Anda di halaman 1dari 40

ADAM SMITH DAN MUNCULNYA EKONOMI:

DARIFILSAFAT
MORAL
KE ILMU
Sosm'

Abstract: How did ecollolnics arise as a discipline? Takhg the works of


Adam Smith as an example, his essay suggests that economics emerged
from a strand of moral pldosopl~ythat concerns the issue of societal coordination. In particular, this essay argues that the type of moral reflection
wluc11 g;we rise to economics involves a methodological contraction of its
premise of human person as an actor in trade. While this parsimony is
commonly required for methodological purposes, it has created problems
for the development of economics itself, as much as chdlenges for political
pldosophy and pldosoplucal antluopology.

Kata-kata Kunci: Elionomni, Filsafat Moral, Inliisible 1-Iand, Manusia


Ekonotni, Pasan
Dua puluh dua h a ~setelah
i
terbitnya A 7 2 Inquzry into the Nature andCauses

of

the IYealth of Nations, 9 Mwet 1776, David Hutne lnenulis surat kepada
Adam Sinith, sahabatnya, penulis buku itu: "Ezge! BeNe! DearMr. Smith. Saya
amat g a n g ; membaca sepintas bulm itu telah ~ne~nbebaslian
saya dari keceinasan besar..."2 Adam Fergusou menulis surat lebih profetilc: "Engkau menjadi
satu-satunya otoritas mengenai persoalan itu, ine~nbentukpandangan orang...
dan lnengarahkan generasi-geuerasi ~ n e n d a t m ~ . " ~
Buku yang biasanya disingkat The IYealfh oj" Nulions ihl dianggap menjacb
"peletak dasw bagi kelahiran ilmu e k ~ n o m i . "Apabila
~
isinya tidak lagi terasa
istirnewa, itu karena "apa yang digagasnya telah lnerasuk Be dalan cara berpilrU.
kita dewasa hin5
Dalan suatu peringatan 200 tahun bulru itu, 9 Maret 1976,
Ronald Coase, penerima hadiah Nobel Ekonolni 1991,lnengajukan kesimpulan
yangmnungkh terlalu berani tetapi bukan tanpa dasar: "Apa pang terjadi dengan

DoktorB. Hery-Priyo adalah Dose71 Tetappada Program l'as~aJavana, Sekolah Tin&


Fi/s.fat Dnjarkara, Jakarta.
I

belumlah lazim. Oleh karena itu, yang dicnaksud Senophon dalam Oikonomih
lebih menunjuk efisiensi pengelolaan alam/ladang bagi anggota rumah tangga,
bukan efisiensi transaksi komersial dalam sistem elionolni pasar. Menurut
Xenophon, salah satu kunci efisiensi itu adalah peinbagian kerja (dillision oJ
labour) dan spesiali~asi.'~
Inilah polrok yang di kelnudian hari mendapat perhatian khusus dalain ekonomi modern.
Beberapa tema yang merupakan aspek lregiatan ekonoini tidak banyak
dibahas Plato (sekitar 429-347 SM), yang berfokus pada penyusunan blueprint
bagi negara ideal dalam kelnelut politik yang melanda Athena dan negaranegara lrora Yunani lain selama abad ke-5 dan ke-4 SM." Dari Senophon,
dapat diltatakan tongltat refleksi inengenai masalah ekonolni pindah ke Allistoteles (384-322 SM) dalain rupa gagasan spekulatif. Spelrulasi Aristoteles
perihal ekonomi dapat ditemulran dalam PoLtics (Buku I) dan Etbica Niconzachca
(Bulru V). Spekulasi itu diajukan bukan sebagai pemnil&an tentang elroonomi,
tetapi dalam rangka membahas s o d etilra, dengan masalah pokok bagaimana
hidup secua baik dalain poh. Dengan kata lain, intuisi inengenai ekonomi
berstatus instrumental terhadap tujuan tata hidup dalampoL~.'~
Dalaln Etbica Niconzacbea, misalnya, Aristoteles melihat keadilan antara
pihak-pihali yang bersenglreta merupakan prasyarat dasar tata kehidupan yang
baik dalam polir. Dalam rangka itu, ia ine~nbedalrant i p inacam keadilan:
distributif, pemulihan, dan komnutatif. Terutama p h s i p 'keadilan komutatif'
inengatlu. urusan transaksi antara pihak-pihali yang talibat dalain pertulraran
atau perdagangan. Misalnya:
Pertama ...harus ada kesetzaan perbandingan antara bilrang yang dipertukzkan, dan kedua, harus terjadi kesalingan; ...semua barang yang dipertukzkan harus sebanding. Untuk tujuan itulah uang digunalran, dan ddam
arti tertentu menjadi perantara. Jumlah sepatu pang ditukzkan dengan sebuah rumah (atau dengan sejumlah makanan) dengan demikian harus setara
dengan rasio seorang pembangun rumah terhadap seorang pembuat sepatu.13

Dalam contoh lain, ia inemandang uba (ttsuy) sebagiu "jenis tindakan paling
tercela, ... mengainbil laba dari uang itu sendiri, dan bukan dari pertukaran
alami barang. Dari semua cara memperoleh harta, riba adalah cara yangpaling
tidak alami."'4 Pokok ini sangat terkait dengan pandangan bahwa nilai ekonomi
suatu barang terletak bulran pada nilai tulrar (exchange ~/al~cc),
tetapi pada niLu
guna (tm value), sesuai dengan plinsip teleologis Aristoteles.

DISKLlRSUS, Vol.6, No. I. April 2007: 1 4 0

Spekulasimengenai persoalan ekonomi sebagai bidang sangat l i e d dalam


Filsafat Moral muncul kembali dalam bingkai Teologi Skolastik selama Abad
Pertengahan. Apa yang khas adalah bahxva gagasan-gagasan eliono~nitalnpil
sebagai bagian panduan dalam buku-bulru penuntun pengalruan dosa. Contohnya adalah Summa Conjessonm karya Thomas Chobham (1163-1235).15 Ia
antara lain mengkaji bahaya moral berbagai profesi, ter~nasukpedagang. Daftar
y ) keserakahan (a~arice).'~
dosa berat yang ia sebut mencakup riba ( z ~ s z ~dan
Namun ia juga sangat Inembela perdagangan."
Tidali ada pel& pnglebih lengkap menampilkan Teologi Skolasdlr daxipada Thomas Aquinas (1225-1274). Dalam Szmma Theologiae, liarpa ralcsasa
Aquinas, s o d yang terkait dengan tema ekonomi tentu hanya bagian sangat
lied, namun &wnus!an dengan rinci. Seperti dilakukan beberapa teolog Skolastik, persoalan ekonomi juga &muskan dalam rangh panduan moral dengan
cara tanya-jawab. Misalnya:
Pokok 3: Apahh penjual wajib menpttakan cacat barang yang dijualnya?
Keberatan 1: Penjual tidakharus menyatakan cacat barang pang dijual. I<arena
penjual tidak mengharuskan pembeli untuk membeli, penjual c u h p menbiarkan pembeli inenilai sendiri barang yang dijual. Keberatan 2: Penjual ddak
berkewajiban menyatakan cacat barang yang dijual, karena halihl akan mencegall jual-beli... Keberatan 4: Bila penjual menyatakan cacat barang yang dijual,
hal itu hanya akan menurunkan harga... painun] saya menjawab bahwa
tidak sah membahayakan dan merugkan si-pun ... Maka bila cacat itu
tersembunyi, dan penjual tidak menyatakannya, penjualan tersebut haram
serta curang, dan penjual harus memberikan kotnpensasi atas kerugian yang
terjadi.18
Selain &muskan dalam tuntunan moral dan panduan pengalruan dosa,
selama Abad Pertengahan tidak sedikit gagasan spekulatif yang secara langsung
inenunjuk tema yang kini dianggap bidang kajian elionolni. Contohnya adalah
Traktat Asal-Uszil: Kodrat, Hz~kzmzdaa P e n g a ~ d nUang karya Nicolas Osesme
(sekitar 1350). Meskipun dengan cara sangat spekulatif, Oresme berpendapat
bagairnana kinerja kelruatan pasar sering menyebabkan depresiasi mata uang
yang menghancurkan ekonomi suatu negeri.19 Sedangkan dari para pet*
Islam, kita dapati genius seperti Ibn I(ha1dun (1332-1406).Dalatn bahasa alam
pikit zaman itu, ia bahkan telah menunjuk banyak persoalan ekonomi pang
menjadi idiom andisis ekonomi dewasa ini, seperti darnpak ~ernbagiankerja
pada produktivitas, pengaruh selera (taste) pada permintaan (den~aizd,dilema

DISKURSUS, Vd 6, No. 1, Apnl2007: 1-40

Galileo Galilei (1564-1642),Johann Kepler (1571-1630), Reni Descartes (15961650) dan tentu Isaac Newton (1642-1727).25
Penyebutan di atas sangat hemat, sekedar menunjuk horison cara berpikir
baru bahwa alam semesta tidak lagi dipikirkan semata-mata sebagai tatanan
yang digera&nTuhan, tetapi oleh keteraman gerak yang mengkuti semacam
hukum mekanik. Revolusi intelektual yang mulai berkembang pada abad ke16 salah satunya membwu pertanyaan besar ini: hukum aP yang membuat
beraneka gejala alam berada dalam gerak yangmembentuk tatanan s e r n e ~ t a ? ~ ~
Sulit meneinukan pernilsir penting pada zaman itu yang tidak dipengaruhi
oleh pertanyaan ini. Seperti telah disebut, apa yang disebut 'filsafat' di zaman
itu menunjuk semesta pengetahuan universal, dan para fdosof terlibat dengan
matematika maupun sastra, polidlr maupnn astronomi, fisika maupun jurisptudensi, dan seterusnya. Leibniz (1646-1716), misalnya, terlibat dalam bidang
matematika murni, politik, f i s h , masalah ekonomi, metafi~ika.~'
Itdah mengapa tidakmengherankan bahxva dalam benak para hlosof, pertanyaan raksasaitu juga mempexanakkan pertanyaan mirip dan sama besarnya:
apa dan dalil apa yang membuat tindakan tiap-tiap or~angyang terpisah satu
sans lain inembentuk gerak sebagai tata masyarakat? Apakah ada semacam
" d m yang membuat gerak senulifugal yang dilakukan tiap-tiap orang tidak
berakhir pada chaos, tetapi pada suatu tatanan sosial? Thomas Hobbes (15881679), misalnya, menggunakan cara berpikit itu dengan rumusan be&: "Setiap
orang menghindari kematian; ia melakukan itu dengan keniscayaan alami, sama
seperti bagaimana sebuah batu jatuh ke ba~ah."~~Ambillah
David Hume (17111776) sebagai contoh lain. Dalam kondisi depresi baat, ia menulis surat kepada seorang dokter &London (tahun 1734): "Alru mendapati kelugasan~vatak
sedang berkembang dalam diriku, yang bersikeras tidak mau mengakui otoritas
apapun..., yang membawaku mengejar medium baru dengan apa kebenaran
dapat diteta~kan."~'Apayang disebut "medium baru" itu hanya menjadi jelas
setelah terbit karyanya, A Treatise of Human Natnre: Being an Attempt to Introduce
the E~pen'mentaJMetbodof Reasoning into Moral Snbjets (1739). "Medium baru"
itu berupa metode eksperimental bagi ~ersoalanmoral-metode eksperunental
yang dikembangkan Frands Bacon dan Isaac Newton dengan model observasi
ketat atas gejala sosial, mengganti cara be~pikirapriori Abad Pertengahan.
Suatu analogi cara berpikir sedang berkembang sepecti lalu lintas dua arah
antara Filsafat Alam (natwalphilosop&) dan Filsafat Moral (mralphiLo~op&).

Apa yang disebut 'Filsafat Moral' pada zaman itu bukan sekedar refleksi
mengenai 'baik' dan 'buruk' seperti pengertian dewasa ini, inelainkan gugus
kajian amat luas yang mencakup sejarah institusi, etika, estetika, agama, hubungan internasional, adat-istiadat, yurisprudensi, masalah perkaminan dan
keluarga, serta apa yang kemudian disebut e k o n ~ m i - ~ o i t iDengan
k . ~ ~ kata lain,
kajian Filsafat Moral mencakup seluruh bidang yang ldni menjadi xvilayah ilmuihnu sosial dan humaniora. Analog dengan hukum gravitasi pang mendasari
tata keteraturan alam semesta, apa yang tejadi bila hidup inanusia dan bangsa-bangsa, hukum, sejarah, budaya, polidlr dan ekonomi jug? berlangsung menurut kinerja "gravitasi" - juga seandainya "gravitasi" dalam Filsafat Moral
tidalr dipahami persis sama seperti kinerja gravitasi dalam &nu-ilmu alam?
Dari cara berpkk Verstehen,tentu pertanyaan di atas terdengar sebagai scientisnl
yang berlebihan. Namun pencarian plinsip gerak a la gravitasi itulah pang sedang
bekeinbang dalam horizon baru pemikiran zainan itu. Cara berpildr itu bukan
hanya menyangkut gerak benda-benda fish dan tatanan alam semesta, tetapi
dalam bahasa Hume, "persis di jantungibu kota atau pusat ilmu-ilmu itu sen^,
yaitu kodrat manu~ia."~'
Adam Smith, penulis The WealthoSNations, hidup dalam suasana intelektual
itu. Ia lahir di I(irlrcaldy, sebuah kota kecil di pantai timur Slrotlandia, dan
dipermandikan 5 Juni 1723, yang mungkin juga inerupakan hari kelahirant~~a.~'
Dari tahun 1737 sainpai 1746 ia belajar di Universitas Glasgow dan Oxford.
Tahun 1751-1764 ia menjadi guru besar Logika dan kemudian Filsafat Moral
di Universitas Glasgoxv, Skotlandia. Icaryanya yang terpenting adalah The Theoy
of MoraLSentiments (1759) den The Wealth of Nations (1776). Smith meninggal
pada tanggal 17 Juli 1790.33
Seperti banyak pemikir pada zaman itu, Smith juga digelisahkan oleh pencarian dalil-dalilyang memungldnkan simpang-siur gejala alam semesta maupun
kehidupan sosial tidak berujung pada chaos, tetapi pada tat2 k e t e ~ a t u r a n . ~ ~

MENCARI DALIL GRAVITASI MORAL


Kunci terpenting untuk memahami pencarian Smith atas prinsip gravitasi
dalam Filsafat Moral adalah minat dan keterpesonaan pada a s ~ o n o m iPada
.~~
awal kehidupan akademisnya, ia mengkaji empat sistein pemildran astronomi,
yaitu sistein Ptolemeus, Copernicus, Descartes, dan Newton.36Nainun cukup
jelas kajian Smith atas empat sistem itu bukan pertama-tuna untulr meneinukan

DISKURSUS, VoL 6,No. 1, Apri/ZOO7: 140

sistem kosmologi lain, tetapi lebih berstatus instrumental. Maksudnya, dalam


bahasa Smith, "bukan untuk menetapkan absurditas atau probabilitas,
kesesuaian atau ketidaksesuaiannya dengan kebenaran dan kenyataan:' tetapi
"mencari sejauh mana tiap-tiap sistem itu berguna untuk menenangkan
imajinasi, untuk membuat drama semesta menjadi lebih tertata rapi, sehingga
menjadi tata tampilan yang lebih menakjubkan daripada yang sebaliknya
tampak."37
Itulah tugas filsafat mennxut Smith. Dengan kata lain, hlsafat adalah 'obat
penenang' (trangwiliser) yang muncul d u i ketidakberdayaan nalar finqotence of
mind) dan rasa panik atas gejala chaos, baik dalam gejala dam maupun gejala
m a ~ ~ a r a k aDengan
t . ~ ~ "menampilkan rantai kaitan tersembunyi yang menyatukan keberantakan objek, hlsafat mengajukan tatanan bagi simpang-siur gejala
yang sedemikian berantakan, menjinakkan keterserakan imajinasi, serta memulihkannya kembali...menjadi tata keteraturan dan ketenat~gan."~~
Berulang
kali Smith menyebut hal itu sebagai tugas mencari 'sistem' (system).Tulis Smith,
"Dalam banyak hal sistem menyerupai mesin.... Sistem adalah mesin rekaan
yang dicipta untuk menghubung-hubungkan menjadi satn dalam imajinasi
berbagai gerak dan dampak yang dalam kenyataan telah te
Dalam rangka pencarian 'sistem' itu, secara khusus Smith diilhami hukum
gravitasi yang dirumuskan Newton:
Sesudah sistem sebelumnya, tidak ada sistem lain yang lebih memadai
daripada prinsip gravitasi... Genius dan keunggulan Isaac Newton telah
menghasilkan kemajuan yang paling mempesona... paling besar dan paling
menakjubkan yang pernah dibuat dalam filsafat. 'Melalui Pukum gravitasi]
itu ia mampu, dalam satn sistem, menjelaskan gerak planet-planet dengan
prinsip kaitan yang sedemikian jelas, yang meniadakan berbagai kesulitan
yang sampai kini dihadapi imajinasi dalam memikirkan gejala-gejala it^.^'
Pokok ini sangat berpengaruh bagi konsepsi Smith mengenai ekonomi
dalam The Wealth of Nations. Norriss Hetherington bahkan menemukw "kesamaan penting antara struktur buku Prinn$ia Newton dan The W e h h of Nations
(selanjutnya disingkat EN),yaitu metode induksi dad fenomena ke rumusan
plinsip umum, dan kemudian melakukan deduksi fenomena dari piinsip-phip
m u m it^."^^ Seperti telah disebut, minat Smith pada problelnatikifxbukan
' ~ , .
untuk merumuskan sistem astronomi lain, tetapi menemukan.analog(analogy)
cara berpikir bagi Filsafat
Newton memberikan
pernbuahan, . .

kecuali dengan membayanglran apa yang akan kita rasakan dalain situasi
s e m a ~ a m . Itulah
" ~ ~ simpati.
Sunpati (synIpath_y)atau rasa-merasa pada sesama ifeLow;feelindmerupakan
prinsip "gravitasi" dalam tatanan moral. Melalui cara itu, kita memasuki sukaduka, rasa bangga, kesukaan dan ketidaksukaan orang lain, menilai sifat moral
tindakan inereka dan lalu kita pakai inenilai tindakan kita sendiri?"Dari
situ
pula, kita menilai kepantasan dan ketidakpantasan moral suatu tindakan.
Misalnya, Idta dapat merasakan dan menyetujui kemarahan seorang yang telah
dikhizmatitemannya, dan kita inenyebut keinarahannya sebagai 'pantas' @roper).
Akan tetapi, bila kemarahan itu telah melampaui penyebabnya, kita menyebut
kemarahannya sebagai 'tidak pantas' (improper).joHal yang sama juga berlaku
dalam sod kelayakan dan ketidaklayakan atas pujian atau hukuman. Dzuiproses
inilah terbentuk dalam diri kita rasa-inerasa moral, lrewajiban moral, rasa malu,
bangga, inenyesal, dan sebagainya.
Tetapi, apa ldu kiteria objektif moralitas, dan di mana letaknya? Ketika
inasih kecil, cukup lama ldta mengejar proyek mustahil untuk mendapat sanjungan setiap orang. Hanya secara bertahap ldta sadar ha1 itu tidak mungkin,
karena tindakan kita yang paling pantas pun sering l c e l a orang lain, dan sebaliknya tindakan kita yang paling tidak pantas pun dipuji orang lain. Untuk
menjaga dki kita dari penikian sepihak itu, kita kemudian belajar mengembangkan dalam diri semacain "sosok hakim." Di situ, kita membayangkan diri
sedang bertindak di hadapan seseorang, yang tidak meinpunyai kaitan apapun
dengan kita maupun orang-orang yang terkena dampak tindakan kita. Lalu
melalui trial and error, kita belajar bertindak sedemikian rupa agar dinilai layak
dan pantas oleh "sang h a k i d itu. Itulah penilai yang tidalr memihak (inqartial
spectator), "manusia dalam kalbunya, hakim agung dan wasit petilaku kita."51
Keseluruhan jaring proses itu membentuk tatanan modmasy,<akat Sadar
bahwa banyak orang mengamati perilaku kita, kita menjadi inlpartiaL spectator
tindakan kita sendiri dan orang lain. Masyarakat addah "cermin dengan apa....
kita menilai kepantasan tindakan kita sendiri."j2 Sangat jelas betapa Smith mempunyai optimisme yang begitu besar pada manusia. Gagasannya tentang ekonomi serta inasyarakat didasarkan pada opiimisme itu. James Bucban, penulis
sejarah sosial Fajar Budi Skotlandia, melihat bahwa corak pe&an
moral
seperti itu lebih berisi komitmen pada rasa feehcg) ketimbang nalar (rea~o?i)g)5~
Tetapi, apa hubungan semua itu dengan gagasan ekonomi Adam Smith?

Pertama, ada pmadoks besar dalam kinerja siinpati. Di satu pihak, "!&a
mendapat simpatilebih lrecil dani seorang kenalan biasa daripada dari seorang
sahabat," dan "ldta menerima simpati jauh lebih k e d lagi dmi orang-orang
yang tidak kita kenz11."~~
D i lain pihak, keutamaan penguasaan dki (se&commanrl)
yang s e n d dalam kehidupan moral biasanya jauh lebih berkembang b i a seorang berada di bawah sorot mata orang-orang yang tidak ia kenal: "Selalu
dati orang yang tidak kita kenal, dari inana luta hanya dapat berharap sedikit
simpati, kita lebih mungkin belajar penpasam-dki yang paling baik."55 Kondisi
asing itu erat terkait dengan situasi perdagangan (trade), di inana orang yang
saling tidak kenal berhubungan melakukan transaksi berdasarkan "bahasa"
harga @rice).Dalain arti hi, Smith inelihat sistem ekonomi pasm meinpunyai
daya membentuk keutamaan penguasaan-diri, unsur sentral dalam gagasan
~noraln~a.'~
Kedua, filsafat moral Sinith sangat dipengaruhi Bsafat S t ~ aSejak
. ~ ~awal ia
menunjuls "peinbedaan tajam antara 'keutamaan' (~rtzte)dan 'sekedar kepantasan' (merepropricty); antara ku&tas dan tindakan yang patut dikagumi serta
disanjung, dan kuahtas serta tindakan yang selredar patut d i s e t u j ~ i . "'Sekedar
~~
kepantasan' adalah moralitas orang biasa, sedanglran 'keutamaan' adalah inoralitas "selrte ung$
(theJ'.n~ozissect).~~
Waszelr mencatat bahwa kmena moralitas
sekte bijalr itu tidalr pernah dicapai oleh orang-orang biasa, dalam perlrein:
bangannya Filsafat Moral kian "ineinberi perhatian pada persoalan praktis,
yang lalu membawa minat seinaldn besar pada tindakan-tindakan tidak sempuma tetapi mas& patut ditel.ima."60Dua karya besar Adam Smith, TMS dan
WN, dapat dipandang sebagai bagian penting dari proses Filsafat Moral ke
arah itu. Dalain konteks ini kemudian berkeinbang gagasan bahwa untuk
mendapatkan siinpati dari the inlpartial spectator, keutainaan unggul tidak lagi
inutlak. Sebagai gantinya, sekedar sikap had-hati (i.feriorprwdence) sudahlah
cukup. Inilah gugus moralitas yang "sekedar diarahkan pada wusan lresehatan,
pencarian rejeki dan harta, serta status dm reputasi indi~idual."~~
Moralitas
orang biasa adalah moralitas yang lebih tertuju pada "pemuasan hasrat alaniah"
dalam rupa "harta material," dan untuk tujuan itu ia mengejar "pengetahuan
dan ketrampilan praktis dalam kerja dan perdagangan, rajin dan tekun dalam
inelalrukannya, hemat dan bahkan kildr dalam pengeluaran."62
Di situlah tersembunyi lraitan antara gagasan moral Slnith dalam TMS
dan gagasan elronomi dalam WN.@ Torsi terbesar buku TMSbahkan dipakai

12

DISKUILCLIS,

Vd 6, No.

I , Apd2007: 1-40

membahas moralitas orang biasa itu, dan h'anya di bagan teralrhir Smith secara
khusus meinbahas moralitas "sekte ~ n ~ g u lCukup
. " ~ ~pasti Smith tidak inemeluk inoralitas orang-orang biasa sebagai posisi intelektualnya. Garis moral
pang dianutnya adalah moralitas "sekte unggul" k m Stoa Imno, seperti Socrates dan Z e n ~Dalam
. ~ ~ arti ini, W d a p a t dilcatalrm sebagai aplikasiprinsip
'simpad' Smith pada sendmen moral orang-orang biasa.G6 Pokok ini sentxal
untuk ineinahaini Irontinuitas antara TMS dan MN; sentral pula untuk inemahami mengapa gagasan ekonomi Smith berisi gagasan seperti pang ada dalam

1vw7
MENCARI DALIL GRAVITASI EKONOMI
Andaikan TMS "meinbahas desain interior ruang tamu, WN memba~va
para pembaca ke dam terb~ka."~'
Meski kini banyak gagasan di ddarnnya telah
menjadi idiom analisis dan kegiatan ekonomi sehui-hui, terbitnya CY/N di tzhun
1776 inenimbulkan sensasi. Dalatn chaos simpang-siur gejala dan tindakan perdagmgan serta proses industrial, Smith menaruh suatu sistem penjelasm sebabakibat yang menyatukan berbagai serakan gagasan beberap p e d & sebeluinnya." Pada masa itu, para tuan tanah dan pedagang menpasai Parleinen
Inggris. Ideologi ekonoini inereka biasanya disebut MerkantiLisme, yaitu paham
elrono~ni-politikyang berkembang sejak abad ke-17, berisi gagasan bahwa
kekuatan dan kekayaan suatu bangsa terletak d a l m pemilikan logam berhargii
seperti emas. Salah satu siasatnya adalah melarang impor dan mendorong ekspor
untuk menciptalran swplus perdagangan, dan pendapatan dari surplus itu dipalmi menumpulr logam be~harga.~'
Tentu saja, ha1 itu mencekik hidup warga
biasa, karma upah inereka yang rendah tidak dapat membeli harga b m g
kebutuhan yang tinggi.
Dalam konteks ekonoii-polidi itu W N terbit, dan bagi kontelrs itu Smith
menulis: "Saya belum pernah melihat manfaat yang dilalukan ole11 orangorang yang berdagang bagi lrebaikan urn~un."~'
Alternatif Smith dalarn WTJ
adalah gagasan tentang suatu sistein yang ia sebut 'ekonomi-politik' @o,'iticoL
ern~zon~).~~
Di belakangnya adalah pertanyaan besar yang diilhaini oleh studinya
tentang tata keteraturan dam semesta: dalil apa yang membuat sfinpang-siur
tindakan inanusia tidak berakhir dengan chaos, tetapi tatanan rna~yarakat?~~
Meringkas isi WNpang amat lebat d m penuh paradoks tentu usaha pang h m p i r
pasti akan berakhic dengan Beke~dilan.Dengan risiko seperti itu, beberapa
pokok di bawah ini inungkin dapat meinberikan isparat.

Pertanza, sdah satu dalil bagi tamnan sosial yang m m p u membawa lrehyaan
suatu bangsa adalall pokok hi: "Usaha alamiah tiap orang untuk memnperbaiki
kondisinya masing-masing, jika dilakukan dalain kebebasan dan rasa ainan,
merupakan prinsip yang begitu hat," dan daya itu "tidak hanya mnampu meinbawa masymalrat menu~ukernahnuran, tetapi juga mengatasi ratusan rintangan
yang mengganggu."74 Bagaimana proses itu terjadi? Mirip seperti Newton,
S m i t h lneinulai teorinya dengan gejala, dan gejala itu addah falrta 'pembagian
Irerja' (nivisiool2 oJ labot~d.'~Jika inoralitas orang biasa menyangkut pemenuhan
kebutuhan sehari-hi, padahal seomng p e t a tidak
~
dapat menjahit palraiannya
sendici, maka tentu ia meinbutuhkan hasil kerja tukang jaht; dan sebalilmya.
Dalam bahasa Smith, pe~nbagiankerja muncul d u i "kecenderungan orang
untuk inenawarkan, melalrukan barter, dan inenukarkan satu ha1 dengan ha1
lain."76Bila dalain TMS prinsip penggerak tatanan moral itu adalah 'slmpati',
dalam IVN prinsip penyangga tatanan sosial adalah 'pembagian kerja'.

Kedva, sebagai unplilrasi gagasan 'simpad' dalam TMS, petani tidak akan
mainpu inanenuhi kebutuhan/kepentingannya sen&i apabila tidak inenempatkan dici pada posisi tukang jahit yang juga sedang berusaha memenuhi
lrebutuhannya s e n h i . D D ~
proses itu muncul pertukaran dan perdagangan
Apa yang menmilr di sini adalah balnva pertulclran itu tidak dilalukan
karena 1rebahn hati (benevolence) dan kepedulian pada liesejahteraan uinun,
Ddam b&sa
tetapi lraena pengejaran lrebutuhan/kepentingm dki (seJi~~teres?J.
Smith:
Manusia senantiasa membutuhkan bantuan begitu banyak orang lain, dan
sia-sialah is mengharapkan bantuan itu datang dari kebdan hati. Lebih
mungkin ia mendapatkan bantuan itu apabila ia mernikat cinta-diri merekg
demi keuntungan merelia sendl, dan menunjuldtan kepada mereka bal~wa
meliLukan apa yangia minta adalah deini keuntungan mweka sendiri... Bukan
dari kebaikan had pemotong daging, peramu minuman atau pembuat rod
kita mengharapkan makanan kita, tetapi dari rasa dnta merelia pada kepentingan mereka sendiri. IQta mengajukan kepentingin &i kits bukan dengan
menggerakkan rasa kemanusiaan mereka, tetapi rasa dnta-diri mereka; dan
jangan pernah berbicara kepada mereka tentang kebutuhan kita, tetapi bicuala11 tentang keuntungan diri mereka sendiri."
Ekonom Ronald Coase meringlras, "apa pang diajulran Adam Smith bulran
bahwa kebaikan hati atau cinta tidak inendasari liehidupan ekonoini dalam
inasyarakat modern, tetapi bahwa kebaikan hati dan cinta fidak +at meiyadi

dasar kehidupan e k ~ n o m i . "Atau


~ ~ sekurang-kurangnya, "dalain urusan elronomi, k e b h hati memainkan peran k e ~ i l . "Pokok
~ ~ ini lalu direduksi menjadi
argnmen 'kepentingan dici' sebagai antmpologi Smith dalam FN.Dari situ
pula berakar konsepsi homo oecononzictis (manusia ekonomi) dalam paham ekonomi dewasa ini.Ekonom George Stigler, misalnya, bersern: "The Wealth o_f
Nations adalah istana megah yang didirikan di atas batu granit kepentingan
diri."80 Pada hemat saya, pokolr ini hanya dapat dipahami dari proyek Smith
dalain meinbahas corak moralitas orang-orang biasa, yang dibedakan dari corak
moralitas kautn bijak atau "sekte unggul." Motif dan dndakan orang biasa,
berbeda dengan keloinpok "selrte unggul," selalu beranglat dari sifat partikular
posisi dan lrebutuhannya ma~ing-masin~,~'
jauh dari "kapasitas cara meinandang yang m e l e b h sepuluh ribu mata."g2 Itu berarti, petani dalaln contoh di
atas tahu persis bahwa ia hmya dapat membuat penjahit menjahitkan pakaiannya bukan dengan menyiksa atau mengemis belas-kasihan penjahit itu, tetapi
dengan ineinbe~&anapa yang juga dibutuhkan si penjahks3Partikuladtas sudut
pandang dan kebutuhan masing-masing inilah yang kemudian disebut 'kepentingan-diri', suatu istila11 yang keinudian banyak disalahgunakan dalam
memahami W.

Ketiga, pada pokok itulah terletak seneditas pertukaran, perdagangan, perm


uang, dan sistem ekonomi pasar dalam W,yaitu koordinasi dinamika ekonoini
dalam suatu sistem yang digerakkan oleh kaitan antara permintaan (denzand
dan pasokan fit,pply) serta mekanisme harga @rice). Maka "setiap orang melakukan pertukaran, atau dalam arti tertentu menjadi pedagang, d m masyarakat
menjadi inasyaralrat k ~ m e r s i a l . "Selanjutnya,
~~
halaman-halaman KN yang sangat lebat dipakai Smith untuk menerapkan prinsip itu. Ia menerapkan untuk
inenjelaskan fluktuasi harga barang/jasa, upah tenaga kerja, harga sewa tanah,
tingkat laba, suku bunga, kinerja modal, pajak, impor-ekspor, dan sebagainya.
Akan tetapi, prinsip itu tidalr akan belrerja sebagai dalil gravitasi dan menjadi
kinerja pasat dalain kehidupan ekonomi apabila tidak ada satu syaat lain yang
bersifat normatif yaitu kebebasan berusaha. D i situ let& agenda Sinith dalain
melawan ekonomi-politik Merkantilisme yang dominan di zaman itu.
MLip seperti dalam konjungsi planet, Jupiter dan Sawnus tidak bertabrakan bukan karena kemauan untuk tidak bertabrakan (tetapi karena hukum
gravitasi geralr), begitu pula seorang penjual nasi goreng menetapkan harga
Rp 7500,- nntuk satu piring nasi goreng bukan karena itulah harga yang ia

inginkan, tapi karena kompetisi dengan banyak penjud nasi goreng lain - tentu
setelah menghitung biayza produksi, tingkat laba yang diperlukan untuk bertahan
bisnis nasi goreng. Tentu, dinamika ini tidak akan terjadi tanpa kebebasan
berusaha dan kompetisi. Sejak awal abad ke-19, polrok ini disalahgunakan sebagai dasar menentang campur tangan pemeiintah ddam e k o n o ~ n iCulrup
.~~
pasti bahwa maksud Sinith bukan mempersenjatai Baun kapitalis, bukan pula
meinbantu eksploitasi kaum buruh, tetapiinelawan i n o n ~ p o l iSmith
. ~ ~ bahkan
amat sinis terhadap para kapitalis yang mempunyu "keganasan memangsa
dengan penuh kelicikan bean rapan'g"; mereka "bulran dan tidak seharusnya
inenjadi penguasa bangsa manusia."" Atau, "para pedagang jarang bertemu,
...tetapi pila bertemu] percakapan inerelra berakhir dengan persekongkolan
inelawan kepentingan publik, atau siasat menaildran h ~ g a . " ~ ~

Keempat, pokok di atas menunjukkan bahwa bahkan supaya sistem ekonomi


pasar dapat berjalan, diandaikan kinerja banyalr falrtor lain seperti pelaksanaan
ketat hukum anti-monopoli, prasarana umum seperti jalan, jembatan,
pelabuhan, pengadilan yang bersih, dan prasyarat kulmal tenaga kerja dalam
rupa pendidikan sekolah. Prasarana publik itu tidak dapat diandaikan muncul
dari ldnerja kebebasan berusaha dalam pasar bebas, karena "tidak ada laba
yang dapat menggeraldtan ininat para pengusal~a."~~
Pada ti& inilah Smith
membahas tugas pemerintah:
Pemexintah mempunyu tiga tugas begitu penting, yang sangat lugas dan
jelas bagi pemahaman umum. Pertama, tugas melindungi tnasyarakat dari
kekerasan dan serbuan negara laiu. Kedua, tugas melindungi sejauh mungkin
setiap anggota masyarakat dari ketidakadilm dan opresi ymg dilahukan warga
lain, atau tugas menyelenggarakan secermat mungkin tata-keadilan. Ketiga,
tugas mengadakan dan merawat prasarana publik serta berbagai lembaga
publikpangada bukan hanya bagi kepentingan orang-orangatau kelompokkelompok tertentu...

."'

Apakah 'pemerintah' bagian integral, ataukah instansi yang secara logis


ada di luar sistem ekonomi pasar bebas? Posisi Smith tidalr jelas dalam ha1
hi?' Pokolr ini kcusid, katena jika disimak lebih cerinat, tiga tugas itu mencakup
lingkup ainat h a s dan dalam banyalr ha1 juga dapat dilihat sebagai "intervensi"
pemerintah pada sistem ekonomi pasar, lrendati pada dataran infrastruktux.
Luasnya tugas pemerintah, menurut ekonom Jacob Viner, menunjukkan bahwa
"tatanan alami [pasar bebas] dalam ajaran Smith terlalu dilebil-lebihkan", dan
bagi Smith tiga "tugas pemerintah itu...merupalran bagian esensial... dan bukan

16

DISKURSUS, VoL 6, No. I , April 2007: I40

campur tangan terhadap atanan ahini elmnomi pasar bebas."" Setelah inenyilnak banyak pengecualian dan paradoks dalam WIV, Viner menyimpulkan
bahwa %dam Sinith bukan seorang pembela doktriner laissedaiiree"dan"[Smith]
tidak percaya bahxva lairsedaire selalu baik, atau selalu bwulr."" Dengan kata
lain, "Smith inengakui banyak pengecualian dan cacat pada gagasan harinoni
alaini dalam sistem pasar bebas apabila ldnerjanya diserahkan kepada proses
ala~ni."~~
K e h a , bagaimana seinua pokoli itu terlrait dengan kemalunuran dan tatanan sosial yang analog dengan harmoni alam semesta Newtonian? Lebih
tajam lagi, bagaiinana kesejahteraan u n u m dicapai dalam sistem ekonomi pasar
bebas? Inilah problematik besar yang dijawab Smith dengan konsep 'tangan
tidak Irelihatan' (invisibLe b ~ n r t )InvisibLe
. ~ ~ handadalah metafor yang dipakai Smith
untuk mengatakan bagalmana tatanan sosial yang ditandai kebaikan uinum
muncul sebagai hasil tidak-disengaja &nintendedconseqz~ence)dari gerak pengejamn
kepentingan dui tiap orang." Dalaln bahasa Smith:
ICwena setiap orang berusaha keras memakai modalnya untuk inendukung
industri dalam nege~i,dan dengan itu melakukan indusui yang mengbasillm
sesuatu dengm nil2paling tinggi, ia niscaya berusaha keras menyninbangkan
sebesw kemampuannya pada pendapatan tahunan masy~akat.Biasmya ia
tidak berinaksud memajukan kepentingan umum, dan tidak juga ia tahu
seberapa besar ia memajukan kepentingan nmum. Dengan meld11 mendukung industri dotnestik daripada asing, ia banya bermaksud menjaga rasa
amannya sendiri; dan dengan mengelola industri sedemikian rupa sehingga
mengl~asilkanapa yang bernilai sangat tinggi, ...ia dituntun ole11 tangan tirlak
kehatan untuk meinajukan tujuan yang tidak ia maksudkan. ...Dengan
mengejar kepentingannpa sendiri, ia sering memajukan kepentingm masyarakat lebih efektif daripada ketika ia sungguh bermaksud memajukan
kepentingan ~ n u i n . ~ '
Ringlrasnya, lresejahteraan u m u n dicapai bukan dengan mengejsu.Iresejahteraan u n w n secza sengaja (inkntional),tetapi kesejahteraan u n u m inerupakan
hasil tidak-&sengala dari gerak setiap orang yang mengeja kepentingan dki.
Dalam rumus ala Newton itu terletak langkah besar Sinith untuk ineloloslian diti dari cara berpikk teleologis Aristotelian. D i situ pula rupanya terletalr
aka embrional ddli M3im status ilmilh 'ilmu elronomni'." Selain itu, dalam polrolr
itu juga tersembun~iasal-usul perpisahan antua Andisis Elronoini dan Fdsafat
Moral, masahh yang kemudian melaldran perdebatan panjang tentang tempat

etika dalaln ekonomi, dan debat mengens pertanyaan apakah 'ekonolni' itu
ilmu positif atau nor~natif?~
I<ompleksit?s persoalan itu membutuhkan tulisan
lain. Pada titik ini,apa yang perlu diajukan hanydah bahwa dengan kemnunculan
WN, gagasan-gagasan intuitif tentang persoalan ekonolni yang sudah selalu
merupakan bagian kecil dalam Filsafat Moral mulai lolos, dan dalam iklitn
revolusi intelektual abad ke-18, berkeinbang lnenjadi bidang &nu baru: Ihnu
Ekonoini.
Apakah persoalan filsafat lenyap d u i cara berpildr baru tentang ekonoini?
Ataukah soal fdsafat sesungguhnya hanya disembunyikan?
PERSOALAN FILSAFAT DALAM EKONOMI
Perlu ditelunkan bahwa d&n WN Adam Smnith tidak berlnaksud m e n p
dahi problem filsafat. WNpersis inerupakan bagian integral Smith untuk melalrukan filsafat, terutana Filsafat
Dalam bagian terakhir slretsa ini
akan ditunjukkan ttga contoh persoalan filosotis pang berakzr dari karya besar
Smith itu, dan yang dalain banyak hal menghantui analisis ekonolni hingga
hari ini.Pertalna adalah masalah 'tangan tidak kelihatan' ('in!>iszhlehand), kedua
sod 'kekuasaan' (power), dan ketiga inenyangkut penciutan galnbacan tentang
manusia dalam rupa 'inanusia ekonoini' (homo oecononzi~zs).

A. Problematik 'Tangan Tidak Kelihatan' (invisible hand)


Isdah 'tangan tidak kelihatan' @nvisihlehand) di WNmnuncul dalaln konteks
kctilra Smith berarguinen bahwa dalaln sistem ekonoini pasar, orang-orang
mempelrerjakan modal mereka untuk indusei dalam negeri bulcan karena
solidaritas dan kepedulian pada orang lain, melainkan sebagai tindakan setiap
orang inengejar kepentingannya sendiri1O1Perdebatan sengit atas apa yang
diinaksud Smith dengan inuisi6le hand tetap berlangsung szunpai h u i hi?''
Jika disimak, arguinen Smith saat ia memalrai istila11 inuisibLc handitu terdiri dadal-i
sekurangnya tiga lapis/langkah berilrut:
1. Argumen bahwa tindalran inanusia selling menghasilkan gejala/dampak
yang tidak diperkirakan, dirnaksudlran, atau disengaja ole11 pelakunya;

2. Argumen bahwa dari keseluruhan gejala/dampak pang terjadi tanpa


disengaja itu terbentuk tatanan yang lnasuk akal d m seolah-olah lnerupakan
hasil lrecerdikan desain seorang/para perancang agung;

18

DISKURSUS, Vol.6, No. I, April 2007: 1-40

3. Argumen bahwa keseluruhan tatanan yang terbentuk dari berbagai gejala/


dampak pang tidak disengaja itu adalah 'bail? dan 'bermanfaat' bagi orang-orang yang hidup dalam tatanan itu; maka tatanan itu diinginlran
meskipun tidak di~engaja.'~~
Argumen [I] mudah dipahmi. I<etika di toko dan pergi Ire meja kask
Anda hanya bermaksud melnbayar barang yang Anda beli. Tidak lebih. Tetapi
tindakan itu membantu kasir tetap dipekerjakan di toko itu, ineslupun itu bukan
maksud Anda datang ke toko itu. Gejala tetap dipekerjakannya kasir di toko
itu adalah gejala yang terjadi meskipun tidak Anda sengaja. Namun sllnak juga
gejala sebaliknya! Andailcan saya pengusaha kayu, dan buruh saya menebangi
pohon-pohon di hutan lindung setelah manajer say1 m e n p a p polisi hutan.
Tujuan saya adalah laba besar, dan tujuan manajer/buruh saya memperolel~
gaji. Tidak lama kemudian terjadi longsor besar di kawasan itu, dan banyak
penduduk di sekitar mati terdmpa longsor. Longsor dan kematian terjadi,
meskipun saya serta lnanajer dan para buruh saya tidak pernah memaksudlran.
I<edua contoh itu dapat direntang dengan melibatkan banyak orang, mencakup
skala lebih luas dan proses lebih rumit. Cukup pasti bahwa Smith lebil~menunjuk pola contoh yang pertama, dan bukan contoh kedua.
Argumen [2] adalah unplikasi dari argumen [I]. Sekurangnya ada dua
keinungkinan untuk memahami terjadmya gejala/dampak yang tidalr disengaja,
tetapi sesudahnya ta~npakmas& dial. Pertama, sebagai h a d dari ketidaksadaran
atau bawah-sadar pang ke-masuk-akal-an-nya(itztelhgibilig) terjadi secara expost,
dan bukan exazte dari terjadinya gejala/da~npalr.Namun itu berarti bahwa ciri
mas&-akalnya juga berupa harapan. I<edua, alternatifnya adalah memahami
gejala/dampak yang tidak disengaja itu sebagai h a d ldnerja faktor alam dan
supra-alam yang belum/tidak terpahami manusia, dan invisible hatzdmerupakan
seinacam "Deisme" dalam teori ekonomi Smith.lo4Namun alternatif ini mengharuskan perentangan horizon epistemik dengan memanggd inasulr penjelas
(e~planans)lain dari l u x sisteln teori Smith. Jangan-jangan 'timgan' itu 'tak
kelihatan' karena memang tidalr dapat ditunjuldian. Itulah mengapa Rothschild
melihat bahwa imisihle handhanyalah "hiasan kecil" (trinket) yang dipakai Sinith
untuk "menenangkan imajinasi" seperti yang ia canangkan sebagzu tugas fdsafat
dalam The Histogi of A s t r ~ i n o n ~Dewasa
. ' ~ ~ ini,implikasi teka-teki imin'hh hand
ini ainat ideologis. Dalam versi baru, Rothschild melihat bahwa p u a ekonom
libertarian telah mengubahnya menjadi argumen berikut: "Bila dunia dan eko-

noini begitu tertata sealab-olah seperti kancang pemerintah (atau lro~niteperencana), malra tidak ada perlunya desain apapun".lo6Inilah preinis terseinbunyi
dari penolakan terhadap regulasi atas kehidupan ekonomi.
Argumen [3] bukan syarat untuk memahami secara ketat problematik
invisibh band. Nainun argumen [3] dituntut sebagai pertanggungjawaban mengapa gejala/dampalr yang terjadi tanpa disengaja itu disebut 'baik' bagi publik,
dan bukan sebaliknya. Segera jelas balnva soalnya lnenyangkut penetapan chi
'baik' atau 'tidak-baik' pada gejala/dampak pang tidalr disengaja itu. Penting
untuk ditekanlran bahxva penetapan ciri moral 'baik' atau 'tidalr-baik' initidak
dapat diturunkan dari valid-tidaknya penjelasan lnengapa pengejaran kepentingan dki inenghasilkan lresejahteraan bersama, lmena penjelasan itu tidak
pernah diajulran - bila penjelasan itu ada, tentu tidakperlu hgi metafor misterius
iizvi~ib1ehand Penjelasan seperti itu "harus dirnasukkan ire dalain argumen dari
luar arg~men."'~'
Lalu berdasarkan ktiteria apa gejala yang terjadi meskipun tidak disengaja
itu disebut 'baik'? Rupanya Smith menyebut gejala pang terjadi meskipun tidak
disengaja itu sebagai 'baik' dan 'bermanfaat' dari posisi tertentu dalam konteks
lustoris tertentu pula. Posisi Smith adalah posisi moral pengriti Merkandlisine:
bahwa orang akan lebih sejahtera hidup dalam tata perdagangan bebas daripada
dalam tata Merkantilisine yang dominan di Inggris pada abad ke-18.lo8
Tetapi segera muncul masalah besar. Bila posisi moral Smith tidak dapat
diturunkan dari penjelasannya lnengenai hubungan kausal antara "pengejaran
kepentingan diri" dan "kesejahteraan bersama," apa implikasinya? Bahkan dari
konteks lustoris tertentu pula, sama inasuk akalnya mengajulran posisi moral
bahxva gejala/dampak yang terjadi tanpa disengaja itu 'tidal-baik' dan 'tidakbermanfaat' secara publik. Dengan menyitir bahasa Smith, luta dapat ineinbayanglran bahwa "dengan mengejar kepentingan diri, setiap orang seolah-olah
dituntun ole11 tangan tidak kelibatan untulr mengl~asillransituasi publik yang
ganas dan tidak baik." ICemnungkinan hi tidakmengada-ada, dan dapat diturunIran secara lretat dari lo$a invisith handyang sama. Contoh tentang pengusaha
kayu gelondong di atas adalah satu keinungkinatl. Berbagu gejala pang ada di
Indonesia adalah contoh lain, dari kualitas acara televisi sampai keinacetan
lalu lintas, dari soal banjir, kebakaran hutan sampai lrehancuran bank-bank
dalam krisis ekonolni 1997. Dengan kata lain, lolosnya Ekonomi dari Filsafat
Moral tidak menghapus premis moral dari persoalan ekono~ni.
Jika para ekonom

menolak memeriksa premis moral, mereka tidalr akan tahu kebijakan publik
apa yang akan inereka u ~ u l l r a n . ~ ~ ~

B. Problematik Kekuasaan (power)


Sistem ekono~niAdam Smith terdki dari ribuan, puluhan ribu, atau jutaan
orang pang, dalam interaksi satu sama lain, mengejar kepentingan diri inasingmasing. I h e r j a pengejaran kepentingan dici begitu banyak orang itu tidak
b e r a k dengan chaos tetapi tatanan, persis karena tanpa menghadran kepentingan orang lain, seorang tidak akan tnemperoleh apa yang ia senclki kejar.
Petani dalam contoh di atas tidak akan mendapatkan jasa jalutan bajunya oleh
tukang jahit apabila ia tidak menghkaukan kepen+n
tukang jahit tersehut,
dan sebalilmya. Dari dinillnika itu muncullah tata harmoni besar, semacain
ekuilibrium (eqzdihirc~).Sistem ekonolni pasar adalah tata ekuilibrium seperti
itu, dan harga barang/jasa (price) addah pelatuk tata ekulibrium dalain sistein
p a ~ a r . "Pola
~ ini berlaku bukan hanya antam petani d m tukang jahit dalam
kategori sosial yang sama, tetapi juga antara buruh dan kongloinerat dalam
kategori sosial yang sangat berbeda.
Betapa o p t h i s Sinith inelihat tata leteraturan yang akan terbentuk dari
simpang-siw pengejaran keperitingan &I, d m optimisme itu bukannya tidak
berakar d a r ~kelekatannya pada doktrin "penyelenggaraan Alam" dalain filsafat
Stoa."' Optimisine berlebihan itu berisi ironi besar, yaitu "ironi tatanan menurut hlsafat Stoa sebagai hasil keberantakan gejala kosrno~.""~Soalnya adalah,
jika tata keseimbangan itu bergerak Iewat proses lrornpetitif yang terungkap
dalam harga, inaka daya-beli (b~rchasi~gpoweij
dan daya-jual ('ellingpower) menjadi
kunci penentunya. Nainun itu juga berarti bahwa dari dalam kinerja ekuilibriun
itu sendiri dengan cepat alran segera terjadi "transforinasi daya beli menjadi
kekuatan politik."l13 Inilah pokok amat penting yang "diabaikan secara besarbesaran dalam lVI'4)))"4 di inana inencegah orang menggunakan kekuatan uang
dan daya-belinya lalu "tidak konsisten dengan kebeba~an.""~Disini terletak
lnasalah besar.
Andaikan s a p b u u h pencari kerja, dan Anda manajer suatu perusahaan.
Coralr antisipasi saya terhadap Anda tidak-sebanding dengan corak antisipasi
Anda terhadap saya, karena antisipasiAndapada kepentingan saya (dipekerjakan
sebagai h u h ) tidak terlalu ditentukan oleh kemampuan say? inemnbuat terjadinya kepentingan Anda (tetap menjadi manajer). Anda punya sunberdapa

mi adalah para ekonoin dan "mereka yang menyebut diri libertarian justcu
hanya mengeluh tentang serikat buruh, tetapi tidak mengeluh tentang perilaku
perusahaan-perusahaan raksa~a.""~
Problematik 'kekuasaan' dalam sistem pasar ini akan selalu inenghantui
Filsafat Politik dalzun refleksinya tentang persoalan seperti demokrasi dan tatanegara. Bahkan dapat dikatakan, tanpa menganggap serius problematik 'kekuasaan' dalam kinerja sistem pasar, fdsafat politik akan menanggung risiko tidalr
mampu menjelaskan apa yang persis ingin dijela~1ran.l~~

C. Adam Smith versus Homo Oeconomicus


I<etika George Stigler, ekonom Mazhab Chicago, berseru "The WeaIth of
Nations adalah istana megah yang diduikan di atas batu g r a d kepentingan
diri,"123 isi seruan itu merupakau reduksi besar-besaran atas
Seperti
diajukan Ronald Coase, para ekonom di kemudian hari "hanya mengepel,
...mengisi celah, mengorelrsi kekurang-tepatan, dan mempercantik" sistem
pelnilsiran
I<erja mengepel, inengisi celah dan mempercantik itu melibatkan usaha memperlretat banyak gagasan Smith yang longgar, ainbigu dan
penuh paradoks dalam WN. Salah satunya menyangkut gambaran tentang
manusia. Adolph Lowe melihat "para pelaku apologi melakukan penyederhanaan besar-besaran atas ajaran asli Sinith."126Akibatnya, "apa yang mulai h a y a
sebagai pernyataan dngaan (coMjectzmaJ tentang kodrat manusia, kini diciutkan
menjadi pllinsip metodologis, dan 'Manusia Ekonomi' kemudian muncul pada
tataran epistemologis yang sama seperti elelmon dalam Fisika in~dern.""~
Proses penciutan itu melibatkan perdebatan epistemologis yang sengit.
Saya hanya akan menunjukkan implikasinya untuk Filsafat Manusia. Bagaitnana
proses itu terjadi? Soal ini hanya dapat dijawab secara lengkap dengan melacak
keinbali perkembangan ilmu ekonomi dan ideologi perdagangan bebas,
terutama sejak tahun 1800.'28 Beberapa pokok belikut ini mungkin dapat ineinberi isyarat.
Dalam langkah memperketat sistem pemikiran Smith, berlangsungproses
penuutan asumsi mengenai 'manusia'. I<arena ilmu-ilmu sosial -politik, hukum,
sejarah, sosiologi, ekonomi, psikologi, antropologi, dsb.- tidak lnungkin
membuang tindakan ( d o n ) dan perilaku (behavioz~r)manusia sebagai objek
kajiannya, setiap cabang ihnu sosial juga tidak mungkin berkembang tanpa
terlebih dulu menjawab teka-teki "siapakah manusia?' Iltnu hukum, inisalnya,

berdiri dan berkembang dt atas penciutan ganbaran tentang 'manusia' sebagai


'makhluk aturad. A t m &nu sejarah berdki dan berkeinbang di atas penciutan
asulnsi tentang 'inanusia' sebagai 'malhluk temporalitas.' Ia disebut penciutan,
karena 'manusia' pastilah 'inakhluk aturan: tetapi 'malhluk aturan' pastilah
bukan keseluruhan 'manusia.' Manusia pasti l,omopolitictcs, tetapi hompoliticzcf
pastilah bulran keseluruhan~nanusia.'~~
Dalam astiitu, setiap cabang jlmu sosial
berdiri dan berkembang di atas penciutan asumsi antropologis. Istilah 'penciutan' di sini tidak perlu dimengerti sebagai baik atau buruk, tetapi sekedar
sebagai prosedur berpikk dengan membatasi "apa yang terlalu luas untuk
dicalrup oleh sebuah benak."130 Inilah piinsip inashyu yang disebut prinsip
pengheinatan (OarsimonyJ.
Ilmu ekonomi berdiri dan berlre~nbangdi atas asuinsi anu-opologis apa?
Dari proses d a h upaya memperketat konsepsi Smith tentang 'manusia' pang
sangat lebat dan penuh paradoks kemudian mengalami red~lrsi.'~'Baik dalam
TMS maupun WIV, Smith sendici rupanya "percaya bahwa kebanyakan orang
digerakkan sekaligus oleh kepentingan-diri dan kebaikan hati pada kadar yang
bervariasi, dan dengan banyak cara mereka mampu beralih serta menggabunglcan keduanya lnelalui proses yang ia sebut ~ i m ~ a t i .Dalaln
" ' ~ ~ TMS (I'art VI),
inisalnya, Smith secara rinci mengajukan semacam sosioinetri dekat-jauhnya
kinerja simpad: dari diri sendiri, lalu keluarga, analr-analr saudaa sekandung,
sahabat, tetangga, sampai ire radius luar dan paling jauh yang mencakup orang
sebangsa yang samasekali tidak ~Iikena1.l~~
Ada yang penting dalam sosiometri itu. Relasi ekonomi inenurut sistem
pasar lebih berlaku bagi orang-orang dalam radius sosial yang semakin jauh
ketimbang bagi orang-orang dalam radius sosial yang d e l ~ a t . 'Russell
~~
Nieli
merumuskan dengan cermat:
Lingkup The WeaIth q" Nations bahkatl lebih sempit daripada yang biasanya
dipaharni. I<;lrena, jika relasi ekonomi merupakan relasi transaksi barang/
jasa antara satu pihak dengan pihak lain, 1VN jelas menyangkut hubungan
transaksi seperti itu, tetapi hanya dengan orang-orang yang tidak inetnpunyu
hubungan intim satu sama lain. Misalnya, I V N tidak menyangkut urusan
bagaimana harta &bagi dalam keluarga inti, atau dengm soal bagaimana
para sahabat ataupun anggota keluarga berinteraksi sahl sama lain.'35
Lugasn~a,Smith inengandaikan para pelaku ekonoini digerakkan oleh
'kepentingan-&ii' bukan karena ia beranggapan bahwa manusia tidak digerakkan oleh 'kebaikan hat? (beneuolence), melainkan karena Smith melihat bahxva

kin tidak ada ekonom yang lebih lantang mengajukan klajm itu daripada Gary
Becker, ekonom mazhab Clucago:
Pendekatan ekonomi tnenyediakan semesta pendekatan untuk memahami
rema pedaku manusia ... Semua perilah dapat dipandang sebagai tindakan
memaksimalkan utilitas sederet preferensi dan mengaku~nulasijumlah optimal informasi serta input lain dalam bermacam-macam pisar ... Pendekatan ekonomi memberi semesta kerangka kerja yang telah lama dicari untuk
memahami semua pedakn manusia, tetapi 1010s dari Bentl~am,Comte, Marx,
dan para p e m k lain.'3n
Kedua, ciri keterpusatan pada diri (se&centredmss), paitu pandangan bahwa
arus tindakan 'manusia ekonomi' berfokus pada lronselruensibagi dirinya sendiri. Tercakup di dalain ciri itu adalah pengertian '&? (se4 bukan hanya sebagai
pelalcu tindakan, tetapi juga 'dir? sebagai satu-satunya ulstansi yang paling tahu
tentang "kebenaran" hasratnya. Dari situ ditwunkan sentiditas 'pilihan individual' (indiuidz~aIpreference)sebagai pintu mengetahui isi kepentingan cliri. Nat u n , mengapa seorang analr memilih ayain goreng IGntucky Fried Chicken,
dan bukan ayain goreng Ny Suharti? Pertanyaan itu dianggap tidak r e l e ~ a n ! ' ~ ~
Ketka, perangkat terpenting yang dipakai untuk mexvujudkan kepentinganh i (~aitupemenuhan preferensi) adalah 'kalkulasi rasional' (rationalcalct~Iation).
Istilah 'rasional' dipahami secara khas, yaitu usaha inenimbang prospek keuntungan, lrerugian, dan tinglrat kepuasan hasrat.140Dengan kata lain, rasionalitas
manusia ekonomi berisi proses memilih ketepatan sarana (meam) yang selalu
terbatas di hadapan tujuan tertentu (eiid),yaitu pemuasan hasrat. Rasionalitas
dirnengerti sebagai konsistensi internal pilihan.'41 Itulah mengqa istilah 'rasion a dalam ekonomi dipahami identik dengan 'efisien': rasionalitas adalah efisien~ i . ' ~ ~
Keeqat, untuk menemukan keterulman (measz~rability),konsep 'lrepentingan-&? dan 'efisiensi' diredulrsi lebih lanjut ke kadar kepuasan hasrat atau
'utilitas' @tility)). Arti 'lrepentingan-&i' pang axvalnya mencaliup kepedulian
pada kehormatan, martabat, atau bahkan hidup sesudah kematian, lambat laun
dalam ciri homo oeconomicz~smengalami penyempitan dan menjadi uusan tingkat
lreuntungan rnate~ial/hnansial.'~~
Tulis ekonoin Joan Robinson: "I<arena hasrat
tidak dapat diulm secara langsung, dan hanya dapat ditunjuk secara tidali
langsung melalui gejala pang tampalr, ihnu ekonoini menunjulrnpa dengan h;urga
(P~ce)yang bersedia dibayar seseorang bagi pemenuhan h a ~ r a t n ~ a . " ' ~ ~

DISKURTUS, Vd 6,No. I , A p d 2007: l40

26

Betapa jauhnya potcet homo oeconomin~situ dari gambaran Smith tentang


manusia. Bahkan dalam bidang yang nyata-nyata terkait dengan urusan elionomi, Smith tidak pernah menggagas ciri inanusia sesempit itu: "DaLun mengejar harta ..., orang boleh berlari sekencang mungkin dan mengerahlsan seinua
syaraf serta otomya untuk mengungguh para pesaingnya. Tetapi kalau ia curang
menghancurkan mereka, spectators menilainya salah. Itu pelanggaranfairpLq,
yang tidak dapat diterima...,karena menggagalkan orang lain mewujudlran kepentingan ...
Dengan kata lain, perjalanan masalah ekonomi dari Filsafat Moral ke Ilmu
Ekonomi ditandai oleh penciutan visi antropologi~.'"~
Di satu sisi, penciutan
itu merupakan hasil dari proses pengetatan Ilmu Ekonomi sebagai sistem cara
berpikir. Di sisi lain, penciutan itu membawa pemiskinan besalAesaran bukan
hanya pada lionsepsi mengenai manusia, tetapi juga pada visi tentang masyarakat, pada corak kebijakan publik, dan bahkan pada perkembangan Ihnu
Ekonomi sendiri.
Di mana letals cacat fundamental dari proses penciutan itu? Atau, bagaimana homo oeconomicus pang pada inulanya hanya salah satu syarat metodologis
kemudian dianggcap sebagai realitas ontologis? Setiap ilmu pengetahuan merupakan gugus dalil-dalil yang membentuk sistem kinerja pernikiran transindividual dan trans-partikular. Mirip seperti hukum gravitasi nap atom dan
relasi antar atom disyaratkan Newton untuk menjelaskan tata dam semesta,
begitu pula konsep 'manusia ekonomi' diandaikan untuk menjelaskan sistem
elionomi pasar. I<arel Kosik, pel&

Celio, punya ungkapan bagus:

Ilmu Ekonomi adalah sisteln dan gugus dalil-dalilyang mengahx hubunganhubungan, melalui mana manusia secara konstan diubah menjadi 'manusia
ekonomi.' Melangkah ke dalam &nu ekonomi, manusia ditransformasikan.
Momen ketika masuk ke dalam relasi-relasi ekonomi, ia diseret -dengat>
atw tanpa kehendak dan kesadarannya- ke dalam situasi dan relasi yang
berkinerja seperti hukum, yang membuatnya bertindak sebagai homo oeLonomims; ia hidup dan inerealisasikan dirinya hanp sejauh sesuai dengan prasyarat kinerja sistem tersebut. Maka ilmu ekonomi adalah ranah perniliiran
yang pada dirinya punya agenda mengubah manusia menjadi manusia ekonomi.... Kapitalisme adalah sistem seperti itu.... Ini mengisyaratkan betapa
tidak masuk akal memisahkan 'manusia ekonotni' [seperti dipahmi dewasa
ini]dari kapitalisme sebagai suatu siste~n.Di luar sistem kapitaliq homo occonomicus adalah fksi.... Oleh karena itu, ekonomi inulai bukan dengan 'manusia
ekonomi', tetapi dengan pencarian suatu sistem, dan untuk tujuan ini diqukan

'manusia ekonomi' sebagai prasyarat kinerjanya. Homo oemnomicz<stidak lahir


dari pertanpean "siapakah manusia!", tetapi dari pertanyaan "bagaimma
manusia sehxusnya menjadi, agar sistem relasi ekonomi berkinerja sebagai
mekanisme?".... Sebelum ada sesuatu yang dianggap gejala empirik dan
faktual [homo oeconomicus], lebih dulu sudah ada ide tentang suatu sistem....I4'
Lugasnya, b u k a n homo oecononlicl~yangm d a h i r k a n ihnu ekonomi, melainkan
ihnu e k o n o i n i y a n g menciptakan homo oeconomicz/~.Itu adalah persoalan epistemologis y a n g besar, y a n g k e m u d i a n m e n c i p t a k a n persoalan ontologis y a n g
b e s a t pula:
Apa pang sesungguhnya cuma suatu perspektif, yang dimaksudkan untuk
menyingkap aspek tertentu realitas manusia, lalu membentuk realitas pang
samasek;di berbeda, atau mengganti satu realitas dengan realitas lain, tetapi
melupakan tindakan penggmtian itu. Jadi, melalui pendekatan metodologis,
realitas itu sen& akhinya diubah. Methodology is ontologi~ed'~~
P i e r r e B o u r d i e u i n e n y e b u t cacat episteinologis itu sebagai "amnesia asal~ s u l . " ' ~ ~ S o a l n by ua k a n apalrah honzo oecomomict/s itu secara empicis a d a a t a u
tidak ada, tetapi soaluya adalah b a h w a m e n c i p t a k a n honzo occono~~zicz~~
sebagai
s o s o k real di tengah kita persis m e r u p a k a n proyek norinatif dari iltnu e k o n o m i
y a n g s e d a n g d o i n i n a n dewasa ini. P r o s p e k i t u menggelisahlran, d a n r u p a n y a
cuaca ekonomi-politik kita dewasa ini s e d a n g b e i t i u p k e n c a n g ire a r s h sana.
Seandainya A d a m Sinith menyaksikan inanipulasi "iltniah" dari gagasan
agungnya, ia inungkin a k a n berliata b a h w a analisis e k o n o i n i y a n g d o m i n a n
dewasa ini terlalu kerdil mengungkaplran k e h i d u p a n elronoini manusia.

Tulisarl ini merupakan materi k d a h perdana kepada rrYiasacademica SekolahTinggiFisafat


(STli) Driyarkara, dalam rangka Pembukaan Tahun Akademik 2006-2007, & STF
Duyarkara, Jakarta, 22 Agustus 2006. Direvisi unhlk &pubUasikan.
2
Smith, The Corre~ponde~~ce
... (1 A p d 1776), 1987, p. 186. 'Euge! Be//e!" adalah ungkapan
pujian untuk hasil kerja yang baik, kurang-lebih mirip dengan ungkapan 'lVe// dune!
Splendid!"
3
Smith, The Curreqottdence. (18 April 1776), 1987, p. 193.
4
Cropsey, Xdam Smith...,' 1987, p. 635.
5 Viner, Xdam Smith and ...,' 1927, p. 198.
6
Coase, Essays oa Emtiomic~
..., 1994, p. 78.
7
Bandingkan, misalnya, dengan Palaver, 'Mimesis and Nemesis..,' 1999, pp. 80-81.
8 Hesiod, Theojoty and Workl:.., 1988, p. 38.
9 Backhouse, The Ordi~iayBusi~~ess.
.., 2002, p. 16.
10 Backhouse, The OrditiqBnsiness....,2002, p. 17.

28

11
12
13
14
15
16
17

18
19
20
21

22
23
24
25
26

27
28
29
30
31
32

DISKURSUS, Vol.6, No. I , April 2007: 1 4 0

Lihat Plato, Republic..., 1961, pp. 575-844.


Lihat, misalnya, Finlel: 'lilistotle and ...,' 1974, pp. 26-52.
Aristotle, Nico~nacheairEthici..., 2003, p. 14.
Aristotle, Pobticj ...,2003, p. 11.
Backhouse, The Ordinary B U I ~ I..,
I ~p.
I I 42.
Badingkan juga, misalnya, dengan Gurevich, 'The Merchant ...,' 1990, pp. 242-283.
Misalnya, "Commerce is to buy something cheaper for the purpose of selling it dearer.
And this is all right for laymen to do, even if they do not add any improvement of the
goods wluch they bought earlier aud later sell. For otherwise there would have been
great need in many regions, since merchants carry that wluch is plentifd in one place to
another place where the s m e thing is scarce. Therefore merd~antsmay well charge the
value of their labour and transport and expenses in ad&tion to the capital laid out in
purchasing the goods. And also if they have added some improvement to the merchandise
they may charge the value of this" (Dikutip dalam Langholm, economic^ iii..., 1992, pp.
54-55).
Aquinas, Summa TheoJogiae..., pp. 21-22.
Monroe, Ear~EcoiiornicThoug/Il
..., 1965, pp. 122-140.
Spengler, 'Economic Thought of Islam..,' 1964, p. 294.
Sd~umpeter,History of Economic.., 1954, p. 28. Bandingkan juga, misdnya, dengan: 'To
be sue, they did &stinpsh between moral pldosopl~y,nahualphilosophy, civil or political
pldosophy, and ftrst philosophy or metaphysics. But in general they used 'pl~ilosophy'as
often to refer to what we now call 'science' as to refer to what we now call 'pldosophy'
Only gradually did the 'sciences' (a word that did not come into general use uilul the
early nineteenth century) become separate from pldosophy" (l'assmore, 'Philosop11I...:
1967, p. 219).
Polanyi, 'The Economy as...,' 2001, p. 31.
Polanyi, 'The Economy as...,' 2001, p. 31.
Lihat, misalnya, Tarnas, The Par,ion of:.., 1993, Bab 5.
Ullhlk survei riigkas mengenai revolusi pemikiran zaman uu, lihat, misalnya, Bronowski,
TheAscent $.., 1973, terutama Bab 6 & 7; Tarnas, ThPaJJion oj.., 1993, Bab 5.
Bandingkan, misalnya, dengan: " W d e the medieval cosmos was conti~uouslycontingent
upon God, the modern cosmos stood more on its own, with its own greater ontological
reahty, and with a diminution of any &vine r d t y either transcendent or immanent.
m h e order found in the natural world, initially ascribed to and guarateed by the will of
God,was eventually understood to be the result of innate mechanical regulalities generated
by nature without higher purpose. And wvhile in the medieval Christian view, the human
mind could not comprehend the universe's order, which was ultimately supernahllral,
without the aid of divine revelation, in the modern view, the human mind was capable by
its own rational faculties of comprehending the order of the universe, and that order
was entirely nahlral" (Gunas, ThePasjion $.., 1993, p. 285).
Jolley, Leibni?.., 2005.
Hobbes, De Cine.., [I6421 1984, p. 34.
Dlkutip dalam Bud~an,Cro~vdedluithGeniu,..., 2003, p. 77 @uruf besar asli).
L i a t , misalnya, Schumpeter, Hijtoty of Economic..., 1954, pp. 141-142.
Hume, A Treatire of Humau..., [I7391 1975, p. mi.
Hari kelalurannya tidak diketahui pasti. Namun dalam Akte Permandian & Gereja
IGkcaldy terhdis "born thij dq",yaitu 5 Juni 1723 (Ross, TheLife $.., 1995, p. 1).

rim Smith rim Mimm,hya Ekoriorni (B. Heny-Priyx~o)

44
45

29

Unh& biografiildam Smith yanglebih lengkap, lhat, misalnya, Slunner, ScoflrihMen $..,
198; Ross, The L
i
f
e
4,1995; Buchan, Adam Smiti, aild .., 2006.
Bandingkan, misalnya, dengan Raphae1,Adam Smith..., 1985, Bab 6.
Lihat, misalnya, Buchdahl, The Image of New20n..., 1961, p. 26. Buku-buku astronomi di
perpustakaan Smith termasuk klasik, seperti Jean Sylvain, Ad.fronomieA ~ I C(2nd
~ ~ ed.,
IIII~
1781),Ariro11omieModer11e(1785),Artronomie Ii~die,rne(1787);James Ferguson, Asfronomy
(1764);Jolm Keill, INtrod~ctioad Veram Arfronomiam (1718);Johann Heinrich Lambert,
SjrfimedriuMonde (2nd ed., 1784);iVIdus,Asfm,~omica(1764),Pierre L. M. D e iVIauperhus,
F&we of the Earth (1738);John Playfair, A r f r o ~ ~ oofr v the Brahmim (1786),Isaac Newton,
Pri11c;Pia(1726),Adhn:atica (1707),Metbods o f F/uxjonr(1737), Optickr(l721) (Hetherington,
'Isaac Newton's Influence ...,' 1983, p. 499).
Smith, 'The History of Astronomy...' (17951 1982, pp. 33-105. Cukup pasti karya 1111
ditulis Smith di awal kadernya, tetapi hmya ditehitkan setelah ia meninggal. Selain 'The
History of Astronomy,' dalam E r ~ OIIy Philosophical S I I ~ ~ ~Smith
L L ~ jug*
J . m e n d s 'The
History of the Ancient Physics,' 'The Histoq of the Ancient Logics and Metaphysics,'
'Of the External Senses,' h h a n tentang kesenian, musik, tali, puisi, studi komparatif
tentang sajak-sajak Ingglis d m Italia, serta beberapa naskall penting 12%.
Smith, 'The History of Ast~onomp..,'[I7951 1982, p. 46. I'okok uu cukup jelas dali judd
lengkap hdisannya tentmg sejarah asrronomi, paitu The Priuqblea ~uhichLead aird Direct
PhilorophicalE~~q~iries,
Illudrafed @ fbc Hidoty of Artromomy (1795).
Bandmgkan, misalnya, dengan Smith, 'The History of Astronomy...,' [I7951 1982, pp.
48-49.
Smith, 'The History of Astronomy. ..,' (17951 1982, pp. 45-46; Lihat juga pp. 51,64, 91.
Smith, 'The History of Astxonomy...,' [I7951 1982, p. 66. Emma Rothschild meliihat
bahwa cara berpikir Smith ini punya kelemahan mendasar: "Orderliness is for Smith a
quality which is bestowed upon phenomena. Order is one that we ourselves introduce in
a Kantian fashion .... p h i s shows] h s unconcern with whether orderliness is a conchtion
of the mild or of the world" (RothscMd, EconomicSe~~iimei~tx..,
2001, pp. 140, 145).
Smith, 'The History of Astronomy. .....,'[I7951 1982, p. 98. Opdmisme ihl perlu dihhat
d d u n konteks historis perkembangan llmu zaman ihl. Cukup pasti bahwa keyakinan itu
adalah opdmisme berlebhan, sebagzimana cacat sistem Newton kemudian "dntasi" ole11
teoriEinstein @hat, nisalnya,Bronowski, TheArcei~tofMuii..., 1973,pp. 159.162). Newton
sendili mengakui persoalan itu keaka ia harus menunjuk sebab gravitasi: "I have not as
yet been able to deduce from phenomena the reason for these properties of gravity, and
I do not feign a l ~ ~ p o d ~ e and
s i s ;hypothesis, whether metaphysical or physical, or based
on occult qualities, or mechanical, have no place in experitnental pldosophy In this
experimental pldosophy, propositions are deduced from the phenomena and are made
general by induction. The impenetrabhty, mobhty, and impehls of bodtes, and the laws
of motion m d the law of graviv 11ave been found by this method. And it is enough that
gavity really exists and acts accordmg to rhe laws that we have set forth and is sufficient
to explan all the motions of the heavenly bodies and of oux sea" (Newton, PMosophicaI...,
[I6871 2004, p. 92).
Hetherington, 'Isaac Newton's Influence ...,' 1983, p. 504.
Bandingkan, misalnya, dengan Thomson, %dam Smith's Pldosopl~\~.
..: 1965, pp. 223225.
Newton, PhilorophcaI.,., [I7211 2004, p. 140.
Smith, 'The Histov of Astronomy...: [I7951 1982, pp. 104-105. Cukup jelas minatnya
pada pemikiran Newton bagi Filsafat Moral menjadi proses melepaskan dxi da1.i cara
berp&. tilsafat Aristoteles: "PVhat] we may call the Newtonian method, whether of

DISKURTUS, Vd 6, N N 1,
~ Apd2007: 140

56

57
58
59

Morals or Natural Pldosopl~y,etc., is vastly more ingenious, and for that reason more
engaging, than the other, the Aristotelian method. .. ..The great superiority of the method
over that of Aristotle.. ...made them greedily receive a work which we justly esteem one
of the most entertainingromances that have ever been wrote" (Smith, Lect~~rcs
on Rlietoric..,
1964, pp. 139, 140). Karena teks itu bersumber dari catatan kuliah mal~asiswaAdam
Smith, kesalahan tata bahasa ddam kutipan di atas merupakan bagian dari kesalahan
dalam catatan mahasiswa.
Stewart, 'Account of theLife...,' orasi dalamRoyal Society of Edinburgh, 21 January dan
18 lvIarc11 1793, ddam Smith, Essoq?i on PhilosophicaI..., [I7951 1982, pp. 274-275. Dugald
Stewart adalah penulis biogra6 pertama Smith (3 tahun sesudah Smith meninggal).
Bandingkan, misalnya, dengan Stewart, 'Account of the Life...,' 1793, p. 280.
Smith, The Tho? of MoraL.., [I7591 2002, p. 11.
Dalam ungkapan Smith: '73y the imagination we place ourselves in his situation, we
conceive ourselves enduring all the same torments, we enter as it were into his body, and
become in some measure the same person with him, and thence form some idea of his
sensations, and even feel something wluch, though weaker in degree, is not altogether
unlike them" (Smith, The Theory of MorcL.., 117591 2002, p. 12).
L i a r Smith, The Theory of Moral.., 117591 2002, pp. 20-23.
Lilm, misalnya, Smith, The Theoty of Moral.., [I7591 2002, pp. 224,252,267. IGta Smith:
"If we place ourselves completely in his situation, if we really view ourselves with his
eyes, and as he views us, and listen w i t h diligent and reverential attention to what he
suggests to us, lus v o i c e d never deceive us. We shall stand in need of no casuistic rules
to direct our conduct" (Smith, The Theory of Mord.., [I7591 2002, p. 267).
Smith, The Theory of MoraI..., 117591 2002, p. 129.
Buchan, Croruded~uithGenius,.., 2003, terntama Bab 11.
Smith, The Theory of MoraL.., 117591 2002, p. 28. Dalam part T i I buku itu secara panjang
lebar Smith menguraikan pokok h i , mulai dari orang-orang secara umum ke lmgkaran
afektif paling dekat (Lihat pp. 256-267).
Smith, TheTheoryof MoraL.., [I7591 2002,p. 178. Dalam alinea berikutnpa, Smith menulis:
'Zlvewith strangers,wirh
those who know nothing, or care nothing about your misfortune;
do not even shun the company of enemies; but give yourself the pleasure of mortifying
their malignant joy, by making them feel how little you are affected by your calamity, and
how much you are above it" @. 178).
Bandmgkan dengan Seigel, The I& of the S&., 2005, pp. 152-153. Akan tetapi, posisi
Smith dalam ha1 ini jauh lebih moderat, bahkan ambigu, daripada anggapan umum.
Dibandingkan Montesquieu dan James Steuart yang menekankan fungsi pemberadaban
perdagangan dan bisnis, di banyak kesempatan Smith melihat, misalnya, 'Xnother bad
effect of commerce is that it < i s the courage of mankind, and tends to extinguish
martial split. By having their minds constantly employed on the arts of luxury, they
grow effeminate and dastardly" (Smith, hctures on Rheto~c..., 1964, p. 257).
Chat, misalnya, Waszek, 'Two Concepts of Morality...,' 1984, pp. 591-606.
Smith, The Theory of Moral ..., [I7591 2002, p. 31.
Smith, The Theory of Moral.. ., [I7591 2002, p. 3. Apa yang tampak scbag;li elitisme 1111
tidak terkait dengan kelas sosial, tetapi dengan gagasan 'aristokrasi spiritual' kaun Stoa,
pallam yang telah ada sejak Plato dan Aristoteles, dan tetap bertahan sampai abad ke-18
ddam diktum mashpr %irrtr*s uera aobilitar kg/'' - keutamaan addah kelul~uransejati.
Kaum Stoa membedakan kaford/,iima (keutama,an/tindakan benar secara moral) dali
kathZko,r (tindakan yang sekedar pntas). Yang pertama unhk orang seperti Sokrates
atau Zeno, yang kedua untuk orang biasa (Waszek, 'Two Concepts of Momlity....,' 1984,

Adma J1nif6 dan Mm,c,dtqto Ekotzomi (B. Het.7-P+mj

60

61
62
63

64
65

31

pp. 592,597-598). Lihat juga Frede, 'On The Stoic Conception...,' 1999,79; Sedley, 'The
Stoic-Platonist....' 1999, pp. 128-152.
Waszek, Two Concepts of Morality....:1984, p. 600. Contoh paling jelas adalah Cicero
(sekitar 50 SM), pujangga Romawi, yang bahkan m e n d s satu karya khusus membahas
"kewajiban-kewajiban biasa": "For moral goodness, in the truest and fullest sense of the
word ... could only be found among those hypothetical people who are endowed with
ideal wisdom. Nobody who falls short of this perfect wisdom can possibly claim perfect
goodness; its semblance is the most he can acquire. And these are the men [sic.], the
ordinary men falling short of the idea1,whose moral obligations form the subject of my
present work. The Stoics call these 'second-class' obligations. They are incumbent upon
everybody in the world ..." (Cicero, On Duties..., 1960, pp. 163-164).
Smith, The Theoryof Moral..., [I7591 2002, p. 253.
Smith, The Theoyof MoraL.., 117591 2002, pp. 248,249,250.
Di abad ke-19, di antara para pemikir Jerman muncul istilah ' D mAdam Sn~ithProblem"
yang menunjuk kontmdiksi serta diskontinuitas antara The tho^ of MoralSei~timentsd m
The Wealthof Nations. Yang pertama membahas mianan berdasarkan 'simpati,' sedangkan
yang kedua mengenai tatanan berdasarkan 'kepentingan-dili.' hkan tempi, berbagzi
penelitizn kemudian menunjukkan bahwa argumen tentang kontradiksi dan diskontjnuitas
antara dua bukuitu sangat lemah (UnhIk survei mengenai persoalan ini, Mlat Nieli, 'Spheres
of IntLnacy...,' 1986; Coase, E i s y on Emnomici..., 1994, Bab 7; Fleischacker, On Adam
Smithf IVealth..., 2005, pp. 48-55).
Bagian terakllu. The Theory of MoralSe~~fiments
yang dmaksud adalah 'Of System of Moral
Philosophy' (Smith, The Theory of Moral. .., [I7591 2002, pp. 313-404).
Posisi Smith adalah sebagai bedkut: '3n what codtufes the red happiness of humatz LI,thv
are in no r e p d itzfirior to those who would seem so much above them. I11 ease of body atidpeace of
mind, allthe dt/fere~~t
ranks of h$'i are marh upo,r a level, a ~ the
d begqar, ~vhosum himseY by the side
of the highwy, possesses ,hat secung which k i n ~ sarefighti~gfor" (Smith, The Theoy of Moral..,

[I7591 2002, p. 216).


Bandingkan, misalnya, dengan Fleischacker, On Adam Smithf U'halth..., 2005, pp. 47-57,
61-70.
67 Dalam suatu risalah diterbitkan yang salah satunya menyangkut soal 'kontmuitas' d m
'diskontinuitas,' saya mengajnkan argumen 'diskontinuitas' antara dua karya Smith itu
(Herry-Pdyono, 'Homo Oeconomicus,..,' 2006,pp. 115-117).Dengan ini, saya mengakui dan
mengoreksi kelemahan argumen s a p dalam risalah tersebut.
68 Buchan, Adam Smih atid.., 2006, p. 92.
69 Unhlk survei lengkap tentang sumber-sumber pemiktran Smith dalam I V N , lihat
Teid~graeber111,Free Trade atzd.., 1986.
70 Viner, 'Mercantilist Thougl~t..: 1968, p. 436.
71 Smith, The W d h of Natiom..., [I7761 2000, p. 485.
66

73
74

considered as a branch of the science of a stateman or legislator, proposes two distinct


objects: first, to provide a plentiful revenue or subsistence for themselves; and secondly,
to supply the state or commonwealth with a revenue sufficient for the public services. It
proposes to enrich both the people and the sovereign" (Smith, The LYealth of Natioits...,
[I7761 2000, p. 455).
Bandingkan dengan Stewart, 'Account of the Life....,' [I7951 1982, p. 309. Lihat juga
R a p h a e l , A d a n ~ S ...,
d 1985, pp. 111-112.
Smith, The IVealth o j Nationl:.., [I7761 2000, p. 531.

32

DISKURSUS, VoL 6, N o . 1, Apri12007: 140

75
76
77
78
79
80

Smith, The IVedfh of Natio~z~.


.., [I7761 2000, pp. 3-13.
Smith, The Wedth of Natiom. .., [I7761 2000, p. 14.
Smith, The lVea/th of Natiom .., [I7761 2000, p. 15.
Coase, E I ~ ~ on
J NEconomici..
.
., 1994, p. 82; cetak miring asli.
T'iner, 'Adam Smith and...: 1927, p. 206.
Stigler, 'Smith's Travels on ...,' 1975, p. 237. f i a n tetapi, kelebatan isi dan banyak paadoks
amat kaya dalam The IVeaIth of Natio~zjmembuatcukup pasti bahwa 'To claim that Smith
e~idor~ej
the notion that re@ztere~t governs a// human relatio~zrl~;P~
is mere4 to misread W W
(Fleischacker, On A d a n Smith? IVea/th..., 2005, p. 84).
Bandingkan, misalnya, dengan Fleisd~acker,On Adam Smith? IVeaNh..., 2005, pp. 90-97.
Plato, Repblic...,1961, p. 760.
Dalam bahasa Smith:"Give me that wluch I want, and you shall have this which you
. one
want, is the meaning of every such offer; and it is in this manner that we o b ,tm~florn
another the far greater part of those good offices which we stand in need of" (Smith,
The lVea/th of Natio~rs
.., [I7761 2000, p. 15).
Smith, The IVaoIth o/iVafionI..., [I7761 2000, p. 24.
Lihat, misalnya, Rothschild, EconomicSe~ztimti..., 2001, pp. 64-65.
Bandingkan, misalnya, dengan Heilbroner, The lVor/db Phi/osopl,erj.. ., [I9531 2000, pp.
68-69.
Smith, The IVeaIth of Nafiorzr.., [I7761 2000, p. 483.
Smith, The IVeaIth of Natio~rs..., [I7761 2000, p. 148.
Smith, The lVe& of Natio~ir..,[I7761 2000, p. 745.
Smith, The IVeuIfb qf Natio~r.
c.. 117761 2000, p. 745.
Viner, 'Adam Smith and ...,' 1927, p. 220.
Viner, 'Adam Smid~and ...,' 1927, pp. 219-220.
Viner, 'Adam Smith and ...,' 1927, pp. 231,232.
Viner, 'Adam Smith and...,' 1927, p. 214.
Istilah i~zvisib/eha~rd~nuncul
tiga kali dalam karya-karya Smith, sekali dalam The History of
Astronomj (Smith, 'The History of Astronomy...,' [I7951 1982, p. 49), sekdi dalam The
(Smith, The Theory of Moral..., [I7591 2002, p. 215), dan sekah
The09 of ~MoralSe~itime~itr
dalam T h IVealth of Natims (Smith, The Wea/th of Nutiom.. ., [I7761 2000, p. 485).
Gagasan seperti itu bukan sesuahl Tang terialu baru. Bernard (de) hhdeville, seomng
dokter Belanda yang pindah ke London, sudah mengajukan intuisi semacam in1 di tahun
1714 dalam b e n d puisi fabel, The Grumbi~gHives: Or K71auej tumk/ Ho~reit,yang ia
publikasikan kembali pada tahun 1723 dengan judul TheFuble of the Bees: Or Pn'uate Vicej,
Public Be~iefitJ(Mandeville, The Fable oJ .., [I7231 1997).
Smith, The IVeaIth of Natio~rs..., [I7761 2000, pp. 484-485.
Bandingkan, misalnya, dengan Vauglm, 'Invisible Hand ...,' 1989, p. 171; Roy, Pliiosoply of
Economics..., 1989, p. 40.
Hausman & McPherson, 'Economics, Rationality..: 1994, pp. 252-277.
L i a r Stewart, 'Account of the L f e...,' 1793, pp. 274-275.
Smith, The Wedth of Natioirr..., [I7761 2000, pp. 484-485.
Unmk surveimenarik tentang perdebatan ini,lihaf misalnya, Grampp, %at Did Smith
Mean ...,' 2000, pp. 441-465.
., 2001, pp. 116-156;
Bandingkan, misalnpa, dengan Rothschild, Economic Se~rtin~e~~ts..
Vauglm, 'Invisible Hand ...,' 1989, p. 170.

81
82
83

84
85
86
87
88
89
90

91
92
93
94
95

96

97
98
99
100
101
102
103

Aiim Snit6 d m Ah~orlr,,,aEkomni (B. Herry-Ptrpoj

33

L i a t , misalnya, Evensky, Xdam Smith's Moral...,' 1998, pp. 17-50.


.,2001, p. 137.
Rothscldd, EconomicSei~time~~ts..
Rothscldd, Eco/iomicSe~ttimeiim..., 2001, p. 139.
Oswald, 'Metaphysical Beliefs and...,' 1995, p. 459.
Lillat Smith, The IVeulth of Nations..., [I7761 2000, Book IT?
Bandingkan, misalnya, dengan Hausman & McPherson, 'Economics, Rationaliq..,' 1994,
p. 254.
..,[I7761 2000, pp. 26-27; Hahn, 'Reflections
110 Lihat, misalnya, Smith, The IValth of Natio~ts.
on die....,' 1982, pp. 1-21.
111 Lhat, misdnya, Waszek, Two Concepts of Morality.. .,' 1984, pp. 591-606. Dalam ungkapan Smith: 'Xsallthe eventsin this world~vereconducted Ly iheprouide~iceof a iuiie,powe@tll,md
good God, we might be assured that ~ubaleuerhappened tended to the pro~penqamipefection of file
~vl,ole"(Smidi,T h Theory o f MoruI..., [I7591 2002, pp. 323-324).
112 Rothscldd, Economic Sentiments..., 2001, p. 136.
113 Rotl~schild,Eco~~omicSei~time~~ts...,
2001, p. 154.
114 Rotlischild, Eco~tomicSe~ztiments,..,
2001, p. 154.
115 Smith, Tlrc IVealfh of Natio~ts...,[I7761 2000, p. 148.
116 Arndt, Eco~romicTheory us.., 1984, p. 131.
117 Amdt, Economic Theory UJ:.., 1984, p. 145.
118 Lerner, 'The Economics and Politics...,' 1972, p. 259.
119 Fleiscliacker, On Adam Smith? [vea/th..., 2004, p. 266; jug% Heilbroner, The IVorldb
Phi/osophers.., [I9531 2000, p. 71.
120 Smith, The IVkalh of ~ W o n r . .[I7761
,
2000, p. 501.
121 Fleiscliacker, On Adam Smith? IVealh..., 2004, p. 269.
122 Contoh kritik tajam mengenai persoalan ini dapat dilihat, misalnya, dalam Bowles &
Gitis, Democracy and Capitalism..., 1987; Lindblom, ~olitic~al~dl\ilarket~.
... 1977.
123 Stigler, 'Smith's Travels...,' 1975, p. 237.
124 Lihat, misalnya, Fleischacker, On A& Snlith? IVcaIth..., 2004, p. 84.
..., 1994, p. 78.
125 Coase, Essgs on Emon~ics
., 1965, p. 43.
126 Lowe, ONEconomic K,~o~u/ed~e..
127 Lowe, 0 1 1 Eco,~omicfi~o~uledge..
., 1965, p. 43.
., 2001, pp. 64-65. Saya tidak akan menguraikan pokok
128 Rothscldd, Econon~icSeiifime/~ti..
ini, yang membutuhkan tulisan panjang lain. Hanya penlu disebutkan bahwa proses
pendutan ini tidak kbia dilepaskan dari pemahaman atas 'Revolusi Ma~jinal'( m a ~ i ~ ~ a l
revolution) yang terjadi di akhir abad ke-19, dengan tiga ekonom yang secara terpisah
mengajukau teoli masing-masuig tentang 'preferensi individual' sebags indiiator 'kepenhgan dui': \William Stanley Jevons (1835-1882) d~ Manclxester, L&onWallras (18341910) di Lausanne, dan Carl Menger (1840-1921) di Wina pihat, misdnya, Lowe, On
Economicfiio~u/e&e
..., 1965, terutama Bab 3; Ormerod, ThcDeuth $.., 1994, terutama Bab
3).
129 M e s k i p ~ diajukan
i
dalam rangka menyusun t e o ~ i'prakuk' (practice), apa yang ditulis
Bourdieu berikut amat relevan: "Science has a tLne which is not that of practice. For
analyist, time disappears... Scientific time is so detemporalized that it tends to esclude
even the idea of what it excludes. Because science is only possible in a relation to time
which is the opposite of that of practice, it tends to ignore time and so to detemporalize
practice" (Bourdieu, ThcLogic$.., [I9801 1990, p. 81).
104
105
106
107
108
109

34

130
131
132
133
134
135
136
137
138

139

140
141

142

143
144
145
146

147
148
149

DISKURSUJ. Vd 6. No. I . A b d 2 0 0 7 : t 4 0

Scl~umpeter,Hirtoty of Eco~romic..., 1954, p. 28.


Bandingkan, misalnya, dengan Hollis & Nell, RalionalEconomicMai~
..., 1975, pp. 47-64.
Samuel Fleischacket; On Adam Smith? l.vea/h.. ., 2004, p. 66.
Smith, The Theoyof MoraL.., [I7591 2002, pp. 256-276.
Rothscldd, EconomicSe~~time~rts.
..,2001, p. 65.
Nieli, 'Spheres of Intimacp...,' 1986, p. 619.
Hollis & Nell, Ratio~ralEconomicMa~~
..., 1975, pp. 53-54.
Hollis & Nell, Ratio~~a/Economic~Ma~~~~~,
1975, pp. 48-49.
Becker, TheEm~romicApproach.., 1976, p. 14; cetak miring ask Becker menerapkan klaim
itu p d a tindakan manusia dalam hukum dan politik, keluarga dan perkawinan, krhinalitas
dan perjodohan. Semua dipahami sebagaipedaku dalam sistem pasar &illat juga Becker,
A Treatise on..., 1981).
Dua ekonom liberta~ian,George Stigler dan G a ~ Becker,
y
misalnya, menuntut pemahaman
ketat atas konsep 'maksimalisasi hasrat' ini sebagai fakta begin1 saja (giveu),tanpa merujuk
pada persoalan apakah perbedaan hasrat itu &bent& oleh sejarah plibah, hgkungan,
Man, ataupun budaya (Stigler & Becker, De GustibusNo~
..., 1977, pp. 76-90.
Bourdieu melihat maksud Fafionai' dalam ekonomi lebih tepat ditunjuk dengan istilah
f.easo~iabIe'(Boutdieu,The SocialStructures..., 2005, p. 9.
Pemenang Nobel Ekonomi 1978, Herbert Simon, melukiskan apa yang terlibat: "Reason
is wl~olllrinstrumental. It cannot tell us where to go; at best it can tell us how to get there.
It is a gun for hire that can be employed in the service of any goal we have, good or bad"
(Simon, Reason i,i Hsrma~r..., 1983, pp. 7-8). Bahkan di a w l abad ke-18, Dnvid Hume telah
menunjukkan cili itu: "It is not contrary to reason to prefer the destruction of the whole
world to the scratching of my finger" (Hume, A Treafiseof Humair..., p. 416). Amartya
Sen mengajukan kutik dengan d e h i s i alternatif: "Rationality is intelpreted here, broadly,
as the discipline of subjecting one's choices - of actions as well as of objectives, values
andpriotities - to reasoned scrutiny" (Sen, Ratio~rali~and
.., 2002, p. 4; fiat juga Part 19.
Bandingkan, misalnp, dengan: "The core of this notion is a deceptively simple dichotomy:
the idea that the choice of 'ends' or 'gods' is neither rational nor irrational..., [wllde the
choice of means is rational to the extent that it is efficient. Rationaht). is a p r e d a t e of
means, not ends, and it is totally conflated with efficiency. m h s whole conception loses
much of its persuasive appeal, howeve&when we see what an oversimplified penthamite]
psychological theory it rests upon. The modern economist's notion of a Pareto optimum
is an attempt to have a notion of economic optimalily which conside~sonljr efficiency
of means..." (l'utnam, Reason, Truth and.., 1981, pp. 168, 169).
Bandingkan, misalnya, dengan Hirsdunan, The Passio~isand.., [I9771 1997, pp. 38-42.
Robinson, Eco~iomitPhi/osop~.
.., 1962, pp. 48-49.
Smith, The T h y of Moral.., [I7591 2002, pp. 97-98.
Lihat, misahya, Hollis & Nell, Ratio~~alEconomicMa~r
..., 1975, terutama Bab 2 & 8; Lutz,
Ecoirornisjr.., 1999, terutama Bab 7 Pr 11; O'Boyle, 'Homo Socio-Economicus....' 2005,
pp. 483-508.
Kosik, Dialectics @.., 1976, pp. 51, 52,53.
Kosik, Dialectis@.., 1976, p. 54.
Bourdieu, The SocialStr/ictures..., 2005, p. 5.

Adma S~nifb
d m M I I I Z CEkonomj
I ~ ~ ~(B. Her~-P,f)~onoj

37

Hkschman, Albert 0.The Passions andthe Interests: PolitcalArgzmzentsfor C@italisnz


before Its Triumph. Princeton: Princeton University Press, [I9771 1997.
Hobbes, Thomas. De Cive. Oxford: Oxford University Press, [I6421 1984.
Hollis, Martin & Edward Nell. Rational Econonlic Man: A Pl,z/o~~ophim!
Critqzte
of Neo-ClassiicalEconomics.Cambridge: Cambridge University Press, 1975.
Hume, David. A Treatise of Hzcman Nature (ed. L. A. Selby-Bigge). Oxford:
Clarendon, [I7391 1975.
Jolley, Nicholas. Leibnix. London: Routledge, 2005.
I<osik, Karel. Dialectics of the The ConcretctA Stti& on Problenzs of Man and World.
(Trans. I<. I<ovanda & J. Schmidt). Boston Studies in the Philosophy of
Science Vol LII. Dordrecht &Boston: D. Reidel Publishing Company,
1976.
Langholm, 0.Economics in the MedielialSchools. Leiden: E. J. Brill, 1992.
L e r n e ~Abba. "The Economics and Politics of Consumer Sovereignty."
American Economic Review 62 (1972): 258-266.
Lindblom, Charles E. I'olitics aud Markets: The LVorkls Political-Economic SJittm.
New York: Basic Books, 1977.
Lowe, Adolph. 012 Economic Knowledge: Toward a Science of l'olitical Econonlics.
New York: Harper & Row, 1965.
Lutz, Mark A. Economicsfor the Common Good Two Centivies of S o d Economic
Thoz~ghtin the Hzmanirtic Traclition. London: Routledge, 1999.

Mandeville, Bernard. The Fable of the Bees and Other Writings(ed. E. J. Hundert).
Indianapolis: Haclrett Publishing, [I7231 1997.
Monroe, A. E. Ear4 Economic Thornght: Selectionsjom Economic Literature Prior to
Adam Smith. Cambridge, Mass.: Harvard University Press, 1965, pp. 122140.
Newton, Isaac. Philosophical Wdings (ed. A. Janiak). Cambridge: Cambridge
University Press, [I7211 2004.
Nieli, Russell. "Spheres of Intimacy and the Adam Sinith Problem." Jonrnalof
the Histog of Ideas 47/4 (October-December 1986): 611-624.
O'Boyle, Edward J. "Homo Sodo-Economicus: Foundational to Soc'ialEconomics and the Soda1 Econoiny." Review of SocialEconon~63/3 (September
2005): 483-508.

DIS'KURSUS, Vd 6,No. 7, April 2007: 140

38

Ormerod, Paul. The Death of Economics. London: Faber & Faber, 1994.
Oswald, Donald J. "Metaphysical Beliefs and the Foundations of Srnithian
Political Economy." History of PoliticalEconon~27/3 (1995): 449-476.
I'

Palaver, Wolfgang. "Mimesis and Nemesis: The Economy as a Theological


Problem." 7 E L O S , No 117, Fall 1999.
Passmore,John. "Philosophy." In P. Edwards (ed.), The Enylopenia 4 Philosopby,
Vol V. New Yorlr & London: Macmillan & Free Press, 1967, pp. 216-

226.
Plato. 'Tbpt~bli~.
"In E. Hamilton & H. Cairns (eds.), The Collected Dialogzm of
Plato, Including the Letters. Bollingen Series =I.
Princeton: Princeton
University Press, 1961, pp. 575-844.
Polanyi, ICarl. "The Economy as Instituted Process." In M. Granovetter & R.
Swedberg (eds.), The Sociology of Economic L$.2nd edition. Boulder:
Westview Press, 2001, pp. 31-50.
Putnam, H i l q Reason, Tmth and History. Cambridge: Cambridge University
Press, 1981.
Raphael, D. D. Adam Smith. Oxford: Oxford University Press, 1985.
Robinson, Joan. Economic Philosoply. London: Penguin, 1962.
Ross, Ian S. The Life of Adam Smith. Oxford: Clarendon Press, 1995.
Rothschild, Emma. Economic Sentiments: Adam Smith, Condorcet, and the Enl&htenment. Cambridge, MA.: Harvard University Press, 2001.
Roy, Subroto. Philosoply of Economics: On the Scope of Reason in Economc Inqniry.
London: Routledge, 1989.
Schumpeteg Joseph A. History
University Press, 1954.

of

Economic Anabsis. New York: Oxford

Sedley, David. "The Stoic-PlatonistDebate on Kathtkonta." In I<. Ierodiakonou


(ed.), Tcpics in Stoic Philosopb. Oxford: Clarendon Press, 1999, pp. 127152.
Seigel,Jerrold. The Idea of the SeF Thoaght andExpepz'encein Westrn Ewope Since
the Seueitteenth Century. Cambridge: Cambridge University Press, 2005.
Sen, Amartya. Rationah9 andFreedom. Cambridge, MA.: The Belknap Press of
Harvard University Press, 2002.

Anda mungkin juga menyukai