PERTEMUAN 3
Yuhka Sundaya
David Ricardo, orang Inggris (Briton) dengan salah satu pemikiranya yang
ditulis pada buku On The Principles of Political Economy and Taxation atau
dapat diterjemahkan dengan Prinsip Politik Ekonomi dan Perpajakan.
John Stuart Mill, orang Inggris (Briton) dengan salah satu pemikirannya
yang ditulis pada buku Principles of Political Economy, with some of their
Applications to Social Philosophy atau dapat diterjemahkan dengan Prinsip
Politik ekonomi dengan Penerapan pada Filsafat Sosial.
Frase Politik Ekonomi Klasik pada judul bab ini oleh karena itu diambil dari claim
atau pernyataan yang ada pada buku pemikir klasik tersebut.
Makna frase politik ekonomi dapat dipahami dari ciri pemikiran ekonomi
klasik. Sandelin dkk (2014) menyusun sintesa, pertama, mereka tertarik dengan
masalah pertumbuhan dan pembangunan. Kedua, membahas biaya produksi
sebagai determinan dari harga. Ketiga, membahas distribusi pendapatan diantara
pihak yang terlibat dalam produksi, yaitu tenaga kerja, pemilik lahan dan pemilik
modal. Keempat, kombinasi dari tiga ciri tersebut, pemikir klasik menyajikan
penjelasan yang konsisten mengenai hubungan antara distribusi pendapatan dengan
harga pada masalah pembangunan ekonomi.
Terdapat dua hal juga yang diwariskan kepada pembelajar ekonomi. Para
pemikir klasik menampilkan refferensi bagi kita terkait prinsip analisis ekonomi.
Prinsip analisis ekonominya berupa rumusan (prescription) kebijakan ekonomi
yang dapat dideduksi atau disimpulkan secara logis. Kemudian, mereka
menampilkan gagasan bahwa sistem pasar adalah sebuah mekanisme yang
menyetabilkan distribusi pendapatan. Sistem pasar bekerja secara efisien tanpa
banyak campur tangan atau intervensi pemerintah.
2
Adam Smith
Ia lahir disebuah tempat di Skotlandia, yaitu Kirkcaldy pada Tahun 1723.
Pada usia 14 tahun, ia telah kuliah di University of Glasgow. Di kampus itu, ia
dipengaruhi oleh filsafat Francis Hutcheson yang mengajarkan isu-isu ekonomi dan
yang membawa Smith untuk berkomunikasi dengan seorang filsuf yang bernama
David Hume. Ketiga orang tersebutlah yang menjadi figur berpengaruh dalam
pencerahan Scotlandia (Scottish Enlightenment).
Smith ditetapkan sebagai professor atau guru besar logika di University of
Glasgow pada Tahun 1751. Kemudian ia melebarkan gagasannya pada filsafat
moral. Artefak pemikirannya masih tersimpan dengan baik. Terbukti dari buku
yang ia publikasikan Tahun 1759 dengan judul The Theory of Moral Sentimens.
Smith kemudian meninggalkan kampus pada Tahun 1764, bekerja pada Duke of
Buccleuch sebagai tutor study tour ke Francis. Pengalamannya di Francis, sempat
menghadiri pertemuan dengan para pemikir Physiocrats. Dan, pada masa itulah
Smith menulis buku Wealth of Nations. Buku tersebut dikerjakannya selama
beberapa tahun setelah kembali ke Scotlandia. Dua tahun setelah Wealth of Nations
dipublikasikan, Smith diterima sebagai komisioner, yaitu pada Customehouse di
Scotlandia”, dikutip dari Anderson dkk (1985). Ia menampilkan prestasi pada
perusahaan tersebut. Dalam kurun waktu 7 tahun, ia dapat menghasilkan
penerimaan empat kali lipat lebih besar dari pertama ia masuk customehouse
tersebut. Customehouse adalah sepersis kantor bea cukai yang mengelola barang
masuk dan keluar di Skotlandia. Tugas Smith sebagai komisioner adalah
merumuskan dan melaksanakan regulasi perdagangan antar negara.
Smith juga memublikasikan beberapa buku lain. Ia menulis tentang filsafat
moral, sejarah astronomi, asal muasal bahasa, hubungan antara music, tarian dan
puisi. Namun dari semua tulisan yang telah dipublikasi, buku Wealth of Nations
adalah yang paling berpengaruh atau popular.
Kita hanya sepintas saja memahami buku Wealth of Nations. Buku tersebut,
seperti halnya industri buku saat ini, telah mengalami beberapa revisi. Pada website
History of Economic Thought, tercatat telah mengalami 6 kali revisi oleh Smith
sebelum ia meninggal dunia. Meski Smith adalah Scottish, namun buku Wealth of
Nations ditulis dengan bahasa Inggris. Pada Gambar 1 dan 2 ditampilkan cover dan
daftar isinya, masing-masing untuk edisi pertama dan kelima. Ini adalah artefak
pengetahuan yang mengawali ramainya pembicaraan tentang ‘politik ekonomi”
klasik yang dimaksud pada awal bab ini.
3
temukan dalam memahami suatu teori. Asumsi perilaku manusia adalah komponen
dari teori yang kita pelajari saat ini. Sifat pertama dari manusia menurut Smith
adalah mementingkan diri sendiri atau sering disebut self-interest, dan mencoba
meraih posisi terbaik. Sifat ini adalah penyebab terjadinya perkembangan
masyarakat. Sifat keduanya adalah manusia cenderung untuk melakukan
pertukaran. Sifat kedua ini menimbulkan apa yang disebut dengan spesialisasi
keahlian setiap orang yang membedakannya dengan orang lain.
Pembagian kerja timbul dari sifat kedua manusia yang tadi. Pembagian kerja
dapat meningkatkan produktivitas. Smith mengambil proposisi demikian dari
pengamatanya pada pabrik peniti atau pin factory, sebuah barang yang tampak
sepele menurutnya.1 Ia mengamati dua cara kerja. Pertama, produksi peniti yang
dikerjakan sendiri. Kedua, produksi peniti dengan pembagian kerja. Cara kerja
pertama hanya menghasilkan 12 peniti per hari. Cara kerja kedua dilakukan dengan
membagi pekerjaan kepada 10 orang, dan hasilnya adalah sekitar 48 ribu peniti per
hari. Jika jumlah tersebut dibagi dengan 10 pekerja, maka per orang pekerja mampu
menghasilkan 4800 peniti per hari. Jika harga peniti sebesar 1 rupiah misalnya,
maka pendapatan pekerja pada cara kerja pertama hanya 12 rupiah, dan 4800 rupiah
bagi tiap orang pekerja yang memproduksi dengan pembagian kerja. Pembagian
kerja juga memberikan keahlian spesifik, istilah Smith adalah dexterity. Pembagian
kerja menjadi prasyarat untuk memperoleh kemakmuran seseorang dan suatu
bangsa.
Kebebasan alam yang dijelaskan Smith, maksudnya adalah kebebasan untuk
memilih profesi, dan merdeka untuk hidup, dan simpulan umumnya adalah
kemerdekaan dalam akivitas perdagangan domestik dan internasional. Ungkapan
ini terkait dengan pekerjaan Smith yang sempat menjadi komisioner pada bea cukai
di Scotlandia. Tentu, sebagai komisioner yang membuat regulasi perdagangan
ekspor dan impor itu, Smith mimiliki pengetahuan tentang perdagangan
internasional. Selanjutnya apakah kebebasan manusia itu akan menyebabkan
terjadinya konflik? misalnya kasus pembunuhan atau pencurian dalam bisnis.
Disinilah letak argumentasi invisible hand atau tangan ghaib tadi. Menurutnya,
invisible hand akan memotivasi manusia untuk berbuat baik. Alasan detailnya
disajikan pada buku yang dipublikasikan sebelumnya, yaitu The Theory of Moral
Sentiments atau Teori Perasaan Moral.
Baiklah Saya ambil perumpamaan yang Saya buat sendiri. Jika suatu siang
hari, kita mendengar ada orang mencopet kalung seorang Ibu tua, maka sontak rasa
benci terhadap si pencopet akan muncul pada hati kita, sebaliknya akan merasa
kasihan kepada Ibu tua itu. Inilah yang disebut dengan sympathy. Kemudian,
setelah si pencopet itu digebugin oleh banyak orang disana, sebut saja wajahnya
berlumuran darah, kepalanya sobek, bibirnya sobek, dan tanganya patah, maka
sebagian besar orang akan merasa kasihan. Fenomena ini saya coba konfirmasi
pada beberapa orang mahasiswa saya, hasilnya seperti ini :
1
Dikutif dari buku terjemahan WN yang disediakan oleh www.elecbook.com
5
Perhatikan, terjadi perubahan rasa atau sentiment dari benci menjadi kasihan
kepada si pencopet. Perubahan ini terjadi karena si pencopet menerima hukuman
yang lebih besar dari kejahatan yang dilakukannya. “Seseorang tidak akan
melakukan tindakan kejahatan, karena ia juga takut dijahati oleh orang lain”, itulah
logika invisible hand yang dapat kita pahami. Ketika masyarakat memiliki nilai
sympathy demikian, maka kebebasan yang mereka miliki dianggap tidak akan
membentuk perilaku jahat pada individu dan masyarakat.
Saya berpendapat, terdapat pesan ‘politik ekonomi’ tersembunyi di
dalamnya. Dimana, liberalisasi atau kebebasan yang dimiliki pelaku ekonomi tidak
akan menimbulkan tindakan kriminal, jika tatanan hukum yang berlaku memiliki
legitimasi dan wibawa untuk dipatuhi seluruh pelaku ekonomi. Kemudian tekanan
sosial dan moral pada suatu masyarakat juga akan membatasi bias kebebasan
tersebut pada rencana-rencana jahat. Pada sebuah film pendek pada channel
youtube milik Martin Hogan (2015), ditampilkan adegan pertanyaan Smith pada
seorang pekerja yang bermimpi ingin memiliki pabrik jarum atau peniti. Smith
mengajukan pertanyaan, “kenapa Anda tidak membunuh pemilik pabriknya ?
kenapa Anda tidak mencuri pabriknya saja ? Pekerja itu menjawab bahwa ia takut
oleh siksaan Tuhan, takut dipenjara, dan takut akan Ibunya. Tiga ketakutan
demikian menampilkan bahwa dalam diri seseorang terdapat tekanan teologis
(ketuhanan), tekanan moral, dan tekanan sosial. Tiga tekanan itu seolah dibungkus
dengan istilah the invisible hand oleh Smith. Jika digeneralisasi, maka seseorang
akan mengambil tindakan-tindakan yang rasional dibandingkan dengan melakukan
tindakan yang melawan ajaran agamanya, dan nilai-nilai masyarakatnya. Simpulan
dari pelajaran ini adalah bahwa kebebasan ekonomi manusia terikat pada kepatuhan
terhadap hukum, sosial, dan moral.
Oleh karena itu, wajar jika implikasi arsitektur ekonomi Smith adalah
terbatasnya peran pemerintah dalam kehidupan ekonomi. Proposisi yang dapat kita
ambil adalah [1] pemerintah tidak boleh memberikan hak monopoli pada pihak
swasta, [2] pemerintah tidak akan mampu meregulasi perekonomian untuk
kepentingan seluruh anggota masyarakat, dan [3] peran pemerintah adalah
6
Jean-Bapsites Say
J.B. Say membaca Wealth of Nations ketika ia berumur 20 tahun. Lima
belas tahun kemudian ia memublikasikan buku dalam bahasa Francis ‘Traite
d’economie politique’ tahun 1803. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan ‘A
Treatise on Political Economy’ atau ‘risalah politik ekonomi’. Buku Say
mendiseminasikan atau berhasil menyebarkan gagasan Smith pada bangsa-bangsa
di benua Eropa.
7
Say dikenal sebagai pioneer atau pelopor teori nilai subyektif yang nantinya
memunculkan pemikiran ahli ekonomi neoklasik. Menurut Say, harga mengukur
nilai, dan nilai mengukur utility atau kegunaan. Utility adalah dasar untuk
membahas harga. Ahli ekonomi saat ini juga mengingat Say dengan sesuatu yang
disebut ‘Hukum Say’, yaitu “penawaran menciptakan permintaan”.
Agar masa depan masyarakat ‘sejahtera’, maka penduduk dan subsistensi harus
sama. Ia mendeduksi formulasi kebijakan dengan pemikiran untuk mengendalikan
jumlah penduduk.
David Ricardo
David Ricardo lahir dari keluarga kaya di London Tahun 1772. Ayahnya
adalah imigran dari Amsterdam. Ayahnya seorang stockbroker atau pengelola
saham. Pada usia 14 tahun, Ricardo mengikutinya. Tujuh tahun kemudian
meninggalkan agama Yahudi, dan menikah dengan perempuan Kristen. Tahun
1810, Ricardo menjadi partisipan diskusi kebijakan moneter yang berpengaruh. Ia
menjelaskan bahwa inflasi di Inggris terjadi karena kelebihan surat berharga. Ia
juga sempat menjadi anggota parlemen pada Tahun 1819.
Ricardo menulis buku yang berjudul On The Principle of Political Economy
and Taxation pada Tahun 1817.
9
1 3
Portugal menampilkan produksi komoditi pakaian dan minuman yang lebih efisien
dibandingkan Inggris. Produksi pakaian dalam 1 tahun memerlukan 80 orang
tenaga kerja, sedangkan Inggris menggunakan lebih banyak pekerja, yaitu 100
orang. Begitupun halnya dengan alokasi pekerja untuk produksi minuman. Secara
komparatif, negara mana yang memiliki keunggulan dalam produksi pakaian dan
minuman ? Metode yang dirumuskan Ricardo disajikan pada Tabel ini :
Karl Marx
Marx, panggilannya, lahir di German pada Tahun 1818. Umurnya beda 95 tahun
dengan Smith yang mempelopori diskusi politik ekonomi. Ia belajar ilmu hukum
dengan filsafat dan seajarah di Bonn dan Berlin. Kemudian memperoleh gelar
13
doctor filsafat di Jena. Karirnya dimulai sebagai jurnalis dan editor suratkabar
bernama Rheinische Zeitung. Marx aktif dalam kehidupan politik ketika terjadi
revolusi demokrasi di beberapa negara Eropa. Ia menjadi lebih radikal dan aktif
dalam Liga Komunis pada Tahun 1847. Ia punya teman sekaligus sponsornya,
namanya Friedrich Engels (1820–95). Kemudian mereka memublikasikan buku
Communist Manifesto (1848) sebagai program dari Liga Komunis. Pada Tahun
1849, Marx pindah ke London hingga akhir hayatnya disana.
Ia melakukan kritisime terhadap tulisan politik ekonomi sebagai bagian dari
pandangan politik yang ia komunikasian saat itu. Marx menolak dengan tatanan hak
kepemilikan perorangan atas alat-alat produksi. Secara refferensi, Marx
mengagumi pemikiran Ricardo yang telah kita ulas sebelumnya, khususnya
metodologi deduktif yang digunakan Ricardo. Pemikiran Ricardo bersenyawa
dengan pemikiran Hegel yang sebelumnya dipelajari Marx. Setelah mempelajari
politik ekonomi selama 2 dekade atau sekitar 20 tahunan, Marx kemudian
memublikasikan bukunya Volume I yang berjudul’Das Kapital’ yang berbahasa
Jerman, yang dalam Bahasa Inggris diterjemahkan ‘Capital ; Kritik Politik
Ekonomi’ pada Tahun 1867. Volume II dan III dipublikasikan Tahun 1885 dan
1894. Volume II menjelaskan proses sirkulasi kapitalis. Volume III menjelaskan
proses produksi kapitalis secara keseluruhan, yang didalamnya juga menjelaskan
sejarah teori nilai surplus.
Hingga memasuki awal abad ke-20, sekitar 1900an, buku Marx masih
diproduksi dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Ini berkat Friederich Engle
yang meneruskan penulisan dan penyebaran gagasannya. Saya memiliki naskah
Volume I edisi ketiga yang dipublikasikan oleh Random House, Inc. Tentu saja
buku ini dilegalkan setelah Google berupaya memasukannya ke dalam public
domain. Volume 1 disusun menjadi 6 bagian (parts) yang saya terjemahkan sebagai
berikut :
1. Komoditi dan uang
2. Transformasi uang menjadi modal
3. Produksi nilai surplus absolut
4. Produksi nilai surplus relative
5. Produksi nilai surplus absolut dan relative
6. Upah
7. Akumulasi modal
8. Definisi akumulasi primitif
14
Memahami buku Marx cukup sulit dibandingkan buku yang ditulis para
pemikir klasik sebelumnya. Ungkapan ini juga dinyatakan Marx pada pengantar
edisi pertama. “Untuk memahami bagian pertama, tidak terkecuali bagian yang
membahas tentang komoditi, menampilkan kesulitan besar” tutur Marx pada
pengantar edisi pertama. Jadi, pada bagian ini, kita tidak berharap untuk memahami
pemikiran Marx secara menyeluruh, melainkan hanya memahaminya sepintas, dan
sisanya menjadi pekerjaan rumah masing-masing untuk memahaminya pada suatu
keperluan akademik. Beberapa penulis pada masa Marx juga menganggap sulit
penuturan gagasan Marx dengan dialek Jerman” tutur Marx pada pengantar edisi
kedua.
Marx tidak mengadopsi filsafat Hegel secara taklid. Ia menyatakan sendiri
bahwa terdapat pemikiran yang berbeda dengan Hegel, bahkan ia memberikan
kritik terhadap pemikiah Hegel. Contohnya:
Pada Buku Das Kapital Volume II dan III, Marx focus dengan sirkulasi
produksi atau perputaran produksi, dan reproduksi ‘social aggregate capital’ atau
‘modal sosial aggregat’. Kata ‘aggregate’ ini diartikan sebagai jumlah keseluruhan
atau penjumlahan. Jika produksi perusahaan A = 20, perusahaan B = 30, perushaan
C = 40, maka produksi aggregatnya adalah 90. Jejak pemikiran Ricardo terlihat
jelas. Marx berargumen bahwa perekonomian dibagi menjadi dua sektor : sektor
yang memproduksi alat produksi atau barang modal, dan sektor yang memproduksi
komoditi yang dibutuhkan konsumen. Tahap pertama dalam sirkulasi adalah
proporsionalitas dan waktu produksi dan sirkulasi beragam barang yang dibutuhkan
untuk mempertahankan perekonomian dalam stationary state atau dalam
‘keseimbangan’. Tahap kedua adalah kondisi pertumbuhan ekonomi. Kerangka
berpikir Marx ini di kemudian hari memengaruhi literature abad ke-20 mengenai
siklus bisnis dan pertumbuhan, meski namanya jarang dikutip oleh para ekonom.
Sekarang kita pahami sedikit konsep modal Marx. Modal, atau kita
simbolkan dengan ‘K’, ada 2 jenis. Modal konstan atau ‘c’ dan modal variabel atau
‘v’. Modal konstan adalah sejumlah uang untuk membiayai kebutuhan jenis barang
yang digunakan dalam produksi, seperti mesin, gedung, dan bahan baku. Modal
16
variabel adalah sejumlah uang, yaitu dalam bentuk upah, untuk membiayai
kebutuhan tenaga kerja yang digunakan dalam produksi. Jadi, ringkasnya, K = c +
v. Dalam literatur yang kita pelajari saat ini, istilahnya adalah ‘total biaya produksi’
atau ‘total cost’. Modal konstan dan variabel memiliki fungsi yang berbeda. Modal
konstan fungsinya adalah mengubah bentuk komoditi. Modal variabel fungsinya
adalah memberikan nilai guna atau use value pada komoditi. Modal variabel dalam
bentuk labour-power adalah sumber yang menghasilkan nilai surplus atau surplus-
value atau kita simbolkan ‘s’. Inilah bedanya dengan analisis sumber kemakmuran
Smith, Merkantilis dan Physiocrats yang telah dijelaskan pada materi sebelumnya.
Nilai surplusnya disebut juga dengan profit atau keuntungan. Marx mendefinsikan
tingkat keuntungan atau rate of profit atau kita simbolkan dengan ‘r’ sebagai rasio
antara nilai surplus dengan jumlah modal (c + v), atau r = s/(c+v).
Sekarang kita loncat pada analisis praktik pembangunan menurut Marx.
Menurut Marx, modal yang terakumulasi digunakan untuk membiayai kebutuhan
modal konstan untuk meningkatkan keuntungan melalui peningkatan produktivitas
kerja. Secara simbolis, artinya c/v atau intensitas modalnya meningkat terus.
Kapitalis akan terus mencari tenaga kerja yang bersedia dibayar dengan upah di
bawah upah pasar, yang, waktu itu tersedia dari bangsa lain dari daerah pertanian.
Peningkatan intensitas modal dengan bentuk demikian akan memberikan dampak
ganda menurut Marx. Ia menyebutnya seabagi law of capitalism atau dapat kita
artikan sebagai dalil kapitalisme. Dalil yang dimaksud adalah pernyataan tentatif,
bisa berubah-ubah tergantung kondisi dari elemen teorinya, yang diturunkan dari
metode berpikir yang digunakannya.
Peningkatan intensitas modal memberikan dampak jangka pendek dan
jangka panjang.
Dampak pertama, dalam jangka pendek, akan muncul flukuasi atau
gelombang siklikal. Dimana, pertumbuhan produktivitas kerja akan kuat dan
menghasilkan produksi yang berlebih atau over production. Nilai surplus kapitalis
semakin besar, tapi secara aggregate menekan tingkat upah pasaran. Menurunnya
tingkat upah pasaran akan menurunkan pendapatan pekerja dan menimbulkan under
consumptions. Banyak kebutuhan dasar atau subsisten pekerja yang tidak terpenuhi.
Under consumptions juga timbul karena bertambahnya pengangguran akibat
adanya substitusi ‘v’ dengan ‘c’ dalam proses produksi. Selanjutnya, permintaan
aggregate turun, sedangkan produksi makin banyak. Akhirnya harga akan turun
atau terjadi deflasi. Harga yang turun akan menimbulkan depresiasi terhadap modal
konstan.
Dampak kedua, yaitu dalam jangka panjang, akan ada kecenderungan kuat
jatuhnya tingkat keuntungan. Perhatikan persamaan r = s/(c + v). Jika ‘c’ atau modal
konstan dalam posisinya sebagai pembagi atau denominator persamaan tersebut
meningkat, maka ‘r’ atau tingkat keuntungan akan turun. Pada buku volume III Bab
14, faktor penangkalnya adalah murahnya harga modal konstan, eksploitasi tenaga
kerja yang lebih intensif, atau perdagangan luar negeri. Menurunnya tingkat
keuntungan akan memunculkan stagnasi atau kemandegan investasi, konflik berupa
perjuangan kelas pekerja, dan akhirnya mendorong revolusi sosialis.
17