Nama
Kelompok
Kata Pengantar
Alhamdulilah, puji syukur atas kehadirat Allah YME, atas segala
kebesaran dan limpahan rahmat yang diberikan-Nya, sehingga kami
salaku penulis serta penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Peralatan dalam Dunia Kimia .
Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan
penambahan pengetahuan pada pembaca sekaligus penulis dalam
pembelajaran kimia analitik mengenai peralatan yang digunakan dalam
proses kimia.
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah kami alami.
Oleh karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena
kemampuan kami saja.Tapi karena adanya dukungan dan bantuan dari
teman-teman serta guru-guru pembimbing.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya kami sebagai
penulis dan penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih Ibu Afrida
Sitompul P,hd yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
laporan ini. kami juga berterima kasih kepada teman-teman yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.
pengalaman kami masih sangat terbatas. Oleh karena itu, mohon
maaf apabila ada salah-salah kata dan kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran agar makalah ini bermanfaaat.
Serta akhir kata kami ucapkan Terimakasih
Page 2
Daftar isi
Kata Pengantar ............................................................................................................................2
Daftar isi ......................................................................................................................................3
Pendahuluan
1) Latar belakang............................................................................................................4
2) Rumusan masalah......................................................................................................5
3) Tujuan Penulisan........................................................................................................5
Pembahasan
1) Atomic Absorption Spectometry................................................................................6
2) ICP-Mass spectrometry..............................................................................................17
3) Atomic Emission Spectrometry.................................................................................24
4) Ion Chromatography..................................................................................................28
5) capillary electrophoresis............................................................................................35
6) Mass Spectometri.......................................................................................................39
7) Gas Chromatography.................................................................................................41
8) Nuclear Magnetik resonance......................................................................................50
9) UV-Vis Spectrophotometri.........................................................................................56
10) Absorbsi Sinar X..............................................................................................................62
Penutup
1) Kesimpulan................................................................................................................76
2) Saran..........................................................................................................................77
3) Daftar Pustaka............................................................................................................78
Page 3
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, penemuan dan
perkembangan teknologi semakin baik. Begitu pula dengan alat-alat
yang digunakan dalam kimia. Sebagai mahasiswa dituntut untuk
mengenal serta mengetahui konsep ataupun cara kerja alat-alat tersebut
yang befungsi untuk menunjang dalam dunia kerja nantinya.
Berbagai macam alat canggih yang menunjang dalam dunia kimia
telah digunakan, misalnya atomic absorption spectrometry, ICP- mass
Spectrometry, Atomic Emission Spectrometry, Ion chromatography,
capillary electrophoresis, mass spectrometry, Gas chromatography,
Nuclear Magnetic resonance, Uv- is spectrophotometry, dan x- ray
absorption dengan fungsi yang berbeda-beda.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat mengetahui cara
kerja dang fungsi alat tersebut secara teorikal sebelum menerapkan
praktek penggunaan alat tersebut.
Page 4
Page 5
BAB II
Pembahasan
2.1 Atomic Absorption Spectometry
2.1.1 Sejarah singkat
Teknik
analisa
dari
spektrofotometer
serapan
atom
(atomic
absorption
spectrophotometry, AAS) pertama kali diperkenalkan oleh Welsh (Australia) pada tahun 1955.
Merupakan metoda yang popular untuk analisa logam karena di samping relatif sederhana ia juga
selektif dan sangat sensitif. Sebagian besar atom akan berada pada ground state, dan sebagian
kecil (tergantung suhu) yang tereksitasi akan memancarkan cahaya dengan panjang gelombang
yang khas untuk atom tersebut ketika kembali ke ground state. Beberapa metode yang sejenis
seperti spektrometri emisi nyala (flame emission spectrometry, FES) telah dikenal lebih dahulu,
sedangkan spektrometri fluoresensi atom (atomic fluorescence spectrometry, AFS) adalah teknik
yang baru dan masih dalam pengembangan. Prinsip analisis dengan AAS adalah interaksi antara
energi radiasi dengan atom unsur yang dianalisis. AAS banyak digunakan untuk analisis unsur.
Atom suatu unsur akan menyerap energi dan terjadi eksitasi atom ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Keadaan ini tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar dengan melepaskan sebagian
atau seluruh tenaga eksitasinya dalam bentuk radiasi. Frekuansi radiasi yang dipancarkan
karakteristik untuk setiap unsur dan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang tereksitasi
yang kemudian mengalami deeksitasi. Teknik ini dikenal dengan SEA (spektrofotometer emisi
atom). Untuk AAS keadaan berlawanan dengan cara emisi yaitu, populasi atom pada tingkat
dasar dikenakan seberkas radiasi, maka akan terjadi penyerapan energi radiasi oleh atom-atom
yang berada pada tingkat dasar tersebut. Penyerapan ini menyebabkan terjadinya pengurangan
Page 6
intensitas radiasi yang diberikan. Pengurangan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom
yang berada pada tingkat dasar tersebut.
Larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam sampel diubah
menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa
diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal
sebagai atom netral dalam keadaan dasar (ground state). Atom-atom ground state ini kemudian
menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat dari unsur-unsur yang
bersangkutan. Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan
panjang gelombang yang diabsorpsi oleh atom dalam nyala. Absorpsi ini mengikuti hukum
Lambert-Beer. yakni absorbansi berbanding lurus dengan panjang nyala yang dilalui sinar dan
konsentrasi uap atom dalam nyala. Kedua variabel ini sulit untuk ditentukan tetapi panjang nyala
dapat dibuat konstan sehingga absorbansi hanya berbanding langsung dengan konsentrasi analit
dalam larutan sampe.
2.1.2 Pengertian
Spektrofotometri serapan atom atau Atomic Absorption Spectophotometer atau AAS
adalah salah satu metode analisis yang dapat digunakan untuk penentuan konsentrasi semua
logam dan semilogam dengan kepekaan yang tinggi. Pelatihan ini akan memberikan pemahaman
yang mendalam tentang metodologi spektrofotometri serapan atom, disertai dengan aplikasinya
untuk menganalisa kandungan logam berat antara lain : Pb, Cd, Cu, Cr, Fe, Zn, Mn, Ni dan lainlain, baik berupa sampel Padat, Cair, Gas Makanan dan Tanaman
Radiasi dari sumber cahaya (hollow cathode lamp) dengan energi yang sesuai dengan
energi yang dibutuhkan oleh atom-atom dari unsur yang diperiksa untuk melakukan transisi
elektronik, dipancarkan melalui nyala. Pada nyala tersebut, atom-atom dari zat yang diperiksa
akan meresap radiasi tadi sesuai dengan konsentrasi zat tersebut yaitu sesuai dengan populasi
atom-atom pada level energi terendah (ground state). AAS tidak tergantung dari suhu, sedangkan
pada FES di mana jumlah atom yang tereksitasi yang menentukan intensitas emisi berubah-ubah
secara eksponensial sesuai dengan temperatur. Di samping itu juga terdapat perbedaan pada
bentuk (design) dari pembakar (burner) dan pada AAS radiasi lampu ditahan-diteruskan
Page 7
2.1.3 Fungsi
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode
analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan
absorbsi radiasi oleh atom bebas. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61
logam.
2.1.4
Bagian
Alat-alat
pada
Atomic
Absorption
Spectometry
1.
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki atau umur
pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda
tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk
pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur.
Page 8
2.
Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen.
Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu 20000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas
N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu 30000K. regulator pada tabung
gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang
berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator. Merupakan pengatur tekanan
yang berada di dalam tabung.
3.
Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran
pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan,
agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang
dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi
yang dihasilkan tidak berbahaya. Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting
Page 9
kearah miring, karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting
berfungsi untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi pada AAS, dan mengeluarkannya
melalui cerobong asap yang terhubung dengan ducting.
4.
Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini berfungsi
untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran
atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam
merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang
akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan
merupakan tombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan
ke burner. Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan udara
setelah usai penggunaan AAS. Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar
bersih.posisi ke kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup.
Uap air yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan lantai sekitar
menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya
ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadi basah., dan uap air akan terserap ke lap.
5.
Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi
sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat
terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan
lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator dimasukkan ke
dalam botol yang berisi aquabides selama 15 menit, hal ini merupakan proses pencucian pada
aspirator dan burner setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap atau
menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang aspirator berada pada bagian
selang yang berwarna oranye di bagian kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan
Page 10
selang untuk mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa
larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat pekat.
Logam yang berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi
tinggi. Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna api yang
dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api
merah, maka menandakan bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan
warna api yang paling baik, dan paling panas, dengan konsentrasi.
6.
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS.
Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa
buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses
pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan
terlihat buruk.
Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi dengan
lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS atau api pada
proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian nyala api.
Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak tersenggol kaki.
Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit,
agar tidak kering.
7.
Unit Atomisasi
A. Atominasi nyala
Tujuan Atomisasi nyala : untuk mendapatkan atom-atom netral. Atomisasi dapat
dilakukan dengan nyala api (paling banyak digunakan) atau tanpa nyala. Pemilihan pasangan
fuel-oksidan sangat tergantung dari temperatur nyala yang diperlukan untuk proses atomisasi,
meskipun faktor-faktor yang mereduksi pembentukan oksida logam juga penting. Juga
diusahakan agar latar belakang emisi dari nyala tidak mengganggu analisa.
Fungsi dari atomisasi nyala yaitu:
I.
II.
Mengubah zat yang diperiksa dari larutan atau bentuk padat menjadi bentuk gas penguapan.
Mengubah molekul dalam bentuk uap menjadi atom atomisasi.
Page 11
III.
Pada FES untuk mengeksitasi uap atom/molekul sehingga menghasilkan radiasi emisi.
IV.
yang terjadi. Bila jumlah oksidan lebih banyak dari bahan bakan maka nyala yang terjadi disebut
oxidising flame dan bila sebaliknya disebut reducing flame. Nyala jenis mana yang dipakai
tergantung dari sifat unsur yang diperiksa. Misalnya unsur-unsur yang cenderung utnuk
membentuk oksida yang stabil (Al,Si, Ti, dan Lantanida) diperlukan nyala dengan suhu tinggi
dengan lingkungan yang dapat mereduksi, misalnya nyala asetilendinitrogen monoksida.
B. Sistem Atomisasi Dengan Elektrothermal (Tungku)
Sistem nyala api ini lebih dikenal dengan nama GFAAS. GFAAS dapat mengatasi
kelemahan dari sistem nyala seperti, sensitivitas, jumlah sampel dan penyiapan sampel. Ada tiga
tahap atomisasi dengan tungku yaitu:
1) Tahap pengeringan atau penguapan larutan
2) Tahap pengabuan atau penghilangan senyawa-senyawa organik dan
3) Tahap atomisasi
Unsur-unsur yang dapat dianalsis dengan menggunakan GFAAS adalah sama dengan
unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan sistem nyala. Beberapa unsur yang sama sekali tidak
dapat dianalisis dengan GFAAS adalah tungsten, Hf, Nd, Ho, La, Lu, Os, Br, Re, Sc, Ta, U, W, Y
dan Zr, hal ini disebabkan karena unsur tersebut dapat bereaksi dengan graphit.
Petunjuk praktis penggunaan GFAAS:
1) Jangan menggunakan media klorida, lebih baik gunakan nitrat.
2) Sulfat dan fosfat bagus untuk pelarut sampel, biasanya setelah sampel ditempatkan dalam
tungku.
3) Gunakan cara adisi sehingga bila sampel ada interferensi dapat terjadi pada sampel dan
standard.
Page 12
8. Monokromator
Monokromator celah dan kisi difraksi.
Kesulitan : monokromator tidak dapat menghalangi radiasi nyala menuju detector. Radiasi nyala
dan radiasi yang diteruskan akan bergabung menuju detector.
9. Detektor
Fungsi : mengubah intensitas radiasi yang datang menjadi arus listrik.
Umum digunakan : tabung penggandaan foto ( PMT = Photo Multiplier Tube Detector).
11) Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang sama untuk
standar 3 ppm dan 9 ppm.
12) Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang, dilakukan pengukuran
blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan lurus.
13) Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan pengukuran.
14) Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
15) Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik icon print atau pada baris
menu dengan mengklik file lalu print.
16) Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk membilas burner selama
10 menit, api dan lampu burner dimatikan, program pada komputer dimatikan, lalu main unit
AAS, kemudian kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas.
Page 14
Page 15
Gangguan spektra terjadi bila panjang gelombang (atomic line) dari unur yang diperiksa
berimpit dengan panjang gelombang dari atom atau molekul lain yang terdapat dalam larutan
yang diperiksa.
2. Gangguan Fisika
Sifat-sifat fisika dari larutan yang diperiksa akan menentukan intensitas dari resapan atau
emisi dari larutan zat yang diperiksa. Kekentalan mempengaruhi laju penyemprotan ke dalam
nyala dan ketegangan muka, bobot jenis, kekentalan serta kecepatan gas menentukan besar butir
tetesan. Oleh karena itu sifat-sifat fisika dari zat yang diperiksa dan larutan pembanding harus
sama. Efek ini dapat diperbaiki dengan menggunakan pelarut organik di mana sensitivitas dapat
dinaikkan sampai 3 atau 5 kali bila dibandingkan dengan pelarut air. Ini disebabkan karena
pelarut organik mempercepat penyemprotan (kekentalannya rendah), cepat menguap,
mengurangi penurunan suhu nyala, menaikkan kondisi, mereduksi nyala.
3. Gangguan Kimia
a.Bentuk uap
Gangguan kimia biasanya memperkecil populasi atom pada level energi terendah. Telah
disebutkan bahwa dalam nyala, atom dalam bentuk uap dapat berkurang karena terbentuknya
senyawa seperti oksida atau klorida, atau karena terbentuknya ion.
b. Bentuk padat
Gangguan ini karena terbentuknya senyawa yang sukar menguap atau sukar terdisosiasi
dalam nyala. Hal ini terjadi pada nyala ketika pelarut menguap meninggalkan partikel-partikel
padat.
Page 16
2.2.2. Fungsi
menentukan elemen dengan pengatomisasian elemen sehingga memancarkan cahaya
panjang gelombang tertentu yang kemudian dapat diukur. mengukur sebagian besar unsur-unsur
dalam tabel periodik. Unsur-unsur ditampilkan dalam warna dapat dianalisis dengan ICP-MS
Page 17
dengan deteksi limitsa pada atau di bawah kisaran pptb. Elemen yang ada di putih yang baik
tidak diukur dengan ICP-MS (sisi kanan atas) atau tidak memiliki isotop alami. Kebanyakan
analisis dilakukan pada ICP-MS instrumentasi kuantitatif, namun juga dapat berfungsi sebagai
sangat baik semi-kuantitatif instrumen. Dengan menggunakan paket perangkat lunak semikuantitatif, suatu sampel dapat dianalisis untuk 80 elemen dalam tiga menit, menyediakan semikuantitatif data yang biasanya dalam 30% dari nilai kuantitatif. Untuk alasan yang sering
melibatkan kesehatan manusia, mengetahui komposisi isotop sampel dapat sangat penting. Dari
tiga teknik yang disebutkan ke titik ini, hanya ICP-MS digunakan secara rutin untuk menentukan
komposisi isotop.
Page 18
Ion-ion tersebut dipercepat supaya semuanya mempunyai energi kinetik yang sama.
Tahap ketiga : Pembelokan
Ion-ion tersebut dibelokkan dengan menggunakan medan magnet, pembelokan yang terjadi
tergantung pada massa ion tersebut. Semakin ringan massanya, akan semakin dibelokan.
Besarnya pembelokannya juga tergantung pada besar muatan positif ion tersebut. Dengan kata
lain, semakin banyak elektron yang ediambilf pada tahap 1, semakin besar muatan ion tersebut,
pembelokan yang terjadi akan semakin besar.
Tahap keempat : Pendeteksian
Sinar-sinar ion yang melintas dalam mesin tersebut dideteksi dengan secara elektrik
2.2.3.2 Penjelasan
Ionisasi
Sampel yang berbentuk gas (vaporised sampel) masuk ke dalam ruang ionisasi.
melepaskan satu atau lebih elektron dari sampel tersebut sehingga sampel tersebut menjadi ion
positif.
Kebanyakan ion-ion positif yang terbentuk itu mempunyai muatan +1 karena akan jauh
lebih sulit untuk memindahkan elektron lagi dari sampel yang sudah menjadi ion positif.
Ion-ion positif yang terbentuk ini ediajak keluarf dan masuk ke bagian mesin yang
merupakan sebuah lempengan metal yang bermuatan positif (Ion repellel).
Tambahan: Seperti yang anda akan lihat sebentar lagi, seluruh ruang ionisasi ini dilakukan
dengan menggunakan tegangan listrik positif yang besar (10.000 V). Ketika kita berbicara
tentang kedua lempengan bermuatan positif, berarti lempengan tersebut mempunyai muatan
lebih dari 10.000 V.
Percepatan
Ion-ion positif yang ditolak dari ruang ionisasi yang sangat positif itu akan melewati 3
celah, dimana celah terakhir itu bermuatan 0 V. Celah yang berada di tengah mempunyai voltase
menengah. Semua ion-ion tersebut dipercepat sampai menjadi sinar yang sangat terfokus.
Pembelokkan
Ion yang berbeda-beda akan dibelokkan secara berbeda pula oleh medan magnet. Besarnya
pembelokan yang dialami oleh sebuah ion tergantung pada:
o Massa ion tersebut.
Ion-ion yang bermassa ringan akan dibelokkan lebih daripada ion-ion yang
bermassa berat.
o Muatan ion.
Ion yang mempunyai muatan +2 (atau lebih) akan dibelokkan lebih daripada ionion yang bermuatan +1.
Page 20
Pendeteksian
Ketika sebuah ion menubruk kotak logam, maka ion tersebut akan dinetralisasi oleh
elektron yang pindah dari logam ke ion (gambar kanan). Hal ini akan menimbulkan ruang antara
elektron-elektron yang ada dalam logam tersebut, dan elektron-elektron yang berada dalam kabel
akan mengisi ruang tersebut.
Page 21
Aliran elektron di dalam kabel itu dideteksi sebagai arus listrik yang bisa diperkuat dan
dicatat. Semakin banyak ion yang datang, semakin besat arus listrik yang timbul.
Page 22
Page 23
Page 24
harus cocok dengan elemen sudah diketahui untuk menyimpulkan bahwa sampel mengandung
elemen-elemen tersebut.
2.3.2 Fungsi
Spektroskopi emisi atom (AES) adalah metode analisis kimia yang menggunakan
intensitas cahaya yang dipancarkan dari api, plasma , atau percikan pada panjang gelombang
tertentu untuk menentukan jumlah suatu unsur dalam sampel
sensitif oleh panas api, tidak ada lampu elemen khusus untuk bersinar ke dalam api diperlukan.
Sebuah resolusi tinggi polikromator dapat digunakan untuk menghasilkan intensitas emisi vs
panjang gelombang spektrum memiliki rentang panjang gelombang eksitasi unsur yang
menunjukkan jalur ganda, yang berarti beberapa elemen dapat dideteksi dalam satu kali. Cara
lainnya, monokromator dapat diatur pada satu panjang gelombang untuk berkonsentrasi pada
analisis elemen tunggal pada garis emisi tertentu. Plasma spektroskopi emisi adalah versi lebih
modern dari metode ini.
Page 27
Page 28
2.4.1 Pengertian
Kromatografi Ion merupakan aplikasi tehnik kromatografi cairan kinerja tinggi (KCKT)
dalam kromatografi penukar ion dengan menggunakan komponen resin penukar ion dan detektor
konduktometer. Resin terdiri dari resin penukar kation dan anion. Resin penukar kation biasanya
dalam bentuk asam kuat yang dapat bereaksi dengan kation yang berbasa kuat sperti Na, K, Ca,
Mg dan juga kation berbasa lemah misalnya NH4+, sedangkan resin penukar kation dalam
Page 29
bentuk asam lemah dapat bereaksi dengan kation berbasa kuat, tetapi kurang baik untuk kation
berbasa lemah. Resin penukar anion biasanya dalam bentuk basa kuat mampu bereaksi dengan
anion asam kuat seperti Cl-, SO42-, NO3-, dan anion asam lemah misalnya CO32-, sedangkan
resin penukar anion yang bersifat basa lemah hanya baik bereaksi dengan anion asam kuat.
Sampel cair yang mengandung ion atau logam ini bisa diketahui atau dianalisis dengan
menggunakan teknik kromatografi ion (ion chromatography). Dengan menggunakan teknik
kromatografi ion, anda bisa memastikan ion-ion atau logam secara kualitatif ataupun kuantitatif
dari sampel. Dalam waktu yang singkat, ion-ion positif (kation) seperti : Na+, NH4+, K+, Mg2+,
Ca2+, Ag+, Cu2+, Fe2+ dan sejumlah kation lainnya atau ion-ion negatif (anion) seperti : F-,
PO43-, Cl-, NO2-, Br-, SO42-, CN-, I-, IO3-, dan sejumlah jenis anion lainnya dapat diketahui
secara pasti kepekatan perjumlahnya. Bahkan lebih dari itu, berbagai jenis ion (anion atau
kation) dalam sampel, dapat ditentukan secara serentak (simultaneous) dalam satu kromatogram
(one chromatogram run). Pada umumnya, anion dan kation dapat diketahui dan dipisahkan
dengan menggunakan teknik pemisahan. Atau dengan kata lain, untuk sekali injek sampel saja ke
dalam sistem kromatografi ion, berbagai-bagai puncak kromatogram (chromatogram peaks) dari
anion atau kation akan muncul. Inilah salah satu yang menjadikan teknik ini lebih populer, bukan
saja sensitivitas dan selektivitasnya, tetapi juga waktu analisisnya yang relatif singkat dan juga
hasilnya yang maksimal. Teknik kromatografi ion merupakan salah satu subset dari
kromatografi, khususnya kromatografi cair (LC=liquid chromatography). Teknik ini dapat
menentukan kepekatan spesies ion-ion (anion atau kation) dengan memisahkannya berdasarkan
pada interaksinya dengan Resin yang ada dalam kolom pemisah dan mobile phase yang
digunakan. Spesies ion-ion ini kemudian dapat dipisahkan (separated) dalam kolom tersebut
berdasarkan pada jenis, ukuran dan afiniti elektronnya. Campuran anion dan kation dalam suatu
sampel dapat diketahui dan jumlah ion-ion tersebut dapat ditentukan dalam waktu yang relatif
singkat (relatively short time). Suatu ion dalam sampel dengan kepekatan yang sangat rendah,
masih bisa diukur dengan teknik ini. Disebabkan itulah, teknik kromatografi ion menjadi pilihan
bagi peneliti dalam mengetahui ion yang ada dalam sampel cair, karena teknik ini mempunyai
kemampuan menentukan kepekatan ion atau logam pada level ppt (parts per trillion). Ia juga
mudah digunakan serta tidak rumit dalam pengendalian peralatan ini. Pada umumnya, aplikasi
teknik ini lebih menjurus kepada teknik mengetahui ion-ion non organik serta ion-ion organik di
Page 30
mana berat molekul relatif kecil, dan/atau ion-ion organik dengan berat molekul yang besar dapat
diketahui dengan baik dengan didahului persiapan sampel yang baik.
2.4.2 Fungsi
Untuk mendeteksi ion yang ada dalam sampel cair, karena teknik ini mempunyai
kemampuan deteksi sampai pada level ppt
yang diamati akan berbeda. Pada Gambar 2 memperlihatkan sebuah kromatogram yang
menunjukkan adanya puncak (peak) dari kelima kation yang terpisahkan/terdeteksi.
bisa hidup. Demikian halnya pada teknik ini, tanpa adanya kolom pemisah, maka tidak akan
mungkin terjadi pemisahan ion (Weiss, 1995).
Page 33
Page 34
Secara umum, anion dan kation dipisahkan/dideteksi terpisah dengan menggunakan sistem
analisis yang terpisah (different systems). Padahal sangat penting dilakukan pendeteksian secara
serempak (simultaneous) antara anion dan kation dalam dalam sekali injek untuk sebuah sampel.
Tentunya, pendekatan yang terakhir ini punya sejumlah kelebihan dibanding pemisahan terpisah.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, beberapa kelebihan di antaranya dapat menekan biaya
operasional, memperkecil jumlah limbah saat analisis berlangsung, memperpendek waktu
analisis (short time analysis) serta dapat memaksimalkan hasil yang diinginkan.
e. Kestabilan pada kolom pemisah (stability of the separator column)
Walaupun sebenarnya, ketahanan kolom ini berdasarkan pada paking (packing) material yang
diisikan ke dalam kolom pemisah. Namun, kebanyakan kolom pemisah bisa bertahan pada
perubahan yang terjadi pada sampel, misalnya konsentrasi suatu ion terlalu tinggi, tidak akan
mempengaruhi kestabilan material penyusun kolom. Walapun diakui bahwa ada juga kolom
pemisah yang mempunyai waktu penggunaan yang tidak terlalu lama, dikarenakan paking kolom
yang kurang baik atau karena faktor internal lainnya (Amin, 2009).
Page 35
Mudah diotomatiskan untuk menganalisis dalam segi kuantitatif, dan mudah digunakan.
Terbatas dalam mengkomsumsi (melibatkan) sejumlah reagent.
Metode ini lebih aplikatif untuk menyeleksi dalam ukuran luas, dibandingkan dengan
2.5.2 Fungsi
Elektroforesis digunakan untuk mengamati hasil amplifikasi dari DNA. Hasil
elektroforesis yang terlihat adalah terbentuknya band yang merupakan fragmen DNA hasil
amplifikasi dan menunjukkan potongan-potongan jumlah pasangan basanya (Klug & Cummings
1994: 397).
Elektroforesis digunakan dengan tujuan untuk mengetahui ukuran dan bentuk suatu
partikel baik DNA, RNA dan protein. Selain itu, elektroforesis juga digunakan untuk fraksionasi
yang dapat digunakan untuk mengisolasi masing-masing komponen dari campurannya,
mempelajari fitogenetika, kekerabatan dan mempelajari penyakit yang diturunkan (Klug &
Cummings 1994: A-6). Elektroforesis dalam bidang genetika, digunakan untuk mengetahui
ukuran dan jumlah basa yang dikandung suatu sekuen DNA tertentu (Klug & Cummings 1994:
A-7)
Pada elektroforesis kapiler dikenal istilah Waktu migrasi (migration time) tm merupakan
waktu yang dibutuhkan larutan untuk bergerak dari kolom
detector
Page 37
Page 38
Sistem yang berdasarkan pada skema (a) hanya akan menghasilkan satu puncak, artinya
pemisahan tidak berlangsung dengan baik. Pada skema (b) akan muncul dua puncak, artinya
pemisahan NO3- dan NO2- terjadi dengan baik. Hal ini disebabkan karena nilai mobilitas
elektroforetik (ep) NO3- lebih kecil dibanding ep NO2-, akibatnya mobilitas total (t) NO2menjadi lebih besar dari t NO3-. Hal ini akan berakibat NO2- akan keluar terlebih dahulu
dibanding NO3-.
Page 39
2.6.2 Fungsi
1. Untuk menentukan berat molekul dengan sangat teliti sampai 4 angka
dibelakang desimal.
2. Spektoskopi massa dapat digunakan untuk mengetahui rumus molekul tanpa
melalui analisis unsur.
kerja
Spektrometer
Massa
adalah
pengionisasian
senyawa
kimia
menghasilkan molekul atau fragmen molekul dan mengukur rasio massa atau
muatan. Spectrometer massa menghasilkan berkas ion, memilah ion tersebut
menjadi spektum yang sesuai dengan perbandingan massa terhadap muatan dan
merekam kelimpahan relatif tiap jenis ion yang ada. Umumnya, hanya ion positif
yang dipelajari karena ion negatif yang dihasilkan dari sumber tumbukan umumnya
sedikit. Atom dapat dibelokkan dalam sebuah medan magnet
b.
c.
d.
Page 41
Fase gerak adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai
dengan partisi sampel antara fase gas bergerak
Fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang
terikat pada zat padat penunjangnya
macam-macam kromatografi yang salah satunya adalah kromatografi gas, yang
merupakan metode kromatografi pertama yang dikembangkan pada zaman instrumen dan
elektronika. Kromatografi gas dapat dipakai untuk setiap campuran dimana semua komponennya
mempunyai tekanan uap yang berarti, suhu tekanan uap yang dipakai untuk proses pemisahan.
Tekanan uap atau keatsirian memungkinkan komponen menguap dan bergerak bersama-sama
dengan fase gerak yang berupa gas.
Kromatografi gas metode yang tepat dan cepat untuk memisahkan campuran yang sangat
rumit. Waktu yang dibutuhkan beragam, mulai dari beberapa detik untuk campuran yang
sederhana sampai berjam-jam untuk campuran yang mengandung 500-1000 komponen. Metode
Page 42
ini sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan
eter. Analisis minyak mentah dan atsiri dalam buah telah dengan sukses dilakukan dengan tehnik
ini. Efisien pemisahan ditentukan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairan,
dengan menggunakan fase cair standar yang diketahui efektif untuk berbagai senyawa.
2.7.2 Fungsi
Untuk Pengujian kemurnian suatu zat tertentu, atau memisahkan
campuran.
berbagai komponen
1.
Gas Pembawa
Page 43
Pada pengamatan ini, terlihat tiga tabung gas yang memiliki warna yang berbeda. Pada
tabung 1, berisi gas tekan; tabung 2, berisi gas Nitrogen (N 2) dan pada tabung 3, berisi gas
Hidrogen (H2).
Gas pembawa harus bersifat inert artinya gas ini tidak bereaksi dengan cuplikan ataupun
fasa diamnya. Gas ini disimpan dalam silinder baja bertekanan tinggi sehingga gas ini akan
mengalir cepat dengan sendirinya. Karena aliran gas yang cepat inilah maka pemisahan dengan
kromatografi gas berlangsung hanya dalam beberapa menit saja. Gas pembawa yang biasa
digunakan adalah gas argon, helium, hidrogen dan nitrogen. Gas nitrogen memerlukan kecepatan
alir yang lambat (10 cm/detik) untuk mencapai efisiensi yang optimum dengan HETP (High
Eficiency Theoretical Plate) minimum. Sementara hidrogen dan helium dapat dialirkan lebih
cepat untuk mencapai efisiensi optimumnya, 35 cm/detik untuk gas hidrogen dan 25 cm/detik
untuk helium. Dengan kenaikan laju alir, kinerja hidrogen berkurang sedikir demi sedikit
sedangkan kinerja nitrogen berkurang secara drastis.
Semakin cepat solut berkesetimbangan di antara fasa diam dan fasa gerak maka semakin
kecil pula faktor transfer massa. Difusi solut yang cepat membantu mempercepat kesetimbangan
di antara dua fasa tersebut, sehingga efisiensinya meningkat (HETP nya menurun). Pada
kecepatan alir tinggi, solut berdifusi lebih cepat melalui hidrogen dan helium daripada melalui
nitrogen. Hal inilah yang menyebabkan hidrogen dan helium memberikan resolusi yang lebih
baik daripada nitrogen. Hidrogen memiliki efisiensi yang relatif stabil dengan adanya perubahan
kecepatan alir. Namun, hidrogen mudah meledak jika terjadi kontrak dengan udara. Biasanya,
helium banyak digunakan sebagai penggantinya. Kotoran yang terdapat dalam carrier gas dapat
bereaksi dengan fasa diam. Oleh karena itu, gas yang digunakan sebagai gas pembawa yang
relatif kecil sehingga tidak akan merusak kolom. Biasanya terdapat saringan (molecular saeive)
Page 44
untuk menghilangkan kotoran yang berupa air dan hidrokarbon dalam gas pembawa . Pemilihan
gas pembawa biasanya disesuaikan dengan jenis detektor.
2.
Injektor
Sampel dapat berupa gas atau cairan dengan syarat sampel harus mudah menguap saat
diinjeksikan dan stabil pada suhu operasional (50-300 C). Injektor berada dalam oven yang
temperaturnya dapat dikontrol. Suhu injektor biasanya 50 C di atas titik didih cuplikan. Jumlah
cuplikan yang diinjeksikan sekitar 5 L. Tempat pemasukkan cuplikan cair pada kolom pak
biasanya terbuat dari tabung gelas di dalam blok logam panas. Injeksi sampel menggunakan
semprit kecil. Jarum semprit menembus lempengan karet tebal disebut septum yang mana akan
mengubah bentuknya kembali secara otomatis ketika semprit ditarik keluar. Untuk cuplikan
berupa gas dapat dimasukkan dengan menggunakan alat suntik gas (gas-tight syringe) atau kran
gas (gas-sampling valve). Alat pemasukan cuplikan untuk kolom terbuka dikelompokkan ke
dalam dua kategori yaitu injeksi split (split injection) dan injeksi splitless (splitless injection).
Injeksi split dimaksudkan untuk mengurangi volume cuplikan yang masuk ke kolom. Cuplikan
yang masuk biasanya hanya 0,1 % hingga 10 % dari 0,1-2 L, sementara sisanya dibuang.
Kolom
Page 45
Kolom pada umumnya terbuat dari baja tahan karat atau terkadang dapat terbuat dari
gelas. Kolom kaca digunakan bila untuk memisahkan cuplikan yang mengandung komponen
yang dapat terurai jika kontak dengan logam. Diameter kolom yang digunakan biasanya 3 mm
6 mm dengan panjang antara 2-3 m. kolom dibentuk melingkar agar dapat dengan mudah
dimasukkan ke dalam oven ( thermostat ).
Kolom adalah tempat berlangsungnya proses pemisahan komponen yang terkandung
dalam cuplikan. Di dalam kolom terdapat fasa diam yang dapat berupa cairan, wax, atau padatan
dengan titik didih rendah. Fasa diam ini harus sukar menguap, memiliki tekanan uap rendah, titik
didihnya tinggi (minimal 100 C di atas suhu operasi kolom) dan stabil secara kimia. Fasa diam
ini melekat pada adsorben. Adsorben yang digunakan harus memiliki ukuran yang seragam dan
cukup kuat agar tidak hancur saat dimasukkan ke dalam kolom. Adsorben biasanya terbuat dari
celite yang berasal dari bahan diatomae. Cairan yang digunakan sebagai fasa diam di antaranya
adalah hidrokarbon bertitik didih tinggi, silicone oils, waxes, ester polimer, eter dan amida. (The
Techniques). Pemilihan fasa diam juga harus disesuaikan dengan sampel yang akan dipisahkan.
Untuk sampel yang bersifat polar sebaiknya digunakan fasa diam yang polar. Begitupun untuk
sampel yang nonpolar, digunakan fasa diam yang nonpolar agar pemisahan dapat berlangsung
lebih sempurna.
Ada dua tipe kolom yang biasa digunakan dalam kromatografi gas, yaitu kolom pak
(packed column) dan kolom terbuka (open tubular column).
- Kolom pak (packed column)
Kolom pak terbuat dari stainless steel atau gelas Pyrex. Gelas Pyrex digunakan
jika cuplikan yang akan dipisahkan bersifat labil secara termal. Diameter kolom pak
berkisar antara 3 6 mm dengan panjang 1 5 m. kolom diisi dengan zat padat halus
sebagai zat pendukung dan fasa diam berupa zat cair kental yang melekat pada zat
pendukung. Kolom pak dapat menampung jumlah cuplikan yang banyak sehingga
disukai untuk tujuan preparatif. Kolom yang terbuat dari stainless steel biasa dicuci
dengan HCl terlarut, kemudian ditambah dengan air diikuti dengan methanol, aseton,
metilen diklorida dan n-heksana. Proses pencucian ini untuk menghilangkan karat dan
Page 46
noda yang berasal dari agen pelumas yang digunakan saat membuat kolom. Kolom
pak diisi dengan 5% polyethylene glycol adipate dengan efisiensi kolom sebesar
40,000 theoretical plates.
- Kolom terbuka (open tubular column)
Kolom terbuka terbuat dari stainless steel atau quartz. Berdiameter antara 0,1
0,7 mm dengan panjang berkisar antara 15 - 100 m. semakin panjang kolom maka
akan efisiensinya semakin besar dan perbedaan waktu retensi antara komponen satu
dengan komponen lain semakin besar dan akan meningkatkan selektivitas.
Penggunaan kolom terbuka memberikan resolusi yang lebih tinggi daripada kolom
pak. Tidak seperti pada kolom pak, pada kolom terbuka fasa geraknya tidak
mengalami hambatan ketika melewati kolom sehingga waktu analisis menggunakan
kolom ini lebih singkat daripada jika menggunakan kolom pak.
4.
Termostat (Oven)
Termostat (oven) adalah tempat penyimpanan kolom. Suhu kolom harus dikontrol.
Temperatur kolom bervariasi antara 50C - 250C. Suhu injektor lebih rendah dari suhu kolom
dan suhu kolom lebih rendah daripada suhu detektor. Suhu kolom optimum bergantung pada titik
didih cuplikan dan derajat pemisahan yang diinginkan.
Operasi GC dapat dilakukan secara isotermal dan terprogram. Analisis yang dilakukan
secara
isotermal
digunakan
untuk
memisahkan
cuplikan
yang
komponen-komponen
penyusunnya memiliki perbedaan titik didih yang dekat, sedangkan sistem terprogram digunakan
untuk memisahkan cuplikan yang perbedaan titik didihnya jauh.
5.
Detektor
Detektor adalah komponen yang ditempatkan pada ujung kolom GC yang menganalisis
aliran gas yang keluar dan memberikan data kepada perekam data yang menyajikan hasil
kromatogram secara grafik. Detektor menunjukkan dan mengukur jumlah komponen yang
Page 47
dipisahkan oleh gas pembawa. Alat ini akan mengubah analit yang telah terpisahkan dan dibawa
oleh gas pembawa menjadi sinyal listrik yang proporsional. Oleh karena itu, alat ini tidak boleh
memberikan respon terhadap gas pembawa yang mengalir pada waktu yang bersamaan.
Beberapa detektor yang dapat digunakan antara lain: detektor hantar bahang (DHB), detektor
ionisasi nyala (FID), detektor tangkap ion, dan lain sebagainya.
6.
Rekorder
Rekorder berfungsi sebagai pencetak hasil percobaan pada lembaran kertas berupa
kumpulan puncak, yang selanjutnya disebut sebagai kromatogram. Seperti telah diberitahukan
diawal, jumlah puncak dalam kromatogram menyatakan jumlah komponen penyusun campuran.
Sedangkan luas puncak menyatakan kuantitas komponennya.
pengamatan
yang
dilakukan,
dapat
diketahui
tahap-tahap
dalam
Mengaktifkan Detektor apabila telah tercapai suhu yang dikehendaki. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara memasukkan api ke dalam lubang detektor.
atas dan mengamati apakah terdapat butiran embun atau tidak. Apabila terdapat butiran
embun maka alat detektor sudah siap digunakan.
8. Mengambil sampel dan memasukkannya ke dalam injektor dengan bantuan alat syringe.
9. Menekan tombol spasi pada alat komputerisasi bersamaan dengan memasukkan sampel,
kemudian melihat hasil kromatografi.
10. Mengamati kromatogram dan menetukan waktu retensi (tR) sampel.
Mekanisme Kerja Dalam Kromatografi Gas
Pada percobaan ini, akan dilakukan pemisahan komponen-komponen pada larutan nHeksana. N-Heksana dapat dideteksi dikarenakan senyawa ini merupakan senyawa organik yang
memiliki titik didih cukup rendah dan bersifat volatil.
Adapun mekanisme kerja kromatografi gas adalah sebagai berikut : gas bertekanan tinggi
dialirkan ke dalam kolom yang berisi fasa diam, kemudian sampel berupa n-Heksana
diinjeksikan ke dalam aliran gas dan ikut terbawa oleh gas ke dalam kolom. Di dalam kolom
akan terjadi proses pemisahan dari n-Heksana menjadi komponen-komponen penyusunnya.
Komponen-komponen tersebut satu per satu akan keluar kolom dan mencapai detektor yang
diletakkan di ujung akhirkolom. Hasil pendeteksian direkam oleh rekorder dan dikenal
sebagai kromatogram. Jumlah peak pada kromatogram menyatakan jumlah komponen yang
terdapat dalam cuplikan dan kuantitas suatu komponen ditentukan berdasarkan luas peaknya.
Berikut adalah skema dari instrumen GC:
Page 49
Pada gambar di atas, dapat dilihat sebuah kromatogram sederhana yang memiliki 3
puncak. Puncak kecil yang berada di kiri merepresentasikan spesies yang tidak ditahan oleh fasa
diam. Waktu (tM) setelah injeksi sampel sampai dengan munulnya puncak ini seringkali
dinamakan waktu mati (dead time). Waktu mati memberikan pengukuran dari laju migrasi ratarata dari fasa bergerak dan merupakan suatu parameter yang penting dalam mengidentifiasi
puncak analit. Seringkali suatu sampel akan mengandung spesies yang tidak ditahan, jika mereka
tidak memiliki spesies yang tidak ditahan maka penambahan spesies dengan sifat seperti ini
dapat dilakukan untuk membantu identifikasi puncak.
Puncak lebih besar yang terdapat di bagian tengah gambar di atas, merupakan puncak
dari spesies analit yaitu berupa n-Heksana. Waktu yang diperlukan puncak ini untuk mencapai
detektor atau waktu yang diperlukan spesies analit untuk keluar dari kolom dan mencapai
detektor dinamakan waktu retensi (tR). Adapun nilai Rf dari n-Heksana yaitu 1,433. Berikut nilai
waktu retensi dari komponen-komponen n-Heksana yang terbaca oleh alat GC ini:
Page 50
mengandung informasi tentang lingkungan masing-masing atom hidrogen dan struktur dari
komponen yang dipelajari. Informasi ketiga bahwa sebuah spektrum NMR menentukan
perbandingan luas/daerah pita yang berbeda, ini menjelaskan jumlah atom hidrogen yang relatif
yang keluar pada masing-masing posisi pada molekul yang diperoleh.
Perbandingan ini petunjuk/bukti langsung struktur dari struktur molekul dan harus mutlak
sesuai untuk beberapa struktur yang diusulkan sebelum struktur tersebut kemungkinan
dipertimbangkan benar. Struktur kompleks pita-pita dapat mengandung informasi tentang jarak
yang memisahkan beberapa atom hidrogen yang melewati ikatan kovalen dan penyusun spasial
atom hidrogen yang melekat pada molekul, termasuk struktur dasarnya. Struktur dasar
menunjukkan pembungkusan atau penggabungan molekul yang memiliki ikatan yang panjang,
seperti struktur spiral DNA. Struktur kompleks pita NMR pada mulanya spin coupling diantara
beberapa atom hidrogen. Penggabungan ini merupakan perputaran fungsi jarak melintasi ikatan
dan geometri molekul. Dalam kasus molekul kecil, pita yang kompleks mungkin disimulasikan
tepat dengan perhitungan mekanika kuantum atau didekati menggunakan mekanika kuantum
yang sesuai dengan aturan.
2.8.2 Fungsi
Banyak informasi yang dapat diperoleh dari spektra NMR. Pada umumnya metode ini berguna
sekali untuk mengidentifikasi struktur senyawa atau rumus bangun molekul senyawa organik. Meskipun
Spektroskopi Infra Merah juga dapat digunakan untuk tujuan tersebut, analisis spektra NMR mampu
memberikan informasi yang lebih lengkap.
Dampak spektroskopi NMR pada senyawa bahan alam sangat penting. Ini dapat digunakan untuk
mempelajari campuran analisis, untuk memahami efek dinamis seperti perubahan pada suhu dan
mekanisme reaksi, dan merupakan instrumen tak ternilai untuk memahami struktur dan fungsi asam
nukleat dan protein. Teknik ini dapat digunakan untuk berbagai variasi sampel, dalam bentuk padat atau
pun larutan.
Page 52
Sesuai namanya NMR (nuklear magnetic resonance, resonansi magnetik inti), spektroskopi NMR
berhubungan dengan karakter inti dari suatu atom dalam suatu molekul yang dianalisis. Pada
dasarnya spektrometri NMR merupakan bentuk lain dari spektroskopi absorbsi sama halnya
dengan UV-VIS dan IR. Perbedaan dengan IR dan UV-VIS adalah
1. Sistem absorbsi dibawah pengaruh medan magnet dan hal ini tidak ada pada UVVIS dan IR.
2.
penentuan struktur molekul zat organik. Lebih tepatnya letak suatu atom dalam molekulnya.
Seperti yang diketahui semua inti atom bermuatan karena mengandung proton dan juga
mempunyai spin inti. Sifat inti atom dan karakter spinnya menyebabkanbeberapa inti bersifat
magnet. Perputaran elektron pada porosnya (spin) menyebabkan dihasilkan momen dipol magnet.
Perilaku dipol magnetik ini dicirikan oleh bilangan kuantum spin inti megnet yang dinyatakan
atau diberi simbol I.
Apabila inti diletakan pada suatu medan magnet (medan magnet eksternal) maka akan
terjadi interaksi inti dengan magnet ekternal tersebut. Interaksinya tergantung pada jenis inti
yang berinteraksi. Berikut merupakan kriteria penggunaaan medan magnet pada spektroskopi
NMR:
Page 53
1. Medan magnet harus kuat. Karena kepekaan spektroskopi NMR makin tinggi
seiring meningkatnya kekuatan medan magnet.
2. Medan magnet harus cukup homogen terhadap semua sampel yang dianalisis.
Apabila tidak terjadi kemogenan medan magnet akan menghasilkan pita-pita yang
melebar dan terjadi distorsi sinyal.
3. Medan magnet harus sangat stabil. Dengan kestabilan yang tinggi menjadikan
analisis secara akurat dari detik ke detik bahkan hingga orde jam.
Seperti yang telah disinggung bahwa berhubungan dengan karakter inti dari suatu atom
dalam suatu molekul, oleh sebab itu spektroskopi NMR digunakan untuk mendeteksi berbagai
jenis inti sesuai dengan sifat khas inti, misalnya 1H, 13C, 19F dan 31P. Karakter jenis inti yang dapat
dideteksi menggunakan spkektroskopi NMR yaitu jenis kategori inti yang dalam kaitannya
dengan bilangan kuantum spin inti, yakni:
Kategori I, yakni inti dengan I = 0. Inti dalam kategori ini tidak berinteraksi dengan
medan magnet yang diterapkan pada NMR (medan magnet eksternal) sehingga disebut tidak ada
kromofor NMR atau tidak aktif NMR. Inti dengan I = 0 adalah atom-atom dengan jumlah
proton genap dan jumlah netron yang genap pula. Inti dengan I = 0 misalnya 12C, 16O dan 32S.
Walaupun tidak dapat dicermati namun ketiga atom tersebut terdapat isotop yang dapat di
deteksi.
Kategori 2 yakni inti dengan I = . Inti ini memiliki nomor massa ganjil sehingga
mempunyai momen magnet tidak sama dengan nol. Hal inilah yang meneyebabkan inti dapat
berinteraksi dengan medan magnet eksternal, oleh sebab itu disebut ada kromofor NMR. Inti
dengan kategori ini misalnya 1H. 13C, 19F.
Kategori 3 yakni inti dengan proton dan netron ganjil. Inti ini memiliki I = 1, 2 atau
lebih tinggi. Yang tergolong kategori ini adalah 2H, 14N, 10B. Isotop-isotop ini lebih sukar diamati
dan pola spektranya melebar.
Banyak inti (atau lebih tepat, inti dengan paling tidak jumlah proton atau neutronnya
ganjil) dapat dianggap sebagai magnet kecil. Inti seperti proton (1H atau H-1) dan inti karbon-13
(13C atau C-13; kelimpahan alaminya sekitar 1%). Karbon -12 ( 12C), yang dijadikan standar
penentuan massa, tidak bersifat magnet.
Bila sampel yang mengandung 1H atau 13C (bahkan semua senyawa organik) ditempatkan
dalam medan magnet, akan timbul interaksi antara medan magnet luar tadi dengan magnet kecil
Page 54
(inti). Karena ada interaksi ini, magnet kecil akan terbagi atas dua tingkat energi (tingkat yang
sedikit agak lebih stabil (+) dan keadaan yang kurang stabel (-)) yang energinya berbeda. Karena
dunia inti adalah dunia mikroskopik, energi yang berkaitan dengan inti ini terkuantisasi, artinya
tidak kontinyu. Perbedaan energi antara dua keadaan diberikan oleh persamaan.
E = hH/2
H kuat medan magnet luar (yakni magnet spektrometer), h tetapan Planck, tetapan khas
bagi jenis inti tertentu, disebut dengan rasio giromagnetik dan untuk proton nilainya 2,6752 x
108 kg-1 s A (A= amper). Bila sampel disinari dengan gelombang elektromagnetik yang
berkaitan dengan perbedaan energi E, yakni,
E = h
inti dalam keadaan (+) mengabsorbsi energi ini dan tereksitasi ke tingkat energi (-).
Proses mengeksitasi inti dalam medan magnetik akan mengabsorbsi energi (resonansi) disebut
nuclear magnetic resonance (NMR).
= H/2
Bila kekuatan medan magnet luar, yakni magnet spektrometer, adalah 2,3490 T(tesla; 1 T
= 23490 Gauss), yang diamati sekitar 1 x 10 8 Hz = 100 MHz. Nilai frekuensi ini di daerah
gelombang mikro.
Page 55
Frekuensi resonansi (frekuensi absorpsi) proton (atau inti lain) sebanding dengan
kekuatan magnet spektrometer. Perbandingan data spektrum akan sukar bila spektrum yang
Page 56
didapat dengan magnet berbeda kekuatannya. Untuk mencegah kesukaran ini, skala , yang tidak
bergantung pada kekuatan medan magnet, dikenalkan. Nilai didefinisikan sebagai berikut :
= ( /) x 106 (ppm)
perbedaan frekuensi resonansi (dalam Hz) inti yang diselidiki dari frekuensi standar
TMS (dalam banyak kasus) dan frek uensi (dalam Hz) proton ditentukan oleh spektrometer
yang sama. Anda harus sadar bahwa Hz yang muncul di pembilang dan penyebut persamaan di
atas dan oleh karena itu saling meniadakan. Karena nilai / sedemikian kecil, nilainya
dikalikan dengan 106. Jadi nilai diungkapkan dalam satuan ppm.
Untuk sebagian besar senyawa, nilai proton dalam rentang 0-10 ppm. Nilai tiga
puncak etanol di Gambar diatas adalah 1,15; 3,6 dan 5,4
Penemuan pergeseran kimia memberikan berbagai kemajuan dalam kimia. Sejak itu
spektroskopi NMR telah menjadi alat yang paling efektif untuk menentukan struktur semua jenis
senyawa. Pergeseran kimia dapat dianggap sebagai ciri bagian tertentu struktur. Misalnya,
pergeseran kimia proton dalam gugus metil sekitar 1 ppm apappun struktur bagian lainnya. Lebih
lanjut, seperti yang ditunjukkan di Gambar 13.6, dalam hal spektra 1H NMR, intensitas sinyal
terintegrasi sebanding dengan jumlah inti yang relevan dengan sinyalnya. Hal ini akan sangat
membantu dalam penentuan struktur senyawa organik.
2.9.1 Pengertian
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu
sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai
panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang
gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.
Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di
dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu
dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan
konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum LambertBeer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu :
Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama
Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang
lain dalam larutan tersebut
c = konsentrasi
e = absorptivitas molar
2.9.2Fungsi Spektrofotometer
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energy secara relative jika energy tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau di emisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan
untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan
pada interaksi antara materi dengan cahaya.
Page 59
1. Sumber cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang stabil dan
intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometer UV-Vis ada dua macam :
Page 60
a. Lampu Tungsten (Wolfram), Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah
tampak. Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang
antara 350-2200 nm. Spektrum radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu
1000jam pemakaian.
b. Lampu DeuteriumLampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum
energy radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah uv.
Memiliki waktu 500 jam pemakaian.
2. Wadah Sampel
kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan dan karenanyan kebanyakan wadah
sampel adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu
haruslah meneruskan energy cahaya dalam daerah spektral yang diminati: jadi sel kaca melayani
daerah tampak, sel kuarsa atau kaca silica tinggi istimewa untuk daerah ultraviolet. Dalam
instrument, tabung reaksi silindris kadang-kadang diginakan sebagai wadah sampel. Penting
bahwa tabung-tabung semacam itu diletakkan secara reprodusibel dengan membubuhkan tanda
pada salah satu sisi tabunga dan tanda itu selalu tetaparahnya tiap kali ditaruh dalam instrument.
Sel-sel lebih baik bila permukaan optisnya datar. Sel-sel harus diisi sedemikian rupa sehingga
berkas cahaya menembus larutan, dengan meniscus terletak seluruhnya diatas berkas. Umumnya
sel-sel ditahan pada posisinya dengan desain kinematik dari pemegangnya atau dengan jepitan
berpegas yang memastikan bahwa posisi tabung dalam ruang sel (dari) instrument itu
reprodusibel.
Page 61
3. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi cahaya tunggal
(monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-bagian monokromator,
yaitu :
a. Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di dapatkan
resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.
b. Grating (kisi difraksi)
Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar akan disebarkan
merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi
dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.
c. Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari sumber
radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui
prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.
d. Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang diteruskan merupakan
cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih.
Page 62
4.
Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian diubah
menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam bentuk angkaangka pada reader (komputer). Detector dapat memberikan respons terhadap radiasi pada
berbagai panjang gelombang Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah melewati
kolom. Metode umum yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultraviolet. Banyak senyawa-senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang.
Jika anda menyinarkan sinar UV pada larutan yang keluar melalui kolom dan sebuah detektor
pada sisi yang berlawanan, anda akan mendapatkan pembacaan langsung berapa besar sinar yang
diserap. Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang
melewati melalui berkas pada waktu itu. Anda akan heran mengapa pelarut yang digunakan tidak
mengabsorbsi sinar UV. Pelarut menyerapnya! Tetapi berbeda, senyawa-senyawa akan menyerap
dengan sangat kuat bagian-bagian yang berbeda dari specktrum UV. Misalnya, metanol,
menyerap pada panjang gelombang dibawah 205 nm dan air pada gelombang dibawah 190 nm.
Jika anda menggunakan campuran metanol-air sebagai pelarut, anda sebaiknya menggunakan
panjang gelombang yang lebih besar dari 205 nm untuk mencegah pembacaan yang salah dari
pelarut
5. Visual display/recorder
Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan dalam bentuk
% Transmitan maupun Absorbansi.
Page 63
Sinar-X Karakteristik, adalah perpindahan elektron yang terjadi setelah peristiwa eksitasi pada
saat menumbuk target sehingga memancarkan energi berbentuk gelombang elektromagnetik
dalam waktu yang singkat.
Page 64
Sinar-X Bremstrahlung, adalah sinar-X yang terjadi dikarenakan radiasi partikel bermuatan (beta
atau elektron) yang dibelokkan/dipantulkan oleh inti atom ketika memasuki atom tersebut,
sehingga menghasilkan pancaran energi berbentuk gelombang elektromagnetik.
Sinar-X dapat pula terbentuk melalui proses perpindahan elektron atom dari tingkat
energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah. Adanya tingkat-tingkat
energi dalam atom dapat digunakan untuk menerangkan terjadinya spektrum sinar-X dari suatu
atom. Sinar-X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai energi sama dengan selisih energi
antara kedua tingkat energi elektron tersebut. Karena setiap jenis atom memiliki tingkat-tingkat
energi elektron yang berbeda-beda, maka sinar-X yang terbentuk dari proses ini disebut sinar-X
karakteristik. Sinar-X bremsstrahlung mempunyai spektrum energi kontinyu yang lebar,
sementara spektrum energi dari sinar-X karakteristik adalah diskrit. Sinar-X karakteristik
terbentuk melalui proses perpindahan elektron atom dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju
ke tingkat energi yang lebih rendah. Beda energi antara tingkat-tingkat orbit dalam atom target
cukup besar, sehingga radiasi yang dipancarkannya memiliki frekuensi yang cukup besar dan
berada pada daerah sinar-X.
Sinar-X karakteristik terjadi karena elektron atom yang berada pada kulit K terionisasi
sehingga terpental keluar. Kekosongan kulit K ini segera diisi oleh elektron dari kulit di luarnya.
Jika kekosongan pada kulit K diisi oleh elektron dari kulit L, maka akan dipancarkan sinar-X
karakteristik Ka. Jika kekosongan itu diisi oleh elektron dari kulit M, maka akan dipancarkan
sinar-X karakteristik Kb. Oleh sebab itu, apabila spektrum sinar-X dari suatu atom berelektron
Page 65
banyak diamati, maka di samping spektrum sinar-X bremsstrahlung dengan energi kontinyu, juga
akan terlihat pula garis-garis tajam berintensitas tinggi yang dihasilkan oleh transisi Ka, Kb, dan
seterusnya. Jadi, sinar-X karakteristik timbul karena adanya transisi elektron dari tingkat energi
lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah. Adanya dua jenis sinar-X menyebabkan
munculnya dua macam spektrum sinar-X, yaitu spektrum kontinyu yang lebar untuk spektrum
bremsstrahlung dan dua buah atau lebih garis tajam untuk sinar-X karakteristik.
bagaimanapun juga metode ini lebih berguna untuk kandungan utama daripada untuk logamlogam perunut.
Jika suatu sinar-X atau suatu electron yang bergerak dengan kecepatan tinggi dari suatu
atom, maka energinya dapat diserap oleh atom. Jika sinar-X tersebut mempunyai energi yang
cukupmembuat sebuah electron keluar dari salah satu kulit atom yang terluar misalnya kulit K
sehingga atom menjadi terionisasi, suatu electron dari kulit energi yang lebih tinggi, misalnya
kulit L jauh menempati posisi yang ditinggalkan electron yang lebih dalam. Panjang gelombang
dari emisi sinar-X karakteristrik unsure yang ditembak.
Sinar-X dihasilkan di suatu tabung sinar katode dengan pemanasan kawat pijar untuk
menghasilkan elektron-elektron, kemudian elektron-elektron tersebut dipercepat terhadap suatu
target dengan memberikan suatu voltase, dan menembak target dengan elektron. Ketika elektronelektron mempunyai energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron-elektron dalam target,
karakteristik spektrum sinar-X dihasilkan. Spektrum ini terdiri atas beberapa komponenkomponen, yang paling umum adalah K dan K. Ka berisi, pada sebagian, dari K1 dan K2.
K1 mempunyai panjang gelombang sedikit lebih pendek dan dua kali lebih intensitas dari K2.
Panjang gelombang yang spesifik merupakan karakteristik dari bahan target (Cu, Fe, Mo, Cr).
Disaring, oleh kertas perak atau kristal monochrometers, yang akan menghasilkan sinar-X
Page 67
monokromatik yang diperlukan untuk difraksi. Tembaga adalah bahan sasaran yang paling
umum untuk diffraction kristal tunggal, dengan radiasi Cu K =05418. Sinar-X ini bersifat
collimated dan mengarahkan ke sampel. Saat sampel dan detektor diputar, intensitas Sinar X
pantul itu direkam. Ketika geometri dari peristiwa sinar-X tersebut memenuhi persamaan Bragg,
interferens konstruktif terjadi dan suatu puncak di dalam intensitas terjadi. Detektor akan
merekam dan memproses isyarat penyinaran ini dan mengkonversi isyarat itu menjadi suatu arus
yang akan dikeluarkan pada printer atau layar computer.
Spektrum sinar-X memiliki :
Panjang gelombang sinar-x memiliki orde yang sama dengan jarak antara atom
1. Muatan Energi
Page 68
Jika sebuah electron keluar dari kulit K, ia dapat diganti oleh sebuah electron dari kulit L
dengan memancarkan radiasi dengan energi.
Energi Kulit K
Garis-garis kulit k disebut dengan garis K, kulit L disebut garis-garis L dan selanjutnya.
Ada dua lingkaran garis yang dibedakan oleh energi yang kecil pada kulit L, lima untuk kulit M
dan seterusnya. Sebuah electron yang jatuh dari kulit L menuju kulit K memancarkan sebuah
energi dengan besar sama dengan selisih energi antara kulit-kulit ini, disebut garis K a. Sebuah
electron yang jatuh dari kulit M ke kulit K membangkitkan sinar-X K b. Garis Kb memiliki
struktur yang halus, seperti halnya garis-garis Ka. Elektron-elektron yang berasal dari kulit K
jatuh ke kulit L membangkitkan garis-garis L, dan seterusnya. Spektrum emisi sinar-X pada
semua unsure mirip, tetapi panjang gelombang dari garis-garis ini beragam untuk unsure alkali
dengan unsure yang lain, tergantung dari nomor atom unsure.
2. Hukum Moseley
Emisi antara panjang gelombang dan nomor atom dirumuskan sebagai Hukum Moseley.
c.l.a (z - s)2
Dimana c adalah kecepatan cahaya, l adalah panjang gelombang sinar-X, a adalah tetapan, Z
nomor atom unsure, dan s konstanta yang tergantung pada seri garis (seperti garis Ka atau La).
Tabel 1. Panjang gelombang absorpsi dan garis emisi dari berbagai unsur
Unsur
Absorpsi
Emisi
Kb
Ka
Mg
A (K)
9,54
9,56
9,9
Ti
2,50
2,514
2,748
Cr
2,07
2,085
2,290
Mn
1,895
1,910
2,106
Page 69
Ni
1,487
1,500
1,658
Ag
0,484
0,496
0,560
Pt
0,158
0,164
0,186
setara, hV=ev, dimana e merupakan muatan electron, V adalah voltase yang digunakan, dan v
adalah frekuensi radiasi.
Total, , sehingga
Penurunan ulang diperoleh
Bila seluruh energi diubah menjadi radiasi sinar-X, panjang gelombang radiasi adalah angostrom
sehingga dicapai keadaan l minimum.
Dari persamaan 8.3, diperoleh
Dengan memasukkan nilai-nilai h, c, dan e sebagai konstanta, maka akan didapatkan Hukum
Duane-Hart.
Dimana h adalah tetapan planck, c kecepatan cahaya, e muatan electron, V voltare terpakai
melalui anoda ke katoda (dalam Volt) dan l adalah panjang gelombang paling pendek pada
radiasi sinar-X (dalam angostrom).
Sinar X dihasilkan oleh suatu generator sinar X yang disebut tabung sinar X. Tabung
sinar X adalah suatu alat untuk menghasilkan elektron bebas, mempercepat dan akhirnya
menabrakkan pada suatu target. Pada proses perlambatan elektron berkecepatan tinggi oleh
medan inti atom target akan menghasilkan sinar X kontinyu dan sinar X karakteristik sesuai
dengan target yang digunakan. Pada produksi sinar X diperlukan tiga syarat dasar yaitu sumber
elektron, catu daya tegangan tinggi dan target. Pada Gambar 3. diperlihatkan model sebuah
tabung sinar X dan bagian-bagiannya.
Page 71
a. Sinar X yang dihasilkan akibat perlambatan berkas elektron cepat dalam medan magnet atom
anoda yang disebut sinar X kontinu atau sinar X bremstrahlung yang mempunyai spektrum
kontinu. Sinar X kontinu pada umumnya digunakan untuk radiografi industri.
b. Sinar X yang dihasilkan akibat transisi elektron dari orbit tinggi ke orbit rendah dari atom
anoda. Transisi elektron ini terjadi adanya kekosongan elektron setelah ditumbuk oleh elektron
berkecepatan tinggi. Sinar ini disebut dengan sinar X karakteristik. Sinar X jenis ini banyak
digunakan pada pengujian analisa bahan.
Sinar-X terpancar dari tabung sinar-X, difraksi sinar-X yang konvergen di terima slit,
sinar-X di terima detektor di ubah menjadi sinyal listrik, sinyal ini di hitung sebagai analisa pulsa
tinggi.
Page 72
Detektor EDS x-ray mengukur emisi abudance relatif sinar-x versus energinya. Untuk
merangsang emisi sinar-X karakteristik dari spesimen, sebuah balok energi tinggi partikelpartikel bermuatan seperti elektron atauproton, atau sinar X-ray, difokuskan ke sampel yang
sedang dipelajari. EDXRF bergantung pada detektor dan detektor elektronik untuk menghasilkan
puncak spektrum karena perbedaan energi x-ray.
Detektor biasanya sebuah lithium-drifted silikon, perangkat solid-state. Ketika x-ray
menumbuk detektor, sehingga menciptakan sebuah Charge pulse yang sebanding dengan energi
sinar-x. Charge Pulse tadi dikonversi menjadi sebuah tegangan (yang tetap proporsional dengan
energi X-ray) oleh charge-sensitive preamplifier.
Sinyal tersebut kemudian dikirim ke multichannel analyzer di mana pulse disortir oleh
tegangan. Energi, seperti yang ditetapkan dari pengukuran tegangan, untuk setiap tumbukan akan
dikirim ke komputer untuk ditampilkan dan dievaluasi datanya lebih lanjut. Energi spektrum
sinar x vs jumlah lalu akan dievaluasi untuk menentukan komposisi unsur dari volume sampel.
2.10.4.1 Instrumentasi
Terdapat tiga medan yang berbeda pada analisis dengan Sinar-X, yaitu: Absorpsi sinar-X,
difraksi sinar-X dan flouresens sinar-X. Komponen peralatan pada ketiganya adalah sama, tetapi
berbeda dalam sistem optiknya.
Hampir semua unsur padat dapat digunakan sebagai sumber elemen. Elemen target
sebagai sumber harus memiliki nomor atom yang lebih besar dari pada nomor atom elemen yang
akan ditentukan. Ini menjamin bahwa energi radiasi dari sumber adalah lebih dari cukup untuk
menyebabkan elemen sampel mengalami flouresen.
Intensitas sinar-x karakteristik yang terdeteksi tergantung pada 3 faktor.
Fluoresen sekunder yang juga merupakan salah satu akibat terabsorpsinya sinar-x
tersebut. Sebagai contoh, suatu sinar-x karakteristik energi tinggi dari unsur
Page 73
1. Sumber sinar-X
Salah satu cara untuk membangkitkan sinar-x adalah dengan cara menembakan elektron
yang berenergi kinetik (berkecepatan) tinggi pada suatu target (anoda). Pembangkit (sumber)
sinar-x jenis ini berdasarkan keadaan target (anoda) dapat dibedakan menjadi dua jenis sumber
sinar-x, yaitu sumber sinar-x yang beranoda diam (fixed anode x-ray source) dan sumber sinar-x
dengan anoda berputar (rotating anode x-ray source). Kedua jenis sumber sinar-x ini akan
dijelaskan pada bagian berikut ini.
Sumber sinar-x beranoda diam. Komponen utama sumber sinar-x yang beranoda diam
adalah sebuah anoda, sebuah katoda (K), sebuah filamen (F) sebagai sumber elektron, sebuah
sumber tegangan tinggi (HV) untuk anoda dan katoda, dan sebuah tegangan rendah (V) untuk
filamen.
Filamen yang diberi catu daya dari sumber tegangan rendah (V) akan mengeluarkan
elektron secara termal. Elektron-elektron ini selanjutnya dipercapat oleh tegangan tinggi (HV)
yang timbul antara anoda dan katoda, sehingga mereka memperoleh energi kinetik yang sangat
besar. Pada saat menumbuk anoda elektron-elektron ini akan melepaskan energi kinetiknya.
Sebagian kecil dari energi tersebut berubah menjadi energi gelombang elektromagnetik yang kita
sebut sinar-x, sedangkan sebagian besar dari energi kinetik itu berubah menjadi panas yang
numpuk pada anoda. Berkas sinar-x yang dihasilkan dapat terdiri atas dua jenis sinar-x. Jenis
pertama adalah sinar-x polikhromatik, yaitu sinar-x yang berasal dari akibat pengereman
elektron oleh anoda. Berkas sinar-x jenis ini sering disebut sinar-x bremsstrahlung (sebuah kata
dalam bahasa Jerman yang berarti pengereman). Jenis kedua adalah sinar-x monokhromatik,
Page 74
yaitu sinar-x yang berasal dari adanya transisi eksitasi di dalam anoda. Kedua jenis sinar-x ini
akan dijelaskan secara rinci di dalam pasal berikutnya.
Disamping komponen-komponen utama tersebut di atas, sumber sinar-x ini sering juga
dilengkapi dengan komponen lainnya, seperti aliran air dingin melaui anoda yang berfungsi
untuk mengeluarkan panas yang timbul pada anoda. Sumber sinar-x dengan anoda berputar. Pada
prinsipnya, komponen utama dari sumber sinar-x dengan anoda berputar adalah sama dengan
komponen utama dari sumber sinar-x yang beranoda diam. Tetapi perbedaan yang paling
mencolok diantara keduanya adalah bahwa anoda pada sumber sinar-x ini diputar oleh sebuah
motor listrik dengan kecepatan yang sangat tinggi. Hal ini dimaksudkan supaya elektron-elektron
akan menumbuk anoda pada tempat yang selalu berbeda. Keuntungan dari cara ini adalah untuk
mengurangi panas yang timbul pada anoda sehingga sumber sinar-x jenis ini dapat menghasilkan
berkas sinar-x yang berdaya besar. Sebagai perbandingan, sumber sinar-x beranoda diam hanya
mampu menghasilkan sumber sinar-x yang berdaya kurang lebih 2 kilowatt (kW) sementara
sumber sinar-x yang beranoda berputar mampu menghasilkan berkas sinar-x dengan daya
maksimum sebesar 18 kW.
2. Tempat sampel (sample holder)
Spektrometer sinar-X dilengkapi dengan tempat sampel yang sesuai dengan bentuk
selnya. Sampel untuk dianalisis dapar berbentuk potongan logam, serbuk zat padat, lapisan hasil
penguapan (evaporated films), cairan murni, atau larutan (sampel gas jarang digunakan).
3. Monokromator
Seperti monokromator yang lain mempunyai fungsi fitler. Fitler merupakan jendela dari
material yang menyerap radiasi yang tidak diinginkan dan melewatkan radiasi pada panjang
gelombang yang diinginkan. Sebagai contoh adalah fitler Pb dan Ag yang digunakan untuk
timah. Syaratnya mempunyai serapan tepi yang kuat.
4. Detektor
Page 75
Terdapat tiga type detector yaitu kaunter ionisasi, kaunter proporsional dan kaunter
Geiger. Timah silinerd diletakkan di pusat kawat bermuatan positif, disegel , dan diisi dengan gas
seperti helium atau klorin. Jika suatu foton sinar-X memasuki silinder, maka buah molekul akan
masuk dan mengionisasi gas pengisi, menciptakan pasangan ion utama. Helium sebagai gas
pengisi, pasangan ionnya adalah He+ dan e-. Interaksinya adalah :
Elektron akan tertarik ke pusat kawat oleh muatan positif. Laju electron mencapai pusat
kawat yang dari besarnya muatan positif dan jumlah total pasangan yang dibangkitkan. Apabila
tidak ada tegangan yang diaplikasikan maka elektron dan ion positif (He+) menyebabkan tidak
adanya arus yang mengalir . Jika tegangan secara perlahan-lahan ditingkatkan, maka akan
meningkatkan jumlah electron yang mencapai pusat. Semua electron yang terbentuk di pusat
kawat dan arus tidak tergantung dari perubahan kecil dalam tegangan. Jumlah total elektron dan
ion yang dibangkitkan akan proporsional dengan intensitas sinar-X. Detektor dioperasikan pada
kondisi tegangan yang disebut kaunter ionisasi.
Kenaikan tegangan lebih lanjut, menyebabkan electron menuju ke pusat kawat dengan
tegangan yang semakin meningkat sampai sebagian dari mereka memiliki energi yang untuk
menumbuk dan mengionisasi atom-atom lain dari gas pengisi. Ionisasi menyebabkan pertukaran
pasangan ion, dan interaksinya sebagai berikut :
Hal ini disebut dengan pasangan ion sekunder. Banyak electron yang mencapai detector
yang sinyal meningkat. Dengan peningkatan voltase yang lebih tinggi, semua electron untuk
sebagian pasangan electron ion primer menjadi pasangan ion sekunder. Arus yang independent
dari voltase yang kecil pada kondisi yang stabil ini. Sinyal adalah xxxx terhadap jumlah
pasangan ion yang terbentuk, demikian juga intensitas sinar-X pada detector. Inilah dasar dari
kuartener proporsional. Dalam prakteknya, kaunter proporsional menggunakan metan 25% dan
helium 75% sebagai gas pengisi.
Dengan penaikan tegangan yang lebih lanjut, menyebabkan banyaksekali pasangan
electron yang mencapai pusat kawat dan jatuh pada detector. Sinyal sekali terionisasi, ia akan
menopang dirinya sendiri dan independent dari intensitas sinar-X yang jatuh pada detector inilah
basis kaunter Geiger. Kaunter Geiger memberikan sinyal paling tinggi untuk suatu berkas sinarX dari intensitas yang diberikan. Kaunter proporsional dan kaunter Geiger digunakan secara luas
Page 76
sebagai detector sinar-X. Meskipun pola operasi mereka mirip, mereka dirancang sangat
berbeda. Bagaimanapun juga mereka tidak sesensitif kaunter-kaunter sintilasi (scintillation
counters).
a. Detektor sentilasi (scintillation counters)
Pada detector sintilasi radiasi sinar-X mengenai senyawa yang menyerapnya dan
mengemisikan cahaya tampak. Fenomena ini disebut gejala sintilasi. Senyawa-senyawa sintilasi
umumnya berbentuk kristal.
Detektor ini berguna untuk pada panjang gelombang yang sangat pendek (energi tinggi),
tetapi kegunaannya menurun pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang
dipakai untuyk mengkonversikan sinar-X menjadi cahaya tampak adalah NaI, antasen, p-terpenil
dalam metylen dan naftalena. Range operasi optimal dari setiap detector bervariasi.
b. Detektor Semikonduktor
Bila suatu sinar-X jatuh pada detector semikonduktor atau sebuah detector siliconlithium-Dirifled, ia membangkitkan sebuah electron (e -) dan sebuah hole (e+) seperti
pembentukan pasangan ion utama dalam kaunter proporsional. Prinsipnya mirip dengan detector
ionisasi seperti pada kaunter proporsional, tetapi material yang digunakan adalah suatu solid
state. Kristal yang dibuat dengan memplatkan litium pada suatu permukaan silicon (tipe p) pada
suhu 673 K. Temperatur diturunkan dengan larutan nitrogen (N2) dan lithium dilepas dalam
silicon yang dipengaruhi suatu medan elektrostatik kuat. Dengan tampilan yang persis sama,
Germanium dari golongan IV dalam tabel periodic, dapat dipakai menggantikan silicon,
membentuk detector dirifled Ge (Li).
Material instrintic adalah sensitive cahaya, dan jika ia dikenai sinar-X, suatu pasangan
electron-hole akan terbentuk. Energi yang dibutuhkan untuk membentuk pasangan electron Me
adalah sebesar 3,65 eV. Untuk detector Ge(Li)-drifted energi yang dibutuhkan adalah 3,95 eV. Ini
jauh lebih kecil dari energi yang dibutuhkan untuk suatu detector kaunter proporsional atau
detector sintilasi NaI.
Dibawah tegangan aplikasi sekitar 400 V, electron-elektron bergerak menuju atom positif
sedangan hole-holemenuju muatan negative. Voltase yang terbangkitkan merupakan suatu
Page 77
ukuran intensitas sinar-X yang jatuh pada kristal. Proses inianalog dengan kaunter proporsional.
Pada pencapaian suatu mantel litium, suatu pulsa dibangkitkan. Voltase sama dengan Q/C,
dimana Q adalah muatan total yang terkumpul pada elektroda C merupakan kapasitas detector,
yang sekarang menyediakan suatu metode untuk pengukuran berkas sinar-X.
Energi yang diperlukan untuk mengangkut sebuah electron terhadap suatu pita radiasi
dalam detector Ge(Li) hanya 0,66 eV dan untuk Si(Li) sebesar 1,1 eV. Oleh karena itu suhu
kamar electron-elektron cenderung dengan mudah melewati penghalang ini dan menjadi
konduktif sekalipun tanpa sinyal yang jatuh pada sistein. Hal inilah yang menyebabkan noise
tinggi. Pendinginan dengan larutan N2 cair dengan besar menurunkan noise dan meningkatkan
sensitivitas detector. Sensitivitas detector akan maksimum bila semua sinar-X yang jatih pada
detector terdeteksi., bagaimanapun juga kemudian detector memiliki resolusi dan tidak akan
dapat membedakan antara energi tinggi dan rendah berkas sinar X. Untuk mengatasi masalah
ini system dimodifikasi dengan menerapkan voltase biasdari ujung-ujung detector.
Detektor silicon-lithium-drifted secara luas dipakai. Detektor-detektor semikonduktor
juga dibuat dari germanium sebagai logam dasar dan ditambahkan dengan unsure lain golongan
3A dari tabel periodic, seperti gallium.
Info skematik untuk instrumentasi sinar-X terlihat pada tabel 1. Seperti pada tabel dibawah ini :
Unsur
Absorpsi
Emisi
Kb
Ka
Mg
A (K)
9,54
9,56
9,9
Ti
2,50
2,514
2,748
Cr
2,07
2,085
2,290
Mn
1,895
1,910
2,106
Ni
1,487
1,500
1,658
Ag
0,484
0,496
0,560
Pt
0,158
0,164
0,186
Page 78
Tabel 1. Panjang gelombang absorpsi dan garis emisi dari berbagai unsur
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai macam teknologi dikembangkan
termasuk perlatan yang menunjang dalam proses kimia. Berbagai macam alat-alat kimia telah
dijelaskan diantaranya
Atomic Absorption Spectophotometer atau AAS adalah salah satu metode analisis yang
dapat digunakan untuk penentuan konsentrasi semua logam dan semilogam dengan
kepekaan yang tinggi
Inductively Coupled Plasma (ICP) adalah sebuah teknik analisis yang digunakan untuk
deteksi dari trace metals dalam sampel lingkungan pada umumnya. Prinsip utama ICP
dalam penentuan elemen adalah pengatomisasian elemen sehingga memancarkan cahaya
panjang gelombang tertentu yang kemudian dapat diukur.
Page 79
Spektroskopi emisi atom (AES) adalah metode analisis kimia yang menggunakan
intensitas cahaya yang dipancarkan dari api, plasma , atau percikan pada panjang
gelombang tertentu untuk menentukan jumlah suatu unsur dalam sampel. Panjang
gelombang dari garis spektral atom memberikan identitas elemen sedangkan intensitas
cahaya yang dipancarkan sebanding dengan jumlah atom unsur.
Kromatografi Ion merupakan aplikasi tehnik kromatografi cairan kinerja tinggi (KCKT)
dalam kromatografi penukar ion dengan menggunakan komponen resin penukar ion dan
detektor konduktometer. Resin terdiri dari resin penukar kation dan anion. Resin penukar
kation biasanya dalam bentuk asam kuat yang dapat bereaksi dengan kation yang berbasa
kuat sperti Na, K, Ca, Mg dan juga kation berbasa lemah misalnya NH4+,
Kromatografi gas digunakan Untuk Pengujian kemurnian suatu zat tertentu, atau
memisahkan
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu
sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV)
mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible)
mempunyai panjang gelombang 400-750 nm
Page 80
Elektron sebagai partikel bermuatan listrik yang bergerak dengan kecepatan tinggi,
apabila melintas dekat ke inti suatu atom, maka gaya tarik elektrostatik inti atom yang
kuat akan menyebabkan elektron membelok dengan tajam. Peristiwa itu menyebabkan
elektron kehilangan energinya dengan memancarkan radiasi elektromagnetik yang
dikenal sebagai sinar-X
3.2 Saran
Praktek dalam mengenal alat-alat tersebut harus dilakukan agar mendukung teori yang
telah dipelajari dalam makalah ini
Page 81