui dengan baik dengan didahului persiapan sampel yang baik.

2.4.2 Fungsi
Untuk mendeteksi ion yang ada dalam sampel cair, karena teknik ini mempunyai
kemampuan deteksi sampai pada level ppt

2.4.3 Cara kerja


Kolom resin pemisah ion telah digunakan pada beberapa tahun sebelumnya untuk
memisahkan sejumlah anion dan kation satu sama lainnya. Anorganik kation dipisahkan pada
kolom resin pemisah kation, sementara anorganik anion dipisahkan pada kolom resin pemisah
anion. Pada Gambar 1, memperlihatkan tipe resin yang paling sering digunakan sebagai isian
dalam kolom.
Semisal akan memisahkan ion Na+, NH4+, K+, Mg2+ dan Ca2+ dalam sample. Terlebih
dahulu sebuah larutan (misal: larutan asam lemah atau kuat) sebagai eluen atau fase gerak
(mobile phase) dialirkan pada sebuah kolom yang berfungsi sebagai fase diam (stationary phase)
yang bersisi resin kation. Kemudian sebuah sampel yang berisi kelima kation di atas diinjekkan
ke dalam kolom tersebut. Kation-kation di atas akan diikat oleh resin di dalam kolom dengan
bantuan kondisi eluen. Kejadian ini bisa divisualkan sebagai berikut :
Resin-SO3-H+ + Na+, NH4+, K+, Mg2+, Ca2+ <==>
Resin-SO3-Na+, NH4+, K+, Mg2+, Ca2+ + H+
Karena kelima kation ini mempunyai afinitas elektron yang berbeda satu sama lain,
sehingga selektivitas dan waktu munculnya (sebagai puncak) pun akan berbeda. Istilah yang
tepat untuk kasus ini adalah mempunyai waktu retensi (tR = retention time) yang berbeda. Faktor
lain adalah adanya komposisi eluen kompleks seperti eluen HF, HCl, HBr, HI HSCN dan
H2SO4, dll, yang bisa juga mempengaruhi waktu retensi munculnya puncak dari ion/logam yang
ada, sehingga ketika menggunakan jenis eluen di atas, ada kemungkinan selektivitas terhadap ion
Page 31

yang diamati akan berbeda. Pada Gambar 2 memperlihatkan sebuah kromatogram yang
menunjukkan adanya puncak (peak) dari kelima kation yang terpisahkan/terdeteksi.

2.4.3.1. Komponen dasar kromatografi ion


rangkaian alat atau komponen dasar yang biasa dipakai dalam teknik kromatografi ion, yang
terdiri atas:
1. Eluent, yang berfungsi sebagai fase gerak yang akan membawa sampel tersebut masuk ke
dalam kolom pemisah.
2. Pompa, yang berfungsi untuk mendorong eluent dan sampel tersebut masuk ke dalam
kolom. Kecepatan alir ini dapat dikontrol dan perbedaan kecepatan bisa mengakibatkan
perbedaan hasil
3. Injektor, tempat memasukkan sampel dan kemudian sampel dapat didistribusikan masuk
ke dalam kolom.
4. Kolom pemisah ion, berfungsi untuk memisahkan ion-ion yang ada dalam sampel.
Keterpaduan antara kolom dan eluent bisa memberikan hasil/puncak yang maksimal,
begitu pun sebaliknya, jika tidak ada kesesuaian, maka tidak akan memunculkan puncak.
5. Detektor, yang berfungsi membaca ion yang lewat ke dalam detektor.
6. Rekorder data, berfungsi untuk merekam dan mengolah data yang masuk.

Gambar 1. Rangkaian dasar komponen kromatografi


Gambar 2 menunjukkan dua buah kolom; kolom pemisah kation dan kolom pemisah
anion. Kolom pemisah inilah yang menjadi inti dalam teknik pemisahan kromatografi ion. Benda
inilah yang bisa memisahkan ion-ion tersebut ketika sampel dilewatkan ke dalamnya, sehingga
puncak yang muncul secara bergantian dan berurutan. Bisa diibaratkan dalam tubuh manusia
bahwa kolom ini adalah sebagai jantung pada manusia, sehingga tanpa jantung, manusia tidak
Page 32

bisa hidup. Demikian halnya pada teknik ini, tanpa adanya kolom pemisah, maka tidak akan
mungkin terjadi pemisahan ion (Weiss, 1995).

Gambar 2. Dua buah kolom pemisah kation dan anion

2.4.4 Gambar alat

Page 33

2.4.5 Kelebihan Kromatografi Ion


Beberapa kelebihan yang dimiliki kromatografi ion di antaranya :
a. Kecepatan (speed)
Kecepatan dalam analisis suatu sampel menjadi aspek yang sangat penting dalam hal analisis
ion. Salah satu yang menyebabkannya adalah masalah klasik yaitu untuk mengurangi biaya dan
bisa menghasilkan data-data analisis yang akurat dan cepat. Namun, sebenarnya yang lebih
penting adalah memberikan andil dengan maksimal dalam perhatian kepada kondisi lingkungan
(environmental efforts) yang dari hari ke hari jumlah sampel yang mau dianalisis (untuk
diketahui kandungan apa saja di dalamnya) semakin bertambah. Itulah sebabnya, teknik ini terus
dikembangkan orang untuk mendapatkan teknik pemisahan/pendeteksian yang lebih praktis
dengan biaya yang relatif murah. Sebagai tambahan pula bahwa limbah (waste) yang dihasilkan
dari penggunaan eluen dapat dikurangi.
b. Sensitivitas (sensitivity)
Dengan berkembangnnya teknologi mikroprosessor, mulailah orang mengkombinasikannya
dengan efisiensi kolom pemisah, mulai skala konvensional (ukuran diameter dalam milimeter)
sampai skala mikro yang biasa juga disebut microcolumn. Sehingga walaupun hanya dengan
jumlah sampel yang sangat sedikit, misal 10l yang diinjetkan ke dalam sistem kromatografi,
ion-ion yang ada dalam sampel tersebut dapat terdeteksi dengan baik.
c. Selektivitas (selectivity)
Dengan sistem ini, bisa dilakukan pemisahan berdasarkan keinginan, misalnya kation/anion
organik saja atau kation/anion anorganik yang ingin dipisahkan. Itu dapat dilakukan dengan
memilih kolom pemisah yang tepat. Ataupun hanya ion tertentu yang ingin diukur walaupun
banyak ion lain yang ada dalam sampel.
d. Pendeteksian yang serempak (simultaneous detection)

Page 34

Secara umum, anion dan kation dipisahkan/dideteksi terpisah dengan menggunakan sistem
analisis yang terpisah (different systems). Padahal sangat penting dilakukan pendeteksian secara
serempak (simultaneous) antara anion dan kation dalam dalam sekali injek untuk sebuah sampel.
Tentunya, pendekatan yang terakhir ini punya sejumlah kelebihan dibanding pemisahan terpisah.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, beberapa kelebihan di antaranya dapat menekan biaya
operasional, memperkecil jumlah limbah saat analisis berlangsung, memperpendek waktu
analisis (short time analysis) serta dapat memaksimalkan hasil yang diinginkan.
e. Kestabilan pada kolom pemisah (stability of the separator column)
Walaupun sebenarnya, ketahanan kolom ini berdasarkan pada paking (packing) material yang
diisikan ke dalam kolom pemisah. Namun, kebanyakan kolom pemisah bisa bertahan pada
perubahan yang terjadi pada sampel, misalnya konsentrasi suatu ion terlalu tinggi, tidak akan
mempengaruhi kestabilan material penyusun kolom. Walapun diakui bahwa ada juga kolom
pemisah yang mempunyai waktu penggunaan yang tidak terlalu lama, dikarenakan paking kolom
yang kurang baik atau karena faktor internal lainnya (Amin, 2009).

Page 35

2.5 capillary elektrophoresis


2.5.1 Pengertian
Elektroforesis adalah suatu teknik yang mengukur laju perpindahan atau pergerakan
partikel-partikel bermuatan dalam suatu medan listrik. Prinsip kerja dari elektroforesis
berdasarkan pergerakan partikel-partikel bermuatan negatif (anion), dalam hal tersebut DNA,
yang bergerak menuju kutub positif (anode), sedangkan partikel-partikel bermuatan positif
(kation) akan bergerak menuju kutub negatif (anode) (Klug & Cummings 1994: A-6).
Elektroforesis kapiler adalah metode elektroforesis yang digunakan untuk memisahkan
asam amino, protein, lipid, karbohidrat, dan nukleotida dengan resolusi tinggi yang dilakukan
pada pipa kapiler berisi buffer. Metode ini mulai digunakan secara luas pada akhir tahun 1940.
untuk aplikasi dalam berbagai bidang seperti bioteknologi, kimia, lingkungan, dan analisis
farmasi. Elektroforesis kapiler menggunakan listrik bertegangan tinggi yang menyebabkan
semua komponen ion atau molekul netral bergerak ke katoda. Deteksi dapat dilakukan dengan
teknik pendeteksian spektrometri atau elektrokimia. Teknik pemisahan ini dipengaruhi oleh
tegangan listrik, koefisien difusi, panjang, dan diameter pipa kapiler, serta konsentrasi sampel.
Metode ini memiliki efisiensi dan selektivitas yang baik namun boros listrik karena
menggunakan tegangan tinggi dan alatnya juga mahal.
Karakteristik elektroforesis kapiler yaitu :
Menggunakan pipa kapiler pada pemisahan elektroforesis.
Memanfaatkan medan listrik berkekuatan tinggi, lebih dari 5 V/cm.
Menggunakan detektor berteknologi modern, sebagaimana yang ada pada kromatogram.
Efisiensinya kadangkala sama dengan kromatografi gas kapiler, namun juga bisa lebih
besar.
Membutuhkan waktu beberapa menit untuk mengamati sampel.
Page 36

Mudah diotomatiskan untuk menganalisis dalam segi kuantitatif, dan mudah digunakan.
Terbatas dalam mengkomsumsi (melibatkan) sejumlah reagent.
Metode ini lebih aplikatif untuk menyeleksi dalam ukuran luas, dibandingkan dengan

2.5.2 Fungsi
Elektroforesis digunakan untuk mengamati hasil amplifikasi dari DNA. Hasil
elektroforesis yang terlihat adalah terbentuknya band yang merupakan fragmen DNA hasil
amplifikasi dan menunjukkan potongan-potongan jumlah pasangan basanya (Klug & Cummings
1994: 397).
Elektroforesis digunakan dengan tujuan untuk mengetahui ukuran dan bentuk suatu
partikel baik DNA, RNA dan protein. Selain itu, elektroforesis juga digunakan untuk fraksionasi
yang dapat digunakan untuk mengisolasi masing-masing komponen dari campurannya,
mempelajari fitogenetika, kekerabatan dan mempelajari penyakit yang diturunkan (Klug &
Cummings 1994: A-6). Elektroforesis dalam bidang genetika, digunakan untuk mengetahui
ukuran dan jumlah basa yang dikandung suatu sekuen DNA tertentu (Klug & Cummings 1994:
A-7)

2.5.3 Cara Kerja

Pada elektroforesis kapiler, komponen dalam campuran ditransport melalui tabung


kapiler horizontal oleh potensial dc yang tinggi di sepanjang tabung. Di dalam kapiler
terjadi aliran elektroosmotik (electroosmotic flow).

Kapiler, buffer, elektroda

dan potensial dikondisikan sehingga larutan buffer akan

mengalir dari sumber buffer yang satu ke yang lain.

Pada elektroforesis kapiler dikenal istilah Waktu migrasi (migration time) tm merupakan
waktu yang dibutuhkan larutan untuk bergerak dari kolom
detector

Page 37

kapiler menuju jendela

2.5.3.1 Contoh Aplikasi Elektroforesis


1. Pemisahan ion Li+ dan Na+
Kedua kation ini, Li+ dan Na+ sama-sama memiliki muatan +1, namun memiliki ukuran
berbeda. Ion Li+ memiliki ukuran yang lebih kecil dari Na+. Ion Li+ akan lebih tersolvasi
dengan air sehingga akan mengikat banyak molekul air. Akibatnya mobilitas Li + akan
menjadi kecil dan ion Na+ akan lebih dahulu keluar dari kapiler.
2. Pemisahan NO2- dan NO3menggunakan EOF HNO3 merupakan asam kuat, dalam air akan terurai sempurna
menjadi H+ dan NO3-, sedangkan HNO2 merupakan asam lemah, dalam air akan
terdisosiasi sebagian. Pada pH 7, HNO2 akan terdisosiasi sebagian, menyisakan spesi
HNO2. Hal ini tidak baik untuk pemisahan karena tidak semua HNO2 berada dalam spesi
NO2-. Untuk melakukan pemisahan dengan baik, kita harus menggunakan pH yang tinggi
sehingga kedua spesi tersebut dapat berada dalam bentuk anionnya.
Namun ketika pH sudah diatur tinggi, hanya akan terbentuk satu puncak pada
elektroforegram. Hal ini disebabkan karena kedua spesi akan menuju pada kutub yang sama.
Pemisahan dapat tetap dilakukan dengan baik asalkan muatan detektor diatur menjadi positif dan
muatan injektor diatur menjadi negatif.

Page 38

Sistem yang berdasarkan pada skema (a) hanya akan menghasilkan satu puncak, artinya
pemisahan tidak berlangsung dengan baik. Pada skema (b) akan muncul dua puncak, artinya
pemisahan NO3- dan NO2- terjadi dengan baik. Hal ini disebabkan karena nilai mobilitas
elektroforetik (ep) NO3- lebih kecil dibanding ep NO2-, akibatnya mobilitas total (t) NO2menjadi lebih besar dari t NO3-. Hal ini akan berakibat NO2- akan keluar terlebih dahulu
dibanding NO3-.

2.5.4 Gambar alat

Page 39

2.6 Mass Spectometri


2.6.1 Pengertian
Spektrometri massa merupakan teknik analisis yang menghasilkan spektrum
(spektrum tunggal) massa dari atom atau molekul yang terdiri dari suatu sampel
bahan. Spektrum yang digunakan untuk menentukan komposisi unsur atau isotop
sampel, massa partikel dan molekul , dan untuk menjelaskan struktur kimia dari
molekul, seperti senyawa kimia . Spektrometri massa bekerja dengan senyawa
kimia peng-ion untuk menghasilkan molekul bermuatan atau fragmen molekul dan
mengukur mereka rasio massa terhadap muatan.

2.6.2 Fungsi
1. Untuk menentukan berat molekul dengan sangat teliti sampai 4 angka
dibelakang desimal.
2. Spektoskopi massa dapat digunakan untuk mengetahui rumus molekul tanpa
melalui analisis unsur.

2.6.3 Cara Kerja


Prinsip

kerja

Spektrometer

Massa

adalah

pengionisasian

senyawa

kimia

menghasilkan molekul atau fragmen molekul dan mengukur rasio massa atau
muatan. Spectrometer massa menghasilkan berkas ion, memilah ion tersebut
menjadi spektum yang sesuai dengan perbandingan massa terhadap muatan dan
merekam kelimpahan relatif tiap jenis ion yang ada. Umumnya, hanya ion positif
yang dipelajari karena ion negatif yang dihasilkan dari sumber tumbukan umumnya
sedikit. Atom dapat dibelokkan dalam sebuah medan magnet

(dengan anggapan atom

tersebut diubah menjadi ion terlebih dahulu) karena partikel-partikel bermuatan


listrik dibelokkan dalam medan magnet dan partikel-partikel yang tidak bermuatan
(netral) tidak dibelokkan.
Page 40

Urutannya adalah sebagai berikut :


a.

Tahap pertama : Ionisasi


Atom diionisasi dengan mengambil satu atau lebih elektron dari atom tersebut
supaya terbentuk ion positif. Ini juga berlaku untuk unsur-unsur yang biasanya
membentuk ion-ion negatif (sebagai contoh, klor) atau unsur-unsur yang tidak
pernah membentuk ion (sebagai contoh, argon). Spektrometer massa ini selalu
bekerja hanya dengan ion positif.

b.

Tahap kedua : Percepatan


Ion-ion tersebut dipercepat supaya semuanya mempunyai energi kinetik yang
sama.

c.

Tahap ketiga : Pembelokan


Ion-ion tersebut dibelokkan dengan menggunakan medan magnet. Pembelokkan
yang terjadi tergantung pada massa ion tersebut. Semakin ringan massanya, akan
semakin dibelokkan. Besarnya pembelokannya juga tergantung pada besar muatan
positif ion tersebut.
Dengan kata lain, semakin banyak elektron yang diambil pada tahap 1, semakin
besar muatan ion tersebut, pembelokan yang terjadi akan semakin besar.

d.

Tahap keempat : Pendeteksian


Sinar-sinar ion yang melintas dalam spectrometer massa akan dideteksi secara
elektrik.

2.6.4 Gambar alat

Page 41

2.7 Gas Chromatography


2.7.1 Pengertian
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi
dari komponen campuran tersebut diantarany dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fase
bergerak (mobile)
Kromatografi gas fase geraak dan fase diamnya diantaranya :

Fase gerak adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai
dengan partisi sampel antara fase gas bergerak

Fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang
terikat pada zat padat penunjangnya
macam-macam kromatografi yang salah satunya adalah kromatografi gas, yang

merupakan metode kromatografi pertama yang dikembangkan pada zaman instrumen dan
elektronika. Kromatografi gas dapat dipakai untuk setiap campuran dimana semua komponennya
mempunyai tekanan uap yang berarti, suhu tekanan uap yang dipakai untuk proses pemisahan.
Tekanan uap atau keatsirian memungkinkan komponen menguap dan bergerak bersama-sama
dengan fase gerak yang berupa gas.
Kromatografi gas metode yang tepat dan cepat untuk memisahkan campuran yang sangat
rumit. Waktu yang dibutuhkan beragam, mulai dari beberapa detik untuk campuran yang
sederhana sampai berjam-jam untuk campuran yang mengandung 500-1000 komponen. Metode
Page 42

ini sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan
eter. Analisis minyak mentah dan atsiri dalam buah telah dengan sukses dilakukan dengan tehnik
ini. Efisien pemisahan ditentukan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairan,
dengan menggunakan fase cair standar yang diketahui efektif untuk berbagai senyawa.

2.7.2 Fungsi
Untuk Pengujian kemurnian suatu zat tertentu, atau memisahkan
campuran.

berbagai komponen

2.7.3 Cara Kerja


Komponen dalam Kromatografi Gas
Adapun komponen-komponen dari kromatografi gas yaitu sebagai berikut

1.

Gas Pembawa

Page 43

Pada pengamatan ini, terlihat tiga tabung gas yang memiliki warna yang berbeda. Pada
tabung 1, berisi gas tekan; tabung 2, berisi gas Nitrogen (N 2) dan pada tabung 3, berisi gas
Hidrogen (H2).
Gas pembawa harus bersifat inert artinya gas ini tidak bereaksi dengan cuplikan ataupun
fasa diamnya. Gas ini disimpan dalam silinder baja bertekanan tinggi sehingga gas ini akan
mengalir cepat dengan sendirinya. Karena aliran gas yang cepat inilah maka pemisahan dengan
kromatografi gas berlangsung hanya dalam beberapa menit saja. Gas pembawa yang biasa
digunakan adalah gas argon, helium, hidrogen dan nitrogen. Gas nitrogen memerlukan kecepatan
alir yang lambat (10 cm/detik) untuk mencapai efisiensi yang optimum dengan HETP (High
Eficiency Theoretical Plate) minimum. Sementara hidrogen dan helium dapat dialirkan lebih
cepat untuk mencapai efisiensi optimumnya, 35 cm/detik untuk gas hidrogen dan 25 cm/detik
untuk helium. Dengan kenaikan laju alir, kinerja hidrogen berkurang sedikir demi sedikit
sedangkan kinerja nitrogen berkurang secara drastis.
Semakin cepat solut berkesetimbangan di antara fasa diam dan fasa gerak maka semakin
kecil pula faktor transfer massa. Difusi solut yang cepat membantu mempercepat kesetimbangan
di antara dua fasa tersebut, sehingga efisiensinya meningkat (HETP nya menurun). Pada
kecepatan alir tinggi, solut berdifusi lebih cepat melalui hidrogen dan helium daripada melalui
nitrogen. Hal inilah yang menyebabkan hidrogen dan helium memberikan resolusi yang lebih
baik daripada nitrogen. Hidrogen memiliki efisiensi yang relatif stabil dengan adanya perubahan
kecepatan alir. Namun, hidrogen mudah meledak jika terjadi kontrak dengan udara. Biasanya,
helium banyak digunakan sebagai penggantinya. Kotoran yang terdapat dalam carrier gas dapat
bereaksi dengan fasa diam. Oleh karena itu, gas yang digunakan sebagai gas pembawa yang
relatif kecil sehingga tidak akan merusak kolom. Biasanya terdapat saringan (molecular saeive)
Page 44

untuk menghilangkan kotoran yang berupa air dan hidrokarbon dalam gas pembawa . Pemilihan
gas pembawa biasanya disesuaikan dengan jenis detektor.
2.

Injektor

Sampel dapat berupa gas atau cairan dengan syarat sampel harus mudah menguap saat
diinjeksikan dan stabil pada suhu operasional (50-300 C). Injektor berada dalam oven yang
temperaturnya dapat dikontrol. Suhu injektor biasanya 50 C di atas titik didih cuplikan. Jumlah
cuplikan yang diinjeksikan sekitar 5 L. Tempat pemasukkan cuplikan cair pada kolom pak
biasanya terbuat dari tabung gelas di dalam blok logam panas. Injeksi sampel menggunakan
semprit kecil. Jarum semprit menembus lempengan karet tebal disebut septum yang mana akan
mengubah bentuknya kembali secara otomatis ketika semprit ditarik keluar. Untuk cuplikan
berupa gas dapat dimasukkan dengan menggunakan alat suntik gas (gas-tight syringe) atau kran
gas (gas-sampling valve). Alat pemasukan cuplikan untuk kolom terbuka dikelompokkan ke
dalam dua kategori yaitu injeksi split (split injection) dan injeksi splitless (splitless injection).
Injeksi split dimaksudkan untuk mengurangi volume cuplikan yang masuk ke kolom. Cuplikan
yang masuk biasanya hanya 0,1 % hingga 10 % dari 0,1-2 L, sementara sisanya dibuang.

Gambar 1.2 Sistem injeksi split


Sedangkan injeksi splitless lebih cocok digunakan untuk analisa renik.
3.

Kolom
Page 45

Kolom pada umumnya terbuat dari baja tahan karat atau terkadang dapat terbuat dari
gelas. Kolom kaca digunakan bila untuk memisahkan cuplikan yang mengandung komponen
yang dapat terurai jika kontak dengan logam. Diameter kolom yang digunakan biasanya 3 mm
6 mm dengan panjang antara 2-3 m. kolom dibentuk melingkar agar dapat dengan mudah
dimasukkan ke dalam oven ( thermostat ).
Kolom adalah tempat berlangsungnya proses pemisahan komponen yang terkandung
dalam cuplikan. Di dalam kolom terdapat fasa diam yang dapat berupa cairan, wax, atau padatan
dengan titik didih rendah. Fasa diam ini harus sukar menguap, memiliki tekanan uap rendah, titik
didihnya tinggi (minimal 100 C di atas suhu operasi kolom) dan stabil secara kimia. Fasa diam
ini melekat pada adsorben. Adsorben yang digunakan harus memiliki ukuran yang seragam dan
cukup kuat agar tidak hancur saat dimasukkan ke dalam kolom. Adsorben biasanya terbuat dari
celite yang berasal dari bahan diatomae. Cairan yang digunakan sebagai fasa diam di antaranya
adalah hidrokarbon bertitik didih tinggi, silicone oils, waxes, ester polimer, eter dan amida. (The
Techniques). Pemilihan fasa diam juga harus disesuaikan dengan sampel yang akan dipisahkan.
Untuk sampel yang bersifat polar sebaiknya digunakan fasa diam yang polar. Begitupun untuk
sampel yang nonpolar, digunakan fasa diam yang nonpolar agar pemisahan dapat berlangsung
lebih sempurna.
Ada dua tipe kolom yang biasa digunakan dalam kromatografi gas, yaitu kolom pak
(packed column) dan kolom terbuka (open tubular column).
- Kolom pak (packed column)
Kolom pak terbuat dari stainless steel atau gelas Pyrex. Gelas Pyrex digunakan
jika cuplikan yang akan dipisahkan bersifat labil secara termal. Diameter kolom pak
berkisar antara 3 6 mm dengan panjang 1 5 m. kolom diisi dengan zat padat halus
sebagai zat pendukung dan fasa diam berupa zat cair kental yang melekat pada zat
pendukung. Kolom pak dapat menampung jumlah cuplikan yang banyak sehingga
disukai untuk tujuan preparatif. Kolom yang terbuat dari stainless steel biasa dicuci
dengan HCl terlarut, kemudian ditambah dengan air diikuti dengan methanol, aseton,
metilen diklorida dan n-heksana. Proses pencucian ini untuk menghilangkan karat dan
Page 46

noda yang berasal dari agen pelumas yang digunakan saat membuat kolom. Kolom
pak diisi dengan 5% polyethylene glycol adipate dengan efisiensi kolom sebesar
40,000 theoretical plates.
- Kolom terbuka (open tubular column)
Kolom terbuka terbuat dari stainless steel atau quartz. Berdiameter antara 0,1
0,7 mm dengan panjang berkisar antara 15 - 100 m. semakin panjang kolom maka
akan efisiensinya semakin besar dan perbedaan waktu retensi antara komponen satu
dengan komponen lain semakin besar dan akan meningkatkan selektivitas.
Penggunaan kolom terbuka memberikan resolusi yang lebih tinggi daripada kolom
pak. Tidak seperti pada kolom pak, pada kolom terbuka fasa geraknya tidak
mengalami hambatan ketika melewati kolom sehingga waktu analisis menggunakan
kolom ini lebih singkat daripada jika menggunakan kolom pak.

4.

Termostat (Oven)

Termostat (oven) adalah tempat penyimpanan kolom. Suhu kolom harus dikontrol.
Temperatur kolom bervariasi antara 50C - 250C. Suhu injektor lebih rendah dari suhu kolom
dan suhu kolom lebih rendah daripada suhu detektor. Suhu kolom optimum bergantung pada titik
didih cuplikan dan derajat pemisahan yang diinginkan.
Operasi GC dapat dilakukan secara isotermal dan terprogram. Analisis yang dilakukan
secara

isotermal

digunakan

untuk

memisahkan

cuplikan

yang

komponen-komponen

penyusunnya memiliki perbedaan titik didih yang dekat, sedangkan sistem terprogram digunakan
untuk memisahkan cuplikan yang perbedaan titik didihnya jauh.
5.

Detektor

Detektor adalah komponen yang ditempatkan pada ujung kolom GC yang menganalisis
aliran gas yang keluar dan memberikan data kepada perekam data yang menyajikan hasil
kromatogram secara grafik. Detektor menunjukkan dan mengukur jumlah komponen yang
Page 47

dipisahkan oleh gas pembawa. Alat ini akan mengubah analit yang telah terpisahkan dan dibawa
oleh gas pembawa menjadi sinyal listrik yang proporsional. Oleh karena itu, alat ini tidak boleh
memberikan respon terhadap gas pembawa yang mengalir pada waktu yang bersamaan.
Beberapa detektor yang dapat digunakan antara lain: detektor hantar bahang (DHB), detektor
ionisasi nyala (FID), detektor tangkap ion, dan lain sebagainya.
6.

Rekorder

Rekorder berfungsi sebagai pencetak hasil percobaan pada lembaran kertas berupa
kumpulan puncak, yang selanjutnya disebut sebagai kromatogram. Seperti telah diberitahukan
diawal, jumlah puncak dalam kromatogram menyatakan jumlah komponen penyusun campuran.
Sedangkan luas puncak menyatakan kuantitas komponennya.

Cara Menjalankan alat GC


Berdasarkan

pengamatan

yang

dilakukan,

dapat

diketahui

tahap-tahap

dalam

menjalankan alat GC tersebut. Yaitu:


1. Mengaktifkan dan melakukan pemanasan terhadap alat sebelum dipergunakan dengan
cara menekan tombol power dan mendiamkan selama 15 menit.
2. Mengalirkan gas menuju injektor dengan cara memutar knop yang terdapat pada tabung
gas.
3. Melakukan pengaturan suhu pada detektor dengan cara menekan tombol DET lalu
mengatur suhu sebesar 100oC kemudian menekan tombol OK.
4. Melakukan pengaturan suhu pada injektor dengan cara menekan tombol INJ lalu
mengatur suhu sebesar 150oC kemudian menekan tombol OK.
5. Melakukan pengaturan suhu pada kolom dengan cara menekan tombol COL lalu
mengatur suhu sebesar 200oC kemudian menekan tombol OK.
6.

Mengaktifkan Detektor apabila telah tercapai suhu yang dikehendaki. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara memasukkan api ke dalam lubang detektor.

7. Melakukan pengujian terhadap detektor untuk mengetahui proses pembakaran telah


berlangsung. Hal ini dilakukan dengan cara menempelkan sebuah pada lubang bagian
Page 48

atas dan mengamati apakah terdapat butiran embun atau tidak. Apabila terdapat butiran
embun maka alat detektor sudah siap digunakan.
8. Mengambil sampel dan memasukkannya ke dalam injektor dengan bantuan alat syringe.
9. Menekan tombol spasi pada alat komputerisasi bersamaan dengan memasukkan sampel,
kemudian melihat hasil kromatografi.
10. Mengamati kromatogram dan menetukan waktu retensi (tR) sampel.
Mekanisme Kerja Dalam Kromatografi Gas
Pada percobaan ini, akan dilakukan pemisahan komponen-komponen pada larutan nHeksana. N-Heksana dapat dideteksi dikarenakan senyawa ini merupakan senyawa organik yang
memiliki titik didih cukup rendah dan bersifat volatil.
Adapun mekanisme kerja kromatografi gas adalah sebagai berikut : gas bertekanan tinggi
dialirkan ke dalam kolom yang berisi fasa diam, kemudian sampel berupa n-Heksana
diinjeksikan ke dalam aliran gas dan ikut terbawa oleh gas ke dalam kolom. Di dalam kolom
akan terjadi proses pemisahan dari n-Heksana menjadi komponen-komponen penyusunnya.
Komponen-komponen tersebut satu per satu akan keluar kolom dan mencapai detektor yang
diletakkan di ujung akhirkolom. Hasil pendeteksian direkam oleh rekorder dan dikenal
sebagai kromatogram. Jumlah peak pada kromatogram menyatakan jumlah komponen yang
terdapat dalam cuplikan dan kuantitas suatu komponen ditentukan berdasarkan luas peaknya.
Berikut adalah skema dari instrumen GC:

Page 49

Gambar Diagram kromatografi gas


Adapun hasil yang diperoleh pada pemisahan komponen n-Heksana ini, dapat dilihat
dalam bentuk kromatogram sebagai berikut:

Pada gambar di atas, dapat dilihat sebuah kromatogram sederhana yang memiliki 3
puncak. Puncak kecil yang berada di kiri merepresentasikan spesies yang tidak ditahan oleh fasa
diam. Waktu (tM) setelah injeksi sampel sampai dengan munulnya puncak ini seringkali
dinamakan waktu mati (dead time). Waktu mati memberikan pengukuran dari laju migrasi ratarata dari fasa bergerak dan merupakan suatu parameter yang penting dalam mengidentifiasi
puncak analit. Seringkali suatu sampel akan mengandung spesies yang tidak ditahan, jika mereka
tidak memiliki spesies yang tidak ditahan maka penambahan spesies dengan sifat seperti ini
dapat dilakukan untuk membantu identifikasi puncak.
Puncak lebih besar yang terdapat di bagian tengah gambar di atas, merupakan puncak
dari spesies analit yaitu berupa n-Heksana. Waktu yang diperlukan puncak ini untuk mencapai
detektor atau waktu yang diperlukan spesies analit untuk keluar dari kolom dan mencapai
detektor dinamakan waktu retensi (tR). Adapun nilai Rf dari n-Heksana yaitu 1,433. Berikut nilai
waktu retensi dari komponen-komponen n-Heksana yang terbaca oleh alat GC ini:

2.7.4 Gambar alat

Page 50

2.8 Nuclear Magnetik resonance


2.8.1 Pengertian
Nuclear Magnetic Resonance (NMR) adalah salah satu metode analisis yang paling
mudah digunakan pada kimia modern. NMR digunakan untuk menentukan struktur dari
komponen alami dan sintetik yang baru, kemurnian dari komponen, dan arah reaksi kimia
sebagaimana hubungan komponen dalam larutan yang dapat mengalami reaksi kimia [1,2].
Meskipun banyak jenis nuclei yang berbeda akan menghasilkan spektrum, nuclei hidrogen (H)
secara histori adalah salah satu yang paling sering diamati. Spektrokopi NMR khususnya
digunakan pada studi molekul organik karena biasanya membentuk atom hidrogen dengan
jumlah yang sangat besar [3,4,5,6].
Pada spektrum hidrogen NMR menghadirkan beberapa resonansi yang menjelaskan
pertama bahwa molekul yang dipelajari mengandung hidrogen. Kedua, jumlah pita dalam
spektrum menunjukkan bagaimana beberapa posisi yang berbeda pada molekul dimana hidrogen
melekat/menempel. Frekuensi dari beberapa resonansi utama pada spektrum NMR menunjukkan
perubahan kimia. Ini sangat penting untuk menduga bagian dari spektrum NMR yang
Page 51

mengandung informasi tentang lingkungan masing-masing atom hidrogen dan struktur dari
komponen yang dipelajari. Informasi ketiga bahwa sebuah spektrum NMR menentukan
perbandingan luas/daerah pita yang berbeda, ini menjelaskan jumlah atom hidrogen yang relatif
yang keluar pada masing-masing posisi pada molekul yang diperoleh.
Perbandingan ini petunjuk/bukti langsung struktur dari struktur molekul dan harus mutlak
sesuai untuk beberapa struktur yang diusulkan sebelum struktur tersebut kemungkinan
dipertimbangkan benar. Struktur kompleks pita-pita dapat mengandung informasi tentang jarak
yang memisahkan beberapa atom hidrogen yang melewati ikatan kovalen dan penyusun spasial
atom hidrogen yang melekat pada molekul, termasuk struktur dasarnya. Struktur dasar
menunjukkan pembungkusan atau penggabungan molekul yang memiliki ikatan yang panjang,
seperti struktur spiral DNA. Struktur kompleks pita NMR pada mulanya spin coupling diantara
beberapa atom hidrogen. Penggabungan ini merupakan perputaran fungsi jarak melintasi ikatan
dan geometri molekul. Dalam kasus molekul kecil, pita yang kompleks mungkin disimulasikan
tepat dengan perhitungan mekanika kuantum atau didekati menggunakan mekanika kuantum
yang sesuai dengan aturan.

2.8.2 Fungsi
Banyak informasi yang dapat diperoleh dari spektra NMR. Pada umumnya metode ini berguna
sekali untuk mengidentifikasi struktur senyawa atau rumus bangun molekul senyawa organik. Meskipun
Spektroskopi Infra Merah juga dapat digunakan untuk tujuan tersebut, analisis spektra NMR mampu
memberikan informasi yang lebih lengkap.
Dampak spektroskopi NMR pada senyawa bahan alam sangat penting. Ini dapat digunakan untuk
mempelajari campuran analisis, untuk memahami efek dinamis seperti perubahan pada suhu dan
mekanisme reaksi, dan merupakan instrumen tak ternilai untuk memahami struktur dan fungsi asam
nukleat dan protein. Teknik ini dapat digunakan untuk berbagai variasi sampel, dalam bentuk padat atau
pun larutan.

2.8.3 Cara Kerja

Page 52

Sesuai namanya NMR (nuklear magnetic resonance, resonansi magnetik inti), spektroskopi NMR

berhubungan dengan karakter inti dari suatu atom dalam suatu molekul yang dianalisis. Pada
dasarnya spektrometri NMR merupakan bentuk lain dari spektroskopi absorbsi sama halnya
dengan UV-VIS dan IR. Perbedaan dengan IR dan UV-VIS adalah
1. Sistem absorbsi dibawah pengaruh medan magnet dan hal ini tidak ada pada UVVIS dan IR.
2.

Pada NMR energi radiasi elektromagnetik pada daerah frekuensi radio.


Spekktroskopi NMR sangat penting artinya dalam analisis kualitatif, khususnya dalam

penentuan struktur molekul zat organik. Lebih tepatnya letak suatu atom dalam molekulnya.
Seperti yang diketahui semua inti atom bermuatan karena mengandung proton dan juga
mempunyai spin inti. Sifat inti atom dan karakter spinnya menyebabkanbeberapa inti bersifat
magnet. Perputaran elektron pada porosnya (spin) menyebabkan dihasilkan momen dipol magnet.
Perilaku dipol magnetik ini dicirikan oleh bilangan kuantum spin inti megnet yang dinyatakan
atau diberi simbol I.
Apabila inti diletakan pada suatu medan magnet (medan magnet eksternal) maka akan
terjadi interaksi inti dengan magnet ekternal tersebut. Interaksinya tergantung pada jenis inti
yang berinteraksi. Berikut merupakan kriteria penggunaaan medan magnet pada spektroskopi
NMR:

Page 53

1. Medan magnet harus kuat. Karena kepekaan spektroskopi NMR makin tinggi
seiring meningkatnya kekuatan medan magnet.
2. Medan magnet harus cukup homogen terhadap semua sampel yang dianalisis.
Apabila tidak terjadi kemogenan medan magnet akan menghasilkan pita-pita yang
melebar dan terjadi distorsi sinyal.
3. Medan magnet harus sangat stabil. Dengan kestabilan yang tinggi menjadikan
analisis secara akurat dari detik ke detik bahkan hingga orde jam.
Seperti yang telah disinggung bahwa berhubungan dengan karakter inti dari suatu atom
dalam suatu molekul, oleh sebab itu spektroskopi NMR digunakan untuk mendeteksi berbagai
jenis inti sesuai dengan sifat khas inti, misalnya 1H, 13C, 19F dan 31P. Karakter jenis inti yang dapat
dideteksi menggunakan spkektroskopi NMR yaitu jenis kategori inti yang dalam kaitannya
dengan bilangan kuantum spin inti, yakni:
Kategori I, yakni inti dengan I = 0. Inti dalam kategori ini tidak berinteraksi dengan
medan magnet yang diterapkan pada NMR (medan magnet eksternal) sehingga disebut tidak ada
kromofor NMR atau tidak aktif NMR. Inti dengan I = 0 adalah atom-atom dengan jumlah
proton genap dan jumlah netron yang genap pula. Inti dengan I = 0 misalnya 12C, 16O dan 32S.
Walaupun tidak dapat dicermati namun ketiga atom tersebut terdapat isotop yang dapat di
deteksi.
Kategori 2 yakni inti dengan I = . Inti ini memiliki nomor massa ganjil sehingga
mempunyai momen magnet tidak sama dengan nol. Hal inilah yang meneyebabkan inti dapat
berinteraksi dengan medan magnet eksternal, oleh sebab itu disebut ada kromofor NMR. Inti
dengan kategori ini misalnya 1H. 13C, 19F.
Kategori 3 yakni inti dengan proton dan netron ganjil. Inti ini memiliki I = 1, 2 atau
lebih tinggi. Yang tergolong kategori ini adalah 2H, 14N, 10B. Isotop-isotop ini lebih sukar diamati
dan pola spektranya melebar.

Banyak inti (atau lebih tepat, inti dengan paling tidak jumlah proton atau neutronnya
ganjil) dapat dianggap sebagai magnet kecil. Inti seperti proton (1H atau H-1) dan inti karbon-13
(13C atau C-13; kelimpahan alaminya sekitar 1%). Karbon -12 ( 12C), yang dijadikan standar
penentuan massa, tidak bersifat magnet.

Bila sampel yang mengandung 1H atau 13C (bahkan semua senyawa organik) ditempatkan
dalam medan magnet, akan timbul interaksi antara medan magnet luar tadi dengan magnet kecil
Page 54

(inti). Karena ada interaksi ini, magnet kecil akan terbagi atas dua tingkat energi (tingkat yang
sedikit agak lebih stabil (+) dan keadaan yang kurang stabel (-)) yang energinya berbeda. Karena
dunia inti adalah dunia mikroskopik, energi yang berkaitan dengan inti ini terkuantisasi, artinya
tidak kontinyu. Perbedaan energi antara dua keadaan diberikan oleh persamaan.

E = hH/2

H kuat medan magnet luar (yakni magnet spektrometer), h tetapan Planck, tetapan khas
bagi jenis inti tertentu, disebut dengan rasio giromagnetik dan untuk proton nilainya 2,6752 x
108 kg-1 s A (A= amper). Bila sampel disinari dengan gelombang elektromagnetik yang
berkaitan dengan perbedaan energi E, yakni,

E = h
inti dalam keadaan (+) mengabsorbsi energi ini dan tereksitasi ke tingkat energi (-).
Proses mengeksitasi inti dalam medan magnetik akan mengabsorbsi energi (resonansi) disebut
nuclear magnetic resonance (NMR).

Frekuensi gelombang elektromagnetik yang diabsorbsi diungkapkan sebagai fungsi H.

= H/2
Bila kekuatan medan magnet luar, yakni magnet spektrometer, adalah 2,3490 T(tesla; 1 T
= 23490 Gauss), yang diamati sekitar 1 x 10 8 Hz = 100 MHz. Nilai frekuensi ini di daerah
gelombang mikro.

Page 55

Secara prinsip, frekuensi gelombang elektromagnetik yang diserap ditentukan oleh


kekuatan magnet dan jenis inti yang diamati. Namun, perubahan kecil dalam frekuensi diinduksi
oleh perbedaan lingkungan kimia tempat inti tersebut berada. Perubahan ini disebut pergeseran
kimia.

Dalam spektroskopi 1H NMR, pergeseran kimia diungkapkan sebagai nilai relatif


terhadap frekuensi absorpsi (0 Hz) tetrametilsilan standar (TMS) (CH 3)4Si??ergeseran kimia tiga
jenis proton dalam etanol CH3CH2OH adalah sekitar 105??25 dan 490 Hz bila direkam dengan
spektrometer dengan magnet 2 1140 T (90 MHz) (Gambar 13.6(a))??arena frekuensi absorpsi
proton adalah 0,9 x 108Hz (90 MHz), pergeseran kimia yang terlibat hanya bervariasi sangat
kecil.

Gambar. 1H spektra NMR etanol CH3CH2OH


(a) spektrum resolusi rendah,
(b) resolusi tinggi. Garis bertangga adalah integral intensitas absorpsi.

Frekuensi resonansi (frekuensi absorpsi) proton (atau inti lain) sebanding dengan
kekuatan magnet spektrometer. Perbandingan data spektrum akan sukar bila spektrum yang

Page 56

didapat dengan magnet berbeda kekuatannya. Untuk mencegah kesukaran ini, skala , yang tidak
bergantung pada kekuatan medan magnet, dikenalkan. Nilai didefinisikan sebagai berikut :
= ( /) x 106 (ppm)
perbedaan frekuensi resonansi (dalam Hz) inti yang diselidiki dari frekuensi standar
TMS (dalam banyak kasus) dan frek uensi (dalam Hz) proton ditentukan oleh spektrometer
yang sama. Anda harus sadar bahwa Hz yang muncul di pembilang dan penyebut persamaan di
atas dan oleh karena itu saling meniadakan. Karena nilai / sedemikian kecil, nilainya
dikalikan dengan 106. Jadi nilai diungkapkan dalam satuan ppm.

Untuk sebagian besar senyawa, nilai proton dalam rentang 0-10 ppm. Nilai tiga
puncak etanol di Gambar diatas adalah 1,15; 3,6 dan 5,4
Penemuan pergeseran kimia memberikan berbagai kemajuan dalam kimia. Sejak itu
spektroskopi NMR telah menjadi alat yang paling efektif untuk menentukan struktur semua jenis
senyawa. Pergeseran kimia dapat dianggap sebagai ciri bagian tertentu struktur. Misalnya,
pergeseran kimia proton dalam gugus metil sekitar 1 ppm apappun struktur bagian lainnya. Lebih
lanjut, seperti yang ditunjukkan di Gambar 13.6, dalam hal spektra 1H NMR, intensitas sinyal
terintegrasi sebanding dengan jumlah inti yang relevan dengan sinyalnya. Hal ini akan sangat
membantu dalam penentuan struktur senyawa organik.

2.9. UV-Vis Spectrophotometri


Page 57

2.9.1 Pengertian
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu
sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai
panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang
gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.
Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di
dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu
dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan
konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum LambertBeer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu :

Sinar yang digunakan dianggap monokromatis

Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama

Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang
lain dalam larutan tersebut

Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi

Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan

Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb:


A = e.b.c
dimana :
A = absorban

b = tebal kuvet (cm)


Page 58

c = konsentrasi

e = absorptivitas molar

2.9.2Fungsi Spektrofotometer
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energy secara relative jika energy tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau di emisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan
untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan
pada interaksi antara materi dengan cahaya.

2.9.3 Cara Kerja


Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis
di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada
fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya
monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan
dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu,
terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang
dilewatkan ini kemudian di terima oleh detector. Detector kemudian akan menghitung cahaya
yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding
dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat
dalam sampel secara kuantitatif.

2.9.3.1 HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Larutan yang dianalisis merupakan larutan berwarna
Apabila larutan yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak berwarna, maka larutan
tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi larutan yang berwarna. Kecuali apabila diukur
dengan menggunakan lampu UV.

Page 59

2. Panjang gelombang maksimum


Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi
maksimal. Hal ini dikarenakan pada panajgn gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal
karena pada panjang gelombang tersebut, perubahan absorbansi untuk tiap satuan konsentrasi
adalah yang paling besar. Selain itu disekitar panjang gelombang maksimal, akan terbentuk
kurva absorbansi yang datar sehingga hukum Lambert-Beer dapat terpenuhi. Dan apabila
dilakukan pengukuran ulang, tingkat kesalahannya akan kecil sekali.
3. Kalibrasi Panjang gelombang dan Absorban
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan dan
cahaya yang diabsorbsi. Hal ini bergantung pada spektrum elektromagnetik yang diabsorb oleh
benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada
senyawa yang terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan kalibrasi panjang gelombang dan
absorban pada spektrofotometer agar pengukuran yang di dapatkan lebih teliti.

2.9.3.2 INSTRUMEN SPEKTROFOTOMETRI UV VIS

1. Sumber cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang stabil dan
intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometer UV-Vis ada dua macam :

Page 60

a. Lampu Tungsten (Wolfram), Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah
tampak. Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang
antara 350-2200 nm. Spektrum radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu
1000jam pemakaian.
b. Lampu DeuteriumLampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum
energy radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah uv.
Memiliki waktu 500 jam pemakaian.
2. Wadah Sampel
kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan dan karenanyan kebanyakan wadah
sampel adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu
haruslah meneruskan energy cahaya dalam daerah spektral yang diminati: jadi sel kaca melayani
daerah tampak, sel kuarsa atau kaca silica tinggi istimewa untuk daerah ultraviolet. Dalam
instrument, tabung reaksi silindris kadang-kadang diginakan sebagai wadah sampel. Penting
bahwa tabung-tabung semacam itu diletakkan secara reprodusibel dengan membubuhkan tanda
pada salah satu sisi tabunga dan tanda itu selalu tetaparahnya tiap kali ditaruh dalam instrument.
Sel-sel lebih baik bila permukaan optisnya datar. Sel-sel harus diisi sedemikian rupa sehingga
berkas cahaya menembus larutan, dengan meniscus terletak seluruhnya diatas berkas. Umumnya
sel-sel ditahan pada posisinya dengan desain kinematik dari pemegangnya atau dengan jepitan
berpegas yang memastikan bahwa posisi tabung dalam ruang sel (dari) instrument itu
reprodusibel.

Page 61

3. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi cahaya tunggal
(monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-bagian monokromator,
yaitu :
a. Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di dapatkan
resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.
b. Grating (kisi difraksi)
Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar akan disebarkan
merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi
dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.
c. Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari sumber
radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui
prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.
d. Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang diteruskan merupakan
cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih.
Page 62

4.

Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian diubah

menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam bentuk angkaangka pada reader (komputer). Detector dapat memberikan respons terhadap radiasi pada
berbagai panjang gelombang Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah melewati
kolom. Metode umum yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultraviolet. Banyak senyawa-senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang.
Jika anda menyinarkan sinar UV pada larutan yang keluar melalui kolom dan sebuah detektor
pada sisi yang berlawanan, anda akan mendapatkan pembacaan langsung berapa besar sinar yang
diserap. Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang
melewati melalui berkas pada waktu itu. Anda akan heran mengapa pelarut yang digunakan tidak
mengabsorbsi sinar UV. Pelarut menyerapnya! Tetapi berbeda, senyawa-senyawa akan menyerap
dengan sangat kuat bagian-bagian yang berbeda dari specktrum UV. Misalnya, metanol,
menyerap pada panjang gelombang dibawah 205 nm dan air pada gelombang dibawah 190 nm.
Jika anda menggunakan campuran metanol-air sebagai pelarut, anda sebaiknya menggunakan
panjang gelombang yang lebih besar dari 205 nm untuk mencegah pembacaan yang salah dari
pelarut
5. Visual display/recorder
Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan dalam bentuk
% Transmitan maupun Absorbansi.

2.9.4 Gambar Alat

Page 63

2.10 Absorbsi Sinar X


2.10.1 Sejarah Singkat
Sinar X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Roentgen pada tahun 1895
sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu ia melihat adanya sinar fluoresensi
pada kristal Barium Planitosianida dalam tabung Gookes Hitrof yang dialiri listrik. Tidak lama
kemudian ditemukanlah bahwa sinar tersebut adalah sinar baru atau sinar-X. Sinar-X merupakan
pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan
sinar ultraviolet, akan tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek yaitu 1/10.000 dari
panjang gelombang cahaya yang kelihatan.
Sinar-X dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

Sinar-X Karakteristik, adalah perpindahan elektron yang terjadi setelah peristiwa eksitasi pada
saat menumbuk target sehingga memancarkan energi berbentuk gelombang elektromagnetik
dalam waktu yang singkat.

Page 64

Sinar-X Bremstrahlung, adalah sinar-X yang terjadi dikarenakan radiasi partikel bermuatan (beta
atau elektron) yang dibelokkan/dipantulkan oleh inti atom ketika memasuki atom tersebut,
sehingga menghasilkan pancaran energi berbentuk gelombang elektromagnetik.

2.10.2 Pengertian Absorbsi Sinar X


Proses produksi sinar-X adalah proses yang dikenal dengan bremsstrahlung, yaitu istilah
dalam bahasa Jerman yang berarti radiasi pengereman (braking radiation). Elektron sebagai
partikel bermuatan listrik yang bergerak dengan kecepatan tinggi, apabila melintas dekat ke inti
suatu atom, maka gaya tarik elektrostatik inti atom yang kuat akan menyebabkan elektron
membelok dengan tajam. Peristiwa itu menyebabkan elektron kehilangan energinya dengan
memancarkan radiasi elektromagnetik yang dikenal sebagai sinar-X bremsstrahlung.

Sinar-X dapat pula terbentuk melalui proses perpindahan elektron atom dari tingkat
energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah. Adanya tingkat-tingkat
energi dalam atom dapat digunakan untuk menerangkan terjadinya spektrum sinar-X dari suatu
atom. Sinar-X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai energi sama dengan selisih energi
antara kedua tingkat energi elektron tersebut. Karena setiap jenis atom memiliki tingkat-tingkat
energi elektron yang berbeda-beda, maka sinar-X yang terbentuk dari proses ini disebut sinar-X
karakteristik. Sinar-X bremsstrahlung mempunyai spektrum energi kontinyu yang lebar,
sementara spektrum energi dari sinar-X karakteristik adalah diskrit. Sinar-X karakteristik
terbentuk melalui proses perpindahan elektron atom dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju
ke tingkat energi yang lebih rendah. Beda energi antara tingkat-tingkat orbit dalam atom target
cukup besar, sehingga radiasi yang dipancarkannya memiliki frekuensi yang cukup besar dan
berada pada daerah sinar-X.
Sinar-X karakteristik terjadi karena elektron atom yang berada pada kulit K terionisasi
sehingga terpental keluar. Kekosongan kulit K ini segera diisi oleh elektron dari kulit di luarnya.
Jika kekosongan pada kulit K diisi oleh elektron dari kulit L, maka akan dipancarkan sinar-X
karakteristik Ka. Jika kekosongan itu diisi oleh elektron dari kulit M, maka akan dipancarkan
sinar-X karakteristik Kb. Oleh sebab itu, apabila spektrum sinar-X dari suatu atom berelektron
Page 65

banyak diamati, maka di samping spektrum sinar-X bremsstrahlung dengan energi kontinyu, juga
akan terlihat pula garis-garis tajam berintensitas tinggi yang dihasilkan oleh transisi Ka, Kb, dan
seterusnya. Jadi, sinar-X karakteristik timbul karena adanya transisi elektron dari tingkat energi
lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah. Adanya dua jenis sinar-X menyebabkan
munculnya dua macam spektrum sinar-X, yaitu spektrum kontinyu yang lebar untuk spektrum
bremsstrahlung dan dua buah atau lebih garis tajam untuk sinar-X karakteristik.

2.10.3 Fungsi Absorbsi Sinar X


Sebagai contoh lengan manusia terdiri dari daging, darah dan tulang. Daging terbuat dari
terutama karbon, nitrogen, oksigen dan hydrogen. Semuanya merupakan unsure-unsur dengan
nomor atom rendah, dan memiliki daya serap rendah. Secara sama, darah yang terdiri dari air,
mengandung hydrogen. Oksigen, sedikit natrium klorida, dan material perunut. Tulang yang
terutama tersusun dari kalsium dan fosfor, sebagai kalsium fosfat, dengan nomor atom lebih
besar daripada unsure-unsur penyusun daging dan darah hingga daya adsorpsinya lebih besar.
Bila gambar sinar-X diambil dari suatu lengan, radiasi sinar-X menembus jaringan otot dan
darah cukup mudah, tetapi teradsorpsi secara signifikan di tulang. Fotograf dari adsorpsi ini
dapat menunjukkan lokasi tulang dalam lengan. Prosedur secara rutin dipakai dalam medis untuk
mendeteksi tulang yang patah.
Aplikasi lain dari adsorpsi sinar-X dalam medis untuk mendefinisikan bentuk arteri dan
kapiler-kapiler, darah menyerap hanya sedikit, disuntikkan sesium iodide, suatu yang secara kuat
mengabsorb sinar-X. zat tersebut kemudian disapu sepanjang darah dan mengikuti kontur arteri.
Suatu gambar sinar-X bergerak diambil sebagai sesium iodide penyerap yang tinggi mengikuti
arteri dan sebuah filin yang dibangkitkan menunjukkan kontur arteri. Ini dapat dipakai untuk
mengidentifikasi pemecahan pembuluh darah halus atau arteri yang dapat menyebabkan
pendarahan internal, dapat menyebabkan suatu stroke. Teknik itu dapat juga dipakai untuk
menunjukkan suatu timbunan lapisan-lapisan pada sela-sela pembuluh darah halus, timbunan
kolesterol membatasi aliran darah melalui jantung. Bila ini terlambat dicek, serangan jantung
bias terjadi. Aplikasi analitik unsure penting dari teknik ini adalah penentuan langsung timbale
dalam bensin. Dalam kasus ini, bagaimanapun juga metode ini interferens dari sulfur (juga
menyerap sinar-X) yang ada dalam sampel. Analisis adsorpsi sinar-X adalah suatu metode
nondesktruktif dan independen dari keberadaaan zat-zat kimia. Sebab sensitifitasnya rendah,
Page 66

bagaimanapun juga metode ini lebih berguna untuk kandungan utama daripada untuk logamlogam perunut.

2.10.4 Cara Kerja


Prinsip dasar dari analisis spektroskopi sinar-X adalah seperti halnya tehnik spektroskopi
yang lain, yaitu terjadinya interaksi antara energi dan materi. Dimana yang berfungsi sebagai
enerigi adalah radiasi elektromagnetik dan yang sebagai materi adalah atom atau molekul dalam
senyawa kimia, berkas-berkas elektron eksternal. Pada spektroskopi sinar-X interaksi antara
energi radiasi elektromagnetik dengan materi akan menghasilkan transmisi elektronik electron di
kulit dalam (inner shell).

Jika suatu sinar-X atau suatu electron yang bergerak dengan kecepatan tinggi dari suatu
atom, maka energinya dapat diserap oleh atom. Jika sinar-X tersebut mempunyai energi yang
cukupmembuat sebuah electron keluar dari salah satu kulit atom yang terluar misalnya kulit K
sehingga atom menjadi terionisasi, suatu electron dari kulit energi yang lebih tinggi, misalnya
kulit L jauh menempati posisi yang ditinggalkan electron yang lebih dalam. Panjang gelombang
dari emisi sinar-X karakteristrik unsure yang ditembak.
Sinar-X dihasilkan di suatu tabung sinar katode dengan pemanasan kawat pijar untuk
menghasilkan elektron-elektron, kemudian elektron-elektron tersebut dipercepat terhadap suatu
target dengan memberikan suatu voltase, dan menembak target dengan elektron. Ketika elektronelektron mempunyai energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron-elektron dalam target,
karakteristik spektrum sinar-X dihasilkan. Spektrum ini terdiri atas beberapa komponenkomponen, yang paling umum adalah K dan K. Ka berisi, pada sebagian, dari K1 dan K2.
K1 mempunyai panjang gelombang sedikit lebih pendek dan dua kali lebih intensitas dari K2.
Panjang gelombang yang spesifik merupakan karakteristik dari bahan target (Cu, Fe, Mo, Cr).
Disaring, oleh kertas perak atau kristal monochrometers, yang akan menghasilkan sinar-X
Page 67

monokromatik yang diperlukan untuk difraksi. Tembaga adalah bahan sasaran yang paling
umum untuk diffraction kristal tunggal, dengan radiasi Cu K =05418. Sinar-X ini bersifat
collimated dan mengarahkan ke sampel. Saat sampel dan detektor diputar, intensitas Sinar X
pantul itu direkam. Ketika geometri dari peristiwa sinar-X tersebut memenuhi persamaan Bragg,
interferens konstruktif terjadi dan suatu puncak di dalam intensitas terjadi. Detektor akan
merekam dan memproses isyarat penyinaran ini dan mengkonversi isyarat itu menjadi suatu arus
yang akan dikeluarkan pada printer atau layar computer.
Spektrum sinar-X memiliki :

Panjang gelombang antara 10-5- 1 nm

Frekuensi antara 10-17- 1020 Hz

Energi antara 103-106 eV

Panjang gelombang sinar-x memiliki orde yang sama dengan jarak antara atom

Gambar 1. Panjang gelombang dan atom pada sinar-X

1. Muatan Energi

Page 68

Jika sebuah electron keluar dari kulit K, ia dapat diganti oleh sebuah electron dari kulit L
dengan memancarkan radiasi dengan energi.
Energi Kulit K
Garis-garis kulit k disebut dengan garis K, kulit L disebut garis-garis L dan selanjutnya.
Ada dua lingkaran garis yang dibedakan oleh energi yang kecil pada kulit L, lima untuk kulit M
dan seterusnya. Sebuah electron yang jatuh dari kulit L menuju kulit K memancarkan sebuah
energi dengan besar sama dengan selisih energi antara kulit-kulit ini, disebut garis K a. Sebuah
electron yang jatuh dari kulit M ke kulit K membangkitkan sinar-X K b. Garis Kb memiliki
struktur yang halus, seperti halnya garis-garis Ka. Elektron-elektron yang berasal dari kulit K
jatuh ke kulit L membangkitkan garis-garis L, dan seterusnya. Spektrum emisi sinar-X pada
semua unsure mirip, tetapi panjang gelombang dari garis-garis ini beragam untuk unsure alkali
dengan unsure yang lain, tergantung dari nomor atom unsure.

2. Hukum Moseley
Emisi antara panjang gelombang dan nomor atom dirumuskan sebagai Hukum Moseley.
c.l.a (z - s)2
Dimana c adalah kecepatan cahaya, l adalah panjang gelombang sinar-X, a adalah tetapan, Z
nomor atom unsure, dan s konstanta yang tergantung pada seri garis (seperti garis Ka atau La).
Tabel 1. Panjang gelombang absorpsi dan garis emisi dari berbagai unsur
Unsur

Absorpsi

Emisi
Kb

Ka

Mg

A (K)
9,54

9,56

9,9

Ti

2,50

2,514

2,748

Cr

2,07

2,085

2,290

Mn

1,895

1,910

2,106

Page 69

Ni

1,487

1,500

1,658

Ag

0,484

0,496

0,560

Pt

0,158

0,164

0,186

Besarnya energi yang dibutuhkan untuk menggantikan sebuah electron, mengeluarkan


lanya dan memindahkannya dari atom, lebih besar dari energi yang dilepaskan oleh electron
yang jatuh satu level energi ke level energi lainnya. Suatu daftar khusus nilai-nilai disajikan pada
tabel 1. Energi absorbsi kulit K adalah selisih energi kulit K dan energi ionisasi karena K sendiri
mengalami absorbsi. Garis emisi Kbmerupakan perbedaan antara kulit K dan kulit M. Energi
itulah yang mengubah electron K menjadi terionisasi.
Absorpsi merupakan kebalikan dari daya penetrasi. Bila panjang gelombang dari sinar-X
menurun, maka energi akan meningkat, daya penitasi yang meningat dan absorptivitas menurun.
Pada saat panjang gelombang lebih kecil dari 0,2 A0, daya penitrasi secara ekstra
meningkat.
3. Pembangkitan sinar-X
Dasar dari pembangkitan dan analisis dari sinar-X adalah sebagai berikut. Bila suatu
unsure yang berbentuk kawat logam dipanaskan secara elektrik, dia akan mengeluarkan elektonelekton. Suatu voltase positif yang berbentuk suatu anoda ditempatkan dekat electron-elektron
ini, electron-elektron dipercepat menuju anoda. Pada penumpukan di anoda electron-elektron
mentransfer energi mereka terhadap permukaan logamnya, yang kemudian memancarkan radiasi.
Radiasi ini memiliki panjang gelombang yang sangat pendek (0,1 0,5) sehingga
dinamakan radiasi sinar-X. Anoda disebut sebagai target. Sejumlah logam telah dipakai sebagai
material target, seperti tembaga, molibdenam dan tungsten. Panjang gelombang yang
dipancarkan oleh target tergantung pada logam yang dipakai dan voltase antara anoda dan
katoda. Bila seluruh energi dari electron-elektron yang sedang bertumbukan dalam sinar-X, maka
dicapai l minimum. Radiasi energi yang paling tinggi diperoleh seluruh energi dari electronelektron dikonversi menjadi energi radiasi, sehingga energi electron sama dengan energi radiasi.
Energi radiasi diberikan oleh E=hv, sedangkan energi electron adalah E= eV. Bila keduanya
Page 70

setara, hV=ev, dimana e merupakan muatan electron, V adalah voltase yang digunakan, dan v
adalah frekuensi radiasi.
Total, , sehingga
Penurunan ulang diperoleh
Bila seluruh energi diubah menjadi radiasi sinar-X, panjang gelombang radiasi adalah angostrom
sehingga dicapai keadaan l minimum.
Dari persamaan 8.3, diperoleh
Dengan memasukkan nilai-nilai h, c, dan e sebagai konstanta, maka akan didapatkan Hukum
Duane-Hart.
Dimana h adalah tetapan planck, c kecepatan cahaya, e muatan electron, V voltare terpakai
melalui anoda ke katoda (dalam Volt) dan l adalah panjang gelombang paling pendek pada
radiasi sinar-X (dalam angostrom).
Sinar X dihasilkan oleh suatu generator sinar X yang disebut tabung sinar X. Tabung
sinar X adalah suatu alat untuk menghasilkan elektron bebas, mempercepat dan akhirnya
menabrakkan pada suatu target. Pada proses perlambatan elektron berkecepatan tinggi oleh
medan inti atom target akan menghasilkan sinar X kontinyu dan sinar X karakteristik sesuai
dengan target yang digunakan. Pada produksi sinar X diperlukan tiga syarat dasar yaitu sumber
elektron, catu daya tegangan tinggi dan target. Pada Gambar 3. diperlihatkan model sebuah
tabung sinar X dan bagian-bagiannya.

Page 71

Gambar 3. Skema Tabung sinar-X


Pada peristiwa tumbukan elektron dengan target, terjadi dua interaksi yang menghasilkan
dua tipe sinar X yaitu :

a. Sinar X yang dihasilkan akibat perlambatan berkas elektron cepat dalam medan magnet atom
anoda yang disebut sinar X kontinu atau sinar X bremstrahlung yang mempunyai spektrum
kontinu. Sinar X kontinu pada umumnya digunakan untuk radiografi industri.
b. Sinar X yang dihasilkan akibat transisi elektron dari orbit tinggi ke orbit rendah dari atom
anoda. Transisi elektron ini terjadi adanya kekosongan elektron setelah ditumbuk oleh elektron
berkecepatan tinggi. Sinar ini disebut dengan sinar X karakteristik. Sinar X jenis ini banyak
digunakan pada pengujian analisa bahan.
Sinar-X terpancar dari tabung sinar-X, difraksi sinar-X yang konvergen di terima slit,
sinar-X di terima detektor di ubah menjadi sinyal listrik, sinyal ini di hitung sebagai analisa pulsa
tinggi.

Page 72

Detektor EDS x-ray mengukur emisi abudance relatif sinar-x versus energinya. Untuk
merangsang emisi sinar-X karakteristik dari spesimen, sebuah balok energi tinggi partikelpartikel bermuatan seperti elektron atauproton, atau sinar X-ray, difokuskan ke sampel yang
sedang dipelajari. EDXRF bergantung pada detektor dan detektor elektronik untuk menghasilkan
puncak spektrum karena perbedaan energi x-ray.
Detektor biasanya sebuah lithium-drifted silikon, perangkat solid-state. Ketika x-ray
menumbuk detektor, sehingga menciptakan sebuah Charge pulse yang sebanding dengan energi
sinar-x. Charge Pulse tadi dikonversi menjadi sebuah tegangan (yang tetap proporsional dengan
energi X-ray) oleh charge-sensitive preamplifier.
Sinyal tersebut kemudian dikirim ke multichannel analyzer di mana pulse disortir oleh
tegangan. Energi, seperti yang ditetapkan dari pengukuran tegangan, untuk setiap tumbukan akan
dikirim ke komputer untuk ditampilkan dan dievaluasi datanya lebih lanjut. Energi spektrum
sinar x vs jumlah lalu akan dievaluasi untuk menentukan komposisi unsur dari volume sampel.

2.10.4.1 Instrumentasi
Terdapat tiga medan yang berbeda pada analisis dengan Sinar-X, yaitu: Absorpsi sinar-X,
difraksi sinar-X dan flouresens sinar-X. Komponen peralatan pada ketiganya adalah sama, tetapi
berbeda dalam sistem optiknya.
Hampir semua unsur padat dapat digunakan sebagai sumber elemen. Elemen target
sebagai sumber harus memiliki nomor atom yang lebih besar dari pada nomor atom elemen yang
akan ditentukan. Ini menjamin bahwa energi radiasi dari sumber adalah lebih dari cukup untuk
menyebabkan elemen sampel mengalami flouresen.
Intensitas sinar-x karakteristik yang terdeteksi tergantung pada 3 faktor.

Nomor atom dari atom teradiasi dan juga atom lingkungannya.

Probabilitas terabsorpsinya sinar-x sebelum terlepas keluar dari sampel.

Fluoresen sekunder yang juga merupakan salah satu akibat terabsorpsinya sinar-x
tersebut. Sebagai contoh, suatu sinar-x karakteristik energi tinggi dari unsur
Page 73

mungkin diabsorpsi oleh atom unsur B, karenanya merangsang sebuah emisi


karakteristik dari unsur kedua dari energi yang lebih rendah. Terdapatnya unsur
A dan B dalam sampel yang sama akan menaikkan intensitas dari emisi
karakteristik dari unsur B dan mengurangi emisi karakteristik dari unsur A. Inilah
yang disebut sebagai efek matriks (matrix effect), yaitu sebuah efek yang
tergantung pada matriks sampel, yang karenanya membutuhkan perlakuan khusus selama
analisis kuantitatif.

1. Sumber sinar-X
Salah satu cara untuk membangkitkan sinar-x adalah dengan cara menembakan elektron
yang berenergi kinetik (berkecepatan) tinggi pada suatu target (anoda). Pembangkit (sumber)
sinar-x jenis ini berdasarkan keadaan target (anoda) dapat dibedakan menjadi dua jenis sumber
sinar-x, yaitu sumber sinar-x yang beranoda diam (fixed anode x-ray source) dan sumber sinar-x
dengan anoda berputar (rotating anode x-ray source). Kedua jenis sumber sinar-x ini akan
dijelaskan pada bagian berikut ini.
Sumber sinar-x beranoda diam. Komponen utama sumber sinar-x yang beranoda diam
adalah sebuah anoda, sebuah katoda (K), sebuah filamen (F) sebagai sumber elektron, sebuah
sumber tegangan tinggi (HV) untuk anoda dan katoda, dan sebuah tegangan rendah (V) untuk
filamen.
Filamen yang diberi catu daya dari sumber tegangan rendah (V) akan mengeluarkan
elektron secara termal. Elektron-elektron ini selanjutnya dipercapat oleh tegangan tinggi (HV)
yang timbul antara anoda dan katoda, sehingga mereka memperoleh energi kinetik yang sangat
besar. Pada saat menumbuk anoda elektron-elektron ini akan melepaskan energi kinetiknya.
Sebagian kecil dari energi tersebut berubah menjadi energi gelombang elektromagnetik yang kita
sebut sinar-x, sedangkan sebagian besar dari energi kinetik itu berubah menjadi panas yang
numpuk pada anoda. Berkas sinar-x yang dihasilkan dapat terdiri atas dua jenis sinar-x. Jenis
pertama adalah sinar-x polikhromatik, yaitu sinar-x yang berasal dari akibat pengereman
elektron oleh anoda. Berkas sinar-x jenis ini sering disebut sinar-x bremsstrahlung (sebuah kata
dalam bahasa Jerman yang berarti pengereman). Jenis kedua adalah sinar-x monokhromatik,
Page 74

yaitu sinar-x yang berasal dari adanya transisi eksitasi di dalam anoda. Kedua jenis sinar-x ini
akan dijelaskan secara rinci di dalam pasal berikutnya.
Disamping komponen-komponen utama tersebut di atas, sumber sinar-x ini sering juga
dilengkapi dengan komponen lainnya, seperti aliran air dingin melaui anoda yang berfungsi
untuk mengeluarkan panas yang timbul pada anoda. Sumber sinar-x dengan anoda berputar. Pada
prinsipnya, komponen utama dari sumber sinar-x dengan anoda berputar adalah sama dengan
komponen utama dari sumber sinar-x yang beranoda diam. Tetapi perbedaan yang paling
mencolok diantara keduanya adalah bahwa anoda pada sumber sinar-x ini diputar oleh sebuah
motor listrik dengan kecepatan yang sangat tinggi. Hal ini dimaksudkan supaya elektron-elektron
akan menumbuk anoda pada tempat yang selalu berbeda. Keuntungan dari cara ini adalah untuk
mengurangi panas yang timbul pada anoda sehingga sumber sinar-x jenis ini dapat menghasilkan
berkas sinar-x yang berdaya besar. Sebagai perbandingan, sumber sinar-x beranoda diam hanya
mampu menghasilkan sumber sinar-x yang berdaya kurang lebih 2 kilowatt (kW) sementara
sumber sinar-x yang beranoda berputar mampu menghasilkan berkas sinar-x dengan daya
maksimum sebesar 18 kW.
2. Tempat sampel (sample holder)
Spektrometer sinar-X dilengkapi dengan tempat sampel yang sesuai dengan bentuk
selnya. Sampel untuk dianalisis dapar berbentuk potongan logam, serbuk zat padat, lapisan hasil
penguapan (evaporated films), cairan murni, atau larutan (sampel gas jarang digunakan).
3. Monokromator
Seperti monokromator yang lain mempunyai fungsi fitler. Fitler merupakan jendela dari
material yang menyerap radiasi yang tidak diinginkan dan melewatkan radiasi pada panjang
gelombang yang diinginkan. Sebagai contoh adalah fitler Pb dan Ag yang digunakan untuk
timah. Syaratnya mempunyai serapan tepi yang kuat.

4. Detektor
Page 75

Terdapat tiga type detector yaitu kaunter ionisasi, kaunter proporsional dan kaunter
Geiger. Timah silinerd diletakkan di pusat kawat bermuatan positif, disegel , dan diisi dengan gas
seperti helium atau klorin. Jika suatu foton sinar-X memasuki silinder, maka buah molekul akan
masuk dan mengionisasi gas pengisi, menciptakan pasangan ion utama. Helium sebagai gas
pengisi, pasangan ionnya adalah He+ dan e-. Interaksinya adalah :
Elektron akan tertarik ke pusat kawat oleh muatan positif. Laju electron mencapai pusat
kawat yang dari besarnya muatan positif dan jumlah total pasangan yang dibangkitkan. Apabila
tidak ada tegangan yang diaplikasikan maka elektron dan ion positif (He+) menyebabkan tidak
adanya arus yang mengalir . Jika tegangan secara perlahan-lahan ditingkatkan, maka akan
meningkatkan jumlah electron yang mencapai pusat. Semua electron yang terbentuk di pusat
kawat dan arus tidak tergantung dari perubahan kecil dalam tegangan. Jumlah total elektron dan
ion yang dibangkitkan akan proporsional dengan intensitas sinar-X. Detektor dioperasikan pada
kondisi tegangan yang disebut kaunter ionisasi.
Kenaikan tegangan lebih lanjut, menyebabkan electron menuju ke pusat kawat dengan
tegangan yang semakin meningkat sampai sebagian dari mereka memiliki energi yang untuk
menumbuk dan mengionisasi atom-atom lain dari gas pengisi. Ionisasi menyebabkan pertukaran
pasangan ion, dan interaksinya sebagai berikut :
Hal ini disebut dengan pasangan ion sekunder. Banyak electron yang mencapai detector
yang sinyal meningkat. Dengan peningkatan voltase yang lebih tinggi, semua electron untuk
sebagian pasangan electron ion primer menjadi pasangan ion sekunder. Arus yang independent
dari voltase yang kecil pada kondisi yang stabil ini. Sinyal adalah xxxx terhadap jumlah
pasangan ion yang terbentuk, demikian juga intensitas sinar-X pada detector. Inilah dasar dari
kuartener proporsional. Dalam prakteknya, kaunter proporsional menggunakan metan 25% dan
helium 75% sebagai gas pengisi.
Dengan penaikan tegangan yang lebih lanjut, menyebabkan banyaksekali pasangan
electron yang mencapai pusat kawat dan jatuh pada detector. Sinyal sekali terionisasi, ia akan
menopang dirinya sendiri dan independent dari intensitas sinar-X yang jatuh pada detector inilah
basis kaunter Geiger. Kaunter Geiger memberikan sinyal paling tinggi untuk suatu berkas sinarX dari intensitas yang diberikan. Kaunter proporsional dan kaunter Geiger digunakan secara luas
Page 76

sebagai detector sinar-X. Meskipun pola operasi mereka mirip, mereka dirancang sangat
berbeda. Bagaimanapun juga mereka tidak sesensitif kaunter-kaunter sintilasi (scintillation
counters).
a. Detektor sentilasi (scintillation counters)
Pada detector sintilasi radiasi sinar-X mengenai senyawa yang menyerapnya dan
mengemisikan cahaya tampak. Fenomena ini disebut gejala sintilasi. Senyawa-senyawa sintilasi
umumnya berbentuk kristal.
Detektor ini berguna untuk pada panjang gelombang yang sangat pendek (energi tinggi),
tetapi kegunaannya menurun pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang
dipakai untuyk mengkonversikan sinar-X menjadi cahaya tampak adalah NaI, antasen, p-terpenil
dalam metylen dan naftalena. Range operasi optimal dari setiap detector bervariasi.
b. Detektor Semikonduktor
Bila suatu sinar-X jatuh pada detector semikonduktor atau sebuah detector siliconlithium-Dirifled, ia membangkitkan sebuah electron (e -) dan sebuah hole (e+) seperti
pembentukan pasangan ion utama dalam kaunter proporsional. Prinsipnya mirip dengan detector
ionisasi seperti pada kaunter proporsional, tetapi material yang digunakan adalah suatu solid
state. Kristal yang dibuat dengan memplatkan litium pada suatu permukaan silicon (tipe p) pada
suhu 673 K. Temperatur diturunkan dengan larutan nitrogen (N2) dan lithium dilepas dalam
silicon yang dipengaruhi suatu medan elektrostatik kuat. Dengan tampilan yang persis sama,
Germanium dari golongan IV dalam tabel periodic, dapat dipakai menggantikan silicon,
membentuk detector dirifled Ge (Li).
Material instrintic adalah sensitive cahaya, dan jika ia dikenai sinar-X, suatu pasangan
electron-hole akan terbentuk. Energi yang dibutuhkan untuk membentuk pasangan electron Me
adalah sebesar 3,65 eV. Untuk detector Ge(Li)-drifted energi yang dibutuhkan adalah 3,95 eV. Ini
jauh lebih kecil dari energi yang dibutuhkan untuk suatu detector kaunter proporsional atau
detector sintilasi NaI.
Dibawah tegangan aplikasi sekitar 400 V, electron-elektron bergerak menuju atom positif
sedangan hole-holemenuju muatan negative. Voltase yang terbangkitkan merupakan suatu
Page 77

ukuran intensitas sinar-X yang jatuh pada kristal. Proses inianalog dengan kaunter proporsional.
Pada pencapaian suatu mantel litium, suatu pulsa dibangkitkan. Voltase sama dengan Q/C,
dimana Q adalah muatan total yang terkumpul pada elektroda C merupakan kapasitas detector,
yang sekarang menyediakan suatu metode untuk pengukuran berkas sinar-X.
Energi yang diperlukan untuk mengangkut sebuah electron terhadap suatu pita radiasi
dalam detector Ge(Li) hanya 0,66 eV dan untuk Si(Li) sebesar 1,1 eV. Oleh karena itu suhu
kamar electron-elektron cenderung dengan mudah melewati penghalang ini dan menjadi
konduktif sekalipun tanpa sinyal yang jatuh pada sistein. Hal inilah yang menyebabkan noise
tinggi. Pendinginan dengan larutan N2 cair dengan besar menurunkan noise dan meningkatkan
sensitivitas detector. Sensitivitas detector akan maksimum bila semua sinar-X yang jatih pada
detector terdeteksi., bagaimanapun juga kemudian detector memiliki resolusi dan tidak akan
dapat membedakan antara energi tinggi dan rendah berkas sinar X. Untuk mengatasi masalah
ini system dimodifikasi dengan menerapkan voltase biasdari ujung-ujung detector.
Detektor silicon-lithium-drifted secara luas dipakai. Detektor-detektor semikonduktor
juga dibuat dari germanium sebagai logam dasar dan ditambahkan dengan unsure lain golongan
3A dari tabel periodic, seperti gallium.
Info skematik untuk instrumentasi sinar-X terlihat pada tabel 1. Seperti pada tabel dibawah ini :
Unsur

Absorpsi

Emisi
Kb

Ka

Mg

A (K)
9,54

9,56

9,9

Ti

2,50

2,514

2,748

Cr

2,07

2,085

2,290

Mn

1,895

1,910

2,106

Ni

1,487

1,500

1,658

Ag

0,484

0,496

0,560

Pt

0,158

0,164

0,186

Page 78

Tabel 1. Panjang gelombang absorpsi dan garis emisi dari berbagai unsur

BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai macam teknologi dikembangkan
termasuk perlatan yang menunjang dalam proses kimia. Berbagai macam alat-alat kimia telah
dijelaskan diantaranya

Atomic Absorption Spectophotometer atau AAS adalah salah satu metode analisis yang
dapat digunakan untuk penentuan konsentrasi semua logam dan semilogam dengan
kepekaan yang tinggi

Inductively Coupled Plasma (ICP) adalah sebuah teknik analisis yang digunakan untuk
deteksi dari trace metals dalam sampel lingkungan pada umumnya. Prinsip utama ICP
dalam penentuan elemen adalah pengatomisasian elemen sehingga memancarkan cahaya
panjang gelombang tertentu yang kemudian dapat diukur.
Page 79

Spektroskopi emisi atom (AES) adalah metode analisis kimia yang menggunakan
intensitas cahaya yang dipancarkan dari api, plasma , atau percikan pada panjang
gelombang tertentu untuk menentukan jumlah suatu unsur dalam sampel. Panjang
gelombang dari garis spektral atom memberikan identitas elemen sedangkan intensitas
cahaya yang dipancarkan sebanding dengan jumlah atom unsur.

Kromatografi Ion merupakan aplikasi tehnik kromatografi cairan kinerja tinggi (KCKT)
dalam kromatografi penukar ion dengan menggunakan komponen resin penukar ion dan
detektor konduktometer. Resin terdiri dari resin penukar kation dan anion. Resin penukar
kation biasanya dalam bentuk asam kuat yang dapat bereaksi dengan kation yang berbasa
kuat sperti Na, K, Ca, Mg dan juga kation berbasa lemah misalnya NH4+,

Elektroforesis kapiler adalah metode elektroforesis yang digunakan untuk memisahkan


asam amino, protein, lipid, karbohidrat, dan nukleotida dengan resolusi tinggi yang
dilakukan pada pipa kapiler berisi buffer

Spektrometri massa merupakan teknik analisis yang menghasilkan spektrum (spektrum


tunggal) massa dari atom atau molekul yang terdiri dari suatu sampel bahan. Spektrum
yang digunakan untuk menentukan komposisi unsur atau isotop sampel, massa partikel
dan molekul , dan untuk menjelaskan struktur kimia dari molekul, seperti senyawa kimia

Kromatografi gas digunakan Untuk Pengujian kemurnian suatu zat tertentu, atau
memisahkan

berbagai komponen campuran.

Nuclear Magnetic Resonance (NMR) digunakan untuk menentukan struktur dari


komponen alami dan sintetik yang baru, kemurnian dari komponen, dan arah reaksi kimia
sebagaimana hubungan komponen dalam larutan yang dapat mengalami reaksi kimia

Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu
sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV)
mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible)
mempunyai panjang gelombang 400-750 nm

Page 80

Elektron sebagai partikel bermuatan listrik yang bergerak dengan kecepatan tinggi,
apabila melintas dekat ke inti suatu atom, maka gaya tarik elektrostatik inti atom yang
kuat akan menyebabkan elektron membelok dengan tajam. Peristiwa itu menyebabkan
elektron kehilangan energinya dengan memancarkan radiasi elektromagnetik yang
dikenal sebagai sinar-X

3.2 Saran

Diperlukan data referensi yang akurat, agar informasinya benar

Praktek dalam mengenal alat-alat tersebut harus dilakukan agar mendukung teori yang
telah dipelajari dalam makalah ini

3.3 Daftar pustaka


http://adistyaiu.blogspot.com/2012/02/aasatomic-absorptionspectrophotometry.html
http://alextrisno1.wordpress.com/2012/03/02/aas/
http://titrasi.wordpress.com/2011/10/13/inductively-coupled-plasma-icp/
http://wanibesak.wordpress.com/2011/07/04/pengertian-dasarspektrofotometer-vis-uv-uv-vis/
https://wanibesak.wordpress.com/2011/07/04/spektrofotometri-sinartampak-visible/
http://catatankimia.com/catatan/spektofotometri-uv-vis.html
http://teenagers-moslem.blogspot.com/2011/01/spektroskopi-sinar-x-bysitti-nurjanah.html

Page 81

Anda mungkin juga menyukai