Moneter Eropa
Moneter Eropa
NPM
: 1206339090
PROGRAM PASCASARJANA
KAJIAN WILAYAH EROPA UNIVERSITAS INDONESIA
PENDAHULUAN
Italia merupakan salah satu anggota Uni-Eropa yang maju dilihat dari angka
GDP mencapai US$ 2.055 trilyun tahun 2010 di mana persentase sektor jasa
mencapai 72,8%, industri 25,3% dan sektor pertanian 1,9%. GNI-nya berfluktuasi
pada kisaran US$ 35.760 dan US$ 960 (https://www.indexmundi.com/fects/italy/gniper-capita). Sebagai negara eksportir besar, Italia menyumbangkan hingga 59% dari
hasil keseluruhan perdagangannya pada kemajuan ekonomi Eropa. Ironinya, Italia
saat ini mengalami penurunan dalam performa ekonomi. Catatan dari Eurostat, Italia
merupakan negara ke-2 dengan jumlah rasio utang terbesar setelah Yunani (116% dari
GDP tahun 2010). Ditulis dalam The Economist, penyebab utang Italia adalah GDP
per kapita Italia utara yang jauh melebihi rata-rata Uni-Eropa. Kesenjangan antara
Italia Utara dan Italia Selatan juga menempatkan posisi lainnya pada situasi kondisi
ekonomi jauh di bawah rata-rata (https://www/economist.com/node/21556297).
Berikut selanjutnya dijelaskan pada bagian beriutnya tentang krisis ekonomi Italia
yang berdampak pada lesunya ekonomi Uni-Eropa.
Menilik ke belakang, Italia mengalami krisis mata uang dalam sejarahnya
dengan Uni-Eropa. European Monetary System (EMS) adalah bentukkan anggota
Uni-Eropa dari akhir tahun 1970-an sampai awal 1990-an pasca jatuhnya Bretton
Woods System di mana Uni-Eropa mencoba kembali membatasi fluktuasi exchange
rate. Bentukan EMS kemudian dibagi menjadi dua komponen artifisial yaitu
European Currency Unit (ECU) dan Exchange Rate Mechanism (ERM). Tujuannya
adalah mencapai stabilitas moneter di kalangan Eropa sendiri daripada bersandar pada
ekonomi global sembari berjalan pada unifikasi di mana mengeliminasi seluruh
batasan capital dan trade di seluruh Eropa. Dari 15 anggota Uni-Eropa pada saat itu,
hanya 11 yang bersedia bergabung dalam EMS termasuk Italia. Hal ini juga yang
akan mempengaruhi situasi finansial di Italia. Awalnya ERM dibuat untuk menjaga
stabilisasi antara mata uang Mark-Pound-Lira, keadaan justru membuat mata uang
Pound dan Lira terdepak dari ERM. Tulisan ini memaparkan akar masalah dan
dampak tataran krisis finansial Italia terutama krisis mata uang yang terjadi pada
tahun 1992 serta krisis utang selanjutnya yang terjadi tahun 2008 dalam perspektif
moneter Eropa.
(sumber: indexmundi.com)
Keadaan ini semakin membaik sampai pada kondisi krisis selanjutnya
yang terjadi pada tahun 2008 di mana membawa Itali ke krisis utang yang
berpengaruh pada perekonomian Italia hingga kini. Berikut dijelaskan tentang
dampak krisis utang Italia.
(sumber: www.istat.it)
Krisis ini juga berpengaruh pada sektor finansial publik. Menurunnya
aktivitas ekonomi otomatis berpengaruh pada jumlah pajak serta timbulnya kebijakan
anti-krisis dengan tujuan meningkatkan anggaran belanja. Situasi Italia saat itu berada
pada budget deficit, utang publik yang meningkat, serta penurunan GDP yang
menyebabkan rasio utang naik dan defisit pada GDP juga naik. Dalam Uni-Eropa,
angka rasio utang dan defisit pada GDP melanggar pakta stabilitas yang ditetapkan
oleh European Monetary Union (UMN). Kondisi tersebut beresiko memicu prosedur
defisit berlebih dari komisi Uni-Eropa.
Fase ini membuat Uni-Eropa bergantung pada struktur dan cakupan
nasional atau internasional bank yang ikut serta. Pemerintah Italia mendukung dan
menyelamatkan bank dengan memberi akses likuiditas karena beberapa bank
membutuhkan intervensi dari pemerintah terkait posisi "tidak aman" pada taraf krisis
finansial. Sistem bank akan merespon krisis dengan solusi konvensional seperti
pembatasan kredit dan meningkatkan akses likuiditas di mana bank menaikkan tax
revenue dan meningkatkan suku bunga yang justru memicu fase kedua krisis. Fase
berikutnya yang dikenal dengan solvency crisis (krisis solvenitas) mengarah pada
kebangkrutan, pemotongan kredit bank, penurunan tajam dalam pasar finansial akibat
meningkatnya deficit budget yang menarik dana dari pasar modal.
Akibatnya, kegiatan ekonomi berkurang, banyak perusahaan tutup, dan
tingkat pengangguran meningkat. Uni-Eropa menjadi sandaran ekonomi Italia sebagai
solusi atas defisit dari anggaran pengeluaran untuk sektor publik seperti layanan
kesehatan. Di bawah ini diperlihatkan indikator untama perekonomian di Italia sejak
tahun 2006 hingga 2009. 2007 menunjukkan kondisi ekonomi Italia dengan jumlah
defisit GDP terendah. Sementara itu defisit GDP terbesar terjadi pada tahun 2009,
setahun setelah krisis Yunani terjadi yang menunjukkan efek krisis yang parah terjadi
di Italia.
(sumber: www.istat.it)
Gambar selanjutnya memperlihatkan efek krisis utang Italia masih
berlanjut di tahun 2010, bahkan sampai saat ini. Utang yang mencapai 121.4% tepat
setelah Yunani, serta tingkat defisit 4,6% proporsinya dengan GDP memperlihatkan
kondisi keuangan dan moneter Italia seperti yang telah dipaparkan dalam penjelasan
di atas.
PENUTUP
Untuk menutup tulisan ini, penulis akan memaparkan kondisi finansial
Italia beberapa tahun ke depan berdasarkan dua prediksi dari Ernst & Young serta
Banca d'Italia. Sampai saat ini tercatat pertumbuhan ekonomi Italia masih mengalami
pertumbuhan negatif yakni 0,2-0,6% sepanjang tahun 2013 menurut badan statistik
Italia. Walaupun demikian, adanya tanda-tanda stabilisasi ekonomi dan inflasi terlihat
dalam kuartal selanjutnya. Dalam lingkup Eropa, keadaan finansial membaik. Nilai
Euro mengalami apresiasi dibandingkan Dollar dan Yen sejak Juni sebesar 3,7%.
GDP juga meningkat pada kuarter kedua tahun ini ditandai dengan naiknya tingkat
ekspor sampai 2,1% serta kenaikan konsumsi rumah tangga dan perusahaan. Banca
d'Italia mencatat tingkat inflasi berada pada tahap normal.
Mengutip Ernst & Young Forecast, resesi diperkirakan tetap ada hingga
akhir tahun di mana budget austerity terjadi untuk kedua kalinya. Adanya pengetatan
anggaran berdampak langsung pada turunnya pendapatan, sehingga investasi juga ikut
turun sebesar 1% pada kuarter kedua tahun ini. GDP diperkirakan akan turun hingga
1,8% setelah penurunan sebelumnya sebesar 2,8% di kuarter akhir tahun 2012 dan
2,4% di kuarter pertama tahun ini. Penurunan ekonomi di awal tahun diperkirakan
akibat pemilihan politik pada Februari.
10
REFERENSI
http://aei.pitt.edu/7014/1/sevilla_christina.pdf diakses pada 3 Desember 2013 23:11
WIB
http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/siaranpers/siaranpdf%5CTeori%20KrisisDjoko.pdf diakses pada 3 Desember 2013 23:34 WIB
http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/07/C%20_eJurnal%20SALMIAH_%20(07-31-13-06-5405).pdf diakses pada 4 Desember 2013 00:16 WIB
http://www.gla.ac.uk/media/media_191024_en.pdf diakses pada 4 Desember 2013
00:50 WIB
http://www.politicalscience.uncc.edu/jwalsh/jpp.pdf diakses pada 4 Desember 2013
01:15 WIB
http://www.ey.com/Publication/vwLUAssets/Eurozone-Forecast-summer-2013Italy/$FILE/Eurozone-Forecast-summer-2013-Italy.pdf diakses pada 11 Desember
2013 16:10 WIB
https://www.indexmundi.com/fects/italy/gni-per-capita diakses pada 11 Desember
2013 16:45 WIB
http://www.bancaditalia.it/pubblicazioni/econo/bollec/2013/bolleco71;internal&actio
n=_setlanguage.action?LANGUAGE=en diakses pada 11 Desember 2013 17.05
WIB