TUGAS
MATA KULIAH PENDALAMAN KONSEP IPA/KIMIA
OLEH:
NAMA : SUNYONO
NIM: 107966009
A. Pendahuluan
Kalor adalah energy yang dipindahkan dari sistem ke lingkungan atau dari
lingkungan ke sistem akibat adanya perbedaan suhu diantara keduanya. Secara
matematis ditulis
Q = C .T atau dQ = C.dT
.. (1)
a)
b)
Gambar 1. Proses penpndahan kalor dari system ke lingkungan (a), dan
dari lingkungan ke system (b)
Jika kalor dilepaskan oleh system ke lingkungan maka proses tersebut dinamakan
proses eksoterm, dan sebaliknya jika kalor diserap oleh system dari lingkungannya
dinamakan proses endoterm.
Pada hokum I Termodinamika, kalor sangat berpengaruh terhadap perubahan
energy dalam system, melalui persamaan:
dE = dQ + dW
(2)
Enthalpi (disimbolkan H)
Entropi (disimbolkan S)
Lima energy yang pertama (E, G, A, H, dan S) adalah suatu fungsi keadaan,
dimana perubahan terjadi hanya bergantung pada keadaan awal dan akhir dari suatu
3
Keadaan 1
Keadaan 2
Jalan b
Secara matematis, hasil integrasi dari kelima energy (E, G, A, H, dan S) adalah
dE= E
dA= A
dG= G
dH = H
, dan
dS= S
Oleh karena tidak bergantung pada jalannya proses maka integral siklusnya sama
dengan nol. Integral siklus adalah integrasi dari besaran termodinamik yang diperoleh
dari proses siklus. Proses siklus adalah proses dimana keadaan akhir berimpit dengan
keadaan awal.
dQ=Q
dW 0
dan
dQ 0
dW =W
., harga integral
a
b
b
Keadaan 1 (awal & akhir)
Keadaan 2
2 Z
2 Z
=
x y y x
.....
(3)
Karena
( xz ) =M (x , y )
, dan
( zy ) =N ( x , y)
ditulis menjadi:
( M( xy , y) ) =( N( xx, y) )
x
(4)
Persamaan (4) ini adalah syarat yang perlu dan cukup agar z = z(x,y) merupakan fungsi
keadaan dan berkelakuan baik. Differensial total dari suatu fungsi keadaan dan
berkelakuan baik, serta memenuhi syarat sebagaimana persamaan (4) disebut
differensial eksak, dan persamaan (4) disebut relasi Euler.
Bukti dari masing-masing kelima energy sebagai fungsi keadaan dan differensial eksak,
dibahas setelah diperoleh persamaan fundamental termodinamika dari kelima energy
tersebut.
Gambar 3. Fungsi keadaan dan perubahan energi yang tidak bergantung pada jalannya
proses (Suatu contoh proses pembakaran Oktana).
. (5)
Dari persamaan (5) dapat disimpulkan bahwa jika reaksi dilakukan pada tekanan tetap
maka perubahan kalor yang terjadi akan sama dengan perubahan entalpi sebab
perubahan tekanannya 0 (nol). Jadi, entalpi sama dengan besarnya energi dalam yang
disimpan dalam suatu sistem. Sehingga entalpi (H) merupakan energi dalam bentuk
kalor yang tersimpan di dalam suatu sistem. Sebagaimana dinyatakan di atas,
bahwa reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor atau menghasilkan
energi. Entalpi sistem berkurang (hasil reaksi memiliki entalpi yang lebih rendah dari zat
semula).
Hakhir < Hawal
6
Ca(OH)2(aq)
dan reaksi Endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor atau memerlukan energi.
Entalpi sistem bertambah (hasil reaksi memiliki entalpi yang lebih tinggi dari zat
semula).
Hakhir > Hawal
Hakhir Hawal > 0
H berharga positif
Contoh:
Reaksi antara kristal barium hidroksida oktahidrat dengan kristal amonium klorida.
Ketika kristal barium hidroksida oktahidrat, Ba(OH)2. 8H2O dicampur dengan Kristal
amonium klorida (NH4Cl), reaksi segera berlangsung yang ditandai dengan penurunan
suhu campuran dan pembentukan gas amonia. Oleh karena suhu campuran (sistem)
menjadi lebih rendah daripada lingkungan, maka kalor akan mengalir dari lingkungan ke
dalam sistem sampai suhu keduanya menjadi sama.
Ba(OH)2. 8H2O(s) + 2NH4Cl
( Zx )
( Zx ) =2 x y
( Zy )
( Zy ) =3 x y =3 ( xy )
2
( xf )
( fy )
( fz ) .
( Zx ) , ( Zy )
,
y, z
, dan
x,z
Pernyataan:
x,y
( xf )
,
x
( fy )
,
y, z
, dan
x,z
( fz )
disebut
x,y
(6)
( fx )
df =
dx+
y,z
( fy )
x,z
( fz )
dy +
dz
(7)
x, y
( VP ) dV +( PT ) dT
V
V
dV =(
dP+ (
dT
)
P
T )
T
T
dT =(
dP+ (
dV
)
P
V )
dP=
. (8a)
. (8b)
. (8c)
Persamaan (8a), (8b), dan (8c) merupakan persamaan cikal bakal lahirnya hukum
hukium gas ideal seperti hokum Boyle, Gay-Lussac, dan hukum Charles, yang dipelajari
secara detil pada teori kinetika gas.
Gambar
5
panas
atau
kalor
spesaifik
suatu
zat
secara
umum
10
dQ=n .c v dT ,
ini jika
cv konstan terhadap
perubahan
suhu.
(9)
Jika gas dipanaskan pada volume konstan, tidak ada kerja yang dilakukan.
Semua energi kalor digunakan untuk menaikkan temperatur dan tekanan
gas. Dengan kata dW = 0, sehingga menurut hokum I termodinamika dE =
dQ, artinya pada volume tetap perubahan energy dalam sama dengan kalor
yang menyertai proses.
tetap adalah:
2
dQ=n .c p dT ,
1
ini
jika
cp konstan
perubahan
.
terhadap
suhu.
(10a)
dQ=dH =n . c p dT ,
.. (10b)
C=
dQ
dT
Dengan berdasarkan uraian diatas bahwa pada tekanan tetap dQ = dH, dan pada
volume tetap dQ = dE, maka:
Pada tekanan konstan:
Pada volume konstan:
H
=
( Q
T ) ( T )
Q
E
c =(
=(
)
T
T )
c p=
v
mengikuti konsep differensal parsiel dan teori pemisahan variabel (persamaan 7),
variabel, didapatkan:
( HP ) dP+( HT ) dT
H
dH=(
dP+ c dT
.(11a)
P )
dH =
Dan
( VE ) dV +( TE ) dT
E
dE=(
dV + c dT
V )
dE=
.. (11b)
. (12)
( HP ) dP+ c dT
( ET ) +V ( TP ) =( HP ) ( TP ) +c
P
H P
c +V (
=
+c
T ) ( P ) ( T )
P
H
P
c c =V (
(
)
)
(
T
P
T )
c c = V (
{ HP ) }( PT ) ........(13)
dE+VdP=
( VE ) dV + c dT
dE=
Persamaan (14) adalah bentuk lain dari persamaan umum untuk hubungan cp dan cv ,
artinya dalam menggunakan persamaan tersebut harus dilihat sifat gasnya, apakah gas
ideal atau gas nyata.
13
Untuk gas ideal berlaku asumsi sebagaimana asumsi pendekatan gas ideal, bahwa
( VE ) =( HP ) =0
( VT ) = nRP
T
c P c V = { 0+ P }
nR
P
c P c V =nR
2. Untuk gas nyata (tak sempurna), maka
( VT )
(15)
harus dicari dengan
menyelesaikan persamaan gas nyata tersebut. Sebagai contoh gas Van der Waals
dengan persamaan:
P+
a
( vb )=RT
v2
, dimana
v=
V
n
(16)
Persamaan Van der Waals adalah persamaan gas nyata yang paling sederhana,
persamaan ini merupakan penyempurnaan dari persamaan gas ideal dengan
memasukkan faktor gaya tarik menarik antar molekul gas yang mempengaruhi tekanan
internal gas, juga mempertimbangkan adanya ruangan-ruangan kosong yang tidak
ditempati oleh molekul gas yang disebut sebagai volume excluded (lihat Gambar 6).
Faktor gaya tarik antar molekul dinyatakan melalui tetapan
gas Van der Waals (a) yang memiliki satuan Pascal permol,
dan volume excluded dinyatakan melalui tetapan Van der
Waals (b) dengan satuan Liter per mol. Dengan demikian,
persamaan gas ideal; PV = nRT, maka P diganti dengan (
P+
na
2 ) dan V dalam gas ideal diganti dengan (V nb).
V
Volume excluded = b
Gambar 6. Molekul-molekul
gas nyata
bila
v=
V
, maka diperoleh persamaan (16).
n
14
( VT )
Untuk menghitung
dengan menurunkan persamaan gas nyata tersebut, tetapi kita dapat menggunakan
persamaan-persamaan (relasi) termodinamika memudahkannya, yaitu melalui fungsi
dari parameter P, V, dan T, dimana P = P(V,T); V = V(P,T), dan T = T(V,P). Selanjutnya
dengan memanfaatkan teori pemisahan variabel, kita dapatkan hubungan:
Untuk P = P(V,T), sebagaimana persamaan (8a):
( VP ) dV +( PT ) dT
dP=
( VP ) dV +( TP ) dT=0
( VP ) ( VT ) +( TP ) =0
( VP ) ( VT ) =( TP )
T
P
(
T )
V
=
( T ) P
( V )
.. (17a)
dV =
( VP ) dP+( VT ) dT
T
V
dP+ (
dT =0
( V
)
P
T )
P
V
+
=0
( V
P ) (T ) (T )
P
V
=(
( V
)
(
)
P T
T )
T
15
V
(
T )
P
=
(T ) V
( P )
(17b)
( V
P)
menentukan harga
( P+ va ) ( vb)=RT
2
P=
RT
a
2
( vb) v
( PT ) = vRTb
RT 2a
+
( VP ) = (vb)
v
V
Sehingga:
R
( vb)
V
=
T P
RT
2a
+ 3
2
(vb)
v
( )
( VT ) =
P
RT v 2 a(vb)
3
v ( vb)
}
V
T
( )
R v 3 (v b)
RT v 32 a( vb)2
Dengan demikian untuk gas nyata Van der Waals, kita peroleh hubungan cp dan cv
sebagai berikut:
{( ) }( )
{( ) }(
c P c V =
c P c V =
E
V
+P
V T
T
R v 3 (v b)
E
+P
V T
RT v 32 a(vb)2
(18)
16
( HP )
( VE )
maupun harga
ditentukan melalui
percobaan Joule-Thomson, dengan proses dimana pada sistem tidak terjadi pertukaran
entalpi (H) dan energi dalam (E) antara system dan lingkungan, atau dH = dE = 0.
Menggunakan proses yang dilakukan Joule-Thomson, maka dari persamaan (11a) dan
(11b), kita peroleh harga
( HP )
( VE )
dan
( HP ) dP+ c dT
( HP ) dP+c dT =0
( HP ) dP=c dT
( HP ) =c ( TP )
dH=
Dimana :
( TP ) =
H
JT
... (19)
17
Berarti:
( VE ) dV + c dT
( VE ) dV =c dT
dE=
( VE ) =c ( VT )
v
( VT )
Harga
... (20)
E
( VE ) =T ( VS ) P
T
Dan
( PT ) =( VS )
V
c P c V =
{( ) }(
R v (v b)
E
+P
3
2
V T
RT v 2 a( vb)
{ ( ) }(
{ ( ) }(
S
c P c V = T
P+ P
V T
P
c P c V = T
T
R v 3 (vb)
RT v 32a (v b)2
3
R v ( vb)
3
2
RT v 2 a(v b)
( PT ) = vRTb
V
Jadi:
RT
c P c V =
(vb)
)(
R v 3( vb)
RT v 3 2 a(vb)2
Jadi
R2 T v3
c P c V = ( RT v 3 2 a(v b)2 )
(21)
19
20