Memori
1. Mengambil Tanda-tanda
Mengingat memori yang tidak sempurna karena terdapat begitu banyak
informasi yang tersimpan di dalam memori jangka panjang. Karena materi yang
berhasil sampai di memori jangka panjang bersifat permanen, kapasitas dari
memori jangka panjang ini sangat besar. Tanda pengingat adalah stimulus yang
membuat lebih mudah mengingat informasi yang tersimpan dalam memori jangka
panjang. Pertanda tersebut bisa sebuah kata, emosi, atau suara; apa pun
pertanda spesifiknya, memori akan langsung muncul ke pikiran ketika terdapat
tanda pengingat (Feldman, 2012: 273).
Tanda pengingat mengarahkan seseorang ke informasi yang tersimpan dalam
memori jangka panjang melalui cara yang mirip dengan mesin pencarai seperti
google yang mengarahkan orang melalui internet. Dalam pengingatan kembali,
bagian informasi tertentu harus diingat-ingat seperti perlu untuk menjawab ebuah
pertanyaan. Sebaliknya, pengenalan terjadi ketika dihadapkan pada stimulus dan
ditanya apakah pernah mengahadapi stimulus sebelumnya atau diminta untuk
mengidentifikasi dari sebuah daftar alternatif (Feldman, 2012: 274).
2.Tingkat Pemrosesan
Teori tingkat pemrosesan menekankan tingkat di mana materi baru secara
mental dianalisis. Teori ini menyebutkan bahwa kedalaman dari pemrosesan
informasi pada saat pemunculan material~tingkat keberartian yang dianalisis dan
diperhatikan~adalah penting; semakin besar intensitas dari pemrosesan awalnya,
semakin besar kemungkinan dapat mengingat informasi tersebut (Craik, 1990;
Troyer, Hafliger, & Cadieux, 2006; Craik & Lockhart, 2008 via Feldman, 2012:
274).
Teori ini kemudian menyebutkan bahwa terdapat perbedaan mencolok pada
cara informasi diproses pada berbagai tingkat memori. pada tingkat dangkal,
informasi hanya diproses berdasarkan aspek fisik dan sensorinya. Misalnya, kita
memperhatikan bentuk dari huruf yang membentuk kata anjing. Pada tingkat
pemrosesan menengah, bentuk ini diterjemahkan ke dalam unit yang berarti-pada
kasus ini, huruf-huruf tersebut dalam konteks kata-kata, dan secara fonetik
tertentu yang mungkin tertaut dengan huruf tersebut.
diingat (Berntsen & Thomsen, 2005; Shapiro, 2006, Talarico & Rubin, 2007 via
Feldman, 2012: 2787).
GANGGUAN PADA MEMORI
1. Alzheimer dan Amnesia
Masalah memori merupakan gejala dari penyakit Alzheimer, suatu penyakit
yang dicirikan sebagian oleh masalah memori parah. Alzheimer adalah penyebab
kematian keempat bagi orang dewasa di Amerika Serikat, diderita oleh sekitar 5
juta orang. Pada awalnya, Alzheimer terlihat sederhana seperti melupakan
sesuatu seperti janji temu atau ulang tahun. Seiring dengan perkembangan
penyakit tersebut, kehilangan memori menjadi semakin nyata, dan bahkan tugas
paling sederhana~seperti menggunakan telepon akan terlupakan (Feldman, 2012:
290).
Penyakit
Alzheimer
secara
berangsur-angsur
makin
parah
hingga
ini
belum
sepenuhnya
dimengerti.
Mengapa kita lupa? Salah satu alasannya adalah bahwa kita mungkin tidak
memperhatikan materi tersebut pada awalnya, infomas yang tidak pernah masuk
ke dalam ingatan jangka panjang-Kegagalan encoding.
Salah satu pelopor psikologi dari Jerman, Hermann Ebbinghaus (1885-1909)
adalah orang pertama yang melakukan penelitian ilmiah tentang lupa. Pada tahun
1885, ia membuat dan mengingat daftar berisi 13 kata yang tidak bermakna dan
mengukur seberapa banyak yang bisa ia ingat seiring berjalannya waktu ( King,
2010: 434). Berikut beberapa proses yang bertanggungjawab atas kegagalan
memori, termasuk di dalamnya teori kemerosotan, interferensi, dan kelupaan
akibat ketergantungan pada.
Teori kemerosotan (decay) adalah hilangnya informasi karena tidak
digunakan. Penjelasan ini untuk fenomena lupa berasumsi bahwa jejak memori,
perubahan fisik yang terjadi di otak ketika materi baru dipelajari, akan menghilang
seiring berjalannya waktu (Grann, 2007 via Feldman, 2012: 288). Teori
kemerosotan menyatakan bahwa ketika sesuatu yang baru dipelajari, ada zat
saraf kimia yang membentuk jejak ingatan, tetapi seiring dengan berlalunya
waktu, jejak ini cenderung untuk menghilang. Teori kemerosotan menyatakan
bahwa berjalannya waktu selalu meningkatkan kemungkinan lupa (King, 2010:
436).
Meskipun terdapat bukti bahwa kemeorostan ini memang terjadi, namun hal
ini sepertinya tidak memberikan penjelasan lengkap mengapa kita dapat lupa.
Jika kemerosotan menjelaskan semua hal dalam fenomena lupa, maka kita akan
berharap bahwa semakin banyak waktu yang terjadi antara proses awal
pembelajaran informasi dan usaha kita untuk mengingatnya, semakin sulit bagi
kita untuk mengingat informasi tersebut karena akan diperlukan lebih banyak
waktu bagi memori tersebut untuk menjadi busuk (Payne,1986 via Feldman,
2012: 288).
Karena pembusukan tidak sepenuhnya bertanggungjawab untuk kelupaan,
para ahli memori telah mengajukan suatu mekanisme tambahan: interferensi
(gangguan).
Dalam
interferensi
informasi
dalam
memori
mengganggu
pengingatan dari informasi yang lain (Naveh-Benjamin, Guez, & Sorek, 2007;
Pilotti, Chodorow, & Shono, 2009 via Feldman, 2012: 288).
Interferensi telah dianggap sebagai salah satu alasan mengapa orang lupa
(Sangha, et al, 2005 via King, 2010: 435). Teori interferensi (interference theory)
menyatakan bahwa orang lupa bukan karena ingatan yang hilang dari
penyimpanan, tetapi karena ada informasi lain yang menghambat cara mereka
untuk mengingat (King, 2010: 435).
Ada dua macam gangguan yaitu gangguan proaktif dan retroaktif. Gangguan
proaktif (proactive interference) terjadi ketika materi yang telah dipelajari lebih
dahulu memengaruhi mengingat materi yang dipelajari kemudian. Sedangkan,
gangguan retroaktif (retroactive interference) terjadi ketika terdapat kesulitan
untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya karena kontak
terbaru dengan materi yang berbeda (Feldman, 2012: 289).
Selanjutnya, lupa dapat terjadi karena ketergantungan pada pertanda,
kelupaan yang terjadi ketika tidak terdapat cukup tanda untuk penarikan kembali
informasi yang ada dalam memori (Tulving & Thomson, 1983 via Feldman, 2012:
288).
Mayoritas
peneliti
menyatakan
bahwa
interferensi
dan
lupa
karena
Daftar Pustaka
Feldman, Robert S. 2012. Pengantar Psikologi: Understanding Psychology. Jakarta:
Salemba Humanika
King, Laura A. 2010. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta:
Salemba Humanika
Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan: Edisi Kedua (diterjemahkan oleh Tri
Wibowo B.S). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
Santrock, John W. 2012. Psikologi Pendidikan: Edisi ketiga (diterjemahkan oleh
Diana Angelica). Jakarta: Salemba Humanika