Anda di halaman 1dari 6

Perencanaan & Rekayasa Alam

by juragan.sipil14/11/2012

Dunia teknik tidak akan jauh dari istilah perencanaan (design) dan rekayasa
(engineering). Sebut saja teknik apa pun itu, niscaya ada unsur design dan
engineeringnya. Engineering dekat kepada sains, karena engineering adalah ilmu
terapan dari sains. Sementara di sisi lain, sampai saat ini posisi sains dan agama
masih terdapat dua kubu, ada yang menganggap sains dan agama adalah dua hal yang
berbeda dan tidak bisa disatukan, dan ada kubu yang memandang bahwa agama dan
sains justru saling menguatkan satu sama yang lain. Selama ini, saya lebih banyak
bertemu dan membaca karya orang-orang yang berada di kubu kedua. Tidak sedikit
dari mereka yang mengakui kebesaran dan kekuasaan Sang Pencipta melalui ilmu
sains yang mereka pahami. Saya juga menganut paham kedua, di balik keajaiban
sains itu ada sebuah kekuatan yang tidak bisa dirumuskan, hanya bisa diyakini.

Nah sebagai seorang engineer (bukan saintist) saya kadang iri dengan para
ilmuwan karena hal tersebut di atas. Para ilmuwan bisa terus melakukan riset dan
penelitian mereka, dan mereka punya peluang lebih banyak untuk lebih mendekatkan
diri kepada-Nya dengan mengakui keagungan-Nya melalui penelitian-penelitian
mereka. Taruhlah seorang astronom (ilmuwan benda-benda langit), hanya dengan
mengobservasi benda langit mereka bisa melihat kekuasaan Tuhan di situ.
Tapi. rasa iri itu sudah hilang. Kemarin, hati saya terguncang,. seolah-olah
sedang melihat sebuah gedung megah yang indah, kokoh, canggih, pokoknya luar
biasa. Padahal, sebenarnya obyek yang sedang saya cermati hanyalah sebuah
pohon bambu.

Ini gara-gara saya membaca kutipan sebuah buku yang ditulis oleh Prof. Wiratman
Wangsadinata (seorang ahli konstruksi di Indonesia), judulnya Roosseno: Jembatan
dan Menjembatani. Almarhum Roosseno sendiri dijuluki sebagai Bapak Beton
Indonesia. Ada salah satu bagian di buku itu yang membahas tentang pohon bambu.

Saya akan sedikit berbicara teknis di sini dengan menyunting sebagian isi buku
tersebut. Pohon bambu sangat elastis, setelah ditempa angin kencang pun dia akan
tetap berdiri ke posisi semula. Sekarang, kalo kita perhatian struktur pohon bambu,
ada beberapa poin yang bisa dilihat:

1. penampangnya berbentuk lingkaran berongga (pipa)


2. ukuran penampangnya (diameternya) semakin ke atas semakin kecil
3. serat terluarnya lebih keras (kuat) dibanding serat di dalamnya
4. ada ruas-ruas pada batangnya, dan semakin ke bawah, ruas-ruas itu semakin
rapat (jaraknya dekat)

Nah, apa tinjauan teknisnya? Kalo kita kaitkan ke ilmu teknik sipil, kita akan dapat
penjelasan sebagai berikut:

1. Penampang lingkaran adalah penampang yang mempunyai kekakuan yang


sama ke segala arah. Sementara penampang berongga menunjukkan nilai
ekonomis konstruksi tersebut
2. Semakin ke bawah, beban aksial tekan akan semakin besar, sehingga akan
dibutuhkan luas penampang yang lebih besar di bandingkan di atasnya.
3. Ketika mengalami lentur, serat terluar akan mengalami tegangan tarik maupun
tekan yang paling besar.
4. Ruas-ruas bambu berfungsi sebagai pengaku lateral (lateral support) yang
menjaga agar serat-serat batang bambu tidak mengalami tekuk atau
berhamburan ketika mengalami tekan yang tinggi. Ini mirip dengan prinsip
ties/sengkang pada kolom. Kenapa makin ke bawah makin rapat? Ini ada
kaitannya dengan panjang tekuk.

Begitu mengetahui hal ini, saya sadar ini adalah sebuah konstruksi yang
sempurna dan konstruksi ini sudah dirancang dan dihitung dengan sangat cermat.
Dia bukan engineer, tapi ilmu-Nya melebihi engineer paling hebat yang ada di dunia
ini. Wajar saja, soalnya Dia-lah sumber segala ilmu, Dia-lah Yang Maha Tahu.

Dari situ saya coba merenung lebih luas, berarti tidak hanya ilmu batang lentur, ilmu
teknik sipil yang lain juga pasti sudah tersedia di alam ini. Malah ilmu teknik yang
lain juga. mekanika (teknik mesin) misalnya. Ada tumbuhan yang bisa menutup
daun atau kelopak bunganya ketika terkena rangsangan. Yang menggerakkan daun
atau kelopak tersebut bukanlah sistem rangka dan otot seperti halnya hewan dan
manusia, melainkan sebuah sistem hidrolis sederhana!

Itu baru tumbuhan, kalo kita melirik hewan dan manusia. penuh dengan konsep-
konsep engineering, mulai dari sipil, mekanikal, elektrikal, dll. Berang-berang
misalnya mereka bisa membuat waduk, semua sudah tau itu. Tapi, apakah ada
yang pernah bertanya kenapa waduk yang dibuat oleh berang-berang lebih tebal di
bagian bawah dan semakin ke atas semakin kecil? Seolah-olah berang-berang sudah
tau kalo semakin ke bawah tekanan air semakin besar. Atau, mungkin mereka
memang sudah tau.

Belum lagi, seandainya tidak diciptakan burung, mungkin pesawat terbang tidak akan
pernah ada. Ah pokoknya alam ini adalah sebuah hasil cipta dengan desain dan
teknologi yang paling sempurna. Saya yakin, masih banyak ilmu engineering yang
masih bisa dipelajari dari alam.

Yang saat ini kepikiran adalah. sistem transportasi (traffic engineering) atau
rekayasa lalu lintas hehe Kita sepertinya harus belajar dari sistem transportasi
yang ada di alam. Contohnya, sistem transportasi darah pada tubuh manusia :)
Transportasi darah manusia menggunakan sistem transportasi massal. Satu sel darah
digunakan untuk mengangkut berbagai jenis unsur makanan, oksigen, unsur-unsur
penting, dan unsur-unsur buangan,..semuanya dalam satu angkutan. Bisa
dibayangkan kalo masing-masing unsur diangkut oleh sel darah yang berbeda-beda,
pasti terjadi penumpukan kendaraan pengangkut di mana-mana, tidak efektif. Trus,
pembuluh darah juga harus bersih dan steril. Begitu ada hambatan berupa endapan,
maka terjadi penyumbatan dan itu sangat membahayakan. :P

Nah,.. jadi jika anda seorang insinyur, dan anda merasa kagum dengan desain dan
rancangan anda tolong renungkan lagi. Bisa jadi desain anda itu sudah ada
prototype-nya di alam ini. Wallahu alam.
Rotan adalah sekelompok palma dari puak (tribus) Calameae yang memiliki habitus
memanjat, terutama Calamus, Daemonorops, dan Oncocalamus. Puak Calameae
sendiri terdiri dari sekitar enam ratus anggota, dengan daerah persebaran di bagian
tropis Afrika, Asia dan Australasia. Ke dalam puak ini termasuk pula marga Salacca (
misalnya salak), Metroxylon (misalnya rumbia/sagu), serta Pigafetta yang tidak
memanjat, dan secara tradisional tidak digolongkan sebagai tumbuhan rotan.

Batang rotan biasanya langsing dengan diameter 25 cm, beruas-ruas panjang, tidak
berongga, dan banyak yang dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam. Duri
ini berfungsi sebagai alat pertahanan diri dari herbivora, sekaligus membantu
pemanjatan, karena rotan tidak dilengkapi dengan sulur. Suatu batang rotan dapat
mencapai panjang ratusan meter. Batang rotan mengeluarkan air jika ditebas dan
dapat digunakan sebagai cara bertahan hidup di alam bebas. Badak jawa diketahui
juga menjadikan rotan sebagai salah satu menunya.

Sebagian besar rotan berasal dari hutan di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Borneo,
Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Indonesia memasok 70% kebutuhan rotan dunia. Sisa
pasar diisi dari Malaysia, Filipina, Sri Lanka, dan Bangladesh.

Rotan cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen serta ditransprotasi. Ini dianggap
membantu menjaga kelestarian hutan, karena orang lebih suka memanen rotan
daripada kayu.

Kegunaan

Kursi dari rotan.

Rotan yang umum dipergunakan dalam industri tidaklah terlalu banyak. Beberapa
yang paling umum diperdagangkan adalah Manau, Batang, Tohiti, Mandola, Tabu-
Tabu, Suti, Sega, Lambang, Blubuk, Jawa, Pahit, Kubu, Lacak, Slimit, Cacing,
Semambu, serta Pulut.
Setelah dibersihkan dari pelepah yang berduri, rotan asalan harus diperlakukan untuk
pengawetan dan terlindung dari jamur Blue Stain. Secara garis besar terdapat dua
proses pengolahan bahan baku rotan: Pemasakan dengan minyak tanah untuk rotan
berukuran sedang /besar dan Pengasapan dengan belerang untuk rotan berukuran
kecil.

Selanjutnya rotan dapat diolah menjadi berbagai macam bahan baku, misalnya dibuat
Peel (kupasan)/Sanded Peel, dipoles /semi-poles, dibuat core, fitrit atau star core.
Adapun sentra industri kerajinan dan mebel rotan terbesar di indonesia terletak di
Cirebon.

Pemanfaatan rotan ( sp. Daemonorops Draco ) terutama adalah sebagai bahan baku
mebel, misalnya kursi, meja tamu, serta rak buku. Rotan memiliki beberapa
keunggulan daripada kayu, seperti ringan, kuat, elastis / mudah dibentuk, serta
murah. Kelemahan utama rotan adalah gampang terkena kutu bubuk "Pin Hole".

Batang rotan juga dapat dibuat sebagai tongkat penyangga berjalan dan senjata.
Berbagai perguruan pencak silat mengajarkan cara bertarung menggunakan batang
rotan. Di beberapa tempat di Asia Tenggara, rotan dipakai sebagai alat pemukul
dalam hukuman cambuk rotan bagi pelaku tindakan kriminal tertentu.

Beberapa rotan mengeluarkan getah (resin) dari tangkai bunganya. Getah ini
berwarna merah dan dikenal di perdagangan sebagai dragon's blood ("darah naga").
Resin ini dipakai untuk mewarnai biola atau sebagai meni.

Masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah memanfaatkan batang rotan muda


sebagai komponen sayuran.[1]

Anda mungkin juga menyukai