Sektor Publik
Disusun Oleh:
Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik
: 021 7361653
Kata
Sambutan
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Daftar
Isi
Kata Pengantar.....................................................................................
iii
A. Pengertian Audit..................................................................
B. Jenis Auditor........................................................................
11
A. Audit Keuangan...................................................................
11
B. Audit Operasional................................................................
12
C. Audit Kepatuhan..................................................................
13
14
17
17
18
C. Audit Pendahuluan..............................................................
18
D. Pelaksanaan Pengujian.......................................................
19
19
19
21
A. Bukti Audit...........................................................................
21
22
C. Pengujian Audit...................................................................
23
32
35
35
36
37
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
38
39
41
41
42
44
47
48
49
50
53
53
59
59
ii
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Kata
Pengantar
Penulisan modul Dasar-dasar Audit Internal Sektor Publik ini dimaksudkan sebagai bahan ajar bagi para auditor pemula (junior) di lingkungan
Inspektorat Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota). Pengetahuan
mengenai Dasar-dasar Audit ini diperlukan, terutama auditor pemula (junior)
untuk memberikan pemahaman kepada mereka mengenai berbagai konsep
dasar di bidang audit, sehingga dapat melaksanakan tugasnya sehari-hari
dengan cara yang lebih efisien dan efektif.
Mengingat kemajemukan tenaga auditor di lingkungan Inspektorat
Pemerintah Daerah, yang pada umumnya berasal dari berbagai instansi
dengan latar belakang pendidikan yang beragam, untuk mempermudah
pemahaman tentang dasar-dasar audit, maka penulisan modul ini dilakukan
dengan menggunakan bahasa yang sederhana. Tidak seperti bahasa pada
buku-buku teks yang digunakan pada perguruan tinggi.
Sebagai pengetahuan dasar di bidang audit, modul ini dibagi dalam
sepuluh bab sbb:
Bab I menjelaskan audit internal sektor publik secara umum. Pada
bab ini dijelaskan mengenai pengertian audit, jenis auditor, gambaran umum
tentang auditor sektor publik, peran dan kontribusinya, serta persyaratan
menjadi auditor.
Bab 2 menjelaskan jenis-jenis audit dan tujuannya. Pembahasan dititik
beratkan tiga jenis audit yang sering dilakukan oleh auditor internal, meliputi;
audit keuangan, audit operasional, dan audit kepatuhan. Pada bab ini juga
diperkenalkan berbagai jenis audit lainnya.
Bab 3 menjelaskan proses audit dalam garis besar, yang pada modul
ini dibagi dalam; persiapan penugasan, audit pendahuluan, pelaksanaan
pengujian, penyelesaian penugasan, pelaporan dan tindak lanjut.
iii
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
iv
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Gambaran Umum
Bab 1
Audit Internal
Sektor Publik
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat menjelaskan
kembali tentang pengertian audit, jenis auditor, audit internal sektor
publik, peran dan kontribusi audit internal, dan persyaratan menjadi
auditor.
A. Pengertian Audit
Istilah audit berasal dari kata audere yang berarti mendengar, diambil
dari praktek Raja-raja pada zaman dahulu, yang melakukan pemeriksaan
terhadap keuangan negaranya dengan cara mendengarkan laporan yang
dibacakan oleh Bendahara/Menteri Keuangannya. Lama kelamaan kata audere
yang semula berarti mendengar itu berubah menjadi audit dan diartikan
sebagai pemeriksaan.
Sejalan dengan:
01
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
sudah diserap secara utuh dalam Bahasa Indonesia, namun kata audit sering
diterjemahkan sebagai pemeriksaan, kata auditor diterjemahkan sebagai
pemeriksa, sedangkan kata auditee diserap menjadi auditi.
Semula kegiatan audit dilakukan terbatas pada pemeriksaan atas
laporan keuangan saja, yaitu laporan pertanggung jawaban keuangan yang
disusun oleh manajemen, tujuannya adalah untuk meyakini apakah laporan
tersebut didukung dengan bukti yang cukup/lengkap dan sah serta disajikan
berdasarkan standar pelaporan yang berlaku.
Dalam perkembangannya, lingkup kegiatan audit tidak hanya terbatas
pada pemeriksaan atas laporan keuangan saja, melainkan meluas menjadi
audit kepatuhan, audit operasional, audit kecurangan (fraud), audit dalam
rangka membantu penyidikan (forensic audit), dan sebagainya. Walaupun
masing-masing jenis audit memiliki tujuan yang berbeda, namun pada dasarnya,
sasaran awalnya adalah untuk meyakini keandalan (layak dipercaya atau
tidaknya) informasi yang diaudit, sehingga secara umum audit dapat diartikan
sebagai: Aktivitas pengumpulan dan pengujian data, yang dilakukan oleh
pihak yang kompeten dan independen, dalam rangka menentukan kesesuaian
informasi yang diaudit dengan standar/kriteria yang telah ditetapkan, untuk
disampaikan kepada para pihak yang membutuhkan/berkepentingan.
B. Jenis Auditor
Pada negara kerajaan, dimana Raja seakan-akan merupakan pemilik
negara, maka rajalah yang paling membutuhkan jasa audit, yaitu untuk meyakini
kebenaran laporan keuangan dari Menteri Keuangan/Bendahara Negara.
Di negara kita yang berbentuk republik, jasa audit diperlukan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat, yaitu untuk menilai dapat dipercaya atau tidaknya laporan
pertanggung jawaban Presiden selaku Kepala Negara, yang mengemban
amanat/diberi kewenangan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan,
pertahanan dan keamanan, serta mengelola kekayaan negara.
Hal yang sama juga terjadi pada lembaga swasta, terutama karena
adanya pelimpahan kewenangan pengelolaan kekayaan perusahaan oleh
pemilik (contoh: Pemegang Saham) kepada pengurus (Direksi). Auditor diperlukan oleh pemilik/pemegang saham untuk meyakini layak dipercaya atau
tidaknya laporan pertanggung jawaban Direksi, yang biasanya disampaikan
dalam bentuk Laporan Keuangan, terdiri dari Neraca, Perhitungan Laba/(Rugi),
Laporan Arus Kas (Penerimaan dan Pengeluaran Kas).
02
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
03
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
04
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
05
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
06
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
07
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
2. Independensi
Independen artinya bebas dari pengaruh baik terhadap manajemen yang
bertanggung jawab atas penyusunan laporan maupun terhadap para pengguna
laporan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar auditor tersebut bebas dari
pengaruh subyektifitas para pihak yang tekait, sehingga pelaksanaan dan
hasil auditnya dapat diselenggarakan secara obyektif.
Independensi yang dimaksud meliputi independensi dalam kenyataan (in
fact) dan dalam penampilan (in appearance). Independensi dalam kenyataan
lebih cenderung ditunjukkan oleh sikap mental yang tidak terpengaruh oleh
pihak manapun. Sedangkan independensi dalam penampilan ditunjukkan
oleh keadaan tampak luar yang dapat mempengaruhi pendapat orang lain
terhadap independensi auditor.
Contoh penampilan yang dapat mempengaruhi pendapat orang terhadap
independensi auditor, apabila dia (auditor) sering tampak makan-makan atau
belanja bersama-sama dengan dan dibayari oleh auditinya. Walaupun pada
hakekatnya (in fact) auditor tetap memelihara independensinya, kedekatan
dalam penampilan itu dapat merusak citra independensinya dimata publik.
Independensi tidak hanya dari sisi kelembagaan. Tetapi juga dari sisi
pekerjaan. Misalnya suatu Kantor Akuntan Publik menjadi konsultan pada
suatu perusahaan atau membantu perusahaan menyusunkan laporan
keuangannya. Terhadap perusahaan tersebut, Kantor Akuntan Publik yang
bersangkutan tidak boleh memberikan jasa audit.
3. Kecermatan dalam melaksanakan tugas.
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus menggunakan keahliannya
dengan cermat (due professional care), direncanakan dengan baik, menggunakan pendekatan yang sesuai, serta memberikan pendapat berdasarkan
bukti yang cukup dan ditelaah secara mendalam.
Di samping itu, institusi audit harus melakukan pengendalian mutu yang
memadai; organisasinya ditata dengan baik, terhadap SDM yang digunakan
dilakukan pembinaan, diikut sertakan dalam pendididkan dan pelatihan
yang berkesinambungan, pelaksanaan kegiatannya disupervisi dengan
baik, dan hasil pekerjaannya direviu secara memadai.
Kecermatan merupakan hal yang mutlak harus diterapkan auditor dalam
pelaksanaan tugasnya. Karena hasil audit yang dilakukan akan berpengaruh
08
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
pada sikap orang yang akan menyandarkan keputusannya pada hasil audit
yang dilakukannya. Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan
bahwa suatu saat dia harus mempertanggung jawabkan hasil auditnya,
termasuk apabila dia tidak dapat menemukan kesalahan yang sebenarnya
telah terjadi dalam laporan yang diauditnya, namun tidak berhasil mengungkapkannya.
Rangkuman
Secara umum audit dapat diartikan sebagai aktivitas pengumpulan
dan pengujian data, yang dilakukan oleh pihak yang kompeten dan independen,
dalam rangka menentukan kesesuaian informasi yang diaudit dengan standar/
kriteria yang telah ditetapkan, untuk disampaikan kepada para pihak yang
berkepentingan. Kegiatan audit tersebut dapat dilakukan oleh auditor eksternal
dan internal.
Audit internal sektor publik adalah audit yang dilakukan auditor internal
organisasi/lembaga yang bergerak di bidang penyediaan barang dan jasa
publik (public goods and services). Sebenarnya peran auditor internal tidak
hanya semata-mata sebagai auditor, untuk meningkatkan nilai tambah
keberadaannya, auditor internal dapat pula berperan sebagai konsultan bagi
auditinya. Namun peran tersebut tidak boleh mengurangi independensinya
terhadap auditinya tersebut.
Untuk mendapat hasil audit yang baik maka orang yang menjadi auditor
internal harus memenuhi berbagai persyaratan, yaitu memiliki kompetensi
(memiliki keahlian di bidang auditing dan mempunyai pengetahuan yang cukup
mengenai bidang yang diauditnya), independen terhadap auditi, baik dalam
kenyataan (in fact) dan dalam penampilan (in appearance), serta cermat dalam
melaksanakan tugasnya.
09
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
10
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Audit
Jenis
dan Tujuannya
Bab 2
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat menjelaskan
kembali tentang berbagai jenis audit dan tujuannya, meliputi audit
keuangan, audit kepatuhan dan audit operasional, serta berbagai jenis
audit lainnya
A. Audit Keuangan
Pada awalnya, kegiatan audit terbatas pada pemeriksaan atas laporan
keuangan dari suatu entitas ekonomi saja, yaitu satu atau beberapa badan
usaha yang secara akuntansi dianggap sebagai satu satuan ekonomi. Laporan
keuangan tersebut pada organisasi komersial, terdiri dari:
a. Laporan posisi keuangan (neraca),
b. Laporan hasil usaha (perhitungan laba/rugi),
c. Laporan penerimaan dan pengeluaran kas (arus kas), dan
d. Penjelasan yang dianggap perlu atas informasi yang disajikan dalam ketiga
laporan tersebut.
Pada instansi pemerintah, khusus untuk laporan hasil usaha, sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) diganti dengan laporan
realisasi anggaran, yang memuat informasi berupa perbandingan anggaran
dengan realisasinya.
Pemeriksaan atas laporan keuangan itu disebut general audit atau
audit keuangan. Tujuannya adalah untuk menilai layak dipercaya atau tidaknya
informasi yang disajikan dalam laporan tersebut. Laporan keuangan dianggap
dapat dipercaya apabila informasi yang disajikan di dalamnya;
11
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
(seperti DPR atau Rapat Umum Pemegang Saham) sebagai dasar untuk
menentukan sikap, menerima atau menolak laporan keuangan manajemen
tersebut. Bagi perusahaan swasta, opini auditor tersebut sangat penting
artinya, terutama untuk menentukan pembagian laba; menetapkan jumlah
dividen, tantiem, bonus, dsb.
Auditor internal juga dapat melakukan audit keuangan, tetapi karena
posisinya yang tidak independen terhadap manajemen (pimpinan organisasi),
maka laporannya tidak pada posisi yang dapat diterima/dimanfaatkan oleh
pihak eksternal/para stakeholder, terutama pemilik. Oleh karena itu, audit
keuangan yang dilakukan oleh auditor internal sering disebut assurance.
Disamping itu, audit keuangan oleh internal auditor, lazimnya tidak
hanya sekedar untuk menilai kesesuaian laporan keuangan dengan bukti/data
pendukung dan ketaatannya terhadap standar akuntansi yang berlaku saja,
melainkan lebih ditujukan pada penilaian mengenai hal yang perlu mendapat
perhatian manajemen dalam rangka efektivitas pengelolaan keuangan, seperti
pengelolaan kas (penerimaan dan pengeluaran kas), manajemen hutang,
manajemen piutang, dan sebagainya.
B. Audit Operasional
Disamping audit keuangan, jenis audit yang juga berkembang adalah
audit operasional, yaitu aktivitas pengumpulan dan evaluasi bukti terkait
12
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
13
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
14
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Rangkuman
Pada awalnya, kegiatan audit terbatas pada pemeriksaan atas laporan
keuangan dari suatu entitas ekonomi saja, yaitu satu atau beberapa badan
usaha yang secara akuntansi dianggap sebagai satu satuan ekonomi.
Selain audit keuangan, jenis audit yang juga berkembang adalah audit
operasional dan audit kepatuhan:
Audit kepatuhan, yaitu audit yang bertujuan untuk menilai ketaatan suatu
entitas atau pelaksanaan program/kegiatan tertentu terhadap ketentuan
yang berlaku, meliputi peraturan perundang-undangan, kebijakan manajemen,
rencana kerja dan anggaran, prosedur yang telah ditetapkan, perjanjian,
dsb
Disamping itu, di lingkungan sektor publik berkembang pula beberapa
jenis audit lainnya, seperti: audit fiskal (fiscal audit), audit kinerja (performance
audit), audit manajerial (managerial audit), audit hasil program (program result
audit), investigasi (investigative/forensic audit), audit kecurangan (fraud
auditing) dan sebagainya.
15
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
16
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Bab 3
Audit
Proses
Tujuan Pembelajaran:
INPUT
PROCESS
OUTPUT/OUTCOME
Informasi/Laporan dari
Evaluasi kesesuaian
memperkuat keyakinan
yang mendukungnya
penyusunannya
keputusan
17
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
populasi yang terkait dengan kegiatan yang diaudit, seperti banyaknya sumber
daya yang digunakan dan hasil yang diperoleh. Setelah itu barulah dilakukan
evaluasi lebih lanjut sesuai tujuan audit, misalnya:
proses audit juga dapat diartikan sebagai urut-urutan kegiatan dari awal sampai
akhir. Secara umum proses audit internal dapat dikelompokkan dalam;
a. Persiapan penugasan
b. Audit pendahuluan
c. Pelaksanaan pengujian.
d. Penyelesaian penugasan.
e. Pelaporan dan Tindak Lanjut.
B. Persiapan Penugasan Audit
Kegiatan utama pada tahap ini adalah pengumpulan informasi umum
tentang auditi, untuk ditelaah dalam rangka menentukan sasaran audit tentantif
(tentative audit objectieves) atau perkiraan permasalahan yang perlu mendapat
perhatian pada tahap audit pendahuluan.
Secara keseluruhan aktivitas persiapan penugasan meliputi: penerbitan
Surat Tugas, koordinasi dengan Inspektorat lain, pemberitahuan kepada Auditi,
pengumpulan informasi umum, penyusunan rencana penugasan, penyiapan
program audit untuk audit Pendahuluan.
C. Audit Pendahuluan
Pada tahap ini auditor berupaya memperoleh kerjasama dengan auditi,
memperoleh gambaran yang lebih detil tentang auditi, serta mengumpulkan
bukti awal dan melakukan berbagai penelaahan dengan memperhatikan
18
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
sasaran audit tentantif (tentative audit objectives) dan mengikuti langkahlangkah pemeriksaan dalam program audit pendahuluan.
Hasil pengumpulan bukti awal dan penelaahan tersebut digunakan
untuk menentukan permasalahan yang perlu didalami (sasaran audit definitif/firm
audit objectives) dalam rangka merencanakan prosedur audit selanjutnya.
Secara keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh auditor pada audit
pendahuluan ini, meliputi: pertemuan awal, observasi lapangan, penelaahan
dokumen, evaluasi pengendalian internal, prosedur analitis, dan penyusunan
program audit lanjutan.
D. Pelaksanaan Pengujian
Pada tahap ini dilakukan pendalaman pemeriksaan, dengan mengumpulkan bukti-bukti yang lebih banyak dan analisa yang lebih mendalam,
dalam rangka memperkuat/melengkapi atribut terkait dengan permasalahan
yang perlu mendapat perhatian sebagaimana diidentifikasi pada audit pendahuluan. Kegiatan pelaksanaan pengujian ini disebut juga dengan pemeriksaan
lanjutan/perluasan pengujian/pengembangan temuan.
E. Penyelesaian Penugasan Audit
Pada tahap penyelesaian penugasan, auditor merangkum semua
permasalahan yang ditemukan dalam suatu daftar permasalahan/temuan,
kemudian mengkonfirmasikannya kepada pihak auditi untuk mendapatkan
tanggapan dan pengembangan rekomendasi untuk persetujuan dan komitmen
dari menajemen mengenai permasalahan yang dikemukakan dan pelaksanaan
rekomendasi tersebut. Kegiatan konfirmasi dengan pihak auditi tersebut
biasanya dilakukan dalam forum pertemuan akhir atau clossing conference.
F. Pelaporan dan Tindak Lanjut
1. Pelaporan
Penyusunan laporan hasil audit, yaitu aktivitas menuangkan rangkuman
hasil audit kedalam laporan, biasanya dilakukan oleh Ketua Tim Audit,
direviu oleh Supervisor dan disetujui/ditanda tangani oleh Penanggung
Jawab Audit. Laporan yang telah disetujui kemudian digandakan sesuai
kebutuhan dan didistribusikan kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya.
19
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
20
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Bab 4
A. Bukti Audit
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, secara umum kegiatan audit
adalah membuktikan dapat dipercaya atau tidaknya informasi yang disajikan
dalam laporan yang diaudit. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan audit, auditor
melakukan kegiatan pengumpulan bukti audit, yaitu hal yang dapat digunakan
sebagai bukti untuk mendukung kesimpulan-kesimpulan yang akan diambil
oleh auditor. Bukti tersebut meliputi:
a. Bukti fisik yaitu benda yang secara fisik dapat dilihat, diraba, atau dirasakan,
seperti tanah, bangunan, mesin dan peralatan, persediaan, dan sebagainya.
b. Bukti dokumentasi yaitu dokumen atau catatan yang mewakili keberadaan
dan keabsahan transaksi/kejadian yang terkait dengan laporan yang diuji.
Bukti dokumentasi dapat berasal dari luar atau diciptakan sendiri melalui
sistem di dalam organisasi
Contoh bukti dokumentasi yang berasal dari luar seperti; faktur pembelian,
kwitansi pengeluaran kas, hasil konfirmasi, dan sebagainya. Sedangkan
contoh bukti yang diciptakan sendiri melalui sistem dalam organisasi seperti;
bukti penerimaan kas, bukti pemakaian alat tulis kantor, pemakaian bahan
bakar, dan sebagainya.
c. Bukti akuntansi, meliputi catatan/buku-buku, seperti buku kas umum, buku
kas pembantu, termasuk buku besar (ledger), sub-ledger (kartu-kartu),
yang digunakan untuk merekam bukti dokumentasi dalam rangka menunjang
proses penyusunan laporan.
21
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
d. Pernyataan dari manajemen atau stafnya yang dibuat secara tertulis, baik
yang diperoleh melalui wawancara maupun dari jawaban tertulis terhadap
daftar pertanyaan (questionnaire) yang disampaikan auditor.
e. Bukti analisis, yaitu hasil analisis yang dibuat oleh auditor terkait dengan
data yang dikumpulkannya melalui proses audit yang dilakukan.
Sesuai dengan perkembangan teknologi, bukti dapat pula dalam
bentuk pita magnetis, hard-disk, flopy-disk, dan rekaman elektronik lainnya.
B. Pembuktian dalam Audit
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bukti audit dikumpulkan oleh
auditor dalam rangka mendukung kesimpulan hasil audit yang akan dibuat.
Untuk mendapatkan bukti tersebut, auditor melakukan teknik pengumpulan
dan penelaahan sebagai berikut:
a. Observasi yaitu teknik audit yang dilakukan melalui peninjauan lapangan.
Hal ini biasanya dilakukan dalam rangka mengetahui gambaran umum
mengenai pelaksanaan kegiatan operasional auditi yang sesungguhnya
di lapangan (on-site)
b. Penghitungan fisik atau lebih dikenal dengan stock-opname, yaitu melakukan
penghitungan data fisik yang berada dibawah penguasaan auditi. Tujuannya
untuk meyakini keberadaan (kuantitas dan kualitas) data fisik yang dilaporkan
manajemen, seperti luas tanah, bangunan, jumlah mesin dan peralatan,
kendaraan, persediaan, dan sebagainya.
c. Penelaahan dokumen, yaitu penelitian terhadap dokumen yang berfungsi
sebagai pendukung informasi yang disajikan dalam laporan yang diaudit.
Peneilitian ditujukan untuk meyakini keabsahan, kelengkapan, kebenaran,
penilaian, pengakuan, ketepatan pencatatan jumlah, waktu pencatatan,
dan sebagainya.
d. Pengujian perhitungan dalam rangka menguji kebenaran angka-angka baik
angka-angka pada dokumen pendukung maupun angka-angka yang
disajikan dalam laporan. Pengujian perhitungan dilakukan dengan cara
melakukan perhitungan ulang mengenai penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian.
22
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
23
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Bahwa informasi/laporan yang diuji adalah kristalisasi dari data pendukungnya, biasanya berupa dokumen/bukti (contoh laporan keuangan adalah
kristalisas dari data/dokumen keuangan).
catatan:
definisi di atas cenderung untuk badan usaha komersial. Pada pemerintahan
daerah, fungsi dewan komisaris diselenggarakan oleh DPRD, manajemen
24
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Pemantauan (monitoring).
25
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Penggunaan formulir yang tidak baku akan menyulitkan dalam mengidentifikasi mana transaksi yang benar-benar dapat dan tidak dapat
diproses lebih lanjut.
Formulir tidak bernomor urut pracetak akan menyulitkan bagi manajemen untuk mendeteksi dokumen yang hilang. Disamping itu, juga
akan menyulitkan pelacakan bila terjadi transaksi yang dipertanggung
jawabkan secara ganda.
Keterangan dalam kuitansi tidak lengkap akan menyulitkan bagi pengolahan data dalam mengelompokkan transaksi tersebut ke dalam
kelompok informasi yang sesuai.
Jika nominal tidak dicantumkan dalam huruf dan angka, secara internal
dokumen tersebut tidak memiliki alat untuk cek dan ricek.
Jika tidak dilengkapi dengan bukti serah terima atau berita acara
kemajuan pekerjaan, dicurigai barangnya memang belum datang
atau memang belum waktunya dibayar, tetapi uangnya sudah dikeluarkan.
26
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
27
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
28
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
2. Pengujian Substantif
Istilah pengujian substantif (substantive test) lebih dikenal pada lingkup
audit keuangan yang tujuannya adalah untuk menguji kebenaran informasi
kuantitatif (angka-angka) yang disajikan dalam laporan, disebut juga dengan
pengujian transaksi dan saldo. Contoh dari pengujian transaksi adalah
pengujian terhadap realisasi anggaran dan arus kas (penerimaan dan pengeluaran). Sedangkan contoh untuk pengujian atas saldo adalah pengujian
untuk informasi kuantitatif yang disajikan dalam neraca, meliputi aktiva
lancar, aktiva tetap, kewajiban, dan ekuitas.
Pada pengujian substantif, auditor menguji kesesuaian angka dalam laporan
keuangan dengan bukti pendukungnya. Bukti pendukung tersebut dapat
berupa bukti fisik, pernyataan dari pihak ketiga, bukti dokumentasi, bukti
perhitungan, bukti analisis, hubungan antar data, pernyataan dari manajemen,
dan catatan-catatan akuntansi/keuangan.
a) Tujuan Pengujian Substantif
Secara rinci tujuan pengujian substantif adalah untuk:
29
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
30
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
31
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
32
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Bila pada sampel tidak ditemukan kesalahan, berarti populasi bebas dari
kesalahan. Dalam hal pengujian dimaksudkan untuk meneliti pengendalian
intern, dengan kondisi seperti ini dapat disimpulkan bahwa pengendalian
intern kuat. Dalam hal pengujian dimaksudkan untuk menilai laporan,
dengan kondisi seperti ini dapat disimpulkan bahwa informasi yang dimaksud
dapat dipercaya.
Bila pada sampel ditemukan kesalahan yang cukup banyak, berarti populasi
juga mengandung kesalahan yang signifikan. Kondisi ini pada pengujian
pengendalian menunjukkan bahwa pengendalian intern yang terkait lemah.
Dalam hal pengujian substantif, kondisi seperti ini menunjukkan informasi
yang dimaksud tidak dapat dipercaya. Banyak/tidaknya kesalahan yang
dapat mempengaruhi kesimpulan hasil audit diukur berdasarkan batas
toleransi atau batas maksimum kesalahan yang diizinkan oleh auditor.
Batasan tersebut didasarkan pada judgment/pertimbangan profesional
auditor.
Metode sampling dapat dilakukan dengan dua cara, menggunakan
33
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Rangkuman
Bukti audit bukti-bukti yang dikumpulkan oleh auditor meliput bukti
fisik, bukti dokumentasi, bukti akuntansi, pernyataan/pengakuan, bukti analisis,
yang digunakan sebagai bukti untuk mendukung kesimpulan yang akan diambil.
Teknik pengumpulan dapat dilakukan melalui observasi, penghitungan fisik,
penelaahan dokumen, pengujian perhitungan, reviu analitis, konfirmasi,
wawancara dan sebagainya.
Pengumpulan dan penelaahan bukti audit tersebut dilakukan dalam
rangka pelaksanaan pengujian audit (audit test), terdiri dari pengujian
pengendalian (test of control), pengujian substantif (substantive test), dan
pengujian dengan tujuan ganda (dual purpose test). Pengujian audit tersebut
dilakukan pada tahap audit pendahuluan dan audit lanjutan.
34
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Program
Bab 5
Audit
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat menjelaskan
kembali tentang pengertian dan jenis program audit, hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan program audit, makna dan sifat program
audit tujuan dan manfaat serta kriteria dan kerangka program audit.
substantive test) adalah dua kegiatan yang saling terkait dan dilakukan secara
berurutan, lebih dahulu diawali dengan pengujian pengendalian, kemudian
35
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
36
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
37
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
38
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
39
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
sebagai alat bagi supervisor dan ketua tim audit untuk mereviu pekerjaan oleh
bawahannya.
40
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Kertas
Bab 6
Kerja Audit
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat menjelaskan
kembali tentang pengertian dan fungsi, isi, persyaratan, jenis dan kepemilikan
kertas kerja audit.
oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuh, pengujian yang dilakukan,
informasi yang diperoleh, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan
pelaksanaan penugasan audit yang dilakukannya.
41
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
42
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
c. Kertas kerja harus dibatasi pada informasi pokok saja yang diperlukan dan
relevan dengan tujuan audit dan disajikan secara ringkas, tidak memuat
data yang tidak perlu.
d. Kertas kerja harus mampu menyajikan informasi yang jelas dan sistematis,
penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari.
e. Kerapian dalam pembuatan dan keteraturan dalam penyusunan kertas
kerja diperlukan untuk mempermudah ketua tim dan supervisor mereviu
hasil pekerjaan dan menyusun laporan hasil audit.
D. Jenis Kertas Kerja Audit
Dalam rangka mendukung laporan hasil audit, kertas kerja dikelompokkan dalam Daftar Utama (lead/top schedule) dan Daftar Pendukung (supporting
schedule);
Daftar Pendukung memuat tujuan audit, informasi/kegiatan yang diuji, buktibukti/dokumen pendukung yang dikumpulkan, metode penelitian dan analisis
yang dilakukan dalam rangka memenuhi tujuan audit, dan kesimpulan yang
diperoleh, serta dilengkapi dengan data auditor yang menyusun dan tanggal
dan paraf penyusunannya.
Daftar Utama dan Daftar Pendukung merupakan dokumentasi yang
terpisah satu sama lain. Untuk menghubungkan keduanya, kertas kerja harus
diberi indeks (semacam tanda/nomor/kode yang dibuat untuk mempermudah
menghubungkan satu kertas kerja dengan kertas kerja yang lain).
E. Kepemilikan Kertas Kerja Audit
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengenai kepemilikan kertas
kerja. Sesuai kode etik, auditor harus menjaga kerahasiaan informasi yang
diperoleh/diketahuinya melalui kegiatan audit yang dilakukannya. Dalam
praktek yang sehat di lingkungan profesi audit, walaupun kertas kerja adalah
milik institusi auditor, penggunaannya untuk pihak luar harus mendapat izin
dari klien/auditi yang bersangkutan. Terkait dengan hal ini, salah satu poin
43
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
dari kode etik pejabat pengawas pemerintah dengan organisasi intern, yang
diatur dalam Peraturan Menteri Dalan Negeri No. 28/2007 disebutkan; Pejabat
Pengawas Pemerintah wajib menyimpan rahasia jabatan, rahasia negara,
rahasia pihak yang diawasi serta hanya mengemukakan kepada dan atas
perintah pejabat yang berwenang atas kuasa peraturan perundang-undangan.
F. Penyimpanan KKA
Untuk memudahkan akses dan pemeliharaannya, dokumen KKA perlu
dipilah ke dalam beberapa kategori. pada umumnya terdapat empat kategori
berkas KKA, yaitu: Berkas permanen, Berkas berjalan, Berkas lampiran, dan
Berkas khusus.
1. Berkas Permanen.
Berkas permanen berisikan data/informasi yang diperlukan oleh auditor
untuk memahami gambaran umum auditi. Dilihat dari dimensi waktu,
informasi yang dimasukkan dalam berkas permanen adalah informasi yang
relatif tidak sering berubah. Dengan adanya berkas permanen, auditor
tidak perlu meminta informasi tersebut kepada auditi setiap tahun atau
setiap kali akan melakukan audit.
Jenis informasi yang dimaksudkan dalam berkas permanen, antara lain
meliputi: data organisasi auditi, kebijakan dan prosedur operasi, kebijakan
akuntansi dan pengendalian internal, dan informasi administratif berkaitan
dengan penugasan audit.
Data organisasi meliputi; Struktur organisasi dan uraian tugas, Sejarah dan
uraian pokok dan fungsi auditi, Daftar lokasi unit-unit di bawah organisasi
auditi, Kontrak dan perjanjian penting (jika ada), Daftar personil kunci, Daftar
pihak yang mempunyai hubungan istimewa, serta Ketentuan hukum dan
perundang-undangan terkait.
2. Berkas Berjalan (Current).
Berkas berjalan berisikan informasi yang berkaitan dengan audit yang
sedang dilakukan atau audit yang baru lalu. Terdapat dua sub klasifikasi
untuk informasi yang dimasukkan dalam berkas berjalan, yaitu: Berkas
umum dan Berkas analisis.
Berkas umum terdiri atas: Surat penugasaan audit, Informasi umum, Hasil
pertemuan awal, Program audit, Manajemen waktu audit, Ikhtisar temuan
44
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
audit, Draft laporan audit, Tanggapan auditi, Pertemuan akhir dan tindak
lanjut hasil audit.
Berkas analisis, memuat dokumentasi rinci atas proses pengumpulan dan
pengujian bukti audit untuk masing-masing data yang dicakup dalam
penugasan audit.
3. Berkas Lampiran
Berkas ini berisikan lampiran data, catatan, dan dokumen yang menjadi
data mentah bagi proses pengujian bukti audit. Informasi mengenai proses
dan hasil pengujiannya sendiri dimasukkan dalam berkas audit analisis.
4. Berkas Khusus
Berkas ini berisikan informasi yang perlu mendapatkan perhatian khusus.
Sebagian besar informasi ini berkaitan dengan indikasi kecurangan yang
perlu ditindak lanjuti dengan pemeriksaan khusus.
Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 23 Tahun 2007, Kertas Kerja Audit harus disusun dalam satu berkas
dan diserahkan oleh Ketua Tim kepada Sub Bagian Tata Usaha Wilayah untuk
diarsipkan.
Rangkuman
Kertas kerja didefinisikan sebagai catatan-catatan yang diselenggarakan
oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuh, pengujian yang dilakukan,
informasi yang diperoleh, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan
pelaksanaan penugasan audit yang dilakukannya.
Kertas kerja audit berfungsi sebagai; jembatan/mata rantai yang
menghubungkan antara catatan auditi dengan laporan hasil audit, dan dapat
pula dipergunakan auditor untuk mempertanggung jawabkan prosedur/langkah
audit yang dilakukannya, mengkoordinir dan mengorganisir semua tahap audit
mulai dari perencanaan sampai pelaporan, dan sebagai dokumen yang dapat
digunakan oleh auditor berikutnya.
Kertas kerja yang baik harus lengkap, teliti, ringkas, jelas dan rapi,
disimpan dan dijaga kerahasiannya. Agar mudah diakses, lazimnya kertas
kerja audit dikelompokkan dalam berkas permanen (permanent file), berkas
berjalan (current file), berkas lampiran dan berkas khusus.
45
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Sebagai rekaman dari kegiatan audit, kertas kerja audit adalah milik
institusi auditor, namun penggunaannya untuk pihak luar harus mendapat izin
dari klien/auditi yang bersangkutan.
46
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Laporan
Bab 7
Hasil Audit
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat menjelaskan
kembali tentang gambaran umum laporan hasil audit, laporan hasil audit
internal pemerintah, manfaat dibuatnya laporan tertulis, arti penting
ketepatan waktu laporan, dan isi laporan hasil audit.
47
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Berisi laporan hasil pengawasan yang diuraikan secara lengkap atas semua
permasalahan yang ditemukan berdasarkan bukti/fakta yang cukup,
kompeten dan relevan. Penulisan dalam laporan hasil pengawasan ini
dengan menggunakan bahasa/istilah yang sederhana dan mudah dipahami
oleh pembaca atau pengguna laporan.
48
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
49
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
50
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Rangkuman
Laporan hasil audit adalah dokumen yang memuat rangkuman seluruh
kegiatan audit, berfungsi sebagai media untuk mengkomunikasikan hasil audit
kepada para penggunanya. Laporan hasil audit internal pemerintah daerah
disebut dengan laporan hasil pengawasan, harus disusun secara tertulis.
Format laporannya dapat berupa Nota Dinas/Surat atau Laporan Lengkap
sesuai kebutuhan.
Di samping harus disusun secara tertulis, laporan harus dapat diterbitkan
secara tepat waktu, tujuannya adalah agar tindakan korektif terhadap
permasalahan yang perlu mendapat perhatian dapat dilaksanakan segera
oleh pejabat terkait/yang bertanggung jawab, sehingga dampak negatif yang
ditimbulkannya dapat dicegah sehingga tidak menjadi meluas.
Biasanya format (lay-out) laporan auditor internal sudah ditetapkan
dalam bentuk yang baku, memuat dasar penugasan, lingkup dan tujuan audit,
periode yang diperiksa, informasi umum tentang auditi, kebijakan akuntansi
untuk laporan audit keuangan, dan gambaran umum tentang pelaksanaan
kegiatan operasional yang diuji pada audit kepatuhan dan audit operasional.
Laporan dilengkapi dengan ringkasan eksekutif (excecutive summary)
berupa ringkasan hasil audit. Ringkasan eksekutif dimaksudkan untuk konsumsi
pimpinan. Ini diperlukan karena pada umumnya para pimpinan yang menerima
laporan audit tidak memiliki cukup waktu untuk membaca laporan secara utuh.
Dengan ringkasan eksekutif diharapkan dapat menghemat waktu mereka
untuk memahami hasil audit.
51
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
52
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Norma
Bab 8
Pengawasan
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat menjelaskan
kembali tentang pengertian, fungsi dan pokok-pokok Norma Pengawasan
Pejabat Pengawasan Pemerintah.
53
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
54
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
55
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Rangkuman
Norma pengawasan disebut juga sebagai standar audit didefinisikan
sebagai patokan, kaidah atau ukuran yang harus diikuti oleh pejabat pengawas
pemerintah dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan dan pihak/pejabat
lain yang terkait dengan pengawasan. Berfungsi sebagai pedoman bagi semua
auditor yang terlibat dalam penugasan audit.
56
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
57
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
58
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Kode Etik
Pejabat Pengawas
Bab 9
Pemerintah
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat menjelaskan
kembali tentang pengertian, fungsi dan pokok-pokok kode etik Pejabat
Pengawasan Pemerintah.
59
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
60
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
61
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
62
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Lembaga
Bab 10
Audit
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat menyebutkan
lembaga-lembaga profesi yang bergerak di bidang audit.
Pada awal modul ini telah dijelaskan bahwa ada banyak pihak yang
membutuhkan auditor, sehingga mendorong perkembangan aktivitas menjadi
suatu profesi. Auditor yang bekerja untuk kepentingan pemilik, yang ditugaskan
melakukan pemeriksaan atas laporan pertanggung jawaban pengurus
organisasi, biasanya ditunjuk dari lembaga independen, disebut auditor
eksternal. Sedangkan auditor yang dipekerjakan oleh dan untuk kepentingan
manajemen, karena posisinya berada di bawah kendali manajemen yang
memberi penugasan, disebut auditor internal.
Sebagaimana profesi lainnya, auditor juga memiliki perkumpulan/
institusi. Di negara kita, ada dua lembaga yang memberikan jasa sebagai
auditor eksternal atau auditor independen, yaitu Kantor Akuntan Publik
atau KAP dan Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK:
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memiliki izin yang masih berlaku dari
Departemen Keuangan, yang anggotanya tergabung dalam Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI). Lembaga ini biasanya melakukan audit terhadap laporan
keuangan perusahaan komersial dan institusi/lembaga non pemerintah
berdasarkan perintah stakeholder, biasanya oleh Komisaris selaku wakil
dari pemegang saham, yang dituangkan dalam satu perikatan (SPK/Kontrak).
63
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Auditor internal pada Badan-badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta
yang disebut dengan berbagai istilah, seperti Satuan Pemeriksa Intern
(SPI), Kantor Audit Internal (KAI), Satuan Kerja Audit Internal (SKAI), dsb.
Sekedar untuk diketahui, sebagai suatu profesi, di Indonesia telah
berdiri Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, terdiri dari The Institute
of Internal Auditors Indonesia Chapter, Forum Komunikasi Satuan Pengawasan
Intern BUMN/BUMD, Yayasan Pendidikan Internal Audit, Dewan Sertifikasi
Qualified Internal Audit, Perhimpunan Audit Internal Indonesia, dan Asosiasi
Auditor Internal.
Di samping auditor eksternal dan internal di atas, ada auditor jenis
lain yang oleh para penulis disebutkan sebagai auditor pemerintah, seperti
auditor pada institusi perpajakan (pajak pusat dan daerah) yang bertugas
memeriksa ketaatan wajib pajak terhadap undang-undang perpajakan, auditor
lingkungan pada institusi yang mengurusi lingkungan hidup yang bertugas
melakukan pemeriksaan ketaatan para usaha industri terhadap ketentuan
mengenai dampak lingkungan, dan sebagainya.
64
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
Daftar
Pustaka
65
Dasar-dasar
Audit Internal
Sektor Publik
66