Anda di halaman 1dari 41

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. N.H

Umur

: 10 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Bangsa / Suku : Indonesia / Jawa


Alamat

: Muara Joloi Seribu Riam Kalimantan Tengah

No. Register

: 710697

Masuk IGD

: RSUD dr iskak Tulungagung, tanggal 12 Januari 2015, pukul


11.42 WIB

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Benjolan pada lutut kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke UGD RSUD dr iskak Tulungagung pada tanggal 12
Januari 2015 pukul 11.42, dengan keluhan muncul benjolan pada lutut kiri.
Benjolan dirasakan sejak 7 bulan yang lalu. Awalnya benjolan hanya sebesar
telur puyuh. Lama kelamaan benjolan dirasa semakin membesar. Benjolan
lutut kiri terasa nyeri, nyeri dirasakan terus menerus, ketika nyeri pasien
biasanya hanya menggosok2 lutut dengan tangan. Sejak 2 bulan ini pasien
mengeluh sudah tidak bisa berjalan dan hanya menghabiskan waktu di tempat
tidur.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Sebelumnya pasien belum pernah sakit seperti ini. Ibu pasien mengatakan
sejak kecil pasien belum pernah diimunisasi karena rumahnya di Kalimantan
terletak di pedesaan dan jauh dari fasilitas kesehatan.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini
Riwayat Pengobatan :
Sebelumnya sejak muncul benjolan pasien dibawa oleh ibunya berobat ke
dukun dan diberi ramuan yang dioleskan pada benjolan. Namun keluhan
dirasa tetap. Kemudian pada bulan desember 2014 pasien berobat ke RS di
banjarmasin kemudian oleh dokter didiagnosis Obs Primary Bone Tumor ec
Susp Osteosarcoma proximal tibia fibula sinistra. Kemudian keluarga pasien
meminta rujukan ke RSUD dr iskak Tulungagung karena ayah pasien berasal
dari Tulungagung.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Berat Badan : 22 kg
Tanda Vital :

TD

: 90/50 mmHg

: 116 x/mnt

: 20 x/mnt

Suhu : 36,5C
Pemeriksaan Generalis :
a. Kepala : A/I/C/D +/-/-/-, pembesaran KGB colli (-)
b. Thorax : simetris +/+, retraksi -/-, vesikuler, rh -/-, wh -/-, S1S2 tunggal,
murmur (-), Gallop (-), pembesaran KGB axilla (-)
c. Abdomen : supel, BU (+)
d. Ekstremitas : akral hangat +/+ , odem -/e. Genitalia : dalam batas normal, pembesaran KGB inguinal (-).

Status Lokalis:
Pada Regio Cruris Sinistra terdapat massa berukuran 30x20x20cm teraba
2

padat keras, fixed, vena.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab Darah Lengkap (saat di UGD yellow zone tanggal 12 januari 2015 jam
13.51 WIB)
Hb : 5,8 (g/dl)
RBC : 2.68 (10^6/uL)
HCT : 19,8 (%)
WBC : 10.26 (10^3/uL)
PLT : 257 (10^3/uL)
Lab SE, FH, SGOT/SGPT, Ureum/Creatinin:
SGOT
: 23,4 U/l
SGPT
: 6,2 U/l
Alkali Phospatase : 1011 U/l
BUN
: 9,6 mg/dl
Creatinin
: 0,22 mg/dl
Natrium
: 137 mmol/l
Kalium
: 4,18 mmol/l
Chlorida
: 101,1 mmol/l
Calcium
: 9,0 mg/dl
Foto Cruris AP lateral sinistra tampak 2 sendi:

E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Q.
RESUME

E.

Pasien datang
ke UGD RSUD
dr

iskak

Tulungagung pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 11.42, dengan keluhan


muncul benjolan pada lutut kiri. Benjolan dirasakan sejak 7 bulan yang lalu.
Awalnya benjolan hanya sebesar telur puyuh. Lama kelamaan benjolan dirasa
semakin membesar. Benjolan lutut kiri terasa nyeri, nyeri dirasakan terus
menerus, ketika nyeri pasien biasanya hanya menggosok-gosok lutut dengan
tangan. Sejak 2 bulan ini pasien mengeluh sudah tidak bisa berjalan dan
hanya menghabiskan waktu di tempat tidur. sejak kecil pasien belum pernah
diimunisasi. bulan desember 2014 pasien berobat ke RS di banjarmasin
kemudian oleh dokter didiagnosis Obs Primary Bone Tumor ec Susp
Osteosarcoma proximal tibia fibula sinistra. Pasien tampak anemis. Dari hasil
lab dl didapatkan WBC: 10.26 (10^3/uL), Alkali Phospatase : 1011 U/l.
F. DIAGNOSIS KLINIS
Primary bone tumor ec susp osteosarcoma
G. TATALAKSANA SAAT DI UGD
IVFD RL 1500 cc/24 jam

Inj cefotaxim 3x500 mg


Inj Ranitidin 2x25 mg
Inj Santagesik 3x500 mg
Konsul Bedah (PPDS)
Diagnosis bedah : Primary bone tumor ec susp osteosarcoma
Pemeriksaan penunjang :

H.

Foto cruris AP/Lateral sinistra tampak 2 sendi


Cek DL, SE, FH, SGOT/SGPT, Ureum/ Creatinin
Konsul dr. Wisnu SpOT -> MRS
SOAP

Tanggal S

Jam
13

Benjolan

di KU : CM

Januari

lutut kiri sejak 7

2015

bulan yll

GCS 4-5-6
K/L
A/I/C/D

Primary

Transfusi PRC s/d

Malignant

Hb 10 g/dl
Bone Tumor Pro Amputasi above
knee bila KU baik
: susp
KIE amputasi
Osteosarcom

+/-/-/-,

Thorax

simetris
retraksi
(-).

Cor:

m(-), g (-),
S1

S2

normal,
Pulmo : Rh
-/- Wh -/-.
Abdomen :
supel.
Metorismu
5

s (-), BU
(+), hepar
lien

ttb.

Extremitas
:

Akral

hangat.
Status
Lokalis :
Massa
berukuran
30x20x20
cm, padat,
keras,
fixed, vena
ekstasis,
teraba
hangat

Foto cruris
AP lateral :
-lesi

litik

& blastik
- sun ray
appearance
-destruksi
permealit

14

-nyeri

pada KU: CM

Januari

benjolan di lutut

2015

K/L

Primary
:

A/I/C/D
-/-/-/Thorax:

KIE

Malignant

keluarga

Bone Tumor

untuk

susp

amputasi

Osteosarcom

above knee
Inj

santagesik

simetris

3x1/2

Pulmo:
vesikular,

amp

iv
Transfusi

Wh -/- Rh

PRC

-/-

Hb10 g/dl

s/d

Abd:
supel, BU
+ N, Hepar
lien

Ttb.

Akral
hangat.
Hasil

Lab

Hb : 9,1
15
Januari
2015

Nyeri
pada
benjolan
di
kiri

lutut

KU: cukup
K/L:
A/I/C/D
-/-/-/Thorax:

Primary

Inj santagesic

3x amp iv
Keluarga

Malignant
Bone Tumor

menolak

susp

amputasi

Osteosarcom

dengan alasan

ketakutan dan

simetris
retraksi
Pulmo:

belum siap
Pasien pulang
paksa

vesikular,

Wh

-/-

Rh-/Abd: supel,
BU

Akral
hangat +/+,
Edema -/Hasil

lab

DL :
Hb : 10.2
RBC : 4,24
HCT : 33,0
WBC

8,66
PLT : 204

BAB II
PENDAHULUAN

Osteosarcoma adalah tumor ganas primer pada tulang ditandai dengan


pembentukan langsung dari tulang yang belum matang atau jaringan osteoid oleh
sel-sel tumor.
Osteosarkoma klasik, jarang (0,2% dari semua tumor ganas) tumor yang
sangat ganas, dengan kejadian diperkirakan 3 kasus / juta penduduk / tahun.
Osteosarkoma muncul terutama di tulang panjang dan jarang pada jaringan lunak.
Usia pada presentasi berkisar dari 10 sampai 25 tahun.

Radiografi polos, computed tomography, magnetic resonance imaging,


angiografi dan skintigrafi tulang dinamis digunakan untuk diagnosis, evaluasi
sejauh mana keterlibatan tumor dan keputusan dari jenis operasi dan, jika perlu,
jenis rekonstruksi.
Tahun lalu, semua pasien dengan osteosarkoma ditangani dengan amputasi
tapi tingkat penyembuhan adalah di bawah 10% dan hampir semua pasien
meninggal dalam waktu satu tahun dari diagnosis.
Sekarang ini, untuk osteosarcoma lokal saat onset (80% kasus) dirawat di
pusat-pusat tumor tulang khusus dengan kemoterapi pra dan pasca operasi terkait
dengan operasi, persentase pasien sembuh bervariasi antara 60% dan 70%.
Pembedahan konservatif (penyelamatan ekstremitas) di lebih dari 90% pasien.
Prognosis lebih berat (angka kesembuhan sekitar 30%) untuk tumor yang
7
terletak di kerangka aksial dan pada pasien dengan metastasis saat onset .

BAB III
OSTEOSARKOMA

3.1 Definisi Osteosarkoma


Osteosarkoma merupakan suatu keganasan yang berasal dari sel primitif
pada bagian metafise dari tulang panjang pada orang muda. Pembentukannya
berasal dari seri osteoblas dari sel mesenkim primitif. Osteosarkoma merupakan
tumor ganas primer tulang yang paling sering dengan prognosis yang buruk.1
Osteosarkoma merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering
kedua setelah multiple myeloma dengan prognosis yang buruk. Osteosarkoma

banyak menyerang remaja dan dewasa muda, dengan usia berkisar antara 10-25
tahun. Jumlah kasus meningkat lagi setelah umur 50 tahun yang disebabkan oleh
adanya degenerasi maligna, terutama pada penyakit Paget. 1,4,6
Bagian tulang yang sering terkena adalah bagian yang paling aktif
pertumbuhan epifisenya, yaitu bagian distal femur, bagian proksimal tibia atau
fibula, bagian proksimal humerus, dan bagian pelvis. Tetapi tidak menutup
kemungkinan menyerang tulang-tulang lain seperti tulang-tulang pada tangan,
kaki, dan tulang wajah. Pada penderita yang lebih tua, osteosarkoma dapat
berkembang sebagai komplikasi dari penyakit paget yang berprognosis buruk.1,4,6
3.2 Epidemiologi
Osteosarkoma klasik mewakili sekitar 15% dari semua biopsi yang
dianalisis tumor tulang primer. Di antara tumor tulang ganas utama, ia menempati
urutan kedua dalam frekuensi setelah multiple myeloma. Insiden osteosarkoma
klasik adalah 3 kasus / juta penduduk / tahun. Ini merupakan 0,2% dari semua
tumor ganas.7
Pada sekitar 75% kasus, pasien dengan osteosarkoma adalah antara 15-25
tahun. Laki-laki lebih sering terkena daripada perempuan (rasio 1,5: 1).
Osteosarkoma jarang terjadi pada pasien yang lebih muda dari 6 tahun atau lebih
tua dari 60 tahun. Jumlah kasus meningkat lagi setelah umur 50 tahun yang
disebabkan oleh adanya degenerasi maligna, terutama pada penyakit Paget. Pada
penderita yang lebih tua, osteosarkoma dapat berkembang sebagai komplikasi dari
penyakit paget yang berprognosis buruk.7
Secara umum, 80% sampai 90% dari osteosarcoma terjadi di tulang
tubular panjang. Kerangka aksial jarang terkena, lebih sering pada orang dewasa
dibandingkan pada anak-anak dan remaja. Femur, tibia dan humerus sekitar 85%
dari tumor ekstremitas, sementara kurang dari 1% yang ditemukan di tangan dan
kaki tulang. Dalam tulang panjang, osteosarcoma biasanya berasal dari metafisis
dan tumor yang berasal dari epiphysis sangat jarang.7
3.3 Etiologi
Penyebab osteosarkoma belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa
faktor predisposisi terjadinya osteosarkoma, yaitu :

10

a.

Pertumbuhan tulang yang cepat sebagai faktor predisposisi osteosarkoma,


dapat dilihat dengan meningkatnya insidens pada anak yang sedang tumbuh.
Lokasi osteosarkoma paling sering adalah metafisis dimana area ini merupakan
area pertumbuhan tulang panjang.

b.

Faktor lingkungan : Terpapar radiasi juga merupakan faktor predisposisi

c.

Predisposisi genetic : dysplasia tulang, termasuk penyakit Paget, fibrous


dysplasia, echondromatosis, dan hereditary multiple exostoses.7,9
3.4 Patofisiologi
Tumor ini biasanya terdapat pada metafise tulang panjang dimana tulang

itu hancur dan digantikan tulang baru. Daerah kerusakan tulang diikuti dengan
abnormalitas tulang yang baru dibentuk. Tumor ini melewati medula sampai ke
daerah epifiseal. Ada penyebaran ke jaringan lunak sekitar dengan osifikasi pada
batas periosteal garis tulang melebar ke daerah ekstraoseus.1
Osteosarkoma tumbuh secara cepat dan bersifat destruksi local. Keganasan
ini akan terus merusak korteks dari metafise dan memacu terjadinya fraktur
patologis. Osteosarkoma terlebih dahulu bermetastasis ke paru-paru dalam
perjalanan penyakitnya.1
3.5 Manifestasi klinis
Klasifikasi
Klasifikasi dari osteosarkoma merupakan hal yang kompleks, namun
75% dari osteosarkoma masuk dalam kategori klasik atau konvensional, yang
termasuk osteosarkoma osteoblastik, chondroblastic, dan fibroblastic.
Sedangkan

sisanya

sebesar

25%

diklasifikasikan

sebagai

varian

berdasarkan (1) karakteristik klinik seperti pada kasus osteosarkoma rahang,


osteosarkoma postradisi, atau osteosarkoma paget (2) karakteristik morfologi,
seperti pada osteosarkoma teleangiectatic, osteosarkoma small cell, atau
osteosarkoma epitheloid, dan (3) lokasi seperti pada osteosarkoma parosteal
dan periosteal.3,8,9
Lokasi

11

Osteosarkoma konvensional muncul paling sering pada metafisis tulang


panjang, terutama pada distal femur (52%), proximal tibia (20%) dimana
pertumbuhan tulang tinggi. Tempat lainnya yang juga sering adalah metafisis
humerus proximal (9%). Penyakit ini biasanya menyebar dari metafisis ke
diafisis atau epifisis. Kebanyakan dari osteoma varian juga menunjukan
predileksi yang sama, terkecuali lesi gnatic pada mandibula dan maksila, lesi
intrakortikal, lesi periosteal, dan osteosarkoma sekunder karena penyakit
paget yang biasanya muncul pada pelvis dan femur proximal.3,8
Gejala
Gejala yang paling sering muncul berupa rasa sakit, yang pada awalnya
ringan dan hilang timbul, tetapi secara cepat menjadi lebih berat dan
menetap.Pasien dapat mengeluhkan adanya pembengkakan, tergantung dari
ukuran massa dan lokasinya. Pasien dengan dugaan tumor akan ditemukan
penurunan berat badan dan gejala anemia. Karena keganasan ini sering
muncul di metafise dekat dengan persendian, maka hal ini dapat
mempengaruhi fungsi persendian. Neoplasma yang agresif ini menimbulkan
kemerahan dan rasa hangat di kulit.2,4,8
3.6 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik biasanya terbatas pada tumor primer. Teraba massa yang
lunak dan hangat. Meningkatnya vaskularisasi kulit di daerah tumor, pulsasi atau
bruit dapat ditemukan. Menurunnya pergerakan sendi atau range of motion
menunjukkan persendian ikut terkena. Gangguan pernafasan dapat ditemukan
apabila telah terjadi penyebaran luas ke paru-paru.2,4,8

12

Gambar 1 Gambaran klinis pasien dengan osteosarkoma


3.7 Metastase
Bukti radiologis dari deposit metastase pada paru dan tempat lainnya
ditemukan pada 10% sampai 20% pasien pada saat diagnosis, dengan 85% sampai
90% metastase berada pada paru-paru. Tempat metastase lainyya yang paling
sering adalah pada tulang, metastase pada tulang lainnya dapat soliter atau
multipel. Sindrom dari osteosarkoma multipel ditunjukan pada adanya multipel
tumor pada berbagai tulang, dengan keterlibatan metafisis yang simetris.2,4,8

3.8 Pemeriksaan Radiologis


Radiografi
Pemeriksaan X-ray merupakan modalitas utama yang digunakan
untuk investigasi. Pemeriksaan radiologik merupakan pemeriksaan yang
penting dalam usaha menegakan diagnosis tumor tulang. Diagnosis pasti
dapat juga ditegakan dengan pemeriksaan radiologis. Ketika dicurigai adanya
osteosarkoma, MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada
tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya. CT kurang sensitif
apabila dibandingkan dengan MRI untuk evaluasi lokal dari tumor namun
dapat digunakan untuk mendeteksi metastase pada tulang atau tumor
synchoronous, tetapi MRI seluruh tubuh dapat menggantikan bone scan.1,8
Beberapa hal yang perlu diingat kembali dalam rangka menganalisis
tumor tulang pada foto rontgen adalah :
a. Pada anak-anak tulang panjang dibagi dalam epifisis, metafisis, dan
diafisis. Antara metafisis dan epifisis terdapat lempeng epifisis.neonatus
banyak epifisis tulang belum mengalami osifikasi sehingga belum dapat
dilihat pada foto rontgen.
b. Tulang terdiri atas 3 komponen yaitu korteks, spongiosa, dan periost.
Korteks dan spongiosa dapat dilihat pada foto rontgen, tetapi periost tidak.
Bila karena suatu proses dalam tulang, misalnya radang atau neoplasma,

13

periost mengalami iritasi atau terangkat, maka periost akan membentuk


tulang dibawahnya yang dikenal sebagai periosteal.1,4,5
c. Gambaran reaksi periosteal bermacam-macam.1,4,5
1) Berupa garis-garis yang sejajar dengan korteks disebut lamelar
2) Berupa garis-garis yang tegal lurus pada korteks disebut sunray
appearance
3) Berupa seperti renda, dan sebagainya.
Pada osteosarkoma terdapat 3 gambaran radiologi, yaitu: 1,4,5
a. Gambaran osteolitik, dimana proses destruksi merupakan proses utama. tumor
tumbuh dari ujung metaphisis kearah diaphisis dan sedikit reaksi periosteal dan
terjadi destruksi korteks. Bentuk ini mempunyai batas tak tegas dengan gambaran
spikula dan segitiga codmann (codmann triangle). Pada codmanns triangle ini
biasanya terjadi kalsifikasi dan pembengkakan
b. Gambaran osteoblastik, yang diakibatkan oleh banyak pembentukan tumor tulang.
Gambaran tumor tampak lebih putih dengan batas irreguler. Pada bentuk ini
terjadi kalsifikasi jaringan lunak sehingga densitas meningkat, terdapat pula reaksi
periosteal berupa sunray atau sun burst. Sunray terjadi sebelum metastase tumor,
berupa garis- garis tipis (seperti sinar) yang tegak lurus dengan aksis tulang.
Kortek menuju ke jaringan lunak dan menyebabkan jaringan lunak bengkak.
Sunburst merupakan gambaran seperti ledakan matahari.
c. Gambaran campuran antara proses destruksi dan proses pembentukan tumor
tulang.
X-Ray
Tampak tanda-tanda destruksi tulang yang berawal pada medula dan
terlihat sebagai daerah yang radiolusen dengan batas yang tidak tegas. Pada
stadium yang masih dini terlihat reaksi periosteal yang gambarannya dapat
lamelar atau seperti garis-garis tegak lurus pada tulang ( sunray appearance ).
Dengan membesarnya tumor, selain korteks juga tulang subperiosteal akan

14

dirusak oleh tumor yang meluas keluar tulang. Dari reaksi periosteal itu
hanya sisanya yaitu pada tepi yang masih dapat dilihat, berbentuk segitiga
dan dikenal sebagai segitiga Codman. Pada kebanyakan tumor ini terjadi
penulangan

(ossifikasi)

dalam

jaringan

tumor

sehingga

gambaran

radiologiknya variable bergantung pada banyak sedikitnya penulangan yang


terjadi. Pada stadium dini gambaran tumor ini sukar dibedakan dengan
osteomielitis.1,2,4
Pemeriksaan X-ray didapat bermacam-macam gambaran, yaitu daerah
berawan osteolitik yang disertai dengan daerah osteoblastik. Batas endosteal
kurang jelas. Terkadang korteks terbuka dan tumor melebar ke jaringan
sekitarnya, saat itulah terbentuk suatu garis tulang baru, melebar keluar dari
korteks yang disebut efek sunrays. Ketika tumor keluar dari korteksnya
terjadi reaktivasi pembentukan tulang baru yang menyebabkan peningkatan
periosteum (segitiga Codman). Kedua gambaran itu merupakan tanda khas
untuk osteosarcoma. 1,2,4

Gambar 2 Foto polos dari


osteosarkoma dengan gambaran
15

Codman triangle (arrow) dan

Gambar

difus,

berupa

mineralisasi

diantara jaringan lunak.

osteoid

Perubahan

Codman

periosteal

triangles

(white

arrow) dan masa jaringan lunak yang


luas (black arrow).

16

Gambar 4 Reaksi periosteal ketika tumor


telah

menembus

kortek,

sunburst

appearance.1,2,4

Gambar 5 Osteosarcoma pada proksimal humerus. (A) pada foto radiografi


konvensional menunjukkan kerusakan tulang permeative dan daerah fokus
intramedulla sclerosis. reaksi periosteal spiculated juga terlihat. aksial T-weighted
(B) coronal STIR (C) gambar menunjukkan tingkat longitudinal tumor dalam
saluran medula dan keterlibatan extraosseous, termasuk ekstensi ke dalam sendi
bahu (panah).1,2,4

Gambar 6 Osteosarcoma dari distal fibula didominasi osteoblastic. Amorf


kalsifikasi / pengerasan dalam jaringan lunak dengan kehancuran kortikal dan
sedikit pembentukan tulang baru di periosteal.
Gambar 7 Osteosarcoma dari distal femur didominasi chondroblastic. Perhatikan
the well-defined massa jaringan lunak dan radiasi spikula kalsifikasi di dalamnya.
Sclerosis dan lisis yang ada dalam rongga meduler yang sedikit meluas.1,2,4

Gambar 8 Osteosarcoma dari tibia proksimal. (A) radiografi konvensional


menunjukkan lesi osteosclerotic dengan segitiga Codman dan massa jaringan
lunak pretibial. Gambar (B) Sagittal T1-weighted menunjukkan keterlibatan
intramedullary throughput keluar seluruh tibia termasuk dalam ilustrasi dan
ekstensi ke epifisis proksimal. Kedua anterior pos- dan keterlibatan anterior
extraosseous jelas. (C) Axial turbo T 2-weighted gambar menunjukkan

keterlibatan jaringan lunak melingkar dengan memancar spikula tulang baru


dalam komponen jaringan lunak. 1,2,4

Gambar 9 Osteosarkoma tulang belakang. (A) radiografi konvensional dari


lumbar tulang belakang bagian atas menunjukkan area yang luas dari
pembentukan tulang baru, tumor yang muncul dari lamina dari Ll dan memperluas
ke jaringan lunak paravertebral. (B) CT menunjukkan asal dan luasnya tumor.
Kompresi ditandai hasil kantung dural dari ekstensi ke kanal tulang belakang. 1,2,4

Gambar 10. Osteosarcoma


parosteal

timbul

dari

metafisis posterior femur


distal dewasa. 1,2,4

Gambar 11 Telangiectatic
osteosarcoma

dari

femur

distal. (A) defect didominasi


radiolusen yang ditampilkan

pada

radiografi

konvensional

angiografi

(B)

yang

besar,

menunjukkan
berliku-liku,

patologis vessels. Ditandai


dengan segitiga Codman
dengan sklerosis di poros
tulang, sekitar lesi. 1,2,4
Gambar 12 Perlangsungan osteosarcoma humerus proksimal dengan fraktur
patologis. A large well-defined massa jaringan lunak mengandung kalsifikasi dan
osifikasi. ada Segitiga Codman. Tumor luas di medula telah menyebabkan
kerusakan tulang dan pembentukan tulang.
Gambar 13 Metastasis osteosarcoma di paru-paru dengan pneumothorax. 1,2,4

Gambar 14 (A) Metastasis dari osteosarcoma dengan efusi pleura encysted di


sebelah kanan setelah penyembuhan beberapa bulan setelah amputasi. (B) CT
scan menunjukkan efusi encysted di fisura horisontal dengan kalsifikasi bagian
distal akibat metastasis. ini belum diappeciated pada tomography konvensional.
Metastasis kedua ditunjukkan pada lobus kanan bawah, tidak jelas pada radiografi
konvensional. 1,2,4

Ga
mbar 15 Osteosarcoma osteoblastik dari tibia proksimal. (A) Radiografi
konvensional menunjukkan peningkatan kepadatan merata di tibia atas. Tulang
baru sedikit lateral. (B) a scan in early blood-pool (kiri) dan fase tertunda (kanan)
menunjukkan suatu kelainan yang luas. Aktivitas yang lebih seragam dan luas
daripada keterlibatan jelas ditampilkan pada foto polos. The distal extent tumor
dikonfirmasi namun oleh (C), CT scan yang menunjukkan perubahan halus dalam
redaman sumsum bawah tingkat tumor jelas pada foto polos, contoh bagaimana
CT dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana keterlibatan sumsum tulang. 1,2,4

CT Scan
CT dapat berguna secara lokal ketika gambaran foto polos
membingungkan, terutama pada area dengan anatomi yang kompleks
(contohnya pada perubahan di mandibula dan maksila pada osteosarkoma
gnathic dan pada pelvis yang berhubungan dengan osteosarkoma sekunder).
Gambaran cross-sectional memberikan gambaran yang lebih jelas dari
destruksi tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya daripada foto
polos. CT dapat memperlihatkan matriks mineralisasi dalam jumlah kecil
yang tidak terlihat pada gambaran foto polos.
CT terutama sangat membantu ketika perubahan periosteal pada
tulang pipih sulit untuk diinterpretasikan. CT jarang digunakan untuk evaluasi
tumor pada tulang panjang, namun merupakan modalitas yang sangat berguna
untuk menentukan metastasis pada paru. CT sangat berguna dalam evaluasi
berbagai osteosarkoma varian. Pada osteosarkoma telangiectatic dapat
memperlihatkan fluid level, dan jika digunakan bersama kontras dapat
membedakan dengan lesi pada aneurysmal bone cyst dimana setelah kontras
diberikan maka akan terlihat peningkatan gambaran nodular disekitar ruang
kistik. 1,2,4
Gambar 16

CT scan, axial view; osteosarcoma of proximal tibia

Gambar 17
CT Scan: Telangiectatic Osteosarcoma of
Proximal Tibia

Gambar

18

X-ray:

Telangiectatic Osteosarcoma
of Proximal Tibia

Gambar

19

MRI:

Telangiectatic Osteosarcoma
of Proximal Tibia Multiple
Fluid-Fluid

Levels

are

Demonstrated

MRI
MRI merupakan modalitas untuk mengevaluasi penyebaran lokal dari
tumor karena kemampuan yang baik dalam interpretasi sumsum tulang dan
jaringan lunak. MRI merupakan tehnik pencitraan yang paling akurat untuk
menentuan stadium dari osteosarkoma dan membantu dalam menentukan
manajemen pembedahan yang tepat. Untuk tujuan stadium dari tumor,
penilaian hubungan antara tumor dan kompartemen pada tempat asalnya
merupakan hal yang penting.
Tulang, sendi dan jaringan lunak yang tertutupi fascia merupakan
bagian dari kompartemen. Penyebaran tumor intraoseus dan ekstraoseus harus
dinilai. Fitur yang penting dari penyakit intraoseus adalah jarak longitudinal
tulang yang mengandung tumor, keterlibatan epifisis, dan adanya skip
metastase. Keterlibatan epifisis oleh tumor telah diketahui sering terjadi

daripada yang diperkirakan, dan sulit terlihat dengan gambaran foto polos.
Keterlibatan epifisis dapat didiagnosa ketika terlihat intensitas sinyal yang
sama dengan tumor yang terlihat di metafisis yang berhubungan dengan
destruksi fokal dari lempeng pertumbuhan. Skip metastase merupakan fokus
synchronous dari tumor yang secara anatomis terpisah dari tumor primer
namun masih berada pada tulang yang sama.
Deposit sekunder pada sisi lain dari tulang dinamakan transarticular
skip metastase. Pasien dengan skip metasase lebih sering mempunyai
kecenderungan adanya metastase jauh dan interval survival bebas tumor yang
rendah. Penilaian dari penyebaran tumor ekstraoseus melibatkan penentuan
otot manakah yang terlibat dan hubungan tumor dengan struktur
neurovascular dan sendi sekitarnya. Hal ini penting untuk menghindari pasien
mendapat reseksi yang melebihi dari kompartemen yang terlibat. Keterlibatan
sendi dapat didiagnosa ketika jaringan tumor terlihat menyebar menuju tulang
subartikular dan kartilago.1,4,8

Gambar 20 Gambaran X-ray dan MRI dari osteosarcoma (a) Gambaran


osteosarcoma high grade pada distal femur kiri (b)

Gambar 21. MRI potongan axial

dan sagital

Ultrasound
Ultrasonography tidak secara rutin digunakan untuk menentukan
stadium dari lesi. Ultrasonography berguna sebagai panduan dalam
melakukan percutaneous biopsi. Pada pasien dengan implant prostetik,
Ultrasonography mungkin merupakan modalitas pencitraan satu satunya yang
dapat menemukan rekurensi dini secara lokal, karena penggunaan CT atau
MRI

dapat

menimbulkan

artefak

pada

bahan

metal.

Meskipun

ultrasonography dapat memperlihatkan penyebaran tumor pada jaringan


lunak, tetapi tidak bisa digunakan untuk mengevaluasi komponen intermedula
dari lesi.1,4,8

3.9 Staging Osteosarkoma


Stadium konvensional yang biasa digunakan untuk tumor keras lainnya tidak
tepat untuk digunakan pada tumor skeletal, karena tumor ini sangat jarang untuk
bermetastase ke kelenjar limfa. Pada tahun 1980 Enneking memperkenalkan
sistem stadium berdasarkan derajat, penyebaran ekstrakompartemen, dan ada
tidaknya

metastase.

Sistem

ini

dapat

digunakan

pada

semua

tumor

muskuloskeletal (tumor tulang dan jaringan lunak). Komponen utama dari sistem

stadium berdasarkan derajat histologi (derajat tinggi atau rendah), lokasi anatomi
dari tumor (intrakompartemen dan ekstrakompartemen), dan adanya metastase.
Untuk menjadi intra kompartemen, osteosarkoma harus berada diantara
periosteum. Lesi tersebut mempunyai derajat IIA pada sistem Enneking. Jika
osteosarkoma telah menyebar keluar dari periosteum maka derajatnya menjadi
IIB. Untuk kepentingan secara praktis maka pasien digolongkan menjadi dua
yaitu pasien tanpa metastase (localized osteosarkoma) dan pasien dengan metastse
(metastatic osteosarkoma).7,8

3.10

Penatalaksanaan & Terapi


Preoperatif kemoterapi diikuti dengan pembedahan limb sparing dan diikuti

dengan postoperatif kemoterapi merupakan standar manajemen. Osteosarkoma


merupakan tumor yang radioresisten, sehingga radioterapi tidak mempunyai
peranan penting dalam manajemen rutin.7,8,9
a) Medikamentosa
Sebelum penggunaan kemoterapi osteosarkoma ditangani secara
primer hanya dengan pembedahan (amputasi). Meskipun dapat mengontrol
tumor secara lokal dengan baik, lebih dari 80% pasien menderita rekurensi
tumor yang biasanya berada pada paru-paru. Tingginya tingkat rekurensi
mengindikasikan bahwa saat diagnosis pasien mempunyai mikrometastase.
Oleh karena hal tersebut maka penggunaan adjuvant terapi sangat penting
pada penanganan pasien dengan osteosarkoma. Pada penelitian terlihat
bahwa adjuvant kemoterapi efektif dalam mencegah rekurensi pada pasien
dengan tumor primer lokal yang dapat diredeksi. Penggunaan neoadjuvant
kemoterapi terlihat tidak hanya mempermudah pengangkatan tumor karena
ukuran tumor telah mengecil, namun juga dapat memberikan parameter
faktor prognosa. Obat yang efektif adalah Dexorubicin, Ifosfamide,
Cisplatin, dan Methrotexate tinggi dosis tinggi dengan Leucovorin. 7,8,9
b) Pembedahan
Tujuan utama dari reseksi adalah keselamatan pasien. Reseksi harus
sampai batas bebas tumor. Semua pasien dengan osteosarkoma harus
menjalani pembedahan jika memungkinan reseksi dari tumor primer. Tipe
dari pembedahan yang diperlukan tergantung dari beberapa faktor yang
harus di evaluasi dari pasien secara individual. Batas radikal didefinisikan
sebagai pengangkatan seluruh kompartemen yang terlihat (tulang, sendi,
otot) biasanya tidak diperlukan. Hasil dari kombinasi kemoterapi dengan
reseksi terlihat lebih baik jika dibandingkan dengan amputasi radikal tanpa
terapi adjuvant, degan tingkat 5 year survival rate sebesar 50-70% dan
sebesar 20% pada penanganan sengan hanya radikal amputasi. 7,8,9

Fraktur patologis dengan kontaminasi semua kompartemen dapat


mengekslusikan penggunaan terapi pembedahan limb salvage, namun jika
dapat dilakukan pembedahan dengan reseksi batas bebas tumor maka
pembedahan limb salvage dapat dilakukan. Pada beberapa keadaan amputasi
mungkin merupakan pilihan terapi, namun lebih dari 80% pasien dengan
osteosarkoma pada ekstremitas dapat ditangani dengan pembedahan limb
salvage dan tidak membutuhkan amputasi. Jika memungkinkan maka dapat
dilakukan rekonstruksi limb salvage yang harus dipilih berdasarkan
konsiderasi individual sebagai berikut :
1. Autologus bone graft : hal ini dengan atau tanpa vaskularisasi. Penolakan
tidak muncul pada tipe graft ini dan tingkat infeksi rendah. Pada pasien
yang mempunyai lempeng pertumbuhan yang imatur mempunyai pilihan
yang terbatas untuk fiksasi tulang yang syabil (osteosynthesis).
2. Allograft : penyembuhan graft dan infeksi dapat menjadi permasalahan
terutama selama kemoterapi. Dapat pula muncul penolakan graft.
3. Prothesis: rekonstruksi sendi dengan menggunakan protesis dapat soliter
atau expandable, namun hal ini membutuhkan biaya yang besar.
Durabilitas merupakan permasalahan tersendiri pada pemasangan
implant untuk pasien remaja.
4. Rotationplasty : teknik ini biasanya sesuai untuk pasien dengan tumor
yang berada pada distal femur dan proximal tibia, terutama bila ukuran
tumor yang besar sehingga alternatif pembedahan hanya amputasi.
Selama reseksi tumor pembukuh darah diperbaiki dengan cara end to end
anastomosis untuk mempertahankan patensi dari pembuluh darah.
Kemudian bagian distal dari kaki dirotasi 180 derajat dan disatukan
dengan bagian proksimal dari reseksi. Rotasi ini dapat membuat sendi
ankle menjadi sendi knee yang fungsional.
5. Resection of pulmonary nodul : nodul metastase pada paru-paru dapat
disembuhkan secara total dengan reseksi pembedahan. Reseksi lobar atau
pneumonectomy biasanya siperlukan untuk mendapatkan batas bebas
tumor. Prosedur ini dilakukan pada saat yang sama dengan pembedahan

tumor primer. Meskipun nodul yang bilateral dapat di reseksi melalui


media sternotomy, namun lapangan pembedahan lebih baik jika
menggunakan lateral thoracotomy. Oleh karena itu direkomendasikan
untuk melakukan bilateral thoracotomy untuk metastase yang bilateral
(masing masing dilakukan terpisah selama beberapa minggu). 7,8,9
c) Penanganan Jangka Panjang
Rawat inap
1. siklus kemoterapi : hal ini secara umum memerlukan pasien untuk masuk
rumah sakit untuk administrasi dan monitoring. Obat aktif termasuk
Dexorubicin, Ifosfamide, Cisplatin, dan Methrotexate. Pasien yang
ditangani dengan agen alkylating dosis tinggi mempunyai resiko tinggi
untuk myelodysplasia dan leukemia. Oleh karena itu hitung darah harus
selalu dilakukan secara periodik.
2. Demam dan neutropenia : dipelukan antibiotik intravena
3. Kontrol lokal : penanganan di rumah sakit diperlukan untuk kontrol lokal
dari tumor (pembedahan), biasanya sekitar 10 minggu. Reseksi dan
metastase juga dilakukan pada saat ini.
Rawat jalan
1. Hitung jenis darah : pengukuran terhadap hitung jenis darah dilakukan
dua kali seminggu terhadap granulocyte coloy simulating factor (G-CSF)
pasien, pengukuran G-CSF dapat dihentikan ketika hitung neutrophil
mencapai nilai 1000 atau 5000/L.
2. Kimia darah : sangat penting untuk mengukur kimia darah dan fungsi
hati pada pasien dengan nutrisi parenteral dengan riwayat toksisitas
terutama jika penggunaan antibiotik yang nephrotoxic atau hepatotoxic
dilanjutkan.
3. monitoring rekurensi : monitoring harus tetap dilanjutkan terhadap lab
darah dan radiografi, dengan frekuensi yang menurun seiring waktu.

Secara umum kunjungan dilakukan setiap 3 bulan selama tahun pertama,


kemudian 6 bulan pada tahun kedua dan seterusnya.
4. Follow up jangka panjang : ketika pasien sudah tidak mendapat terapi
selama lebih dari 5 tahun, maka pasien dipertimbangkan sebagai
survivors jangka panjang. Individu ini harus berkunjung untuk
monitoring dengan pemeriksaan yang sesuai dengan terapi dan efek
samping yang ada termasuk evaluasi hormonal, psychososial, kardiologi
dan neurologi. 7,8,9

3.11 Diagnosis Banding


Kondrosarkoma
Kondrosarkoma ialah tumor ganas dengan ciri khas pembentukan jaringan
tulang rawan oleh sel-sel tumor dan merupakan tumor ganas tulang primer
terbanyak kedua setelah osteosarkoma. Kondrosarkoma merupakan tumor tulang
yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang rawan) anaplastik yang berkembang
menjadi ganas. Kondrosarkoma biasanya ditemukan pada daerah tulang femur,
humerus, kosta dan bagian permukaan pelvis. Tumor ini memiliki banyak ciri dan
bentuk perkembangan. Dari pertumbuhan yang lambat hingga pertumbuhan
metastasis yang agresif.6
Gambaran radiologik : gambaran radiolusen pada area dekstruksi korteks.
Bentuk destruksi biasanya berupa pengikisan dan reaksi eksternal periosteal pada
formasi tulang baru. Karena ekspansi tumor, terjadi penipisan korteks di sekitar
tumor yang dapat mengakibatkan fraktur patologis. Scallop erosion pada
endosteal cortex terjadi akibat pertumbuhan tumor yang lambat dan permukaan
tumor yang licin. Pada kondrosarkoma, endosteal scalloping kedalamannya lebih
dari 2/3 korteks, maka hal ini dapat membedakan kondrosarkoma dengan

enkondroma. Gambaran kondrosarkoma lebih agresif disertai destruksi tulang,


erosi korteks dan reaksi periosteal, jika dibandingkan dengan enkondroma.6
Gambar 22. Radiografi frontal dari caput fibula
sinistra menunjukkan lesi luscent yang mengandung
kalsifikasi matrix chondroid tipikal. Tumor low
grade.6

Gambar 23. Radiografi frontal


dari

acetabulum

kiri

menunjukkan lesi luscent


expansil tanpa kalsifikasi matriks internal. Tumor low grade sentral. 6

Gambar 24. Gambaran dari daerah metafisis. Kalsifikasi soft tissue pada
osteochondroma. Tumor perifer sekunder high-grade. 6
Ewings sarcoma

Tumor ganas primer ini paling sering mengenai tulang panjang,


kebanyakan pada diafisis. Tulang yang juga sering terkena adalah pelvis dan
tulang iga. Kira-kira 75% dari penderita dibawah umur 20 tahun; paling sering
antara 5-15 tahun. Metastasis terjadi cepat secara hematogen ke paru-paru atau
tulang-tulang lainnya di mana gambaran metastasisnya mirip dengan tumor
primernya. 4,6
Tumor ini sensitif terhadap terapi penyinaran, tetapi tidak kurabel. Sifat
radiosensitif ini penting untuk diagnostik. 4,6
Gambaran radiologik : tampak lesi destruktif yang bersifat infiltratif yang
berawal di medulla; pada foto terlihat sebagai daerah-daerah radiolusen. Tumor
cepat merusak korteks dan tampak reaksi periosteal. Kadang-kadang reaksi
periostealnya tampak sebagai garis-garis yang berlapis-lapis menyerupai kulit
bawang dan dikenal sebagai onion peel appearance. Gambaran ini pernah
dianggap patognomonis untuk tumor ini tetapi ternyata bisa dijumpai pada lesi
tulang lain. 4,6
Tumor membesar dengan cepat, biasanya dalam beberapa minggu tampak
destruksi tulang yang luas dan pembengkakan jaringan lunak yang besar karena
infiltrat tumor ke jaringan sekitar tulang. Kadang-kadang tumor ini pada metafisis
tulang panjang sehungga sukar dibedakan dengan osteosarkoma. Juga tumor ini
kadang-kadang memberikan gambaran radiologik yang sukar dibedakan dengan
osteomielitis. 4,6

Gambar 24
-Tampak Lesi Litik dan
Blastik di metaepiphisis
Os. Femur kiri
-Tak tampak Soft Tissue Mass
-Tampak reaksi periosteal berupa
Onion skin appearance. 4,6

Giant cell tumor


Tumor ini biasanya dijumpai pada usia dewasa, setelah terjadi fusi tulang.
Kebanyakan dijumpai pada usia 30-40 tahun. Pada tulang panjang, tumor ini
lokasinya pada ujung tulang (subartikuler), paling sering sekitar sendi lutut.
Gambaran radiologik : tampak daerah radiolusen pada ujung tulang pangjang
dengan batas yang tidak tegas. Ada zona transisi antara tulang normal dan
patologik,

biasanya

kurang dari 1 cm. Lesi biasanya eksentrik,

bersifat
Tidak

ekspansif sehingga korteks menjadi tipis.


ada

reaksi periosteal. Tumor yang sudah

besar dapat mengenai seluruh

lebar tulang dan sering terjadi fraktur

patologik.2,6
Gambar 25
-Tampak daerah radiolusen pada ujung tulang dengan batas
yang tidak tegas
-Ada zona transisi antara tulang normal dan patologik, biasanya
kurang dari 1cm
-Lesi biasanya ekstrensik, bersifat ekspansif sehingga korteks menjadi
tipis.2,6
Osteomielitis

Osteomielitis adalah infeksi tulang dan sumsum tulang. Osteomielitis akut


terutama ditemukan pada anak-anak. Umumnya infeksi pada tulang panjang
dimulai pada metafisis. Tulang yang sering terkena ialah femur bagian distal, tibia
bagian proksimal, humerus, radius dan ulna bagian proksimal dan distal, serta
vertebra.
Penyebab paling sering staphylococcus, penyebab lain streptococcus,
pneumococcus, salmonella, jamur, dan virus.
Infeksi dapat terjaadi secara :
a.
b.
d.
e.
c.

Hematogen, dari fokus yang jauh seperti kulit, tenggorok.


Kontaminasi dari luar
Fraktur terbuka
Tindakan operasi pada tulang
Perluasan infeksi jaringan ke tulang di dekatnya

Osteomielitis kronis dapat terjadi bila pengobatan terhadap infeksi


terlambat atau tidak adekuat, atau bila ada sekwester. Terdapat osteomielitis yang
kronis sejak dari permulaanya, misalnya pada abses Brodie.6
Gambar 26
Proyeksi lateral pada tibia terlihat
gambaran sklerotik didiametafisis tibia.6

Gambar 27
P r o ye k s i
terlihat

AP

pada

gambaran

d i lateral diametafisis tibia. 6

tibia

sklerotik

Gambar 28 Tampak destruksi tulang pada tibia dengan pembentukan tulang


subperiosteal. 6
Gambar 29
Osteomielitis lanjut pada tibia kanan.
Ditandai

dengan

sekuestrum. 6

adanya

gambaran

Gambar 30 Radiologik dari abses Brodie yang dapat ditemukan pada


osteomielitis sub akut/kronik. Pada gambar terlihat kavitas yang dikelilingi oleh
daerah sclerosis. 6

3.12 Komplikasi
Pagets Disease
Walau pagets disease termasuk komplikasi yang jarang dalam keganasan,
namun kebanyakan osteosarkoma pada pasien berusia di atas 50 tahun sering
menderita komplikasi ini dan masuk dalam kategori pagets sarcoma. Termasuk
tumor dengan level keganasan tinggi. Gejala yang sering timbul adalah nyeri dan
adanya pembengkakan. Pada kasus lanjut dapat terjadi kemungkinan fraktur, pada
kebanyakan pasien ditemukan metastasis ke paru-paru bersamaan dengan tumor
tersebut terdiagnosa. Pada gambaran radiologi : saat fase resorpsi tampak daerah
osteolisis yang terlokalisasi; gambaran yang paling khas adalah gambaran seperti
api yang memanjang sepanjang diafisis dari tulang (flame shaped lesion atau
blade of grass), atau bercak osteoporosis berrbatas tegas di tulang tengkorak
(osteoporosis circumscripta) kemudian tulang menjadi menebal dan sklerotik
dengan gambaran trabekula yang kasar. Penanganan sangat mengecewakan
walaupun dengan pembedahan radikal/amputasi dan kemoterapi, rata-rata

kemungkinan bertahan hidup dalam 5 tahun sangat rendah. Hanya dapat


dilakukan kemoterapi atau radioterapi dengan tujuan paliatif.1,3

Gambar 31 Gambaran blade of grass pada pagets disease : lesi lusen yang
berbentuk V (panah putih) di metafisis femur pada fase litik.1,3

Gambar 32 Gambaran osteoporosis circumscripta : tampak lesi litik pada


tulang frontal kiri (panah biru) dan tampak juga pulau-pulau tulang yang
menunjukkan gambaran cotton wool (panah putih).1,3

2.13

Prognosis
Faktor yang mempengaruhi prognosis termasuk lokasi dan besar dari

tumor, adanya metastase, reseksi yang adekuat, dan derajat nekrosis yang dinilai
setelah kemoterapi.8
a) Lokasi tumor
Lokasi tumor mempunyai factor prognostic yang signifikan pada
tumor yang terlokalisai. Diantara tumor yang berada pada ekstremitas,
lokasi yang lebih distal mempunyai nilai prognosa yang lebih baik
daripada tumor yang berlokasi lebih proksimal. Tumor yang berada pada
tulang belakang mempunyai resiko yang paling besar untuk progresifitas
dan kematian. Osteosarkoma yang berada pada pelvis sekitar 7-9% dari
semua osteosarkoma dengan tingkat survival sebasar 20-50%.8

b) Ukuran tumor
Tumor yang berukuran besar menunjukan prognosa yang lebih buruk
dibandingkan tumor yang lebih kecil. Ukuran tumor dihitung berdasarkan
ukuran paling panjang yang dapat terukur. 8
c) Metastase
Pasien dengan tumor yang terlokalisasi mempunyai prognosa yang
lebih baik daripada yang mempunyai metastase. Sekitar 20% pasien akan
mempunyai metastase pada saat di diagnose, dengan paru-paru merupakan
tempat tersering lokasi metastase. Prognosa pasien dengan matastase
bergantung pada lokasi metastase, jumlah metastase, dan respectability
dari metastase. Pasien yang menjalani pengangkatan lengkap dari tumor
primer dan metastase setelah kemoterapi mungkin dapat bertahan dalam
jangka panjang, meskipun secara keseluruhan prediksi bebas tumor hanya
sebesar 20% sampai 30% untuk pasien dengan metastase saat diagnosis. 8

Prognosis juga terlihat lebih baik pada pasien degan nodul pulmoner
yang sedikit dan unilateral, bila dibandingkan dengan nodul yang bilateral,
namun bagaimanapun juga adanya nodul yang terdeteksi bukan berarti
metastase. Derajat nekrosis dari tumor setelah kemoterapi tetap merupakan
factor prognostic. Pasien dengan skip metastase dan osteosarkoma
multifocal terlihat mempunyai prognosa yang lebih buruk. 8
d) Reseksi tumor
Kemampuan untuk direseksi dari tumor mempunyai factor prognosa
karena osteosarkoma relative resisten terhadap radioterapi. Reseksi yang
lengkap dari tumor sampai batas bebas tumor penting untuk kesembuhan. 8
e) Nekrosis tumor setelah induksi kemoterapi
Kebanyakan protocol untuk osteosarkoma merupakan penggunaan
dari kemoterapi sebelum dilakukan reseksi tumor primer, atau reseksi
metastase pada pasien dengan metastase. Derajat nekrosis yang lebih besar
atau sama dengan 90% dari tumor primer setelah induksi dari kemoterapi
mempunyai prognosa yang lebih baik daripada derajat nekrosis yang
kurang dari 90%, dimana pasien ini mempunyai derajat rekurensi 2 tahun
yang lebih tinggi. Tingkat kesembuhan pasien dengan nekrosis yang
sedikit atau sama sekali tidak ada, lebih tinggi bila dibandingkan dengan
tingkat kesembuhan pasien tanpa kemoterapi. 8
Angka keselamatan setelah 5 tahun untuk pasien osteosarkoma sekitar
63% (1974-1994). Presentasi secara umum rendah untuk bertahan hidup.
Biasanya pasien meninggal karena telah terjadi penyebaran secara
hematogen ke paru-paru dan hati, serta tulang-tulang lain. 8

DAFTAR PUSTAKA

1. Sutton David. A Textbook of Radiology and Imaging Fifth Edition. London:


Churchill Livingstone. 1992. Vol 1; 136 46.
2. Davies. A.M., Pettersson.H. 2002. The WHO Manual of Diagnostic Imaging :
Radiographic Anatomy and Interpretation of the Musculoskeletal System.
World Health Organization. Geneva : Switzerland.
3. Baert A. L. 2006. Imaging of the Hip and Bony Pelvis. Medical Radiology.
Department of Clinical Radiology Manchester Royal Infirmary. Manchester.
4. Salter Robert. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal
System Third Edition. William & Wilkins. 1999; 379 403.
5. Paul and Juhls. Essetials of Radiologic Imaging Fifth Edition. Philadelphia:
J.B. Lippincott Company. 1987; 164 7.
6. Rasad, Sjahriar : Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.2006. Hal 62-84.
7. Picci P. 2007. Osteosarcoma (Osteogenic sarcoma). Orphanet Journal of Rare
Disease. 2:6.

8. American

Cancer

Society.

Osteosarcoma.

2014.

Accessed

at

www.cancer.org/osteosarcoma-pdf on october 10, 2015.


9. Charles T Mehlman, DO, MPH. 2014. Osteosarcoma, Classic. (online),
(http://www.emedicine.com)

Anda mungkin juga menyukai