Anda di halaman 1dari 17

AUDIT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN DI LABORATORIUM JURUSAN

TEKNIK KONVERSI ENERGI (ATAS)

I.

Tujuan
1. Mengetahui konsumsi energi sistem kelistrikan di Lab.Energi
2. Mengetahui karakteristik kelistrikan yang ada di Lab.Energi
3. Dapat mengetahui peluang-peluang penghematan konsumsi energi

II.

Batasan Masalah
1. Audit energi sistem kelistrikan di laboratorium teknik konversi energi.
2. Peluang konservasi yang dapat dilakukan pada sistem kelistrikan di jurusan teknik
konversi energi.
3.

III.

Latar Belakang
Konsumsi energi terus meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi dan

pertambahan penduduk. Untuk memenuhi permintaan tersebut, perlu dikembangkan cara


cara penghematan energi salah satunya dengan melalui audit energi, audit energi ini
khusus pada sistem kelistrikan yang ada di laboratorium jurusan teknik konversi energi,
sistek kelistrikan ini berhubungan dengan kualitas daya listrik yang ada di laboratorium
tersebut.
Selain itu praktikum ini juga dilakukan sebagai kegiatan latihan audit energi dengan
mengambil hasil pengukuran pada parameter tegangan, arus, frekuensi, power factor, daya
aktif, daya reaktif, daya semu, dan harmonik serta untuk mengetahui peluang-peluang dari
penghematan konsumsi energi.

IV.

Dasar Teori

Parameter Parameter Kelistrikan


1. Daya listrik
Daya pada sistem kelistrikan di bagi menjadi 3 bagian yaitu daya aktif, daya reaktif
daya semu.
a. Daya aktif adalah daya sebenarnya yang dibutuhkan oleh beban. Parameter ini
dinyatakan dalam satuan watt.

P 1 fasa
P 3 fasa

= V L-N x I x cos phi (watt)


= 3 x V L-N x I x cos phi(watt)

Keterangan
V L-N = Tegangan fasa netral (V)
I = Arus (A)
Cos phi = faktor daya
b. Daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan oleh ban induktif. Parameter ini
dinyatakan dalam satuan VAR.
Q 1 fasa = V L-N x I x Sin Q
Q 3 fasa = 3 x V L-N x I x Sin Q
c. Daya semu adalah penggabungan antara daya nyata dengan daya reaktif
S 1 fasa = V L-N x I
S 3 fasa = 3 x V L-N x I
2. Faktor Daya
Factor daya sering disebut cos phi (cosine phi) dimana phi adalah sudut antara daya
nyata (S) dan daya aktif (P). P sendiri phi tidak sama dengan efisiensi. Faktor daya adalah
perbandingan antara daya aktif (watt) dengan daya semu/daya total (VA), atau cosines
sudut antara daya aktif dan daya semu/daya total. Daya reaktif yang tinggi akan
meningkatkan sudut ini dan sebagai hasilnya factor daya akan menjadi lebih rendah.
Factor daya selalu lebih kecil dari satu.
Secara teoritis, jika seluruh beban daya yang dipasok oleh perusahaan listrik
memiliki factor daya satu, maka daya maksimum yang ditransfer setara dengan kapasitas
sistim pendistribusian. Sehingga, dengan beban yang terinduksi dan jika factor daya
berkisar dari 0,2 hingga 0,5, maka kapasitas jaringan distribusi listrik mejadi tertekan. Jai,
daya reaktif (VAR) harus serendah mungkin untuk keluaran kW yang sama dalam rangka
meminimalkan kebutuhan daya total (VA)
Factor daya menggambarkan sudut phasa antara daya aktif dan daya semu. Factor
daya yang rendah merugikan karena mengakibatkan arus beban tinggi. Perbaikan factor
daya ini menggunakan kapasitor. Faktor daya mempunyai nilai range antara 0 1 dan
dapat juga dinyatakan dalam persen. Faktor daya yang bagus apabila bernilai mendekati
satu. Karena komponen daya aktif umumnya konstan (komponen kVA dan kVAr
berubah sesuai dengan faktor daya),

Daya Reaktif (Q) = Daya Aktif (P) Tan .................................................(1)

Tan =

Daya Reaktif (Q)


Daya Aktif (P)

kVAr
kW

Sebuah contoh, rating kapasitor yang dibutuhkan untuk memperbaiki faktor daya,
Daya reaktif pada pf awal = Daya Aktif (P) Tan 1........................................(2)
Daya reaktif pada pfdiperbaiki = Daya Aktif (P) Tan ..................................(3)
2

Sehingga besarnya kapasitor yang diperlukan untuk memperbaiki faktor daya


digunakan,
Daya reaktif (kVAr) = Daya Aktif (kW) x (Tan1 Tan2).....................................(4)
Beberapa keuntungan meningkatkan faktor daya :
a. Tagihan listrik akan menjadi kecil (PLN akan memberikan denda jika pf lebih kecil
dari 0,85).
b. Kapasitas distribusi sistem tenaga listrik akan meningkat.
c. Mengurangi rugi rugi daya pada sistem.
d. Adanya peningkatan tegangan karena daya meningkat.
Jika pf lebih kecil dari 0,85 maka kapasitas daya aktif (kW) yang
digunakan

akan berkurang.

Kapasitas itu akan terus menurun seiring dengan

menurunnya pf sistem kelistrikan.


Akibat menurunnya pf maka akan timbul beberapa persoalan diantaranya :
a. Membesarnya penggunaan daya listrik kWH karena rugi rugi.
b. Membesarnya penggunaan daya listrik kVAr.
c. Mutu listrik menjadi rendah karena jatuh tegangan (voltage drops).
Denda atau biaya kelebihan daya reaktif berdasarkanSK Mentri ESDM No 30322002 mengenai daya reaktif,akan dikenakan denda apabila jumlah pemakaian kVArh
yang tercatat dalam sebulan lebih tinggi dari 0,62 jumlah kWh pada bulan yang
bersangkutan sehingga pfrata rata kurang dari 0,85. Sedangkan perhitungan kelebihan
pemakaian kVArh dalam rupiah menggunakan rumus (5) sebagi berikut :
Kelebihan pemakaian kVARh = [ B 0,62 ( A1 + A2 )] Hk.....................................(5)
dimana :
B = pemakaian kVArh
A1 = pemakaian kWh WPB
A2 = pemakaian kWh LWBP
Hk = harga kVARh

Beberapa strategi untuk koreksi faktor daya adalah :


a. Meminimalkan operasi dari beban motor yang ringan atau tidak bekerja.
b. Menghindari operasi dari peralatan listrik diatas tegangan rata ratanya.
c. Mengganti motor motor yang sudah tua dengan energi efisien motor. Meskipun
dengan energi efisien motor, bagaimanapun faktor daya diperngaruhi oleh beban
yang variasi. Motor ini harus dioperasikan sesuai dengan kapasitas rata ratanya
untuk memperoleh faktor daya tinggi.
d. Memasang kapasitor pada jaringan AC untuk menurunkan medan dari daya reaktif.
Selain itu, pemasangan kapasitor dapat menghindari :
a. Trafo kelebihan beban (overload), sehingga memberikan tambahan daya yang
tersedia.
b. Voltage drops pada line ends.
c. Kenaikan arus / suhu pada kabel, sehingga mengurangi rugi rugi.
Untuk pemasangan Capasitor Bank diperlukan :
a.
b.
c.
d.

Kapasitor, dengan jenis yang cocok dengan kondisi jaringan.


Regulator, dengan pengaturan daya tumpuk kapasitor (Capasitor Bank) otomatis.
Kontaktor, untuk switching kapasitor.
Pemutus tenaga, untuk proteksi tumpuk kapasitor.

3. Frekwensi
Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam selang waktu
yang diberikan. Untuk memperhitungkan frekuensi, seseorang menetapkan jarak waktu,
menghitung jumlah kejadian peristiwa, dan membagi hitungan ini dengan panjang jarak
waktu. Hasil perhitungan ini dinyatakan dalam satuan hertz (Hz) yaitu nama pakar
fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang menemukan fenomena ini pertama kali.
Frekuensi sebesar 1 Hz menyatakan peristiwa yang terjadi satu kali per detik.
Secara alternatif, seseorang bisa mengukur waktu antara dua buah kejadian/
peristiwa (dan menyebutnya sebagai periode), lalu memperhitungkan frekuensi (f)
sebagai hasil kebalikan dari periode (T ), seperti tampak dari persamaan (6) berikut :
f=

1
T ............................................................................................................(6)

Berdasarkan standardSNI 04-1922-2002 bahwa standar frekuensi untuk 50 Hz di


Indonesia adalah 1% atau 49,5 Hz f 50,5 Hz.
4. Ketidakseimbangan Tegangan

Tegangan listrik (kadang disebut sebagai Voltage) adalah perbedaan potensial


listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik, dan dinyatakan dalam satuan volt.
Besaran ini mengukur energi potensial dari sebuah medan listrik yang mengakibatkan
adanya aliran listrik dalam sebuah konduktor listrik. Tergantung pada perbedaan
potensial listriknya, suatu tegangan listrik dapat dikatakan sebagai ekstra rendah,
rendah, tinggi atau ekstra tinggi. Secara definisi tegangan listrik menyebabkan obyek
bermuatan listrik negatif tertarik dari tempat bertegangan rendah menuju tempat
bertegangan lebih tinggi. Sehingga arah arus listrik konvensional didalam suatu
konduktor mengalir dari tegangan tinggi menuju tegangan rendah.
Ketidakseimbangan tegangan adalah perbedaan tegangan dari masing-masing
tegangan fasa pada sistem 3 fasa.
Gambar 1 memperlihatkan fasor tegangan yang seimbang dan tak seimbang. Pada
sistem yang seimbang, setiap tegangan fasa mempunyai besar yang sama dan
mempunyai beda sudut fasa 120o. Menurut definisi, arah urutan fasa tegangan abc
disebut positif jika mempunyai arah mengikuti arah putaran jarum jam. Tegangan tak
seimbang bisa berbeda besarnya, mempunyai beda sudut yang tidak 120 o, atau
keduanya.

Gambar 1 Fasor tegangan seimbang dan tidak seimbang.


Menurut literatur, tegangan tiga-fasa yang tak seimbang bisa diuraikan menjadi
tiga sistem yang seimbang atau simetris. Ketiga sistem simetris ini disebut komponen
urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol. Gambar 2 memperlihatkan tiga sistem
simetris tersebut. Komponen urutan positif mempunyai urutan fasa mengikuti putaran
jarum jam, urutan negatif berlawanan dengan arah putaran jarum jam, sedangkan urutan
nol mempunyai arah fasa yang sama. Setiap tegangan yang tak seimbang selalu bisa

diuraikan menjadi tiga sistem simetris tersebut. Gambar 3 memperlihatkan tegangan tak
seimbang yang dibentuk oleh tiga sistem simetris.
Jika tegangan sistemnya seimbang maka hanya urutan positif yang ada. Urutan
negatif dan nol tidak ada. Oleh sebab itu, adanya urutan negatif dan nol bisa dijadikan
indikasi seberapa besar ketidakseimbangan dari tegangan sistem. Tentu saja, semua
definisi tersebut diatas juga berlaku untuk arus. Pada sistem tiga-fasa tiga-kawat, urutan
nol tidak perlu kita perhitungkan karena arus urutan nol tidak bisa mengalir.
Menurut IEC, besarnya ketidakseimbangan tegangan bisa dinyatakan dengan
persamaan (2.16).
Faktor ketidakseimbangan ( )=

V2
100 ................................................(7)
V1

Gambar 2 Komponen simetris tegangan.

Gambar 3 Tegangan tak seimbang yang disusun dari tiga komponen simetris.
Pada sistem tiga-fasa tiga kawat yang bisa kita ukur secara langsung hanyalah
tegangan antar fasa, sehingga besarnya ketidakseimbangan biasanya dihitung dengan
persamaan (2.17) berikut:

Faktor ketidakseimbangan ( )=

1 36
100 ....................................(8)
1+ 36

yang mana :

V 4ab+V 4bc +V 4ca


2

(V 4ab +V 4bc + V 4ca )

Sedangkan menurut NEMA, besarnya ketidakseimbangan dihitung dengan cara


berikut:

Faktor ketidakseimbangan ( )=

Deviasi maksimum ( V ab V bc V ca )
ratarata dari ( V ab V bc V ca )

..................(9)

Jangan menggunakan tegangan fasa-ke-netral karena adanya tegangan urutan nol


bisa membuat hasilnya kurang akurat. Secara teoritis, definisi menurut IEC
memberikan hasil yang lebih akurat dibanding definisi NEMA.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Tegangan turun/lebih/tak seimbang menyebabkan :


Motor panas berlebih & berlanjut pada kerusakan isolasi.
Arus beban tidak seimbang pada 3 fasa.
Urutan tegangan negative.
Merusak bearing motor listrik.
Kecepatan motor bervariasi.
Mengurangi mutu produksi.
Mengurangi efisiensi motor.
Berdasarkan standard SNI 04.0227.2003-2 bahwa batas tegangan 220/380 V
adalah 10% dari tegangan standard atau 198 V220 242 V dan standard
ketidakseimbangan tegangan menurut ANSI C84.1-1995 dan NEMA adalah 3% dari
tegangan rata-rata masing-masing fasa pada sistem 3 fasa.

5. Arus Listrik dan Ketidakseimbangan Arus


Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu.
Muatan listrik bisa mengalir melalui kabel atau penghantar listrik lainnya.
Ketidak seimbangan arus pada sistem 3 fasa adalah perbedaan besarnya arus pada
masing-masing tiap fasa yang diakibatkan oleh perbedaan beban.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Arus yang tidak seimbang menyebabkan :


Urutan tegangan negatif.
Timbulnya arus sirkulasi.
Meningkatnya arus pada penghantar netral.
Meningkatnya tegangan Netral ke Pentanahan.
Motor panas berlebihan tembusnya isolasi.
Turunnya efisiensi motor.
Rusaknya bearing motor.
Tingginya biaya pemeliharaan motor dan alat.
Energi terbuang/biaya listrik naik KVA dan KWh.
Menyedot modal investasi dan operasional.
Berdasarkan standard ANSI C8.1-1995 didapat bahwa standard arus adalah
10% atau (IL - (10%IL)) IL (IL + (10% IL)) dan standard ketidakseimbangan arus
menurut ANSI C84.1-1995 dan NEMA adalah 5% dari arus rata-rata masing-masing
fasa pada sistem 3 fasa.

6. Harmonisa
Harmonisa adalah gangguan yang muncul akibat terjadinya distorsi gelombang
arus dan tegangan. Pada dasarnya harmonisa adalah gejala pembentukan gelombanggelombang dengan frekuensi berbeda yang merupakan perkalian bilangan bulat
dengan frekuensi dasar atau frekuensi fundamentalnya, yaitu frekuensi harmonisa
yang timbul pada bentuk gelombang aslinya, sedangkan bilangan bulat pengali
frekuensi dasar disebut angka urutan harmonik.
Parameter yang memiliki korelasi dengan permasalahan harmonisa menyebabkan :
a. Panas berlebih pada trafo (K-factor), dan alat yang berputar.
b. Meningkatnya rugi hysteresis.
c. Kelebihan beban netral / timbul tegangan netral ke tanah.
d. Gelombang tegangan dan arus terganggu.
e. Tembusnya bank kapasitor.
f. Pemutus arus dan sekering tripping.
g. Operasi alat elektronik dan generator jadi tidak handal.
h. Pencatatan meter listrik menjadi salah.
i. Buang Energi / biaya listrik lebih tinggi KVA& KWh.
j. Menyebabkan kapasitas distribusi daya tidak efisien.
k. Meningkatkan biaya pemeliharaan peralatan dan mesin.
Standard harmonik yang di izinkanberdasarkan SNI 57-2-1-2001 adalah sbb :
THDI (arus) 10%
THDV (tegangan) 5%

Akibat harmonik pada arus dan tegangan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 2.1 Akibat Harmonik Arus dan Tegangan
Harmonik
Arus

Tegangan

Akibat
a. Faktor daya rendah
b. Pemanasan dan Ferro resonance Trafo Yy
c. Resonance on CapacitorBank
d. Tegangan netral-ground besar
e. Tidak terukur pada meter mekanik
f. Gagal fungsi pada rele
g. Lossesnetral besar (sistem 3fase 4kawat)
h. SkinEffect

a.
b.
c.
d.

Pemanasan berlebih pada peralatan


Osilasi mekanik pada motor
OverVoltage
Gangguan pada peralatan elektronik (EMI)

V. Audit Energi pada Sistem Kelistrikan


I.
Audit Awal
1. PERSIAPAN
RINCIAN LANGKAH-LANGKAH AUDIT ENERGI
Informasi/referensi untuk menunjang kegiatan audit.
Berupa mengumpulkan dasar dasar teori yang menunjang
dan mempelajari proses audit sistem kelistrikan, Rangakaian

dan mempelajari sistem.


Menentukan lingkup kegiatan.
Kegiatan dilakukan
Tempat : Laboratorium Jurusan Teknik Konversi Energi (atas)
Hari/Tanggal : Jumat, 30 November 2012
Komponen : MDP Lab. Teknik Konversi Energi
Lama Reord data: 20 MENIT
Peralatan yang digunakan
1. Satu paket Power Quality 3 fasa
2. Sarung tangan 20 kV sebagai peralatan safety
3. Laptop
4. Meja

Prosedur
Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan
Menghubungkan PQ Analyzer dengan panel seperti pada gambar rangkaian
Menyalakan alat PQ Analyzer dan pada laptop buka software FLUKE
Menghubungakan alat PQ Analyzer dengan komputer(laptop) dengan kabel

data sehingga data-datanya dapat di record pada laptop.


Mulai merecord pada alat PQ Analyzer dan pada laptop hubungkan dengan

mengklik icon start logging of reading


Pengukuran dilakukan ketika di laboratorium terdapat aktivitas yang tidak
terlalu banyak antara lain satu buah motor listrik pada pompa cooling tower,
satu buah motor listrik pada pompa penyedia air, beberapa lampu penerangan
yang dinyalakan dan peralatan elektronik di ruang teknisiMembentuk tim
dan menyusun rencana kegiatan.

Anggota tim audit terdiri dari 5 Orang yaitu


1. Fakhri Rizal
2. Hersa Irawan
3. Novia Karvina
4. Putri Hidayati Sibarani
5. Rama Permana Putra
Membagi job desk masing masing
Mencari spesifikasi alat

Gambar 4. Rangakain Pengukuran Panel Listrik Utama


Tabel 2. Standar kelistrikan berdasarkan SNI dan ANSI
Parameter
Tegangan Unbalance
Arus/Beban Unbalance

Standar
220 V 5 %
<5%

FaktorDaya
Frekuensi
THDi
THDv
II.

0.85
50 Hz 1 Hz
< 10 %
<5%

Audit Rinci
1. PENGUMPULAN DATA.
Informasi fasilitas yang akan diaudit.
Data teknis (berupa disain, pengukuran, dll.)

2. Analisis Data
a. Daya Terpasang
Diketahui :

Kapasitas MCB = 200 Ampere


VLL = 380 Volt

Daya Semu Terpasang (SMCB) =


=

3 VLL IL
3 380 200

= 131635,8614 VA
= 131,636 KVA
b. Daya Pengukuran
Dik : S L1 = 13,690 KVA S L2 = 11,930 KVA S L3 = 13,755 KVA
PL1 = 11,536 KW

PL2 = 10,745 KW

QL1 = 7,016 KVAR QL2 = 5,174 KVAR

PL3 = 11,6 KW
QL3 = 7,37 KVAR

Daya 3 fasa yang dikonsumsi teknik energi adalah :


STOT = 39,690 KVA
PTOT = 33,905 KW
QTOT = 19,57 KVAR

% Pemakaian Daya =

Daya Pemakaian

100% =
Daya Terpasang

Ketidakseimbangan tegangan
VRN +VSN +VTN
V rata-rata =
3

39,690

100% = 30,15 %
131,636

209,4 +211,5+ 215,25


3

212,13 volt
Persentasi Keseimbangan
VRN unbalance =

215,25 212,13
212,13

x 100 % = 1,47%

Kesimbangan Arus
Irata-rata =

IR + IS+ IT
3

66,715+ 56,595+ 64,815


3

= 62,71

Persentasi Keseimbangan
I unbalance =

ImaxIRata2
I rata 2

6,38%
3. Data Pengukuran

x 100 % =

66,71562,71
62,71

x 100 % =

4. Evaluasi
Parameter
Voltage
Unbalance

Terukur

Standar

1,47%

220 V 5 %

6,38%

<5%

4,99%
5,64%
4,86%
5,00%

< 10 %
< 10 %
< 10 %
<5%

5,05%

<5%

I Unblance
THD Arus L1
THD Arus L2
THD Arus L3
THD Teganagn
L1
THD Teganagn
L2
THD Teganagn
L3
Cos Phi L1
Cos Phi L2
Cos Phi L3

4,85%

<5%

0,892
0,916
0,876

Frekwensi L1

49,935

Frekwensi L2

49,935

Frekwensi L3

49,935

0.85
0.86
0.87
50 Hz 1 Hz
51 Hz 1 Hz
52 Hz 1 Hz

Keterang
an
Layak
tidak
layak
Layak
Layak
Layak
Layak
tidak
layak
Layak
Layak
Layak
Layak
Layak
Layak
Layak

VI. Kesimpulan
Dari hasil audit sistem kelistrikan tersebut dapat diketahui bahwa sistem
kelistrikan di laboratorium teknik konversi energi masih tergolong baik, karena dapat
dilihat dari hasil pengukuran, tang tidak layak hanya pada kesetimbangan arus dan
THD pada L2, dan parameter yang lain masih tergolong baik dan memenuhi standar.
Rekomendasi untuk perbaikan Arus Unbalance dapat dilakukan sebagai berikut,

Menyeimbangkan setiap beban fase tunggal diantara seluruh tiga fase.

Memisahkan setiap beban fase tunggal yang mengganggu keseimbangan beban dan
umpankan dari jalur/trafo terpisah.

Rekomendasi untuk perbaikan THD dapat dilakukan sebagai berikut,


Meminimalisir terjadinya mematikan MDP secara mendadak saat beban
maksimum, hal ini kadang terjadi saat mahasiswa sedang pratikum, mahasiswa tidak
sengaja menekan tombol merah, yaitu tombol laboratorium, yang apabila ditekan
semua sistem akan mati. Hal merupakan salah satu yang membuat harmonik terjadi,
sehingga disarankan bagi mahasiswa agar selalu berhati hati dan bekerja sesuai
petunjuk yang ada.
VII. Daftar Pustaka

No.

Line

1
2
3
4

L1
L2
L3
T

cos
max min
0,96

kW
max
19,180
20,310
21,860
61,340

average

min
3,892
1,180
1,340
6,470

Average
11,536
10,745
11,600
33,905

max

PF
min

kVAr
max
12,680
9,836
14,200
36,720

kVA
max
22,990
22,570
26,070
71,620

min
1,352
0,512
0,539
2,420

min
4,390
1,290
1,440
7,190

Average
13,690
11,930
13,755
39,405

average

Vrms
max min

average

Irms
max

min

Average
7,016
5,174
7,370
19,570

7
0,93

0,816 0,892

0,904 0,808

0,856

211,6 207,2

209,400

111,4

22,03

2
0,93

0,900 0,916

0,928 0,898

0,913

214

211,500

107,100

6,09

0,821 0,876

0,863 0,807

0,835

217,6 212,9

215,250

122,100

7,53

209

VII. PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Anda mungkin juga menyukai