Paper Gangguan Hipokondrik
Paper Gangguan Hipokondrik
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera,
Puji dan syukur penulis atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan Paper yang berjudul Gangguan
Hipokondrik untuk mengembangkan dan menyebar luas kan ilmu sesuai dengan
bidangnya.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sehingga lebih tercipta suasana untuk mendekati
kesempurnaan dalam Paper ini.
TerimaKasih
Medan, 21 Juli2014
Penulis
BAB I
I. PENDAHULUAN
Istilah
hipokondrik
didapatkan
dari
istilah
medis
yang
lama
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 DEFENISI
Hipokondriasis adalah kepercayaan pada ketakutan menderita, atau
keyakinan bahwa seseorang memiliki penyakit medis yang serius, meski tidak ada
dasar medis untuk keluhan yang dapat ditemukan.2
2.2 EPIDEMIOLOGI
Satu penelitian terakhir melaporkan prevalensi enam bulan sebesar 4
sampi 6 persen pada populasi klinik medis umum. Laki-laki dan wanita samasama terkena hipokondriasis. Walaupun onset gejala dapat terjadi pada setiap usia,
onset paling sering antara usia 20 sampai 30 tahun. Beberapa lebih sering diantara
3
orang kulit hitam dibandingkan kulit putih, tetapi posisi sosial, tingkat pendidikan
dan status perkawinan tidak mempengaruhi diagnosis.1,3
2.3 ETIOLOGI
Dalam kriteria diagnostik hipokondriasis, DSM-IV menyatakan bahwa
gejala mencerminkan misinterpretasi gejala-gejala tubuh. Data tubuh yang cukup
menyatakan bahwa orang hipokondriakal meningkatkan dan membesarkan sensasi
somatiknya, mereka memiliki ambang dan toleransi yang lebih rendah dari
umumnya terhadap ganggguan fisik. Sebagai contoh, apa yang dirasakan oleh
orang normal sebagai tekanan abdominal, orang hipokondriakal menganggapnya
sebagai nyeri abdomen. Orang hipokondriakal mungkin berpusat pada sensasi
tubuh, salah menginterpretasikannya dan menjadi tersinyal oleh hal tersebut
karena skema kognitif yang keliru. Walaupun beberapa studi kasus yang diduga
terkait dengan suatu hipokondriasis, sampai sekarang belum diketahui secara pasti
penyebab dari hipokondriasis itu sendiri.1
Teori yang kedua adalah bahwa hipokondriasis dapat dimengerti
berdasarkan model belajar sosial. Gejala hipokondriasis dipandang sebagai
keinginan untuk mendapatkan peranan sakit oleh seseorang yang mendapatkan
masalah yang tampaknya berat dan tidak dapat dipecahkan. Peranan sakit
menawarkan suatu jalan keluar, karena pasien yang sakit dibiarkan menghindari
kewajiban yang menimbulkan kecemasan dan menunda tantangan yang tidak
disukai dan dimaafkan dari kewajiban yang biasanya diharapkan.1
Teori ketiga tentang penyebab hipokondriasis adalah bahwa ganguan ini
adalah bentuk varian dari ganguan mental lain. Ganguan yang paling sering
dihipotesiskan berhubungan dengan hipokondriasis adalah gangguan depresif dan
gangguan kecemasan. Diperikirakan 80 persen pasien dengan hipokondriasis
diperkirakan memiliki gangguan depresif atau gangguan kecemasan yang
ditemukan bersama-sama. Pasien yang memnuhi kriteria diagnostik untuk
hipokondriasis mungkin merupakan pensomatisasi (somatizing) dari gangguan
lain tersebut.1
Bidang
pikiran
keempat
tentang
hipokondriasis
adalah
bidang
kronis jika diperkuat oleh diperkuat oleh orang-orang di dalam sistem sosial
pasien dan oleh profesional kesehatan.1
Jika berdasarkan pada PPDGJ III maka untuk diagnosis pasti kedua hal
ini harus ada:5
-
indiference adalah ciri yang tidak dapat dipercaya yang menyebabkan kedua
kondisi tersebut. Gangguan nyeri adalah kronis, seperti juga hipokondriasis, tetapi
gejalanya adalah terbatas pada keluhan nyeri. Pasien dengan gangguan dismorfik
tubuh berharap dapat tampil normal tetapi percaya bahwa orang lain
memerhatikan bahwa mereka tidak normal, sedangkan pasien hipokondriakal
mencari perhatian untuk anggapan penyakitnya. 1,4
Gejala hipokondriakal dapat juga terjadi pada gangguan depresi dan
gangguan kecemasan. Jika pasien memenuhi kriteria diagnostik lengkap untuk
hipokondriasis maupun gangguan mental berat lainnya, seperti gangguan depresif
berat atau gangguan kecemasan umum, pasien harus mendapat kedua diagnosis
tersebut, kecuali gejala hipokondriakal hanya terjadi pada episode gangguan
mental lainnnya. Pasien dengan gangguan panik mungkin pada awalnya mengeluh
bahwa mereka menderita suatu penyakit (sebagai contoh gangguan jantung) tetapi
pertanyaan yang cermat tentang riwayat medis biasanya tidak menemukan gejala
klasik serangan panik. Keyakinan hipokondriakal delusional terjadi pada
skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya tetapi dapat dibedakan dengan
hipokondriasis dengan gejala psikotik lain. Disamping itu, waham somatik pasien
skizofrenia cenderung kacau, aneh, dan di luar lingkungan kulturalnya.1,4,6
Hipokondriasis dibedakan dari gangguan buatan dengan gejala fisik dan
berpura-pura dimana pasien hipokondriakal sesungguhnya mengalami dan tidak
menstimulasi gejala yang mereka laporkan.1
2.6 PENATALAKSANAAN
Pasien hipokondriakal biasanya tahan terhadap pengobatan psikiatrik.
Beberapa pasien hipokondriakal menerima pengobatan psikiatrik jika dilakukan di
lingkungan medis dan dipusatkan untuk menurunkan stress dan penjelasan tentang
mengatasi
kelompok adalah cara yang terpilih, sebagian cara ini memberikan dukungan
sosial dan interaksi sosial yang tampaknya menurunkan kecemasan pasien.
Psikoterapi individual berorientasi-tilikan mungkin berguna, tetapi biasanya tidak
berhasil.1,6
8
Jadwal pemeriksaan fisik yang sering dan teratur adalah berguna untuk
menenangkan pasien bahwa mereka tidak ditelantarkan oleh dokternya dan
keluhan merteka ditanggapi dengan serius. Tetapi prosedur diagnostik dan
terapeutik harus dilakukan hanya jika bukti objektif mengharuskannya. Jika
mungkin klinisi harus menahan diri supaya tidak mengobati temuan pemeriksaan
fisik yang tidak jelas atau kebetulan.1,6
Farmakoterapi menghilangkan gejala hipokondriakal hanya jika pasien
memiliki suatu kondisi yang responsif terhadap obat, seperti gangguan kecemasan
atau gangguan depresif berat. Jika hipokondriasis adalah sekunder akibat adanya
gangguan mental primer lainnya, gangguan tersebut harus diobati untuk gangguan
itu sendiri. Jika hipokondriasis adalah reaksi situasional yang sementara, klinisi
harus membantu pasien untuk mengatasi stress tanpa mendorong perilaku sakit
mereka dan pemakaian peranan sakit sebagai suatu pemecahan masalah. 1
Obat-obat golongan benzodiazepines sering diberikan pada pasien dengan
hipokondriasis akan tetapi kegunaannya masih perlu pembahasan yang lebih
lanjut. Untuk langkah pertama biasanya digunakan fluoxetine, dalam dosis 60
sampai 80 mg yang mungkin mengurangi keluhan hipokondriasis pasien.2,4
2.7 PROGNOSIS
Perjalanan hipokondriasis biasanya episodik; episode berlangsung dari
beberapa bulan sampai beberapa tahuan dan dipisahkan oleh periode tenang yang
sama panjangnya. Mungkin terhadap hubungan yang jelas antara eksaserbasi
gejala hipokondriakal dan stresor psikososial. Walaupun hasil penelitian besar
yang dilakukan belum dilaporkan diperkirakan sepertiga sampai setengah dari
semua pasien dengan hipokondriasis akhirnya membaik secara bermakna.
Prognosis yang baiak adalah berhubungan dengan status sosioekonomi yang
tinggi, onset gejala yang tiba-tiba, tidak adanya gangguan kepribadian dan tidak
adanya
kondisi
non-psikiatrik
yang
menyertai.
Sebagian
besar
anak
hipokondriakal menjadi sembuh pada masa remaja akhir atau masa dewasa awal.1
BAB III
Kesimpulan
Hipokondriasis merupakan salah satu dari enam gangguan somatoform
yang dikategorikan dalam DSM-IV. Hipokondriasis dibedakan dari kelainan
delusi somatic lainnya oleh karena gangguan ini dihubungkan dengan pengalaman
gejala fisik yang dirasakan oleh penderitanya, dimana gangguan somatoform
lainnya tidak menunjukkan gejala fisik di dalam dirinya. Gejala yang timbul bisa
saja merupakan pernyataan gejala fisik yang dilebih-lebihkan, yang justru akan
memperberat gejala fisik yang disebabkan oleh keyakinan bahwa pasien tersebut
sedang sakit dan keadaannya lebih buruk dari keadaan yang sebenarnya.
10
keyakinan
bahwa
mereka
memiliki
penyakit
yang
serius.
Hipokondriasis biasanya disertai dengan gejala depresi dan anxietas dan biasanya
terjadi
bersamaan
dengan
gangguan
depresi
dan
anxietas.
Walaupun pada DSM-IV membatasi bahwa gejala yang timbul telah berlangsung
paling kurang 6 bulan, keadaan hipokondrial yang sementara dapat muncul setelah
stress yang berat, paling sering adalah akibat kematian atau penyakit yang sangat
serius dari seseorang yang sangat penting bagi pasien, ataupun penyakit serius
yang yang pernah diderita oleh pasien namun telah sembuh, yang dapat
meninggalkan keadaan hipokondrial sementara pada kehidupan pasien. Keadaan
diatas dimana perlangsungannya kurang dari enam bulan, maka di diagnosis
sebagai gangguan somatoform yang tak tergolongkan.
Farmako terapi digunakan sebagai pelengkap dari psikoterapi dan terapi
edukasi yang dilakukan. Tujuan dari pemberian farmako terapi adalah untuk
mengurangi gejala dan gangguan yang menyertai (contohnya depresi), untuk
mencegah komplikasi, dan untuk mengurangi gejala hipokondrik.
Hipokondriasis hampir selalu disertai dengan gangguan depresi, anxietas,
obsesif-kompulsif. Apabila salahsatu dari gangguan diatas ada, penatalaksanaan
yang sesuai haruslah dilakukan. Biasanya terapi farmakologi diberikan dengan
memulai dengan dosis rendah, kemudian dinaikkan sampai pada dosis terapi. Hal
ini untuk mencegah efeksampaing dimana pasien dengan gangguan hipokondrik
sangat
sensitif
terhadap
efek
samping
obat.
Pasien dengan riwayat psikologi premorbid yang baik yang biasanya hanya
mengalami hipokondriasis sementara pada penyakit yang akut atau stress
mempunyai prognosis yang baik dan dapat mengalami kesembuhan yang
sempurna
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan H.I, Sadock B.J,and Greeb J.A. Sinopsis Psikiatri. In : Gangguan
Somatoform. Jilid Dua. Ciputat: Binarupa Aksara. 94-7.
2. Anonim. Hypochondriasis defenition.
http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=18718 (14
Oktober 2011)
3. Xiong G.L. Hypochondriasis.
http://emedicine.medscape.com/article/290955-overview (14 Oktober
2011)
4. DSM-IV-TR #300.7. Hypochondriasis.
5. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Gangguan Somatoform.
Jakarta : PT. Nuh Jaya. 84.
12
13