Anda di halaman 1dari 29

PRESENTASI KASUS

OSTEOSARCOMA

PENYUSUN
SARASTANIA OKTATRIANA (1101008228)
AMINAH ALAYDRUS (1102010018)

PEMBIMBING
dr. Husodo, Sp.OT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DR.SLAMET GARUT
FAKULTAS KEDOKTERAN YARSI
GARUT
JANUARI 2015

PENDAHULUAN
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. (Price, 1962:1213)
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah
penderita kanker 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker
diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar
11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah
penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.
(www.mail-archive.com)
Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy
Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor
tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang
jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering
didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas.
Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut.
(www.kompas.com)
Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi
penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah
penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan
sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka
tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena
terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 25 tahun
( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada
umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi
pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai
sekarang penyebab pasti belum diketahui. (www.medicastore.com)

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Status
Pekerjaan
Pendidikan
Tanggal Masuk RS

: Tn. S
: 21 tahun
: Laki - laki
: Karang Pawitan
: Belum Menikah
:
: SMA
: 16 12 2014

ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis tanggal 7 Januari 2-15
Keluhan Utama

: Nyeri benjolan pada kaki kiri sejak 5 bulan SMRSKeluhan Tambahan

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke IGD RSU dr Slamet Garut dengan keluhan nyeri pada benjolan di
kaki kiri yang dirasakan sejak 5 bulan SMRS. Nyeri dirasakan terus-menerus pada daerah
benjolan. Benjolan pada kaki awalnya hanya seukuran kelreng namun semakin lama makin
membesar hingga seukuran bola tangan. Pasien juga mengeluhkan bahwa kaki kirinya tidak
dapat diluruskan sejak 3 bulan SMRS. Pasien juga sudah tidak dapat berjalan. Benjolan lama
kelamaan menjadi luka karena sempat dirasakan gatal oleh pasien dan digaruk. Pasien juga
mengeluhkan ada nya rasa lemas yang dirasakan sejak 3 bulan smrs.
Adanya riwayat trauma sebelumnya pada kaki kiri di sangkal.

Adanya riwayat

paparan zat kimia atau radiasi yang sering disangkal pasien.


Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak ada riwayat Penyakit Darah tinggi, Asma, alergi dan gula darah tinggi.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama. Riwayat penyakit
hipertensi,kencing manis, asma dan keganasan pada anggota keluarga disangkal.
Riwayat Kebiasaan :

Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol.


PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: compos mentis

Tanda-tanda vital

: Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 82x/menit

Pernapasan

: 20x/menit

Suhu

: 36C

Tinggi Badan

: 165 cm

Berat Badan

: 50 kg

Keadaan Gizi

: Kurang

Status Generalis :

Kepala
Normocephali, rambut hitam dengan distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak
terdapat jejas maupus benjolan

Mata
Bentuk normal, simetris, pupil bulat dan isokor, conjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak lagsung (+/+).

Telinga
Normotia, liang telinga lapang, tidak hiperemis, sekret (-/-), serumen (+/+), membran
timpani utuh, benda asing (-/-).

Hidung
Bentuk normal, tidak ada deformitas, septum deviasi (-), konka hipertrofi (-/-), tidak
hiperemis, sekret (-/-).

Mulut
Bibir luka (-), hematom (-), trismus (-), gigi- geligi dalam batas normal, oral hygiene
baik.

Leher
Inpeksi : jejas (-), oedem (-), hematom (-)
Palpasi :Bentuk normal , tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid, nyeri tekan (-)

Thorax
Paru Paru
Inspeksi : gerak napas kanan dan kiri simetris, retraksi sela iga (-/-),
jejas (-),oedem (-), hematom (-), deformitas (-)
Palpasi : vocal fremitus simetris kiri dan kanan, nyeri tekan (-/-)
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi: suara nafas vesikuler kanan dan kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Auskultasi : bunyi jantung I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen
Inspeksi : datar, jejas (-), hematom (-), oedem (-)
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : supel, nyeri tekan dinding perut (-), defense muscular (-)
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)

Genitalia
Tidak ada jejas, tidak terdapat nyeri

Ekstremitas
Kanan

Kiri

Otot

Eutrofi

Eutrofi

Tonus

Normotoni

Normotoni

Massa

Tidak ada kelainan

Terdapat

massa

dengan

diameter 17 cm, imobile,


konsistensi

keras,

permukaan berbenjol
Sendi

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Gerakan

Aktif

Aktif Terbatas

nyeri,

Kekuatan

Normal

Normal

Oedema

Tidak Ada

Tidak Ada

Status lokalis a/r Cruris Sinistra :


Look :
- (+) Terlihat luka terbuka dengan massa dengan diameter 17 cm dengan permukaan
berbenjol
- (-) angulasi; (-) rotasi
- (+) deformitas
Feel :
- (+) Terdapat massa pada daerah cruris sinistra 1/3 proximal 20 cm dibawah lutut ,
suhu kulit terasa lebih panas dibandingkan dengan daerah sekitar, teraba keras , (+)
imobile, (+) nyeri tekan, pulsasi ke distal (+), CRT 2

Move :
- (-) krepitasi
-

ROM knee joint aktif-pasif terbatas akibat adanya massa pada gerakan ekstensi dan
fleksi

LABORATORIUM
Hematologi
Hb

: 7,4

(13,7-17,5 g/dl)

Leukosit

: 12.030

(4.200-9.100/ul)

Eritrosit

: 2,76

(3,5 5,5 juta/mm3)

Hematokrit

: 25

(40-51 %)

Trombosit

: 517.000

(163.000-337.000/ul)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan foto rontgen regio Cruris Sinistra

DIAGNOSIS KERJA DAN DASAR DIAGNOSIS


-

Suspect Osteosarkoma a/r Cruris Sinistra

Anemia

PENATALAKSANAAN

Transfusi PRC 500 cc sampai dengan Hb 10 g/dL

Pemeriksaan PA

Medikamentosa

Perawatan luka dengan Nacl 0.9 % dan gentamicin 2 x 80 mg

Inf RL 20 gtt / m

Natrium Diklofenak 50 mg 2x1

Inj Ranitidin 2x 4 mg

Drip ketorolac 30 mg dalam 500 cc RL

Hemobion 2x1 p.o

Non Medikamentosa

Diet Lunak

PROGNOSIS
Ad Vitam

: ad bonam

Ad Fungsionam

: dubia ad malam

Ad Sanationam

: dubia ad bonam

PEMBAHASAN KASUS

1. Apakah Diagnosis pada pasien ini sudah tepat?


Dari anamnesa didapatkamn adanya benjolan yang nyeri pada daerah cruris
sinistra, benjolan awalnya seukuran kelereng dan semakin lama semakin membesar
hingga seukuran bola tangan dalam jangka waktu 5 bulan. Dari pemeriksaan fisik,
didapatkan bahwa pasien terlihat lemas dan letargi. Pada inspeksi, terlihat benjolan yang
besar pada daerah cruris sinistra yang tampak berbenjol dan bau. Pada palpasi didapatkan
nyeri tekan pada daerah benjolan dan suhu pada daerah benjolan dirasakan sedikit lebih
tinggi dibandingkan suhu pada daerah sekitarnya. Pada foto rontgen, didapatkan adanya
bayangan radiolusen pada bagian cruris sinistra. Dari data-data diatas, didapat suatu
kesimpulan diagnosis pada pasien saat ini yaitu suspek Ostoesarkoma. Pemberian
hemobion pun didasarkan pada hemoglobin pasien yang rendah dengan harapan
hemoglobin pasien dapat bertambah.

2. Apakah tatalaksana pada pasien ini sudah tepat ?


Tata laksana pada pasien ini sudah tepat. Pada hasil laboratorium didapatkan
hb yang kurang 11 g/dL sehingga pasien diharuskan menerima transfusi darah untuk
menaikkan hemoglobin. Pasien juga menerima terapi natrium diklofenak dan
ketorolac untuk mengatasi rasa nyeri dan membatasi inflamasi pada luka dibenjolan.
Pemberian ranitidin didasarkan pada pencegahan efek samping dari pemberian
natrium diklofenak. Pasien disarankan mengkonsumsi diet dengan melihat kondisi
pasien yang lemah dan anemis, sehingga dapat mengurangi beban jantung dan
mengurangi kelelahan pasien.
3. Bagaimana prognosis pada pasien ini?
Prognosis pada pasien ini yaitu dubia ad malam. Pasien ini diduga menderita
osteosarcoma a/r cruris sinistra yang bersifat ganas. Pada kasus seperti ini, disarankan
pasien mengamputasi kakinya agar tidak terjadi penyebaran lebih lanjut.. Bila hal ini
terjadi, pasien tidak dapat menggunakan kaki kirinya seperti semula unutk berjalan
dan pasien harus menggunakan kaki palsu atau tongkat.
TINJAUAN PUSTAKA

Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244).
Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan
dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003: 595)
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim
pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616)
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213)
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling
sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini
menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien
pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347)
Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal dan
humerus proksimal. Tempat yang paling jarang adalah pelvis, kolumna, vertebra, mandibula,

10

klavikula, skapula, atau tulang-tulang pada tangan dan kaki. Lebih dari 50% kasus terjadi
pada daerah lutut. ( Otto.2003 : 72 )
2.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi dari osteosarkoma merupakan hal yang kompleks, namun 75% dari
osteosarkoma masuk kedalam kategori klasik atau konvensional, yang termasuk
osteosarkoma osteoblastic, chondroblastic, dan fibroblastic. Sedangkan sisanya sebesar 25%
diklasifikasikan sebagai varian berdasarkan:
(1)

(2)

(3)

karakteristik klinik seperti pada kasus osteosarkoma rahang, osteosarkoma postradiasi,


atau osteosarkoma paget;
karakteristik morfologi, seperti pada osteosarkoma telangiectatic, osteosarkoma smallcell, atau osteosarkoma epithelioid; dan
lokasi, seperti pada osteosarkoma parosteal dan periosteal.2,7
Osteosarkoma konvensional muncul paling sering pada metafisis tulang panjang,

terutama pada distal femur (52%), proximal tibia (20%) dimana pertumbuhan tulang tinggi.
Tempat lainnya yang juga sering adalah pada metafisis humerus proximal (9%). Penyakit ini
biasanya menyebar dari metafisis ke diafisis atau epifisis. 1 Kebanyakan dari osteosarkoma
varian juga menunjukkan predileksi yang sama, terkecuali lesi gnathic pada mandibula dan
maksila, lesi intrakortikal, lesi periosteal dan osteosarkoma sekunder karena penyakit paget
yang biasanya muncul pada pelvis dan femur proximal.2,5,7,8

11

Gambar 1: Predileksi osteosarkoma pada 1649 pasien dari Mayo Clinic files.
Source : Arndt CAS, Crist WM. 1999. Common Musculoskeletal Tumors of Childhood and
Adolescence. NEJM Vol 341:342-352 No 5
Stadium konvensional yang biasa digunakan untuk tumor keras lainnya tidak tepat
untuk digunakan pada tumor skeletal, karena tumor ini sangat jarang untuk bermetastase ke
kelenjar limfa. Pada tahun 1980 Enneking memperkenalkan sistem stadium berdasarkan
derajat, penyebaran ekstrakompartemen, dan ada tidaknya metastase. Sistem ini dapat
digunakan pada semua tumor muskuloskeletal (tumor tulang dan jaringan lunak). Komponen
utama dari sistem stadium berdasarkan derajat histologi (derajat tinggi atau rendah), lokasi
anatomi dari tumor (intrakompartemen dan ekstrakompartemen), dan adanya metastase.1,8

12

Untuk menjadi intra kompartemen, osteosarkoma harus berada diantara periosteum. Lesi
tersebut mempunyai derajat IIA pada sistem Enneking. Jika osteosarkoma telah menyebar
keluar dari periosteum maka derajatnya menjadi IIB. Untuk kepentingan secara praktis maka
pasien digolongkan menjadi dua yaitu pasien tanpa metastase (localized osteosarkoma) dan
pasien dengan metastase (metastatic osteosarkoma).8
Klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan
sebagi berikut :
1.

Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana kanker berasal.

2.

Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh yang lain.
Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru. Mungkin juga menyebar ke tulang lain.
Tentang satu dari lima pasien dengan osteosarkoma dengan kanker yang telah metastasized
pada saat itu dapat terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarkoma, tumor muncul dalam 2 atau
lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.

3.

Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah itu telah
dirawat. Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana pertama kali atau mungkin
datang kembali di bagian lain dari tubuh. Osteosarkoma paling sering terjadi dalam paruparu. Ketika osteosarkoma ditemukan, biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah
perawatan selesai. Nanti kambuh lagi adalah mungkin terjadi, tetapi langka.

13

Sedangkan klasifikasi menurut sifatnya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan sebagi


berikut :
1.

Osteokondroma
Osteokondroma (eksostosis Osteokartilagionous) merupakan tumor tulang jinak yang
paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10 20 tahun. Tumor ini tumbuh pada
permukaan tulang sebgai benjolan yang keras. Penderita dapat memiliki satu atau beberapa
benjolan. 10% dari penderita yang memiliki beberapa osteokondroma, tetapi penderita yang
hanya memiliki satu osteokondroma, tidak akan menderita kondrosarkoma.

2.

Kondroma Jinak
Kondroma jinak biasanya terjadi pada usia 10 30 tahun, timbul di bagian tengah
tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. Jika tdak menimbulkan nyeri, tidak
perlu diangkat atau diobati. Untuk memantau perkembangannya, dilakukan foto rontgen. Jika
tumor tidak dapat di diagnosis melalui foto rontren atau jika menyebabkan nyeri, mungkin
perlu dilakukan biopsy untuk menentukan apakah tumor tersebut bias berkembang menjadi
kanker atau tidak.

3.

Kondroblastoma
Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh pada ujung
tulang.biasanya timbul pada usia 10 -20 tahun. Tumor ini dapat menimbulkan nyeri, yang
merupakan petunjuk adanya penyakit ini. Pengobatan terdiri dari pengangkatan melalui
pembedahan ; kadang setelah dilakukan pembedahan, tumor bisa tumbuh kembali.

4.

Fibroma Kondromiksoid
Fibroma kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang terjadi pada usia
kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala yang biasa dikeluhkan. Tumor ini akan
memberikan gambaran yang khas pada foto rontgen. Pengobatannya adalah pengangkatan
melalui pembedahan.

5.

Osteoid Osteoma
Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh di lengan
atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya akan menimbulkan nyeri yang
memburuk pada malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah. Kadang
otot disekitar tumor akan mengecil ( atrofi) dan keadaan ini akan membaik setelah tumor
diangkat. Scaning tulang menggunakan pelacak radioaktif bias membantu menentukan lokasi
yang tepatdari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit ditentukan lokasinya dan perlu
dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT-scan dan foto rontgen dengan tehnik yang
khusus. Pengangkatan tumor melalui pembedahan merupakan satu-satunya cara untuk
14

mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita enggan menjalani pembedahan, untuk
mengurangi nyri bias diberikan aspirin.
6. Tumor sel raksasa
Tumor sel raksasa biasanya terjadi pada usia 20 dan 30 tahun. Tumor ini umumnya
tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan disekitarnya. Biasanya menimbulkan
nyeri. Pengobatan tergantung dari ukuran tumor. Tumor dapat diangkat melalui pembedahan
dan lubang yang terbentuk bisa diisi dengan cangkokan tulang atau semen tulang buatan agar
struktur tulang tetap terjaga. Pada tumor yang sangat luas kadang perlu dilakukan
pengangkatan satu segmentulang yang terkena. Sekitar 10% tumor akan muncul kembali
setelah pembedahan. Walaupun jarang, tumor ini biasa tumbuh menjadi kanker.
2.3 ETIOLOGI
Penyebab tumor ini hampir semua keganasan yang lain, masih merupakan teka-teki
yang belum terpecahkan. Radiasi dan virus onkogenik, yang telah terlihat dalam terjadinya
keganasan yang lain, telah dianggap sebagai agen penyebab.
Beberapa faktor etiologik telah diindentifikasi pada osteosarkoma orang dewasa yang
lebih jarang terjadi, tetapi hanya sedikit kasus saja. Osteosarkoma epidemik dilaporkan pada
pelukis lempeng jam radium disebabkan oleh penumpukan radioaktif didalam tulang,
Thorotrast-dulu menggunakan bahan kontras radiografik yang mengandung radioaktif
thorium dioxide erat hubungannya dengan timbulnya osteosarkoma seperti pada neoplasma
hati.
Selain itu, juga terdapat faktor kecenderungan genetik. Osteosarkoma pada masa
kanak-kanak mungkin sekali memiliki dasar genetik, meskipun tak seorangpun pernah
menemukannya. Mungkin kelainan genetik pada kromosom 13 dapat menyebabkan
osteosarkoma pada kelompok pasien ini. Terjadi dysplasia tulang, termasuk penyakit Paget,
dysplasia fibrosa, enchondromatosis, dan turun temurun beberapa exostoses dan
retinoblastoma (kuman-garis bentuk) adalah faktor risiko. Kombinasi konstitusional mutasi
genetik dari RB (germline retinoblastoma) dan terapi radiasi dikaitkan dengan risiko tinggi
terutama pengembangan osteosarkoma, Li-Fraumeni Sindrom (mutasi germline), dan
Rothmund-Thomson Sindrom (autosomal yang terdesak asosiasi dari bawaan cacat tulang ,
dysplasia rambut dan kulit, hypogonadism, dan katarak).

15

2.4 FAKTOR RISIKO


Faktor Resiko
Penyebab pasti dari osteosarkoma tidak diketahui, namun terdapat berbagai faktor
resiko untuk terjadinya osteosarkoma yaitu:1
a.

Pertumbuhan tulang yang cepat : pertumbuhan tulang yang cepat terlihat sebagai
predisposisi osteosarkoma, seperti yang terlihat bahwa insidennya meningkat pada
saat pertumbuhan remaja. Lokasi osteosarkoma paling sering pada metafisis, dimana

b.

c.

area ini merupakan area pertumbuhan dari tulang panjang.


Faktor lingkungan: satu satunya faktor lingkungan yang diketahui adalah paparan
terhadap radiasi.
Predisposisi genetik: displasia tulang, termasuk penyakit paget, fibrous dysplasia,
enchondromatosis, dan hereditary multiple exostoses and retinoblastoma (germ-line
form). Kombinasi dari mutasi RB gene (germline retinoblastoma) dan terapi radiasi
berhubungan dengan resiko tinggi untuk osteosarkoma, Li-Fraumeni syndrome
(germline p53 mutation), dan Rothmund-Thomson syndrome (autosomal resesif yang
berhubungan dengan defek tulang kongenital, displasia rambut dan tulang,
hypogonadism, dan katarak).

2.5 PATOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal.Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.

Kebanyakan osteosarkoma dijumpai pada kelompok usia muda antara 10 25 tahun.


Kemudian sering menyerang pada daerah ujung metafisis tulang panjang seperti :
1.

Ujung distal tulang femur.

2.

Ujung proximal tibial.

3.

Ujung proximal humerus.

16

4.

Ujung proximal femur.

5.

Untuk tulang pipih yang sering diserang adalah illium.

2.6 MANIFESTASI KLINIS


Adapun gejala atau tanda yang ditimbulkan yang paling umum gejala osteosarkoma
adalah rasa sakit dan bengkak di kaki atau lengan. Hal ini paling sering terjadi di lagi tulang
dari tubuh - seperti di atas atau di bawah lutut atau di lengan atas dekat bahu. Sakit mungkin
buruk selama bergerak atau di malam hari, dan benjol atau bengkak dapat mengembangkan di
kawasan hingga beberapa minggu setelah mulai sakit. Sakit yang berlebihan dapat
membangunkan di malam hari atau sakit saat istirahat menjadi perhatian khusus. Dalam
beberapa kasus, pertama tanda penyakit itu yang rusak lengan atau kaki, karena kanker telah
melemahkan tulang untuk membuatnya rentan untuk istirahat. Pada kasus ini, resiko
osteosarkoma paling sering dilihat pada remaja anak laki-laki, dan bukti-bukti menunjukkan
bahwa

remaja

yang

tinggi

daripada

rata-rata

memiliki

risiko

tambahan

untuk

mengembangkan penyakit. Anak-anak yang telah mewarisi salah satu langka sindrom kanker
juga berada di risiko tinggi untuk osteosarkoma. Sindrom ini termasuk retinoblastoma (tumor
jahat yang yang berkembang di retina, biasanya pada anak-anak berusia di bawah umur 2
tahun) dan Li-Fraumeni Sindrom (jenis mewarisi mutasi genetik). Karena terhubungan ke
radiasi lain, dapat memicu DNA mutasi, anak-anak yang telah menerima perawatan radiasi
untuk episode sebelum kanker juga meningkat di risiko untuk osteosarkoma.
Gejala biasanya telah ada selama beberapa minggu atau bulan sebelum pasien
didiagnosa. Gejala yang paling sering terdapat adalah nyeri, terutama nyeri pada saat aktifitas
adan massa atau pembengkakan. Tidak jarang terdapat riwayat trauma, meskipun peran
trauma pada osteosarkoma tidaklah jelas. Fraktur patologis sangat jarang terjadi, terkecuali
pada osteosarkoma telangiectatic yang lebih sering terjadi fraktur patologis. Nyeri pada
ekstrimitas dapat menyebabkan kekakuan. Riwayat pembengkakan dapat ada atau tidak,
tergantung dari lokasi dan besar dari lesi. Gejala sistemik, seperti demam atau keringat
malam sangat jarang. Penyebaran tumor pada paru-paru sangat jarang menyebabkan gejala
respiratorik dan biasanya menandakan keterlibatan paru yang luas.
Penemuan pada pemeriksaan fisik biasanya terbatas pada tempat utama tumor :
1.

Massa : massa yang dapat dipalpasi dapat ada atau tidak, dapat nyeri tekan dan hangat pada
palpasi, meskipun gejala ini sukar dibedakan dengan osteomielitis. Pada inspeksi dapat
terlihat peningkatan vaskularitas pada kulit.

17

2.

Penurunan range of motion : keterlibatan sendi dapat diperhatikan pada pemeriksaan fisik.

3.

Lymphadenopathy : keterlibatan kelenjar limfa merupakan hal yang sangat jarang terjadi.

Gejala biasanya telah ada selama beberapa minggu atau bulan sebelum pasien
didiagnosa. Gejala yang paling sering terdapat adalah nyeri, terutama nyeri pada saat aktifitas
dan massa atau pembengkakan. Tidak jarang terdapat riwayat trauma, meskipun peran trauma
pada osteosarkoma tidaklah jelas. Fraktur patologis sangat jarang terjadi, terkecuali pada
osteosarkoma telangiectatic yang lebih sering terjadi fraktur patologis.2,6,7
Nyeri pada ekstrimitas dapat menyebabkan kekakuan. Riwayat pembengkakan dapat
ada atau tidak, tergantung dari lokasi dan besar dari lesi. Gejala sistemik, seperti demam atau
keringat malam sangat jarang. Penyebaran tumor pada paru-paru sangat jarang menyebabkan
gejala respiratorik dan biasanya menandakan keterlibatan paru yang luas.1,5

Gambar 2: Pasien dengan osteosarkoma di femur distal


Penemuan pada pemeriksaan fisik biasanya terbatas pada tempat utama tumor. Massa
yang dapat dipalpasi dapat ada atau tidak, dapat nyeri tekan dan hangat pada palpasi,
meskipun gejala ini sukar dibedakan dengan osteomielitis. Pada inspeksi dapat terlihat
peningkatan vaskularitas pada kulit. Penurunan range of motion pada sendi yang sakit dapat
diperhatikan pada pemeriksaan fisik. Lymphadenopathy merupakan hal yang sangat jarang
terjadi.1
Bukti radiologis dari deposit metastase pada paru dan tempat lainnya ditemukan pada
10% sampai 20% pasien pada saat diagnosis, dengan 85% sampai 90% metastase berada pada

18

paru-paru. Tempat metastase lainnya yang paling sering adalah pada tulang, metastase pada
tulang lainnya dapat soliter atau multipel. Sindrom dari osteosarkoma multipel ditujukan pada
adanya multipel tumor pada berbagai tulang, dengan keterlibatan metafisis yang simetris.8

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


2.6.1

Laboratorium
Kebanyakan pemeriksaan laboratorium yang digunakan berhubungan dengan

penggunaan kemoterapi. Sangat penting untuk mengetahui fungsi organ sebelum pemberian
kemoterapi dan untuk memonitor fungsi organ setelah kemoterapi. Pemeriksaan darah untuk
kepentingan prognosa adalah lactic dehydrogenase (LDH) dan alkaline phosphatase (ALP).
Pasien dengan peningkatan nilai ALP pada saat diagnosis mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk mempunyai metastase pada paru. Pada pasien tanpa metastase, yang mempunyai
peningkatan nilai LDH kurang dapat menyembuh bila dibandingkan dengan pasien yang
mempunyai nilai LDH normal.
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang penting termasuk :
a.
b.
c.
d.
e.

LDH
ALP (kepentingan prognostik)
Hitung darah lengkap
Hitung trombosit
Tes fungsi hati: Aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase (ALT),

bilirubin, dan albumin.


f. Elektrolit : Sodium, potassium, chloride, bicarbonate, calcium, magnesium, phosphorus.
g. Tes fungsi ginjal: blood urea nitrogen (BUN), creatinine.
h. Urinalisis
2.6.2

Radiografi
Pemeriksaan X-ray merupakan modalitas utama yang digunakan untuk investigasi.

Ketika dicurigai adanya osteosarkoma, MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor
pada tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya. CT kurang sensitf bila
dibandingkan dengan MRI untuk evaluasi lokal dari tumor namun dapat digunakan untuk
menentukan metastase pada paru-paru. Isotopic bone scanning secara umum digunakan untuk
mendeteksi metastase pada tulang atau tumor synchronous, tetapi MRI seluruh tubuh dapat
menggantikan bone scan.
1.

X-ray

19

Foto polos merupakan hal yang esensial dalam evaluasi pertama dari lesi tulang
karena hasilnya dapat memprediksi diagnosis dan penentuan pemeriksaan lebih jauh yang
tepat. Gambaran foto polos dapat bervariasi, tetapi kebanyakan menunjukkan campuran
antara area litik dan sklerotik. Sangat jarang hanya berupa lesi litik atau sklerotik. Lesi
terlihat agresif, dapat berupa moth eaten dengan tepi tidak jelas atau kadangkala terdapat
lubang kortikal multipel yang kecil. Setelah kemoterapi, tulang disekelilingnya dapat
membentuk tepi dengan batas jelas disekitar tumor. Penyebaran pada jaringan lunak sering
terlihat sebagai massa jaringan lunak. Dekat dengan persendian, penyebaran ini biasanya sulit
dibedakan dengan efusi. Area seperti awan karena sclerosis dikarenakan produksi osteoid
yang maligna dan kalsifikasi dapat terlihat pada massa. Reaksi periosteal seringkali terdapat
ketika tumor telah menembus kortek. Berbagai spektrum perubahan dapat muncul, termasuk
Codman triangles dan multilaminated, spiculated, dan reaksi sunburst, yang semuanya
mengindikasikan

proses

yang

agresif. Osteosarkoma

telangiectatic

secara

umum

menunjukkan gambaran litik, dengan reaksi periosteal dan massa jaringan lunak. Ketika batas
tumor berbatas tegas, dapat menyerupai gambaran aneurysmal bone cyst. Osteosarkoma
Small-cell terlihat sama dengan gambaran osteosarkoma konvensional, yang mempunyai
gambaran campuran antara litik dan sklerotik. Osteosarkoma intraosseous low-grade dapat
berupa litik, sklerotik atau campuran; seringkali mempunyai gambaran jinak dengan batas
tegas dan tidak adanya perubahan periosteal dan massa jaringan lunak. Gnathic tumor dapat
berupa litik, sklerotik atau campuran dan sering terjadi destruksi tulang, reaksi periosteal dan
ekstensi pada jaringan lunak. osteosarkoma intracortical dideskripsikan sebagai gambaran
radiolusen dan geographic, dan mengandung mineralisasi internal dalam jumlah yang kecil.
Osteosarkoma derajat tinggi mempunyai gambaran massa jaringan lunak yang luas dengan
berbagai derajat mineralisasi yang muncul dari permukaan tulang. Osteosarkoma parosteal
secara tipikal merupakan tumor berdensitas tinggi yang muncul dari area tulang yang luas.
Tidak seperti osteochondroma, osteosarkoma parosteal tidak melibatkan kavitas medulla
tulang.

20

Gambar 1: Foto polos dari osteosarkoma dengan gambaran Codman triangle (arrow) dan
difus, mineralisasi osteoid diantara jaringan lunak. Perubahan periosteal berupa
Codman triangles (white arrow) dan masa jaringan lunak yang luas (black
arrow).
Lesi terlihat agresif, dapat berupa moth eaten dengan tepi tidak jelas atau kadangkala
terdapat lubang kortikal multipel yang kecil. Setelah kemoterapi, tulang disekelilingnya dapat
membentuk tepi dengan batas jelas disekitar tumor. Penyebaran pada jaringan lunak sering
terlihat sebagai massa jaringan lunak. Dekat dengan persendian, penyebaran ini biasanya sulit
dibedakan dengan efusi. Area seperti awan karena sclerosis dikarenakan produksi osteoid
yang maligna dan kalsifikasi dapat terlihat pada massa. Reaksi periosteal seringkali terdapat
ketika tumor telah menembus kortek. Berbagai spektrum perubahan dapat muncul, termasuk
Codman triangles dan multilaminated, spiculated, dan reaksi sunburst, yang semuanya
mengindikasikan proses yang agresif.2,5,6

2.

CT Scan
CT dapat berguna secara lokal ketika gambaran foto polos membingungkan, terutama
pada area dengan anatomi yang kompleks (contohnya pada perubahan di mandibula dan
maksila pada osteosarkoma gnathic dan pada pelvis yang berhubungan dengan osteosarkoma
sekunder). Gambaran cross-sectional memberikan gambaran yang lebih jelas dari destruksi
tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya daripada foto polos. CT dapat
memperlihatkan matriks mineralisasi dalam jumlah kecil yang tidak terlihat pada gambaran

21

foto polos. CT terutama sangat membantu ketika perubahan periosteal pada tulang pipih sulit
untuk diinterpretasikan. CT jarang digunakan untuk evaluasi tumor pada tulang panjang,
namun merupakan modalitas yang sangat berguna untuk menentukan metastasis pada paru.
CT sangat berguna dalam evaluasi berbagai osteosarkoma varian. Pada osteosarkoma
telangiectatic dapat memperlihatkan fluid level, dan jika digunakan bersama kontras dapat
membedakan dengan lesi pada aneurysmal bone cyst dimana setelah kontras diberikan maka
akan terlihat peningkatan gambaran nodular disekitar ruang kistik.
3.

MRI
MRI merupakan modalitas untuk mengevaluasi penyebaran lokal dari tumor karena
kemampuan yang baik dalam interpretasi sumsum tulang dan jaringan lunak. MRI merupakan
tehnik pencitraan yang paling akurat untuk menentuan stadium dari osteosarkoma dan
membantu dalam menentukan manajemen pembedahan yang tepat. Untuk tujuan stadium dari
tumor, penilaian hubungan antara tumor dan kompartemen pada tempat asalnya merupakan
hal yang penting. Tulang, sendi dan jaringan lunak yang tertutupi fascia merupakan bagian
dari kompartemen. Penyebaran tumor intraoseus dan ekstraoseus harus dinilai. Fitur yang
penting dari penyakit intraoseus adalah jarak longitudinal tulang yang mengandung tumor,
keterlibatan epifisis, dan adanya skip metastase. Keterlibatan epifisis oleh tumor telah
diketahui sering terjadi daripada yang diperkirakan, dan sulit terlihat dengan gambaran foto
polos. Keterlibatan epifisis dapat didiagnosa ketika terlihat intensitas sinyal yang sama
dengan tumor yang terlihat di metafisis yang berhubungan dengan destruksi fokal dari
lempeng pertumbuhan. Skip metastase merupakan fokus synchronous dari tumor yang secara
anatomis terpisah dari tumor primer namun masih berada pada tulang yang sama. Deposit
sekunder pada sisi lain dari tulang dinamakan transarticular skip metastase. Pasien dengan
skip metasase lebih sering mempunyai kecenderungan adanya metastase jauh dan interval
survival bebas tumor yang rendah. Penilaian dari penyebaran tumor ekstraoseus melibatkan
penentuan otot manakah yang terlibat dan hubungan tumor dengan struktur neurovascular
dan sendi sekitarnya. Hal ini penting untuk menghindari pasien mendapat reseksi yang
melebihi dari kompartemen yang terlibat. Keterlibatan sendi dapat didiagnosa ketika jaringan
tumor terlihat menyebar menuju tulang subartikular dan kartilago.

22

Gambar 2: Gambaran MRI menunjukkan kortikal destruksi dan adanya massa jaringan lunak.
4.

Ultrasound
Ultrasonography tidak secara rutin digunakan untuk menentukan stadium dari lesi.
Ultrasonography berguna sebagai panduan dalam melakukan percutaneous biopsi. Pada
pasien dengan implant prostetik, Ultrasonography mungkin merupakan modalitas pencitraan
satu satunya yang dapat menemukan rekurensi dini secara lokal, karena penggunaan CT atau
MRI dapat menimbulkan artefak pada bahan metal. Meskipun ultrasonography dapat
memperlihatkan penyebaran tumor pada jaringan lunak, tetapi tidak bisa digunnakan untuk
mengevaluasi komponen intermedula dari lesi.
5. Biopsi
Biopsi merupakan diagnosis pasti untuk menegakkan osteosarkoma. Biopsi yang
dikerjakan tidak benar sering kali menyebabkan kesalahan diagnosis (misdiagnosis) yang
lebih lanjut akan berakibat fatal terhadap penentuan tindakan. Akhir-akhir ini banyak
dianjurkan dengan biopsi jarum perkutan (percutaneous needle biopsy) dengan berbagai
keuntungan seperti: invasi yang sangat minimal, tidak memerlukan waktu penyembuhan luka
operasi, risiko infeksi rendah dan bahkan tidak ada, dan terjadinya patah tulang post biopsy
dapat dicegah.4
Pada gambaran histopatologi akan ditemukan stroma atau dengan high-grade
sarcomatous dengan sel osteoblast yang ganas, yang akan membentuk jaringan osteoid dan
tulang. Pada bagian sentral akan terjadi mineralisasi yang banyak, sedangkan bagian perifer
mineralisasinya sedikit. Sel-sel tumor biasanya anaplastik, dengan nukleus yang pleomorphik

23

dan banyak mitosis. Kadang-kadang pada beberapa tempat dari tumor akan terjadi
diferensiasi kondroblastik atau fibroblastik diantara jaringan tumor yang membentuk
osteoid.4
6. Nuclear Medicine
Osteosarcoma secara umum menunjukkan peningkatan ambilan dari radioisotop pada
bone scan yang menggunakan technetium-99m methylene diphosphonate (MDP). Bone scan
sangat berguna untuk mengeksklusikan penyakit multifokal. skip lesion dan metastase paruparu dapat juga dideteksi, namun skip lesion paling konsisten jika menggunakan MRI.
Karena osteosarkoma menunjukkan peningkatan ambilan dari radioisotop maka bone scan
bersifat sensitif namun tidak spesifik.

2.6 PENATALAKSANAAN
Preoperatif kemoterapi diikuti dengan pembedahan limb-sparing (dapat dilakukan
pada 80% pasien) dan diikuti dengan postoperatif kemoterapi merupakan standar manajemen.
Osteosarkoma merupakan tumor yang radioresisten, sehingga radioterapi tidak mempunyai
peranan dalam manajemen rutin.

Medikamentosa
Sebelum penggunaan kemoterapi (dimulai tahun 1970), osteosarkoma ditangani
secara primer hanya dengan pembedahan (biasanya amputasi). Meskipun dapat mengontrol
tumor secara lokal dengan baik, lebih dari 80% pasien menderita rekurensi tumor yang
biasanya berada pada paru-paru. Tingginya tingkat rekurensi mengindikasikan bahwa pada
saat diagnosis pasien mempunyai mikrometastase. Oleh karena hal tersebut maka
penggunaan adjuvant kemoterapi sangat penting pada penanganan pasien dengan
osteosarkoma. Pada penelitian terlihat bahwa adjuvant kemoterapi efektif dalam mencegah
rekurensi pada pasien dengan tumor primer lokal yang dapat direseksi. Penggunaan
neoadjuvant kemoterapi terlihat tidak hanya mempermudah pengangkatan tumor karena
ukuran tumor telah mengecil, namun juga dapat memberikan parameter faktor prognosa.
Obat yang efektif adalah doxorubicin, ifosfamide, cisplatin, dan methotrexate dosis tinggi

24

dengan leucovorin. Terapi kemoterapi tetap dilanjutkan satu tahun setelah dilakukan
pembedahan tumor.
Pembedahan
Tujuan utama dari reseksi adalah keselamatan pasien. Reseksi harus sampai batas
bebas tumor. Semua pasien dengan osteosarkoma harus menjalani pembedahan jika
memungkinkan reseksi dari tumor prmer. Tipe dari pembedahan yang diperlukan tergantung
dari beberapa faktor yang harus dievaluasi dari pasien secara individual. Batas radikal,
didefinisikan sebagai pengangkatan seluruh kompartemen yang terlibat (tulang, sendi, otot)
biasanya tidak diperlukan. Hasil dari kombinasi kemoterapi dengan reseksi terlihat lebih baik
jika dibandingkan dengan amputasi radikal tanpa terapi adjuvant, dengan tingkat 5-year
survival rates sebesar 50-70% dan sebesar 20% pada penanganan dengan hanya radikal
amputasi.

Fraktur

patologis,

dengan

kontaminasi

semua

kompartemen

dapat

mengeksklusikan penggunaan terapi pembedahan limb salvage, namun jika dapat dilakukan
pembedahan dengan reseksi batas bebas tumor maka pembedahan limb salvage dapat
dilakukan. Pada beberapa keadaan amputasi mungkin merupakan pilihan terapi, namun lebih
dari 80% pasien dengan osteosarkoma pada eksrimitas dapat ditangani dengan pembedahan
limb salvage dan tidak membutuhkan amputasi. Jika memungkinkan, maka dapat dilakukan
rekonstruksi limb-salvage yang harus dipilih berdasarkan konsiderasi individual, sebagai
berikut :
a.

Autologous bone graft: hal ini dapat dengan atau tanpa vaskularisasi. Penolakan tidak
muncul pada tipe graft ini dan tingkat infeksi rendah. Pada pasien yang mempunyai
lempeng pertumbuhan yang imatur mempunyai pilihan yang terbatas untuk fiksasi

tulang yang stabil (osteosynthesis).


b. Allograft: penyembuhan graft dan infeksi dapat menjadi permasalahan, terutama
c.

selama kemoterapi. Dapat pula muncul penolakan graft.


Prosthesis: rekonstruksi sendi dengan menggunakan prostesis dapat soliter atau
expandable, namun hal ini membutuhkan biaya yang besar. Durabilitas merupakan

permasalahan tersendiri pada pemasangan implant untuk pasien remaja.


d. Rotationplasty: tehnik ini biasanya sesuai untuk pasien dengan tumor yang berada
pada distal femur dan proximal tibia, terutama bila ukuran tumor yang besar sehingga
alternatif pembedahan hanya amputasi.
1)
Selama reseksi tumor, pembuluh darah diperbaiki dengan cara end-toend anastomosis untuk mempertahankan patensi dari pembuluh darah.
Kemudian bagian distal dari kaki dirotasi 180 dan disatukan dengan

25

bagian proksimal dari reseksi. Rotasi ini dapat membuat sendi ankle
2)
e.

menjadi sendi knee yang fungsional.


Sebelum keputusan diambil lebih baik untuk keluarga dan pasien melihat

video dari pasien yang telah menjalani prosedur tersebut.


Resection of pulmonary nodules: nodul metastase pada paru-paru dapat disembuhkan secara
total dengan reseksi pembedahan. Reseksi lobar atau pneumonectomy biasanya diperlukan
untuk mendapatkan batas bebas tumor. Prosedur ini dilakukan pada saat yang sama dengan
pembedahan tumor primer. Meskipun nodul yang bilateral dapat direseksi melalui median
sternotomy, namun lapangan pembedahan lebih baik jika menggunakan lateral thoracotomy.
Oleh karena itu direkomendasikan untuk melakukan bilateral thoracotomies untuk metastase
yang bilateral (masing-masing dilakukan terpisah selama beberapa minggu).
Penanganan jangka panjang

a.

Rawat inap
1. Siklus kemoterapi: hal ini secara umum memerlukan pasien untuk masuk rumah
sakit untuk administrasi dan monitoring. Obat aktif termasuk methotrexate, cisplatin,
doxorubicin, and ifosfamide. Pasien yang ditangani dengan agen alkylating dosis tinggi
mempunyai resiko tinggi untuk myelodysplasia dan leukemia. Oleh karena itu hitung darah
harus selalu dilakukan secara periodik.
2. Demam dan neutropenia: diperlukan pemberian antibiotic intravena.
3.Kontrol lokal: penanganan di rumah sakit diperlukan untuk kontrol lokal dari tumor
(pembedahan), biasanya sekitar 10 minggu. Reseksi dari metastase juga dilakukan pada saat
ini.

b.

Rawat jalan

1) Hitung jenis darah: pengukuran terhadap hitung jenis darah dilakukan dua kali seminggu
terhadap granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) pasien, pengukuran G-CSF dapat
dihentikan ketika hitung neutrophil mencapai nilai 1000 atau 5000/L.
2) Kimia darah: sangat penting untuk mengukur kimia darah dan fungsi hati pada pasien dengan
nutrisi parenteral dengan riwayat toksisitas (terutama jika penggunaan antibiotik yang
nephrotoxic atau hepatotoxic dilanjutkan.
3) Monitoring rekurensi: monitoring harus tetap dilanjutkan terhadap lab darah dan
radiografi, dengan frekuensi yang menurun seiring waktu. Secara umum kunjungan dilakukan
setiap 3 bulan selama tahun pertama, kemudian 6 bulan pada tahun kedua dan seterusnya.

26

Follow-up jangka panjang : ketika pasien sudah tidak mendapat terapi selama lebih
dari 5 tahun, maka pasien dipertimbangkan sebagai survivors jangka panjang. Individu ini
harus berkunjung untuk monitoring dengan pemeriksaan yang sesuai dengan terapi dan efek
samping yang ada termasuk evaluasi hormonal, psychosocial, kardiologi, dan neurologis.

2.7 PROGNOSIS
Faktor yang mempengaruhi prognosis termasuk lokasi dan besar dari tumor, adanya
metastase, reseksi yang adekuat, dan derajat nekrosis yang dinilai setelah kemoterapi.8

a) Lokasi tumor
Lokasi tumor mempunyai faktor prognostik yang signifikan pada tumor yang
terlokalisasi. Diantara tumor yang berada pada ekstrimitas, lokasi yang lebih distal
mempunyai nilai prognosa yang lebih baik daripada tumor yang berlokasi lebih proksimal.
Tumor yang berada pada tulang belakang mempunyai resiko yang paling besar untuk
progresifitas dan kematian. Osteosarkoma yang berada pada pelvis sekitar 7-9% dari semua
osteosarkoma, dengan tingkat survival sebesar 20% 47%.8
b) Ukuran tumor
Tumor yang berukuran besar menunjukkan prognosa yang lebih buruk dibandingkan
tumor yang lebih kecil. Ukuran tumor dihitung berdasarkan ukuran paling panjang yang
dapat terukur berdasarkan dari dimensi area cross-sectional.1,8
c) Metastase
Pasien dengan tumor yang terlokalisasi mempunyai prognosa yang lebih baik
daripada yang mempunyai metastase. Sekitar 20% pasien akan mempunyai metastase pada
saat didiagnosa, dengan paru-paru merupakan tempat tersering lokasi metastase. Prognosa
pasien dengan metastase bergantung pada lokasi metastase, jumlah metastase, dan
resectability dari metasstase. Pasien yang menjalani pengangkatan lengkap dari tumor primer
dan metastase setelah kemoterapi mungkin dapat bertahan dalam jangka panjang, meskipun

27

secara keseluruhan prediksi bebas tumor hanya sebesar 20% sampai 30% untuk pasien
dengan metastase saat diagnosis.8
Prognosis juga terlihat lebih baik pada pasien dengan nodul pulmoner yang sedikit
dan unilateral, bila dibandingkan dengan nodul yang bilateral, namun bagaimanapun juga
adanya nodul yang terdeteksi bukan berarti metastase. Derajat nekrosis dari tumor setelah
kemoterapi tetap merupakan faktor prognostik. Pasien dengan skip metastase dan
osteosarkoma multifokal terlihat mempunyai prognosa yang lebih buruk.8
d) Reseksi tumor
Kemampuan untuk direseksi dari tumor mempunyai faktor prognosa karena
osteosarkoma relatif resisten terhadap radioterapi. Reseksi yang lengkap dari tumor sampai
batas bebas tumor penting untuk kesembuhan. 8
e) Nekrosis tumor setelah induksi kemoterapi
Kebanyakan protokol untuk osteosarkoma merupakan penggunaan dari kemoterapi sebelum
dilakukan reseksi tumor primer, atau reseksi metastase pada pasien dengan metastase. Derajat
nekrosis yang lebih besar atau sama dengan 90% dari tumor primer setelah induksi dari
kemoterapi mempunyai prognosa yang lebih baik daripada derajat nekrosis yang kurang dari
90%, dimana pasien ini mempunyai derajat rekurensi 2 tahun yang lebih tinggi. Tingkat
kesembuhan pasien dengan nekrosis yang sedikit atau sama sekali tidak ada, lebih tinggi bila
dibandingkan dengan tingkat kesembuhan pasien tanpa kemoterapi.1,8

DAFTAR PUSTAKA
1. Mehlman

T.

Charles.

2010. Osteosarcoma.

http://emedicine.medscape.com/

article/1256857-overview, 6 Januari 2015


2. Patel SR, Benjamin RS. 2008. Soft Tissue and Bone Sarcomas and Bone Metastases.
dalam: Kasper DL et al. Harrisons Principles of Internal Medicine 17th ed. USA:
McGRAW-HILL.
28

3. Picci P. 2007. Osteosarcoma (Osteogenic Sarcoma). Orphanet Journal of Rare Disease.


http://www.OJRD.com/content/2/1/6, , 6 Januari 2015.
4. Kawiyana
S.
2009.
Osteosarcoma,
Diagnosis

dan

Penanganannya.

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/dr%20siki_9.pdf, , 6 Januari 2015.


5. Springfield D. 2006. Orthopaedics. dalam: Brunicardi FC. Schwartzs Manual of Surgery
8th ed. USA: McGRAW-HILL.
6. Hide
Geoff. 2008. Imaging

in

Classic

Osteosarcoma.

http://emedicine.

medscape.com/article/393927-overview, , 6 Januari 2015.


7. Hide
Geoff.
2010. Osteosarcoma,
Variants.
http://emedicine.medscape.com/
article/394057-overview, , 6 Januari 2015.
8. National Cancer Institute. 2010. Osteosarkoma and Malignant Fibrous Histiocytoma of
Bone Treatment. http://www.cancer.gov, , 6 Januari 2015.

29

Anda mungkin juga menyukai