Hal itu memicu kepanikan luar biasa pada publik Jepang dan munculnya
peringatan internasional bagi kesehatan.
Menurut Edano, paparan radiasi di ibu kota hanya sekitar 10 kali dari
paparan normal yang diterima manusia. Pada titik tersebut paparan radiasi
tidak akan membahayakan kesehatan sekitar 13 juta penduduk Tokyo.
Warga dipastikan tak akan terpapar jika keluar rumah. Saya ingin
warga memahami hal ini, kata Edano dalam konferensi pers yang disiarkan
luas melalui jaringan televisi internasional.
Penjelasan Edano itu sebenarnya merujuk kepada warga yang mau
menaati imbauan pemerintah, yaitu jika warga berada di luar radius
peringatan baru, yakni 30 kilometer dari PLTN. Sekitar 140.000 orang di
dalam
zona
itu
dilarang
keluar
rumah.
Hal
tersebut
akan
merepotkan
warga
beraktivitas.
Komisaris Tepco, Gunther Oettinger, mengatakan, musibah yang
menimpa reaktor nuklir di PLTN Fukushima Daiichi berada di luar kendali.
Hampir semuanya berada di luar kendali, katanya.
Yukiya Amano, Direktur Badan Tenaga Atom Internasional,
mengatakan, Tepco terkesan tak terbuka memberikan informasi yang pas
dan rinci mengenai ledakan dan kebakaran pada reaktor nuklir di PLTN.
Kami tidak mendapat informasi rinci sehingga sulit mengambil langkah
yang tepat, kata Amano dalam sebuah konferensi pers di Vienna, Austria.
Perdana Menteri Jepang Naoto Kan pun mengungkapkan kekecewaan
serupa. Kan menyebut krisis nuklir kali ini merupakan musibah terburuk
sejak akhir Perang Dunia II saat Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom.
Warga mengkritik Kan lamban.
(AFP/AP/REUTERS/CAL)***
Source : Kompas, Kamis, 17 Maret 2011
Di dalam inti atom tersimpan tenaga inti (nuklir) yang luar biasa besarnya. Tenaga nuklir itu
hanya dapat dikeluarkan melalui proses pembakaran bahan bakar nuklir. Proses ini sangat
berbeda dengan pembakaran kimia biasa yang umumnya sudah dikenal, seperti pembakaran
kayu, minyak dan batubara. Besar energi yang tersimpan (E) di dalam inti atom adalah seperti
dirumuskan dalam kesetaraan massa dan energi oleh Albert Einstein : E = m C2, dengan m :
massa bahan (kg) dan C = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s). Energi nuklir berasal dari perubahan
sebagian massa inti dan keluar dalam bentuk panas.
Dilihat dari proses berlangsungnya, ada dua jenis reaksi nuklir, yaitu reaksi nuklir berantai tak
terkendali dan reaksi nuklir berantai terkendali. Reaksi nuklir tak terkendali terjadi misal pada
ledakan bom nuklir. Dalam peristiwa ini reaksi nuklir sengaja tidak dikendalikan agar dihasilkan
panas yang luar biasa besarnya sehingga ledakan bom memiliki daya rusak yang maksimal. Agar
reaksi nuklir yang terjadi dapat dikendalikan secara aman dan energi yang dibebaskan dari reaksi
nuklir tersebut dapat dimanfaatkan, maka manusia berusaha untuk membuat suatu sarana reaksi
yang dikenal sebagai reaktor nuklir. Jadi reaktor nuklir sebetulnya hanyalah tempat dimana
reaksi nuklir berantai terkendali dapat dilangsungkan. Reaksi berantai di dalam reaktor nuklir ini
tentu sangat berbeda dengan reaksi berantai pada ledakan bom nuklir.
Sejarah pemanfaatan energi nuklir melalui Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dimulai
beberapa saat setelah tim yang dipimpin Enrico Fermi berhasil memperoleh reaksi nuklir
berantai terkendali yang pertama pada tahun 1942. Reaktor nuklirnya sendiri sangat dirahasiakan
dan dibangun di bawah stadion olah raga Universitas Chicago. Mulai saat itu manusia berusaha
mengembangkan pemanfaatan sumber tenaga baru tersebut. Namun pada mulanya,
pengembangan pemanfaatan energi nuklir masih sangat terbatas, yaitu baru dilakukan di
Amerika Serikat dan Jerman. Tidak lama kemudian, Inggris, Perancis, Kanada dan Rusia juga
mulai menjalankan program energi nuklirnya.
Listrik pertama yang dihasilkan dari PLTN terjadi di Idaho, Amerika Serikat, pada tahun 1951.
Selanjutnya pada tahun 1954 PLTN skala kecil juga mulai dioperasikan di Rusia. PLTN pertama
di dunia yang memenuhi syarat komersial dioperasikan pertama kali pada bulan Oktober 1956 di
Calder Hall, Cumberland. Sistim PLTN di Calder Hall ini terdiri atas dua reaktor nuklir yang
mampu memproduksi sekitar 80 juta Watt tenaga listrik. Sukses pengoperasian PLTN tersebut
telah mengilhami munculnya beberapa PLTN dengan model yang sama di berbagai tempat.
Energi Nuklir
Untuk mendapatkan gambaran tentang besarnya energi yang dapat dilepaskan oleh reaksi nuklir,
berikut ini diberikan contoh perhitungan sederhana. Ambil 1 g (0,001 kg) bahan bakar nuklir
235U. Jumlah atom di dalam bahan bakar ini adalah :
N = (1/235) x 6,02 x 1023 = 25,6 x 1020 atom 235U.
Karena setiap proses fisi bahan bakar nuklir 235U disertai dengan pelepasan energi sebesar 200
MeV, maka 1 g 235U yang melakukan reaksi fisi sempurna dapat melepaskan energi sebesar :
E = 25,6 x 1020 (atom) x 200 (MeV/atom) = 51,2 x 1022 MeV
Jika energi tersebut dinyatakan dengan satuan Joule (J), di mana 1 MeV = 1.6 x 10-13 J, maka
energi yang dilepaskan menjadi :
E = 51,2 x 1022 (MeV) x 1,6 x 10-13 (J/MeV) = 81,92 x 109 J
Dengan menganggap hanya 30 % dari energi itu dapat diubah menjadi energi listrik, maka
energi listrik yang dapat diperoleh dari 1 g 235U adalah :
Elistrik = (30/100) x 81,92 x 109 J = 24,58 x 109 J
Karena 1J = 1 W.s ( E = P.t), maka peralatan elektronik seperti pesawat TV dengan daya (P) 100
W dapat dipenuhi kebutuhan listriknya oleh 1 g 235U selama :
t = Elistrik / P = 24,58 x 109 (J) / 100 (W) = 24,58 x 107 s
Angka 24,58 x 107 sekon (detik) sama lamanya dengan 7,78 tahun terus-menerus tanpa
dimatikan. Jika diasumsikan pesawat TV tersebut hanya dinyalakan selama 12 jam/hari, maka
energi listrik dari 1 g 235U bisa dipakai untuk mensuplai kebutuhan listrik pesawat TV selama
lebih dari 15 tahun.
Contoh perhitungan di atas dapat memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai kandungan
energi yang tersimpan di dalam bahan bakar nuklir. Energi panas yang dikeluarkan dari
pembelahan satu kg bahan bakar nuklir 235U adalah sebesar 17 milyar kilo kalori, atau setara
dengan energi yang dihasilkan dari pembakaran 2,4 juta kg (2.400 ton) batubara. Melihat
besarnya kandungan energi tersebut, maka timbul keinginan dalam diri manusia untuk
memanfaatkan energi nuklir sebagai pembangkit listrik dalam rangka memenuhi kebutuhan
energi dalam kehidupan sehari-hari.
Proses kerja PLTN sebenarnya hampir sama dengan proses kerja pembangkit listrik konvensional
seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang umumnya sudah dikenal secara luas. Yang
membedakan antara dua jenis pembangkit listrik itu adalah sumber panas yang digunakan. PLTN
mendapatkan suplai panas dari reaksi nuklir, sedang PLTU mendapatkan suplai panas dari
pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara atau minyak bumi.
Reaktor daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalui PLTN. Reaktor daya hanya
memanfaatkan energi panas yang timbul dari reaksi fisi, sedang kelebihan neutron dalam teras
reaktor akan dibuang atau diserap menggunakan batang kendali. Karena memanfaatkan panas
hasil fisi, maka reaktor daya dirancang berdaya thermal tinggi dari orde ratusan hingga ribuan
MW. Proses pemanfaatan panas hasil fisi untuk menghasilkan energi listrik di dalam PLTN
adalah sebagai berikut :
Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga dilepaskan energi dalam bentuk panas
yang sangat besar.
Panas hasil reaksi nuklir tersebut dimanfaatkan untuk menguapkan air pendingin, bisa
pendingin primer maupun sekunder bergantung pada tipe reaktor nuklir yang digunakan.
Uap air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi gerak
(kinetik).
Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga
dihasilkan arus listrik.
Jenis-Jenis PLTN
Teknologi PLTN dirancang agar energi nuklir yang terlepas dari proses fisi dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi dalam kehidupan sehari-hari. PLTN merupakan sebuah sistim yang dalam
operasinya menggunakan reaktor daya yang berperan sebagai tungku penghasil panas. Dewasa
ini ada berbagai jenis PLTN yang beroperasi. Perbedaan tersebut ditandai dengan perbedaan tipe
reaktor daya yang digunakannya. Masing-masing jenis PLTN/tipe reaktor daya umumnya
dikembangkan oleh negara-negara tertentu, sehingga seringkali suatu jenis PLTN sangat
menonjol dalam suatu negara, tetapi tidak dioperasikan oleh negara lain. Perbedaan berbagai tipe
reaktor daya itu bisa terletak pada penggunaan bahan bakar, moderator, jenis pendinging serta
perbedaan-perbedaan lainnya.
Perbedaan jenis reaktor daya yang dikembangkan antara satu negara dengan negara lain juga
dipengaruhi oleh tingkat penguasaan teknologi yang terkait dengan nuklir oleh masing-masing
negara. Pada awal pengembangan PLTN pada tahun 1950-an, pengayaan uranium baru bisa
dilakukan oleh Amerika Serikat dan Rusia, sehingga kedua negara tersebut pada saat itu sudah
mulai mengembangkan reaktor daya berbahan bakar uranium diperkaya. Sementara itu di
Kanada, Perancis dan Ingris pada saat itu dipusatkan pada program pengembangan reaktor daya
berbahan bakar uranium alam. Oleh sebab itu, PLTN yang pertama kali beroperasi di ketiga
negara tersebut menggunakan reaktor berbahan bakar uranium alam. Namun dalam
perkembangan berikutnya, terutama Inggris dan Perancis juga mengoperasikan PLTN berbahan
bakar uranium diperkaya.
Sebagian besar reaktor daya yang beroperasi dewasa ini adalah jenis Reaktor Air Ringan atau
LWR (Light Water Reactor) yang mula-mula dikembangkan di AS dan Rusia. Disebut Reaktor
Air Ringan karena menggunakan H2O kemurnian tinggi sebagai bahan moderator sekaligus
pendingin reaktor. Reaktor ini terdiri atas Reaktor Air tekan atau PWR (Pressurized Water
Reactor) dan Reaktor Air Didih atau BWR (Boiling Water Reactor) dengan jumlah yang
dioperasikan masing-masing mencapai 52 % dan 21,5 % dari total reaktor daya yang beroperasi.
Sedang sisanya sebesar 26,5 % terdiri atas berbagai type reaktor daya lainnya. Berikut ini akan
dibahas lebih lanjut berbagai jenis PLTN yang dewasa ini beroperasi diberbagai negara.
Reaktor Air Didih
Pada reaktor air didih, panas hasil fisi dipakai secara langsung untuk menguapkan air pendingin
dan uap yang terbentuk langsung dipakai untuk memutar turbin. Turbin tekanan tinggi menerima
uap pada suhu sekitar 290 C dan tekanan sebesar 7,2 MPa. Sebagian uap diteruskan lagi ke
turbin tekanan rendah. Dengan sistim ini dapat diperoleh efisiensi thermal sebesar 34 %.
Efisiensi thermal ini menunjukkan prosentase panas hasil fisi yang dapat dikonversikan menjadi
energi listrik. Setelah melalui turbin, uap tersebut akan mengalami proses pendinginan sehingga
berubah menjadi air yang langsung dialirkan ke teras reaktor untuk diuapkan lagi dan seterusnya.
Dalam reaktor ini digunakan bahan bakar 235U dengan tingkat pengayaannya 3-4 % dalam
bentuk UO2.
Pada tahun 1981, perusahaan Toshiba, General Electric dan Hitachi melakukan kerja sama
dengan perusahaan Tokyo Electric Power Co. Inc. untuk memulai suatu proyek pengembangan
patungan dalam rangka meningkatkan unjuk kerja sistim Reaktor Air Didih dengan
memperkenalkan Reaktor Air Didih Tingkat Lanjut atau A-BWR (Advanced Boiling Water
Reactor). Kapasitas A-BWR dirancang lebih besar untuk mempertinggi keuntungan ekonomis.
Di samping itu, beberapa komponen reaktor juga mengalami peningkatan, seperti peningkatan
dalam fraksi bakar, penyempurnaan sistim pompa sirkulasi pendingin, mekanisme penggerak
batang kendali dan lain-lain.
Reaktor Air Tekan
Reaktor Air Tekan juga menggunakan H2O sebagai pendingin sekaligus moderator. Bedanya
dengan Reaktor Air Didih adalah penggunaan dua macam pendingin, yaitu pendingin primer dan
sekunder. Panas yang dihasilkan dari reaksi fisi dipakai untuk memanaskan air pendingin primer.
Dalam reaktor ini dilengkapi dengan alat pengontrol tekanan (pessurizer) yang dipakai untuk
mempertahankan tekanan sistim pendingin primer.
Sistim pressurizer terdiri atas sebuah tangki yang dilengkapi dengan pemanas listrik dan
penyemprot air. Jika tekanan dalam teras reaktor berkurang, pemanas listrik akan memanaskan
air yang terdapat di dalam tangki pressurizer sehingga terbentuklah uap tambahan yang akan
menaikkan tekanan dalam sistim pendingin primer. Sebaliknya apabila tekanan dalam sistim
pendingin primer bertambah, maka sistim penyemprot air akan mengembunkan sebagian uap
sehingga tekanan uap berkurang dan sistim pendingin primer akan kembali ke keadaan semula.
Tekanan pada sistim pendingin primer dipertahankan pada posisi 150 Atm untuk mencegah agar
air pendingin primer tidak mendidih pada suhu sekitar 300 C. Pada tekanan udara normal, air
akan mendidih dan menguap pada suhu 100 C.
Dalam proses kerjanya, air pendingin primer dialirkan ke sistim pembangkit uap sehingga
terjadi pertukaran panas antara sistim pendingin primer dan sistim pendingin sekunder. Dalam
hal ini antara kedua pendingin tersebut hanya terjadi pertukaran panas tanpa terjadi kontak atau
percampuran, karena antara kedua pendingin itu dipisahkan oleh sistim pipa. Terjadinya
pertukaran panas menyebabkan air pendingin sekunder menguap. Tekanan pada sistim pendingin
sekunder dipertahankan pada tekanan udara normal sehingga air dapat menguap pada suhu 100
C. Uap yang terbentuk di dalam sistim pembangkit uap ini selanjutnya dialirkan untuk memutar
turbin.
Dari uraian di atas tergambar bahwa sistim kerja PLTN dengan Reaktor Air Tekan lebih rumit
dibandingkan dengan sistim Reaktor Air Didih. Namun jika dilihat pada sistim keselamatannya,
Reaktor Air Tekan lebih aman dibandingkan dengan Reaktor Air Didih. Pada Reaktor Air Tekan
perputaran sistim pendingin primernya betul-betul tertutup, sehingga apabila terjadi kebocoran
bahan radioaktif di dalam teras reaktor tidak akan menyebabkan kontaminasi pada turbin.
Sedang pada Reaktor Air Didih, kebocoran bahan radioaktif yang terlarut dalam air pendingin
primer dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi pada turbin. Reaktor Air Tekan juga
mempunyai keandalan operasi dan keselamatan yang sangat baik. Salah satu faktor
penunjangnya adalah karena reaktor ini mempunyai koefisien reaktivitas negatif. Apabila terjadi
kenaikan suhu dalam teras reaktor secara mendadak, maka daya reaktor akan segera turun
dengan sendirinya. Namun karena menggunakan dua sistim pendingin, maka efisiensi
thermalnya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan Reaktor Air Didih.
Daftar Pustaka
1. ANONIM, Nuclear Power, the Environment and Man, International Atomic Energy
Agency, Vienna, Austria (1984).
2. ANONIM, Nuclear Energy in Japan, International Nuclear Corporation Center, Japan
(1984).
3. ANONIM, Pengenalan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Atomos, Vol 1(2),
Badan Tenaga Atom Nasional, Jakarta (1986).
4. ANONIM, Peningkatan Peranan Energi Nuklir di 15 Negara, Buletin BATAN, Th. XII
(3), Badan Tenaga Atom Nasional (1991) Hal. 28-29
5. ANONIM, Energi Nuklir, Ilmu Pengetahuan Populer, Vol. 3, Grolier International
Inc./P.T. Widyadara (1997) hal. 266-279.
6. BENNETT, L.L., et.al., Nuclear Power Performance and Safety, IAEA Bulletin, Vol. 29
(4), Vienna, Austria (1987) pp. 5-12.
7. COHEN, B. L., Concept of Nuclear Physics, Tata McGraw-Hill Publishing Company
Ltd., New Delhi (1982).
8. EICHHOLZ, G. G., Environmental Aspects of Nuclear Power, An Arbor Science
Publisher Inc., Mich 48106 (1977).
9. GLASSTONE, S. and JORDAN, W. H., Nuclear Power and Its Environment Effects,
American Nuclear Society, Illinois (1981).
10. KLUEH, RONALD, Future Nuclear Reactor - Safety First ?, New Scientist (April 1986)
pp. 41-45.
11. KNIEF, R. ALLEN, Nuclear Energy Technology, Hemisphere Publishing Corporation,
Washington (1981)
12. MURRAY, RAYMOND L., Nuclear Energy, Pergamon Press, Oxford (1980).
Mukhlis Akhadi, Ahli Peneliti Muda di Badan Tenaga Nuklir nasional
EBTKE--Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal
yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja
sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt Listrik Tenaga Uap (PLTU), dimana
menggunakan uap bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Putaran turbin inlah yang diubah
menjadi energi listrik. Perbedaannya ialah sumber panas yang digunakan untuk menghasilkan
panas. Sebuah PLTN menggunakan Uranium sebagai sumber panasnya. Reaksi pembelahan (fisi)
inti Uranium menghasilkan energi panas yang sangat besar.
Daya sebuah PLTN berkisar antara 40 Mwe sampai mencapai 2000 MWe, dan untuk PLTN yang
dibangun pada tahun 2005 mempunyai sebaran daya dari 600 MWe sampai 1200 MWe. Sampai
tahun 2006 terdapat 443 PLTN yang beroperasi di dunia, yang secara keseluruhan menghasilkan
daya sekitar 1/6 dari energi listrik dunia.
Pertanyaannya, bagaimana nuklir dapat menghasilkan listrik?Nuklir diproses menghasilkan
panas yang akan dipakai menggerakkan turbin pembangkit listrik. Sesungguhnya prinsip kerja
PLTN mirip dengan pembangkit listrik lainnya, misalnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU). Uap bertekanan tinggi pada PLTU digunakan untuk memutar turbin. Tenaga gerak putar
turbin ini kemudian diubah menjadi tenaga listrik dalam sebuah generator.
Letak perbedaan PLTN dengan pembangkit lain pada bahan bakar yang digunakan untuk
menghasilkan uap, yaitu Uranium. Reaksi pembelahan (fisi) inti Uranium menghasilkan tenaga
panas (termal) dalam jumlah yang sangat besar serta membebaskan 2 sampai 3 buah neutron.
Peranan energi nuklir dalam pembangkitan listrik adalah sebagai upaya dalam melakukan
diversifikasi pasokan energi dalam bentuk listrik, selain itu juga sebagai salah satu upaya
konservasi energi guna mendunkung pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) secara
signifikan.
Bagaimana dengan Indonesia, siapkah untuk mengembangkan PLTN?Secara garis besar,
teknologi dan Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia sudah siap dengan adanya
kerjasama di bidang teknologi nuklir dengan bangsa-bangsa lain. nah disinilah peran masyarakat
untuk mendukung pembangunan PLTN di Indonesia ini agar hasil yg kita dapatkan dapat
dirasakan oleh bangsa Indonesia ini. Untuk meningkat pasokan daya listrik yang cenderung
defisit, sedangkan sumber daya alam jika digali terus akan habis juga, sedangkan uranium
cadangannya melimpah dan tak akan habis.
sumber :www.batan.go.id
Listrik! Siapa yang tidak tahu dengan istilah listrik. Manusia sudah mulai ketergantungan dengan
benda yang bernama listrik ini. Lihat saja ketika ada pemadaman bergilir yang sekarang sering
terjadi, orang-orang kebingungan bahkan ada yang sampai merugi gara-gara padamnya listrik
tersebut. Wah sepertinya dunia sepi tanpa adanya listrik.
Kali ini saya akan membahas mengenai pembangkit listrik. Mungkin saja ada yang belum tahu.
Jadi semoga tulisan ini bermanfaat bagi anda semua.
Sebelum kita beranjak lebih jauh, maka sebelumnya saya mau mengajak anda untuk mengenal
jenis-jenis pembangkit yang ada di Dunia saat ini.
Bila kita melakukan klasifikasi dari sisi bahan bakar, maka pembangkit akan dibagi menjadi
beberapa jenis yang anda pasti sudah familiar:
Batubara
Nuklir
Gas
Panas Bumi
Biogas
Matahari
Air
Surya
Sampah
Angin
Ombak
Bila kita melakukan klasifikasi berdasarkan penggerak utamanya, maka akan terbagi menjadi
beberapa jenis, yaitu:
Turbin uap
Turbin gas
Turbin air
Reciprocating engine
Berdasarkan pengalaman, hampir semua pembangkit yang saya kunjungi biasanya digerakkan
oleh turbin uap. Yang berbeda hanya pada bahan bakar pembuatan uapnya. Beberapa
menggunakan batubara untuk memanaskan fluidanya, beberapa menggunakan gas, dan yang
sekarang sedang menjadi perdebatan, adalah menggunakan nuklir sebagai bahan bakar
pemanasan uap.
Pada kesempatan ini kita hanya akan membahas mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA) sesuai dengan judul dari postingan ini.
Prinsip kerja PLTA ini sangat sederhana, air dibendung agar dapat dialirkan dari ketinggian
tertentu dengan pipa . Tujuannya adalah untuk meningkatkan energi potensialnya. Semakin
tinggi suatu benda dari permukaan bumi, maka energi potensialnya semakin besar
.
Dengan energi potensial yang tinggi maka laju aliran air di ujung pipa akan tinggi pula. Apabila
diameter pipa tidak berubah (semua pipa diameternya sama) maka kita dapat menentukan laju
aliran air tersebut:
Tenaga listrik adalah kebutuhan primer bagi manusia saat ini, baik untuk penerangan,
peralatan rumah tangga, peralatan kantor maupun peralatan kerja/industri. Peralatan rumah
tangga seperti pompa air, kipas angin, kulkas/freezer, air condition, setrika, mesin cuci, pesawat
televisi
dsb.
Peralatan
kantor
seperti
komputer,
fotocopy,
faxcimile
dsb.
Kebutuhan tenaga listrik tidak bisa dipisahkan dari kehidupan modern saat ini sehingga apabila
terjadi listrik padam maka seakan-akan dinamika kehidupanpun akan berhenti.
Sampai saat ini pembangkit tenaga listrik yang ada di Indonesia meliputi :
PLTD atau Pembangkit Listrik Tenaga Disel, adalah pembangkit listrik dimana electric
generator digerakkan oleh motor disel.
PLTA atau Pembangkit Listrik Tenaga Air, adalah pembangkit listrik dimana electric
generator digerakkan oleh turbin air yang mendapatkan suplai air dari bendungan, seperti
pada bendungan Jatiluhur, bendungan Karangkates dsb.
PLTU atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap, adalah pembangkit listrik dimana electric
generator digerakkan oleh turbin uap (steam turbine) yang mendapatkan suplai uap dari
ketel uap (steam boiler). Untuk menghasilkan uap yang diperlukan oleh steam tubine,
boiler memanaskan air menggunakan bahan bakar berupa batu bara atau bahan bakar
lain, seperti PLTU Suralaya, PLTU Paiton dsb.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (maaf disingkat apa saya lupa) adalah
pembangkit listrik dimana electric generator digerakkan oleh turbin uap (steam turbine)
yang mendapatkan suplai uap dari air yang diinjeksikan kedalam bumi dimana terdapat
sumber panas bumi sehingga air tersebut berubah menjadi uap. Selanjutnya uap tersebut
dialirkan ke-steam turbin sehingga dapat menggerakkan electric generator.
dapat mengasilkan tenaga listrik, dan dengan sistim jaringan transmisi tenaga listrik dari PLTN
tersebut
didistribusikan
keseluruh
pelanggan.
Sementara itu uap air yang keluar dari steam turbine setelah memutarkan turbine dialirkan
kedalam condensor untuk didinginkan sehinga kembali menjadi air dan dipompakan kembali
kedalam steam generator.
Referensi :
http://www.freeinfosociety.com/