Adam Smith
Adam Smith
DARIFILSAFAT
MORAL
KE ILMU
Sosm'
of
the IYealth of Nations, 9 Mwet 1776, David Hutne lnenulis surat kepada
Adam Sinith, sahabatnya, penulis buku itu: "Ezge! BeNe! DearMr. Smith. Saya
amat g a n g ; membaca sepintas bulm itu telah ~ne~nbebaslian
saya dari keceinasan besar..."2 Adam Fergusou menulis surat lebih profetilc: "Engkau menjadi
satu-satunya otoritas mengenai persoalan itu, ine~nbentukpandangan orang...
dan lnengarahkan generasi-geuerasi ~ n e n d a t m ~ . " ~
Buku yang biasanya disingkat The IYealfh oj" Nulions ihl dianggap menjacb
"peletak dasw bagi kelahiran ilmu e k ~ n o m i . "Apabila
~
isinya tidak lagi terasa
istirnewa, itu karena "apa yang digagasnya telah lnerasuk Be dalan cara berpilrU.
kita dewasa hin5
Dalan suatu peringatan 200 tahun bulru itu, 9 Maret 1976,
Ronald Coase, penerima hadiah Nobel Ekonolni 1991,lnengajukan kesimpulan
yangmnungkh terlalu berani tetapi bukan tanpa dasar: "Apa pang terjadi dengan
belumlah lazim. Oleh karena itu, yang dicnaksud Senophon dalam Oikonomih
lebih menunjuk efisiensi pengelolaan alam/ladang bagi anggota rumah tangga,
bukan efisiensi transaksi komersial dalam sistem elionolni pasar. Menurut
Xenophon, salah satu kunci efisiensi itu adalah peinbagian kerja (dillision oJ
labour) dan spesiali~asi.'~
Inilah polrok yang di kelnudian hari mendapat perhatian khusus dalain ekonomi modern.
Beberapa tema yang merupakan aspek lregiatan ekonoini tidak banyak
dibahas Plato (sekitar 429-347 SM), yang berfokus pada penyusunan blueprint
bagi negara ideal dalam kelnelut politik yang melanda Athena dan negaranegara lrora Yunani lain selama abad ke-5 dan ke-4 SM." Dari Senophon,
dapat diltatakan tongltat refleksi inengenai masalah ekonolni pindah ke Allistoteles (384-322 SM) dalain rupa gagasan spekulatif. Spelrulasi Aristoteles
perihal ekonomi dapat ditemulran dalam PoLtics (Buku I) dan Etbica Niconzachca
(Bulru V). Spekulasi itu diajukan bukan sebagai pemnil&an tentang elroonomi,
tetapi dalam rangka membahas s o d etilra, dengan masalah pokok bagaimana
hidup secua baik dalain poh. Dengan kata lain, intuisi inengenai ekonomi
berstatus instrumental terhadap tujuan tata hidup dalampoL~.'~
Dalaln Etbica Niconzacbea, misalnya, Aristoteles melihat keadilan antara
pihak-pihali yang bersenglreta merupakan prasyarat dasar tata kehidupan yang
baik dalam polir. Dalam rangka itu, ia ine~nbedalrant i p inacam keadilan:
distributif, pemulihan, dan komnutatif. Terutama p h s i p 'keadilan komutatif'
inengatlu. urusan transaksi antara pihak-pihali yang talibat dalain pertulraran
atau perdagangan. Misalnya:
Pertama ...harus ada kesetzaan perbandingan antara bilrang yang dipertukzkan, dan kedua, harus terjadi kesalingan; ...semua barang yang dipertukzkan harus sebanding. Untuk tujuan itulah uang digunalran, dan ddam
arti tertentu menjadi perantara. Jumlah sepatu pang ditukzkan dengan sebuah rumah (atau dengan sejumlah makanan) dengan demikian harus setara
dengan rasio seorang pembangun rumah terhadap seorang pembuat sepatu.13
Dalam contoh lain, ia inemandang uba (ttsuy) sebagiu "jenis tindakan paling
tercela, ... mengainbil laba dari uang itu sendiri, dan bukan dari pertukaran
alami barang. Dari semua cara memperoleh harta, riba adalah cara yangpaling
tidak alami."'4 Pokok ini sangat terkait dengan pandangan bahwa nilai ekonomi
suatu barang terletak bulran pada nilai tulrar (exchange ~/al~cc),
tetapi pada niLu
guna (tm value), sesuai dengan plinsip teleologis Aristoteles.
Galileo Galilei (1564-1642),Johann Kepler (1571-1630), Reni Descartes (15961650) dan tentu Isaac Newton (1642-1727).25
Penyebutan di atas sangat hemat, sekedar menunjuk horison cara berpikir
baru bahwa alam semesta tidak lagi dipikirkan semata-mata sebagai tatanan
yang digera&nTuhan, tetapi oleh keteraman gerak yang mengkuti semacam
hukum mekanik. Revolusi intelektual yang mulai berkembang pada abad ke16 salah satunya membwu pertanyaan besar ini: hukum aP yang membuat
beraneka gejala alam berada dalam gerak yangmembentuk tatanan s e r n e ~ t a ? ~ ~
Sulit meneinukan pernilsir penting pada zaman itu yang tidak dipengaruhi
oleh pertanyaan ini. Seperti telah disebut, apa yang disebut 'filsafat' di zaman
itu menunjuk semesta pengetahuan universal, dan para fdosof terlibat dengan
matematika maupun sastra, polidlr maupnn astronomi, fisika maupun jurisptudensi, dan seterusnya. Leibniz (1646-1716), misalnya, terlibat dalam bidang
matematika murni, politik, f i s h , masalah ekonomi, metafi~ika.~'
Itdah mengapa tidakmengherankan bahxva dalam benak para hlosof, pertanyaan raksasaitu juga mempexanakkan pertanyaan mirip dan sama besarnya:
apa dan dalil apa yang membuat tindakan tiap-tiap or~angyang terpisah satu
sans lain inembentuk gerak sebagai tata masyarakat? Apakah ada semacam
" d m yang membuat gerak senulifugal yang dilakukan tiap-tiap orang tidak
berakhir pada chaos, tetapi pada suatu tatanan sosial? Thomas Hobbes (15881679), misalnya, menggunakan cara berpikit itu dengan rumusan be&: "Setiap
orang menghindari kematian; ia melakukan itu dengan keniscayaan alami, sama
seperti bagaimana sebuah batu jatuh ke ba~ah."~~Ambillah
David Hume (17111776) sebagai contoh lain. Dalam kondisi depresi baat, ia menulis surat kepada seorang dokter &London (tahun 1734): "Alru mendapati kelugasan~vatak
sedang berkembang dalam diriku, yang bersikeras tidak mau mengakui otoritas
apapun..., yang membawaku mengejar medium baru dengan apa kebenaran
dapat diteta~kan."~'Apayang disebut "medium baru" itu hanya menjadi jelas
setelah terbit karyanya, A Treatise of Human Natnre: Being an Attempt to Introduce
the E~pen'mentaJMetbodof Reasoning into Moral Snbjets (1739). "Medium baru"
itu berupa metode eksperimental bagi ~ersoalanmoral-metode eksperunental
yang dikembangkan Frands Bacon dan Isaac Newton dengan model observasi
ketat atas gejala sosial, mengganti cara be~pikirapriori Abad Pertengahan.
Suatu analogi cara berpikir sedang berkembang sepecti lalu lintas dua arah
antara Filsafat Alam (natwalphilosop&) dan Filsafat Moral (mralphiLo~op&).
Apa yang disebut 'Filsafat Moral' pada zaman itu bukan sekedar refleksi
mengenai 'baik' dan 'buruk' seperti pengertian dewasa ini, inelainkan gugus
kajian amat luas yang mencakup sejarah institusi, etika, estetika, agama, hubungan internasional, adat-istiadat, yurisprudensi, masalah perkaminan dan
keluarga, serta apa yang kemudian disebut e k o n ~ m i - ~ o i t iDengan
k . ~ ~ kata lain,
kajian Filsafat Moral mencakup seluruh bidang yang ldni menjadi xvilayah ilmuihnu sosial dan humaniora. Analog dengan hukum gravitasi pang mendasari
tata keteraturan alam semesta, apa yang tejadi bila hidup inanusia dan bangsa-bangsa, hukum, sejarah, budaya, polidlr dan ekonomi jug? berlangsung menurut kinerja "gravitasi" - juga seandainya "gravitasi" dalam Filsafat Moral
tidalr dipahami persis sama seperti kinerja gravitasi dalam &nu-ilmu alam?
Dari cara berpkk Verstehen,tentu pertanyaan di atas terdengar sebagai scientisnl
yang berlebihan. Namun pencarian plinsip gerak a la gravitasi itulah pang sedang
bekeinbang dalam horizon baru pemikiran zainan itu. Cara berpildr itu bukan
hanya menyangkut gerak benda-benda fish dan tatanan alam semesta, tetapi
dalam bahasa Hume, "persis di jantungibu kota atau pusat ilmu-ilmu itu sen^,
yaitu kodrat manu~ia."~'
Adam Smith, penulis The WealthoSNations, hidup dalam suasana intelektual
itu. Ia lahir di I(irlrcaldy, sebuah kota kecil di pantai timur Slrotlandia, dan
dipermandikan 5 Juni 1723, yang mungkin juga inerupakan hari kelahirant~~a.~'
Dari tahun 1737 sainpai 1746 ia belajar di Universitas Glasgow dan Oxford.
Tahun 1751-1764 ia menjadi guru besar Logika dan kemudian Filsafat Moral
di Universitas Glasgoxv, Skotlandia. Icaryanya yang terpenting adalah The Theoy
of MoraLSentiments (1759) den The Wealth of Nations (1776). Smith meninggal
pada tanggal 17 Juli 1790.33
Seperti banyak pemikir pada zaman itu, Smith juga digelisahkan oleh pencarian dalil-dalilyang memungldnkan simpang-siur gejala alam semesta maupun
kehidupan sosial tidak berujung pada chaos, tetapi pada tat2 k e t e ~ a t u r a n . ~ ~
kecuali dengan membayanglran apa yang akan kita rasakan dalain situasi
s e m a ~ a m . Itulah
" ~ ~ simpati.
Sunpati (synIpath_y)atau rasa-merasa pada sesama ifeLow;feelindmerupakan
prinsip "gravitasi" dalam tatanan moral. Melalui cara itu, kita memasuki sukaduka, rasa bangga, kesukaan dan ketidaksukaan orang lain, menilai sifat moral
tindakan inereka dan lalu kita pakai inenilai tindakan kita sendiri?"Dari
situ
pula, kita menilai kepantasan dan ketidakpantasan moral suatu tindakan.
Misalnya, Idta dapat merasakan dan menyetujui kemarahan seorang yang telah
dikhizmatitemannya, dan kita inenyebut keinarahannya sebagai 'pantas' @roper).
Akan tetapi, bila kemarahan itu telah melampaui penyebabnya, kita menyebut
kemarahannya sebagai 'tidak pantas' (improper).joHal yang sama juga berlaku
dalam sod kelayakan dan ketidaklayakan atas pujian atau hukuman. Dzuiproses
inilah terbentuk dalam diri kita rasa-inerasa moral, lrewajiban moral, rasa malu,
bangga, inenyesal, dan sebagainya.
Tetapi, apa ldu kiteria objektif moralitas, dan di mana letaknya? Ketika
inasih kecil, cukup lama ldta mengejar proyek mustahil untuk mendapat sanjungan setiap orang. Hanya secara bertahap ldta sadar ha1 itu tidak mungkin,
karena tindakan kita yang paling pantas pun sering l c e l a orang lain, dan sebaliknya tindakan kita yang paling tidak pantas pun dipuji orang lain. Untuk
menjaga dki kita dari penikian sepihak itu, kita kemudian belajar mengembangkan dalam diri semacain "sosok hakim." Di situ, kita membayangkan diri
sedang bertindak di hadapan seseorang, yang tidak meinpunyai kaitan apapun
dengan kita maupun orang-orang yang terkena dampak tindakan kita. Lalu
melalui trial and error, kita belajar bertindak sedemikian rupa agar dinilai layak
dan pantas oleh "sang h a k i d itu. Itulah penilai yang tidalr memihak (inqartial
spectator), "manusia dalam kalbunya, hakim agung dan wasit petilaku kita."51
Keseluruhan jaring proses itu membentuk tatanan modmasy,<akat Sadar
bahwa banyak orang mengamati perilaku kita, kita menjadi inlpartiaL spectator
tindakan kita sendiri dan orang lain. Masyarakat addah "cermin dengan apa....
kita menilai kepantasan tindakan kita sendiri."j2 Sangat jelas betapa Smith mempunyai optimisme yang begitu besar pada manusia. Gagasannya tentang ekonomi serta inasyarakat didasarkan pada opiimisme itu. James Bucban, penulis
sejarah sosial Fajar Budi Skotlandia, melihat bahwa corak pe&an
moral
seperti itu lebih berisi komitmen pada rasa feehcg) ketimbang nalar (rea~o?i)g)5~
Tetapi, apa hubungan semua itu dengan gagasan ekonomi Adam Smith?
Pertama, ada pmadoks besar dalam kinerja siinpati. Di satu pihak, "!&a
mendapat simpatilebih lrecil dani seorang kenalan biasa daripada dari seorang
sahabat," dan "ldta menerima simpati jauh lebih k e d lagi dmi orang-orang
yang tidak kita kenz11."~~
D i lain pihak, keutamaan penguasaan dki (se&commanrl)
yang s e n d dalam kehidupan moral biasanya jauh lebih berkembang b i a seorang berada di bawah sorot mata orang-orang yang tidak ia kenal: "Selalu
dati orang yang tidak kita kenal, dari inana luta hanya dapat berharap sedikit
simpati, kita lebih mungkin belajar penpasam-dki yang paling baik."55 Kondisi
asing itu erat terkait dengan situasi perdagangan (trade), di inana orang yang
saling tidak kenal berhubungan melakukan transaksi berdasarkan "bahasa"
harga @rice).Dalain arti hi, Smith inelihat sistem ekonomi pasm meinpunyai
daya membentuk keutamaan penguasaan-diri, unsur sentral dalam gagasan
~noraln~a.'~
Kedua, filsafat moral Sinith sangat dipengaruhi Bsafat S t ~ aSejak
. ~ ~awal ia
menunjuls "peinbedaan tajam antara 'keutamaan' (~rtzte)dan 'sekedar kepantasan' (merepropricty); antara ku&tas dan tindakan yang patut dikagumi serta
disanjung, dan kuahtas serta tindakan yang selredar patut d i s e t u j ~ i . "'Sekedar
~~
kepantasan' adalah moralitas orang biasa, sedanglran 'keutamaan' adalah inoralitas "selrte ung$
(theJ'.n~ozissect).~~
Waszelr mencatat bahwa kmena moralitas
sekte bijalr itu tidalr pernah dicapai oleh orang-orang biasa, dalam perlrein:
bangannya Filsafat Moral kian "ineinberi perhatian pada persoalan praktis,
yang lalu membawa minat seinaldn besar pada tindakan-tindakan tidak sempuma tetapi mas& patut ditel.ima."60Dua karya besar Adam Smith, TMS dan
WN, dapat dipandang sebagai bagian penting dari proses Filsafat Moral ke
arah itu. Dalain konteks ini kemudian berkeinbang gagasan bahwa untuk
mendapatkan siinpati dari the inlpartial spectator, keutainaan unggul tidak lagi
inutlak. Sebagai gantinya, sekedar sikap had-hati (i.feriorprwdence) sudahlah
cukup. Inilah gugus moralitas yang "sekedar diarahkan pada wusan lresehatan,
pencarian rejeki dan harta, serta status dm reputasi indi~idual."~~
Moralitas
orang biasa adalah moralitas yang lebih tertuju pada "pemuasan hasrat alaniah"
dalam rupa "harta material," dan untuk tujuan itu ia mengejar "pengetahuan
dan ketrampilan praktis dalam kerja dan perdagangan, rajin dan tekun dalam
inelalrukannya, hemat dan bahkan kildr dalam pengeluaran."62
Di situlah tersembunyi lraitan antara gagasan moral Slnith dalam TMS
dan gagasan elronomi dalam WN.@ Torsi terbesar buku TMSbahkan dipakai
12
DISKUILCLIS,
Vd 6, No.
I , Apd2007: 1-40
membahas moralitas orang biasa itu, dan h'anya di bagan teralrhir Smith secara
khusus meinbahas moralitas "sekte ~ n ~ g u lCukup
. " ~ ~pasti Smith tidak inemeluk inoralitas orang-orang biasa sebagai posisi intelektualnya. Garis moral
pang dianutnya adalah moralitas "sekte unggul" k m Stoa Imno, seperti Socrates dan Z e n ~Dalam
. ~ ~ arti ini, W d a p a t dilcatalrm sebagai aplikasiprinsip
'simpad' Smith pada sendmen moral orang-orang biasa.G6 Pokok ini sentxal
untuk ineinahaini Irontinuitas antara TMS dan MN; sentral pula untuk inemahami mengapa gagasan ekonomi Smith berisi gagasan seperti pang ada dalam
1vw7
MENCARI DALIL GRAVITASI EKONOMI
Andaikan TMS "meinbahas desain interior ruang tamu, WN memba~va
para pembaca ke dam terb~ka."~'
Meski kini banyak gagasan di ddarnnya telah
menjadi idiom analisis dan kegiatan ekonomi sehui-hui, terbitnya CY/N di tzhun
1776 inenimbulkan sensasi. Dalatn chaos simpang-siur gejala dan tindakan perdagmgan serta proses industrial, Smith menaruh suatu sistem penjelasm sebabakibat yang menyatukan berbagai serakan gagasan beberap p e d & sebeluinnya." Pada masa itu, para tuan tanah dan pedagang menpasai Parleinen
Inggris. Ideologi ekonoini inereka biasanya disebut MerkantiLisme, yaitu paham
elrono~ni-politikyang berkembang sejak abad ke-17, berisi gagasan bahwa
kekuatan dan kekayaan suatu bangsa terletak d a l m pemilikan logam berhargii
seperti emas. Salah satu siasatnya adalah melarang impor dan mendorong ekspor
untuk menciptalran swplus perdagangan, dan pendapatan dari surplus itu dipalmi menumpulr logam be~harga.~'
Tentu saja, ha1 itu mencekik hidup warga
biasa, karma upah inereka yang rendah tidak dapat membeli harga b m g
kebutuhan yang tinggi.
Dalam konteks ekonoii-polidi itu W N terbit, dan bagi kontelrs itu Smith
menulis: "Saya belum pernah melihat manfaat yang dilalukan ole11 orangorang yang berdagang bagi lrebaikan urn~un."~'
Alternatif Smith dalarn WTJ
adalah gagasan tentang suatu sistein yang ia sebut 'ekonomi-politik' @o,'iticoL
ern~zon~).~~
Di belakangnya adalah pertanyaan besar yang diilhaini oleh studinya
tentang tata keteraturan dam semesta: dalil apa yang membuat sfinpang-siur
tindakan inanusia tidak berakhir dengan chaos, tetapi tatanan rna~yarakat?~~
Meringkas isi WNpang amat lebat d m penuh paradoks tentu usaha pang h m p i r
pasti akan berakhic dengan Beke~dilan.Dengan risiko seperti itu, beberapa
pokok di bawah ini inungkin dapat meinberikan isparat.
Pertanza, sdah satu dalil bagi tamnan sosial yang m m p u membawa lrehyaan
suatu bangsa adalall pokok hi: "Usaha alamiah tiap orang untuk memnperbaiki
kondisinya masing-masing, jika dilakukan dalain kebebasan dan rasa ainan,
merupakan prinsip yang begitu hat," dan daya itu "tidak hanya mnampu meinbawa masymalrat menu~ukernahnuran, tetapi juga mengatasi ratusan rintangan
yang mengganggu."74 Bagaimana proses itu terjadi? Mirip seperti Newton,
S m i t h lneinulai teorinya dengan gejala, dan gejala itu addah falrta 'pembagian
Irerja' (nivisiool2 oJ labot~d.'~Jika inoralitas orang biasa menyangkut pemenuhan
kebutuhan sehari-hi, padahal seomng p e t a tidak
~
dapat menjahit palraiannya
sendici, maka tentu ia meinbutuhkan hasil kerja tukang jaht; dan sebalilmya.
Dalam bahasa Smith, pe~nbagiankerja muncul d u i "kecenderungan orang
untuk inenawarkan, melalrukan barter, dan inenukarkan satu ha1 dengan ha1
lain."76Bila dalain TMS prinsip penggerak tatanan moral itu adalah 'slmpati',
dalam IVN prinsip penyangga tatanan sosial adalah 'pembagian kerja'.
Kedva, sebagai unplilrasi gagasan 'simpad' dalam TMS, petani tidak akan
mainpu inanenuhi kebutuhan/kepentingannya sen&i apabila tidak inenempatkan dici pada posisi tukang jahit yang juga sedang berusaha memenuhi
lrebutuhannya s e n h i . D D ~
proses itu muncul pertukaran dan perdagangan
Apa yang menmilr di sini adalah balnva pertulclran itu tidak dilalukan
karena 1rebahn hati (benevolence) dan kepedulian pada liesejahteraan uinun,
Ddam b&sa
tetapi lraena pengejaran lrebutuhan/kepentingm dki (seJi~~teres?J.
Smith:
Manusia senantiasa membutuhkan bantuan begitu banyak orang lain, dan
sia-sialah is mengharapkan bantuan itu datang dari kebdan hati. Lebih
mungkin ia mendapatkan bantuan itu apabila ia mernikat cinta-diri merekg
demi keuntungan merelia sendl, dan menunjuldtan kepada mereka bal~wa
meliLukan apa yangia minta adalah deini keuntungan mweka sendiri... Bukan
dari kebaikan had pemotong daging, peramu minuman atau pembuat rod
kita mengharapkan makanan kita, tetapi dari rasa dnta merelia pada kepentingan mereka sendiri. IQta mengajukan kepentingin &i kits bukan dengan
menggerakkan rasa kemanusiaan mereka, tetapi rasa dnta-diri mereka; dan
jangan pernah berbicara kepada mereka tentang kebutuhan kita, tetapi bicuala11 tentang keuntungan diri mereka sendiri."
Ekonom Ronald Coase meringlras, "apa pang diajulran Adam Smith bulran
bahwa kebaikan hati atau cinta tidak inendasari liehidupan ekonoini dalam
inasyarakat modern, tetapi bahwa kebaikan hati dan cinta fidak +at meiyadi
inginkan, tapi karena kompetisi dengan banyak penjud nasi goreng lain - tentu
setelah menghitung biayza produksi, tingkat laba yang diperlukan untuk bertahan
bisnis nasi goreng. Tentu, dinamika ini tidak akan terjadi tanpa kebebasan
berusaha dan kompetisi. Sejak awal abad ke-19, polrok ini disalahgunakan sebagai dasar menentang campur tangan pemeiintah ddam e k o n o ~ n iCulrup
.~~
pasti bahwa maksud Sinith bukan mempersenjatai Baun kapitalis, bukan pula
meinbantu eksploitasi kaum buruh, tetapiinelawan i n o n ~ p o l iSmith
. ~ ~ bahkan
amat sinis terhadap para kapitalis yang mempunyu "keganasan memangsa
dengan penuh kelicikan bean rapan'g"; mereka "bulran dan tidak seharusnya
inenjadi penguasa bangsa manusia."" Atau, "para pedagang jarang bertemu,
...tetapi pila bertemu] percakapan inerelra berakhir dengan persekongkolan
inelawan kepentingan publik, atau siasat menaildran h ~ g a . " ~ ~
."'
16
campur tangan terhadap atanan ahini elmnomi pasar bebas."" Setelah inenyilnak banyak pengecualian dan paradoks dalam WIV, Viner menyimpulkan
bahwa %dam Sinith bukan seorang pembela doktriner laissedaiiree"dan"[Smith]
tidak percaya bahxva lairsedaire selalu baik, atau selalu bwulr."" Dengan kata
lain, "Smith inengakui banyak pengecualian dan cacat pada gagasan harinoni
alaini dalam sistem pasar bebas apabila ldnerjanya diserahkan kepada proses
ala~ni."~~
K e h a , bagaimana seinua pokoli itu terlrait dengan kemalunuran dan tatanan sosial yang analog dengan harmoni alam semesta Newtonian? Lebih
tajam lagi, bagaiinana kesejahteraan u n u m dicapai dalam sistem ekonomi pasar
bebas? Inilah problematik besar yang dijawab Smith dengan konsep 'tangan
tidak Irelihatan' (invisibLe b ~ n r t )InvisibLe
. ~ ~ handadalah metafor yang dipakai Smith
untuk mengatakan bagalmana tatanan sosial yang ditandai kebaikan uinum
muncul sebagai hasil tidak-disengaja &nintendedconseqz~ence)dari gerak pengejamn
kepentingan dui tiap orang." Dalaln bahasa Smith:
ICwena setiap orang berusaha keras memakai modalnya untuk inendukung
industri dalam nege~i,dan dengan itu melakukan indusui yang mengbasillm
sesuatu dengm nil2paling tinggi, ia niscaya berusaha keras menyninbangkan
sebesw kemampuannya pada pendapatan tahunan masy~akat.Biasmya ia
tidak berinaksud memajukan kepentingan umum, dan tidak juga ia tahu
seberapa besar ia memajukan kepentingan nmum. Dengan meld11 mendukung industri dotnestik daripada asing, ia banya bermaksud menjaga rasa
amannya sendiri; dan dengan mengelola industri sedemikian rupa sehingga
mengl~asilkanapa yang bernilai sangat tinggi, ...ia dituntun ole11 tangan tirlak
kehatan untuk meinajukan tujuan yang tidak ia maksudkan. ...Dengan
mengejar kepentingannpa sendiri, ia sering memajukan kepentingm masyarakat lebih efektif daripada ketika ia sungguh bermaksud memajukan
kepentingan ~ n u i n . ~ '
Ringlrasnya, lresejahteraan u m u n dicapai bukan dengan mengejsu.Iresejahteraan u n w n secza sengaja (inkntional),tetapi kesejahteraan u n u m inerupakan
hasil tidak-&sengala dari gerak setiap orang yang mengeja kepentingan dki.
Dalam rumus ala Newton itu terletak langkah besar Sinith untuk ineloloslian diti dari cara berpikk teleologis Aristotelian. D i situ pula rupanya terletalr
aka embrional ddli M3im status ilmilh 'ilmu elronomni'." Selain itu, dalam polrolr
itu juga tersembun~iasal-usul perpisahan antua Andisis Elronoini dan Fdsafat
Moral, masahh yang kemudian melaldran perdebatan panjang tentang tempat
etika dalaln ekonomi, dan debat mengens pertanyaan apakah 'ekonolni' itu
ilmu positif atau nor~natif?~
I<ompleksit?s persoalan itu membutuhkan tulisan
lain. Pada titik ini,apa yang perlu diajukan hanydah bahwa dengan kemnunculan
WN, gagasan-gagasan intuitif tentang persoalan ekonolni yang sudah selalu
merupakan bagian kecil dalam Filsafat Moral mulai lolos, dan dalam iklitn
revolusi intelektual abad ke-18, berkeinbang lnenjadi bidang &nu baru: Ihnu
Ekonoini.
Apakah persoalan filsafat lenyap d u i cara berpildr baru tentang ekonoini?
Ataukah soal fdsafat sesungguhnya hanya disembunyikan?
PERSOALAN FILSAFAT DALAM EKONOMI
Perlu ditelunkan bahwa d&n WN Adam Smnith tidak berlnaksud m e n p
dahi problem filsafat. WNpersis inerupakan bagian integral Smith untuk melalrukan filsafat, terutana Filsafat
Dalam bagian terakhir slretsa ini
akan ditunjukkan ttga contoh persoalan filosotis pang berakzr dari karya besar
Smith itu, dan yang dalain banyak hal menghantui analisis ekonolni hingga
hari ini.Pertalna adalah masalah 'tangan tidak kelihatan' ('in!>iszhlehand), kedua
sod 'kekuasaan' (power), dan ketiga inenyangkut penciutan galnbacan tentang
manusia dalam rupa 'inanusia ekonoini' (homo oecononzi~zs).
18
noini begitu tertata sealab-olah seperti kancang pemerintah (atau lro~niteperencana), malra tidak ada perlunya desain apapun".lo6Inilah preinis terseinbunyi
dari penolakan terhadap regulasi atas kehidupan ekonomi.
Argumen [3] bukan syarat untuk memahami secara ketat problematik
invisibh band. Nainun argumen [3] dituntut sebagai pertanggungjawaban mengapa gejala/dampalr yang terjadi tanpa disengaja itu disebut 'baik' bagi publik,
dan bukan sebaliknya. Segera jelas balnva soalnya lnenyangkut penetapan chi
'baik' atau 'tidak-baik' pada gejala/dampak pang tidalr disengaja itu. Penting
untuk ditekanlran bahxva penetapan ciri moral 'baik' atau 'tidalr-baik' initidak
dapat diturunkan dari valid-tidaknya penjelasan lnengapa pengejaran kepentingan dki inenghasilkan lresejahteraan bersama, lmena penjelasan itu tidak
pernah diajulran - bila penjelasan itu ada, tentu tidakperlu hgi metafor misterius
iizvi~ib1ehand Penjelasan seperti itu "harus dirnasukkan ire dalain argumen dari
luar arg~men."'~'
Lalu berdasarkan ktiteria apa gejala yang terjadi meskipun tidak disengaja
itu disebut 'baik'? Rupanya Smith menyebut gejala pang terjadi meskipun tidak
disengaja itu sebagai 'baik' dan 'bermanfaat' dari posisi tertentu dalam konteks
lustoris tertentu pula. Posisi Smith adalah posisi moral pengriti Merkandlisine:
bahwa orang akan lebih sejahtera hidup dalam tata perdagangan bebas daripada
dalam tata Merkantilisine yang dominan di Inggris pada abad ke-18.lo8
Tetapi segera muncul masalah besar. Bila posisi moral Smith tidak dapat
diturunkan dari penjelasannya lnengenai hubungan kausal antara "pengejaran
kepentingan diri" dan "kesejahteraan bersama," apa implikasinya? Bahkan dari
konteks lustoris tertentu pula, sama inasuk akalnya mengajulran posisi moral
bahxva gejala/dampak yang terjadi tanpa disengaja itu 'tidal-baik' dan 'tidakbermanfaat' secara publik. Dengan menyitir bahasa Smith, luta dapat ineinbayanglran bahwa "dengan mengejar kepentingan diri, setiap orang seolah-olah
dituntun ole11 tangan tidak kelibatan untulr mengl~asillransituasi publik yang
ganas dan tidak baik." ICemnungkinan hi tidakmengada-ada, dan dapat diturunIran secara lretat dari lo$a invisith handyang sama. Contoh tentang pengusaha
kayu gelondong di atas adalah satu keinungkinatl. Berbagu gejala pang ada di
Indonesia adalah contoh lain, dari kualitas acara televisi sampai keinacetan
lalu lintas, dari soal banjir, kebakaran hutan sampai lrehancuran bank-bank
dalam krisis ekonolni 1997. Dengan kata lain, lolosnya Ekonomi dari Filsafat
Moral tidak menghapus premis moral dari persoalan ekono~ni.
Jika para ekonom
menolak memeriksa premis moral, mereka tidalr akan tahu kebijakan publik
apa yang akan inereka u ~ u l l r a n . ~ ~ ~
mi adalah para ekonoin dan "mereka yang menyebut diri libertarian justcu
hanya mengeluh tentang serikat buruh, tetapi tidak mengeluh tentang perilaku
perusahaan-perusahaan raksa~a.""~
Problematik 'kekuasaan' dalam sistem pasar ini akan selalu inenghantui
Filsafat Politik dalzun refleksinya tentang persoalan seperti demokrasi dan tatanegara. Bahkan dapat dikatakan, tanpa menganggap serius problematik 'kekuasaan' dalam kinerja sistem pasar, fdsafat politik akan menanggung risiko tidalr
mampu menjelaskan apa yang persis ingin dijela~1ran.l~~
kin tidak ada ekonom yang lebih lantang mengajukan klajm itu daripada Gary
Becker, ekonom mazhab Clucago:
Pendekatan ekonomi tnenyediakan semesta pendekatan untuk memahami
rema pedaku manusia ... Semua perilah dapat dipandang sebagai tindakan
memaksimalkan utilitas sederet preferensi dan mengaku~nulasijumlah optimal informasi serta input lain dalam bermacam-macam pisar ... Pendekatan ekonomi memberi semesta kerangka kerja yang telah lama dicari untuk
memahami semua pedakn manusia, tetapi 1010s dari Bentl~am,Comte, Marx,
dan para p e m k lain.'3n
Kedua, ciri keterpusatan pada diri (se¢redmss), paitu pandangan bahwa
arus tindakan 'manusia ekonomi' berfokus pada lronselruensibagi dirinya sendiri. Tercakup di dalain ciri itu adalah pengertian '&? (se4 bukan hanya sebagai
pelalcu tindakan, tetapi juga 'dir? sebagai satu-satunya ulstansi yang paling tahu
tentang "kebenaran" hasratnya. Dari situ ditwunkan sentiditas 'pilihan individual' (indiuidz~aIpreference)sebagai pintu mengetahui isi kepentingan cliri. Nat u n , mengapa seorang analr memilih ayain goreng IGntucky Fried Chicken,
dan bukan ayain goreng Ny Suharti? Pertanyaan itu dianggap tidak r e l e ~ a n ! ' ~ ~
Ketka, perangkat terpenting yang dipakai untuk mexvujudkan kepentinganh i (~aitupemenuhan preferensi) adalah 'kalkulasi rasional' (rationalcalct~Iation).
Istilah 'rasional' dipahami secara khas, yaitu usaha inenimbang prospek keuntungan, lrerugian, dan tinglrat kepuasan hasrat.140Dengan kata lain, rasionalitas
manusia ekonomi berisi proses memilih ketepatan sarana (meam) yang selalu
terbatas di hadapan tujuan tertentu (eiid),yaitu pemuasan hasrat. Rasionalitas
dirnengerti sebagai konsistensi internal pilihan.'41 Itulah mengqa istilah 'rasion a dalam ekonomi dipahami identik dengan 'efisien': rasionalitas adalah efisien~ i . ' ~ ~
Keeqat, untuk menemukan keterulman (measz~rability),konsep 'lrepentingan-&? dan 'efisiensi' diredulrsi lebih lanjut ke kadar kepuasan hasrat atau
'utilitas' @tility)). Arti 'lrepentingan-&i' pang axvalnya mencaliup kepedulian
pada kehormatan, martabat, atau bahkan hidup sesudah kematian, lambat laun
dalam ciri homo oeconomicz~smengalami penyempitan dan menjadi uusan tingkat
lreuntungan rnate~ial/hnansial.'~~
Tulis ekonoin Joan Robinson: "I<arena hasrat
tidak dapat diulm secara langsung, dan hanya dapat ditunjuk secara tidali
langsung melalui gejala pang tampalr, ihnu ekonoini menunjulrnpa dengan h;urga
(P~ce)yang bersedia dibayar seseorang bagi pemenuhan h a ~ r a t n ~ a . " ' ~ ~
26
Ilmu Ekonomi adalah sisteln dan gugus dalil-dalilyang mengahx hubunganhubungan, melalui mana manusia secara konstan diubah menjadi 'manusia
ekonomi.' Melangkah ke dalam &nu ekonomi, manusia ditransformasikan.
Momen ketika masuk ke dalam relasi-relasi ekonomi, ia diseret -dengat>
atw tanpa kehendak dan kesadarannya- ke dalam situasi dan relasi yang
berkinerja seperti hukum, yang membuatnya bertindak sebagai homo oeLonomims; ia hidup dan inerealisasikan dirinya hanp sejauh sesuai dengan prasyarat kinerja sistem tersebut. Maka ilmu ekonomi adalah ranah perniliiran
yang pada dirinya punya agenda mengubah manusia menjadi manusia ekonomi.... Kapitalisme adalah sistem seperti itu.... Ini mengisyaratkan betapa
tidak masuk akal memisahkan 'manusia ekonotni' [seperti dipahmi dewasa
ini]dari kapitalisme sebagai suatu siste~n.Di luar sistem kapitaliq homo occonomicus adalah fksi.... Oleh karena itu, ekonomi inulai bukan dengan 'manusia
ekonomi', tetapi dengan pencarian suatu sistem, dan untuk tujuan ini diqukan
28
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
44
45
29
Unh& biografiildam Smith yanglebih lengkap, lhat, misalnya, Slunner, ScoflrihMen $..,
198; Ross, The L
i
f
e
4,1995; Buchan, Adam Smiti, aild .., 2006.
Bandingkan, misalnya, dengan Raphae1,Adam Smith..., 1985, Bab 6.
Lihat, misalnya, Buchdahl, The Image of New20n..., 1961, p. 26. Buku-buku astronomi di
perpustakaan Smith termasuk klasik, seperti Jean Sylvain, Ad.fronomieA ~ I C(2nd
~ ~ ed.,
IIII~
1781),Ariro11omieModer11e(1785),Artronomie Ii~die,rne(1787);James Ferguson, Asfronomy
(1764);Jolm Keill, INtrod~ctioad Veram Arfronomiam (1718);Johann Heinrich Lambert,
SjrfimedriuMonde (2nd ed., 1784);iVIdus,Asfm,~omica(1764),Pierre L. M. D e iVIauperhus,
F&we of the Earth (1738);John Playfair, A r f r o ~ ~ oofr v the Brahmim (1786),Isaac Newton,
Pri11c;Pia(1726),Adhn:atica (1707),Metbods o f F/uxjonr(1737), Optickr(l721) (Hetherington,
'Isaac Newton's Influence ...,' 1983, p. 499).
Smith, 'The History of Astronomy...' (17951 1982, pp. 33-105. Cukup pasti karya 1111
ditulis Smith di awal kadernya, tetapi hmya ditehitkan setelah ia meninggal. Selain 'The
History of Astronomy,' dalam E r ~ OIIy Philosophical S I I ~ ~ ~Smith
L L ~ jug*
J . m e n d s 'The
History of the Ancient Physics,' 'The Histoq of the Ancient Logics and Metaphysics,'
'Of the External Senses,' h h a n tentang kesenian, musik, tali, puisi, studi komparatif
tentang sajak-sajak Ingglis d m Italia, serta beberapa naskall penting 12%.
Smith, 'The History of Ast~onomp..,'[I7951 1982, p. 46. I'okok uu cukup jelas dali judd
lengkap hdisannya tentmg sejarah asrronomi, paitu The Priuqblea ~uhichLead aird Direct
PhilorophicalE~~q~iries,
Illudrafed @ fbc Hidoty of Artromomy (1795).
Bandmgkan, misalnya, dengan Smith, 'The History of Astronomy...,' [I7951 1982, pp.
48-49.
Smith, 'The History of Astronomy. ..,' (17951 1982, pp. 45-46; Lihat juga pp. 51,64, 91.
Smith, 'The History of Astxonomy...,' [I7951 1982, p. 66. Emma Rothschild meliihat
bahwa cara berpikir Smith ini punya kelemahan mendasar: "Orderliness is for Smith a
quality which is bestowed upon phenomena. Order is one that we ourselves introduce in
a Kantian fashion .... p h i s shows] h s unconcern with whether orderliness is a conchtion
of the mild or of the world" (RothscMd, EconomicSe~~iimei~tx..,
2001, pp. 140, 145).
Smith, 'The History of Astronomy. .....,'[I7951 1982, p. 98. Opdmisme ihl perlu dihhat
d d u n konteks historis perkembangan llmu zaman ihl. Cukup pasti bahwa keyakinan itu
adalah opdmisme berlebhan, sebagzimana cacat sistem Newton kemudian "dntasi" ole11
teoriEinstein @hat, nisalnya,Bronowski, TheArcei~tofMuii..., 1973,pp. 159.162). Newton
sendili mengakui persoalan itu keaka ia harus menunjuk sebab gravitasi: "I have not as
yet been able to deduce from phenomena the reason for these properties of gravity, and
I do not feign a l ~ ~ p o d ~ e and
s i s ;hypothesis, whether metaphysical or physical, or based
on occult qualities, or mechanical, have no place in experitnental pldosophy In this
experimental pldosophy, propositions are deduced from the phenomena and are made
general by induction. The impenetrabhty, mobhty, and impehls of bodtes, and the laws
of motion m d the law of graviv 11ave been found by this method. And it is enough that
gavity really exists and acts accordmg to rhe laws that we have set forth and is sufficient
to explan all the motions of the heavenly bodies and of oux sea" (Newton, PMosophicaI...,
[I6871 2004, p. 92).
Hetherington, 'Isaac Newton's Influence ...,' 1983, p. 504.
Bandingkan, misalnya, dengan Thomson, %dam Smith's Pldosopl~\~.
..: 1965, pp. 223225.
Newton, PhilorophcaI.,., [I7211 2004, p. 140.
Smith, 'The Histov of Astronomy...: [I7951 1982, pp. 104-105. Cukup jelas minatnya
pada pemikiran Newton bagi Filsafat Moral menjadi proses melepaskan dxi da1.i cara
berp&. tilsafat Aristoteles: "PVhat] we may call the Newtonian method, whether of
DISKURTUS, Vd 6, N N 1,
~ Apd2007: 140
56
57
58
59
Morals or Natural Pldosopl~y,etc., is vastly more ingenious, and for that reason more
engaging, than the other, the Aristotelian method. .. ..The great superiority of the method
over that of Aristotle.. ...made them greedily receive a work which we justly esteem one
of the most entertainingromances that have ever been wrote" (Smith, Lect~~rcs
on Rlietoric..,
1964, pp. 139, 140). Karena teks itu bersumber dari catatan kuliah mal~asiswaAdam
Smith, kesalahan tata bahasa ddam kutipan di atas merupakan bagian dari kesalahan
dalam catatan mahasiswa.
Stewart, 'Account of theLife...,' orasi dalamRoyal Society of Edinburgh, 21 January dan
18 lvIarc11 1793, ddam Smith, Essoq?i on PhilosophicaI..., [I7951 1982, pp. 274-275. Dugald
Stewart adalah penulis biogra6 pertama Smith (3 tahun sesudah Smith meninggal).
Bandingkan, misalnya, dengan Stewart, 'Account of the Life...,' 1793, p. 280.
Smith, The Tho? of MoraL.., [I7591 2002, p. 11.
Dalam ungkapan Smith: '73y the imagination we place ourselves in his situation, we
conceive ourselves enduring all the same torments, we enter as it were into his body, and
become in some measure the same person with him, and thence form some idea of his
sensations, and even feel something wluch, though weaker in degree, is not altogether
unlike them" (Smith, The Theory of MorcL.., 117591 2002, p. 12).
L i a r Smith, The Theory of Moral.., 117591 2002, pp. 20-23.
Lilm, misalnya, Smith, The Theoty of Moral.., [I7591 2002, pp. 224,252,267. IGta Smith:
"If we place ourselves completely in his situation, if we really view ourselves with his
eyes, and as he views us, and listen w i t h diligent and reverential attention to what he
suggests to us, lus v o i c e d never deceive us. We shall stand in need of no casuistic rules
to direct our conduct" (Smith, The Theory of Mord.., [I7591 2002, p. 267).
Smith, The Theory of MoraI..., 117591 2002, p. 129.
Buchan, Croruded~uithGenius,.., 2003, terntama Bab 11.
Smith, The Theory of MoraL.., 117591 2002, p. 28. Dalam part T i I buku itu secara panjang
lebar Smith menguraikan pokok h i , mulai dari orang-orang secara umum ke lmgkaran
afektif paling dekat (Lihat pp. 256-267).
Smith, TheTheoryof MoraL.., [I7591 2002,p. 178. Dalam alinea berikutnpa, Smith menulis:
'Zlvewith strangers,wirh
those who know nothing, or care nothing about your misfortune;
do not even shun the company of enemies; but give yourself the pleasure of mortifying
their malignant joy, by making them feel how little you are affected by your calamity, and
how much you are above it" @. 178).
Bandmgkan dengan Seigel, The I& of the S&., 2005, pp. 152-153. Akan tetapi, posisi
Smith dalam ha1 ini jauh lebih moderat, bahkan ambigu, daripada anggapan umum.
Dibandingkan Montesquieu dan James Steuart yang menekankan fungsi pemberadaban
perdagangan dan bisnis, di banyak kesempatan Smith melihat, misalnya, 'Xnother bad
effect of commerce is that it < i s the courage of mankind, and tends to extinguish
martial split. By having their minds constantly employed on the arts of luxury, they
grow effeminate and dastardly" (Smith, hctures on Rheto~c..., 1964, p. 257).
Chat, misalnya, Waszek, 'Two Concepts of Morality...,' 1984, pp. 591-606.
Smith, The Theory of Moral ..., [I7591 2002, p. 31.
Smith, The Theory of Moral.. ., [I7591 2002, p. 3. Apa yang tampak scbag;li elitisme 1111
tidak terkait dengan kelas sosial, tetapi dengan gagasan 'aristokrasi spiritual' kaun Stoa,
pallam yang telah ada sejak Plato dan Aristoteles, dan tetap bertahan sampai abad ke-18
ddam diktum mashpr %irrtr*s uera aobilitar kg/'' - keutamaan addah kelul~uransejati.
Kaum Stoa membedakan kaford/,iima (keutama,an/tindakan benar secara moral) dali
kathZko,r (tindakan yang sekedar pntas). Yang pertama unhk orang seperti Sokrates
atau Zeno, yang kedua untuk orang biasa (Waszek, 'Two Concepts of Momlity....,' 1984,
60
61
62
63
64
65
31
pp. 592,597-598). Lihat juga Frede, 'On The Stoic Conception...,' 1999,79; Sedley, 'The
Stoic-Platonist....' 1999, pp. 128-152.
Waszek, Two Concepts of Morality....:1984, p. 600. Contoh paling jelas adalah Cicero
(sekitar 50 SM), pujangga Romawi, yang bahkan m e n d s satu karya khusus membahas
"kewajiban-kewajiban biasa": "For moral goodness, in the truest and fullest sense of the
word ... could only be found among those hypothetical people who are endowed with
ideal wisdom. Nobody who falls short of this perfect wisdom can possibly claim perfect
goodness; its semblance is the most he can acquire. And these are the men [sic.], the
ordinary men falling short of the idea1,whose moral obligations form the subject of my
present work. The Stoics call these 'second-class' obligations. They are incumbent upon
everybody in the world ..." (Cicero, On Duties..., 1960, pp. 163-164).
Smith, The Theoryof Moral..., [I7591 2002, p. 253.
Smith, The Theoyof MoraL.., 117591 2002, pp. 248,249,250.
Di abad ke-19, di antara para pemikir Jerman muncul istilah ' D mAdam Sn~ithProblem"
yang menunjuk kontmdiksi serta diskontinuitas antara The tho^ of MoralSei~timentsd m
The Wealthof Nations. Yang pertama membahas mianan berdasarkan 'simpati,' sedangkan
yang kedua mengenai tatanan berdasarkan 'kepentingan-dili.' hkan tempi, berbagzi
penelitizn kemudian menunjukkan bahwa argumen tentang kontradiksi dan diskontjnuitas
antara dua bukuitu sangat lemah (UnhIk survei mengenai persoalan ini, Mlat Nieli, 'Spheres
of IntLnacy...,' 1986; Coase, E i s y on Emnomici..., 1994, Bab 7; Fleischacker, On Adam
Smithf IVealth..., 2005, pp. 48-55).
Bagian terakllu. The Theory of MoralSe~~fiments
yang dmaksud adalah 'Of System of Moral
Philosophy' (Smith, The Theory of Moral. .., [I7591 2002, pp. 313-404).
Posisi Smith adalah sebagai bedkut: '3n what codtufes the red happiness of humatz LI,thv
are in no r e p d itzfirior to those who would seem so much above them. I11 ease of body atidpeace of
mind, allthe dt/fere~~t
ranks of h$'i are marh upo,r a level, a ~ the
d begqar, ~vhosum himseY by the side
of the highwy, possesses ,hat secung which k i n ~ sarefighti~gfor" (Smith, The Theoy of Moral..,
73
74
32
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
33
34
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
DISKURSUJ. Vd 6. No. I . A b d 2 0 0 7 : t 4 0
Adma S~nifb
d m M I I I Z CEkonomj
I ~ ~ ~(B. Her~-P,f)~onoj
37
Mandeville, Bernard. The Fable of the Bees and Other Writings(ed. E. J. Hundert).
Indianapolis: Haclrett Publishing, [I7231 1997.
Monroe, A. E. Ear4 Economic Thornght: Selectionsjom Economic Literature Prior to
Adam Smith. Cambridge, Mass.: Harvard University Press, 1965, pp. 122140.
Newton, Isaac. Philosophical Wdings (ed. A. Janiak). Cambridge: Cambridge
University Press, [I7211 2004.
Nieli, Russell. "Spheres of Intimacy and the Adam Sinith Problem." Jonrnalof
the Histog of Ideas 47/4 (October-December 1986): 611-624.
O'Boyle, Edward J. "Homo Sodo-Economicus: Foundational to Soc'ialEconomics and the Soda1 Econoiny." Review of SocialEconon~63/3 (September
2005): 483-508.
38
Ormerod, Paul. The Death of Economics. London: Faber & Faber, 1994.
Oswald, Donald J. "Metaphysical Beliefs and the Foundations of Srnithian
Political Economy." History of PoliticalEconon~27/3 (1995): 449-476.
I'
226.
Plato. 'Tbpt~bli~.
"In E. Hamilton & H. Cairns (eds.), The Collected Dialogzm of
Plato, Including the Letters. Bollingen Series =I.
Princeton: Princeton
University Press, 1961, pp. 575-844.
Polanyi, ICarl. "The Economy as Instituted Process." In M. Granovetter & R.
Swedberg (eds.), The Sociology of Economic L$.2nd edition. Boulder:
Westview Press, 2001, pp. 31-50.
Putnam, H i l q Reason, Tmth and History. Cambridge: Cambridge University
Press, 1981.
Raphael, D. D. Adam Smith. Oxford: Oxford University Press, 1985.
Robinson, Joan. Economic Philosoply. London: Penguin, 1962.
Ross, Ian S. The Life of Adam Smith. Oxford: Clarendon Press, 1995.
Rothschild, Emma. Economic Sentiments: Adam Smith, Condorcet, and the Enl&htenment. Cambridge, MA.: Harvard University Press, 2001.
Roy, Subroto. Philosoply of Economics: On the Scope of Reason in Economc Inqniry.
London: Routledge, 1989.
Schumpeteg Joseph A. History
University Press, 1954.
of