Anda di halaman 1dari 18

1

PERTEMUAN 3

MAZHAB KLASIK: Bagian 1

Yuhka Sundaya

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN


UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2022
1

Politik Ekonomi Klasik


Apa yang dimaksud dengan klasik ? apa pengertian politik ekonominya ?
Klasik adalah istilah yang diberikan oleh Karl Marx yang dialamatkan pada pemikir
ekonomi yang muncul pada tahun 1700an, diantaranya adalah :
Adam Smith, orang Scotlandia (Scottish) dengan salah satu pemikirannya
yang diuraikan pada Buku An Inquiry into the Nature and Causes of The
Wealth of Nations, yang artinya analisis atau memahami sifat dan sebab
kemakmuran suatu bangsa. Buku ini disingkat dengan istilah Wealth of
Nations yang dipublikasikan Tahun 1776.

Jean-Baptiste Say, orang Francis (Frenchman) dengan salah satu


pemikiranya yang diuraikan pada buku yang berjudul A Treatise on Political
Economy atau diterjemahkan dengan Risalah Politik Ekonomi, yang
dipublikasikan Tahun 1803.

Thomas Robert Malthus, orang Inggris (Briton) dengan salah satu


pemikirannya yang ditulis pada buku Essay on the Principle of Population
atau dapat diterjemahkan dengan Tulisan Mengenai Prinsip Kependudukan
yang dipublikasikan pada Tahun 1798.

David Ricardo, orang Inggris (Briton) dengan salah satu pemikiranya yang
ditulis pada buku On The Principles of Political Economy and Taxation atau
dapat diterjemahkan dengan Prinsip Politik Ekonomi dan Perpajakan.

John Stuart Mill, orang Inggris (Briton) dengan salah satu pemikirannya
yang ditulis pada buku Principles of Political Economy, with some of their
Applications to Social Philosophy atau dapat diterjemahkan dengan Prinsip
Politik ekonomi dengan Penerapan pada Filsafat Sosial.

Frase Politik Ekonomi Klasik pada judul bab ini oleh karena itu diambil dari claim
atau pernyataan yang ada pada buku pemikir klasik tersebut.
Makna frase politik ekonomi dapat dipahami dari ciri pemikiran ekonomi
klasik. Sandelin dkk (2014) menyusun sintesa, pertama, mereka tertarik dengan
masalah pertumbuhan dan pembangunan. Kedua, membahas biaya produksi
sebagai determinan dari harga. Ketiga, membahas distribusi pendapatan diantara
pihak yang terlibat dalam produksi, yaitu tenaga kerja, pemilik lahan dan pemilik
modal. Keempat, kombinasi dari tiga ciri tersebut, pemikir klasik menyajikan
penjelasan yang konsisten mengenai hubungan antara distribusi pendapatan dengan
harga pada masalah pembangunan ekonomi.
Terdapat dua hal juga yang diwariskan kepada pembelajar ekonomi. Para
pemikir klasik menampilkan refferensi bagi kita terkait prinsip analisis ekonomi.
Prinsip analisis ekonominya berupa rumusan (prescription) kebijakan ekonomi
yang dapat dideduksi atau disimpulkan secara logis. Kemudian, mereka
menampilkan gagasan bahwa sistem pasar adalah sebuah mekanisme yang
menyetabilkan distribusi pendapatan. Sistem pasar bekerja secara efisien tanpa
banyak campur tangan atau intervensi pemerintah.
2

Pemikiran ekonomi klasik, dalam geografi sekarang, berkembang di Benua


Eropa. Saat itu, alat percetakan untuk menggandakan buku telah tersedia, sehingga
telah terjadi penyebaran gagasan tertulis dari satu bangsa ke bangsa lain. Kamera
photo dalam bentuk obscura juga sudah mulai diexercise, tapi belum banyak
digunakan. Pelayaran melalui samudera juga sudah ramai. Orang-orang Eropa saat
itu, terutama setelah berdirinya perusahaan multinasional Inggris, East India
Company, dan Belanda, yaitu Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) telah
melakukan perdagangan melalui jalur laut, hingga ke kawasan Asia, atau nusantara
yang kita tinggali sekarang dengan nama Indonesia.
Selanjutnya mari kita kaji pemikiran politik ekonomi klasik.

Adam Smith
Ia lahir disebuah tempat di Skotlandia, yaitu Kirkcaldy pada Tahun 1723.
Pada usia 14 tahun, ia telah kuliah di University of Glasgow. Di kampus itu, ia
dipengaruhi oleh filsafat Francis Hutcheson yang mengajarkan isu-isu ekonomi dan
yang membawa Smith untuk berkomunikasi dengan seorang filsuf yang bernama
David Hume. Ketiga orang tersebutlah yang menjadi figur berpengaruh dalam
pencerahan Scotlandia (Scottish Enlightenment).
Smith ditetapkan sebagai professor atau guru besar logika di University of
Glasgow pada Tahun 1751. Kemudian ia melebarkan gagasannya pada filsafat
moral. Artefak pemikirannya masih tersimpan dengan baik. Terbukti dari buku
yang ia publikasikan Tahun 1759 dengan judul The Theory of Moral Sentimens.
Smith kemudian meninggalkan kampus pada Tahun 1764, bekerja pada Duke of
Buccleuch sebagai tutor study tour ke Francis. Pengalamannya di Francis, sempat
menghadiri pertemuan dengan para pemikir Physiocrats. Dan, pada masa itulah
Smith menulis buku Wealth of Nations. Buku tersebut dikerjakannya selama
beberapa tahun setelah kembali ke Scotlandia. Dua tahun setelah Wealth of Nations
dipublikasikan, Smith diterima sebagai komisioner, yaitu pada Customehouse di
Scotlandia”, dikutip dari Anderson dkk (1985). Ia menampilkan prestasi pada
perusahaan tersebut. Dalam kurun waktu 7 tahun, ia dapat menghasilkan
penerimaan empat kali lipat lebih besar dari pertama ia masuk customehouse
tersebut. Customehouse adalah sepersis kantor bea cukai yang mengelola barang
masuk dan keluar di Skotlandia. Tugas Smith sebagai komisioner adalah
merumuskan dan melaksanakan regulasi perdagangan antar negara.
Smith juga memublikasikan beberapa buku lain. Ia menulis tentang filsafat
moral, sejarah astronomi, asal muasal bahasa, hubungan antara music, tarian dan
puisi. Namun dari semua tulisan yang telah dipublikasi, buku Wealth of Nations
adalah yang paling berpengaruh atau popular.
Kita hanya sepintas saja memahami buku Wealth of Nations. Buku tersebut,
seperti halnya industri buku saat ini, telah mengalami beberapa revisi. Pada website
History of Economic Thought, tercatat telah mengalami 6 kali revisi oleh Smith
sebelum ia meninggal dunia. Meski Smith adalah Scottish, namun buku Wealth of
Nations ditulis dengan bahasa Inggris. Pada Gambar 1 dan 2 ditampilkan cover dan
daftar isinya, masing-masing untuk edisi pertama dan kelima. Ini adalah artefak
pengetahuan yang mengawali ramainya pembicaraan tentang ‘politik ekonomi”
klasik yang dimaksud pada awal bab ini.
3

Gambar 1. Cover Buku WN Edisi Pertama dan Kelima

Perhatikan kedua gambar tersebut. Perusahaan cetak bukunya adalah W.


Strahan berpartner dengan Thomas Cadell. Strahan adalah seorang politisi, anggota
parlemen di Kerajaan Inggris. Artefak ini membuktikan bahwa pada abad ke-17
telah berkembang perusahaan percetakan buku. Strahan juga menyediakan jasa
untuk mencetak dokumen-dokumen kerajaan Inggris saat itu. Bagi saya, artefak ini
menunjukkan bahwa komunikasi keilmuan saat itu telah difasilitasi oleh percetakan
buku. Bisa dibayangkan, jika buku setebal Wealth of Nations digandakan dengan
cara tulis tangan, maka penyebaran pengetahuannya akan sangat lambat.
Perusahaan percetakan telah membantu penyebaran pemikiran Smith kepada
pembaca di daerah atau bangsa-bangsa lain. Saat ini penyebaran buku telah
canggih. Tersaji dalam bentuk elektronik dengan daya penyebaran yang sangat
cepat. Oleh karena itu, komunikasi keilmuan saat ini seharunya lebih cepat juga.
Perhatikan juga, terdapat aksara yang berbeda. Pada edisi pertama, tertulis
‘caufes’, sedangkan edisi kelima ditulis ‘causes’. Perbedaan ini mungkin
menunjukkan terdapat perubahan ejaan atau tata bahasa atau peruntukkan buku
setiap edisi tersebut pada saat itu.
Oke, kita kembali pada isi yang terkandung pada Wealth of Nations.
Terdapat enam ide pokok yang perlu kita pahami. Pertama, mengenai sifat manusia.
Kedua, mengenai pembagian kerja. Ketiga, mengenai kebebasan alam dan tangan
ghaib. Keempat, mengenai keterlibatan pemerintah dalam kehidupan ekonomi.
Kelima, tentang nilai (value), dan terakhir tentang distribusi pendapatan.
Pemahaman terhadap sifat manusia adalah dasar untuk memahami cara
kerja ekonomi dalam pandangan Smith. Dalam pembelajaran ekonomi saat ini kita
4

temukan dalam memahami suatu teori. Asumsi perilaku manusia adalah komponen
dari teori yang kita pelajari saat ini. Sifat pertama dari manusia menurut Smith
adalah mementingkan diri sendiri atau sering disebut self-interest, dan mencoba
meraih posisi terbaik. Sifat ini adalah penyebab terjadinya perkembangan
masyarakat. Sifat keduanya adalah manusia cenderung untuk melakukan
pertukaran. Sifat kedua ini menimbulkan apa yang disebut dengan spesialisasi
keahlian setiap orang yang membedakannya dengan orang lain.
Pembagian kerja timbul dari sifat kedua manusia yang tadi. Pembagian kerja
dapat meningkatkan produktivitas. Smith mengambil proposisi demikian dari
pengamatanya pada pabrik peniti atau pin factory, sebuah barang yang tampak
sepele menurutnya.1 Ia mengamati dua cara kerja. Pertama, produksi peniti yang
dikerjakan sendiri. Kedua, produksi peniti dengan pembagian kerja. Cara kerja
pertama hanya menghasilkan 12 peniti per hari. Cara kerja kedua dilakukan dengan
membagi pekerjaan kepada 10 orang, dan hasilnya adalah sekitar 48 ribu peniti per
hari. Jika jumlah tersebut dibagi dengan 10 pekerja, maka per orang pekerja mampu
menghasilkan 4800 peniti per hari. Jika harga peniti sebesar 1 rupiah misalnya,
maka pendapatan pekerja pada cara kerja pertama hanya 12 rupiah, dan 4800 rupiah
bagi tiap orang pekerja yang memproduksi dengan pembagian kerja. Pembagian
kerja juga memberikan keahlian spesifik, istilah Smith adalah dexterity. Pembagian
kerja menjadi prasyarat untuk memperoleh kemakmuran seseorang dan suatu
bangsa.
Kebebasan alam yang dijelaskan Smith, maksudnya adalah kebebasan untuk
memilih profesi, dan merdeka untuk hidup, dan simpulan umumnya adalah
kemerdekaan dalam akivitas perdagangan domestik dan internasional. Ungkapan
ini terkait dengan pekerjaan Smith yang sempat menjadi komisioner pada bea cukai
di Scotlandia. Tentu, sebagai komisioner yang membuat regulasi perdagangan
ekspor dan impor itu, Smith mimiliki pengetahuan tentang perdagangan
internasional. Selanjutnya apakah kebebasan manusia itu akan menyebabkan
terjadinya konflik? misalnya kasus pembunuhan atau pencurian dalam bisnis.
Disinilah letak argumentasi invisible hand atau tangan ghaib tadi. Menurutnya,
invisible hand akan memotivasi manusia untuk berbuat baik. Alasan detailnya
disajikan pada buku yang dipublikasikan sebelumnya, yaitu The Theory of Moral
Sentiments atau Teori Perasaan Moral.
Baiklah Saya ambil perumpamaan yang Saya buat sendiri. Jika suatu siang
hari, kita mendengar ada orang mencopet kalung seorang Ibu tua, maka sontak rasa
benci terhadap si pencopet akan muncul pada hati kita, sebaliknya akan merasa
kasihan kepada Ibu tua itu. Inilah yang disebut dengan sympathy. Kemudian,
setelah si pencopet itu digebugin oleh banyak orang disana, sebut saja wajahnya
berlumuran darah, kepalanya sobek, bibirnya sobek, dan tanganya patah, maka
sebagian besar orang akan merasa kasihan. Fenomena ini saya coba konfirmasi
pada beberapa orang mahasiswa saya, hasilnya seperti ini :

1
Dikutif dari buku terjemahan WN yang disediakan oleh www.elecbook.com
5

Perhatikan, terjadi perubahan rasa atau sentiment dari benci menjadi kasihan
kepada si pencopet. Perubahan ini terjadi karena si pencopet menerima hukuman
yang lebih besar dari kejahatan yang dilakukannya. “Seseorang tidak akan
melakukan tindakan kejahatan, karena ia juga takut dijahati oleh orang lain”, itulah
logika invisible hand yang dapat kita pahami. Ketika masyarakat memiliki nilai
sympathy demikian, maka kebebasan yang mereka miliki dianggap tidak akan
membentuk perilaku jahat pada individu dan masyarakat.
Saya berpendapat, terdapat pesan ‘politik ekonomi’ tersembunyi di
dalamnya. Dimana, liberalisasi atau kebebasan yang dimiliki pelaku ekonomi tidak
akan menimbulkan tindakan kriminal, jika tatanan hukum yang berlaku memiliki
legitimasi dan wibawa untuk dipatuhi seluruh pelaku ekonomi. Kemudian tekanan
sosial dan moral pada suatu masyarakat juga akan membatasi bias kebebasan
tersebut pada rencana-rencana jahat. Pada sebuah film pendek pada channel
youtube milik Martin Hogan (2015), ditampilkan adegan pertanyaan Smith pada
seorang pekerja yang bermimpi ingin memiliki pabrik jarum atau peniti. Smith
mengajukan pertanyaan, “kenapa Anda tidak membunuh pemilik pabriknya ?
kenapa Anda tidak mencuri pabriknya saja ? Pekerja itu menjawab bahwa ia takut
oleh siksaan Tuhan, takut dipenjara, dan takut akan Ibunya. Tiga ketakutan
demikian menampilkan bahwa dalam diri seseorang terdapat tekanan teologis
(ketuhanan), tekanan moral, dan tekanan sosial. Tiga tekanan itu seolah dibungkus
dengan istilah the invisible hand oleh Smith. Jika digeneralisasi, maka seseorang
akan mengambil tindakan-tindakan yang rasional dibandingkan dengan melakukan
tindakan yang melawan ajaran agamanya, dan nilai-nilai masyarakatnya. Simpulan
dari pelajaran ini adalah bahwa kebebasan ekonomi manusia terikat pada kepatuhan
terhadap hukum, sosial, dan moral.
Oleh karena itu, wajar jika implikasi arsitektur ekonomi Smith adalah
terbatasnya peran pemerintah dalam kehidupan ekonomi. Proposisi yang dapat kita
ambil adalah [1] pemerintah tidak boleh memberikan hak monopoli pada pihak
swasta, [2] pemerintah tidak akan mampu meregulasi perekonomian untuk
kepentingan seluruh anggota masyarakat, dan [3] peran pemerintah adalah
6

melindungi masyarakat dari ancaman, dan memelihara ketahanan nasional,


kemudian memberikan administrasi yang adil, serta menyediakan barang public
(jalan, jembatan, pelabuhan laut, bandara).
Selanjutnya Smith mengemukakan teori nilai. Refferensi teorinya bermula
dari Aristoteles, yang mengemukakan nilai guna dengan nilai dalam pertukaran.
Smith menampilkan dua obyek, yaitu air dan berlian. Air, nilai gunanya sangat
tinggi. Orang akan sulit hidup tanpa air, tapi dalam pertukaran, air memiliki nilai
yang rendah. Sementara, berlian, nilai gunanya rendah. Orang tidak akan kesulitan
hidup tanpa berlian, tapi dalam pertukaran, berlian memiliki nilai yang sangat
mahal. Pengamatan ini memberi jalan bagi Smith untuk mengemukakan topik
tentang ‘harga’. Harga, menurutnya, ditentukan oleh permintaan dan penawaran.
Asumsi dasarnya adalah terdapat ‘harga alami’ yang akan muncul ketika upah,
biaya dan keuntungan berada pada tingkat yang wajar. Tingkat harga komoditi akan
menuju tingkat harga alami.
Terakhir adalah mengenai distribusi pendapatan. Upah, sewa dan
keuntungan adalah variabel yang menjadi bahasan distribusi pendapatan. Upah
adalah pendapatan bagi pekerja, sewa adalah pendapatan bagi pemilik asset (lahan,
gedung), dan keuntungan adalah pendapatan bagi pengusaha. Tingkat upah
ditentukan oleh kesepakatan, upaya yang dibutuhkan untuk memperoleh keahlian
atau profesi, dan kepastian memperoleh mata pencaharian dari keahlian tersebut.
Sementara itu, keuntungan akan meningkat seiring meningkatnya resiko, dan sewa
adalah apa yang tersisa atau residual dari penjualan setelah upah dan keuntungan.
Dalam logika sekarang sewa adalah penjualan dikurangi pengeluaran untuk upah
dan keuntungan.

Jean-Bapsites Say
J.B. Say membaca Wealth of Nations ketika ia berumur 20 tahun. Lima
belas tahun kemudian ia memublikasikan buku dalam bahasa Francis ‘Traite
d’economie politique’ tahun 1803. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan ‘A
Treatise on Political Economy’ atau ‘risalah politik ekonomi’. Buku Say
mendiseminasikan atau berhasil menyebarkan gagasan Smith pada bangsa-bangsa
di benua Eropa.
7

Say dikenal sebagai pioneer atau pelopor teori nilai subyektif yang nantinya
memunculkan pemikiran ahli ekonomi neoklasik. Menurut Say, harga mengukur
nilai, dan nilai mengukur utility atau kegunaan. Utility adalah dasar untuk
membahas harga. Ahli ekonomi saat ini juga mengingat Say dengan sesuatu yang
disebut ‘Hukum Say’, yaitu “penawaran menciptakan permintaan”.

Thomas Robert Malthus


T.R. Malthus mempelajari beberapa ilmu. Filsafat, matematika, teologi. Tahhun
1805, ia menjadi guru besar sejarah dan politik ekonomi di East India College dekat
London.

Terdapat satu buku Malthus yang sekurang-kurangnya perlu kita ketahui.


Yaitu, Essay on the Principle of Population (1798). Buku ini memperoleh dukungan
dari Ricardo dan J.S. Mill, yang kemudian menjadi Malthusianisme.
8

Dalam pengantar buku edisi pertama, Malthus mengungkapkan isu


perkembangan masyarakat di masa mendatang (future improvement of society).
Penduduk harus berada pada tingkat yang subsisten. Bahan bacaan yang
dikoleksinya tidak menampilkan bagaimana tingkat hidup yang subsisten tersebut.
Inilah yang memotivasi Malthus untuk menjelaskannya melalui buku. Subsisten
yang dimaksud adalah ketersediaan bahan makanan pokok. Narasi pada bukunya
dapat dikatakan modern secara keilmuan, karena telah menggunakan kaidah-kaidah
logika yang berurut. Ia menampilkan postulat-postulat dari hasil temuannya. Salah
satu postulat yang popular adalah :

Penduduk meningkat dengan rasio geometris.


Subsistensi atau bahan makanan pokok hanya meningat dengan rasio aritmetik.

Agar masa depan masyarakat ‘sejahtera’, maka penduduk dan subsistensi harus
sama. Ia mendeduksi formulasi kebijakan dengan pemikiran untuk mengendalikan
jumlah penduduk.

David Ricardo
David Ricardo lahir dari keluarga kaya di London Tahun 1772. Ayahnya
adalah imigran dari Amsterdam. Ayahnya seorang stockbroker atau pengelola
saham. Pada usia 14 tahun, Ricardo mengikutinya. Tujuh tahun kemudian
meninggalkan agama Yahudi, dan menikah dengan perempuan Kristen. Tahun
1810, Ricardo menjadi partisipan diskusi kebijakan moneter yang berpengaruh. Ia
menjelaskan bahwa inflasi di Inggris terjadi karena kelebihan surat berharga. Ia
juga sempat menjadi anggota parlemen pada Tahun 1819.
Ricardo menulis buku yang berjudul On The Principle of Political Economy
and Taxation pada Tahun 1817.
9

1 3

Pada pengantar buku edisi ketiga, Ricardo menampilkan pengertian masalah


prinsip politik ekonomi. Bermula dari pandangan umumnya, “Hasil bumi, yang
diambil dari permukaanya (surface) dengan menggunakan tenaga kerja, mesin, dan
modal, dibagi ke dalam 3 kelas masyarakat, yaitu pemilik lahan, pemilik modal,
tenaga kerja yang digunakan industri” tutur Ricardo. Istilah industri digunakan
untuk menunjukkan sekumpulan produk sejenis. Misalnya industri pakaian terdiri
dari pengusaha-pengusaha yang menghasilkan pakaian. Imbalan bagi tenaga kerja
disebut upah. Imbalan bagi pemilik lahan disebut sewa, dan imbalan bagi pemilik
modal adalah keuntungan. “Upah, sewa dan keuntungan akan berbeda-beda pada
setiap kelompok masyarakat, tergantung pada perbedaan kesuburan tanah, modal
yang terakumulasi, keahlian, kecerdasan dan jumlah penduduknya, serta peralatan
yang digunakan dalam pertanian” tutur Ricardo. Jadi masalah prinsip politik
ekonominya adalah bagaimana menurunkan atau merumuskan dalil yang
meregulasi atau menentukan distribusi tersebut. Yang dimaksud adalah distribusi
pendapatan kepada tenaga kerja, pemilik lahan dan pemilik modal.
Pada buku tersebut, Ricardo menjelaskan distribusi pendapatan fungsional,
yaitu distribusi pendapatan antara pekerja, kapitalis, dan tuan tanah. Teori nilai
menjadi elemen penting. Menjelaskan dampak perkembangan teknologi terhadap
kesempatan kerja. Warisan penting bagi para ekonomi berikutnya adalah dalam hal
metodologi. Ricardo bekerja dengan model teoritis dan mengembangkan metode
deduktif dalam ilmu ekonomi. Biasanya dimulai dengan menggunakan asumsi
untuk mendeuksi teorema dalam tahapan logika yang jelas. Sementara, cara kerja
Smith bersifat induktif yang dimulai dengan pengamatan dunia nyata untuk
kemudian diambil prinsipnya secara umum.
Pada bab pertama, Ricardo menjelaskan tentang nilai. Pembahasan ini
mengacu pada teori nilainya Smith. “Supaya nilai dapat dipertukarkan, maka setiap
komoditi harus memiliki utility. Komoditi memberikan nilai pertukaran
berdasarkan kelangkaannya dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses
produksi”, tutur Ricardo. Ia membedakan tenaga kerja untuk memproduksi barang
antara dengan barang akhir. Barang antara adalah barang untuk keperluan proses
produksi, contohnya mesin. Barang akhir adalah barang yang siap digunakan oleh
masyarakat. Terdapat proporsi modal-tenaga kerja yang berbeda pada dua barang
tersebut.
Sewa lahan atau rent, menurut Ricardo adalah bagian yang dihasilkan oleh
bumi, yang diberikan kepada pemilik lahan atau landlord atas penggunaan
kesuburan lahan. Sewa lahan tergantung pada tingkat kesuburannya. Tingkat
10

kesuburan lahan menentukan keuntungan. Pemilik lahan yang subur akan


menerima tingkat sewa yang lebih mahal dibandingkan dengan pemilik lahan tidak
subur. Pada lahan subur, biaya produksinya lebih murah, karena, sebut saja, tidak
ada tambahan biaya untuk pupuk, sedangkan pada lahan tandus, biaya produksinya
mahal, karena harus menambah input untuk menunjang pertumbuhan tanaman,
sebut saja pupuk. Biaya produksi pemilik lahan tandus lebih besar atau mahal. Jika,
komoditi yang ditanam adalah jagung, dan harga pasar (pertukarannya) sama, maka
pemilih lahan subur akan memperoleh kentungan lebih besar dari pemilik lahan
tandus.
Ricardo mendorong perdagangan internasional, karena akan memberikan
manfaat besar bagi suatu bangsa. “Di bawah sistem perdagangan yang sangat bebas,
setiap negara akan mengalokasikan modal dan tenaga kerja sebermanfaat mungkin”
tutur Ricardo. Ia menampilkan teori keunggulan komparatif atau perbandingan
biaya sebagai dasar untuk memutuskan spesialisasi jenis komoditi yang harus
diproduksi. Spesialisasi produksi berdasarkan keunggulan komparatif akan
memberikan manfaat efisiensi bagi negara yang bertransaksi. Contoh untuk
pengambilan keputusannya diperagakan melalui Tabel ini :

Tabel : Jumlah Tenaga Kerja untuk Produksi Pakaian dan Minuman


di Inggris dan Portugal
Pakaian Minuman
Inggris 100 120
Portugal 90 80

Portugal menampilkan produksi komoditi pakaian dan minuman yang lebih efisien
dibandingkan Inggris. Produksi pakaian dalam 1 tahun memerlukan 80 orang
tenaga kerja, sedangkan Inggris menggunakan lebih banyak pekerja, yaitu 100
orang. Begitupun halnya dengan alokasi pekerja untuk produksi minuman. Secara
komparatif, negara mana yang memiliki keunggulan dalam produksi pakaian dan
minuman ? Metode yang dirumuskan Ricardo disajikan pada Tabel ini :

Tabel : Perbandingan Biaya Produksi Pakaian dan Minuman


di Inggris dan Portugal
Pakaian Minuman
Inggris 100/90 = 1.1 120/80 = 1.50
Portugal 90/100 = 0.9 80/120 = 0.67

Bilangan rasional terkecil menunjukkan efisiensi penggunaan tenaga kerja.


Simpulannya, Inggris akan lebih efisien dalam produksi pakaian, karena 1.1 < 1.50,
sedangkan Portugal akan lebih efisien dalam produksi minuman, karena 0.67 < 0.9.
Inggris hanya butuh 1.1 tenaga kerja untuk memproduksi 1 unit pakaian per tahun,
sedangkan untuk produksi minuman butuh tenaga kerja lebih banyak yaitu 1.50
orang. Contoh ini, tentu saja dalam kenyataanya tidak realistik dengan mengatakan
tenaga kerja dalam ukuran desimal, tapi simpulannya tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk memproduksi 1 unit pakaian per tahun lebih sedikit dibandingkan minuman.
Jadi, agar transaksi dua negara tersebut memberikan manfaat (gain), maka Inggris
spesialisasi dalam produksi pakaian, dan Portugal dalam produksi minuman.
11

John Stuart Mill


Politik ekonomi klasik mencapai puncaknya melalui pemikiran J.S. Mill. Mill
adalah filosof, dipengaruhi oleh semangat pemikiran ilmiah ayahnya, James Mill.
Ia memberikan kontribusi berupa logika dan menjadi pelopor utilitarianisme, yaitu
teori filsafat moral yang memiliki pemahaman bahwa tindakan manusia ditentukan
dan mempertimbangkan kemanfaatan publik dan individu. Buku J.S. Mill yang
menjadi referensi hingga pertengahan abad ke-19 adalah Principles of Political
Economy with Some of Their Applications to Social Philosophy, atau diterjemahkan
dengan Prinsip Politik Ekonomi dengan Beberapa Aplikasinya terhadap Filsafat
Sosial.

Pada kata pengantarnya, Mill menginformasikan bahwa pembahasan politik


ekonomi mengemuka setelah Smith memublikasikan Wealth of Nations. “Wealth
of Nations ….. telah sangat mengesankan dirinya sendiri di benak orang-orang di
dunia dan para pembuat undang-undang” tutur Mill. Sekaligus, Mill juga
mengkritik apa yang perlu dikembangkan dari diskusi tentang politik ekonomi saat
itu. Ia menerangkan bahwa beberapa tahun sebelum menerbitkan bukunya, terdapat
diskusi popular tentang mata uang (currency) dan perdagangan antar negara.
Kemudia ia mengatakan bahwa politik ekonomi perlu dikaji ulang dalam konteks
yang lebih luas. “Politik ekonomi tidak dapat dipisahkan dengan cabang filsafat
sosial lainnya” tutur Mill dalam pengantar bukunya. Dari sini kita dapat memahami
kenapa ada kalimat ‘..with some of their applications to social philosophy’ pada
judul bukunya.
Mill menampilkan kritiknya terhadap gagasan yang berkembang ketika
bukunya ditulis. Ia mengatakan bahwa saat itu muncul tulisan-tulisan sepersis
Smith yang diadaptasikan atau disesuaikan dengan pengetahuan dan gagasan saat
itu. Ada beberapa bagian ‘Wealth of Nations’ yang using dan berkurang
kesempurnaannya, seiring dengan perkembangan masyarakat. Temuan inilah yang
memotivasi Mill untuk menulis buku ‘Principle of Political Economy’.
Politik Ekonomi ditempatkan Mill sebagai suatu cabang ilmu. Ungkapan ini
sangat jelas ditemukan pada bagian awal bukunya. “Politik Ekonomi sebagai
12

cabang ilmu sangat-sangat modern,…..” tulisanya pada alinea pertama bagian


preliminary. Subyek yang dikajinya adalah kemakmuran. Mill memberikan
informasi bahwa saat itu politik ekonomi telah menjadi profesi penulis yang khusus.
Mereka mengajar, menyelidiki atau meneliti sifat kemakmuran, dan dalil produksi
serta distribusinya.
Principle of Political Economy di dalamnya mengandung tiga buku. Setiap
buku terdiri dari beberapa bab. Struktur tulisan demikian memang telah ditemukan
atau tampak terbiasa saat itu. Begitupun dengan struktur buku sebelumnya, seperti
Smith dan Ricardo. Pada buku 1, Mill menjelaskan produksi yang disusun ke dalam
13 bab. Topik utama pada buku 1 itu adalah tentang tenaga kerja dan modal. Buku
2 menjelaskan distribusi yang disusun ke dalam 16 bab. Setelah memahami judul
setiap bab, istilah distribusi pada buku 2 membungkus penjelasan tentang distribusi
pendapatan, bukan distribusi barang dari produsen ke konsumen. Lebih tepat
dengan distribusi hasil produksi kepada para pihak yang terlibat dalam kegiatan
produksi. Bab 2 ini tampak melanjutkan isu yang dibahas oleh Ricardo. Jejak
gagasan Ricardo pada buku 2 Mill terlihat dengan jelas sekali. Bahkan, Mill
menampilkan penjelasan sosial lain, seperti perbudakan, pekerja bagi hasil
(metayer), kontrak pekerja di pertanian (cottiers) yang berbasis persaingan, upah,
keragaman upah, keuntungan, dan sewa. Disini kita melihat adanya konsistensi
dengan gagasan sebelumnya, yaitu Ricardo dan pemikir lain saat itu. Pada buku 3,
Mill menjelaskan tentang pertukaran (exchange). Bab yang terbungkus pada buku
tiga adalah monolog tentang nilai, nilai dalam permintaan dan penawaran, nilai
dalam biaya produksi, analisis akhir biaya produksi, nilai dalam sewa, simpulan
tentang nilai. Pada buku 3 tampak bahwa Mill menambah penjelasan tentang nilai.
Bahkan, sangat mengagetkan ketika Mill menjelaskan nilai dalam permintaan dan
penawaran, ia mengutip teori Thomas de Quincey (1785-1859). Saya cari, dan saya
peroleh buku Quincey. Wow, luar biasa, Quincey sudah menggunakan algoritma
untuk menjelaskan tentang utility dan nilai. Ini, kita simpan saja sebagai pekerjaan
rumah untuk dipelajari atau kita simpan sebagai bahan diskusi untuk
pengembangan materi sejarah pemikiran ekonomi. Soalnya, nama Quincey jarang
sekali dibahas oleh para ekonom. Ada satu bukunya berjudul “Logic of Political
Economy” yang perlu kita bedah,

Karl Marx
Marx, panggilannya, lahir di German pada Tahun 1818. Umurnya beda 95 tahun
dengan Smith yang mempelopori diskusi politik ekonomi. Ia belajar ilmu hukum
dengan filsafat dan seajarah di Bonn dan Berlin. Kemudian memperoleh gelar
13

doctor filsafat di Jena. Karirnya dimulai sebagai jurnalis dan editor suratkabar
bernama Rheinische Zeitung. Marx aktif dalam kehidupan politik ketika terjadi
revolusi demokrasi di beberapa negara Eropa. Ia menjadi lebih radikal dan aktif
dalam Liga Komunis pada Tahun 1847. Ia punya teman sekaligus sponsornya,
namanya Friedrich Engels (1820–95). Kemudian mereka memublikasikan buku
Communist Manifesto (1848) sebagai program dari Liga Komunis. Pada Tahun
1849, Marx pindah ke London hingga akhir hayatnya disana.
Ia melakukan kritisime terhadap tulisan politik ekonomi sebagai bagian dari
pandangan politik yang ia komunikasian saat itu. Marx menolak dengan tatanan hak
kepemilikan perorangan atas alat-alat produksi. Secara refferensi, Marx
mengagumi pemikiran Ricardo yang telah kita ulas sebelumnya, khususnya
metodologi deduktif yang digunakan Ricardo. Pemikiran Ricardo bersenyawa
dengan pemikiran Hegel yang sebelumnya dipelajari Marx. Setelah mempelajari
politik ekonomi selama 2 dekade atau sekitar 20 tahunan, Marx kemudian
memublikasikan bukunya Volume I yang berjudul’Das Kapital’ yang berbahasa
Jerman, yang dalam Bahasa Inggris diterjemahkan ‘Capital ; Kritik Politik
Ekonomi’ pada Tahun 1867. Volume II dan III dipublikasikan Tahun 1885 dan
1894. Volume II menjelaskan proses sirkulasi kapitalis. Volume III menjelaskan
proses produksi kapitalis secara keseluruhan, yang didalamnya juga menjelaskan
sejarah teori nilai surplus.

Hingga memasuki awal abad ke-20, sekitar 1900an, buku Marx masih
diproduksi dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Ini berkat Friederich Engle
yang meneruskan penulisan dan penyebaran gagasannya. Saya memiliki naskah
Volume I edisi ketiga yang dipublikasikan oleh Random House, Inc. Tentu saja
buku ini dilegalkan setelah Google berupaya memasukannya ke dalam public
domain. Volume 1 disusun menjadi 6 bagian (parts) yang saya terjemahkan sebagai
berikut :
1. Komoditi dan uang
2. Transformasi uang menjadi modal
3. Produksi nilai surplus absolut
4. Produksi nilai surplus relative
5. Produksi nilai surplus absolut dan relative
6. Upah
7. Akumulasi modal
8. Definisi akumulasi primitif
14

Memahami buku Marx cukup sulit dibandingkan buku yang ditulis para
pemikir klasik sebelumnya. Ungkapan ini juga dinyatakan Marx pada pengantar
edisi pertama. “Untuk memahami bagian pertama, tidak terkecuali bagian yang
membahas tentang komoditi, menampilkan kesulitan besar” tutur Marx pada
pengantar edisi pertama. Jadi, pada bagian ini, kita tidak berharap untuk memahami
pemikiran Marx secara menyeluruh, melainkan hanya memahaminya sepintas, dan
sisanya menjadi pekerjaan rumah masing-masing untuk memahaminya pada suatu
keperluan akademik. Beberapa penulis pada masa Marx juga menganggap sulit
penuturan gagasan Marx dengan dialek Jerman” tutur Marx pada pengantar edisi
kedua.
Marx tidak mengadopsi filsafat Hegel secara taklid. Ia menyatakan sendiri
bahwa terdapat pemikiran yang berbeda dengan Hegel, bahkan ia memberikan
kritik terhadap pemikiah Hegel. Contohnya:

Marx fokus dengan memahami sifat produksi kapitalis. Obyek yang ia


tampilkan adalah industri dan pekerja pertanian di Inggris. Saat bukunya ditulis,
Amerika merayakan kemerdekaan dan di Inggris terjadi perpecahan. Tujuan
buku..mencoba mengambil dalil tentang perkembangan masyarakat…the natural
law of its (society) movement…evolusi pembentukan ekonomi masyarakat sebagai
proses sejarah alam.
Kita akan mengambil dua gagasan Marx : [1] Nilai dan modal, dan [2]
Reproduksi, pertumbuhan dan krisis. Kita perlu mencatat bahwa sejauh ini,
pembahasan tentang ‘nilai’ atau ‘value’ menjadi topik yang senantiasa mengawali
dan memenuhi pemikiran politik ekonomi klasik. Bahkan, hingga sat ini pun, ketika
Saya bertemu dengan teman berpikir Saya sehari-hari, pembahasan tentang ‘nilai’
selalu saja muncul dalam percakapan. Bahkan ‘nilai’ yang diambil lebih luas lagi
bersumber dari fenomena hidup yang dianggap berarti.
Seperti para pemikir sebelumnya [Smith, Ricardo dan Mill], Marx
mangawali analisisnya mengenai nilai. Cara pandang Marx bermula dari frase
‘mode of production’, yaitu ‘produksi dan akumulasi modal diperoleh melalui
eksploitasi tenaga kerja dalam sistem pasar berbasis pertukaran yang setara (equal
exchange)’.
15

Mari kita pelan-pelan mengkaji resume pemikiran Marx.


Dalam masyarkat sosialis, komoditi diproduksi untuk memenuhi kebutuhan
pasar. Setiap komoditi punya dua sisi, yaitu, bentuk alami atau nilai guna, dan
bentuk sosial yang dapat dipertukarkan. Nilai pertukaran adalah bentuk nyata atau
menampilkan jasa tenaga kerja (human labor) dari komoditi yang dimaterialisasi.
Dengan kata lain, dalam nilai pertukaran itu terkandung nilai tenaga kerja yang
diukur dengan satuan komoditi. Istilahnya sekarang adalah dimonetais dengan
uang.
Marx mengartikan ‘labour-power’ atau kekuatan kerja sebagai komoditi
pekerja yang dimasukan pada bagian kerjanya dengan menjual komoditi tersebut
pada periode tertentu. Dalam persaingan, rata-rata upah cenderung sama dengan
nilai kekuatan kerja, yang ditentukan oleh kebutuhan bahan makanan, tempat
tinggal, dan pendidikannya. Bagi Marx, kekuatan kerja adalah komoditas khusus
yang dapat menciptakan nilai lebih besar dari biaya produksinya. Kekuatan kerja
adalah komoditi yang dapat menghasilkan nilai surplus di atas upahnya.
Modal atau capital, bagi Marx, adalah komoditi atau barang-barang yang
diproduksi untuk mengubah uang yang diinvestasikan supaya menghasilkan uang
yang lebih besar atau yang disebut dengan keuntungan atau profit. Kapitalis atau
pemilik modal membeli alat-alat produksi seperti mesin, bahan baku dll, dan
kekuatan tenaga kerja, dan mengombinasikannya untuk memproduksi komoditi
tertentu untuk dijualnya. Dengan jumlah penawaran tenaga kerja yang tetap, maka
rata-rata waktu kerja akan lebih lama dari yang dibutuhkan untuk menutupi biaya
produksi, baik untuk membiayai tenaga kerja maupun barang modal. Surplus
diambil alih oleh para kapitalis. Surplus atau keuntungan adalah sumber
keuntungan, yaitu tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan. Keuntungan,
sebagian atau seluruhnya, dapat diinvestasikan kembali untuk memperluas usaha
dan akan menambah penggunaan tenaga kerja. Inilah yang disebut akumulasi modal
oleh Marx. Siklusnya diilustrasikan sebagai berikut :

Surplus → Reinvestasi → Penyerapan Tenaga Kerja → Surplus → dst

Pada Buku Das Kapital Volume II dan III, Marx focus dengan sirkulasi
produksi atau perputaran produksi, dan reproduksi ‘social aggregate capital’ atau
‘modal sosial aggregat’. Kata ‘aggregate’ ini diartikan sebagai jumlah keseluruhan
atau penjumlahan. Jika produksi perusahaan A = 20, perusahaan B = 30, perushaan
C = 40, maka produksi aggregatnya adalah 90. Jejak pemikiran Ricardo terlihat
jelas. Marx berargumen bahwa perekonomian dibagi menjadi dua sektor : sektor
yang memproduksi alat produksi atau barang modal, dan sektor yang memproduksi
komoditi yang dibutuhkan konsumen. Tahap pertama dalam sirkulasi adalah
proporsionalitas dan waktu produksi dan sirkulasi beragam barang yang dibutuhkan
untuk mempertahankan perekonomian dalam stationary state atau dalam
‘keseimbangan’. Tahap kedua adalah kondisi pertumbuhan ekonomi. Kerangka
berpikir Marx ini di kemudian hari memengaruhi literature abad ke-20 mengenai
siklus bisnis dan pertumbuhan, meski namanya jarang dikutip oleh para ekonom.
Sekarang kita pahami sedikit konsep modal Marx. Modal, atau kita
simbolkan dengan ‘K’, ada 2 jenis. Modal konstan atau ‘c’ dan modal variabel atau
‘v’. Modal konstan adalah sejumlah uang untuk membiayai kebutuhan jenis barang
yang digunakan dalam produksi, seperti mesin, gedung, dan bahan baku. Modal
16

variabel adalah sejumlah uang, yaitu dalam bentuk upah, untuk membiayai
kebutuhan tenaga kerja yang digunakan dalam produksi. Jadi, ringkasnya, K = c +
v. Dalam literatur yang kita pelajari saat ini, istilahnya adalah ‘total biaya produksi’
atau ‘total cost’. Modal konstan dan variabel memiliki fungsi yang berbeda. Modal
konstan fungsinya adalah mengubah bentuk komoditi. Modal variabel fungsinya
adalah memberikan nilai guna atau use value pada komoditi. Modal variabel dalam
bentuk labour-power adalah sumber yang menghasilkan nilai surplus atau surplus-
value atau kita simbolkan ‘s’. Inilah bedanya dengan analisis sumber kemakmuran
Smith, Merkantilis dan Physiocrats yang telah dijelaskan pada materi sebelumnya.
Nilai surplusnya disebut juga dengan profit atau keuntungan. Marx mendefinsikan
tingkat keuntungan atau rate of profit atau kita simbolkan dengan ‘r’ sebagai rasio
antara nilai surplus dengan jumlah modal (c + v), atau r = s/(c+v).
Sekarang kita loncat pada analisis praktik pembangunan menurut Marx.
Menurut Marx, modal yang terakumulasi digunakan untuk membiayai kebutuhan
modal konstan untuk meningkatkan keuntungan melalui peningkatan produktivitas
kerja. Secara simbolis, artinya c/v atau intensitas modalnya meningkat terus.
Kapitalis akan terus mencari tenaga kerja yang bersedia dibayar dengan upah di
bawah upah pasar, yang, waktu itu tersedia dari bangsa lain dari daerah pertanian.
Peningkatan intensitas modal dengan bentuk demikian akan memberikan dampak
ganda menurut Marx. Ia menyebutnya seabagi law of capitalism atau dapat kita
artikan sebagai dalil kapitalisme. Dalil yang dimaksud adalah pernyataan tentatif,
bisa berubah-ubah tergantung kondisi dari elemen teorinya, yang diturunkan dari
metode berpikir yang digunakannya.
Peningkatan intensitas modal memberikan dampak jangka pendek dan
jangka panjang.
Dampak pertama, dalam jangka pendek, akan muncul flukuasi atau
gelombang siklikal. Dimana, pertumbuhan produktivitas kerja akan kuat dan
menghasilkan produksi yang berlebih atau over production. Nilai surplus kapitalis
semakin besar, tapi secara aggregate menekan tingkat upah pasaran. Menurunnya
tingkat upah pasaran akan menurunkan pendapatan pekerja dan menimbulkan under
consumptions. Banyak kebutuhan dasar atau subsisten pekerja yang tidak terpenuhi.
Under consumptions juga timbul karena bertambahnya pengangguran akibat
adanya substitusi ‘v’ dengan ‘c’ dalam proses produksi. Selanjutnya, permintaan
aggregate turun, sedangkan produksi makin banyak. Akhirnya harga akan turun
atau terjadi deflasi. Harga yang turun akan menimbulkan depresiasi terhadap modal
konstan.
Dampak kedua, yaitu dalam jangka panjang, akan ada kecenderungan kuat
jatuhnya tingkat keuntungan. Perhatikan persamaan r = s/(c + v). Jika ‘c’ atau modal
konstan dalam posisinya sebagai pembagi atau denominator persamaan tersebut
meningkat, maka ‘r’ atau tingkat keuntungan akan turun. Pada buku volume III Bab
14, faktor penangkalnya adalah murahnya harga modal konstan, eksploitasi tenaga
kerja yang lebih intensif, atau perdagangan luar negeri. Menurunnya tingkat
keuntungan akan memunculkan stagnasi atau kemandegan investasi, konflik berupa
perjuangan kelas pekerja, dan akhirnya mendorong revolusi sosialis.
17

Catatan : Jejak Pemikiran Politik Ekonomi Klasik


Politik ekonomi klasik, sebagai bentuk keilmuan, adalah bunda dari pemikir
neoklasik. Smith mencontohkan metode induktif dan gaya anecdotal. Ricardo
memberikan contoh numerik, dan Mill serta Marx memberikan contoh argumentasi
positif dan normative. Istilah Smith dan Ricardo mengenai keungggulan absolut
dan komparatif masih menjadi konsep yang digunakan ekonom sekarang. Istilah
Smith tentang invisible hand juga masih menjadi obyek studi. Analisis Marx
tentang siklus bisnis juga menginspirasi bukunya John Maynard Keynes, dan masih
menjadi obyek studi saat ini. Saat ini juga kita terus mengkaji isu pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi. Isu yang telah menjadi bahasan sejak Smith. Ini adalah
sumbangan mereka terhadap pengembangan teori dan metodologi dalam ilmu
ekonomi yang kita pelajari sekarang.

Anda mungkin juga menyukai