Anda di halaman 1dari 19

Nuklir Jepang Lepas Kendali

TOKYO, EDUCATION SUN ONLINE - Krisis nuklir Jepang makin tidak


terkendali, Rabu (16/3). Kebakaran terjadi lagi, yakni menimpa reaktor Unit 4
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi. Sekitar 180 pekerja
dipaksa keluar dari lokasi akibat tingginya radiasi.
Api menjilat bangunan reaktor Unit 4 yang di dalamnya terdapat
batang-batang bahan bakar pada Rabu pukul 05.45. Saat itu petugas tengah
berusaha memompakan air laut untuk mendinginkan reaktor, tetapi api
semakin besar. Asap putih dan awan uap membubung tinggi pada pukul
08.30 dan kondisi tersebut menambah kepanikan warga.
Helikopter gagal menyiram air ke reaktor paling bermasalah. Kondisi
tersebut membuat pekerja kewalahan. Sekitar 180 pekerja dipaksa keluar
dari lokasi akibat tingginya paparan radiasi. Operator PLTN, Tokyo Electric
Power Co (Tepco), mengatakan bahwa saat itu terjadi kebocoran partikel
radioaktif yang cukup tinggi.
Sekitar 30 menit kemudian dilaporkan tidak ada penguapan. Namun,
para pekerja baru masuk kembali ke lokasi beberapa jam setelah kebakaran.
Badan Keselamatan Nuklir dan Industri (NISA) Jepang menuturkan,
tingkat radiasi mencapai 10 milisievert per jam pada pukul 10.40. Ada
kemungkinan partikel radioaktif menguap dari reaktor Unit 2 yang meledak.
Para ahli mengatakan, paparan radiasi bisa meningkat karena diduga terjadi
lelehan parsial.
Petugas kewalahan

Kebakaran pada Unit 4 merupakan peristiwa kelima sejak terjadi


ledakan di Unit 1 pada Sabtu lalu dan ledakan di Unit 3 hari Senin. Ledakan
ketiga terjadi di Unit 2 yang disertai kebakaran di kolam penyimpan bahan
bakar di Unit 4, Selasa.
Sekretaris Kabinet Yukio Edano mengatakan, para pekerja yang sedang
menyiram reaktor dengan air laut sempat panik ketika tiba-tiba muncul
kebakaran di Unit 4. Tidak ada pilihan kecuali mengevakuasi mereka keluar
dari lokasi berbahaya itu.
Para pekerja tak bisa melakukan pekerjaan minimal saat itu karena
kami sedang siaga risiko terpapar radiasi ujar Edano, Rabu pagi, pada saat
asap mengepul di PLTN Fukushima Daiichi.
Hajimi Motujuku, juru bicara Tepco, menuturkan, tim pekerja sempat
ditarik sejauh 500 meter dari kompleks PLTN. Sebuah helikopter dikerahkan
untuk menuangkan air, tetapi gagal karena partikel radioaktif lepas bersama
asap dan awan uap yang membahayakan helikopter.
Beberapa jam kemudian para pekerja masuk kembali untuk
melanjutkan pekerjaan mereka. Tidak ada penjelasan apakah api di Unit 4
sudah padam. Hanya dikatakan, pekerja telah dilengkapi pakaian antiradiasi.
Mereka memompakan air laut ke reaktor Unit 5 dan Unit 6, yang suhunya
juga sudah semakin panas.
PLTN Fukushima Daiichi yang berada di kota Okumamachi, Prefektur
Fukushima, mengoperasikan enam reaktor. Pada saat terjadi gempa
berkekuatan 8,9 skala Richter (lalu direvisi menjadi 9,0 skala Richter), hanya
reaktor Unit 1, 2, dan 3 yang beroperasi. Reaktor Unit 4, 5, dan 6 sedang
dalam perawatan.
Menurut NISA, sekitar 70 persen batang bahan bakar Unit 1 rusak
akibat ledakan. Kyodo News menambahkan, 33 persen batang bahan bakar
reaktor Unit 2 juga rusak akibat ledakan. Inti dua reaktor itu diyakini sudah
meleleh.
Para pejabat pemerintah di Prefektur Ibaraki, selatan Fukushima,
menyatakan, paparan radiasi di sana sekitar 300 kali level normal, Rabu.
Kondisi tersebut tidak baik bagi kesehatan jangka panjang, tetapi tidak
terlalu fatal.
Makin panik
Pada awal kebakaran hari Rabu telah terdeteksi adanya paparan
radiasi di Tokyo meski masih rendah. Paparan berlangsung hingga 24 jam.

Hal itu memicu kepanikan luar biasa pada publik Jepang dan munculnya
peringatan internasional bagi kesehatan.
Menurut Edano, paparan radiasi di ibu kota hanya sekitar 10 kali dari
paparan normal yang diterima manusia. Pada titik tersebut paparan radiasi
tidak akan membahayakan kesehatan sekitar 13 juta penduduk Tokyo.
Warga dipastikan tak akan terpapar jika keluar rumah. Saya ingin
warga memahami hal ini, kata Edano dalam konferensi pers yang disiarkan
luas melalui jaringan televisi internasional.
Penjelasan Edano itu sebenarnya merujuk kepada warga yang mau
menaati imbauan pemerintah, yaitu jika warga berada di luar radius
peringatan baru, yakni 30 kilometer dari PLTN. Sekitar 140.000 orang di
dalam
zona
itu
dilarang
keluar
rumah.
Hal

tersebut

akan

merepotkan

warga

beraktivitas.
Komisaris Tepco, Gunther Oettinger, mengatakan, musibah yang
menimpa reaktor nuklir di PLTN Fukushima Daiichi berada di luar kendali.
Hampir semuanya berada di luar kendali, katanya.
Yukiya Amano, Direktur Badan Tenaga Atom Internasional,
mengatakan, Tepco terkesan tak terbuka memberikan informasi yang pas
dan rinci mengenai ledakan dan kebakaran pada reaktor nuklir di PLTN.
Kami tidak mendapat informasi rinci sehingga sulit mengambil langkah
yang tepat, kata Amano dalam sebuah konferensi pers di Vienna, Austria.
Perdana Menteri Jepang Naoto Kan pun mengungkapkan kekecewaan
serupa. Kan menyebut krisis nuklir kali ini merupakan musibah terburuk
sejak akhir Perang Dunia II saat Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom.
Warga mengkritik Kan lamban.
(AFP/AP/REUTERS/CAL)***
Source : Kompas, Kamis, 17 Maret 2011

Mengenal Proses Kerja dan Jenis-Jenis PLTN


Home
Halaman Muka
Sajian Utama
Sajian Khusus
Komunikasi
Elektronika
Harmonisa Transformator (dan Penanganannya)
Transformator Daya dan Cara Pengujiannya

Di dalam inti atom tersimpan tenaga inti (nuklir) yang luar biasa besarnya. Tenaga nuklir itu
hanya dapat dikeluarkan melalui proses pembakaran bahan bakar nuklir. Proses ini sangat
berbeda dengan pembakaran kimia biasa yang umumnya sudah dikenal, seperti pembakaran
kayu, minyak dan batubara. Besar energi yang tersimpan (E) di dalam inti atom adalah seperti
dirumuskan dalam kesetaraan massa dan energi oleh Albert Einstein : E = m C2, dengan m :
massa bahan (kg) dan C = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s). Energi nuklir berasal dari perubahan
sebagian massa inti dan keluar dalam bentuk panas.
Dilihat dari proses berlangsungnya, ada dua jenis reaksi nuklir, yaitu reaksi nuklir berantai tak
terkendali dan reaksi nuklir berantai terkendali. Reaksi nuklir tak terkendali terjadi misal pada
ledakan bom nuklir. Dalam peristiwa ini reaksi nuklir sengaja tidak dikendalikan agar dihasilkan
panas yang luar biasa besarnya sehingga ledakan bom memiliki daya rusak yang maksimal. Agar
reaksi nuklir yang terjadi dapat dikendalikan secara aman dan energi yang dibebaskan dari reaksi
nuklir tersebut dapat dimanfaatkan, maka manusia berusaha untuk membuat suatu sarana reaksi
yang dikenal sebagai reaktor nuklir. Jadi reaktor nuklir sebetulnya hanyalah tempat dimana
reaksi nuklir berantai terkendali dapat dilangsungkan. Reaksi berantai di dalam reaktor nuklir ini
tentu sangat berbeda dengan reaksi berantai pada ledakan bom nuklir.
Sejarah pemanfaatan energi nuklir melalui Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dimulai
beberapa saat setelah tim yang dipimpin Enrico Fermi berhasil memperoleh reaksi nuklir
berantai terkendali yang pertama pada tahun 1942. Reaktor nuklirnya sendiri sangat dirahasiakan
dan dibangun di bawah stadion olah raga Universitas Chicago. Mulai saat itu manusia berusaha
mengembangkan pemanfaatan sumber tenaga baru tersebut. Namun pada mulanya,
pengembangan pemanfaatan energi nuklir masih sangat terbatas, yaitu baru dilakukan di
Amerika Serikat dan Jerman. Tidak lama kemudian, Inggris, Perancis, Kanada dan Rusia juga
mulai menjalankan program energi nuklirnya.
Listrik pertama yang dihasilkan dari PLTN terjadi di Idaho, Amerika Serikat, pada tahun 1951.
Selanjutnya pada tahun 1954 PLTN skala kecil juga mulai dioperasikan di Rusia. PLTN pertama
di dunia yang memenuhi syarat komersial dioperasikan pertama kali pada bulan Oktober 1956 di
Calder Hall, Cumberland. Sistim PLTN di Calder Hall ini terdiri atas dua reaktor nuklir yang

mampu memproduksi sekitar 80 juta Watt tenaga listrik. Sukses pengoperasian PLTN tersebut
telah mengilhami munculnya beberapa PLTN dengan model yang sama di berbagai tempat.

Energi Nuklir
Untuk mendapatkan gambaran tentang besarnya energi yang dapat dilepaskan oleh reaksi nuklir,
berikut ini diberikan contoh perhitungan sederhana. Ambil 1 g (0,001 kg) bahan bakar nuklir
235U. Jumlah atom di dalam bahan bakar ini adalah :
N = (1/235) x 6,02 x 1023 = 25,6 x 1020 atom 235U.
Karena setiap proses fisi bahan bakar nuklir 235U disertai dengan pelepasan energi sebesar 200
MeV, maka 1 g 235U yang melakukan reaksi fisi sempurna dapat melepaskan energi sebesar :
E = 25,6 x 1020 (atom) x 200 (MeV/atom) = 51,2 x 1022 MeV
Jika energi tersebut dinyatakan dengan satuan Joule (J), di mana 1 MeV = 1.6 x 10-13 J, maka
energi yang dilepaskan menjadi :
E = 51,2 x 1022 (MeV) x 1,6 x 10-13 (J/MeV) = 81,92 x 109 J
Dengan menganggap hanya 30 % dari energi itu dapat diubah menjadi energi listrik, maka
energi listrik yang dapat diperoleh dari 1 g 235U adalah :
Elistrik = (30/100) x 81,92 x 109 J = 24,58 x 109 J
Karena 1J = 1 W.s ( E = P.t), maka peralatan elektronik seperti pesawat TV dengan daya (P) 100
W dapat dipenuhi kebutuhan listriknya oleh 1 g 235U selama :
t = Elistrik / P = 24,58 x 109 (J) / 100 (W) = 24,58 x 107 s
Angka 24,58 x 107 sekon (detik) sama lamanya dengan 7,78 tahun terus-menerus tanpa
dimatikan. Jika diasumsikan pesawat TV tersebut hanya dinyalakan selama 12 jam/hari, maka
energi listrik dari 1 g 235U bisa dipakai untuk mensuplai kebutuhan listrik pesawat TV selama
lebih dari 15 tahun.
Contoh perhitungan di atas dapat memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai kandungan
energi yang tersimpan di dalam bahan bakar nuklir. Energi panas yang dikeluarkan dari
pembelahan satu kg bahan bakar nuklir 235U adalah sebesar 17 milyar kilo kalori, atau setara
dengan energi yang dihasilkan dari pembakaran 2,4 juta kg (2.400 ton) batubara. Melihat
besarnya kandungan energi tersebut, maka timbul keinginan dalam diri manusia untuk
memanfaatkan energi nuklir sebagai pembangkit listrik dalam rangka memenuhi kebutuhan
energi dalam kehidupan sehari-hari.

Proses Kerja Pusat Listrik Tenaga Nuklir

Proses kerja PLTN sebenarnya hampir sama dengan proses kerja pembangkit listrik konvensional
seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang umumnya sudah dikenal secara luas. Yang
membedakan antara dua jenis pembangkit listrik itu adalah sumber panas yang digunakan. PLTN
mendapatkan suplai panas dari reaksi nuklir, sedang PLTU mendapatkan suplai panas dari
pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara atau minyak bumi.
Reaktor daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalui PLTN. Reaktor daya hanya
memanfaatkan energi panas yang timbul dari reaksi fisi, sedang kelebihan neutron dalam teras
reaktor akan dibuang atau diserap menggunakan batang kendali. Karena memanfaatkan panas
hasil fisi, maka reaktor daya dirancang berdaya thermal tinggi dari orde ratusan hingga ribuan
MW. Proses pemanfaatan panas hasil fisi untuk menghasilkan energi listrik di dalam PLTN
adalah sebagai berikut :

Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga dilepaskan energi dalam bentuk panas
yang sangat besar.

Panas hasil reaksi nuklir tersebut dimanfaatkan untuk menguapkan air pendingin, bisa
pendingin primer maupun sekunder bergantung pada tipe reaktor nuklir yang digunakan.

Uap air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi gerak
(kinetik).

Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga
dihasilkan arus listrik.

Jenis-Jenis PLTN
Teknologi PLTN dirancang agar energi nuklir yang terlepas dari proses fisi dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi dalam kehidupan sehari-hari. PLTN merupakan sebuah sistim yang dalam
operasinya menggunakan reaktor daya yang berperan sebagai tungku penghasil panas. Dewasa
ini ada berbagai jenis PLTN yang beroperasi. Perbedaan tersebut ditandai dengan perbedaan tipe
reaktor daya yang digunakannya. Masing-masing jenis PLTN/tipe reaktor daya umumnya
dikembangkan oleh negara-negara tertentu, sehingga seringkali suatu jenis PLTN sangat
menonjol dalam suatu negara, tetapi tidak dioperasikan oleh negara lain. Perbedaan berbagai tipe
reaktor daya itu bisa terletak pada penggunaan bahan bakar, moderator, jenis pendinging serta
perbedaan-perbedaan lainnya.
Perbedaan jenis reaktor daya yang dikembangkan antara satu negara dengan negara lain juga
dipengaruhi oleh tingkat penguasaan teknologi yang terkait dengan nuklir oleh masing-masing
negara. Pada awal pengembangan PLTN pada tahun 1950-an, pengayaan uranium baru bisa
dilakukan oleh Amerika Serikat dan Rusia, sehingga kedua negara tersebut pada saat itu sudah
mulai mengembangkan reaktor daya berbahan bakar uranium diperkaya. Sementara itu di
Kanada, Perancis dan Ingris pada saat itu dipusatkan pada program pengembangan reaktor daya
berbahan bakar uranium alam. Oleh sebab itu, PLTN yang pertama kali beroperasi di ketiga
negara tersebut menggunakan reaktor berbahan bakar uranium alam. Namun dalam

perkembangan berikutnya, terutama Inggris dan Perancis juga mengoperasikan PLTN berbahan
bakar uranium diperkaya.
Sebagian besar reaktor daya yang beroperasi dewasa ini adalah jenis Reaktor Air Ringan atau
LWR (Light Water Reactor) yang mula-mula dikembangkan di AS dan Rusia. Disebut Reaktor
Air Ringan karena menggunakan H2O kemurnian tinggi sebagai bahan moderator sekaligus
pendingin reaktor. Reaktor ini terdiri atas Reaktor Air tekan atau PWR (Pressurized Water
Reactor) dan Reaktor Air Didih atau BWR (Boiling Water Reactor) dengan jumlah yang
dioperasikan masing-masing mencapai 52 % dan 21,5 % dari total reaktor daya yang beroperasi.
Sedang sisanya sebesar 26,5 % terdiri atas berbagai type reaktor daya lainnya. Berikut ini akan
dibahas lebih lanjut berbagai jenis PLTN yang dewasa ini beroperasi diberbagai negara.
Reaktor Air Didih
Pada reaktor air didih, panas hasil fisi dipakai secara langsung untuk menguapkan air pendingin
dan uap yang terbentuk langsung dipakai untuk memutar turbin. Turbin tekanan tinggi menerima
uap pada suhu sekitar 290 C dan tekanan sebesar 7,2 MPa. Sebagian uap diteruskan lagi ke
turbin tekanan rendah. Dengan sistim ini dapat diperoleh efisiensi thermal sebesar 34 %.
Efisiensi thermal ini menunjukkan prosentase panas hasil fisi yang dapat dikonversikan menjadi
energi listrik. Setelah melalui turbin, uap tersebut akan mengalami proses pendinginan sehingga
berubah menjadi air yang langsung dialirkan ke teras reaktor untuk diuapkan lagi dan seterusnya.
Dalam reaktor ini digunakan bahan bakar 235U dengan tingkat pengayaannya 3-4 % dalam
bentuk UO2.
Pada tahun 1981, perusahaan Toshiba, General Electric dan Hitachi melakukan kerja sama
dengan perusahaan Tokyo Electric Power Co. Inc. untuk memulai suatu proyek pengembangan
patungan dalam rangka meningkatkan unjuk kerja sistim Reaktor Air Didih dengan
memperkenalkan Reaktor Air Didih Tingkat Lanjut atau A-BWR (Advanced Boiling Water
Reactor). Kapasitas A-BWR dirancang lebih besar untuk mempertinggi keuntungan ekonomis.
Di samping itu, beberapa komponen reaktor juga mengalami peningkatan, seperti peningkatan
dalam fraksi bakar, penyempurnaan sistim pompa sirkulasi pendingin, mekanisme penggerak
batang kendali dan lain-lain.
Reaktor Air Tekan
Reaktor Air Tekan juga menggunakan H2O sebagai pendingin sekaligus moderator. Bedanya
dengan Reaktor Air Didih adalah penggunaan dua macam pendingin, yaitu pendingin primer dan
sekunder. Panas yang dihasilkan dari reaksi fisi dipakai untuk memanaskan air pendingin primer.
Dalam reaktor ini dilengkapi dengan alat pengontrol tekanan (pessurizer) yang dipakai untuk
mempertahankan tekanan sistim pendingin primer.
Sistim pressurizer terdiri atas sebuah tangki yang dilengkapi dengan pemanas listrik dan
penyemprot air. Jika tekanan dalam teras reaktor berkurang, pemanas listrik akan memanaskan
air yang terdapat di dalam tangki pressurizer sehingga terbentuklah uap tambahan yang akan
menaikkan tekanan dalam sistim pendingin primer. Sebaliknya apabila tekanan dalam sistim
pendingin primer bertambah, maka sistim penyemprot air akan mengembunkan sebagian uap

sehingga tekanan uap berkurang dan sistim pendingin primer akan kembali ke keadaan semula.
Tekanan pada sistim pendingin primer dipertahankan pada posisi 150 Atm untuk mencegah agar
air pendingin primer tidak mendidih pada suhu sekitar 300 C. Pada tekanan udara normal, air
akan mendidih dan menguap pada suhu 100 C.
Dalam proses kerjanya, air pendingin primer dialirkan ke sistim pembangkit uap sehingga
terjadi pertukaran panas antara sistim pendingin primer dan sistim pendingin sekunder. Dalam
hal ini antara kedua pendingin tersebut hanya terjadi pertukaran panas tanpa terjadi kontak atau
percampuran, karena antara kedua pendingin itu dipisahkan oleh sistim pipa. Terjadinya
pertukaran panas menyebabkan air pendingin sekunder menguap. Tekanan pada sistim pendingin
sekunder dipertahankan pada tekanan udara normal sehingga air dapat menguap pada suhu 100
C. Uap yang terbentuk di dalam sistim pembangkit uap ini selanjutnya dialirkan untuk memutar
turbin.
Dari uraian di atas tergambar bahwa sistim kerja PLTN dengan Reaktor Air Tekan lebih rumit
dibandingkan dengan sistim Reaktor Air Didih. Namun jika dilihat pada sistim keselamatannya,
Reaktor Air Tekan lebih aman dibandingkan dengan Reaktor Air Didih. Pada Reaktor Air Tekan
perputaran sistim pendingin primernya betul-betul tertutup, sehingga apabila terjadi kebocoran
bahan radioaktif di dalam teras reaktor tidak akan menyebabkan kontaminasi pada turbin.
Sedang pada Reaktor Air Didih, kebocoran bahan radioaktif yang terlarut dalam air pendingin
primer dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi pada turbin. Reaktor Air Tekan juga
mempunyai keandalan operasi dan keselamatan yang sangat baik. Salah satu faktor
penunjangnya adalah karena reaktor ini mempunyai koefisien reaktivitas negatif. Apabila terjadi
kenaikan suhu dalam teras reaktor secara mendadak, maka daya reaktor akan segera turun
dengan sendirinya. Namun karena menggunakan dua sistim pendingin, maka efisiensi
thermalnya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan Reaktor Air Didih.

Reaktor Air Berat atau HWR (Heavy Water Reactor)


Reaktor Air Berat merupakan jenis reaktor yang menggunakan D2O (air berat) sebagai
moderator sekaligus pendingin. Reaktor ini menggunakan bahan bakar uranium alam sehingga
harus digunakan air berat yang penampang lintang serapannya terhadap neutron sangat kecil.
PLTN dengan Reaktor Air berat yang paling terkenal adalah CANDU (Canadian Deuterium
Uranium) yang pertama kali dikembangkan oleh Canada. Seperti halnya Reaktor Air tekan,
Reaktor CANDU juga mempunyai sistim pendingin primer dan sekunder, pembangkit uap dan
pengontrol tekanan untuk mempertahankan tekanan tinggi pada sistim pendingin primer. D2O
dalam reaktor CANDU hanya dimanfaatkan sebagai sistim pendingin primer, sedang sistim
pendingin sekundernya menggunakan H2O.
Dalam pengoperasian reaktor CANDU, kemurnian D2O harus dijaga pada tingkat 95-99,8 %.
Air berat merupakan bahan yang harganya sangat mahal dan secara fisik maupun kimia tidak
dapat dibedakan secara langsung dengan H2O. Oleh sebab itu, perlu adanya usaha
penanggulangan kebocoran D2O baik dalam bentuk uap maupun cairan. Aliran ventilasi dari
ruangan dilakukan secara tertutup dan selalu dipantau tingkat kebasahannya, sehingga
kemungkinan adanya kebocoran D2O dapat diketahui secara dini.

Reaktor Magnox atau MR (Magnox Reactor)


Reaktor Magnox menggunakan bahan bakar dalam bentuk logam uranium atau paduannya yang
dimasukkan ke dalam kelongsong paduan magnesium (Mg). Reaktor ini dikembangkan dan
banyak dioperasikan oleh Inggris. Termasuk dalam reaktor jenis ini adalah reaktor penelitian
pertama di dunia yang dibangun oleh tim pimpinan Enrico Fermi di Chicago, Amerika Serikat.
Reaktor Magnox menggunakan CO2 sebagai pendingin, grafit sebagai moderator, dan uranium
alam sebagai bahan bakar. Panas hasil fisi diambil dengan mengalirkan gas CO2 melalui elemen
bakar menuju ke sistim pembangkit uap. Dari pertukaran panas ini akan dihasilkan uap air yang
selanjutnya dapat dipakai untuk memutar turbin.
Hasil dari usaha dalam penyempurnaan unjuk kerja Reaktor Magnox adalah diperkenalkannya
Reaktor Maju Berpendingin Gas atau AGR (Advanced Gas-cooled Reactor). Dalam reaktor ini
juga menggunakan CO2 sebagai pendingin, grafit sebagai moderator, namun bahan bakarnya
berupa uranium sedikit diperkaya yang dibungkus dengan kelongsong dari baja tahan karat.
Pengayaan bahan bakar ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi thermal dan fraksi bakar
bahan bakarnya.
Reaktor Temperatur Tinggi atau HTR (High Temperature Reactor)
Reaktor Temperatur Tinggi adalah jenis reaktor yang menggunakan pendingin gas helium (He)
dan moderator grafit. Reaktor ini mampu menghasilkan panas hingga 750 C dengan efisiensi
thermalnya sekitar 40 %. Panas yang dibangkitkan dalam teras reaktor dipindahkan
menggunakan pendingin He (sistim primer) ke pembangkit uap. Dalam pembangkit uap ini
panas akan diserap oleh sistim uap air umpan (sistim sekunder) dan uap yang dihasilkannya
dialirkan ke turbin. Dalam reaktor ini juga ada sistim pemisah antara sistim pendingin primer
yang radioaktif dan sistim pendingin sekunder yang tidak radioaktif.
Elemen bahan bakar yang digunakan dalam Reaktor Temperatur Tinggi berbentuk bola, tiap
elemen mengandung 192 gram carbon, 0,96 gram 235U dan 10,2 gram 232Th yang dapat
dibiakkan menjadi bahan bakar baru 233U. Proses fisi dalam teras reaktor mampu memanaskan
gas He hingga mencapai suhu 750 _C. Setelah terjadi pertukaran panas dengan sistim sekunder,
suhu gas He akan turun menjadi 250 C. Gas He selanjutnya dipompakan lagi ke teras reaktor
untuk mengambil panas fisi, demikian seterusnya. Dalam operasi normal, reaktor ini
membutuhkan bahan bakar bola berdiameter 60 mm sebanyak 675.000 butir yang diletakkan di
dalam teras reaktor. Rata-rata setiap butir bahan bakar tinggal di dalam teras selama enam bulan
pada operasi beban penuh. q

Daftar Pustaka
1. ANONIM, Nuclear Power, the Environment and Man, International Atomic Energy
Agency, Vienna, Austria (1984).
2. ANONIM, Nuclear Energy in Japan, International Nuclear Corporation Center, Japan
(1984).

3. ANONIM, Pengenalan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Atomos, Vol 1(2),
Badan Tenaga Atom Nasional, Jakarta (1986).
4. ANONIM, Peningkatan Peranan Energi Nuklir di 15 Negara, Buletin BATAN, Th. XII
(3), Badan Tenaga Atom Nasional (1991) Hal. 28-29
5. ANONIM, Energi Nuklir, Ilmu Pengetahuan Populer, Vol. 3, Grolier International
Inc./P.T. Widyadara (1997) hal. 266-279.
6. BENNETT, L.L., et.al., Nuclear Power Performance and Safety, IAEA Bulletin, Vol. 29
(4), Vienna, Austria (1987) pp. 5-12.
7. COHEN, B. L., Concept of Nuclear Physics, Tata McGraw-Hill Publishing Company
Ltd., New Delhi (1982).
8. EICHHOLZ, G. G., Environmental Aspects of Nuclear Power, An Arbor Science
Publisher Inc., Mich 48106 (1977).
9. GLASSTONE, S. and JORDAN, W. H., Nuclear Power and Its Environment Effects,
American Nuclear Society, Illinois (1981).
10. KLUEH, RONALD, Future Nuclear Reactor - Safety First ?, New Scientist (April 1986)
pp. 41-45.
11. KNIEF, R. ALLEN, Nuclear Energy Technology, Hemisphere Publishing Corporation,
Washington (1981)
12. MURRAY, RAYMOND L., Nuclear Energy, Pergamon Press, Oxford (1980).
Mukhlis Akhadi, Ahli Peneliti Muda di Badan Tenaga Nuklir nasional

EBTKE--Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal
yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja
sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt Listrik Tenaga Uap (PLTU), dimana
menggunakan uap bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Putaran turbin inlah yang diubah
menjadi energi listrik. Perbedaannya ialah sumber panas yang digunakan untuk menghasilkan
panas. Sebuah PLTN menggunakan Uranium sebagai sumber panasnya. Reaksi pembelahan (fisi)
inti Uranium menghasilkan energi panas yang sangat besar.
Daya sebuah PLTN berkisar antara 40 Mwe sampai mencapai 2000 MWe, dan untuk PLTN yang
dibangun pada tahun 2005 mempunyai sebaran daya dari 600 MWe sampai 1200 MWe. Sampai
tahun 2006 terdapat 443 PLTN yang beroperasi di dunia, yang secara keseluruhan menghasilkan
daya sekitar 1/6 dari energi listrik dunia.
Pertanyaannya, bagaimana nuklir dapat menghasilkan listrik?Nuklir diproses menghasilkan
panas yang akan dipakai menggerakkan turbin pembangkit listrik. Sesungguhnya prinsip kerja
PLTN mirip dengan pembangkit listrik lainnya, misalnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU). Uap bertekanan tinggi pada PLTU digunakan untuk memutar turbin. Tenaga gerak putar
turbin ini kemudian diubah menjadi tenaga listrik dalam sebuah generator.
Letak perbedaan PLTN dengan pembangkit lain pada bahan bakar yang digunakan untuk
menghasilkan uap, yaitu Uranium. Reaksi pembelahan (fisi) inti Uranium menghasilkan tenaga
panas (termal) dalam jumlah yang sangat besar serta membebaskan 2 sampai 3 buah neutron.
Peranan energi nuklir dalam pembangkitan listrik adalah sebagai upaya dalam melakukan
diversifikasi pasokan energi dalam bentuk listrik, selain itu juga sebagai salah satu upaya
konservasi energi guna mendunkung pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) secara
signifikan.
Bagaimana dengan Indonesia, siapkah untuk mengembangkan PLTN?Secara garis besar,
teknologi dan Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia sudah siap dengan adanya
kerjasama di bidang teknologi nuklir dengan bangsa-bangsa lain. nah disinilah peran masyarakat
untuk mendukung pembangunan PLTN di Indonesia ini agar hasil yg kita dapatkan dapat
dirasakan oleh bangsa Indonesia ini. Untuk meningkat pasokan daya listrik yang cenderung
defisit, sedangkan sumber daya alam jika digali terus akan habis juga, sedangkan uranium
cadangannya melimpah dan tak akan habis.

sumber :www.batan.go.id

Documents120 Tahun Bencana Nuklir Chernobyl (1 items)20 Tahun lalu, pada


tanggal 26 April 1986, pusat tenaga nuklir di Chernobyl meledak. Dua dasawarsa
setelah bencana, lingkungan di pusat nuklir ini tetap merupakan zona terlarang.
Menariknya, wilayah ini sekaligus merupakan salah satu tempat di dunia yang
alamnya bisa berkembang dengan leluasa.2Energi Nuklir : Pemasok Energi Panas
Alternatif untuk Perumahan dan Kawasan Industri (1 items)Terlepas dari pro dan
kontra terhadap energi nuklir, sumber energi ini telah mampu menyumbang sekitar
17% listrik dunia. Kecenderungan semakin menipisnya bahan bakar fosil, serta tidak
meratanya kontribusi sumber daya energi fosil, akan mengakibatkan energi nuklir
masih tetap memiliki peran yang penting. Untuk lebih meningkatkan peran energi
nuklir, banyak negara maju mengembangkan suatu sistem yang memungkinkan
energi nuklir tidak saja sebagai sumber listrik, tetapi juga sebagai sumber energi
panas. Meskipun kontribusinya dalam menyumbang aplikasi energi panas masih
relatif kecil, tetapi pada perkembangannya diharapkan peran energi nuklir sebagai
pemasok energi panas bisa lebih ditingkatkan. Untuk memenuhi ambisi ini,
sejumlah konsep reaktor nuklir maju, seperti 'small dan medium reactor', reaktor
temperatur tinggi, dan reaktor-reaktor maju lainnya akan terus dikembangkan.
Reaktor-reaktor maju ini memilih karakteristik yang unggul seperti sistem
keselamatan pasif yang andal, modular, dan berpotensi untuk suatu sistem
kogenerasi panas/kukus dan listrik. Dalam tulisan ini ditinjau berbagai aspek
berkaitan dengan aplikasi nuklir sebagai pemasok energi panas, serta prospeknya
dimasa depan. 3Energi Nuklir dan Kebutuhan Energi Masa Depan (1
items)Pembangunan berkelanjutan dan kebutuhan akan energi merupakan sebuah
isu global baik isu tentang konsumsi energi yang berkaitan dengan kebutuhan
manusia dalam menjaga kelangsungan hidupnya maupun berkaitan dengan
keterbatasan sumber daya alam dan efek dari penggunaan sumber energi tersebut.
Berbagai kebijakan dan terobosan yang telah dilakukan guna menjaga
keseimbangan antara supply energi dan demand masyarakat dunia secara
berkelanjutan, sehingga menghasilkan sebuah kebijakan energi mix pada level
global ataupun nasional yang tentunya mempertimbangkan aspek ekonomis dan
dampak bagi lingkungan. Kebijakan yang diambil dalam memilih opsi penggunakan
energi nuklir tidak hanya berkaitan secara teknologi yang establish, komersial , dan
kompetitif secara market ekonomi, akan tetapi sudah menjadi sebuah kebijakan
negara dan bahkan sudah menjadi sebuah kebijakan global tingkat dunia dalam
penerapkannya. 4Energi Nuklir Sebagai Bagian dari Sistem Energi Nasional Jangka
Panjang (1 items)Sektor energi mempunyai peran sangat penting dalam
mewujudkan pembangunan nasional berkelanjutan. Oleh karena itu sesuai dengan
visi dan misi energi, pengelolaan penyediaan dan pemanfaatan energi nasional
perlu dilaksanakan secara optimal, arif dan bijaksana dilandasi oleh pertimbangan

obyektif mencakup berbagai aspek: lingkungan, kepentingan antar generasi,


kebutuhan energi, sosial-politik, geopolitik dan ekonomi. Keenam aspek tersebut
merupakan kriteria penting yang dipersyaratkan dalam pemanfaatan energi untuk
pembangunan berkelanjutan.5Keselamatan Reaktor (1 items)Persyaratan
Keselamatan: Bertujuan memininalkan penyebaran zat radioaktif. Pendekatan dasar
yang digunakan adalah menentukan kriteria untuk dosis radiasi dan kemungkinan
kecelakaan, kemudian merancang, membangun dan mengoperasikan PLTN
sehingga memenuhi kriteria keselamatan. Pendekatan rancangan keselamatan
umumnya didasarkan pada prinsip pertahanan berlapis untuk mencegah
kecelakaan, memproteksi reaktor dan mengurangi dampak kecelakaan terhadap
lingkungan.6Mengenal Proses Kerja dan Jenis-Jenis PLTN (1 items)Di dalam inti atom
tersimpan tenaga inti (nuklir) yang luar biasa besarnya. Tenaga nuklir itu hanya
dapat dikeluarkan melalui proses pembakaran bahan bakar nuklir. Proses ini sangat
berbeda dengan pembakaran kimia biasa yang umumnya sudah dikenal, seperti
pembakaran kayu, minyak dan batubara. Besar energi yang tersimpan (E) di dalam
inti atom adalah seperti dirumuskan dalam kesetaraan massa dan energi oleh
Albert Einstein : E = m C2, dengan m : massa bahan (kg) dan C = kecepatan cahaya
(3 x 108 m/s). Energi nuklir berasal dari perubahan sebagian massa inti dan keluar
dalam bentuk panas. 7MODUL RINGKAS KESELAMATAN KERJA TERHADAP RADIASI (1
items)Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri (PTNBR) adalah suatu instalasi
nuklir yang telah mendapat izin dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
untuk menggunakan sumber radiasi untuk keperluan penelitian maupun produksi
radioisotop. Sebagai konsekuensinya keselamatan dan penggunaan berbagai
sumber radiasi di PTNBR diawasi, sehingga setiap personil yang terlibat dalam
pekerjaan dengan menggunakan sumber radiasi harus taat terhadap prosedur dan
peraturan yang diberlakukan di PTNBR yang mengacu pada berbagai peraturan
yang dikeluarkan oleh BAPETEN. Setiap personil yang akan bekerja dengan
menggunakan zat radioktif harus mengetahui dan mengerti tentang keselamatan
kerja terhadap radiasi pengion. Modul ini disusun oleh Bidang Keselamatan dan
Kesehatan sebagai panduan keselamatan, diperuntukkan bagi setiap personil baru,
baik karyawan PTNBR, tenaga magang, siswa kerja praktek, mahasiswa penelitian
dan kontraktor yang akan bekerja dengan sumber radiasi atau di area radiasi, tanpa
kecuali harus memahami modul ringkas ini.8Pengenalan PLTN (1 items)Pemanfaatan
teknik nuklir dalam bentuk PLTN mulai dikembangkan secara komersial sejak tahun
1954. Pada waktu itu di Rusia (USSR), dibangun dan dioperasikan satu unit PLTN air
ringan bertekanan tinggi (VVER=PWR) yang setahun kemudian mencapai daya 5
MWe. Di Amerika Serikat juga dioperasikan jenis reaktor yang sama, dengan daya
60 MWe. Pada tahun 1956 di Inggris dikembangkan PLTN jenis Gas Cooled Reactor
(GCR=reaktor berpendingin gas) dengan daya 100 MWe. Tahun 1997 di seluruh
dunia baik di negara maju maupun negara berkembang telah dioperasikan
sebanyak 443 unit PLTN yang tersebar di 31 negara dengan kontribusi sekitar 18%
dari pasokan tenaga listrik dunia dengan total pembangkitan dayanya mencapai
351.000 MWe dengan 36 unit PLTN sedang dalam tahap konstruksi di 18
negara.9Sekilas Tentang PLTN (1 items)PLTN bekerja tidak ubahnya seperti prinsip

kerja dari sebuah pembangkit listrik yang memanfaatkan panas sebagai


pembangkit uap. Uap air yang bertekanan tinggi dingunakan untuk menggerakkan
turbin, kemudian turbin menggerakkan generator, dan generator menghasilkan
listrik. Perbedaan utama antara PLTN dengan Pembangkit Listrik Tenaga (PLT)
konvensional adalah terletak pada pemanfaatan bahan bakar yang digunakan untuk
menguapkan air. Kebanyakan PLTN saat menggunakan Uranium sebagai bahan
bakarnya, sedangkan PLT konvensional untuk menghasilkan panas menggunakan
bahan bakar berupa minyak, gas alam, batubara (energi fosil).10UPAYA/TINDAKAN
HUKUM DALAM PENGAWASAN KEGIATAN PEMANFAATAN KETENAGANUKLIRAN :
Preventif, Represif dan Edukatif (1 items)Tahun 2002 yang lalu BAPETEN telah
represif dan edukatif. menyelenggarakan Konvensi Nasional Keselamatan Nuklir di
Jakarta. Hasil dari kegiatan itu terdapat beberapa rekomendasi yang menyatakan
bahwa sosialisasi keselamatan nuklir harus dilakukan lebih intensif dan
menginformasikan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh BAPETEN kepada
para pengguna pemanfaat tenaga nuklir dengan cepat, tepat dan menyeluruh, tidak
hanya untuk para pekerja saja namun juga ditujukan untuk para manajer. Konvensi
Nasional Keselamatan Nuklir ini dirancang sebagai sebuah forum berkumpul dan
bertemu para stakeholder dan para customer BAPETEN, baik dari lingkungan
pemerintah, maupun dari lingkungan swasta, dan para pakar keselamatan serta
kaum akademisi dan lembaga swadaya masyarakat untuk sama-sama menyatukan
komitmen terhadap keselamatan nuklir dengan mengkedepankan keselamatan
sebagai pilar penentu dalam setiap kegiatan pemanfaat tenaga nuklir. Untuk
mencapai keselamatan yang tinggi, sistem pengawasan yang diselenggarakan
harus terintegrasi dan cermat, dengan memuat upaya/tindakan hukum yang
bersifat preventif, represif dan edukatif. Dalam makalah ini penulis menguraikan
landasan hukum pengawasan ketenaganukliran yang merupakan pilar-pilar
pengawasan.

Listrik! Siapa yang tidak tahu dengan istilah listrik. Manusia sudah mulai ketergantungan dengan
benda yang bernama listrik ini. Lihat saja ketika ada pemadaman bergilir yang sekarang sering
terjadi, orang-orang kebingungan bahkan ada yang sampai merugi gara-gara padamnya listrik
tersebut. Wah sepertinya dunia sepi tanpa adanya listrik.
Kali ini saya akan membahas mengenai pembangkit listrik. Mungkin saja ada yang belum tahu.
Jadi semoga tulisan ini bermanfaat bagi anda semua.

Sebelum kita beranjak lebih jauh, maka sebelumnya saya mau mengajak anda untuk mengenal
jenis-jenis pembangkit yang ada di Dunia saat ini.
Bila kita melakukan klasifikasi dari sisi bahan bakar, maka pembangkit akan dibagi menjadi
beberapa jenis yang anda pasti sudah familiar:
Batubara
Nuklir
Gas
Panas Bumi
Biogas
Matahari
Air
Surya
Sampah
Angin
Ombak
Bila kita melakukan klasifikasi berdasarkan penggerak utamanya, maka akan terbagi menjadi
beberapa jenis, yaitu:
Turbin uap
Turbin gas
Turbin air
Reciprocating engine
Berdasarkan pengalaman, hampir semua pembangkit yang saya kunjungi biasanya digerakkan
oleh turbin uap. Yang berbeda hanya pada bahan bakar pembuatan uapnya. Beberapa
menggunakan batubara untuk memanaskan fluidanya, beberapa menggunakan gas, dan yang
sekarang sedang menjadi perdebatan, adalah menggunakan nuklir sebagai bahan bakar
pemanasan uap.
Pada kesempatan ini kita hanya akan membahas mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA) sesuai dengan judul dari postingan ini.

Prinsip kerja PLTA ini sangat sederhana, air dibendung agar dapat dialirkan dari ketinggian
tertentu dengan pipa . Tujuannya adalah untuk meningkatkan energi potensialnya. Semakin
tinggi suatu benda dari permukaan bumi, maka energi potensialnya semakin besar
.
Dengan energi potensial yang tinggi maka laju aliran air di ujung pipa akan tinggi pula. Apabila
diameter pipa tidak berubah (semua pipa diameternya sama) maka kita dapat menentukan laju
aliran air tersebut:

Dengan demikian kita juga dapat menentukan debit airnya:


Daya listrik yang dihasilkannya adalah:
Namun, tidak semua energi potensial dari air diubah menjadi energi listrik. Oleh karena itu kita
mengenal konsep efisiensi:
Dengan demikian daya listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga air adalah:

Read more: http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/05/prinsip-kerja-pembangkit-listriktenaga.html#ixzz1ZJuZDSpp


Under Creative Commons License: Attribution

Tenaga listrik adalah kebutuhan primer bagi manusia saat ini, baik untuk penerangan,
peralatan rumah tangga, peralatan kantor maupun peralatan kerja/industri. Peralatan rumah
tangga seperti pompa air, kipas angin, kulkas/freezer, air condition, setrika, mesin cuci, pesawat
televisi
dsb.
Peralatan
kantor
seperti
komputer,
fotocopy,
faxcimile
dsb.
Kebutuhan tenaga listrik tidak bisa dipisahkan dari kehidupan modern saat ini sehingga apabila
terjadi listrik padam maka seakan-akan dinamika kehidupanpun akan berhenti.

Sampai saat ini pembangkit tenaga listrik yang ada di Indonesia meliputi :

PLTD atau Pembangkit Listrik Tenaga Disel, adalah pembangkit listrik dimana electric
generator digerakkan oleh motor disel.

PLTA atau Pembangkit Listrik Tenaga Air, adalah pembangkit listrik dimana electric
generator digerakkan oleh turbin air yang mendapatkan suplai air dari bendungan, seperti
pada bendungan Jatiluhur, bendungan Karangkates dsb.

PLTU atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap, adalah pembangkit listrik dimana electric
generator digerakkan oleh turbin uap (steam turbine) yang mendapatkan suplai uap dari
ketel uap (steam boiler). Untuk menghasilkan uap yang diperlukan oleh steam tubine,
boiler memanaskan air menggunakan bahan bakar berupa batu bara atau bahan bakar
lain, seperti PLTU Suralaya, PLTU Paiton dsb.

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (maaf disingkat apa saya lupa) adalah
pembangkit listrik dimana electric generator digerakkan oleh turbin uap (steam turbine)
yang mendapatkan suplai uap dari air yang diinjeksikan kedalam bumi dimana terdapat
sumber panas bumi sehingga air tersebut berubah menjadi uap. Selanjutnya uap tersebut
dialirkan ke-steam turbin sehingga dapat menggerakkan electric generator.

Meskipun telah dibangun banyak pembangkit-pembankit tenaga listrik seperti tersebut


diatas, ternyata peningkatan kebutuhan tenaga listrik jauh lebih besar dibandingkan dengan
peningkatan penyediaan tenaga listrik. Untuk mengatasi hal tersebut, pada saat ini PLN mulai
melirik kemungkinan penggunakan PLTN atau Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir sebagai solusi
seperti
banyak
dipakai
oleh
beberapa
negara
maju.
Pada PLTN terdapat reaktor nuklir yang menghasilkan panas (lihat gambar), selanjutnya panas
tersebut diserap oleh oleh air dengan tekanan tinggi yang disirkulasikan kereaktor tersebut
kemudian dialirkan kedalam steam generator (semacam boiler) untuk memanaskan air.
Akibat pemanasan ini maka temperatur air didalam steam generator akan meningkat sehingga
pada tempreratur tertentu akan berubah menjadi uap dengan temperatur dan tekanan yang tinggi
dan
dialirkan
kedalam
steam
turbine
sehingga
turbin
dapat
berputar.
Karena turbine dihubungkan dengan electric generator, maka ketika electric generator berputar

dapat mengasilkan tenaga listrik, dan dengan sistim jaringan transmisi tenaga listrik dari PLTN
tersebut
didistribusikan
keseluruh
pelanggan.
Sementara itu uap air yang keluar dari steam turbine setelah memutarkan turbine dialirkan
kedalam condensor untuk didinginkan sehinga kembali menjadi air dan dipompakan kembali
kedalam steam generator.

Referensi :
http://www.freeinfosociety.com/

Anda mungkin juga menyukai