Anda di halaman 1dari 24

SENI RUPA

Patung Sebagai Karya Seni Rupa 3D

Patung Sebagai Karya Seni Rupa 3D - Salah satu karya seni rupa 3 dimensi yang
merupakan object dimana bentuknya bisa dilihat dari berbagai sudut pandang,
salah satu karya seni rupa ini yaitu patung sebagai seni rupa 3 dimensi. patung
sering dijumpai diberbagai area seperti; object wisata, monumen bersejarah, dan
lain-lain. dilihat dari bentuknya patung memiliki bentuk yang berbeda-beda ada
patung yang berbentuk pohon, binatang, manusia, bangunan, buah-buahan, bahkan
sampai bentuknya yang tidak dikenali sama sekali atau bentuknya yang bisa
dikatakan asing/alien.

Alasan mengapa patung dikatakan sebagai salah satu karya seni rupa tiga dimensi
itu dikarenakan patung mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tinggi (volume)
serta dapat dilihat/dipandang dan dinikmati dari segala arah. Pada umumnya,
patung diciptakan untuk memenuhi kebutuhan batin atau dinikmati keindahannya
saja. Dengan kata lain, patung menurut fungsinya masuk dalam kategori karya seni
rupa murni. di Indonesia, kerajinan patung sudah ada sejak dulu dan berkembang
hingga sekarang. jenis dan bahan dasar yang digunakan dalam pembuatab patung-
pun beragam, baik dari bahan lunak (seperti kayu, tanah liat, semen) maupun
bahan keras (seperti batu dan logam).
1. Jenis - Jenis Patung

a. Jenis Patung Dilihat dari cara pembuatannya:

-Arca, merupakan patung dengan bentuk makhluk hidup seperti manusia dan

binatang

-Relief, adalah karya seni patung yang hanya bisa dinikmati dari arah depan karena

terletak pada dinding.

b. Jenis Patung Dilihat dari Posisinya

-Patung Free Standing, merupakan jenis patung yang berdiri tegak

-Patung Zonde, merupakan jenis patung yang utuh dalam posisi yang beragam,

seperti duduk, jongkok, tidur, berdiri, dll.

-Patung Boss, merupakan patung setengah badan.

-Patung Tarso, merupakan patung yang dibuat hanya bagian-bagian tertentu atau

sebagian tubuhnya saja.

2. Jenis Patung Dilihat dari Fungsinya

-Patung Monumen (Patung Memorial), merupakan patung yang berfungsi sebagai

peringatan terhadap seorang tokoh atau suatu peristiwa sejarah.

-Patung sebagai Lambang Pemujaan (Sakral), merupakan patung yang digunakan


sebagai lambang pemujaan dalam acara keagamaan atau sebagai media

peribadatan.

=Patung Miniatur, merupakan patung tiruan suatu bangunan atau arca dalam

ukuran kecil.

=Patung Dekorasi, merupakan patung yang berfungsi untuk keindahan (menghias)

didalam maupun di luar ruangan. 

3. Teknik Pembuatan Patung 

-Teknik Butsir, merupakan cara membuat patung dari bahan lunak (tanah liat, gips,

malam) dengan mengurangi dan atau menambah bagian - bagiannya.

-Teknik Pahat, merupakan cara pembuatan patung dari bahan keras (kayu, tulang,
batu, gips yang mengeras) dengan mengurangi bagian yang tidak diperlukan.

-Teknik Merakit, merupakan pembuatan patung dengan cara merangkai bahan

serta menghubungkannya (bahan-bahan yang telah rusak) seperti pada permainan

puzzle.

-Teknik Cetak atau Cor, merupakan cara pembuatan patung dengan memanaskan

logam hingga mencair kemudian dituangkan dalam cetakan.

-Teknik Membentuk (Dibentuk), merupakan teknik yang dilakukan dengan cara

membentuk sedikit demi sedikit atau bertahap sehingga tercipta patung yang kita

inginkan.

-Teknik Modelling, merupakan teknik pembuatan patung dengan cara membuat

model terlebih dahulu.

4. Alat untuk Membuat Patung Berdasarkan Bahan yang Digunakan

-Pembuatan patung berbahan tanah liat memerlukan butsir dan sudip untuk

mengambil dan menambal atau menambahkan bahan serta manghaluskan

permukaan yang sulit dijangkau secara langsung oleh tangan.

-Patung berbahan kayu dalam pembuatannya memerlukan pisau, kapak, martil,

gergaji, serta ampelas.

-Patung dari bahan batu alat yang digunakan berupa pahat baja, martil besi,

gurinda (Grenda).

-Patung cetak dari bahan logam alat yang digunakan adalah kompor pengecor, alat

cetak, dan gurinda

-Patung pahat dari bahan logam (berupa plat), alat yang diperlukan berupa martil,

tatah (patah), dan gurinda (grenda).

-Patung berbahan semen alat yang diperlukan pisau, martil, dan tang.

Demikianlah ulasan kali ini tentang patung, dengan judul artikel Patung Sebagai
Karya Seni Rupa 3D, sampai jumpa lagi pada ulasan berikutnya.


Contoh Seni Patung Serta Penjelasannya
Dari nama-nama tersebut, terlihat bahwa seni patung merupakan salah satu cabang
seni yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Butuh kreativitas, keterampilan, dan
perhitungan yang matang agar sebuah patung dapat berdiri kokoh dan tak lupa
untuk indah dipandang. Maka dari itu, artikel kali ini akan membahas tentang
pengertian, jenis, teknik, dan 10 contoh seni patung. Apa saja kah itu? Simak
pembahasannya di bawah ini.

Pengertian Seni Patung

satu cabang seni rupa tiga dimensi yang mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi
murni dan fungsi terapan. Sebagai seni terapan, patung bisa dilihat pada tiang
penyangga bangunan-bangunan kuno, sedangkan sebagai seni murni, patung
diciptakan sebagai media ekspresi. Umumnya, seni patung lebih dikenal sebagai
seni murni. Seni patung dapat dinikmati dari segi nilai dan bentuk estetis dari
berbagai sudut pandang.

Ada pula pengertian seni patung menurut beberapa ahli dan kamus besar, di
antaranya:
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, patung adalah tiruan bentuk
manusia, hewan, dan sebagainya yang dibuat dengan sebuah cara (contohnya
dengan cara dipahat) menggunakan bahan batu, kayu, atau lainnya.

2. Menurut Mikke Susanto (2002: 296), seni patung merupakan tipe karya tiga
dimensi yang bentuknya dibuat dengan metode aditif (membuat model lebih dulu,
seperti mengecor atau mencetak) atau metode subtraktif (mengurangi bahan,
seperti memotong atau memahat).

3. Menurut Soenarso dan Soeroto (1996: 6), berpendapat bahwa seni patung
merupakan semua karya dalam bentuk meruang.

Jenis Seni Patung


Seni patung dapat dikategorikan dalam beberapa jenis. Jika dilihat dari bahan
pembuatannya, patung dibagi menjadi:

Patung Kayu
Patung kayu adalah patung yang dibuat dari bahan kayu, seperti kayu jati, kayu
cendana, kayu bekas pengolahan lain, dan sebagainya.

Patung Batu
Patung batu adalah patung yang dibuat dari bahan batu. Biasanya batu yang
digunakan berukuran besar sehingga mudah untuk dipahat sesuai bentuk yang
diinginkan.

Patung Tanah Liat


Patung tanah liat adalah patung yang dibuat dari bahan tanah liat dengan
menggunakan keterampilan tangan untuk membentuknya.

Patung Logam
Patung logam adalah patung yang dibuat dari bahan logam, seperti perak,
perunggu, emas, dsb, dengan menggunakan teknik yang dikuasai, dan masih
banyak lagi bahan lainnya.

Adapula seni patung terbagi menjadi tujuh jenis menurut Sahman dalam
Karthadinata (1997: 88), yaitu:

Relief
Relief merupakan ukiran patung yang melekat pada bidang atau latar belakang.
Relief ini hanya dapat dilihat dari arah depan saja.

Free Standing Sculpture


Free standing sculpture atau patung lepas merupakan jenis patung yang berbentuk
tiga dimensi. Jenis ini tidak terikat pada bidang, latar belakang atau
bangunan. Free standing sculpture berdiri sendiri sebagai sebuah karya dan dapat
dilihat dari segala arah.

Kinetic Sculpture
Kinetic sculpture merupakan patung yang bisa bergerak. Jenis ini terdiri dari
komponen yang dapat menghasilkan sumber tenaga untuk bergerak.

Setting Sculpture
Setting sculpture merupakan patung yang dirancang dengan memerhatikan terlebih
dahulu letak patung sebelum dibuat. Patung ini biasanya dibuat untuk bangunan-
bangunan yang luas dan memerlukan perhitungan terlebih dahulu, contohnya pada
taman, rumah, dan sebagainya.

Architectural Sculpture
Architectural sculpture merupakan jenis patung yang berfungsi sebagai bagian dari
rancangan suatu lingkungan arsitektur atau sebagai hiasan.
Portrait Sculpture
Portrait sculpture merupakan patung replika dari manusia. Biasanya patung ini
merupakan potret dari seseorang yang berjasa atau sebagainya.

Monumental Sculpture
Monumental sculpture merupakan patung yang dibuat untuk mengabadikan atau
memperingati suatu momen atau peristiwa penting.

Teknik Seni Patung


Teknik merupakan cara atau keterampilan yang digunakan untuk mengolah segala
unsur bahan menggunakan peralatan sehingga menjadi sebuah karya seni yang
menarik. Dalam seni patung, terdapat berbagai macam teknik yang dapat
digunakan, yaitu:

Assembling
Assembling yang berarti merangkai, merupakan teknik dengan cara merangkai
sebuah komposisi dari bermacam-macam material. Bahan yang digunakan antara
lain, yaitu kertas, kayu, tekstil, karet, kaca, plastik, kulit atau benda yang
ditemukan.

Carving
Carving yang berarti memahat, merupakan teknik substraktif, yaitu mengurangi
material sampai memperoleh bentuk akhir sebuah patung. Material yang dapat
digunakan dengan teknik ini di antaranya kayu, batu, cor semen atau materi
lainnya. Selain itu, dibutuhkan juga alat yang digunakan untuk memahat, seperti
kapak, golok, gergaji mesin, dan sebagainya. Untuk detail patung menggunakan
pahat (batu dan kayu), pasah, kikir, dan sebagainya. Sebagai penyempurna, kamu
bisa menggunakan amplas, slab, cat, furnishing, dan lain-lain.

Modeling
Modeling atau membentuk merupakan teknik dengan proses membentuk dengan
menambahkan (aditif) atau mengurangi (subtraktif) bahan atau sesuatu sehingga
menjadi patung yang diinginkan. Material yang dibangun menuju ke bentuk akhir
sebuah patung. Material ini tidak boleh sembarangan karena yang dibutuhkan
adalah yang bersifat lentur, seperti lilin, plaster, semen, bubur kertas atau tanah
liat. Pematung hanya menggunakan tangan untuk membentuk dengan teknik ini.
Bisa juga dibantu dengan alat, seperti butsir.

Casting
Casting yang berarti menuang atau mencetak, merupakan teknik dengan mencetak
bahan atau adonan yang bersifat cair menggunakan cetakan agar menghasilkan
bentuk yang dikehendaki.  Pada teknik ini, bahan yang dibutuhkan yaitu adonan
dan pastinya cetakan. Bahan adonan yang digunakan, seperti semen, gipsum, fiber
glass, logam, dan sebagainya. Casting bisa disebut juga teknik cor.

Constructing
Constructing atau konstruksi adalah teknik dengan menyusun, menggabungkan
atau merangkai komponen sehingga memperoleh bentuk yang sesuai dengan media
perekatnya. Teknik ini menggunakan bahan seperti logam atau besi dan
menggunakan alat las sebagai penyambung. Kamu juga bisa menggunakan palu,
lem, atau alat lain yang bisa menyambungkan bahan. Constructing memiliki
kecenderungan pada karya arsitektural atau seni bangunan.

Contoh Seni Patung


Setelah melihat penjelasan seni patung, jenis, dan tekniknya, berikut adalah contoh
seni patung yang indah dan patut untuk dibanggakan karena merupakan hasil dari
pematung Indonesia.

Patung Garuda Wisnu Kencana


Sumber: mytrip123.com

Patung ini merupakan mahakarya dari pematung Indonesia, I Nyoman Nuarta.


Garuda Wisnu Kencana berada di kompleks Taman Budaya Garuda Wisnu
Kencana yang terletak di Bukit Unggasan, Jimbaran, Bali. Ketinggian patung
mencapai 75 meter dengan lebar 60 meter. Patung ini terbuat dari campuran baja
dan tembaga dengan berat 4000 ton.

Patung kebanggaan masyarakat Indonesia, khususnya Bali, merupakan perwujudan


Dewa Wisnu yang dalam agama Hindu merupakan dewa pemelihara (Sthiti) yang
mengendarai burung Garuda. Patung ini dibangun dengan jarak pandang sampai 20
km sehingga dapat terlihat dari Kuta, Sanur, Nusa Dua sampai Tanah Lot.

Monumen Selamat Datang


Sumber: tokopedia.com

Monumen ini merupakan mahakarya yang dibangun dalam rangka menyambut


Asian Games IV di Jakarta pada tahun 1962. Monumen ini dibuat oleh Edhi
Sunarso dan Henk Ngantung. Berada di tengah Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta,
patung ini diproyeksikan dengan sepasang manusia yang sedang menggenggam
bunga di tangan kiri dan melambaikan tangan. Monumen ini menghadap ke arah
utara seakan-akan menyambut orang-orang yang datang dari arah Monumen
Nasional.

Monumen Selamat Datang terbuat dari perunggu yang memiliki ketinggian kepala
hingga kaki 5 meter, ketinggian dari kaki hingga tangan yang melambai kurang
lebih 7 meter, dan ketinggian kaki patung adalah 10 meter. Monumen ini awalnya
dikerjakan oleh Wakil Gubernur Jakarta, Henk Ngantung dengan pelaksana
pembuatan yaitu tim pematung Keluarga Arca pimpinan Edhi Sunarso dan
diresmikan oleh Presiden Sukarno pada tahun 1962.

Patung Solidaritas
Sumber: galeri-nasional.or.id

Patung ini merupakan mahakarya dari pematung wanita Indonesia, yaitu Dolorosa
Sinaga. Lahir di Sibolga tahun 1953, beliau memang dikenal dengan karya-karya
yang menggambarkan perjuangan wanita, solidaritas, multikulturalisme krisis, dan
keimanan. Patung bermedia perunggu dengan ukuran 84 x 100 x 29 cm ini dibuat
pada tahun 2000. Patung ini berwujud sekelompok wanita yang berdiri berjajar
dengan tangan saling menggapit. Patung ini secara abstrak menunjukkan satu
keutuhan dalam kebersamaan yang menjadi ungkapan ekspresi yang kuat
mengenai sosok wanita.

Monumen Tonggak Samudra


Sumber: novyalrepula.blogspot.com

Monumen yang terletak di pinggir pelabuhan peti kemas Tanjung Priok ini adalah
mahakarya seorang Gregorius Sidharta. Beliau merupakan pelopor pembaruan seni
patung di Indonesia, lulusan Akademi Seni Rupa Indonesia di Jogjakarta. Tonggak
Samudra diciptakan sebagai simbol kekuatan pelabuhan Tanjung Priok sebagai
jantung perdagangan Indonesia. Monumen ini bergaya semi-abstrak dengan bidang
yang berbentuk cekung dan cembung.

Monumen Patung Dirgantara


Sumber: id.wikipedia.org

Monumen ini dikenal juga sebagai patung Pancoran yang terletak di Kawasan
Pancoran, Jakarta Selatan. Patung Dirgantara yang terbuat dari perunggu seberat 11
ton ini dirancang oleh Edhi Sunarso sang pelopor seni patung modern Indonesia.
Patung ini memiliki ketinggian 11 meter dengan kaki patung mencapai 27 meter.
Patung Dirgantara sendiri merupakan ide Presiden RI pertama, Ir Soekarno, yang
menginginkan patung untuk simbol dunia penerbangan Indonesia.

Patung Buddha  Tidur


Sumber: blog.reservasi.com

Patung Buddha Tidur termasuk patung terbesar di Indonesia. Patung ini juga
menempati urutan ketiga setelah patung Buddha di Thailand dan Myanmar. Patung
ini terletak di desa Bejijong, kecamatan Trowulan, Mojokerto, provinsi Jawa
Timur. Patung Buddha Tidur dibuat dengan bahan beton serta memiliki panjang 22
meter dengan lebar 6 meter dan tinggi 4,5 meter. Patung yang dibuat pada tahun
1993 ini merupakan karya YM Viryanadi Maha Tera, seorang pematung asal
Trowulan.

Lokasinya selain sebagai tempat peribadatan, tetapi juga sebagai tempat wisata.
Patung yang berwarna kuning keemasan ini memiliki bagian bawah yang terdapat
relief-relief yang menceritakan kehidupan Sang Buddha Gautama, hukum
karmaphala, dan hukum tumimbal lahir. Suasana dalam komplek Maha Vihara
yang teduh dan sejuk, selain terkenal dengan Patung Buddha Tidur, terkenal juga
dengan beberapa candi peninggalan kerajaan zaman dahulu.

Patung Jalasveva Jayamahe


Sumber:
mengakubackpacker.blogspot.com

Patung Jalasveva Jayamahe merupakan patung yang menggambarkan TNI


Angkatan Laut lengkap dengan Pakaian Dinas Upacara (PDU) dan pedang
kehormatan yang menghadap ke arah laut. Jalasveva Jayamahe diambil dari motto
angkatan laut Indonesia yang berarti Di Laut Kita Berjaya.

Patung Jalasveva Jayamahe terletak di Dermaga Ujung Tanjung Perak, kota


Surabaya, Jawa Timur. Memiliki ketinggian mencapai 30,6 meter, patung ini
dibangun pada tahun 1993 oleh Pemimpin kepala Staf TNI Angkatan Laut
Indonesia kemudian dilanjutkan oleh Laksamana TNI Muhammad Arifin dan
dirancang oleh I Nyoman Nuarta. Selain sebagai patung ikonik, patung ini juga
berfungsi sebagai mercusuar untuk kapal laut.

Patung Arjuna Wijaya


Sumber: id.wikipedia.org

Patung ini memiliki tiga sebutan, yaitu patung Arjuna Wijaya, patung Arjuna
Wiwaha atau patung Asta Brata. Terletak di persimpangan jalan MH Thamrin dan
jalan Medan Merdeka, Jakarta, patung ini berbentuk patung kereta kuda dengan air
mancur. Patung ini dibangun sekitar tahun 1987. Patung ini adalah mahakarya
maestro I Nyoman Nuarta dan dikerjakan oleh sekitar 40 orang seniman yang
dibuat di Bandung, Jawa Barat.

Patung Arjuna Wijaya merupakan patung yang menggambarkan adegan dalam


kisah Mahabarata. Terdapat dua tokoh Pandawa, yaitu Arjuna yang sedang
menggenggam busur panah dan Batara Kresna yang sedang menaiki kereta perang
berkepala garuda yang ditarik oleh delapan kuda yang melambangkan delapan
filsafat kepemimpinan Asta Brata. Patung ini menggambarkan keadaan
pertempuran dua tokoh Pandawa melawan Adipati Karna dari kubu Kurawa.

Nah, itu dia contoh seni patung yang ada di Indonesia. Untuk penyebutan patung
dan monumen sendiri terkadang masih menjadi perdebatan antara pengamat seni
karena banyak proyek seni tiga dimensional yang menggunakan kata ‘monumen’
tidak sesuai dengan latar belakangnya. Padahal monumen sebenarnya lebih
mengacu pada peristiwa atau momentum yang menjadikan patung tersebut
monumen yang menggambarkan suatu keadaan khusus, sehingga masih menjadi
contoh kritik seni patung tersendiri.
5 Biografi Pematung Terkenal Indonesia dan
Karyanya
Biografi pematung Terkenal Indonesia seringkali sulit ditemukan, hal ini mencerminkan
bahwa apresiasi terhadap seni patung Indonesia masih kurang. Padahal, banyak sekali kisah
dari para seniman yang dapat dijadikan pembelajaran dan bermanfaat khusunya dalam bidang
seni. Patung sendiri merupakan sebuah cabang seni rupa. Karya seni ini termasuk ke
dalam jenis karya seni rupa 3 dimensi. Tokoh Seni Patung asal indonesia memiliki berbagai
macam aliran atau gaya dalam menghasilkan karya seninya masing-masing. Biasanya para
pematung yang memiliki karakteristk dan unik menjadi terkenal karena karyanya yang
berbeda dan menggugah perasaan para penikmatnya.

Sebelumnya, kita telah membahas mengenai para seniman patung terkenal di dunia dan
pematung terkenal asal indonesia berikut daftar karya-karyanya. Kali ini kita akan membahas
perjalanan mereka dengan lebih mendetail lewat biofrafi pematung terkenal Indonesia di
bawah ini :

1. I Nyoman Tjokot

Lahir di Desa Jati, Gianyar, Bali 1886. Wafat


di bali pada tahun 1971. Sebenarnya tidak ada catatan akurat yang menerangka bahwa I
Nyoman Tjokot lahir pada 1886. Sebagian sumber menyebutkan bahwa beliau lahir pada
1888. Ironi memang, seakan-akan hal tersebut memang tidak perlu dicatatkan.

Hal ini semakin menerangka bahwa Tjokot memang mencorong cemerlang nun jauh
melampaui batas desa, pulau, bahkan negara kelahirannya. Ia lebih awal diapresiasi dan
terkenal di mancanegara, seperti Amerika dan Eropa ketimbang Seantero Indonesia, apalagi
Bali. Apresiasi yang dimaksud di sini adalah Apresiasi seni rupa terhadap karya-karyanya.
Tidak hanya memiliki budaya Indonesia yang menduia tetapi Indonesia juga memiliki
seniman yang semua karyanya diakui oleh dunia.
Ketertarikannya pada patung bermula pada seringnya beliau bersemedi di sebuah Pura Taro
yang berjarak 5km dari desa kelahirannya, yang konon bekas peninggalan Kerajaan
Majapahit. Di sana terdapat beberapa ukiran yang menunjukan keprimitifan. Kasar, tapi enak
di pandang dan bersifat magis. Dari situlah beliau mulai berani mencoba membuat ukiran di
atas kayu. Tidak ada yang menjelaskan motif seperti apa yang ia pelajari saat itu,
apakah motif seni ukir nusantara atau bukan. Dan karya yang dibuatnya tersebut banyak
digemari oleh orang-orang disekitarnya. Padahal, patung yang di buat beliau begitu
sederhana, tetapi tetap utuh. Ia membuat patung tanpa mengubah bentuk kayu, tapi tetap
memiliki ornamen.

Dari kayu, beliau mengembangkan imajinasinya menjadi semakin liar. Beliau menghasilkan
karya patung yang semakin ekspresif dengan bentuk-bentuk beraga, dan mata yang mendelik
tajam. Karya-karya beliau memberi nafas dan suasana baru terhadap dunia seni tiga dimenasi
di Kota Bali. Padahal sebelumnya, kesenian patung di Bali mulai bergeser dan mengejar
bentuk-bentuk naturalisme. Karena seperti kita ketahui bahwa kesenian itu erat sekali
hubungannya dengan kebudayaan. Tidak hanya kebudayaan bali, bisa saja kebudayaan suku
batak ataupun kebdayaan yang ada diseluruh negeri ini. Namun berkat beliau, lahirlah sebuah
gaya baru. Yakni ‘Tjokotisme’. Tjokotisme ini tidak hanya sekedar julukan atau nama aliran /
gaya dalan seni patung. Melainkan, secara fisik hal tersebut dapat dijabarkan sebagai karya
seni patung yang penuh dengan ornamen, yang secara selintas mirip dengan relief (Karya seni
dua dimensi) namun dalam versi tiga dimensinya. Tentunya kalian semua sudah
mengetahui pengertian seni rupa 2 dimensi. Ornamen-ornamen yang terpampangpun
memiliki karakteristik berupa wajah-wajah yang mengalami deformasi sedemikian rupa.

Awal-awalnya kemunculan Gaya Tjokot ini kerap ditertawakan hingga diolok-olok, bahkan
oleh Pelukis genius Maestro dari Banjar Taman, Ubud, I Gusti Nyoman Lempad. Karya seni
Tjokot sering disebut kayu bakar oleh Lempad pada tahun 1930-an silam.

Tetapi, Tjokot tepat tidak bergeming dan istiqomah / konsisten. Tekadanya kuat dan
menggunung. Tidak Teruntuhkan. Beliau selalu memantapkan diri dengan kata-kata “Buah
ciptanya bukan kayu bakar, tapi karya berkeunggulan mutu seni”. Dan hal tersebut memang
benar-benar terjadi. Orang-orang yang mencemoohnya mulai mengapresiasi karya-karyanya.
Publik dan pengamat seni mulai memperhatikan usuhanya dalam berkarya. Meski hal
tersebut terjadi setelah berpuluh-puluh tahun berkarya. Beliau merupakan seniman dengan
karya-karya yang unggul namun tetap bersahaja, polos, spontan dalam kehidupan sehari-
harinya.

Darisitulah kisah Tjokot mulai melambung ke Mancanegara. Namanya sejajar dengan


Maestro Penari I Ketut Maria dan Maestro Lukis Affandi.  Nama Tjokot lebih tenar di Luar
negeri. Karya-karyanya diburu. Bahkan dikoleksi kalangan elite dan lembaga bergengsi.
Saking terkenalnya, begitu Tjokot meninggal, karya-karyanya tidak tersisa satupun, habis
diburu untuk dikoleksi para penikmatnya.

Bakat beliau di dunia seni benar-benar otodidak tulen, bakatnya mencelat dibentuk oleh alam
dari tatapan mata. Tidak ada guru khusus, kecuali kemauannya, niat jiwanya. Bagi seorang I
Nyoman Tjokot, tugas manusia hidup cuma satu : bekerja sungguh-sungguh, sepenuh jiwa,
hingga menghasilkan karya sebaik-baiknya, sepuncak-puncaknya. Berkat semua dedikasi,
ketekunan dan kerja kerasnya, ia mendapatkan peghargaan Anugerah Seni pada 1969 juga
penghargaan kebudayaan kategori tanda kehormatan satyalencana kebudayaan pada tahuan
(2015).
2. Dolorosa Sinaga

Lahir di Sibolga, Sumatera Utara pada tahun


1953 dengan nama lengkap Dolorosan Sinaga. “Mematung harus melibatkan kerja keras,
banyak masalah teknik yang harus dikuasai dan yang paling utama adalah bahwa seni patung
tersebut menawarkan persoalan relasi dimensional pada manusia.” Itulah ugkapan seiman
pematung Indonesia yang kini juga berkiprah menjadi pengajar Fakultas Seni Rupa Institut
Kesenian Jakarta.

Perempuan batak ini menempuh pendidikan di Institut Kesenian Jakarta, St. Martin’s School
of Art, London, Inggris. Kemudian setelahnya ia juga menuntut ilmu di Karnarija Lubliyana,
Yugoslavia dan Piero’s Art Foundry Berkeley, di Amerika Serikat.

Seni Patung merupakan kehidupannya. Ia menjalani kehidupannya sehari bersama karya-


karya seni yang terus diciptakannya. Dolo, begitu nama panggilannya, merupakan anak
keempat dari delapan bersaudara. Ia merupakan Putri dari Karel Mompang Sinaga, seorang
pengusaha dan pendiri Bumi Asih Group. Awalnya ia sama sekali tidak tertarik dengan seni
patung. Tapi ketika ia menempuh pendidikan di IKJ, ia akhirnya mulai menekuni dunia seni
patung dan mulai debutnya di sana.

Selama puluhan tahun ia menjalani profesinya sebagai pematung. Selama puluhan tahun
itupun ia telah mencoba berbagai medium dalam menghasilkan patung. Terakhir, medium
yang ia gunakan untuk membuat patung adalah Logam perunggu. Alasannya menggunakan
logam perunggu sebagai medium adalah karena logam perunggu memiliki kualitas yang
memukau serta permukaannya yang berkilau. Dolo mengatakan bahwa Di dalam perunggu
tersimpan nuansa karakter perempuan dan pada sisi lain perunggu memiliki kekuatan dan
ketahanan yang cenderung sebagai karakter laki-laki dan karena hal itu dapat disimpulkan
bahwa dalam karakter perunggu itu ada dua karakter yang tertentangan, tetapi tak dapat
dipisahkan.

Perjalanannya dalam menggeluti dunia sni patung telah berhasil melahirkan banyak karya.
Karya-karya tersebut diantaranya : Gate of Harmony di Kuala Lumpur, Malaysia dan The
Crisis yang dibuatnya pada 1998 bertengger di kota Hue, Vietnam. Semua dialkukannya
ketika perempuan batak ini mendapat kepercayaan untuk mewakili Indonesia dalam Asean
Squan Sculpture Symposium pada tahun 1987.
Dolo merupakan pendiri dari Gallery Somalaing dan Majalah Tapian. Di studionya (dengan
dibantu oleh kurang lebih 15 karyawan) ia merancang pembuatan piala dan thropy.
Rancangan piala tersebut adalah untuk penghargaan Yap Thiam Hien, Kridha, Wanadya
Tahama. Selain itu, untuk anugerah menteri negara urusan peranan wanita untuk almarhumah
Ny. Tien Soeharto dan Trophy kegiatan budaya Jakarta International Women’s Festival.

Yang paling menarik dar karya-karya seorang Dolorosa adalah aspek Gender. Posisi Gender
yang kerap mengungkapkan kemana karya-karyanya berbicara. Melalui karya-karyanya ia
menolak historis feminitas yang kerap dipaksakan atau dilabelkan oleh laki-laki pada
perempuan. Kerja kerasnya dalam dunia seni patung, serta konsennya terhadap
pengembangan kesenian serta budaya membawanya pada banyak penghargaan. Diantaranya :

3. I Nyoman Nuarta

Sedikit berbeda dengan dua seniman yang


telah dijelaskan sebelumnya. I Nyoman Nuarta merupakan Seniman Patung (Pematung) yang
sangat terkenal di Indonesia. Ia dikenal sebagai Maestro Patung asal Bali dengan karyanya
yang paling terkenal : Patung Garuda Wisnu Kencana.

Ia lahir pada tanggal 14 November 1951 di Tabanan, Bali. Pria yang menempuh pendidikan
seni rupa di ITB pada tahun 1972 ini merupakan anak keenam dari sembilan bersaudara.
Ayahnya berana, Wirjamidjana dan ibunya bernama Semuda. Pada awalnya ia mengambil
jurusan seni lukis, namun memutuskan untuk pindah ke jurusan seni patung pada tahun kedua
kuliahnya. Karena lebih dahulu menggeluti seni lukis, sudah barang tentu jika Nuarta pandai
menggambar. Pengertian menggambar adalah kegiatan meniru barang, orang atau binatang
dan sebagainya yang dibuat dengan coretan pensil atau alat lainnya pada suatu kertas. Nuarta
cenderung menghasilkan karya bergaya naturalistik dalam membuat karya seni patung,
namun tidak diketahui alirannya dalam seni lukis. Tapi pasti ada diantara macam-macam
aliran seni lukis seperti yang telah dibahas sebelumnya. Sedangkan bahan atau medum yang
ia gunakan sebagai bahan pembuatan patung adalah tembaga dan kuningan.

Sejak Kecil, Nuarta diasuh oleh pamannya yang merupakan seorang guru seni rupa. Ia
tumbuh dan berkembang di lingkungan seni rupa, maka, tidak aneh rasanya jika ia tumbuh
menjadi sosok seniman seperti sekarang ini. Pamannya, Ketut Dharma Susila inilah yang
menjadukan Nuarta mulai memahami dunia seni patung sedar kecil. Setelah lulus SMA ia
memutuskan untuk masuk ITB dan akhirnya memenangkan lomba patung proklamator
Republik Indonesia. Darisitulah debut Nuarta dimulai. Ia mulai dikenal dan diakui oleh
banyak orang serta para seniman di bidang yang sama saat usianya masih begitu muda.

Karya lainnya yang fenomenal adalah pembuatan patung panglima perang yang menhadap ke
Laut di Dermaga Ujung Madura. Patung tersebut banyak dikenal di daerah Jawa timur. Biasa
disebut atau terkenal dengan sebutan monumen Jalesveva Jayamahe.
Tidak sampai disitu, Nuarta mulai mengkapanyekan atau mulai menerbarkan virus seni rupa
modern pada masyarakat khususnya generasi muda Indonesia. Ia membangun Studionya
sendiri yang bernama Studio Nyoman Nuarta dan NuArt Sculpture Part di bandung dan di
Bali. Di Studionya itu, NuArt Sculpture, sering juga diadakan pameran karya seni. Jenis-jenis
pameran yang diselenggarakan oleh Nuarta pun beragam dan kerap melibatkan banyak
seniman lain.

4. Edhi Sunarso

Edhi Sunarso lahir di Salatiga, Jawa tengah


pada hari sabtu tanggal 2 juli tahun 1932. Mungkin nama Edhi Sunarso tidak begitu banyak
dikenal oleh masyarakat umum. Apalagi oleh anak muda jaman sekarang. Tapi, tahu kah
kalian bahwa di balik namanya yang ‘tidak terlalu terkenal’ terlahir banyak karya fenomenal
yang kerap kali di temukan di Jakarta. Contonya, Monumen selamat datang yang ada di
Bundaran Hotel Indonesia ataupun patung pembebasan Irian Barat yang ada di lapangan
Banteng. Sebenarnya, orang-orang akan langsung ‘ngeh’ jika karyanya disebutkan. Tanpa
mereka tahu sosok di balik pembuatan semua mahakarya tersebut.

Setelah lulus dari STSRI atau ASRI Yogyakarta, salah satu dari tokoh seni rupa Indonesia ini
melanjutkan pendidikannya di Visva Bharanti Rabindranath Tagoere University, India.
Selama berpuluh-puluh tahun ia mengabdikan diri sebagai pematung yang banyak
menyiptakan karya berupa monumen bersejarah yang dapat membangkitkan rasa
nasionalisme Bangsa Indonesia.

Yang tidak banyak diketahui oleh orang lain mungkin adalah fakta yang menyebutkan bahwa
seorang Edhi Sunarso pernah bergabung menjadi tentara nasional Indonesia. Dan mulai terjun
ke lapangan sebagai prajurit pada usia yang realtif muda, yaitu 7 tahun. Selain menjadi
tentara yang membangun dan membela kedaulatan Negeri ini, Edhi juga pernah merasakan
Siksaan Penjara. Ia menjadi tawanan tentara kerajaan Belanda pada usianya ke-14.

Selain bakatnya yang memang sudah terlihat dari kecil, ia juga belajar memahat dan
menggambar secara otodidak. Dengan bakat dan tentunya keberuntungan yang menyertainya,
Edhi Sunarso berhasil melejit dan terkenal pada tahun 1950-an. Prestasinya yang lain adalah
ketika ia berhasil dinobatkan sebagai pemenang kedua lomba patung sedunia yang diadakan
di London tahun 1953. Kemudian disusul dengan penghargaan lainnya seperti Medali emas
untuk karya seni patungnya di India. Berturut-turut dari tahun 1956 – 1957. Meski pada saat
ini nama Edhi mulai tenggelam, karena seniman baru selalu hadir dan membawa perubahan.
Tapi karya-karyanya tetap abadi dan juga ikut berkontribusi pada seni yang lahir jaman saat
ini.
5. Gregorius Sidharta

Dharta, nama panggilan akrabnya, sering


menggunakan medium yang ‘berbeda’ dari kebanyakan seniman-seniman lain, bahkan
cenderung tak lazim. Contohnya, Dharta pernah membuat patung dengan bahan beras dan
mata uang. Selain seni patung, Dharta pernah menjelajahi cabang seni lain seperti Seni Lukis,
Keramik bahkan kerajinan tangan.

Jika bertanya mengenai konsepnya dalam berkarnya, pria kelahiran Yogyakarta, 30


November 1932 ini pernah menjawab “Saya berkarya mengikuti nafas dari hari ke hari, dari
pagi ke pagi hingga malam. Ke depan saya berjalan ke belakang saya menengok, agar
perjalanan tak pernah putus. Dahulu adalah leluhurku, kini saya berada dan esok adalah
keturunanku. Satu rangkaian yang bersambung tak terputus menyongsong masa depan yang
abadi.” Dari jawabannya, Dharta bisa digambarkan sebagai salah satu seniman yang berkarya
benar-benar dari hati. Ia menciptakan apa yang benar-benar ingin ia ungkapkan.

Dalam proses melahirkan karyanya, Dharta seringkali tidak memiliki bayangan atau konsep
yang jelas terhadap hasil akhir karyanya. Meski begitu, ia selalu mengkonsep gagasannya
meski hal tersebut hanya terdapat diotaknya saja (tanpa tergambar di sketsa). Mengapa?
Karena selalu terjadi tarik ulur antara imajinasi, konsep dan medium. Sehingga kadangkala,
apa yang menjadi hasil akhir karyanya tidak sama dengan apa yang telah ia bayangkan.
Meski begitu, karya Dharta tetap sarat akan nilai estetika.

Pengertian estetika menurut para ahli sudah kita bahas sebelumnya, disana dijelaskan bahwa
estetika berarti susunan bagian dari sesuatu yang mengandung pola, dimana pola tersebut
mempersatukan bagian-bagian yang membentuknya dan mengandung keselarasan dari unsur-
unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan. Poin estetika sangat penting, mengingat seni
patung bukanlah karya seni rupa terapan yang juga dilihat nilai fungsionalitas kegunaannya.
Dan hal tersebut merupakan salah satu perbedaan seni rupa murni dan terapan.

Dharta merupakan anak ketiga dari sebelas bersaudara dengan ayah dan ibu seniman.
Ayahnya, Bernadius Soegijo dan Ibunya Claudia Soemirah lah yang menghidupkan kepekaan
estetiknya. Lingkungan keluarganya juga menggemari musik klasik Brat dan jawa dan
berbagai kesenian lain.

Seniman satu ini mempelajari seni patung secara formal di Akademi Seni Rupa Indonesia
(ASRI) Yogyakarta. Meski begitu, sebelumnya, ia telah mempelajari dasar-dasar melukis dari
tokoh-tokoh pelukis, seperti hendra gunawan dan trubus pada era tahun 1950-an. Setelahnya,
setelah lulus dari ASRI Yogyakarta, Ia pergi ke Belanda untuk belajar  di Jan van Eyck
Academie. Setelah kembali ke Indonesia, ia sempat mengajar sebagai Dosen di Jurusan Seni
Rupa ITB.

Nama Gregorius Sidharta semakin menanjak ketika ia berhasil membuat karya yang berjudul
Tangisan Dewi Betari yang pada saat ini menjadi koleksi sebuah museum di Jepang.

Penhargaan yang pernah diraihnya diantaranya : Anugerah Seni dari Badan Musyawarah
Kebudayaan Nasioanl pada tahun 1952, Anugerah Seni DKI Jakarta pada tahun 1982,
Penghargaan Patung Terbaik dari Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1986, Penghargaan
ASEAN ke-2 untuk kebudayaan, komunikasi dan Karya Sastra pada tahun 1990 dan
penghargaan Rencana Monumen Proklamator di Jakarta.

Menjelang akhir hayatnya, Gregorius Sidharta melahirhkan karya yang terakhirnya.


Karyanya tersebut berjudul Crucifix 2006 dan merupakan sebuah salib. Pada akhirnya ia
meninggal dunia pada usia 74 tahun akibat kanker paru-paru yang telah dideritanya selama
satu tahun.

Begitulah kisah dan cerita hidup serta Biografi pematung terkenal Indonesia. Kisah yang
sarat dengan perjuangan dan kerja keras. Cerita yang tidak akan luntur dimakan jaman. Raga
boleh terkubur, jiwa boleh menghilang. Tapi karya-karya mereka abadi. Nama mereka
dikenang tak luntur oleh jaman. Semoga kita semua dapat memetik pelajaran dari cerita di
atas. Semoga kita senantiasa menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat mengharumkan nama
Indonesia dengan Karya serta tetap dapat mengambil manfaat belajar seni.

Anda mungkin juga menyukai