Anda di halaman 1dari 70

2015

- Kamus Istilah Benda Cagar Budaya -

Penyunting: Devan Firmansyah


Komunitas Pecinta Ilmu Sosial & Budaya
4/26/2015

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

- Istilah BCB (Benda Cagar Budaya) -

Abu, Partikel halus hasil pembakaran sempurna bahan-bahan organik (hewan, tumbuhtumbuhan, dan manusia) atau bahan anorganik mirip debu hasil letusan gunung berapi (lihat
Arang)
Adobe (Ing.), Bahan bangunan terbuat dari tanah liat yang tidak dibakar melainkan
dikeringkan di bawah sinar matahari. (lihat: Bata dan Pise)
Air Mancur, Bangunan air yang memiliki pancuran, biasanya dilengkapi dengan kolam.
(Lihat: Kolam)
Alas, Benda atau struktur yang menjadi kedudukan atau tumpuan bagi benda atau struktur
lain di atasnya. Misalnya alas pada arca disebut lapik, sedang pada piring, gelas, atau cangkir
disebut tatakan. (Lihat: Arca, Bangunan, Cangkir, dan Selasar)
Alas Kaki, Pelindung telapak kaki. Berdasarkan atas jenisnya dapat dibedakan menjadi
sepatu dan terompah. Sepatu adalah alas kaki yang membungkus jari jemari hingga mata kaki
secara keseluruhan. Sedangkan terompah adalah alas kaki terbuka dengan sepasang atau lebih
tali sebagai pengikat. Terdapat jenis terompah lain yang tidak menggunakan tali melainkan
batang kayu mirip payung atau logam pendek yang dijepitkan di antara jemari kaki. Alas kaki
disebut juga kasut.
Alat, Artefak atau ekofak yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Alat
dapat terbuat dari bahan-bahan organik maupun anorganik. (Lihat: Artefak, Ekofak, dan
Perkakas).
Di antara jenis-jenis alat dapat disebutkan, misalnya:

Kamus Arkeologi

Page | 2

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Alat bunyi-bunyian, semua alat yang dapat menghasilkan bunyi. Alat bunyi-bunyian tidak
harus berupa alat musik. Kentongan atau kerincingan misalnya, tidak dibuat sebagai alat
musik seperti halnya terompet, piano, atau rebab karena tidak dapat menghasilkan nada-nada
yang berbeda.
Alat musik, alat bunyi-bunyian yang dapat menghasilkan nada dan irama. Berdasarkan
penggunaannya, alat musik dibedakan atas alat pukul (tambur atau kolintang), alat tiup
(suling atau terompet), alat gesek (biola atau rebab), alat goyang (angklung), dan alat petik
(gitar atau kecapi). Perbedaan nada pada gitar misalnya, dihasilkan melalui perbedaan ukuran
panjang atau ketebalan dawai.
Alat ukur, semua alat yang digunakan untuk mengetahui nilai berat, dimensi, kadar, tekanan,
lentur, kecepatan, waktu, volume, dan jenis ukuran lainnya.
Alat transportasi, alat atau kendaraan yang digunakan untuk memindahkan barang atau
manusia dari suatu tempat ke tempat lain. Keranjang pikul, kereta dorong, mobil, sepeda, atau
pesawat terbang adalah contoh alat transportasi.
Alat pertukangan, semua alat yang digunakan misalnya untuk membuat peralatan, bangunan,
atau perabot, dapat berupa alat pukul (palu), alat untuk menyambung (las), alat untuk
melubangi (bor), alat memotong (gergaji), alat untuk memahat dan mengukir (pahat), alat
mengikat (tali), dsb.
Altar, Bangunan, komponen bangunan, atau mebel berbentuk mirip meja yang digunakan
sebagai tempat untuk penyelenggaraan upacara keagamaan. Altar biasanya dijumpai pada
tempat-tempat yang dianggap suci. (Lihat: Mebel)
Alu, Alat penumbuk terbuat dari kayu, logam, atau batu. Berbentuk silindrik memanjang,
salah satu ujungnya dibentuk membulat. Alu pada umumnya digunakan bersama lumpang
atau lesung. (Lihat: Gandik, Lesung, dan Lumpang)
Ambang Pintu, Komponen bingkai pintu yang terletak di bagian atas dan bawah, digunakan
sebagai kedudukan daun pintu. (Lihat: Pintu)

Kamus Arkeologi

Page | 3

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Ampora, Jenis botol berbahu lebar yang bagian dasarnya mengecil sehingga sering tidak
dapat berdiri tegak. Biasanya terbuat dari keramik, memiliki satu atau dua tangkai
melengkung yang berpangkal di bagian bahu dan mulut botol. (Lihat: Botol)
Anak Panah, Senjata penusuk yang dilontarkan dengan busur panah. Anak panah terbuat
dari tangkai kayu, rotan, atau bambu berujung runcing. Anak panah terdiri atas tiga bagian,
yaitu mata panah, tangkai panah, dan sirip. Tidak semua anak panah memiliki tiga komponen
ini, misalnya ada jenis anak panah dari kayu atau rotan yang ujungnya ditajamkan sebagai
pengganti mata panah. Mata panah bisa terbuat dari batu, kayu, tulang, atau logam. Selain
meruncing, sisi-sisinya sering dibuat tajam agar memudahkan penetrasi ke bidang sasaran.
Alat untuk melontarkan anak panah disebut busur panah, umumnya terbuat dari bahan kayu
atau bambu. (Lihat: Busur)
Antefiks, Unsur bangunan yang berfungsi sebagai hiasan bagian luar. Sering ditemukan pada
bangunan candi dalam bentuk segitiga meruncing. Karena merupakan bagian dari struktur
maka antefiks tidak dapat dipisahkan dari bangunan itu sendiri.
Anting-anting, Perhiasan telinga yang dipakai dengan cara digantungkan pada cuping
telinga. Pada umumnya memiliki bandul. (Lihat: Giwang)
Antropomorfik, Gambar-gambar atau benda-benda yang bentuknya menyerupai manusia.
Dibuat secara abstrak atau tidak nyata, tetapi tetap memperlihatkan unsur-unsur yang dapat
dikenali sebagai bagian dari tubuh manusia. Adapun bentuk-bentuk lain menyerupai hewan
disebut zoomorfik. (Lihat: Hiasan)
Anyaman, Benda yang terbuat dari ikatan serat, benang, kayu, daun, atau bambu yang
susunannya dibuat bersilangan dan bertumpuk satu di atas lainnya.
Arang, Bahan organik yang tidak terbakar sempurna, umumnya berwarna hitam. Arang
didominasi oleh unsur karbon (C), tetapi karena masih menyimpan energi, arang sering
digunakan sebagai bahan bakar pengganti kayu. Sisa pembakaran arang akan berupa abu.
(Lihat: Abu)
Arca, Artefak yang dibentuk menyerupai manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, atau bentuk
lain yang dibuat secara tiga dimensi. Arca dapat dihasilkan melalui teknik bentukan tangan,
pahat, cetak, dan ukir. Bahan yang digunakan dapat berupa batu, kayu, tanah liat, atau logam.
Kamus Arkeologi

Page | 4

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Arca yang dibuat untuk memperingati seorang tokoh yang telah wafat dengan menambahkan
ciri-ciri kedewaan disebut arca perwujudan.
Artefak, Semua benda yang diubah (modified) atau dibuat (made) oleh manusia dari bahanbahan alam. Kacamata, paku, buku, cincin, kipas, sandal atau celengan adalah contoh artefak.
(Lihat: Citra, Ekofak, Fitur, dan Paleolanskap)
Atap, Bagian atas bangunan yang berfungsi sebagai penahan sinar matahari, angin, dan
hujan. Atap mempunyai penutup yang bisa terbuat dari bahan-bahan organik seperti daun,
kayu, atau bambu. Juga bahan-bahan anorganik seperti keramik, batu, atau logam. Jenis atap
yang dibuat bertumpuk satu di atas lainnya disebut atap susun atau atap tumpang. Bagian tepi
bawah atap disebut cucuran atap, bagian menyudut yang manjadi pertemuan dua bidang atau
lebih atap disebut bubung atap atau bubungan. Adapun sudut yang berada di bagian paling
atas atap disebut puncak atap. (Lihat: Bubung, Genteng, dan Sirap).
Atrium (Ing.), Halaman terbuka di bagian dalam bangunan, biasanya terhubung dengan jalan
masuk utama. (Lihat: Halaman)

Badong (Jw.), Benda logam yang digunakan sebagai penutup kelamin wanita. Umumnya
membentuk pola segitiga. Pada setiap sudut, atau setidaknya dua sudut di antaranya, memiliki
lubang yang dapat dihubungkan dengan rantai atau tali pengikat.
Bahan, Sumber daya alam atau sintetik yang digunakan oleh manusia untuk membuat bendabenda atau bangunan.
Baju, Pakaian penutup badan bagian atas. Biasanya mempunyai lubang pada setiap sisinya
untuk memasukkan tangan pemakainya, sebuah lagi di bagian tengah atas untuk memasukkan
kepala. Dapat terbuat dari tekstil, kulit kayu, atau kulit hewan. Sering disebut sebagai kemeja.
(Lihat: Pakaian, Kancing, dan Tekstil)

Kamus Arkeologi

Page | 5

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Bak, Unsur bangunan atau bangunan penampungan air, terbuat dari susunan tembok yang
membentuk wadah terbuka. Biasanya bak dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah atau
lantai. (Lihat: Kolam)
Balai, Bangunan beratap tanpa dinding. Atapnya disangga oleh sejumlah tiang. Balai tidak
digunakan sebagai tempat tinggal seperti halnya rumah, melainkan sebagai tempat pertemuan
sehingga konstruksinya dibuat untuk menampung banyak orang. Nama lainnya adalah
pendopo.
Bandul, Benda yang dibuat untuk digantungkan pada seutas tali atau media lain berukuran
panjang. Bandul dapat berfungsi sebagai pemberat (jaring), pemukul (lonceng), perhiasan
(kalung), atau anting-anting.
Bangku, Tempat duduk tanpa sandaran. Sejenis bangku berukuran relatif kecil dan berkaki
pendek disebut dingklik. (Lihat: Mebel, Kursi, dan Tempat Duduk)
Bangunan, Semua struktur yang dibuat untuk menampung kegiatan manusia atau
berhubungan dengan kegiatan manusia, umumnya berukuran besar. Sifat bangunan umumnya
selain berpola juga tidak dapat dipindah-pindahkan tanpa mengakibatkannya rusak.
Jembatan, rumah, jalan, parit, sumur, tanggul, atau terowongan dapat digolongkan sebagai
bangunan.
Berdasarkan susunannya, secara vertikal semua bagian bangunan yang berbentuk rumah atau
gedung dari bawah hingga atas dapat dibedakan menjadi fondasi, kaki, badan, dan atap.
Untuk bangunan bukan rumah atau gedung sistem pembagiannya dapat dinyatakan dengan
dasar, tengah dan puncak. Khusus untuk bangunan candi pembagian itu dinyatakan dengan
bhurloka, bhuwarloka, dan swarloka. (Lihat: Fitur, Fondasi, dan Struktur).
Bangunan itu sendiri dapat dibedakan menjadi bagian bangunan, komponen bangunan, dan
unsur bangunan. Bagian bangunan adalah elemen terbesar dari sebuah bangunan, seperti
ruang dapur, mihrab, atap, fondasi, kamar mandi, kamar tidur, atau gudang yang secara
keseluruhan memberi bentuk khas pada bangunan. Komponen bangunan adalah elemen
kedua yang hampir selalu ditemukan pada bangunan dan menjadi bagian dari bangunan,
misalnya jendela, pintu, lubang angin, cerobong asap, lantai, bak mandi, atau dinding.
Adapun unsur bangunan adalah elemen terkecil dari bangunan yang merupakan rincian dari

Kamus Arkeologi

Page | 6

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

komponen bangunan, misalnya daun jendela, bingkai pintu, ubin pada lantai, keran air, dan
sebagainya.
Sebuah bangunan dapat mengambil bentuk bagian bangunan atau komponen bangunan.
Misalnya, masjid yang berbentuk atap kubah sehingga sukar dibedakan antara kaki, badan,
dan atap.
Dilihat dari segi kesuciannya, bangunan dapat dibedakan atas bangunan sakral, yaitu
bangunan suci yang berhubungan dengan ritual keagamaan, dan bangunan profan atau
bangunan biasa yang tidak digunakan atau berhubungan dengan keagamaan.
Di bawah ini tercantum berbagai jenis bangunan berdasarkan fungsi dan nama khusus yang
diberikan kepadanya:
Bangunan air, bangunan yang dibuat untuk keperluan menampung, mengendalikan, dan
mendapatkan air. (Lihat: Bendungan, Kolam, Perigi, atau Waduk)
Bangunan apung, bangunan yang dibuat di atas air dan selalu dalam keadaan terapung.
Umumnya merupakan rumah tinggal tepian sungai, danau, atau laut.
Bangunan bawah tanah, bangunan yang seluruh strukturnya berada di bawah permukaan
tanah.
Bangunan berundak, bangunan yang dibuat menyerupai susunan anak tangga, berteras,
meninggi ke atas atau ke belakang. (Lihat: Punden)
Bangunan bertingkat, bangunan berlantai dua atau lebih yang disusun ke atas satu di atas
lainnya.
Bangunan kubur, bangunan yang dibuat sebagai kuburan. (Lihat: Moselium)
Bangunan kolonial, bangunan bergaya arsitektur Eropa yang dibuat pada masa penjajahan.
Bangunan pertahanan, bangunan yang dibuat untuk kepentingan pertahanan dan tempat
menghimpun kekuatan militer, misalnya benteng. (Lihat: Benteng atau Bunker)

Kamus Arkeologi

Page | 7

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Bangunan tradisional, bangunan bercorak khas yang dibuat oleh kelompok etnik atau
sukubangsa tertentu. Sering diasosiasikan dengan bangunan-bangunan yang terbuat dari
bahan kayu atau bambu.
Bangunan tempat tinggal, bangunan yang dibuat dan dipakai sebagai tempat tinggal manusia,
dapat berupa rumah atau gedung. (Lihat: Gedung dan Rumah)
Barbotin (Ing), Hiasan pada gerabah berupa lapisan slip yang tebal. (Lihat: Keramik dan
Slip)
Bastion (Ing.), Bagian meruncing dari benteng yang menjorok keluar, atau bangunan
pertahanan berukuran kecil sejenis benteng. (Lihat: Benteng)
Bata, Tanah liat bakar yang digunakan sebagai bahan bangunan, umumnya berbentuk segi
empat dan digolongkan sebagai keramik. (Lihat: Adobe dan Keramik)
Batu Asah, Batu yang digunakan untuk mengasah benda-benda logam atau batuan.
Batu Inti, Batu kerakal atau serpihan besar yang menjadi bahan pembuat alat batu. (Lihat:
Serpihan)
Batu Kandang, Bangunan tradisi megalitik terbuat dari susunan batu-batu besar tanpa atap
yang membentuk denah persegi empat atau mendekati lingkaran. Nama lainnya yaitu stone
circle. (Lihat: Bilik Batu)
Batu Kenong, Batu berbentuk membulat dengan tonjolan di puncaknya, menyerupai alat
musik kenong. Peninggalan ini berasal dari tradisi megalitik dan masih dibuat hingga masa
klasik. (Lihat: Kenong)
Batu Kunci, Batu-batu berbentuk khusus yang berfungsi sebagai penyambung blok-blok
batu. Gunanya untuk menjaga agar blok batu yang disambung tidak bergeser dari kedudukannya. Sering ditemukan pada bangunan-bangunan candi. (Lihat: Blok Batu)
Batu Martil, Alat penetak yang dipakai dalam pembuatan perkakas batu. Biasanya
mempunyai bidang membulat dan dapat digenggam tangan. (Lihat: Serpih)

Kamus Arkeologi

Page | 8

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Batu Saji, Altar batu peninggalan tradisi megalitik. Konstruksinya terbuat dari sebuah batu
datar berukuran besar yang ditopang oleh beberapa batu berukuran lebih kecil. Batu saji
sering dihubungkan dengan pemujaan. (Lihat: Altar dan Dolmen)
Batu Tegak, Peninggalan tradisi megalitik berupa tiang batu yang ditancapkan dalam posisi
tegak. Sering diasosiasikan dengan bangunan pemujaan, walaupun bukan sebagai objek yang
dipuja seperti halnya menhir. (Lihat: Menhir)
Batur, Bagian bawah bangunan balai yang terbuat dari susunan blok-blok batu atau bata.
Biasanya berdenah segi empat, rendah, dengan permukaan datar. Banyak ditemukan pada
kompleks candi atau pura. (Lihat: Balai)
Bejana, Wadah yang berfungsi sebagai tempat menyimpan atau menampung sesuatu. Bejana
umumnya berbentuk silindrik, lingkar mulutnya sama atau mendekati sama dengan lingkar
bagian dasar. (Lihat: Wadah)
Bekal Kubur, Benda-benda organik dan anorganik yang ditempatkan di dalam kubur sebagai
penyerta jenazah. Bekal kubur dapat berupa barang-barang yang menjadi milik pribadi si
mati atau sesuatu yang diasosiasikan secara simbolik sebagai bekal perjalanan arwah menuju
alam baka. (Lihat: Persembahan Kubur)
Belanga, Wadah tertutup berbentuk membulat dengan leher rendah dan mulut terbuka lebar.
Bagian dasar belanga pada biasanya cembung dan tidak memiliki kaki. Belanga umumnya
terbuat dari tembikar. (Lihat: Buyung dan Kendil)
Belencong (Jw.), Pelita gantung yang ditempatkan di belakang layar sebagai penerang pada
pertunjukan wayang kulit, disebut juga damar.
Beliung, Alat batu atau logam mirip kapak yang digunakan secara melintang untuk kegiatan
membongkar tanah atau membelah batang kayu. Beliung memiliki penampilan ramping
dengan bagian tajaman terletak secara melintang di salah satu ujungnya. Sejenis beliung yang
berpunggung tinggi dan tebal disebut belincung. (Lihat: Kapak)
Benang, Serat hasil pemintalan serabut tumbuh-tumbuhan atau bulu hewan. Umumnya
benang dipakai sebagai bahan dasar tekstil. (Lihat: Serat dan Tekstil)

Kamus Arkeologi

Page | 9

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Benda Kubur, Benda-benda yang memiliki hubungan dengan bangunan kubur atau tradisi
penguburan, seperti nisan atau arca. Bekal kubur dapat digolongkan sebagai benda kubur.
(Lihat: Kuburan dan Bekal Kubur)
Bendungan, Bangunan air yang dibuat melintang pada batang sungai atau parit. Bendungan
berfungsi untuk menahan, mengumpulkan, dan mengendalikan air dalam jumlah banyak.
(Lihat: Tanggul dan Waduk)
Benteng, Bangunan pertahanan dengan tembok-tembok tinggi, atau berupa gundukan tanah
yang kuat dalam posisi memanjang atau melingkar. Kadang-kadang benteng dilengkapi
dengan parit yang mengelilinginya. Selain untuk kepentingan pertahanan, benteng acapkali
digunakan pula sebagai tempat tinggal atau bahkan menjadi batas sebuah kota. Nama lain
dari benteng adalah kuto, kuta, koto, atau kota. (Lihat: Bastion dan Bunker)
Bia (Mdn.), Alat tiup sejenis terompet yang terbuat dari cangkang siput berukuran besar.
Banyak digunakan di Indonesia Wilayah Timur.
Biara, Bangunan tempat tinggal pendeta pada lingkungan kompleks keagamaan Hindu,
Buddha, atau Katolik. (Lihat: Candi)
Bilik, Ruangan kecil yang terdapat pada bangunan atau bisa berarti dinding anyaman yang
terbuat dari bambu. Nama lain untuk dinding anyaman ini adalah gedek, tepas, atau sasak
sedangkan untuk kata ganti ruangan ialah kamar. (Lihat: Bangunan)
Bilik Batu, Bangunan kubur tradisi megalitik berbentuk bilik dengan dinding-dinding terbuat
dari batu. Bilik batu ditempatkan di dalam tanah dan biasanya memiliki pintu masuk khusus
di bagian depan, disebut juga stone chamber. (Lihat: Dolmen dan Peti Kubur)
Bingkai, Pembatas yang digunakan untuk membedakan suatu bidang permukaan dengan
bidang permukaan lain, atau rangka yang dipasang mengelilingi suatu benda dan berfungsi
sebagai penguat. Bingkai dapat berupa susunan kayu atau batu, bisa pula merupakan pahatan,
goresan, atau garis yang membatasi suatu permukaan. Pada bangunan candi, pengertian
bingkai dapat dihubungkan dengan bentuk batu-batu atau bata-bata yang tersusun menjadi
bagian kaki. Setiap bingkai dapat memiliki bentuk berbeda dalam susunan itu sehingga secara
keseluruhan akan membentuk profil kaki candi. (Lihat: Pelipit)

Kamus Arkeologi

Page | 10

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Blok Batu, Batu-batu bahan bangunan yang dibentuk persegi, terutama segi empat. Banyak
digunakan pada bangunan candi atau benteng. (Lihat: Batu Kunci)
Boat (Ing.), Wadah cairan berbentuk mirip cangkir tetapi lebih panjang dan memiliki bentuk
mulut yang lonjong. Sisi dihadapan tangkai dibuat meninggi dan menyempit sehingga
membentuk saluran. Boat, atau sauce boat, umumnya dibuat berkaki rendah dan tidak
dilengkapi tutup. (Lihat: Cangkir)
Bokor, Wadah keramik atau logam sejenis mangkuk berukuran besar. Bokor dapat memiliki
kaki dapat pula tidak, umumnya memiliki mulut yang diameternya mendekati diameter
bagian kaki. Sejenis bokor yang dipakai sebagai wadah penginangan disebut cerana. (Lihat:
Mangkuk dan Penginangan)
Bola, Barang bulat atau barang yang bentuknya menyerupai bulatan yang dibuat dari karet
dan sebagainya untuk bermain-main.
Boneka, Benda mainan dalam bentuk manusia, hewan, atau yang menyerupai keduanya.
Boneka umumnya berukuran kecil, ringan, dan mudah dibawa, disebut juga golek atau
golekan.
Botol, Wadah kaca atau keramik berleher tinggi dengan mulut mengecil. Botol digunakan
untuk menyimpan cairan atau benda-benda lain berukuran kecil. Untuk keperluan itu, botol
sering dilengkapi dengan tutup atau sumbat pada bagian mulut. (Lihat: Ampora)
Bros, Perhiasan yang disematkan atau disangkutkan pada pakaian. (Lihat: Pin)
Bubungan, Sejenis genteng pada bagian atap yang menyudut, yaitu pada pertemuan antara
sisi-sisi yang berlawanan. Selain fungsi praktisnya untuk menghindari masuknya air dan sinar
matahari pada bagian ini, bubungan juga sering dimanfaatkan sebagai hiasan untuk
meningkatkan keindahan bangunan, yaitu dengan membuatnya menjadi bentuk-bentuk
dekoratif yang khas. (Lihat: Atap dan Genteng)
Bukit Kerang, Gundukan sampah dapur berupa cangkang kerang dan siput yang membukit
sebagai hasil penimbunan selama ratusan tahun. Nama lain bukit kerang adalah
kjkkenmoddinger. Dari dalam bukit kerang sering ditemukan alat-alat purbakala seperti

Kamus Arkeologi

Page | 11

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

kapak batu, sudip, atau tulang binatang darat hasil buruan atau tulang berbagai jenis ikan.
(Lihat: Kapak dan Sampah)
Buli-buli, Wadah sejenis tempayan berukuran tinggi kurang dari 30 cm. (Lihat: Tempayan)
Bullion (Ing.), Batangan logam yang dipakai sebagai bahan pembuatan uang logam. Pada
masa lalu, bullion juga dipakai sebagai alat tukar seperti halnya uang. (Lihat: Ingot)
Bunker (Ing.), Bangunan pertahanan terdiri dari ruang-ruang tertutup yang sebagian atau
seluruh strukturnya tertanam dalam tanah. Pada dinding bunker terdapat sejumlah jendela
berukuran kecil sebagai lubang pengintaian dan tempat untuk melakukan penembakan.
Hubungan keluar hanya dilayani oleh satu atau dua pintu. Bunker banyak didirikan pada
Perang Dunia Kedua, umumnya terbuat dari konstruksi beton atau balok-balok kayu yang
ditimbun tanah. (Lihat: Benteng)
Busur, Senjata terbuat dari kayu atau logam berbentuk lengkung, ujung-ujungnya
dihubungkan dengan tali atau dawai untuk melontarkan anak panah. Busur yang digunakan
untuk melontarkan anak panah disebut busur panah. (Lihat: Anak Panah)
Buyung, Wadah tertutup untuk membawa air yang memiliki dasar membulat. Bagian leher
buyung pada umumnya meninggi dan diakhiri dengan mulut berukuran besar. Kebanyakan
buyung terbuat dari tembikar, ada pula yang terbuat dari logam. (Lihat: Periuk dan
Tempayan)

Cakram, Benda pipih berbentuk lingkaran dengan bagian tengah menebal.


Calon Kapak, Kapak yang belum jadi. Pengerjaannya kasar dan baru memperlihatkan
bentuk dasarnya. (Lihat: Kapak)
Candi, Bangunan suci agama Hindu atau Budha. Sebagai sebuah sistem, pada candi biasanya
dapat dijumpai bangunan-bangunan seperti gapura, biara, bangunan perwara, bangunan
Kamus Arkeologi

Page | 12

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

induk, bangunan apit, pagar keliling, dan arca penjaga pintu. Di Bali candi disebut pura/pure,
di Jawa Timur juga disebut cungkup, sedangkan candi di Sumatera Barat dan Sumatera Utara
ada yang menyebutnya sebagai biaro. Bangunan induk adalah bangunan utama pada candi
yang menjadi pusat kesucian kompleks. Pada bangunan ini dapat ditemukan arca dewa-dewa
utama yang menjadi objek pemujaan. Bangunan perwara adalah bangunan-bangunan
berukuran lebih kecil yang menjadi pelengkap atau penyerta bangunan induk. Bangunan yang
berada di samping kiri-kanan bangunan induk disebut bangunan apit. (Lihat: Biara, Cungkup,
Dwarapala, Gapura, dan Kompleks)
Candrasa, Kapak upacara bertangkai terbuat dari perunggu, yang hanya digunakan untuk
kepentingan upacara. Sebagai benda upacara, candrasa sering diberi hiasan sehingga tidak
mencerminkan lagi fungsi praktisnya. (Lihat: Kapak)
Candrasengkala, Sistem pertanggalan yang dinyatakan dengan gambar, kalimat, atau huruf
berdasarkan rumus tertentu. Nama lainnya kronogram.
Cangkir, Wadah minum mirip mangkuk berukuran relatif kecil dengan sebuah tangkai
berbentuk melingkar menempel di bagian badannya. Cangkir umumnya terbuat dari keramik
atau kaca. (Lihat: Gelas dan Mangkuk)
Cap, Hasil cetak pada sebuah media yang dibuat melalui metode tekan dengan menggunakan
stempel atau benda-benda lain untuk keperluan itu. (Lihat: Stempel dan Cetakan)
Cawan, Wadah terbuka serupa mangkuk tanpa kaki. (Lihat: Mangkuk)
Celana, Pakaian yang digunakan untuk menutup tubuh bagian pinggang ke bawah. Celana
umumnya memiliki pembungkus tungkai kaki yang terpisah antara bagian kanan dan kiri.
Berdasarkan panjangnya, celana dapat dibedakan atas celana pendek dan celana panjang.
Celana pendek memiliki pembungkus tungkai sampai dengan batas lutut, sedangkan celana
panjang pembungkus tungkainya sampai dengan pergelangan kaki. (Lihat: Pakaian dan
Sarung)
Celupak, Pelita sederhana tanpa gagang dan tutup maupun lubang sumbu. Sumbu pada
celupak diletakkan pada bagian tepian yang menjorok keluar dan menyempit. Biasanya
terbuat dari tembikar. (Lihat: Pelita)

Kamus Arkeologi

Page | 13

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Cepuk, Wadah penyimpanan berukuran kecil yang memiliki tutup. Ukuran tutup cepuk sama
besar atau mendekati ukuran mulut wadah di bawahnya. Cepuk dapat terbuat dari kayu,
keramik, atau logam. (Lihat: Wadah)
Cermin, Benda kaca atau logam yang mengkilat, dipakai untuk memantulkan citra objekobjek yang berada di hadapannya.
Cerobong, Bangunan, bagian, atau unsur bangunan berbentuk pipa menjulang ke atas yang
berfungsi sebagai saluran pembuangan udara atau asap. (Lihat: Pipa)
Cetakan, Alat untuk mencetak. Cetakan dipakai untuk membentuk benda-benda lunak, tipis,
atau cair dengan teknik cor, tekan, atau tempa. Ada dua jenis cetakan, yaitu cetakan positif
dan cetakan negatif. Cetakan positif akan menghasilkan permukaan benda yang cekung,
sedangkan cetakan negatif menghasilkan permukaan benda yang cembung. (Lihat: Cap dan
Stempel)
Ceting (Jw.), Wadah tempat menghidangkan nasi. Bentuknya mirip bokor, bermulut lebar,
dan berbadan tambun. Biasanya memiliki permukaan yang berlubang-lubang. (Lihat: Bokor)
Chopper (Ing.), Kapak sederhana dari masa paleolitik yang dihasilkan melalui proses
pemangkasan pada salah satu sisinya, dengan tetap meninggalkan sebagian permukaan batu
dalam keadaan asli untuk digenggam. Bagian tajaman chopper umumnya membentuk garis
lengkung.
Cincin, Jenis perhiasan yang dikenakan pada jari tangan. Umumnya memiliki lubang di
bagian tengah dan berbentuk melingkar. (Lihat: Perhiasan)
Citra, Goresan atau gambar yang tidak dapat dipindahkan dari media tempatnya berada.
Fresko atau pahatan yang dibuat pada tebing batu dapat disebut pula sebagai citra. (Lihat:
Fitur dan Fresko)
Cobek (Jw.), Alat pelumat ramuan berupa wadah dengan permukaan cekung terbuat dari
keramik, kayu, atau batu. Cobek digunakan bersama alat lain bernama ulekan dan pada
umumnya memiliki denah membulat atau lonjong. Nama lainnya batu lado, batu base, atau
cowek. Nama lain untuk ulekan, yaitu anak batu lado atau pengulakan. (Lihat: Pipisan)

Kamus Arkeologi

Page | 14

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Cordon (Ing.), Tonjolan melingkar pada wadah keramik atau logam yang merupakan
tambahan. Cordon selain bersifat dekoratif juga berguna untuk memudahkan pemegangan
wadah saat dipindahkan.
Corong, Alat penyalur suara, udara, atau cairan berbentuk kerucut, bermulut lebar yang
diakhiri dengan sebuah pipa pendek. Salah satu ujungnya berukuran lebih besar dibandingkan
lainnya. (Lihat: Cerobong)
Cungkup, Bangunan pelindung mirip balai atau rumah. Sering ditemukan pada makam.
(Lihat: Balai, Candi, dan Rumah)

Dadu, Alat permainan bersisi enam, setiap sisinya memiliki cekungan rendah atau gambar
berbentuk bulat, berjumlah satu sampai dengan enam. Bentuknya bermacam-macam, ada
yang kubus dan ada pula yang berupa batangan.
Dapur, Ruang di dalam dan di luar bangunan yang berfungsi sebagai tempat dilakukannya
kegiatan memasak.
Dawai, Sejenis tali terbuat dari logam, serat, sutra, atau bahan-bahan sintetik sejenis. Nama
khusus untuk dawai logam adalah kawat, sedangkan yang terbuat dari bahan sintetik atau
serat disebut senar. Dawai bersifat lentur dan toleran terhadap daya tarik. Oleh karena itu,
sering dimanfaatkan sebagai kelengkapan alat musik petik (gitar atau kecapi) dan gesek
(biola atau rebab) karena kemampuannya menghasilkan bunyi.
Debitase, Limbah industri pembuatan alat batu yang tidak terpakai. (Lihat: Detritus dan
Limbah)
Dermaga, Bangunan yang menjorok ke laut, danau, atau sungai tempat berlabuhnya kapal.
Bentuknya seperti jembatan dan biasanya tidak beratap, walaupun kadang-kadang di bagian
ujung atau pangkal dermaga terdapat bangunan beratap tempat orang menunggu.

Kamus Arkeologi

Page | 15

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Detritus (Ing.), Pecahan-pecahan kecil sebuah benda yang terjadi akibat proses pelapukan
atau erosi. (Lihat: Debitase)
Dinding, Struktur bangunan yang berfungsi sebagai penyekat ruang. (Lihat: Tembok)
Dingklik (Jw.), Sejenis bangku berukuran kecil dan pendek, pada umumnya terbuat dari
kayu atau rotan. Nama lainnya adalah jojodog, dadampar.
Dipan, Sejenis tempat duduk berukuran besar dan panjang yang dapat dipakai berbaring.
Nama lainnya balai-balai atau amben. (Lihat: Tempat Duduk dan Tempat Tidur)
Dolmen, Bangunan kubur tradisi megalitik terbuat dari susunan batu tegak berukuran besar
tanpa dinding sehingga membentuk sebuah ruang semu. Batu-batu tegak ini menopang tutup
yang juga terbuat dari batu. Sejenis dolmen yang penyangganya terbuat dari lempenganlempengan batu disebut pandusa. Dolmen umumnya didirikan di atas permukaan tanah.
(Lihat: Kuburan dan Bilik Batu)
Dompet, Sejenis kantong untuk menyimpan uang berukuran relatif kecil yang dapat dilipat.
Dompet berbentuk pipih dan memiliki satu atau lebih tempat penyimpanan. (Lihat: Pundipundi)
Dormer (Ing.), Jendela yang diletakkan pada atap bangunan. Jendela ini merupakan bagian
dari ruangan di bawah atap, dibuat menjorok keluar dalam posisi tegak lurus dan sering
memiliki atap tersendiri.
Dulang, Alat untuk memisahkan bijih logam dari pasir atau batu-batuan. Dulang dapat
berbentuk seperti piring cekung atau wadah datar dengan sisi-sisi yang tinggi. Umumnya
terbuat dari kayu, walaupun ada juga yang terbuat dari logam.
Dupa, Getah tumbuh-tumbuhan (misalnya kemenyan) atau ramuan (misalnya ratus atau hio)
yang dibakar untuk menghasilkan bau-bauan tertentu. Dupa umumnya digunakan pada
upacara-upacara yang berhubungan dengan peribadatan. (Lihat: Hio dan Pedupaan)
Dwarapala, Arca penjaga pintu atau gapura berwujud raksasa yang menakutkan. Sering
ditemukan pada kompleks candi atau istana di Jawa. Arca yang berfungsi sebagai penolak

Kamus Arkeologi

Page | 16

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

bala ini biasanya digambarkan dalam posisi jongkok, mata melotot, dan salah satu tangannya
memegang gada. Dwarapala disebut juga raksasa penjaga pintu, reco pentung, atau gupolo.

Ekofak, Komponen biota dan abiota yang tidak dibentuk ataupun diubah oleh manusia tetapi
berhubungan langsung dengan aktivitas manusia. (Lihat: Artefak dan Fitur)
Enamel (Ing.), Bahan sejenis kaca yang digunakan untuk melapisi permukaan keramik atau
logam. Enamel adalah pigmen yang terbuat dari campuran mineral (seperti emas, mangan,
atau kuningan), glasir, dan minyak yang dioleskan pada benda sebelum pembakaran. Enamel
membutuhkan panas tinggi dan memiliki sifat seperti glasir yang kedap air. Umumnya tidak
tembus cahaya. (Lihat: Glasir dan Slip)
Ewer (Ing.), Sejenis kendi yang memiliki tangkai. Ewer dapat memiliki corot dan dapat pula
tidak. Pada umumnya memiliki mulut yang berukuran kecil, tutup, dan berleher tinggi.
(Lihat: Kendi dan Jug)

Fitur, Sruktur atau sisa kegiatan manusia yang karena ukuran dan kondisinya tidak dapat
dipindahkan serta diangkat dari lingkungannya tanpa mengakibatkannya rusak. Fitur dapat
berupa bangunan, perbedaan rona pada tanah, atau lanskap hasil bentukan manusia. (Lihat:
Bangunan, Artefak, Paleolansekap, dan Siluet)
Fosil, Organisme yang telah membatu, tetapi masih memperlihatkan ciri fisik aslinya. Fosil
terjadi di daerah-daerah yang tanahnya mengandung banyak mineral seperti kalsit, limonit,
pirit, dan terutama silika. Mineral-mineral ini dalam jangka waktu ratusan tahun hingga

Kamus Arkeologi

Page | 17

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

ribuan tahun menggantikan unsur-unsur bahan organik yang tertanam tersebut dengan
material baru. Proses pembentukan fosil disebut petrifikasi (menjadi batu).
Fresko, Lukisan dinding yang dibuat pada saat lepa masih basah. Bahan pewarna yang
digunakan umumnya berupa pigmen yang tidak mengandung minyak. (Lihat: Lepa, Lukisan
Dinding, dan Pigmen)

Gacuk (Jw.), Sejenis alat permainan berbentuk lingkaran terbuat dari tembikar. Gacuk
biasanya berukuran kecil, pipih, dan memiliki permukaan datar dan tidak berhias.
Gada, Senjata pemukul bertangkai. Bagian ujungnya berukuran lebih besar dan lebih berat
dibandingkan bagian pangkal.
Gandik (Jw.), Alat penggiling yang dipakai sebagai pelumat ramuan bersama pipisan.
(Lihat: Alu dan Pipisan)
Gapura, Bangunan yang mewakili fungsi sebagai pintu pada suatu kompleks. Umumnya
menyatu dengan pagar, walaupun ada juga yang berdiri sendiri. Jenisnya ada dua, yaitu
beratap dan tidak beratap. Gapura pada kompleks candi yang tidak beratap disebut tipe bentar
mirip bangunan candi terbelah dua (split gate). Jenis yang kedua disebut tipe paduraksa,
bentuknya mirip bangunan candi dengan sebuah pintu berada di tengah. (Lihat: Pintu dan
Pintu Gerbang)
Gayung, Alat pendulang air berupa wadah bergagang. Umumnya gayung berukuran kecil,
gagangnya ada yang terpasang pada sisi wadah dan ada pula yang melintang di tengah-tengah
mulut wadah.
Gedung, Bangunan mirip rumah berukuran besar dan permanen. (Lihat: Rumah)
Gelang, Perhiasan berbentuk cincin yang dikenakan pada pergelangan tangan atau kaki.
(Lihat: Cincin dan Kelat Bahu)
Kamus Arkeologi

Page | 18

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Gelas, Alat minum terbuat dari kaca atau keramik. Bentuknya bermacam-macam, umumnya
tinggi dan ukuran mulut mendekati sama dengan ukuran bagian dasar. Gelas yang berukuran
besar sering dilengkapi dengan tangkai dan tidak berkaki (gelas bir), sedangkan yang
berukuran kecil ada yang memiliki kaki (gelas sampanye) dan ada pula yang tidak (gelas
biasa). (Lihat: Cangkir dan Tankard)
Genta, Disebut juga bel atau lonceng. Bentuknya bermacam-macam, ada yang menyerupai
stupa, kubah, atau pipa. Genta memiliki rongga di bagian dalam yang menghasilkan gema,
dan mulut terbuka di bagian bawahnya sebagai jalan keluarnya suara.
Berdasarkan jenisnya genta dapat dibedakan atas genta gantung dan genta bertangkai. Genta
gantung adalah genta yang ditambatkan pada suatu media dengan menggunakan rantai atau
tali, bisa memiliki bandul bisa juga tidak. Genta yang memiliki bandul dibunyikan dengan
cara menggoyangkannya. Sedang yang tidak berbandul dibunyikan dengan cara dipukul.
Ukuran genta gantung bervariasi dari kecil hingga besar. Genta bertangkai adalah genta yang
mempunyai tangkai di bagian puncak, umumnya memiliki bandul dan berukuran kecil.
(Lihat: Kerincingan)
Genteng, Penutup atap bangunan bagian luar. Genteng bisa terbuat dari keramik, batu, atau
metal. (Lihat: Atap, Langit-langit, dan Sirap)
Gereja, Kompleks bangunan keagamaan Kristen. Gereja dapat dicirikan dari atapnya yang
meruncing atau kubah yang dihiasi salib dan lonceng. Ruangan di bagian dalam gereja pada
umumnya memiliki mimbar, altar, dan salib.
Gerobak, Kendaraan beroda tanpa atap untuk mengangkut barang dengan cara ditarik atau
didorong. Biasanya terbuat kayu, logam, atau keduanya. Untuk menggerakan gerobak
dibutuhkan tenaga manusia atau hewan. (Lihat: Kereta)
Gloss (Ing.), Sejenis slip pada keramik. Pada dasarnya, gloss tidak berbeda dengan slip,
tetapi campurannya banyak mengandung mineral silika sehingga setelah dibakar pada suhu
tinggi akan menghasilkan lapisan mengkilap tipis yang mirip glasir. (Lihat: Slip)
Gong, Alat bunyi-bunyian berbentuk lingkaran terbuat dari logam. Gong umumnya
berukuran besar dan harus ditempatkan dalam posisi tergantung untuk bisa menghasilkan
gaung. Ada dua jenis gong yang dikenal, yaitu yang tidak memiliki tonjolan dan yang
Kamus Arkeologi

Page | 19

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

memiliki tonjolan. Bentuk gong dengan tonjolan ini mirip kenong, yaitu mulut rongga bagian
belakangnya yang mengecil sehingga mampu menghasilkan gaung yang kuat. Gong tanpa
tonjolan jarang ditemukan di Indonesia kecuali di kawasan Asia Daratan. (Lihat: Kenong)
Gua, Lubang atau rongga alamiah pada formasi tebing batu maupun kapur. Gua sering
dimanfaatkan sebagai tempat tinggal manusia purba. Ceruk dalam pada dinding tebing
disebut sebagai gua payung, nama lainnya abbris sous roche. Gua payung semacam ini sering
dimanfaatkan sebagai tempat tinggal manusia purba (Lihat: Terowongan)
Guci, Wadah sejenis tempayan yang memiliki tinggi kurang dari 50 sentimeter, terbuat dari
tembikar, batuan, atau porselen. (Lihat: Tempayan)
Gurdi, Alat untuk membuat lubang pada kayu atau logam dengan cara memutarnya. Nama
lainnya bor. Komponen untuk membuat lubang yang ditempatkan di bagian ujung gurdi
disebut mata gurdi atau mata bor.

Halaman, Sebidang bidang tanah di sekitar bangunan yang menjadi bagian dari ruang
aktivitas manusia. Halaman biasanya memiliki batas, baik berupa pagar maupun batas-batas
lain yang menunjukkan keluasannya.
Hiasan, Disebut juga ornamen. Pola-pola dalam bentuk gambar ataupun relief yang dibuat
untuk memperindah atau meningkatkan nilai estetis objek yang menjadi tempatnya.
Berdasarkan jenisnya, hiasan dapat dibedakan atas bentuk-bentuk manusia atau
antropomorfik, hewan (fauna) atau zoomorfik, tumbuh-tumbuhan (vegetatif/floral),
pemandangan (scenery), geometrik (geometric), dan abstrak (abstract). Hiasan dapat pula
menjadi bagian integral dari benda secara fungsional sehingga merupakan kesatuan yang tak
terpisahkan dari konsep bentuk benda itu sendiri, misalnya cordon. (Lihat: Cordon)

Kamus Arkeologi

Page | 20

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Hio (Cin.), Sejenis dupa terbuat dari ramuan tumbuh-tumbuhan yang dilekatkan pada sebuah
batang bambu. Banyak digunakan oleh masyarakat Cina pada upacara-upacara pemujaan
mereka. (Lihat: Dupa dan Kelenteng)
Histogram, Gambar-gambar yang dihubungkan dengan peristiwa sejarah, misalnya gambar
bambu runcing yang mengingatkan bangsa Indonesia pada masa-masa perjuangan
kemerdekaan. Histogram biasanya hanya dikenali oleh masyarakat atau bangsa yang terlibat
dalam peristiwa sejarah itu. (Lihat: Candrasengkala dan Piktograf)
Huruf, Simbol-simbol atau bentuk-bentuk yang mewakili bunyi tertentu dalam bahasa, baik
secara kesatuan ataupun bersama-sama dalam kalimat. Huruf disebut juga aksara. Kumpulan
huruf disebut kata dan kumpulan kata disebut kalimat. (Lihat: Piktograf)

Idol (Ing.), Benda-benda berbentuk manusia atau diberi hiasan antropomorfik yang
digunakan sebagai objek pemujaan. (Lihat: Antropomorfik)
Ingot, Batangan logam yang dicetak dalam ukuran dan berat tertentu. (Lihat: Bullion)
Ikat, Tekstil tenun yang dibuat dengan cara menjalin benang-benang berwarna yang lebih
dahulu diberi pola hias. Kain gringsing dari Bali atau selimut di Nusa Tenggara Timur
keduanya termasuk kelompok ikat. (Lihat: Songket dan Tekstil)
Ikat Kepala, Tekstil atau kulit hewan yang digunakan sebagai penutup kepala. Bentuk ikat
kepala tidak pernah tetap karena hanya merupakan lilitan pada kepala yang sewaktu-waktu
dapat dilepas dan dibentuk kembali menurut model yang dikehendaki. (Lihat: Topi)
Ikat Pinggang, Disebut juga sabuk. Sejenis tali yang digunakan untuk mengencangkan
pakaian di sekitar pinggang. Kepala ikat pinggang disebut timang atau gesper, biasanya
terbuat dari logam. (Lihat: Perhiasan)

Kamus Arkeologi

Page | 21

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Inskripsi, Tulisan, pahatan, atau guratan huruf-huruf yang mengandung pesan pada
permukaan benda atau bangunan. (Lihat: Prasasti)
Istana, Kediaman resmi kepala pemerintahan, khususnya raja dan ratu. Istana dapat berupa
gedung atau rumah berukuran besar, dapat pula berbentuk kompleks yang terdiri dari
beberapa bangunan atau sebuah bangunan tunggal. Istana yang dibentuk menyerupai benteng
disebut puri. (Lihat: Keraton)

Jalan, Bidang tanah atau bangunan yang digunakan sebagai prasarana transportasi. Jalan
dikategorikan sebagai bangunan karena merupakan struktur yang terbuat dari berbagai jenis
bahan, kecuali jalan yang terbuat dari tanah. (Lihat: Bangunan)
Jam, Mesin penunjuk waktu. Jam memiliki dua jarum berbeda ukuran: jarum pendek untuk
menunjuk waktu dalam hitungan pukul dan jarum panjang untuk waktu dalam hitungan
menit. Pada sisi luar bagian dalam terdapat angka-angka 1 sampai dengan 12 atau simbolsimbol lain yang mewakili angka-angka tersebut. Tenaga yang diperoleh jam untuk bekerja
berasal dari daya lentur pegas, daya tarik bandul, atau listrik. Jam berukuran kecil yang
dipakai pada pergelangan tangan disebut arloji. Jam termasuk kelompok kronometer
digunakan untuk menghitung waktu.
Jambangan, Vas berukuran besar dan tinggi. Karena ukurannya yang besar, jambangan lebih
sering diletakkan di lantai dari pada di meja. (Lihat: Vas)
Jangkar, Alat pemberat berbentuk kait yang ditenggelamkan ke dasar sungai, laut, atau
danau untuk menahan posisi kapal. Jangkar dapat terbuat dari besi, batu, kayu, atau campuran
antara keduanya. (Lihat: Kapal)
Jaring, Alat penangkap atau penahan, berupa jalinan serat atau tali yang jarak antar
simpulnya relatif besar. Jaring disebut juga jala, sedangkan pukat adalah sejenis jaring yang
digunakan untuk menangkap ikan. (Lihat: Bandul)
Kamus Arkeologi

Page | 22

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Jarum, Alat penusuk berukuran relatif kecil dan runcing yang terbuat dari logam, tulang,
cangkang kerang atau siput, dan kayu. Atas dasar fungsinya, jarum dapat dibedakan menjadi
tiga tipe, yaitu jarum Jjahit, jarum suntik, dan jarum penunjuk. Jarum jahit memiliki lubang
pada bagian pangkal atau ujungnya sebagai tempat memasukkan benang. Jarum ini
digunakan untuk membuat lubang pada tekstil atau kulit. Sedangkan jarum suntik sebenarnya
adalah pipa berukuran kecil yang ujungnya dibuat runcing untuk menyalurkan cairan. Jarum
yang digunakan pada kompas, timbangan, atau jam adalah dari jenis jarum penunjuk. (Lihat:
Jam dan Timbangan).
Jembatan, Bangunan atau bukan bangunan berfungsi sebagai jalan yang menghubungkan
dua sisi atau tepi yang terpisah. Jembatan berupa bangunan dibuat dari konstruksi batu, kayu,
bambu, besi, beton, atau campuran di antaranya. Sedang jembatan yang bukan bangunan
dibuat dari batang-batang pohon yang dirubuhkan secara melintang tanpa digarap lebih jauh
bentuk maupun konstruksinya. (Lihat: Bangunan)
Jendela, Komponen bangunan berupa lubang pada dinding sebagai jalan keluar masuknya
udara dan sinar matahari ke dalam ruangan. Pengaturannya dapat dilakukan dengan
pertolongan daun jendela melalui mekanisme buka dan tutup, atau sarana lain yang mewakili
fungsi tersebut.
Jimat, Disebut juga aji-aji. Benda alam atau artefak berukuran kecil yang dipercaya
mengandung kekuatan magis untuk melindungi keselamatan atau memberikan kekuatan
supranatural bagi pemiliknya. Bentuknya bermacam-macam, dapat menyerupai manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan, bagian-bagian dari ketiganya, gabungan dari dua atau ketiga unsur
itu, sampai dengan yang sama sekali tidak mencirikan bentuk ketiganya. Pada jimat biasanya
bisa ditemukan benda-benda tanda kesucian dalam bentuk gambar, tulisan, huruf, atau
bentuk-bentuk abstrak.
Jobongan (Jw.), Benda berbentuk silindrik yang digunakan sebagai dinding perigi dengan
cara menumpuk satu di atas lainnya. Biasanya terbuat dari tembikar. (Lihat: Perigi)
Jubah, Baju panjang yang menutup badan mulai dari leher hingga kaki. (Lihat: Baju)

Kamus Arkeologi

Page | 23

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Jug (Ing.), Wadah penyimpan air berbadan tinggi dan melebar, berleher pendek, bermulut
besar serta bertangkai. Umumnya tidak memiliki corot dan ukuran dasarnya lebih besar dari
pada mulut. Jug banyak dibuat di Eropa. (Lihat: Ewer)

Kacamata, Kaca dengan permukaan cekung atau cembung yang ditempatkan di muka mata
sebagai alat bantu penglihatan. Kacamata umumnya terdiri dari sepasang kaca yang dijepit
oleh bingkai bertangkai, dipakai dengan cara mengaitkannya pada daun telinga. Ada pula
jenis kacamata yang hanya memiliki satu kaca yang digunakan dengan cara menjepitkannya
di antara tulang alis dengan tulang pipi.
Kacip, Alat pemotong buah pinang berbentuk gunting bertangkai panjang dengan engsel
berada di bagian muka. Alat ini merupakan perlengkapan penginangan untuk menyirih.
Disebut juga kalakati atau caket. (Lihat: Penginangan)
Kail, Alat sejenis kait untuk menangkap ikan. Pada bagian pangkal terdapat lubang atau
celah menyempit untuk mengikatkan tali. Kail dapat dibuat dari logam, tulang, atau cangkang
kerang. (Lihat: Kait)
Kail, Alat dengan ujung melengkung untuk menambat, menangkap, menahan, atau
menggantungkan sesuatu.
Kala, Hiasan berbentuk kepala raksasa dengan ekspresi menakutkan: mata melotot, gigi
bertaring, dan mulut menganga. Penggambaran kala sering dilengkapi pula dengan telapak
bercakar dan semacam tanduk di bagian atas kepala. Hiasan ini dimaksudkan sebagai penolak
bala, pada umumnya ditempatkan di tengah bingkai bagian atas pintu masuk bangunan candi.
Di Jawa Timur kala disebut juga banaspati. Penggambaran Kala yang dikombinasikan dengan
hiasan makara disebut kala-makara, sedangkan penggambaran kala yang dikombinasikan
dengan hiasan mrga (kepala kijang) disebut kala-mrga. Kala-mrga juga merupakan hiasan
bagian atas kepala seorang tokoh yang dimaksudkan untuk memberikan sifat magis atau
super pada tokoh yang dinaunginya. (Lihat: Makara)
Kamus Arkeologi

Page | 24

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Kalamba, Kubur batu berbentuk silindrik dengan tutup di atasnya. Peninggalan ini banyak
ditemukan di Sulawesi Tengah dan beberapa daerah di Sumatera Utara. (Lihat: Peti Kubur)
Kaligrafi, Pahatan atau susunan huruf yang dibentuk dan disusun membentuk suatu pola
sehingga terlihat indah.
Kalung, Perhiasan yang ditempatkan atau diikatkan melingkar pada leher.
Kancing, Benda yang digunakan untuk menutup baju, biasanya di tempatkan di bagian muka
baju. Fungsi praktisnya mirip dengan kait, namun di lain pihak kancing juga memiliki fungsi
estetis sehingga sering dibuat sebagai asesori atau perhiasan untuk meningkatkan tampilan
baju. (Lihat: Baju dan Pakaian).
Kapak, Alat batu atau logam bermata tajam yang digunakan untuk keperluan membelah dan
memotong. Bentuk kapak umumnya melebar dan menipis di bagian tajaman serta memiliki
pangkal yang lebih tebal dan menyempit. Sejenis kapak logam yang memiliki rongga untuk
memasukkan batang kayu disebut kapak corong. Kapak disebut juga kampak. (Lihat: Beliung
dan Candrasa)
Kapal, Alat transportasi air sejenis perahu berukuran besar yang ditenagai dengan mesin atau
angin. Kapal biasanya dipergunakan pada perairan dalam.
Menurut komponen atau bagian-bagiannya, kapal dapat memiliki:
1. Lunas, batang-batang kayu atau logam yang berada di bagian tengah yang merupakan inti
struktur kerangka kapal tempat bersatunya rusuk dan lambung. Lunas pada umumnya dibuat
lebih menonjol sehingga memiliki kemampuan untuk membelah air, panjang lunas
menentukan pula panjang kapal secara keseluruhan.
2. Lambung, bagian sisi kanan-kiri yang membentuk badan kapal.
3. Rusuk, disebut juga gading-gading, yaitu batang-batang kayu atau logam yang membentuk
sisi-sisi kapal
4. Sirip, lembaran kayu atau logam di bagian bawah belakang kapal yang berfungsi sebagai
pengarah

Kamus Arkeologi

Page | 25

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

5. Kemudi, alat pengendali arah yang dihubungkan ke sirip


6. Tiang, batang kayu atau logam yang berdiri di tengah kapal sebagai tempat menambatkan
layar. Banyak kapal yang memiliki tiang layar lebih dari satu. Pada jenis kapal ini, tiang yang
paling tinggi disebut tiang utama, sedangkan tiang-tiang lain yang lebih pendek dan kecil
ukurannya disebut tiang pembantu.
7. Layar, tekstil atau tikar yang ditambatkan pada tiang untuk menangkap angin.
8. Jangkar, pengait yang dibenamkan ke dasar sungai, danau, atau laut berfungsi sebagai
penahan gerak kapal saat berhenti. Jangkar diikat dengan tali atau rantai yang ditambatkan
pada haluan, umumnya terbuat dari logam atau kayu yang diberi pemberat batu.
9. Anjungan, disebut juga anjung-anjung, bagian yang berbentuk ruangan beratap pada dek
tempat juru mudi mengendalikan kapal.
10. Haluan, bagian depan kapal. Biasanya pada bagian ini jangkar ditempatkan. Kapal-kapal
yang dibuat untuk berlayar di laut memiliki haluan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
buritan. Kapal-kapal yang hanya melayari sungai, rawa, atau danau, haluannya dibuat sama
tinggi atau sedikit lebih tinggi dari buritan. Bagian haluan yang dibuat melengkung disebut
linggi.
11. Dek, lantai penutup ruang kapal bagian atas
12. Palka, ruang penyimpanan barang yang berada di bagian dalam kapal.
13. Buritan, bagian belakang kapal.
(Lihat: Perahu, Rakit, dan Sampan)
Kelat Bahu, Perhiasan berbentuk gelang yang dikenakan pada lengan atas. (Lihat: Gelang)
Kelenteng, Bangunan pemujaan masyarakat Cina yang diperuntukan bagi dewa-dewa agama
Kong Hu Cu (Kongfucu atau Confucius), Tao (Taoisme), dan Budha. Kelenteng dapat
dikenali dari bentuk atap pelananya yang sering dihiasi relief atau arca dua ekor naga
memperebutkan mutiara di bagian puncak. Kelenteng juga hampir selalu memiliki tungku
pembakaran di halaman muka, sejenis balai bertiang tinggi di hadapan bangunan induk,
Kamus Arkeologi

Page | 26

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

tambur besar, sebuah altar, genta, dan wadah-wadah pembakaran hio. (Lihat: Genta, Hio, dan
Tambur)
Kelereng. Alat permainan berbentuk bundar terbuat dari kaca atau keramik. Dikenal pula
dengan nama lain seperti keneker, neker, eker, nekal, guli, atau gundu.
Kemudi, Alat pengendali arah pada kendaran darat, udara atau air. Bentuknya menyerupai
lingkaran atau tangkai. Pada kendaraan udara atau air kemudi dihubungkan dengan sirip,
sedangkan pada kendaraan darat dihubungkan ke roda.
Kemuncak, Unsur bangunan atap berupa menara-menara kecil yang mengelilingi puncak.
Sifatnya dekoratif dan tidak mewakili fungsi tertentu. (Lihat: Mahkota Atap)
Kendaraan, Alat transportasi untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat lain, baik yang
bertenaga manusia, hewan, mesin, maupun arus (angin dan air).
Kendi, Wadah penyimpan air minum. Memiliki badan yang membulat dengan leher relatif
tinggi sebagai pegangan yang sekaligus berfungsi sebagai saluran air. Bagian dasar kendi
rata, baik yang membentuk kaki maupun tidak. Pada umumnya kendi dibuat dari keramik.
Ada dua jenis kendi, yaitu kendi bercorot dan kendi tanpa corot. Kendi bercorot adalah semua
kendi yang memiliki saluran air mirip pipa berukuran kecil pada bagian bahu, jumlahnya bisa
satu atau lebih. Pada kendi tanpa corot fungsi pipa sebagai jalan keluarnya air digantikan oleh
bagian leher yang berdiameter lebih besar. (Lihat: Teko)
Sejenis kendi dengan corot satu atau lebih, tetapi hanya salah satunya yang memiliki lubang
disebut kendi maling (a). Air tidak dimasukkan melalui leher melainkan melalui corong di
bagian dasar kendi, yaitu dengan cara merendamnya. Kendi maling banyak ditemukan di
Jawa Tengah.
Kendi partolo (b) adalah kendi bercorot meninggi yang letaknya berdampingan dengan leher
dan dihubungkan dengan tangkai yang berfungsi sebagai pegangan. Leher kendi ini ada yang
bermulut lebar sebagai jalan masuknya air tetapi ada juga yang dibuat mengecil sehingga
mirip dengan corot. Corotnya sendiri juga bisa berjumlah lebih dari satu. Banyak ditemukan
di Sumatera, khususnya Sumatera bagian selatan.

Kamus Arkeologi

Page | 27

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Kendi susu (c), nama khusus yang diberikan pada semua kendi yang corotnya dibuat
menggelembung, pada umumnya bercorot satu.
Sejenis kendi dengan corot pendek yang berdiri tegak pada bagian bahu dekat leher disebut
kundika (d). Kundika umumnya memiliki badan yang langsing mirip vas.
Kendil (Jw.), Wadah tertutup berbadan cembung, berleher rendah dengan bagian dasar
membulat atau rata. Kendil yang dasarnya rata biasanya memiliki ukuran mulut yang
mendekati sama dengan ukuran bagian dasar. Umumnya berukuran kecil dan terbuat dari
tembikar, dapat pula dilengkapi dengan tutup. (Lihat: Guci dan Belanga)
Kenong, Disebut juga keromong atau talempong. Alat musik berbentuk silindrik tertutup
dengan tonjolan di bagian atas. Kenong terbuat dari logam. Bahan yang digunakan biasanya
kuningan, besi, atau perunggu. Kenong memiliki rongga di bagian dalam sebagai ruang gema
yang diakhiri dengan mulut mengecil. Alat bunyi-bunyian ini ditempatkan secara melintang
dan ditabuh dengan memukul tonjolannya menggunakan pemukul. Nada yang dihasilkan
kenong bersifat tunggal atau monoton karena tidak memiliki fasilitas pengatur nada, oleh
karenanya harus dimainkan bersama dengan kenong lain. (Lihat: Gong)
Kentongan, Disebut juga slit drum. Alat bunyi-bunyian terbuat dari kayu, bambu, atau logam
yang memiliki rongga di bagian dalamnya. Kentongan berbentuk memanjang dengan sebuah
celah yang dibuat memanjang pula. Kentongan dibunyikan dengan cara memukul-mukulkan
tongkat pada bagian badan dekat mulut celah. (Lihat: Tambur)
Keramik, Semua benda yang terbuat dari tanah liat bakar. Ada tiga jenis bahan keramik yang
selama ini dikenal yaitu tembikar, bahan batuan, dan porselen.
Bahan batuan disebut juga stoneware, berwarna agak keabuan dan banyak mengandung
feldspar, alumina, silikat, sedikit soda dan kaolin. Bahan batuan memiliki sifat keras karena
dibakar pada suhu lebih dari 1200o C dan bila pecah dapat menghasilkan pecahan dengan
tepian yang tajam. Tembikar terbuat dari tanah liat biasa, pada umumnya agak lunak karena
hanya dibakar pada suhu 500o s.d 800o C sehingga mudah pecah. Warna tembikar berkisar
dari kehitaman, coklat sampai dengan merah. Oleh masyarakat Jawa, tembikar disebut
gerabah, masyarakat Sunda menyebutnya tarawengkar dan oleh masyarakat Melayu disebut
periuk belanga. Masyarakat Batak menyebutnya hudun tano.

Kamus Arkeologi

Page | 28

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Di antara ketiga bahan keramik itu porselen merupakan yang terbaik, umumnya berwarna
putih karena banyak mengandung kaolin, yaitu tanah liat yang terbentuk dari hasil pelapukan
batuan yang didominasi oleh unsur silika dengan campuran feldspar dan alumina dalam
konsentrasi yang lebih rendah. Porselen dibakar pada suhu lebih tinggi dibandingkan dengan
bahan batuan, yaitu lebih dari 1300o C sehingga memiliki tingkat kebeningan dan
kekompakan yang lebih baik. Bahan batuan dan porselen keduanya sama-sama memiliki sifat
kedap air, sedangkan gerabah cenderung menyerap air karena memiliki pori-pori relatif lebih
besar.
Bahan campuran dalam pembuatan gerabah yang bukan berasal dari tanah liat disebut
temper. Temper dapat berupa sekam, jerami, rumput, potongan-potongan kayu, pasir, dsb.
Temper yang terbuat dari bahan keramik disebut grog. Grog dihasilkan dengan cara
menumbuk atau memecah-mecah keramik yang tidak dipakai lagi atau merupakan limbah.
Bahan campuran berupa batu-batu kerikil, pecahan karang, atau pecahan-pecahan cangkang
moluska seperti kerang maupun siput disebut grit. Nama khusus untuk pecahan keramik
tembikar disebut kereweng. (Lihat: Glasir, Gloss, Slip, dan Wadah)
Keranda, Alat transportasi berbentuk kereta atau tandu yang dipakai untuk mengangkut
jenazah.
Kerangka, Tulang belulang manusia atau hewan yang relatif lengkap. (Lihat: Tengkorak)
Keranjang, Wadah yang terbuat dari anyaman bambu, kayu atau serat. Keranjang dapat
digunakan sebagai tempat penyimpanan atau alat transportasi/ pengangkut bergantung pada
pemakaiannya. (Lihat: Alat transportasi dan Anyaman)
Keraton, Berasal dari kata ke-ratu-an yang berarti kompleks tempat tinggal raja. Pada
kenyataannya, keraton bukan hanya merupakan rumah kediaman raja melainkan juga sanak
saudara dekatnya, para pejabat istana dan pegawai istana yang bekerja demi kepentingan raja.
Di dalam kompleks keraton dapat ditemukan pula bangunan-bangunan lain yang
berhubungan dengan pertahanan serta fasilitas-fasilitas pendukung kebutuhan raja. Keraton
merupakan pusat pemerintahan dan pusat kesucian seluruh wilayah kerajaan. Oleh karena itu
sering pula disebut kedaton yang berasal dari kata ke-datu-an. (Lihat: Istana)

Kamus Arkeologi

Page | 29

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Kereta, Kendaraan darat beroda dua sampai dengan empat pengangkut manusia atau barang.
Kereta adalah alat transportasi yang umumnya memiliki atap; terbuat dari kayu atau logam.
Kereta dapat digerakkan manusia, hewan, atau mesin. (Lihat: Gerobak )
Kerincingan (Jw.), Alat bunyi-bunyian terbuat dari logam berbentuk bundar. Kerincingan
memiliki rongga di bagian tengah berisi bola logam yang dapat bergerak bebas. Benturan
bola logam pada dinding-dinding rongga tersebut menghasilkan bunyi yang keluar melalui
sebuah celah pada salah satu sisinya. Nama lain kerincingan ialah kliningan atau slit bell.
(Lihat: Genta)
Keris, Senjata tusuk genggam asal Asia Tenggara, bentuknya meruncing dengan tajaman
pada kedua sisi bilahnya. Keris ada yang berlekuk dan ada pula yang lurus. Lekukan keris
disebut luk. Senjata ini biasanya dibuat dengan mencampurkan beberapa jenis logam, tapi
dengan unsur logam besi (Fe), baja, nikel, atau logam-logam asal batu meteor sebagai bahan
utamanya. Pada permukaan keris didapati pola-pola hias yang disebut pamor. Pamor terjadi
sebagai akibat proses pelipatan dan penempaan logam yang terus menerus atau sengaja
dibubuhkan pada permukaan keris melalui metode menggambar atau menulis. (Lihat: Pisau).
Keris dibagi dalam beberapa bagian yang setiap bagiannya dibagi oleh beberapa bagian lagi.
Bagian-bagian
(a)
(b)

yang

terdapat

pada

ukiran
wilah

keris

secara

(hulu/pegangan
(bilah

keris),

umum

adalah:
keris),
dan

(c) wrangka (sarung keris).


Kincir, Sejenis kipas berbilah atau roda bersirip yang digerakkan dengan memanfaatkan
tenaga angin atau air. (Lihat: Kipas)
Kipas, Alat pengibas untuk menghasilkan angin. Dibedakan atas dua jenis, yaitu jenis yang
berbilah dan lembaran. Kipas berbilah memiliki penampilan mirip kincir, umumnya
digerakkan dengan bantuan mesin. Kipas lembaran digerakkan dengan tangan, terbuat dari
helaian kulit, kertas, atau daun-daunan berukuran lebar yang dijepit atau ditempelkan pada
tangkai sehingga mudah digenggam. (Lihat: Kincir)
Kolam, Bangunan berupa lubang pada permukaan tanah yang berfungsi sebagai tempat
meyimpan atau menampung air, bukan untuk keperluan menghimpun atau membendung.

Kamus Arkeologi

Page | 30

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Sebagai tempat penampungan, kolam memiliki dinding-dinding dan dasar yang kedap air.
(Lihat: Bak, Bendungan, dan Waduk)
Kompas, Alat bantu pencari arah. Kompas memiliki jarum atau lempengan besi bermuatan
magnet yang dapat berputar sebagai penunjuk arah. Kutub-kutubnya selalu menghadap ke
utara dan selatan. Tiap-tiap mata angin memiliki simbol: N (north untuk utara), E (east untuk
timur), S (south untuk selatan), dan W (west untuk barat). Selain itu terdapat pula skala bujur
derajat yang mengelilingi bidang perputaran jarum dengan menempatkan titik 0o atau 360o
pada arah utara.
Kompleks, Sekelompok bangunan (misalnya candi) atau benda (misalnya menhir) yang
ditata berdasarkan pola tertentu dan mencerminkan hubungan fungsional di antaranya.
Kompleks pada umumnya memiliki batas-batas yang jelas, seperti pagar atau parit buatan.
(Lihat: Pagar dan Parit)
Kompor, Alat masak sejenis tungku berukuran kecil yang dapat dipindah-pindahkan.
Pengertian kompor sering dihubungkan dengan adanya fasilitas ruang penyimpanan bahan
bakar cair, gas, atau padat yang menjadi satu dengannya. (Lihat: Tungku)
Koprolit, Kotoran (feces) hewan atau manusia yang menjadi fosil atau mengering. Koprolit
digunakan sebagai bahan studi lingkungan dan pola makan. (Lihat: Fosil)
Kotak, Benda berbentuk persegi dengan ruang di bagian tengah sebagai tempat menyimpan
sesuatu. Kotak pada umumnya terbuat dari logam atau kayu.
Kubah, Pengertiannya lebih mendekati bentuk benda atau bangunan, tetapi sering digunakan
untuk mengacu kepada jenis atap bangunan berbentuk membundar dengan rongga di bagian
dalam. Denah dasar kubah dapat berbentuk persegi, bulat, atau lonjong.
Kubu, Bangunan pertahanan berukuran relatif kecil dan bersifat sementara, kebanyakan
terbuat dari susunan tanah dan batang-batang kayu. Kubu tidak pernah digunakan sebagai
tempat bermukim, seperti benteng, karena itu sewaktu-waktu dapat ditinggalkan oleh
pemakainya. (Lihat: Benteng dan Bunker)
Kuburan, Disebut juga makam, yaitu lubang tempat mengubur jenazah manusia pada
permukaan tanah atau dapat pula berupa bangunan yang dibuat untuk keperluan itu. Kuburan
Kamus Arkeologi

Page | 31

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

pada gua-gua disebut kubur gua, sedangkan kuburan pada ceruk-ceruk disebut kubur ceruk.
Jenis lain dari kuburan ialah kubur bilik, yaitu penempatan jenazah manusia pada bilik-bilik
yang terbuat dari batu atau kayu. Cara ini berlainan dengan kubur peti yang menempatkan
jenazah di dalam peti kayu atau batu. Tempat menyimpan jenazah tersebut disebut gua kubur,
ceruk kubur, bilik kubur, atau peti Kubur. Bangunan atau struktur yang menandai sebuah
makam disebut kijing atau jirat (a), dan pada umumnya di atas kijing/jirat terdapat tonggak
pendek yang disebut nisan (b). Bangunan kubur mirip punden yang dibuat berundak dengan
sisi-sisi terjal disebut kubur berundak atau makam berundak. Kubur tempayan adalah
kuburan yang memanfaatkan tempayan sebagai wadah penyimpanan jenazah manusia. (Lihat:
Moseleum, Punden, Nisan, dan Peti Kubur)
Kursi, Tempat duduk bersandaran. Biasanya berkaki tinggi dan sering memiliki tempat untuk
meletakkan tangan. (Lihat: Bangku, Dipan, Mebel, dan Tempat Duduk)

Lumpang, Alat tumbuk berupa benda yang memiliki lubang berbentuk bulat cekung pada
permukaannya. Lumpang dibuat dari batu atau kayu dan digunakan bersama dengan alu.
Khusus lumpang yang lubangnya lebih dari satu sering disebut batu dakon. (Lihat: Alu dan
Lesung)
Lumbung, Bangunan khusus untuk menyimpan padi atau bahan pangan lainnya. Pada
umumnya terbuat dari kayu atau bambu dan berdiri di atas tiang-tiang berjumlah empat atau
lebih. Lumbung hanya memiliki satu pintu yang letaknya berada dekat atau menjadi bagian
dari atap. Di daerah-daerah tertentu ada lumbung yang tidak berupa bangunan melainkan
hanya berupa ruangan yang menyatu dengan rumah tinggal pemilik, yaitu pada bagian atap di
bawah genteng.
Lukisan Dinding, Lukisan yang dibuat pada permukaan dinding tebing atau bangunan.
Lukisan dinding sering dijumpai pada gua, ceruk, tebing atau ruangan-ruangan dalam
kuburan dan gedung. Bahan pewarna yang digunakan dapat terbuat dari oker, cat, arang, atau

Kamus Arkeologi

Page | 32

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

pigmen. Bentuk-bentuk yang digambarkan pada umumnya manusia, hewan, tumbuhtumbuhan, lambang, bentuk-bentuk abstrak, pemandangan, atau benda-benda tertentu.
Lukisan dinding yang digambarkan pada gua disebut lukisan gua, sedangkan yang dilukiskan
pada dinding bangunan disebut mural. (Lihat: Fresko, Mosaik, Oker, dan Pigmen)
Lubang, Cekungan dalam pada permukaan tanah, formasi alam, atau benda yang tidak
diikuti dengan penembusan. Nama lainnya liang.
Lorong, Jalan sempit yang diapit oleh tembok atau tebing formasi alam. Lorong juga dipakai
untuk menyebut jalan yang terletak di antara deretan rumah. (Lihat: Pagar)
Lontar, Tanaman dari keluarga palem (Borasus flabellifer) yang daunnya dimanfaatkan
sebagai media tulis (seperti halnya kertas) yang digunakan dengan cara mengguratnya.
Naskah pada daun lontar disebut keropak. Lontar dikenal juga dengan nama rontal atau
siwalan.
Lochet (Ing.), Hiasan kepala yang disisipkan di antara ikatan rambut. Bentuknya memanjang
berupa batang berujung runcing.
Lintel, Batang kayu atau blok batu yang terletak di bagian atas ambang pintu. Pada bangunan
candi biasanya berupa relief yang ditempatkan di bagian atas pintu atau penampil bangunan
candi. (Lihat: Pintu)
Lingga, Lambang dewa Siwa dalam agama Hindu berbentuk kemaluan lelaki (phallus).
Lingga terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian dasar berupa segi empat disebut brahmabhaga,
bagian tengah berbentuk segi delapan disebut wisnubhaga dan bagian puncak berbentuk bulat
panjang disebut siwabhaga. Walaupun jarang ditemukan, pada lingga acapkali dipahatkan
juga wajah dewa Wisnu, Brahma, Siwa, atau dewa-dewa lain yang berhubungan dengan
pemujaan Siwa. Dari jumlah wajah yang dipahatkan, lingga dapat dibedakan atas lingga
ekamukha, berwajah satu; lingga dwimukha, berwajah dua; lingga trimukha, berwajah tiga;
atau lingga caturmukha, berwajah empat. Pada umumnya lingga terbuat dari batu dan
diletakkan di atas yoni pada ruang dalam bangunan induk candi. Lingga yang hanya
mempunyai dua bagian saja, yaitu wisnubhaga dan siwabhaga serta tidak dilengkapi dengan
yoni disebut lingga semu. Lingga semu tidak pernah ditemukan bersama yoni, tetapi lebih

Kamus Arkeologi

Page | 33

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

banyak digunakan sebagai tanda batas atau tanda suatu kawasan yang disucikan. (Lihat:
Yoni)
Limbah, Sampah sisa industri atau kegiatan manusia yang tidak digunakan lagi. (Lihat:
Sampah)
Liang Lahat, Lubang tempat menguburkan manusia.(Lihat: Kuburan)
Lesung, Perkakas menumbuk yang memiliki lubang lonjong memanjang di bagian atas.
(Lihat: Lumpang dan Palung)
Lepa, Disebut juga plester, yaitu lapisan pelindung dinding yang terbuat dari campuran
semen, kapur, atau pasir. Sejenis lepa yang ditemukan pada bangunan candi sebagai
pelindung relief disebut bajralepa. Lepa yang terbuat dari tanah disebut daub.
Lencana, Hiasan dada berupa kalung yang digantungkan pada leher atau dikaitkan pada baju.
Lencana biasanya dibuat untuk memperingati suatu peristiwa, mewakili simbol-simbol
keagamaan, atau tanda dari anggota kelompok tertentu bagi pemakainya. (Lihat: Lambang
dan Medali)
Lembing, Senjata penusuk mirip tombak berupa tongkat kayu berujung runcing yang dipakai
dengan cara melempar. Lembing terdiri dari batang lembing dan mata lembing, tingginya
tidak melebihi ukuran tinggi manusia. Lembing yang panjangnya melebihi tinggi manusia
disebut tombak. Mata lembing atau tombak dapat terbuat dari batu, kayu, logam, atau tulang
yang diikatkan pada bagian ujung sebagai penusuk. Bilah mata lembing umumnya memiliki
dua tajaman bahkan sering dibuat bergerigi atau berkait. Lembing yang dihubungkan dengan
tali disebut harpun.
Lapisan Pengerasan, Lapisan tanah buatan pada bagian bawah pondasi bangunan berupa
tanah campuran yang dipadatkan untuk meningkatkan daya dukung terhadap bangunan.
Campuran ini bisa terdiri dari pasir, pecahan bata, lempung, atau batu-batuan. Disebut juga
tanah pengerasan. (Lihat: Pondasi)
Lapik, Alas suatu benda, disebut juga pedestal. Lapik pada arca yang berhiaskan pahatan
kelopak bunga teratai sebagai simbol kesucian dalam agama Budha dan Hindu disebut
padmasana. (Lihat: Alas).
Kamus Arkeologi

Page | 34

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Lantai, Permukaan tanah atau alas bangunan yang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan
manusia. Lantai bisa berupa sebidang tanah tanpa batas yang jelas, seperti lantai pada
bengkel pertukangan logam; sebuah bangunan seperti pelataran tempat menjemur padi; atau
susunan komponen bangunan dengan batas-batas yang dapat dilihat, seperti halnya ubin.
(Lihat: Maaiveldt, Ruang, dan Ubin)
Langit-langit, Penutup bagian atas ruangan yang merupakan bagian bawah atap. (Lihat:
Atap)
Lancipan, Alat dari batu atau tulang berbentuk runcing yang digunakan sebagai mata panah
atau penusuk.
Lampu, Alat penerangan yang menggunakan listrik atau gas sebagai sumber energi. (Lihat:
Pelita)
Lambang, Benda-benda, gambar, atau pahatan dari bentuk tertentu, huruf atau kata yang
mengandung makna. Lambang dapat berwujud susunan huruf atau kata, manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, unsur alam gunung, sungai, bulan, matahari, dsb., atau bentuk-bentuk
abstrak yang hanya dimengerti oleh masyarakat dan budaya pendukungnya. Nama lainnya
logo. (Lihat: Histogram)

Mumi, Jasad manusia yang diawetkan atau terawetkan sehingga masih memperlihatkan
wujud aslinya tanpa mengalami kerusakan yang berarti (tidak mengalami proses
pembusukan). Proses menjadikan mumi disebut mumifikasi.
Mumifikasi dapat berlangsung melalui serangkaian tindakan yang disengaja oleh manusia:
misalnya melalui pembalsaman, pengasapan, pengeringan, atau cara-cara lain yang
dimaksudkan untuk mengeluarkan cairan dari dalam tubuh serta mencegah proses penguraian
jaringan otot dan daging. Sedangkan mumifikasi secara alamiah biasanya terjadi pada
lingkungan yang panas dan dingin yang ekstrim dengan tingkat kelembaban rendah. Namun
Kamus Arkeologi

Page | 35

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

dalam kondisi istimewa di mana kadar oksigen dalam air sangat rendah, proses mumifikasi
dapat pula terjadi pada jasad-jasad organik yang tersimpan di dalamnya, seperti halnya pada
lingkungan rawa gambut yang sepanjang tahun tergenang air dan memiliki tingkat keasaman
(pH) di atas rata-rata sehingga tidak memungkinkan hidupnya bakteri pengurai.
Moseleum, Bangunan mirip rumah atau gedung tempat menyimpan jenazah. Moseleum
dapat berfungsi pula sebagai monumen, baik dalam hubungannya dengan keluarga orang
yang dimakamkan, kelompok sosial, atau negara. (Lihat: Kuburan dan Monumen)
Mosaik, Hiasan bidang yang tersusun dari kepingan-kepingan batu, kaca, atau keramik
berwarna. Susunan ini membentuk gambar dan pola tertentu.
Monumen, Ada dua pengertian yang dapat dihubungkan dengan monumen, yaitu relik
sejarah dan bangunan peringatan. Monumen sebagai relik sejarah dapat berupa benda-benda
bergerak atau tidak bergerak yang memiliki nilai sejarah bagi umat manusia. Dalam
pengertian ini situs sering pula disebut sebagai monumen. Adapun monumen sebagai
bangunan peringatan ialah bangunan-bangunan baru yang dibuat untuk memperingati suatu
peristiwa sejarah. Bangunan tersebut bisa berupa tugu, batu berukuran besar, tembok, atau
bentuk-bentuk lainnya. Jadi, pengertian dasar monumen harus dikaitkan dengan nilai
kesejarahannya.
Monolit, Batu berukuran besar yang dibentuk atau digunakan manusia untuk kepentingan
tertentu. Lumpang batu, batu tegak, peti kubur, atau arca yang terbuat dari sebuah batu
tunggal dapat termasuk monolit. (Lihat: Batu Tegak dan Megalit)
Miniatur, Tiruan bangunan atau benda yang dibuat dalam ukuran lebih kecil dibandingkan
dengan aslinya. (Lihat: Replika)
Minaret, Bagian bangunan mirip menara yang menjadi kelengkapan masjid atau gereja. Di
bagian puncaknya terdapat ruangan khusus yang digunakan untuk mengalunkan adzan pada
masjid atau menempatkan genta pada gereja. (Lihat: Menara)
Mimbar, Komponen bangunan atau mebel sejenis meja atau tempat duduk yang ditempatkan
di bagian muka ruangan. Mimbar biasanya digunakan sebagai tempat orang berpidato

Kamus Arkeologi

Page | 36

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Mikrolit, Alat potong, serut atau bor berukuran kecil yang terbuat dari batu dan berbentuk
geometrik (segitiga, persegi, trapesium, setengah lingkaran, dsb.).
Mihrab, Komponen bangunan berupa penampil atau relung pada masjid dan langgar yang
dihadapkan ke arah kiblat, yaitu kota Mekah tempat Kabah/Kabah berada. Mihrab hanya
diperuntukkan bagi imam, yaitu orang yang memimpin shalat berjamaah.
Mesiu, Bahan peledak berupa bubuk atau butiran-butiran, digunakan untuk melontarkan
peluru. Mesiu terbuat dari bahan-bahan kimia yang mudah bereaksi dengan panas atau api
sehingga menghasilkan tekanan udara berupa ledakan dalam waktu yang sangat singkat.
(Lihat: Peluru)
Meriam, Senjata berbentuk silindrik berukuran besar terbuat dari logam. Meriam kuno hanya
memiliki satu lubang untuk keluar masuknya peluru, sedangkan meriam modern memiliki
dua lubang yang salah satu di antaranya digunakan sebagai tempat untuk memasukkan
peluru, yaitu yang berada di belakang. Satu lubang lainnya yang berada di moncong dibuat
sebagai jalan keluarnyapeluru. Berdasarkan jenis peluru yang digunakan, meriam dapat
dibedakan atas meriam sulut dan meriam dengan peluru berselongsong. Meriam sulut ialah
jenis meriam kuno yang mesiu dan pelurunya dimasukkan melalui ujung laras. Peledakan
mesiu dilakukan dengan cara membakar sumbu melalui sebuah lubang kecil di bagian
pangkal meriam. Meriam sulut disebut juga meriam sundut. Adapun meriam dengan peluru
berselongsong ialah meriam yang peluru dan mesiunya telah disatukan dalam sebuah wadah
sehingga memudahkan penggantiannya. Selongsong berpeluru itu dimasukkan lewat sebuah
lubang di bagian pangkal (belakang) meriam dan diledakkan melalui pemicu. Meriammeriam modern termasuk jenis ini. (Lihat: Peluru dan Selongsong)
Menhir, Batu tegak berlatar tradisi megalitik yang merupakan objek pemujaan. Pada
umumnya ditancapkan dalam posisi berdiri, walau ada pula yang terlentang. Jenis menhir
terlentang ini di Sumatera disebut batu mayat, batu bedil, atau batu meriam. (Lihat: Batu
Tegak)
Menara Sudut Candi, Replika bangunan candi yang ditempatkan pada sudut-sudut atap
sebagai unsur hiasan. (Lihat: Kemuncak)

Kamus Arkeologi

Page | 37

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Menara, Bangunan dengan konstruksi meninggi mirip tugu. Di bagian atas menara sering
terdapat ruangan yang digunakan untuk menampung kegiatan-tertentu. (Lihat: Minaret dan
Tugu)
Menapo (Jmb.), Gundukan tanah membukit berisi reruntuhan bangunan atau tinggalan
purbakala. Nama lainnya antara lain gumuk, bukit batu, tanah tumbuh, atau unur. (Lihat:
Reruntuhan)
Megalit, Batu-batu berukuran besar yang digunakan atau dibuat oleh manusia untuk
kepentingan pemujaan pada tradisi megalitik. Batu-batu ini dapat merupakan bentukan alam
atau sengaja dibentuk menjadi menhir, kubur batu, peti batu, atau dolmen. (Lihat: Monolit)
Medali, Tanda penghargaan yang diberikan oleh negara atau organisasi kepada seseorang
atau kelompok atas jasa-jasa dan prestasinya. Medali terbuat dari lempengan logam dan
memiliki keterangan tentang negara, kerajaan, atau raja yang mengeluarkannya. Selain itu,
juga gambar, lambang, serta peristiwa yang diperingati. Kadang-kadang medali menyertakan
angka tahun, walaupun jarang. Medali berukuran besar disebut medalion, sedangkan yang
berukuran kecil disebut medalet. Istilah medalion juga digunakan untuk menamakan hiasan
berbentuk bundar berukuran besar mirip medali. Kata lain dari medali adalah bintang, medal,
pening, atau tanda jasa. (Lihat: Lencana)
Mebel, Perabot rumah tangga seperti meja, kursi, lemari, atau dipan. (Lihat: Perabot)
Masjid, Bangunan keagamaan umat Islam. Masjid berdenah segi empat bujur sangkar atau
empat persegi panjang. Biasanya memiliki serambi, mihrab, mimbar, serta tempat untuk
mengambil air wudhu. Masjid-masjid di Indonesia dan Asia Tenggara sering dilengkapi
dengan beduk. Masjid ada yang mempunyai minaret atau menara dan ada pula yang tidak.
Nama lain dari masjid adalah mesigit, masigit, meuseugit, atau mesigi. Disebut juga
mesjid.Sejenis masjid berukuran kecil untuk menampung jumlah jemaah dalam jumlah
terbatas dan tidak memiliki minaret disebut mushala. Mushala memiliki mihrab, beduk, serta
tempat mengambil air wudhu seperti halnya masjid, walaupun kadang-kadang lebih
sederhana karena hanya berupa sebuah ruangan. Di Indonesia mushala tidak pernah
digunakan sebagai tempat melakukan shalat Jumat kecuali untuk keperluan peribadatan
sehari-hari atau mengaji. Nama lain dari mushala adalah langgar atau surau. (Lihat: Mihrab,
Minaret, dan Serambi)
Kamus Arkeologi

Page | 38

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Mangkuk, Wadah terbuka bermulut lebar dan berbadan cembung. Bagian dasarnya
berukuran jauh lebih kecil dibandingkan bagian mulut, sering memiliki kaki rendah yang
melingkar. Mangkuk berukuran besar disebut basi. (Lihat: Pasu)
Manik-manik, Butiran-butiran kecil yang terbuat dari biji-bijian, kulit telur, merjan, kerang,
tulang, gading, kaca, logam, atau batuan yang diberi lubang dan diuntai sebagai perhiasan.
Manik-manik berwarna merah kecoklatan atau jingga kusam berukuran relatif kecil sering
disebut mutisala. (Lihat: Perhiasan)
Makara, Hiasan berbentuk ikan berkepala gajah yang dimaksudkan sebagai penolak bala.
Sering dijumpai pada bangunan candi, khususnya pada pipi tangga, gapura, pintu, relung, dan
pancuran air sebagai hiasan. (Lihat: Kala dan Pancuran)
Mahkota Atap, Puncak bangunan, sering dibentuk sebagai hiasan atau diberi hiasan.
Mahkota atap pada masjid disebut momolo, memolo, atau mustoko dan biasanya terbuat dari
gerabah. (Lihat: Kemuncak)
Mahkota, Hiasan kepala serupa topi yang dipakai oleh raja atau ratu sebagai lambang
kekuasaan, umumnya terbuat dari logam. Sejenis mahkota yang dilingkarkan pada kepala dan
terbuka bagian atasnya disebut diadem atau tiara. (Lihat: Topi)
Maaiveldt (Bld.), Lantai tanah kuno yang tertimbun di bawah permukaan tanah sekarang.
Maaiveldt dihubungkan dengan bukti kehadiran pemukiman kuno dan oleh karena itu banyak
mengandung temuan arkeologi dari masa yang diwakilinya. Nama lainnya ialah subsurface.
(Lihat: Lantai)

Nisan, Benda kubur yang diletakkan di bagian atas makam sebagai tanda. Bentuknya
bermacam-macam sesuai dengan agama dan kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan, atau
sistem klasifikasi sosial yang berlaku di dalam kelompok budaya masyarakat pembuatnya.
Pada nisan sering dicantumkan jati diri orang yang dimakamkan, seperti nama, tanggal lahir,
Kamus Arkeologi

Page | 39

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

dan tanggal kematiannya. Nisan dapat ditancapkan dalam posisi tegak atau diletakkan secara
membujur di atas makam. (Lihat: Kuburan)
Nekara, Gendang besar terbuat dari perunggu dengan bidang pukul yang lebar dan
berpinggang mengecil (a). Nekara umumnya dibuat pada masa prasejarah, khususnya
kebudayaan Dong Son yang berkembang di Cina Selatan dan Asia Tenggara 1000 s.d. 500
tahun SM. Pada nekara sering ditemukan hiasan-hiasan berupa geometris, zoomorfik,
manusia, perahu, topeng, hewan motologis, dan sebagainya. Sebagai alat tabuh, nekara
digunakan pada upacara-upacara keagamaan yang dihubungkan dengan bunyi-bunyian.
Nekara berukuran kecil dan bertubuh ramping yang banyak ditemukan pada wilayah
Indonesia Bagian Timur disebut moko (b). Moko dibuat hingga jauh ke masa sejarah,
beberapa diantaranya dibuat di Jawa namun diperdagangkan ke wilayah itu. (Lihat: Tambur)
Naskah, Karya tulis yang tidak diterbitkan atau belum diterbitkan. Media yang digunakan
umumnya terbuat bahan-bahan organik seperti kertas, kulit, daun, tanduk, tulang, atau
bambu. Naskah dapat memuat cerita, ajaran, pernyataan-pernyataan politik, dsb. (Lihat:
Piagam dan Prasasti)
Nampan, Wadah logam atau kayu berbentuk pipih tempat meletakkan makanan dan
minuman. Bentuknya bermacam-macam, pada umumnya memiliki bidang datar di bagian
tengah dengan sisi-sisi yang meninggi. Nama lainnya ialah talam atau baki.

Obor, Sejenis pelita yang berbentuk memanjang dan dipegang di bagian pangkalnya. Obor
dapat juga berupa batang kayu atau bambu tanpa sumbu yang dibakar ujungnya, mirip lilin,
tetapi memiliki sumbu untuk dibakar. (Lihat: Lampu dan Pelita)
Oker, Sejenis tanah liat yang terjadi sebagai akibat proses oksidasi mineral logam tertentu
sehingga menghasilkan warna-warna seperti putih, cokelat, merah, atau jingga. Oker
digunakan sebagai bahan pewarna pada industri tembikar, lukisan dinding, atau gambargambar pada benda etnografis. Nama lainnya limonit. (Lihat: Lukisan Dinding)
Kamus Arkeologi

Page | 40

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Pundi-pundi, Kantong terbuat dari tekstil atau kulit untuk menyimpan uang. Pundi-pundi
memiliki tali melingkar di bagian mulut yang berfungsi sebagai pengikat. (Lihat: Dompet)
Punden, Bangunan berundak yang terdiri dari sejumlah teras disusun bertingkat meninggi ke
atas. Bangunan pemujaan ini mulai dikenal sejak masa prasejarah, khususnya di bawah
pengaruh tradisi megalitik. (Lihat: Bangunan Berundak)
Proyektil, Benda-benda tajam yang dilontarkan. Anak sumpit, anak panah, atau peluru
senjata api dapat disebut sebagai proyektil. (Lihat: Panah, Peluru, dan Sumpit)
Profil, Bentuk samping atau sisi dari suatu benda atau bangunan. Profil pada bangunan candi
terbentuk dari rangkaian pelipit. (Lihat: Pelipit)
Prasasti, Benda bertulis berisikan pesan atau pernyataan-pernyataan yang bukan cerita.
Prasasti dapat terbuat dari batu, kayu, atau logam dan sering sehubungkan dengan peringatan
suatu peristiwa atau hal-hal yang bersifat politis. (Lihat: Piagam, Inskripsi, dan Yupa)
Pot, Wadah terbuka untuk menanam bunga. Biasanya terbuat dari keramik atau kayu dan
berukuran relatif tidak besar sehingga mudah dipindah-pindahkan. (Lihat: Vas)
Pondasi, Istilah lainnya adalah fondamen, yaitu bagian bangunan yang tertanam di dalam
tanah berfungsi sebagai penyangga dinding atau tiang. Bentuk pondasi disesuaikan dengan
denah bangunan. (Lihat: Bangunan dan Struktur)
Pistol, Senjata api genggam berlaras pendek. Mudah dibawa karena ukurannya kecil dan
ringan. Peluru pistol tersimpan dalam sebuah wadah bernama magasin yang ditempatkan di
dalam atau di luar gagang. (Lihat: Peluru, Revolver, Senapan, dan Senjata Api)
Pise (Ing.), Tembok bangunan, khususnya rumah, yang terbuat dari tanah yang tidak dibakar
atau dibentuk seperti halnya bata atau adobe. Tembok ini dihasilkan dengan cara menumpuk

Kamus Arkeologi

Page | 41

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

campuran tanah liat basah dan dibiarkan sampai kering oleh hembusan angin dan sinar
matahari. (Lihat: Adobe dan Bata)
Pisau, Senjata atau alat genggam terbuat dari logam atau batu berbentuk pipih dengan satu
atau kedua sisinya diasah tajam. Ujungnya meruncing dan memiliki tangkai. Kegunaan ujung
yang meruncing ini untuk menusuk, sedangkan sisi tajamnya untuk memotong ataupun
menyayat. Biasanya pisau berukuran pendek dan ringan sehingga mudah dibawa-bawa.
(Lihat: Pedang dan Parang).
Piring, Wadah terbuka bermulut besar terbuat dari keramik atau kayu dengan tepian melebar
dan dasar yang rata. Umumnya piring memiliki kaki yang rendah, walaupun ada pula yang
tidak berkaki. Piring memiliki cekungan di bagian tengahnya sebagai tempat menampung
makanan.
Berdasarkan bentuknya tipe piring dapat dibedakan menjadi plate, soucer, dan dish. Dalam
Bahasa Indonesia plate disebut piring ceper. Cekungannya rendah dan datar dengan bibir
melebar yang juga dibuat mendatar. Dish lebih dikenal sebagai piring makan, permukaannya
cekung mirip mangkuk walaupun tidak terlalu dalam. Bibirnya melebar dan membentuk
sudut. Soucer lazim disebut piring buah. Jenis piring ini tingginya relatif rendah dan tidak
memiliki bibir. Soucer ada yang berkaki ada pula yang tidak. Kakinya dibuat rendah seperti
jenis-jenis piring lainnya. Piring berukuran besar disebut pinggan. Pada bagian dasar piring
sering ditemukan informasi tentang nama perusahaan pembuatnya.
Piramid, Bangunan limas berpuncak meruncing dengan bagian dasar berdenah bujur
sangkar. Sejenis piramid yang puncaknya dibuat mendatar disebut piramid terpancung.
Pipisan, Alat penghalus atau pelumat bahan ramuan, pada umumnya terbuat dari batu,
berbentuk persegi, dan memiliki permukaan cekung di bagian atasnya. Pipisan digunakan
bersama dengan gandik dalam proses penghalusan. Nama lain untuk alat ini ialah batu giling,
batu bore, atau mortar, sedangkan nama lain gandik antara lain pastle. (Lihat: Cobek dan
Gandik)
Pipa, Alat penghisap tembakau atau benda-benda berbentuk silindrik dengan lubang di
tengahnya. Pipa sebagai alat penghisap tembakau terdiri dari sebuah batang untuk menghisap

Kamus Arkeologi

Page | 42

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

dan ruang pembakaran yang terletak di bagian ujung batang. Pipa semacam itu disebut juga
cangklong.
Pipa dalam pengertian kedua adalah alat untuk menyalurkan benda-benda padat, cair, atau
gas melalui lorong yang tidak berhubungan dengan lingkungannya.
Pintu, Komponen bangunan berupa lubang yang berfungsi sebagai jalan keluar-masuk
menuju ke ruang-ruang yang dipisahkan oleh pembatas, dapat berupa tembok, dinding, atau
pagar.
Pintu memiliki bagian-bagian yang disebut bingkai pintu dan daun pintu. Daun pintu
dipasangkan pada bingkai pintu dan berfungsi sebagai penutup lubang pada dinding sekaligus
menjadi batas antara bagian dalam dan bagian luar ruangan. Namun, ada pula pintu yang
tidak memiliki kedua unsur ini kecuali lubang pada dinding.
Pada bangunan kuno dan tradisional sering ditemukan ambang pintu sebagai tempat
kedudukan bingkai pintu. Pada bangunan tradisional yang daun pintunya tidak memiliki
engsel, ambang pintu digunakan sebagai kedudukan daun pintu.
Pintu yang tidak memiliki lubang disebut pintu semu, sifatnya hanya sebagai hiasan
walaupun memiliki ciri-ciri layaknya sebuah pintu. Pintu berukuran besar yang menjadi
bagian dari pagar disebut pintu gerbang. (Lihat: Gapura)
Pin, Alat penjepit terbuat dari logam, kayu, atau bambu berbentuk dua bilah pipih yang
menyatu pada salah satu ujungnya. Semacam jarum berhias yang disematkan pada pakaian
juga disebut pin. Lihat: Bros dan Perhiasan)
Piktograf, Gambar yang memiliki makna. Susunan piktograf tidak menghasilkan kalimat
melainkan cerita. (Lihat: Histogram dan Huruf)
Pigmen, Bahan pewarna berupa bubuk yang terbuat dari hancuran mineral sehingga hampir
tidak pernah pudar walaupun terkena pengaruh cuaca dalam jangka waktu lama. (Lihat:
Oker)

Kamus Arkeologi

Page | 43

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Piala, Wadah serupa tempat minum berkaki tinggi, pada umumnya terbuat dari logam.
Dalam arti sempit piala sering diartikan sebagai benda penghargaan yang dihadiahkan atas
dasar suatu pencapaian prestasi, terutama yang berkaitan dengan olahraga.
Piagam, Pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh raja, pemerintah, atau lembaga-lembaga
resmi non-pemerintah lainnya. Piagam dapat ditulis pada kayu, bambu, keramik, atau logam.
(Lihat: Prasasti)
Petirtaan, Bangunan sejenis kolam atau mata air yang dianggap sakral oleh umat Hindu dan
Buddha sebagai tempat pengambilan air suci. (Lihat: Kolam)
Peti Kubur, Peti yang digunakan sebagai tempat menyimpan jenazah manusia. Disebut juga
sarkofagus. (Lihat: Bilik batu)
Peti, Wadah terbuat dari kayu, logam, atau batu berukuran relatif besar yang digunakan untuk
menyimpan barang. Biasanya berbentuk persegi empat dan mempunyai tutup di bagian atas.
(Lihat: Bilik Batu, Kotak, dan Peti Kubur)
Pertapaan, Bangunan, bagian bangunan, ruangan atau formasi alam yang digunakan
manusia untuk melakukan meditasi.
Persembahan Kubur, Benda alam atau artefak yang diperuntukkan bagi seseorang yang
telah mati dan dikubur sebagai manifestasi hubungan batin dengan kerabat yang masih hidup.
Persembahan kubur bisa diberikan berulang kali tanpa batas waktu yang pasti, misalnya
bunga atau dupa. (Lihat: Benda Kubur)
Perkakas, Sekelompok alat yang memiliki hubungan fungsional dalam suatu sistem dan
harus digunakan secara bersamaan. Misalnya perkakas menulis yang terdiri dari pena,
penghapus, dan buku. (Lihat: Alat)
Periuk, Wadah tertutup berbentuk membulat dengan leher mengecil, mulut melebar, dan
dasar cembung tidak berkaki. Biasanya terbuat dari tembikar. Periuk berukuran besar yang
berdiameter di atas 25 cm biasanya disebut kuali.
Perisai, Alat pertahanan terbuat dari lembaran kayu, rotan atau logam untuk melindungi
badan. Berdasarkan komponennya perisai dibagi menjadi dua unsur; yaitu tangkai, yang

Kamus Arkeologi

Page | 44

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

terletak di bagian belakang sebagai pegangan, dan bidang pelindung yang terletak di bagian
muka untuk menahan serangan. Perisai dipergunakan dengan cara digenggam tangan. Nama
lain perisai ialah tameng.
Peripih, Wadah batu atau keramik yang ditempatkan di dasar sumuran bangunan candi
Hindu atau Budha. Wadah ini dapat berupa kotak atau bejana, di dalamnya tersimpan bendabenda persembahan berupa batu permata, logam mulia, abu, cermin, inskripsi, atau biji-bijian
yang ditujukan untuk pemujaan dewa-dewa tertentu. Jumlah lubang pada peripih umumnya
ganjil, dari satu s.d sembilan atau bahkan lebih. Peripih berlubang sembilan disebut peripih
nawasanga. (Lihat: Candi dan Sumuran)
Perigi, Lubang yang dibuat menembus permukaan tanah hingga lapisan yang mengandung
air. Perigi tergolong sumber air artifisial. Nama lain dari perigi adalah sumur. Tepian perigi
dapat diperkuat dengan susunan bata seperti lazimnya sebuah bangunan, atau susunan bahanbahan berbentuk silendrik terbuat dari terrakotta atau semen. (Lihat: Jobongan dan Lubang)
Perhiasan, Benda-benda alam atau artefak yang digunakan untuk meningkatkan kecantikan
seseorang atau nilai estetika pakaian. Disebut juga aksesori.
Perekat, Bahan alam atau sintetik yang digunakan untuk melakukan perekatan. Perekat
benda sering disebut lem (glue) sedangkan pada bangunan permanen disebut semen (mortar).
Perapian, Tempat pembakaran terbuka yang berada di atas atau sedikit di bawah permukaan
tanah. Perapian tidak memiliki dinding tertutup yang dapat menghasilkan panas tinggi seperti
halnya tungku. (Lihat: Tungku)
Perahu, Alat transportasi air sejenis sampan tetapi berukuran lebih besar sehingga dapat
menampung banyak orang dan barang. Perahu dapat ditemukan baik di sungai, danau,
maupun laut dan digerakkan dengan layar, dayung, mesin, atau kombinasi di antaranya.
(Lihat: Kapal, Rakit, dan Sampan)
Komponen perahu biasanya dapat terdiri dari:
1. Lunas, batang-batang kayu atau logam yang berada di bagian tengah yang merupakan inti
struktur kerangka perahu tempat bersatunya rusuk dan lambung. Lunas pada umumnya dibuat

Kamus Arkeologi

Page | 45

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

lebih menonjol sehingga memiliki kemampuan untuk membelah air, panjang lunas
menentukan pula panjang perahu secara keseluruhan.
2. Rusuk, batang-batang kayu atau logam yang membentuk sisi-sisi perahu. Disebut juga
gading-gading
3. Sirip, lembaran kayu atau logam di bagian bawah belakang perahu yang berfungsi sebagai
pengarah jalannya perahu
4. Tiang layar, batang kayu atau logam yang berdiri di tengah perahu sebagai tempat
menambatkan layar.
5. Layar, tekstil atau tikar yang ditambatkan pada tiang untuk menangkap angin. Terbuat dari
tekstil, anyaman kulit kayu atau rotan
6. Dayung, alat pengayuh yang digunakan untuk memberikan daya dorong kepada perahu.
Dayung memiliki dua bagian, yaitu penyibak berbentuk melebar dan tangkai yang berfungsi
sebagai gagang.
7. Dinding kapal, susunan papan kayu yang membentuk badan kapal. Susunan papan ini
disambung menggunakan pasak, paku, sekrup dan baut, atau tali.
8. Tumbuktu, tonjolan pada papan perahu kayu yang digunakan untuk mengikat papan-papan
dinding perahu atau antara dinding perahu dengan gading-gading. Hanya ditemukan pada
perahu-perahu kuno atau perahu tradisonal yang masih menggunakan sistem kuno.
Perabuan, Bangunan atau permukaan tanah yang berfungsi sebagai tempat pembakaran
jenazah, disebut juga krematorium.
Perabot, Sekelompok barang atau alat yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan dan fungsi
tertentu yang saling berhubungan. Misalnya perabot pertukangan, perabot rumah tangga,
perabot dapur, dsb. Disebut juga perlengkapan. (Lihat: Perkakas)
Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Hasil karya manusia berupa benda atau fitur yang
berumur 50 tahun atau mewakili langgam yang berumur lebih dari 50 tahun, serta dianggap
mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Termasuk di

Kamus Arkeologi

Page | 46

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

dalamnya benda-benda alam yang berkaitan dengannya.Peninggalan sejarah dan purbakala


disebut juga sebagai benda cagar budaya.
Peninggalan purbakala masa prasejarah mempunyai sifat anhistorik, artinya tidak dapat
dikaitkan dengan peristiwa sejarah tertentu. Pengertian untuk peninggalan historik ialah
objek-objek yang dapat dikaitkan atau mempunyai kaitan langsung dengan peristiwa sejarah.
Sejarah sendiri bukanlah sekadar masa lalu tetapi lebih daripada itu, yaitu masa lalu yang
terekam baik melalui gambar, tulisan, atau ingatan dan merupakan sebuah rangkaian
peristiwa. (Lihat: Relik)
Penginangan, Sejenis nampan atau bokor yang berfungsi sebagai tempat meletakkan
perangkat menyirih. Terdiri dari wadah penyimpan daun sirih, wadah penyimpan kapur,
wadah

penyimpan

pinang,

dan

wadah-wadah

lain

yang

berhubungan

dengan

menginang/menyirih. (Lihat: Tempolong)


Penggiling, Perkakas yang digunakan untuk melumatkan atau menghancurkan bahan-bahan
tertentu menjadi lembut melalui proses penggilingan. Salah satu atau beberapa bagian dari
perkakas ini ada yang dapat bergerak berputar untuk melakukan penggilingan, biasanya
berbentuk bulat atau bundar. Bagian lain yang permukaannya datar digunakan sebagai tempat
menampung bahan-bahan yang digiling. Penggiling dibuat dari bahan-bahan yang keras
seperti logam, kayu, keramik, atau batu.
Pengikat Rambut, Perhiasan atau alat praktis yang berfungsi untuk mengikat rambut, terbuat
dari kulit, logam, tekstil, atau bahan asahan.
PENETAK, Alat pemukul dalam industri batu yang digunakan untuk memecah batuan.
(Lihat: Martil Batu)
Penatap, Alat pemukul terbuat dari kayu dengan permukaan datar. Dalam industri keramik
digunakan bersama pelandas untuk membentuk wadah. Pada umumnya penatap
berpenampang pipih dan memiliki tangkai. Penatap yang diberi ukiran menghasilkan
permukaan keramik yang berhias. Disebut juga paddle. (Lihat: Pelandas)
Penampil, Bagian bangunan yang menjorok keluar dari dinding. (Lihat: Mihrab)
Pemandian, Bangunan air menyerupai kolam yang dibuat untuk keperluan mandi.
Kamus Arkeologi

Page | 47

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Pemakaman, Sebidang tanah yang dipakai untuk menempatkan sebuah atau lebih makam.
(Lihat: Kuburan dan Moseleum)
Peluru, Alat pembunuh yang dilontarkan dengan bantuan mesiu dari senjata api. Peluru dapat
dibedakan atas dua jenis, yaitu yang berselongsong dan tidak berselongsong.Peluru
berselongsong adalah jenis peluru yang terpasang pada sebuah wadah berisi mesiu. Mesiu
meledak setelah terjadi lontaran api penggalak (fuse) akibat hantaman pemicu senjata api,
tekanan yang terjadi di dalam selongsong akan mendorong proyektil (anak peluru) lepas dari
selongsong. Peluru tak berselongsong, ialah jenis peluru yang tidak terpasang pada wadah
mesiu. Peluru tersebut dimasukkan pada laras senjata yang sebelumnya telah lebih dahulu
diisi mesiu dan diledakkan melalui pembakaran langsung. Termasuk dalam jenis ini ialah
peluru-peluru senjata angin. Proyektil dapat terbuat dari batu atau logam. Batu hanya
digunakan pada senjata api jenis meriam sundut kuno. (Lihat: Mesiu, Projektil, dan
Selongsong)
Peluit, Alat bunyi-bunyian tiup dengan nada tunggal berbentuk tabung atau pipa. Peluit
memiliki rongga pipih di bagian pangkal yang menghasilkan bunyi nyaring bila ditiup.
Tinggi rendahnya nada dipengaruhi oleh ukuran rongga kosong di bagian belakang dan lebar
sempitnya ukuran rongga pipih. (Lihat: Suling)
Pelita, Alat penerangan yang menggunakan minyak, lemak hewan, atau getah tumbuhtumbuhan sebagai sumber energi. Pelita biasanya dibuat berupa wadah dengan satu atau lebih
sumbu. Cahaya pelita diperoleh dengan cara membakar sumbu sehingga menghidupkan api
sebagai sumber penerangan. (Lihat: Lampu dan Obor)
Pelipit, Unsur permukaan dinding bangunan yang membentuk profil. Susunan pelipit secara
vertikal disebut perpelipitan. (Lihat: Dinding dan Profil)
Pelinggih (Bali), Susunan batu atau bangunan yang terdiri dari sebuah alas dan sebuah
sandaran mirip kursi, digunakan dalam upacara pemujaan. Pelinggih banyak ditemukan
dalam kompleks pura di Bali, baik yang berlatar agama Hindu maupun Buddha. Selain itu
pelinggih dalam bentuk sederhana juga ditemukan pada situs-situs prasejarah berupa susunan
batu mirip kursi. Disebut juga tahta batu atau stone seat. (Lihat: Kursi)

Kamus Arkeologi

Page | 48

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Pelataran, Bangunan datar mirip lantai dengan batas-batas yang jelas. Pelataran dapat
merupakan bagian dari halaman atau bangunan yang khusus dibuat untuk menampung suatu
aktivitas. (Lihat: Halaman)
Pelandas, Alat pembentuk wadah keramik yang digunakan bersama penatap. Bentuknya
bermacam-macam, ada yang menyerupai cendawan, bulat telur, sampai bulat. Untuk
memudahkan perajin kadang-kadang pelandas diberi tangkai agar dapat menjangkau bagianbagian wadah yang dalam. Pelandas terbuat dari keramik, kayu, atau batu. Disebut juga anvil.
(Lihat: Penatap)
Pelana, Tempat duduk tanpa sandaran yang ditempatkan pada punggung binatang
tunggangan. Terbuat dari kulit maupun kayu. Pelana dapat dilengkapi dengan sanggurdi
sebagai tumpuan kaki. (Lihat: Sanggurdi)
Pedupaan, Perlengkapan upacara berupa wadah untuk membakar dupa. Pembakaran dupa
pada jenis pedupaan berupa wadah terbuka bisanya dilakukan langsung di bagian atas wadah.
Sedangkan pada jenis wadah yang tertutup, terdapat ruangan khusus yang disediakan untuk
pembakaran dupa di mana asap hasil pembakaran akan keluar melalui lubang-lubang yang
disediakan pada tutup. (Lihat: Dupa)
Pedang, Senjata genggam sejenis pisau berbilah panjang, ramping, bermata runcing dengan
tajaman berada di satu atau kedua belah sisinya. Lebar bilah pedang umumnya sama, kecuali
bagian ujung yang meruncing. Bentuknya dapat lurus atau melengkung. Kegunaan utama
pedang adalah untuk menebas, memotong, dan menusuk. (Lihat: Pisau, Parang, dan Senjata)
Pecahan, Potongan atau kepingan benda padat yang terlepas dari benda asalnya sebagai
akibat dari proses pemisahan.
Patok, Pemancang atau tonggak berukuran kecil yang ditancapkan atau ditanamkan pada
tanah.
Pasu, Wadah mirip mangkuk terbuat dari keramik, kayu, atau logam. Pasu bermulut besar
dengan bagian dasar rata atau cembung dan tidak berkaki. Pasu yang berdasar rata umumnya
memiliki ukuran lingkar mendekati ukuran bagian mulut. (Lihat: Mangkuk)

Kamus Arkeologi

Page | 49

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Pasak, Batang bambu, kayu, atau logam yang digunakan untuk menyambung benda-benda
padat seperti halnya paku. Pasak digunakan dengan cara menghujamkannya ke dalam lubang
pada salah satu benda hingga menembus benda lain di belakangnya. Pasak tidak memilki
bidang datar melebar di bagian pangkal seperti paku dan tidak pula harus meruncing
ujungnya. (Lihat: Paku dan Patok)
Parit, Saluran air tanpa tutup yang letaknya lebih rendah dari pada permukaan tanah. Parit
yang dibuat mengelilingi suatu bidang tanah atau wilayah disebut parit keliling (moat).
(Lihat: Saluran Air)
Parang, Sejenis pisau panjang berbilah lebar, hanya satu sisinya saja yang tajam. Fungsi
utama parang dimaksudkan untuk memotong, menebas, dan membelah. (Lihat: Pedang dan
Pisau)
Panggung, Bangunan atau lantai yang letaknya lebih tinggi dibandingkan sekitarnya untuk
memudahkan orang banyak menyaksikan kegiatan-kegiatan atau orang-orang yang ada di
atasnya. Panggung disebut juga pentas. Panggung berukuran kecil untuk berpidato atau
memimpin upacara disebut podium. (Lihat: Rumah)
Panil, Bidang datar pada dinding atau tembok yang dibatasi oleh bingkai. Pada bangunan
candi, panil sering digunakan sebagai tempat dipahatkannya relief. (Lihat: Bingkai dan
Relief)
Pancuran, Bangunan atau unsur bangunan yang berfungsi untuk menyemburkan air dari
tempat yang tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah. Sejenis pancuran yang bentuknya
mirip makara pada bangunan candi atau kolam air masa Hindu-Budha disebut jaladwara.
Adapun jenis pancuran yang mengambil bentuk arca disebut arca pancuran. (Lihat: Air
Mancur dan Makara)
Palung, Sejenis lesung terbuat dari batu yang memiliki lubang lonjong memanjang di bagian
atas. Palung batu merupakan peninggalan tradisi megalitik. Selain fungsi praktisnya sebagai
perkakas untuk menumbuk, palung diduga digunakan pula sebagai tempat menyimpan
tulang-tulang manusia. (Lihat: Lesung)
Paleolansekap, Bentang alam atau permukaan lahan (morfologi) kuno hasil bentukan
manusia. Teras-teras pada lereng bukit sisa sawah berundak berumur ratusan tahun dapat juga
Kamus Arkeologi

Page | 50

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

disebut paleolansekap. Demikian pula dengan bentang alam kawasan kota dan desa yang
terbentuk sebagai hasil kegiatan manusia membuat jaringan sanitasi, perataan tanah,
penimbunan tanah, pemotongan tanah, berikut semua bangunan yang berdiri di atasnya.
Paku, Benda logam berujung runcing dengan bagian pangkal melebar sebagai bidang pukul.
Paku digunakan sebagai penyambung dan penahan kedudukan dua atau lebih benda padat
dengan cara menghunjamkannya hingga menembus benda-benda yang akan disambung.
(Lihat: Pasak)
Pakaian, Tekstil atau kulit hewan yang digunakan untuk menutup tubuh. Pakaian dapat
terdiri dari unsur-unsur yang berlainan, misalnya baju, celana, atau sarung. Ikat kepala, topi,
atau ikat pinggang tidak termasuk pakaian tetapi asesori karena hanya berfungsi sebagai
pelengkap. (Lihat: Perhiasan dan Tekstil)
Pahatan, Benda-benda yang dihasilkan melalui pemahatan. Hasilnya tidak sehalus ukiran
karena dibentuk dengan menggunakan alat-alat berukuran relatif besar dengan cara memecah
atau menyerpih kayu dan batu yang menjadi bahannya. (Lihat: Ukiran)
Pahat, Alat logam atau batu yang digunakan untuk membentuk benda-benda padat dengan
cara menetak, menyerpih, atau memahat. Biasanya pahat berbentuk persegi empat panjang
dan memiliki ujung menyempit dengan tajaman yang terjal. Untuk memudahkan
pemakaiannya, pangkal pahat biasanya diikatkan atau ditancapkan pada tangkai kayu.
Pagar, Bangunan maupun susunan bahan bangunan yang menjadi batas suatu wilayah.
Berdasarkan jenisnya pagar dapat dibedakan atas pagar halaman dan pagar keliling. Pagar
halaman ialah pagar yang dibangun pada halaman untuk membedakan ruang-ruang yang ada
di bagian dalam menurut fungsinya. Pagar keliling ialah pagar lingkar yang mengelilingi
sebidang tanah. Pada candi, fungsi pagar ialah sebagai batas antara daerah sakral (suci) dan
profan (tidak suci). Jumlahnya tidak selalu sama, ada yang memiliki satu pagar keliling saja
dan ada pula yang lebih. Pagar berbentuk tembok yang letaknya berhadapan dengan dinding
bangunan sehingga menghasilkan lorong disebut pagar langkan atau balustrade. (Lihat:
Candi)

Kamus Arkeologi

Page | 51

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Rumah, Bangunan tempat tinggal manusia. Dapat bersifat permanen ataupun semi
permanen. Sejenis rumah yang berdiri di atas tiang disebut rumah panggung, sedangkan yang
dibangun di atas susunan batang kayu atau bambu pada permukaan air disebut rumah apung
atau rumah rakit. Nama khusus untuk rumah yang dibuat dengan gaya arsitektur tradisional
disebut rumah tradisional. (Lihat: Bangunan)
Ruangan, Bagian bangunan yang dikelilingi dinding atau pembatas lain yang berfungsi
sebagai dinding. (Lihat: Bangunan dan Dinding)
Ruang, Sebidang tanah pada permukaan bumi atau unsur bangunan yang dapat dihubungkan
dengan aktivitas manusia. (Lihat: Lantai dan Rongga)
Rongga, Lubang pada permukaan benda, bangunan, atau formasi alam berukuran tidak
terlalu besar.
Roda Pemutar, Alat bantu dalam proses pembuatan keramik. Roda pemutar terdiri dari dua
bagian utama yaitu cakram (disc) yang berbentuk bulat pipih dan datar tempat diletakkannya
tanah liat, dan poros (pivot) yang terletak di tengah-tengah cakram. Cakram berputar pada
poros sehingga menghasilkan gerak sentrifugal yang memudahkan perajin memperoleh
bentuk membulat teratur, disebut juga pelarikan. (Lihat: Roda)
Roda, Benda berbentuk bundar melingkar pada kendaraan yang digunakan untuk
memudahkan pergerakan. Dijumpai antara lain pada sepeda, mobil,truk, atau pesawat
terbang. Roda berputar pada sebuah poros yang tetap kedudukannya. Nama lain roda adalah
jentera.
Revolver, Senjata api genggam dengan tempat peluru berbentuk silinder yang dapat berputar.
(Lihat: Pistol dan Senapan)

Kamus Arkeologi

Page | 52

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Reruntuhan, Sisa-sisa bangunan atau formasi alam yang runtuh dan terurai hingga
kehilangan bentuk aslinya.
Replika, Benda atau bangunan tiruan, berukuran sama, lebih kecil atau lebih besar dari pada
model yang ditiru. (Lihat: Miniatur)
Relung, Rongga pada dinding bangunan yang menjorok ke dalam.
Relik, Semua peninggalan purbakala yang berupa benda atau bangunan. (Lihat: Artefak dan
Fitur)
Relief, Bentuk manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, simbol, atau gabungan dari unsur-unsur
ini yang diukirkan atau dipahatkan pada bidang datar.
Rakit, Alat transportasi air terbuat dari batang-batang pohon atau bambu yang diikat menjadi
satu. Rakit tidak memiliki dayung, bergerak mengandalkan arus air dan tenaga dorong
manusia dengan bantuan galah panjang yang menyentuh dasar sungai atau danau. Rakit tidak
pernah dijumpai di laut. (Lihat: Sampan, Perahu, dan Kapal)
Rahat, Alat pemintal benang berbentuk roda yang dapat diputar dengan tangan. Roda ini
memiliki bagian melintang yang agak lebar dan cekung tempat benang hasil pintalan
digulung, disebut juga roda pemintal. (Lihat: Ulir)

Susuk, Benda logam atau organik yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia sebagai jimat.
Bentuk susuk bisa bermacam-macam, diantaranya ada yang mirip jarum, batang logam
berujung tajam, atau bentuk-bentuk khusus seperti bentuk bunga, ular, dan mata.
Sumuran, Lubang vertikal di tengah ruang utama bangunan induk candi Hindu. Sumuran
terletak di bawah yoni, digunakan sebagai tempat penyimpanan peripih. (Lihat: Candi,
Peripih, dan Yoni)

Kamus Arkeologi

Page | 53

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Sumpit, Dalam perbendaharaan bahasa Indonesia sumpit memiliki dua arti, yaitu senjata tiup
berlaras panjang dan alat makan. Sumpit (blowpipe) sebagai senjata berbentuk pipa,
digunakan dengan cara meniupnya. Kadang-kadang dilengkapi dengan mata tombak di
ujungnya. Proyektil sumpit disebut anak sumpit, berupa bilah runcing mirip jarum, terpasang
pada sebuah benda ringan berbentuk melingkar yang berfungsi seperti sirip pada anak panah.
Sumpit (chopstick) pada pengertian kedua adalah alat makan berupa tangkai kayu atau bambu
pendek yang dipakai sebagai penjepit. Alat makan ini berasal dari Asia Timur. (Lihat: Panah
dan Proyektil)
Suling, Alat bunyi-bunyian tiup berupa pipa. Suling berbentuk memanjang dengan sejumlah
lubang pada permukaannya. Nada yang dihasilkan oleh suling diatur melalui mekanisme
buka tutup lubang-lubang ini dengan jari tangan, sedangkan peniupan dilakukan pada salah
satu bagian pangkal yang ujungnya tertutup. (Lihat: Peluit)
Sudip, alat cungkil dan tusuk terbuat dari kayu, bambu, atau tulang yang dipangkas tipis dan
meruncing.
Stupika, Replika stupa berukuran kecil. Biasanya terbuat dari tanah yang tidak dibakar dan
memiliki sebuah atau lebih tablet berisi mantra agama Buddha atau naskah di bagian
dalamnya.
(Lihat: Tablet)
Stupa, Bangunan atau bagian dari bangunan suci agama Buddha. Stupa terdiri atas tiga
bagian, yaitu bagian dasar yang berbentuk membulat disebut anda, bagian tengah yang
disebut yasti, sedang pagar yang mengelilinginya disebut harmika, dan bagian puncak yang
berupa payung disebut chatra. Stupa adalah perlambang-an dari tempat penyimpanan abu
jenazah Buddha Ghautama. (Lihat: Stupika)
Struktur, Susunan yang berpola, lazim dihubungkan dengan bangunan. Berdasarkan
letaknya struktur dapat dibedakan menjadi dua yaitu struktur bawah dan struktur atas.
Struktur bawah adalah bagian bangunan yang berada di bawah garis permukaan tanah, seperti
pondasi atau ruang di bawah tanah, sedangkan struktur atas adalah bagian bangunan yang
berada di atas garis permukaan tanah, seperti atap atau tiang-tiang penyangga bangunan.
(Lihat: Pondasi)

Kamus Arkeologi

Page | 54

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Stempel, Alat cetak berukuran kecil yang memiliki tangkai. Digunakan pada persuratan atau
pembuatan dokumen resmi. (Lihat: Cetakan)
Stambha (Skt.), Tiang batu mirip tugu asal masa Klasik yang bukan bagian dari bangunan.
Fungsinya untuk memperingati suatu peristiwa mirip monumen. (Lihat: Monumen dan
Tiang)
Songket, Tekstil tradisional yang pola hiasnya dibuat pada saat benang-benangnya ditenun.
Kain songket banyak menggunakan benang emas atau yang sejenis sebagai hiasan. (Lihat:
Ikat dan Tekstil)
Slip (Ing.), Lapisan berwarna yang dioleskan pada keramik. Slip terbuat dari campuran oker
dan tanah liat berwarna. Sering dijumpai pada tembikar sebagai unsur penghias sekaligus
sebagai pelapis untuk menghasilkan efek kedap air. Sejenis slip yang terbuat dari bubuk
mineral disebut pigmen. Baik slip maupun pigmen dapat dioleskan pada keramik sebelum
atau sesudah pembakaran. (Lihat: Oker dan Pigmen)
Skeuomorph (Ing.), Artefak atau bagian dari artefak yang merupakan tiruan dari artefak lain
yang bersifat fungsional. Misalnya replika keranjang bambu yang terbuat dari keramik.
(Lihat: Replika)
Situs, Sebidang tanah di permukaan bumi yang mengandung atau diduga mengandung
tinggalan purbakala.
Sirap, Genteng kayu atau bambu yang dibelah tipis dalam bentuk lembaran. Sirap terbuat
dari bahan kayu atau bambu keras yang tahan lapuk dan tahan gangguan serangga. (Lihat:
Genteng)
Siluet, Rona pada permukaan tanah yang berpola dan merupakan sisa dari benda-benda
organik yang membusuk sehingga masih dapat diketahui bentuknya tetapi tidak mungkin
diangkat dari lingkungannya. Siluet dapat diamati dari perbedaan warna pada tanah. (Lihat:
Fitur)
Serpih, Alat yang dibuat dari hasil penyerpihan batu inti. Umumnya berbentuk pipih dan
memiliki tajaman pada salah satu atau kedua belah sisinya, khususnya alat yang termasuk

Kamus Arkeologi

Page | 55

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

kelompok serut (scrapper) atau pemotong. Alat-alat bor (hand drill) tidak memiliki tajaman
melainkan runcingan di bagian ujungnya.
Nama lain untuk alat serpih adalah flakes, sedangkan alat serpih yang memanjang dan kedua
sisi sampingnya sejajar disebut bilah (blades). Serpih dibuat dengan cara menekan atau
menetak batu inti secara langsung dengan menggunakan batu martil atau alat tulang. (Lihat:
Batu Inti)
Serbuk, Butiran halus atau partikel benda yang terurai namun masih membawa sifat-sifat
aslinya, misalnya serbuk kayu. (Lihat: Abu)
Serat, Bagian tumbuh-tumbuhan atau sintetik berupa serabut mirip benang. (Lihat: Benang)
Serambi, Bagian bangunan berupa pelataran yang tidak dikelilingi oleh dinding. Serambi
sering ditemukan pada bagian muka bangunan yang berhubungan langsung dengan pintu
masuk. Namun, ada pula bangunan yang memiliki serambi lebih dari satu, misalnya mesjid
yang memiliki tiga serambi di kiri-kanan dan bagian mukanya. Disebut juga beranda atau
teras. (Lihat: Masjid)
Senjata, Benda-benda alam atau artefak yang digunakan oleh manusia untuk melukai atau
membunuh (arm). Senjata ada yang dapat dipakai secara tunggal tanpa harus didukung oleh
alat-alat lain seperti pisau, pedang, celurit, atau tombak. Namun demikian ada yang harus
digunakan dalam satu sistem seperti busur panah dengan anak panah atau pistol dengan
peluru.
Khusus untuk senjata api dikenal dua pembagian yaitu senjata ringan dan senjata berat.
Senjata ringan adalah senjata api berukuran kecil dan berkaliber kecil. Senapan dan pistol
termasuk kelompok ini. Adapun senjata berat adalah senjata yang selain ukurannya besar dan
berat kalibernya pun besar, seperti meriam, howitzer, dan mortir.
Dari cara menggunakannya senjata dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, antara lain
senjata api (pistol, meriam), senjata lontar (panah, ketepel); senjata tiup (sumpit), senjata
lecut (cambuk), senjata ayun (gada), senjata tusuk (keris, tombak), dsb.
Masih ada istilah khusus untuk mengelompokkan senjata, misalnya senjata tumpul dan
senjata tajam, yaitu senjata yang berujung runcing atau tajam. Ada juga pengelompokkan
Kamus Arkeologi

Page | 56

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

berdasarkan cara membawanya, misalnya senjata genggam atau senjata panggul. Khusus
untuk senjata api ringan dikenal pula istilah senjata laras pendek, yaitu semua senjata yang
larasnya pendek seperti pistol atau revolver, dan senjata laras panjang seperti senapan yang
memiliki ukuran laras relatif panjang. Panjang pendeknya ukuran laras berpengaruh pada
jangkauan peluru mencapai sasaran.
Sendok, Alat makan bertangkai dengan ujung yang melebar dan cekung.
Senapan, Jenis senjata api laras panjang, dibawa dengan cara menggantungkannya pada
bahu. (Lihat: Pistol, Revolver, dan Senjata)
Selongsong, Benda-benda pembungkus benda lain yang biasanya berbentuk silindrik. (Lihat:
Peluru)
Selendang, Unsur pelengkap pakaian berupa tekstil panjang yang disampirkan pada bahu
atau dipakai melingkari pinggang (sampur). Selendang aksesori. (Lihat: Perhiasan dan
Pakaian)
Selasar, Serambi atau beranda dari suatu bangunan (candi atau masjid), atau bagian balai
yang terendah (Lihat: Alas, Masjid, dan Serambi )
Sarung, Unsur pakaian penutup panggul dan kaki yang dilibatkan pada pinggang. Pada
umumnya terbuat dari tekstil. Sarung juga berarti benda-benda yang dibuat sebagai penutup
benda lain. Sarung dalam pengertian kedua terbuat dari tekstil, logam, kayu, bambu, atau
tulang. Contoh: sarung keris dan sarung pedang. (Lihat: Pakaian dan Selongsong)
Sanggurdi, Pijakan kaki terbuat dari besi yang menggantung pada kanan kiri pelana dan
berfungsi sebagai pengatur keseimbangan badan penunggang kuda. (Lihat: Pelana dan Taji)
Sandal, Alas kaki sejenis terompah tanpa penutup kecuali sejumlah tali yang berfungsi
sebagai penahan. (Lihat: Alas Kaki)
Sampan, Alat transportasi air terbuat dari kayu yang digerakkan dengan bantuan dayung.
Sampan ada yang memiliki rongga atas dan ada pula yang tidak, biasanya diawaki oleh satu
atau dua orang dengan menggunakan dayung. Sampan ditemukan baik di lingkungan perairan
sungai, danau, atau laut. (Lihat: Kapal).

Kamus Arkeologi

Page | 57

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Dilihat dari cara pembuatannya, sampan terbagi atas beberapa jenis.


1. Tipe Lesung (dugout cannoe), jenis sampan yang dibuat dengan cara melubangi sebuah
batang kayu utuh pada bagian atasnya.
2. Tipe Papan (plank cannoe), yaitu sampan yang dibuat dengan cara menggabungkan
sejumlah papan pada lunas untuk menghasilkan rongga bagian atas.
3. Tipe Kayak, terbuat dari kulit hewan atau tekstil yang dilibatkan pada kerangka kayu
berlunas. Tipe ini tidak pernah dijumpai di Indonesia
Sampah, Benda-benda atau barang-barang hasil kegiatan manusia yang dibuang.
Berdasarkan jenis bahannya, sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik (tanaman,
hewan) dan anorganik (kimia, batuan, logam). Berdasarkan sifatnya, sampah dapat dibedakan
menjadi sampah padat, sampah cair, atau gas. (Lihat: Debitase dan Limbah)
Menurut sumbernya sampah dapat dibedakan menjadi sampah rumah tangga dan sampah
industri. Sampah rumah tangga ialah segala jenis sampah yang dihasilkan oleh aktivitas
rumah tangga seperti sisa makanan, pakaian bekas, atau sisa perabot rumah tangga. Sampah
dapur merupakan bagian dari sampah rumah tangga yang terakumulasi sebagai akibat dari
kegiatan memasak. Sampah ini banyak mengandung sisa makanan atau bahan makanan, atau
perkakas yang ada hubungannya dengan masak-memasak. (Lihat: Bukit Kerang)
Saluran Air, Bangunan atau unsur bangunan yang berfungsi sebagai mengaliranya air. Dapat
berupa parit, pipa, atau bentuk-bentuk lain yang berhubungan dengan sanitasi. (Lihat: Parit
dan Pipa)
Salib, Benda, bangunan, unsur bangunan, gambar atau relief yang mengambil bentuk papan
bersilang dengan bagian vertikal lebih panjang dibandingkan dengan yang horizontal. Salib
sebagai lambang dihubungkan dengan agama Kristen. (Lihat: Gereja)

Kamus Arkeologi

Page | 58

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Tuyer (Ing.), Corong saluran angin yang ditempatkan pada tungku atau perapian dalam
industri logam. Tuyer dihubungkan dengan pipa-pipa yang berpangkal pada alat penghembus
angin atau ubub. (Lihat: Ubub)
Tureen (Ing.), Wadah keramik berbentuk mangkuk besar lonjong berkaki tinggi dan
mempunyai tutup. Tureen dipakai untuk menyimpan sup pada perjamuan makan. Tureen
mempunyai dua buah tangkai masing-masing pada sisi panjangnya. Pada bagian bawah tutup
ditambahkan sebuah lubang kecil untuk menempatkan tangkai sendok yang dimasukkan ke
dalam wadah. Kadang-kadang tureen disebut juga basi sop. (Lihat: Mangkuk)
Turap, Struktur penguat dinding bangunan tanah atau formasi alam yang dibuat untuk
menghindari kemungkinan terjadinya proses pengikisan atau longsor. Turap dapat terbuat
dari kayu, campuran kayu dan tanah, atau campuran batu, besi beton, semen, dan pasir.
(Lihat: Tanggul)
Tungku, Tempat pembakaran berdinding sehingga mampu menghimpun panas tinggi.
Biasanya tungku berukuran besar dan memiliki ruang berdinding tinggi; ada yang dilengkapi
dengan atap dan cerobong untuk mengalirkan asap dan udara panas ke luar. Tungku bersifat
permanen sehingga tidak dapat dipindahkan dari lingkungannya tanpa menyebabkan
berubahnya bentuk. Disebut juga tanur. (Lihat: Cerobong, Kompor, dan Perapian)
Tumulus, Gundukan tanah buatan yang membukit. Ditemukan pada masyarakat tradisi
megalitik. Sebuah tumulus bisa memiliki ruangan maupun tidak dan bisa berisi satu atau
lebih jenazah,. (Lihat: Menapo)
Tulisan, Himpunan huruf yang membentuk kata atau kalimat. (Lihat: Huruf dan Kata)
Tugu, Bangunan yang dibuat untuk memperingati suatu peristiwa atau tokoh. Tugu dapat
disebut monumen bila dikaitkan dengan peristiwa atau tokoh sejarah. Tugu yang bukan
monumen ialah yang pendiriannya tidak dilatari oleh alasan-alasan kesejarahan, kecuali
sebagai tanda atau hiasan. (Lihat: Menara dan Monumen)
Topi, Penutup kepala dengan bentuk yang permanen. Topi dapat dipakai dan dilepaskan
tanpa

kehilangan

bentuknya.

(Lihat: Ikat)

Kamus Arkeologi

Page | 59

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Topeng, Penutup wajah yang menggambarkan wajah manusia atau hewan dalam ekspresi
tertentu. Topeng dapat terbuat dari kayu, logam, tekstil, atau keramik dan memiliki lubang di
bagian mata untuk melihat. Topeng pada umumnya bersifat tetap, yaitu bentuknya tidak
mengalami perubahan saat dipakai. Kedok adalah topeng yang terbuat dari tekstil atau kulit
yang tidak memiliki bentuk tetap. Kedok dapat berubah bentuk menurut struktur wajah orang
yang memakainya. Baik topeng maupun kedok digunakan untuk menyembunyikan wajah
atau untuk memberikan kesan lain bagi orang yang melihatnya.
Tongkat, Batang kayu, bambu, atau logam berbentuk memanjang dan ringan yang dapat
digenggam tangan. Tongkat sering digunakan sebagai alat bantu untuk berjalan, guna
menyangga berat badan penggunanya.
Tong, Wadah berukuran besar berbentuk silindrik dengan mulut lebar. Tong dapat terbuat
dari kayu, keramik, atau logam dan pada umumnya digunakan sebagai tempat penyimpanan
atau penampungan air.
Timbangan, Alat pengukur berat; memiliki skala pengukur yang dinyatakan dalam angka,
garis-garis, dan penunjuk keseimbangan untuk mengetahui benda yang memiliki nilai berat
sama; disebut juga neraca. Berdasarkan jenisnya, timbangan dapat dibedakan atas neraca
dengan pegas dan neraca dengan anak timbangan. Nilai berat pada neraca dengan pegas
dinyatakan melalui jarum penunjuk skala, sedangkan pada neraca dengan anak timbangan
dinyatakan melalui persamaan berat benda-benda yang ditimbang dengan anak timbangan.
Tikar, Penutup lantai yang terbuat dari anyaman serat, daun, lembaran bambu atau kayu
yang dipotong tipis. (Lihat: Anyaman, Karpet, dan Tekstil)
Tiang, Komponen bangunan terbuat dari kayu, dan batu atau struktur yang berfungsi sebagai
penyangga. Tiang pada umumnya didirikan tegak lurus. Untuk menjaga agar tiang tidak
mengalami kemelesakan, sebuah umpak dapat diletakkan di bawahnya. Hiasan di bagian
puncak yang sering berukuran lebih besar daripada tiangnya disebut mahkota tiang atau
kapital.
Tiang disebut juga pilar, khususnya tiang-tiang pada bangunan rumah atau gedung yang
berukuran besar, sedangkan pilaster adalah tiang semu pada bangunan yang berfungsi sebagi
unsur dekorasi. (Lihat: Umpak)

Kamus Arkeologi

Page | 60

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Terowongan, Bangunan berbentuk lubang yang menembus formasi alam atau bangunan.
Terowongan dapat dibuat vertikal maupun horizontal, berfungsi sebagai jalan atau saluran.
Sejenis terowongan yang khusus digunakan untuk menyalurkan air disebut gorong-gorong.
(Lihat: Gua Alam dan Pipa)
Teropong, Alat bantu untuk melihat objek berjarak jauh. Melalui teropong, jarak pandang
orang yang menggunakan dengan objek yang dilihat dapat diperpendek sehingga tampak
dekat. Teropong berbentuk tabung dengan beberapa lensa cembung dan cekung di dalamnya.
Oleh karena ituteropong termasuk alat optik.
Terali, Batang kayu atau logam yang disusun secara vertikal, horizontal atau keduanya dalam
jarak tertentu. Terali berfungsi sebagai penghalang pintu, lubang angin atau jendela; disebut
juga jeruji.
Terak, Limbah industri yang sering ditemukan pada situs peleburan logam atau kaca. Terak
dapat digolongkan sebagai residu atau limbah, wujudnya berupa gumpalan logam atau kaca
berkualitas rendah karena tercampur bahan-bahan lain yang sukar dipisahkan.
Terak kaca terjadi sebagai akibat penggumpalan mineral silika, potas, dan soda dalam proses
peleburan logam, atau melelehnya mineral-mineral tersebut dari bahan wadah pelebur akibat
panas yang tinggi.Terak disebut juga slag. (Lihat: Limbah dan Wadah Pelebur)
Tengkorak, Bagian dari kerangka manusia atau hewan yang mewakili struktur kepala.
(Lihat: Kerangka)
Tempolong, Wadah keramik atau logam penampung air ludah. Badan wadah berbentuk
membulat dan berleher tinggi dengan mulut melebar menyerupai terompet. Nama lain dari
tempolong adalah paidon, peridon, atau peludahan.
Tempayan, Wadah bermulut besar, badan cembung, dan dasar rata tak berkaki. Ukuran
mulut lebih besar dibandingkan dengan ukuran dasar sehingga mengesankan kemampuannya
untuk menyimpan benda cair atau padat dalam jumlah banyak. Tempayan rata-rata memiliki
tinggi lebih dari 50 sentimeter.
Tempat Tidur, Mebel yang digunakan untuk berbaring atau tidur, terbuat dari kayu, bambu,
atau logam. Tempat tidur sering dilengkapi dengan kasur. (Lihat: Mebel)
Kamus Arkeologi

Page | 61

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Tempat Duduk, Mebel yang digunakan sebagai tempat untuk duduk. Biasanya tempat duduk
memiliki permukaan datar, dapat dilengkapi dengan sandaran ataupun tidak. Kursi dan
bangku termasuk kelompok tempat duduk. (Lihat: Bangku, Mebel, dan Kursi)
Tembok, Bangunan sejenis dinding yang bukan bagian dari gedung atau rumah. Tembok
berfungsi sebagai pembatas atau pagar. (Lihat: Dinding dan Pagar)
Tekstil, Bahan tenun atau rajut terbuat dari anyaman benang atau serat. Kulit kayu yang
dihaluskan dan digunakan sebagai pakaian dapat disebut tekstil, sedangkan kulit binatang
tidak dapat disebut sebagai tekstil. Tekstil yang terbuat dari benang atau serat disebut kain.
(Lihat: Benang dan Serat)
Teko, Wadah keramik bercorot mirip kendi. Bentuk badannya membulat, bermulut lebar, dan
berkaki rendah. Teko memiliki tangkai yang melingkar mulai dari bahu dan berakhir dekat
dasar. Corotnya ditempatkan pada bagian badan dan mulutnya dilengkapi tutup.
Berdasarkan bentuknya teko dibedakan atas: (a) teko teh dan (b) teko kopi. Teko teh
memiliki perawakan pendek dan cenderung tambun/gemuk dengan leher pendek. Teko kopi
berperawakan lebih tinggi, lehernya memanjang , dan badan bagian bawah yang berada dekat
kaki menggelembung. (Lihat: Ewer dan Kendi)
Tatakan Lilin, Tempat menempatkan lilin berupa mangkuk kecil yang ditempatkan di atas
piringan atau dibuat dengan kaki-kaki yang tinggi. (Lihat: Pelita)
Tasbih, Benda berupa untaian manik-manik dalam jumlah tertentu yang digunakan sebagai
perlengkapan keagamaan. Tasbih dapat digunakan sebagai kalung dan dijumpai antara lain
pada tradisi agama Islam, Katholik, Yahudi, Hindu, dan Buddha. (Lihat: Manik-manik)
Tapal Kuda, Sepatu kuda atau ladam kuda terbuat dari besi pipih yang melengkung dan
dipakukan pada kuku kuda untuk mencegah pecahnya atau terkikisnya kuku. Pada bagian
tengah luar lengkung biasanya ditambahkan tonjolan untuk menjaga agar tapal kuda tersebut
tidak mudah goyah bila menerima tekanan dari arah muka.
Tankard (Ing.), Gelas berukuran besar terbuat dari keramik atau logam yang dilengkapi
dengan tangkai dan tutup. Tutup tersebut menyatu dengan bagian atas tangkai dan dapat
terbuat dari bahan yang berlainan. (Lihat: Gelas)

Kamus Arkeologi

Page | 62

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Tanggul, Bangunan tanah, batu, atau beton yang dibuat memanjang mengikuti tepi sungai
atau saluran. Permukaan tanggul berada lebih tinggi dari permukaan air dan permukaan tanah
di sekitarnya. (Lihat: Benteng, Turab, dan Waduk)
Tangga, Komponen bangunan atau alat yang digunakan untuk mencapai tempat yang
letaknya lebih tinggi. Tangga pada bangunan biasanya terdiri dari anak tangga dan pipi
tangga, sedangkan tangga sebagai alat pemanjat hanya terdiri dari batang tangga dan anak
tangga.
Anak tangga adalah bagian yang digunakan sebagai tempat berpijak maka disusun meninggi
ke atas. Pipi tangga adalah komponen tangga berupa dinding tegak di samping kiri-kanan
anak tangga. Tangkai yang berfungsi seperti pipi tangga dan digunakan sebagai sarana
pembantu keseimbangan disebut pegangan tangga.
Tandu, Alat transportasi berupa dipan atau tempat duduk yang dipanggul oleh manusia.
Tandu tidak memiliki roda kecuali batang-batang kayu mendatar sebagai penyangga. (Lihat:
Kereta)
Tanah Perkerasan, Lapisan tanah yang dibuat dengan mencampurkan berbagai macam
bahan ke dalam lapisan asli untuk memperoleh daya dukung dan kekerasan yang lebih baik.
Tanah pengerasan sering ditemukan dalam konteks bangunan, khususnya pada lantai atau
pondasi. (Lihat: Bangunan dan Pondasi)
Tamsir, Baju pelindung badan dari serangan senjata tajam, khususnya bagian dada dan
punggung. Tamsir dapat terbuat dari logam, kulit, atau anyaman benda organik. (Lihat: Baju)
Tambur, Alat bunyi-bunyian terbuat dari logam, bambu, atau kayu berbentuk silindrik,
dengan satu atau kedua ujungnya tertutup membran sebagai bidang pukul. Tambur dapat
dikelompokkan menurut jenisnya menjadi gendang, rebana, dan genderang.
Gendang memiliki badan memanjang dengan salah satu atau kedua ujungnya tertutup
membran; ditabuh dengan tangan atau dengan bantuan tongkat pemukul, pada umumnya
digunakan dalam posisi terbaring. Sejenis gendang yang berukuran besar disebut bedug.
Tambur

besar

ini

dapat

ditemukan

pada

mssjid.

Kelenteng memiliki tambur serupa, tetapi tidak pernah disebut bedug.

Kamus Arkeologi

Page | 63

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Semua tambur jenis rebana hanya memiliki satu bidang pukul, badannya berbentuk lingkaran,
dan digunakan dalam posisi tegak. Oleh karena ukurannya relatif kecil, rebana dapat
dipegang dengan tangan, atau diletakkan di atas pangkuan dengan cara memeluknya.
Tambur jenis genderang hampir selalu diletakkan dalam posisi berdiri. Badannya dibuat
meninggi dengan satu atau kedua ujungnya tertutup membran. Genderang, seperti juga
gendang, ditabuh dengan menggunakan tangan maupun tongkat pemukul. Sejenis genderang
logam kuno yang terbuat dari perunggu disebut nekara. (Lihat: Nekara)
Tali, Pilinan serat atau dawai yang kuat dan lentur untuk mengikat. Nama lainnya tambang.
(Lihat: Dawai)
Taji, Alat penusuk yang dikaitkan pada bagian belakang sepatu penunggang kuda. Biasanya
terbuat dari logam dengan pengikat terbuat dari kulit.
Bagian yang keras dan meruncing pada kaki ayam jantan juga disebut taji atau jalu. (Lihat:
Pelana dan Sanggurdi)
Tabung, Wadah berbentuk silindrik atau bersegi memanjang menyerupai pipa tetapi hanya
memiliki satu mulut. Tabung yang terbuat dari bambu disebut bumbung. (Lihat: Pipa)
Tablet, Lempengan tanah atau logam berukuran kecil yang sering ditemukan tersimpan di
dalam stupika. Bentuknya bulat dan memiliki inskripsi pada salah satu permukaannya. (Lihat:
Stupika)

Umpak, Landasan penyangga tiang bangunan terbuat dari batu atau susunan bata. (Lihat:
Tiang)
Ukiran, Benda-benda yang dihasilkan dengan cara mengukir. Pada umumnya ukiran
memiliki penampilan halus karena dikerjakan secara hati-hati dengan menggunakan alat-alat

Kamus Arkeologi

Page | 64

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

berukuran kecil, walaupun di awal proses pengerjaan dipergunakan pula pemahatan untuk
memperoleh model dari bentuk yang diinginkan. (Lihat: Pahatan dan Relief).
Ulir, Alat pemintal benang terbuat dari kayu atau logam berbentuk silindrik. Ulir memiliki
tangkai yang panjang yang digunakan sebagai gagang saat memintal benang. (Lihat: Benang
dan Rahat).
Ubub, Alat penghembus udara pada tungku pembakaran industri logam tradisional. Dapat
dibedakan menjadi ubub tabung dan ubub kantongan.
Hembusan udara pada ubub tabung dihasilkan melalui pemompaan secara simultan dengan
cara menaik-turunkan piston yang dihubungkan dengan batang-batang kayu. Pada ubub
kantongan, udara dihasilkan dengan cara mengembang-kempiskan kantong udara yang
terbuat dari kulit hewan dan diikatkan pada sebuah batang kayu sebagai tangkai. Ubub
disebut juga ububan, puputan, atau pelambusan. (Lihat: Tuyer)
Ubin, Unsur bangunan penutup lantai. Ubin terbuat dari keramik, kayu, atau batu. Susunan
ubin yang membentuk permukaan datar disebut lantai. (Lihat: Lantai)
Uang, Benda alam atau artefak yang berfungsi sebagai alat pembayaran dalam kehidupan
ekonomi. Nilai uang dapat ditentukan oleh berat dan jenis bahan yang dipakai (intrinsik) atau
oleh satuan angka yang tercantum padanya (nominal). Pada uang biasanya terdapat angka
tahun, nama negara, raja atau kerajaan yang mengeluarkannya, lambang-lambang dan
gambar-gambar yang berhubungan dengan negara, kerajaan atau raja-raja di zamannya. Uang
yang tidak memiliki inskripsi disebut anepigraphic.
Menurut bahannya, uang dapat dibedakan atas uang batu, uang kertas, dan uang logam. Uang
batu jarang ditemukan di Indonesia, tetapi banyak digunakan oleh masyarakat di kepulauan
Pasifik. Bentuknya bulat, berukuran besar, dengan atau tanpa lubang di tengahnya. Uang ini
terutama muncul dan digunakan oleh masyarakat berlatar tradisi megalitik.
Uang kertas pada umumnya berbentuk segi empat dan merupakan hasil pencetakan (print).
Di antara ketiga jenis uang itu, uang logam paling banyak variasinya. Bahan yang digunakan
dapat berupa emas, perak, tembaga, perunggu, kuningan, timah, atau campuran dari bahanbahan itu.
Kamus Arkeologi

Page | 65

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Menurut jenis rupa, uang logam dapat dibedakan menurut jenisnya menjadi koin, uang
jagung, uang ma, ingot, dan bonk. Koin, berbentuk pipih melingkar, segitiga s.d. segi
delapan. Ada yang mempunyai anulet, lubang bulat atau persegi di tengahnya dan ada pula
yang tidak. Nama khusus untuk koin dengan anulet ialah kepeng atau gobok. Koin biasanya
dibuat dengan teknik tempa (strike), cetak (cast), tekan (press), atau gabungan ketiganya.
Pada koin tercantum nilai nominal, tahun pengeluaran, nama atau simbol negara, raja, atau
kerajaan yang mengeluarkannya. Koin yang hanya memiliki satu muka berhias disebut
uniface. Tempat atau perusahaan pembuat koin disebut mint, tanda khusus yang menandainya
disebut mint mark.
Uang ma hanya ditemukan di Jawa, khusus pada abad VII s.d. XIV Masehi. Bentuknya
membundar mirip koin, cekung, tanpa lubang, dan relatif kecil ukurannya. Disebut uang ma
karena pada bagian cekungnya terdapat huruf Jawa Kuno berbunyi ma. Nama lain untuk uang
ma ialah uang bunga cendana (sandalwood flower coin), karena sering ditemukan jenis uang
ma yang pada bagian cekungnya tidak tercetak huruf tetapi bunga berkelopak empat mirip
bunga pohon cendana, khususnya yang berasal dari sekitar abad XIII Masehi. Biasanya uang
ma terbuat dari bahan emas atau perak dan tidak dicantumi nilai nominalnya.
Uang jagung umumnya terbuat dari emas atau perak walaupun kadang-kadang ditemukan
yang terbuat dari bahan perunggu. Uang ini diberi nama demikian karena bentuknya mirip
bulir jagung, yaitu mendekati bundar dengan cekungan rendah pada salah satu sisinya. Di
Asia Tenggara jenis uang ini dikenal pula dengan nama uang piloncito yang diambil dari
nama seorang peneliti numismatik Pilipina. Seperti juga uang ma, pada uang jagung tidak
tertera nilai nominalnya. Uang ini diduga digunakan sejak abad VII s.d. XVII di Jawa dan
Sumatera.
Bonk, bentuknya berupa potongan-potongan logam dalam ukuran dan berat tertentu tanpa
keterangan nilai nominal dan tahun pengeluarannya, kecuali nama atau simbol yang erat
hubungannya dengan negara, raja atau kerajaan yang mengeluarkan. Nilai bonk ditentukan
oleh berat dan jenis logam yang digunakan, semakin berat dan semakin mahal jenis logamnya
maka semakin tinggi nilai tukarnya.
Ingot berbentuk bongkahan. Kondisinya sama dengan bonk kecuali bentuknya yang kadangkadang tidak sama karena berat dan jenis logamnya yang dipentingkan.

Kamus Arkeologi

Page | 66

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Vas, Wadah terbuat dari keramik atau kayu tempat meletakkan bunga yang berfungsi sebagai
hiasan rumah. Vas memiliki badan yang tinggi dan ramping mirip botol, berkaki rendah
dengan mulut melebar, kadang-kadang memiliki leher panjang. Perbedaannya dengan botol
terletak pada diameter leher yang lebih besar (Lihat: Botol dan Jambangan)
Ventilasi, Lubang pada dinding mirip jendela yang tidak memiliki penutup. Ventilasi
berukuran kecil dan diletakkan pada bagian atas dinding; disebut juga angin-angin. (Lihat:
Jendela)

Wadah, Benda berongga tempat menampung atau menyimpan sesuatu. Kendi, guci, cepuk,
botol, nampan, atau mangkuk dapat dikelompokkan sebagai wadah. Menurut bagiannya
wadah dapat diuraikan atas tutup, mulut, bibir, tepian, leher, bahu, corot, badan, cuping,
pegangan, karinasi, cordon, dasar, dan kaki.
Berdasarkan posisi mulutnya, wadah dapat dibedakan atas wadah terbuka bila ukuran mulut
lebih besar dari dasar, wadah tertutup bila mulut lebih kecil dari dasar, dan wadah tegak bila
ukuran mulut sama atau mendekati sama dengan ukuran dasar.
Wadah Pelebur, Wadah yang dipakai dalam peleburan logam; berbentuk silindrik
menyerupai gelas atau mangkuk dengan bagian dasar cembung. Pada salah satu sisi tepiannya
sering dijumpai saluran terbuka tempat menuangkan cairan. Akibat pembakaran suhu tinggi,
pada bagian luar wadah sering ditemukan konsentrasi lapisan mirip kaca yang berasal dari
lelehan mineral bahan wadah, juga terak-terak logam dari jenis logam yang dicairkan. Pada
wadah pelebur yang apinya disemprotkan dari atas, keadaan semacam ini hanya dapat
Kamus Arkeologi

Page | 67

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

ditemukan pada permukaan dasarnya bagian dalam; disebut juga kowi, musa, atau tambingka.
(Lihat: Terak)
Waduk, Bangunan air berupa kolam besar yang terjadi akibat pembendungan sungai atau
sumber air lainnya. (Lihat: Bendungan dan Kolam)
Wajra, Alat upacara terbuat dari logam, bertangkai pendek dengan salah satu atau kedua
ujungnya memiliki hiasan menyerupai kelopak bunga meruncing berhelai tiga atau lebih.
Wajra melambangkan kilat dan hanya digunakan oleh penganut agama Buddha aliran
Mahayana. Wajra bisa dikombinasikan dengan bentuk-bentuk lain, misalnya dengan genta
kecil bergagang pendek. Wajra disebut juga bajra. (Lihat: Genta)
Waruga, Sejenis peti kubur yang ditanam dalam posisi tegak. Bentuknya menyerupai kotak
dengan tutup berbentuk limas. Waruga banyak ditemukan di Sulawesi Utara. (Lihat: Kalamba
dan Peti Kubur)
Wayang, Wayang berarti bayang-bayang. Namun, pada perkembangannya wayang diartikan
sebagai cerita berlatar agama Hindu, khususnya Mahabharata dan Ramayana dari India
sebagai model. Wayang diwujudkan dalam berbagai macam bentuk, mulai dari sandiwara
hingga permainan boneka.
Boneka yang terbuat dari kulit tipis dinamakan wayang kulit, sedangkan yang terbuat dari
kayu secara tiga dimensi disebut wayang krucil. Wayang krucil dari segi penampilan mirip
dengan wayang kulit. Seluruh badan boneka digambarkan menyamping dengan
memperlihatkan seluruh unsur tubuh. Unsur yang dapat digerakkan hanya bagian tangan.
Salah satu atau dua-duanya. Kedua wayang ini dimainkan dari balik layar dengan bantuan
penerangan.
Wayang golek adalah bentuk lain dari permainan wayang; unsur bayang-bayang tidak
dominan lagi karena dimainkan pada tempat terbuka. Badan wayang golek dibuat mirip
boneka; pada umumnya secara tiga dimensi tetapi tanpa kaki. Badan, kepala, dan tangannya
dapat digerakkan untuk menghasilkan lebih banyak variasi gerak. Dari bagian pinggang ke
bawah umumnya ditutup kain.

Kamus Arkeologi

Page | 68

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Baik wayang kulit, wayang krucil, maupun wayang golek memiliki tangkai panjang berujung
runcing sebagai gagang. Selain untuk dipegang tangkai ini dapat ditancapkan pada media
lunak, biasanya batang pisang, yang menjadi alasnya.
Satu jenis wayang yang tidak menggunakan boneka ialah wayang beber. Bentuknya berupa
gulungan kain yang diberi gambar tokoh-tokoh wayang. Adegannya diurut menurut jalannya
cerita sehingga menyerupai komik. Dalang yang membawakan cerita menunjuk tokoh-tokoh
pada gambar sambil menggulung layar sesuai jalannya cerita.
Sandiwara atau sendratari wayang yang diperankan langsung oleh orang disebut wayang
orang.

Yoni, Landasan lingga yang melambangkan kemaluan wanita (vagina). Pada permukaan yoni
terdapat sebuah lubang berbentuk segi empat di bagian tengah -untuk meletakkan linggayang dihubungkan dengan cerat melalui sebuah saluran air sempit. Cerat hanya terdapat pada
salah satu sisi dan berfungsi sebagai pancuran. Yoni dan lingga biasanya dihubungkan
dengan kehadiran candi. (Lihat: Candi, Lingga, dan Sumuran)
Yupa, Prasasti yang dipahatkan pada batu tegak. (Lihat: Menhir dan Prasasti).
Daftar Tinggalan Sejarah dan Purbakala yang Telah Ditetapkan sebagai Benda Cagar
Budaya/Situs yang Dilindungi UU-RI Nomor 5 Tahun 1992 terdiri atas 749 BCB/Situs
01. Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam berjumlah 9 BCB/Situs.
02. Provinsi Sumatera Utara berjumlah 9 BCB/Situs.
03. Provinsi Riau berjumlah 15 BCB/Situs.
04. Kepulauan Riau berjumlah 15 BCB/Situs.
05. Provinsi Jambi berjumlah 20 BCB/Situs.
06. Provinsi Bengkulu berjumlah 7 BCB/Situs.
07. Provinsi Sumatera Barat berjumlah 78 BCB/Situs.
Kamus Arkeologi

Page | 69

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

08. Kepulauan Bangka Belitung berjumlah 15 BCB/Situs.


09. Provinsi Sumatera Selatan berjumlah 9 BCB/Situs.
10. Provinsi Lampung berjumlah 7 BCB/Situs.
11. Provinsi Jawa Barat berjumlah 100 BCB/Situs.
12. Provinsi Banten berjumlah 26 BCB/Situs.
13. Provinsi DKI berjumlah 80 BCB/Situs.
14. Provinsi DIY berjumlah 56 BCB/Situs.
15. Provinsi Jawa Tengah berjumlah 72 BCB/Situs.
16. Provinsi Jawa Timur berjumlah 44 BCB/Situs.
17. Provinsi Bali berjumlah 5 BCB/Situs.
18. Provinsi NTB berjumlah 10 BCB/Situs.
19. Provinsi NTT berjumlah 1 BCB/Situs.
20. Provinsi Kalimantan Barat berjumlah 12 BCB/Situs.
21. Provinsi Kalimantan Selatan berjumlah 7 BCB/Situs.
22. Provinsi Kalimantan Tengah berjumlah 3 BCB/Situs.
23. Provinsi Kalimantan Timur berjumlah 7 BCB/Situs.
24. Provinsi Gorontalo berjumlah 8 BCB/Situs.
25. Provinsi Sulawesi Utara berjumlah 16 BCB/Situs.
26. Provinsi Sulawesi Tenggara berjumlah 5 BCB/Situs.
27. Provinsi Sulawesi Tengah berjumlah 5 BCB/Situs.
28. Provinsi Sulawesi Selatan berjumlah 66 BCB/Situs.
29. Provinsi Maluku berjumlah 14 BCB/Situs.
30. Provinsi Maluku Utara berjumlah 21 BCB/Situs.
31. Provinsi Papua berjumlah 7 BCB/Situs.
(purbakala.net)
Sumber: https://hurahura.wordpress.com/istilah-bcb/ Diakses 26 April 2015: 15:53 WIB

Kamus Arkeologi

Page | 70

Anda mungkin juga menyukai