MANAJEMEN KONSTRUKSI 2
PEMICU 2
Anggota Kelompok I :
1. Dicky Dharmawan
(4112010010)
(4112010017)
(4112010020)
4. Zatiya Nafisah
(4112010024)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Tugas Manajemen
Konstruksi mengenai Permasalahan Pemicu 1 tepat pada waktunya.
Pada Tugas Manajemen Konstruksi ini berisi tentang perencanaan dan penjadwalan
jalan lingkar Surakarta-Kartasura mulai dari perencanaan, penjadwalan, serta perencanaan
sumber daya yang disajikan secara sistematis dan disertai dengan gambar-gambar yang
relevan, sehingga mempermudah pembaca untuk mempelajarinya.
Dalam pembuatan tugas ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan baik material
maupun spiritual serta bimbingan dari berbagai pihak dan untuk itu dengan segala
kerendahan hati perkenankan penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ibu Fajar Susilowati, selaku dosen kami yang telah memberi banyak kritik dan
saran terhadap proses penyusunan tugas ini,
2. Rekan kelompok I yang telah bekerja sama dengan baik, serta
3. Teman teman Kelas 3 Perancangan Jalan dan Jembatan, yang telah ikut
berpartisipasi
dalam
proses
penyusunan
tugas
ini
juga
membantu
menyelesaikannya.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Depok, 6 Maret 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
kemungkinan waktu, sedangkan metode PDM menggunakan satu angka penentu waktu
yang dilengkapi dengan konstrain (batasan).
Perbedaan pada angka penentu akan berpengaruh pada waktu penyelesaian proyek
nantinya. Mengacu pada perbedaan tadi, laporan ini berusaha untuk mempelajari ketiga
metode tersebut sehingga pada akhirnya diperoleh waktu penyelesaian proyek paling
pendek pada proyek jasa konstruksi yang akan dikerjakan.
1.2.
Tujuan Masalah
Tujuan dari Pemicu 2 sebagai berikut :
a. Memahami konsep dasar penjadwalan proyek dengan metode CPM-PERT-PDM.
b. Mampu mengestimasi durasi kegiatan CPM-PERT-PDM.
c. Memahami konsep Forward Calculation, Backward Calculation, Float, lintasan
kritis dalam CPM.
d. Memahami konsep analisa probabilitas dalam metode PERT.
e. Memahami perhitungan waktu kegiatan efektif, Forward Calculatin, Backward
Calculation, Float, lintasan kritis dalam PERT.
f. Mengetahui constraint antar pekerjaan PDM.
g. Memahami konsep Lead Time & Lag Time, Forward Calculation, Backward
Calculation, Float, lintasan kritis dalam PDM.
PDM.
BAB II
LEMBAR TUGAS MANDIRI (LTM)
2.1 KONSEP DASAR PENJADWALAN PROYEK DENGAN METODE CPM
2.1.1
2.1.2
Menunjukkan alur kegiatan mana saja yang penting diperhatikan dalam menjaga
jadwal penyelesaian proyek,
2.1.3
2. Simpul (node)
-
Kejadian diartika sebagai awal atau akhir dari satu atau beberapa kegiatan
Membagi seluruh pekerjaan menjadi beberapa kelompok pekerjaan yang dapat dikatakan
sejenis.
2.3
b.
c.
d.
Menentukan durasi total pekerjaan dengan perhitungan maju atau perhitungan mundur
e.
Durasi (kurun waktu) kegiatan dalam metode jaringan kerja adalah lama waktu
yang diperlukan untuk melakukan kegiatan dari awal sampai akhir. Perhitungan durasi
pada metode CPM digunakan untuk memperkirakan (estimasi) waktu penyelesaian
aktivitas, yaitu dengan cara Single Duration Estimate. Cara ini dilakukan apabila durasi
dapat diketahui dengan akurat dan tidak terlalu berfluktuasi.
PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan
penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang ada di
dalam suatu proyek. PERT yang memiliki kepanjangan Program Evalution Review
Technique adalah suatu metodologi yang dikembangkan oleh Angkatan Laut Amerika
Serikat pada tahun 1950 untuk mengatur program misil. Sedangkan terdapat
metodologi yang sama pada waktu bersamaan yang dikembangkan oleh sector swasta
yang dinamakan CPM atau Critical Path Method.
Dari gambar diatas dapat diamati bahwa setiap arah panah akan menunjukan
suatu urutan pengerjaan. Seperti pekerjaan 1 dilakukan terlebih dahulu (start),
kemudian bisa dilanjutkan oleh pekerjaan 2, 3, 4, setelah itu pekerjaan 5,6. Titik 7
adalah titik finish dimana pekerjaan terakhir dilakukan dan merupakan akhir dari
sebuah proyek. Selain menunjukkan suatu urutan pengerjaan diagram PERT juga
menunjukan suatu keterikatan antar pekerjaan yang tidak dapat dipisahkan.
Keterikatan itu dapat dilihat dengan contoh pekerjaan 2, 3, 4 hanya dapat dilakukan
jika pekerjaan 1 sudah selesai dilakukan.
Sebuah pekerjaan yang dapat dilakukan bersamaan dengan pekerjaan lain
disebut juga sebagai pekerjaan pararel (pararel taskatau concurrent task). Selain itu
terdapat juga sebuah aktivitas yang diwakili oleh garis putus-putus yang disebut
dengan dummy activities. Dari sebuah diagram PERT dapat digunakan untuk
mengetahui suatu urutan aktivitas kritis atau aktivitas yang harus dilakukan sebagai
prioritas utama (critical path), penjadwalan dengan aktivitas lain, dan jumlah pekerja
yang dibutuhkan.
Sebelumnya
disebutkan
bahwa
dalam
upaya
meningkatkan
kualitas
perencanaan dan pengendalian proyek telah ditemukan metode selain CPM, suatu
metode yang dikenal sebagai PERT. Bila CPM memperkirakan waktu komponen
kegiatan proyek dengan pendekatan deterministik satu angka yang mencerminkan
adanya kepastian, maka PERT direkayasa untuk menghadapi situasi dengan kadar
ketidakpastian (uncertainty) yang tinggi pada aspek kurun waktu kegiatan. Situasi ini,
misalnya dijumpai pada proyek penelitian dan pengembangan sampai menjadi produk
yang sama sekali baru.
PERT memakai pendekatan yang menganggap bahwa kurun waktu kegiatan
tergantung pada banyak faktor dan variasi, sehingga lebih baik perkiraan diberi
rentang (range), yaitu dengan memakai tiga angka estimasi. PERT juga
memperkenalkan parameter lain yang mencoba "mengukur" ketidakpastian tersebut
secara kuantitatif seperti "deviasi standar" dan varians. Dengan demikian, metode ini
memiliki cara yang spesifik untuk menghadapi hal tersebut yang memang hampir
selalu terjadi pada kenyataannya dan mengakomodasinya dalam berbagai bentuk
perhitungan.
2.5 LANGKAH PERHITUNGAN PERT
urutan
pengerjaan
dari
aktivitas-aktivitas
yang
telah
direncanakan.
Langkah ini bisa dilakukan bersamaan dengan identifikasi aktivitas. Dalam
menentukan urutan pengerjaan bisa diperlukan analisa yang lebih dalam untuk
setiap pekerjaan.
ES Early Start
EF Early Finish
LS Latest Start
LF Latest Finish
Dengan mengguna kan empat komponen penanda waktu tersebut bisa didapatkan
suatu jalur kritis sesuai dengan diagram.
f) Melakukan pembaharuan diagram PERT sesuai dengan kemajuan proyek.
Sesuai dengan berjalannya proyek dalam waktu nyata. Waktu perencanaan sesuai
dengan diagram PERT dapat diperbaiki sesuai dengan waktu nyata. Sebuah
diagram PERT mungkin bisa digunakan untuk merefleksikan situasi baru yang
belum pernah diketahui sebelumnya.
Teori probabilitas dengan kurva distribusinya akan menjelaskan arti tiga angka
tersebut khususnya dan latar belakang dasar pemikiran metode PERT pada umumnya.
Pada dasamya teori probabilitas bermaksud mengkaji dan mengukur ketidakpastian
(uncertainty) serta mencoba menjelaskan secara kuantitatif. Diumpamakan satu
kegiatan dikerjakan secara berulang-ulang dengan kondisi yang dianggap sama.
seperti pada Gambar 2.10 . Sumbu horisontal menunjukkan waktu selesainya
kegiatan. Sumbu vertikal menunjukkan berapa kali (frekuensi) kegiatan selesai p ada
kurun waktu yang bersangkutan.
2.8 FORWARD, BACKWARD, FLOAT DAN LINTASAN KRITIS METODE CPM & PERT
Pada metode jaringan kerja dikenal adanya jalur kritis, yaitu rangkaian
kegiatan kritis dari kegiatan pertama sampai kegiatan akhir. Jalur kritis penting artinya
bagi para pelaksana proyek karena jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang
pelaksanaannya harus tepat waktu jika tidak akan menyebabkan keterlambatan proyek
keseluruhan.
Untuk mengidentifikasi jalur kritis dan float metode CPM dan PERT samasama menggunakan Forward Calculation (Hitungan Maju) dan Backward
Calculation (Hitungan mundur) karena keduanya termasuk klasifikasi diagram AOA
(activity on arrow).
2.8.1
Bila hasil perhitungan di atas dalam suatu format akan dihasilkan tabulasi
sebagai berikut :
2.8.2
Bila hasil perhitungan di atas dibuat dalam suatu format akan dihasilkan tabulasi
sebagai berikut:
2.8.3
Float
Float merupakan suatu perhitungan yang menunjukkan fleksibilitas
suatu kegiatan untuk dapat mulai dan selesai lebih lambat walaupun tetap
dalam waktu yang diizinkan tanpa mengubah durasi atau kurun waktu proyek.
Float terdiri dari Total Float dan Free Float. Perbedaannya adalah jika float
bebas dimiliki oleh satu kegiatan tertentu, sedangkan float total dimiliki oleh
kegiatan-kegiatan yang berada di jalur yang bersangkutan.
Rumus Total Float (TF)
: TF = LF EF = LS ES.
Rumus Free Float (FF)
: FF(1-2) = ES(2-3) EF(1-2) [ 1,2,3 node]
2.8.4
Lintasan Kritis
Syarat yang menunjukan bahwa suatu kegiatan kritis berada di jalur kritis
adalah kegiatan tersebut memiliki:
a. LF EF = 0
b. LS ES = 0
Keterangan :
ES (early start): waktu paling awal sebuah kegiatan dapat dimulai setelah
kegiatan sebelumnya selesai.
LS (late start): waktu paling akhir sebuah kegiatan dapat diselesaikan tanpa
memperlambat penyelesaian jadwal proyek.
EF (early finish): waktu paling awal sebuah kegiatan dapat diselesaikan jika
dimulai pada waktu paling awalnya dan diselesaikan sesuai dengan
durasinya.
LF (late finish): waktu paling akhir sebuah kegiatan dapat dimulai tanpa
memperlambat penyelesaian proyek.
D : Durasi
2.10
LAG TIME
Diminta menyusun jaringan PDM, menentukan j alur kritis dan kurun waktu
penyelesaian proyek. Untuk menjawab soal di atas, dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1 . Membuat denah node sesuai dengan jumlah kegiatan. Jadi, dalam hal ini akan
terdapat
enam node, dengan kurun waktu yang bersangkutan.
2.
Kegiatan A
Kegiatan B
Kegiatan C
ES(3) = EF(2) + FF(2-3) - D(C)
=9+2-6=5
Hitungan Mundur
Kegiatan D
24 (titik
akhir proyek)
= 3 + 11 - 7 = 7
EF(4) = ES(4) + D(D) = 7 + 7 = 14
Kegiatan E
LF(5) = LS(6) - SS(5-6) + D(E)
Kegiatan E
= 16 - 5 + 6 = 17
= 7 + 4 = 11
ES(5) = EF(2) + FS(2-5)
Kegiatan D
LF(4) = LS(5) - SS(4-5) +D(D)
= 9 + 1 = 10
= 1 1 - 4 + 7 = 14
= 7 + 9 - 6 = 10
Kegiatan C
LF(3) = LF(5) - SF(3-5) + D(C)
11
= 17 - 9 + 6 = 14
EF(5) = ES(5) + D(E) = 11 + 6 =
17
Kegiatan F
ES(6) = ES(5) + SS(5-6)
= 1 1 + 5 = 16
EF(6) = ES(6) + D(F) = 16 + 8 =
24
Kegiatan B
LF(2) = LF(3) - FF(2-3)
= 14 - 2 = 1 2
LF(2) = LS(5) - FS(2-5)
=11-1=10
LF(2) = LF(4) - SF(2-4) + D(B)
= 14 - 11 + 6 = 9
Dipakai angka terkecil
yaitu LF(2) = 9
yaitu LF(1) = 5
L5(1) = LF(1) - D(A) = 5 - 5 = 0
Kegiatan A
EF
LS
TF
LF
2.
Aturan
D
16
H
24
20
Perhitungan Mundur
yang berlaku sebagai berikut:
Perhitungan mundur diselesaikan
dengan
24
D
16
16
2424
2626
20
32
3. Lintasan Kritis
a. Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama; ES = LS
b. Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama; EF = LD
c. Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai paling akhir
dengan waktu mulai paling awal; LF ES = D
d. Bila hanya sebagian dari kegiatan bersifat kritis, maka kegiatan tersebut secara
utuh dianggap kritis.
BAB III
PEMBAHASAN PEMICU II
A. CPM ( Critical Path Method)
2. Untuk memperkirakan durasi kegiatan pekerjaan dapat di tentukan dengan acuan
durasi yang didapat dari hitungan bobot (
harga satuan
total durasi ). Durasi
total biaya
3. Membuat diagram CPM dengan logis dan dilengkapi dengan angka node, abjad untuk
mewakili suatu kegiatan serta durasi
4. Membuat Tabulasi Perhitungan CPM untuk menyajikan hasil perhitungan maju (forward),
hitungan mundur (backward), free float serta total float dari suatu rangkaian kegiatan
pekerjaan
5. Menentukan lintasan kritis dari rangkaian pekerjaan, lintasan kritis berada pada kegiatan
yang tidak memiliki float. Berikut disajikan tabulasi lintasan kritis berdasarkan
penomoran node diagram CPM
Jadwal
Menggunakan PDM
Perhitungan
Perhitungan Maju
Kerja
Perhitungan Mundur
Resume
Jadwal Perkerasan
Jadwal Finishing
Skala Proyek
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA