Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap, melainkan suatu
hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan
secara terus-menerus. Perubahan dapat dilakukan bukan hanya dari
kurikulum, tapi juga dalam hal metode mengajar, model yang digunakan,
buku-buku pelajaran, alat-alat laboratorium, maupun materi-materi pelajaran.
Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional,
tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal.
Kurikulum 2004 yakni Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang
diperbaharui dengan Kurikulum 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), telah berlaku selama kurang lebih 5 tahun dan semestinya
diterapkan secara utuh pada setiap sekolah. Namun pada kenyataannya,
pelaksanaan pembelajaran di sekolah, masih kurang memperhatikan
ketercapaian kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Hal ini tampak pada RPP
yang dibuat oleh guru dan dari cara guru mengajar di kelas masih tetap
menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan metode ceramah.
Guru masih menjadi penyaji dalam kelas sedangkan siswa menjadi penonton
yang pasif. Paradigma mengajar lama masih tetap dipertahankan dan belum
berubah menjadi peradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KBK,
pada penyusunan RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk
pelaksanaan pembelajaran di kelas, ini berarti bahwa guru sebagai sutradara
dan siswa menjadi pemain.
Kemampuan profesional guru amatlah penting dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan. Guru sebagai pendidik membantu
mendewasakan anak secara psikologis, sosial dan moral. Guru juga harus
kreatif dan penuh inisiatif dalam pengelolaan kelas karena gurulah yang
mengetahui secara pasti situasi dan kondisi kelas, keadaan peserta didik
dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individunya.
Problematika Pendidikan Biologi

Kurangnya perhatian terhadap suatu materi ajar akan menyebabkan


siswa kurang memahami konsep dari suatu materi ajar. Padahal banyak
materi ajar yang membutuhkan pemahaman terhadap konsep-konsepnya dan
tidak cukup hanya sekedar dihafalkan, salah satunya adalah biologi pada
konsep arthropoda. Hampir 1 juta spesies arthropoda telah dideskripsikan,
dan sebagian besar adalah serangga. Pada kenyataannya, dua dari setiap tiga
organisme yang dikenal adalah hewan arthropoda, dan anggota filum tersebut
ada hampir pada semua habitat yang ada di biosfer.
Konsep arthropoda terdiri dari sub-sub bab yang luas sehingga di
dalam mengajarkannya seorang guru harus memiliki teknik mengajar
sehingga siswa tidak bosan selama proses belajar mengajar berlangung. Pada
kenyataannya penguasaan dan pemahaman siswa dalam konsep arthropoda
masih tergolong rendah, disebabkan karena teknik mengajar yang diterapkan
oleh guru belum efektif untuk membangkitkan aktivitas siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran. Guru belum mampu melibatkan seluruh
siswa dalam proses belajar, selain itu guru juga tidak membimbing siswa
dalam membuat suatu catatan yang dapat mereka pahami. Hal ini terlihat
pada saat proses pembelajaran di dalam kelas, dimana siswa hanya sebagai
pendengar.
Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
yang dihadapi adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat
menciptakan suasana belajar yang aktif, menyenangkan, membantu siswa
memahami materi pelajaran yang sulit, dan membantu guru mengajarkan
materi yang kompleks, adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Penggunaan model pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu menugaskan
siswa untuk menguasai materi tertentu dalam kelompok ahli dan
mengajarkan materi tersebut kepada kelompok asalnya. Penggunaan model
jigsaw membuat masing-masing anggota kelompok menjadi individu yang
lebih kuat dengan mengajarkan mereka keterampilan-keterampilan dalam
konteks sosial.

Problematika Pendidikan Biologi

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat diukur dari keberhasilan


siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan tersebut
dapat dilihat dari tingkat pemahaman materi dan prestasi belajar siswa.
Semakin tinggi pemahaman materi dan prestasi belajar, maka semakin
tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran
B.

Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengelompokkan pada filum arthropoda?


2. Bagaimanakah langkah-langkah penerapan model jigsaw?
C. Tujuan
1. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang konsep Arthropoda
2. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang model pembelajaran
kooperatif jigsaw
3. Mengetahui cara penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw pada
konsep arthropoda
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan akan bermanfaat dalam upaya peningkatan
mutu dan efektivitas pembelajaran biologi khususnya pada konsep arthropoda.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Filum Arthropoda

Problematika Pendidikan Biologi

Diperkirakan bahwa populasi arthropoda dunia, yang meliputi


crustecea, laba-laba dan serangga, berjumlah sekitar 1018 individu. Hampir 1
juta spesies arthropoda telah dideskripsikan, dan sebagian besar adalah
serangga. Pada kenyataannya, dua dari setiap tiga organisme yang dikenal
adalah hewan arthropoda, dan anggota filum tersebut ada hampir pada semua
habitat yang ada di biosfer. Berdasarkan kriteria keanekaragaman, penyebaran,
dan jumlah spesies, filum arthropoda harus dianggap sebagai yang paling
berhasil diantara semua filum hewan (Campbell, 2003).
Dibandingkan dengan filum sebelumnya, arthropoda menyerupai
annelida dalam hal ini susunan tubuh yang bersegmen dan posisi alat-alat
tubuh utama. Tubuhnya bilateral simetris terdiri atas sejumlah ruas-ruas dan
keseluruhan susunnya menunjukkan adanya segmentasi luar atau yang disebut
heteronom. Ini berbeda dengan segmentasi pada annelida, yang meliputi
seluruh alat-alat tubuh atau yang disebut homonom. Arthropoda serupa dengan
annelida, yaitu memiliki sistem nervosum dengan susunan serupa tengga tali
atau disebut susunan saraf tangga tali, dimana ganglion kepala (otak)
terhubung

dengan

antena(indra

peraba),

mata

(indra

penglihatan),

dan statosista (indra keseimbangan). Sistem peredaran darah yang dimilikinya


adalah sistem peredaran darah terbuka. O2 masuk dari air ke pembuluh insang,
sedangkan CO2 berdifusi dengan arah berlawanan. O2 ini akan diedarkan ke
seluruh tubuh tanpa melalui pembuluh darah) dan pembuahan berlangsung di
dalam tubuh betina (fertilisasi internal) (Radiopoetro, 1991).
Tubuh arthropoda sepenuhnya ditutupi oleh kutikula (cuticle), suatu
eksoskeleton (rangka luar) yang dibangun dari lapisan-lapisan protein dan
kitin. Kutikula itu dapat merupakan pelindung yang tebal dan keras di atas
beberapa bagian tubuh, dan setipis kertas dan fleksibel pada lokasi lain, seperti
persendian. Eksoskeleton itu akan melindungi hewan dan menyediakan titik
pertautan bagi otot yang menggerakkan anggota badan itu. Kerangka
arthropoda merupakan struktur yang kuat dan relatif tidak permeabel terhadap
air. Eksoskeleton yang kaku juga menimbulkan beberapa permasalahan
evolusioner. Sebagai contoh untuk dapat tumbuh, arthropoda sewaktu-waktu
harus

melepaskan

eksoskeletonnya

yang

lama

dan

mensekresikan

Problematika Pendidikan Biologi

eksoskeleton yang lebih besar. Proses ini disebut molting, membutuhkan


energi yang sangat banyak dan meninggalkan hewan tersebut rentang terhadap
pemangsa dan bahaya lain untuk sementara waktu (Campbell, 2003).
Menurut Jasin 1992, bahwa arthropoda memiliki ciri-ciri yaitu:
1. Tubuh beruas-ruas: kaput (kepala), toraks (dada), abdomen (perut). Bentuk
simetris bilateral dengan rangka luar dari zat kitin.
2. Sistem organ lengkap: peredaran, pencernaan, saraf, pernafasan, eksresi,
reproduksi dan panca indra.
3. Peredaran darah terbuka, dengan jantung pada bagian dorsal. Darah tidak
mengandung Hb.
4. Alat pernafasan berupa trakea dan sistem saraf berupa sistem saraf tangga
tali
5. Beralat kelamin terpisah dengan pembuahan internal dan perkembangan
hidupnya mengalami metamorphosis.
6. Umumnya mempunyai antena sebagai alat peraba, mata majemuk yang
terdiri atas banyak omatidium.
Menurut Campbell 2003, bahwa berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya
arthropoda dikelompokkan menjadi empat kelas yaitu:
1. Crustacea (golongan udang dan kepiting)
2. Insecta (serangga)
3. Chilopoda (lipan)
4. Diplopoda (kaki seribu)
5. Arachnida (golongan laba-laba)
1. Crustacea (golongan udang dan kepiting)
Sebagai wakil yang representatif adalah Cambarus viridis. Hidup di air
tawar, di danau atau di dalam kolam. Tubuh Cambarus sebelah luar terdapat
kutikula, dimana kutikula disusun oleh pectin dan garam-garam mineral. Maka
bila udang direbus warna berubah karena sifat dari basa menjadi asam.
Eksoskeleton tubuh dibagi atas dua bagian yaitu anterior yang disebut
cephalothorax, posterior yang terdiri dari buku-buku disebut abdomen.
Cephalothorax terdiri atas 13 ruas yang menjadi satu. Bagian ini disebut
carapace. Disebelah dorsal dari carapace terdapat suatu lekukan yang
melintang dimana membagi cephalothorax menjadi dua yaitu bagian depan
disebut cephal dan bagian belakang disebut thorax. Alat pencernaan terdiri atas:
mulut, kerongkongan, perut besar (oesophagus), usus dan anus. Di dalam
lambung mengandung chitine yang berguna untuk menggilas makanan. System
Problematika Pendidikan Biologi

reproduksi terjadi dalam induk


betina. Telur menjadi larva
kemudian

dewasa.

Alat

reproduksi jantan berupa testis


terletak
sinus,
terbuka
pada

dibawah
dua

vas

melalui
kaki

pericardial
deferensia
coxopodite

jalan

ke5.

Reproduksi betina berupa ovarium yang serupa testis baik bentuk maupun
letaknya, sebuah oviduk terbuka pada coxopodite pada kaki jalan ke3. Kopulasi
udang biasanya terjadi pada bulan september, oktober, november pada tahun
pertama. Kopulasi kedua udang terjadi pada musim hujan kedua (Jasin, 1992).
Crustacea dibagi menjadi 2 sub-kelas, yaitu Entomostraca (udangudangan rendah) dan Malacostrata (udang-udangan besar). Entomostraca
umumnya berukuran kecil dan merupakan zooplankton yang banyak ditemukan
di perairan laut atau air tawar. Golongan hewan ini biasanya digunakan sebagai
makanan ikan, contohnya adalah ordo Copepoda, Cladocera, Ostracoda, dan
Amphipoda. Sedangkan Malacostrata umumnya hidup di laut dan pantai. Yang
termasuk ke dalam Malacostrata adalah ordo Decapoda dan Isopoda. Contoh
dari spesiesnya adalah udang windu (Panaeus), udang galah (Macrobanchium
rosenbergi),

rajungan

(Neptunus

pelagicus),

dan

kepiting

(Portunus

sexdentalus) (Anonim, 2012).

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/crustacea

Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo

: Animalia
: Arthropoda
: Crustacea
: Decapoda
Problematika Pendidikan Biologi

Famyli
Genus
Spesies

:: Cambarus
: Cambarus viridis (udang) (Jasin, 1992).

2. Insecta (golongan serangga)


Umumnya serangga mengalami metamorfosis sempurna, yaitu siklus
hidup dengan beberapa tahapan yang berbeda: telur, larva, pupa, dan imago.
Beberapa ordo yang mengalami metamorfosis sempurna adalah Lepidoptera,
Diptera, Coleoptera, dan Hymenoptera. Metamorfosis tidak sempurna
merupakan siklus hidup dengan tahapan: telur, nimfa, dan imago. Banyak
serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya yaitu sebagai
organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek estetika
dan wisata, bermanfaan pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh
alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi dan
penghasil madu (Anonim, 2012).
Tubuh insekta dibagi atas tiga bagian: kepala (caput), dada (thorax),
dan perut (abdomen). Toraks terdiri atas 3 segmen yang jelas, masing-masing
mempunyai sepasang kaki. Jadi insekta adalah hewan berkaki enam. Sebagain
besar dari insekta, jika dewasa, juga mempunyai satu atau dua pasang sayap
pada toraks dan sepasang antena di kepala (Kimball, 1991).
Bagian tubuh luar yaitu antena, mata, ovipositor, tibia, femur, tarsus
dan mulut dan bagian dalam tubuh yaitu vagina, lubang kelamin, tabung
malphighi, ganglion optik, labium, labrum, crop,

dan

ocellus. Sistem

pencernaan terdiri atas mulut, esophagus crop, proventriculus, ventriculus


(lambung), gastric caeca, rectum dan anus. Sistem ekskresi terdiri atas dua
atau lebih badan yang berbentuk tabung yang disebut malphighi. Bagian
anterior badan ini menempel pada bagian belakang alat pencernaan makanan.
Sistem respirasi berupa tabung-tabung trakeal bermuara di bagian luar tubuh
sebagai spiraculum, dua buah pada toraks dan delapan buah pada abdomen.
Udara dibawah ke sel-sel tubuh sebagai udara biasa dan tidak sebagai larutan
oksigen. CO2 yang terbentuk dikeluarkan sebagian melalui spiraculum
sebagian lain melalui alat-alat tubuh. Sistem reproduksi melalui fertilisasi
secara internal. Telur yang telah dibuahi diletakkan dalam tanah dalam bentuk
Problematika Pendidikan Biologi

telur. Perkembangan embrional mulai serempak dalam suatu musim, tetapi


mengalami periode tidur yang disebut diapause. Kemudian telur menetas dan
keluar sebagai nimva. Tahap terakhir manjadi belalang dewasa (Jasin, 1992).

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/insecta

Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Famyli
Genus
Spesies

: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Orthoptera
: Acrididae
: Disosteira
: Disosteira carolina (belalang) (Jasin, 1992).
Gambar siklus hidup belalang

Problematika Pendidikan Biologi

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/insecta

Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies
bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000
spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan
kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies
bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah
(Hymenoptera) (Anonim, 2012).

3. Chilopoda

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/insecta

(kelabang)
Pada kelas chilopoda bertubuh pipih dorsal ventral, terdiri atas 15-173 ruas
yang masing-masing memiliki sepasang kaki, kecuali 2 ruas terakhir dan 1 ruas
muka yang pertama yakni kepala. Tubuh lipan atau kelabang hanya terdiri atas
kepala dan badan. Tidak ada bagian dada. Pada kepala terdapat sepasang mata
tunggal, sepasang alat peraba besar, dan sepasang alat peraba kecil yang beruasruas. Setiap ruas badan belakang terdapat kaki berpasangan. Lipan merupakan
hewan yang bergerak berkelok-kelok. Banyak yang hidup di bawah tumpukan
Problematika Pendidikan Biologi

kayu atau batu. Chilopoda bersifat karnivor dengan gigi beracun pada segmen 1,
terdapat sepasang ostium disetiap segmen (Jasin, 1992).

Ordo Chilopoda

Lipan
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Classis
: Chilopoda
Ordo
: Centipedes
Famyli
: Scolopenridae
Genus
: Scolopendra
Spesies
: Scolopendra morsitant
4. Diplopoda (Keluing)
Kelas diplopoda seperti pada keluwing (Julus virgatus) setiap ruas badan
terdapat dua pasang kaki yang dikenal dengan kaki seribu. Pada diplopoda
tubuh agak bulat panjang, terdiri atas kurang lebih 25-100 ruas. Sebagian besar
tiap ruas memiliki dua pasang anggota kaki dan pada hewan tertentu terjadi
penyatuan dua ruas manjadi satu. Gerakan hewan berkaki seribu sangat lambat.
Sehubungan dengan kaki yang banyak itu. Dapat menggulung diri dalam bentuk
spiral atau bola. Hewan ini hidup di tempat gelap, lembab dan makan sisa
Problematika Pendidikan Biologi

10

makanan terutama yang berupa sayur mayuryang melapuk tapi kadang-kadang


makan tanaman yang masih hidup, sehingga menimbulkan kerusakan tanaman.
Diplopoda bersifat herbivor pemakan sampah atau daun-daunan. Organ
pernapasan berupa satu pasang trakea berspirakel yang terletak di kanan kiri
setiap ruas, kecuali pada Diplopoda terdapat dua pasang di setiap ruasnya. Sistem
peredaran darahnya bersifat terbuka. Organ transportasi berupa jantung yang
panjang dan terletak memanjang di bagian punggung tubuh, terdapat dua pasang
ostium di tiap segmen. Darah tidak berwarna merah karena tidak mengandung
hemoglobin, melainkan hemosianin yang larut dalam plasma (Jasin, 1992).
Ordo Diplopoda
Keluing

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/myriapoda

Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Famyli
Genus
Spesies

: Animalia
: Arthropoda
: Diplopoda
: Julida
: Julidae
: Julus
: Julus virgatus (kaki seribu) (Jasin, 1992).

5. Arachnida (golongan laba-laba & kalajengking)


Arachnida mempunyai dua bagian utama yaitu bagian sefalotoraks dan
abdomen yaitu kepala dan rongga dada bekerja sama. Pada ordo Arachnoidae
yaitu laba-laba terdiri atas cephalotorax dan abdomen yang tidak beruas-ruas.
Pada cephalotorax terdapat 6 pasang anggota tubuh dan mempunyai empat pasang
kaki tetapi tidak mempunyai antena peraba. Kelenjar racun terdapat pada
chelicera, misalnya pada laba-laba berbulu duri dari Eropa, tapi kebanyakan pada
laba-laba kelenjar racun terdapat pada cephalotorax. Ordo scorpionida seperti
golongan kalajengking

pada ekornya terdapat alat penyengat berbisa yang


Problematika Pendidikan Biologi

11

disediakan oleh sepasang kelenjar racun. Ekornya biasanya dibengkokkan menaik


dan maju di atas punggungnya. Sedangkan ordo acarina yaitu golongan kutu dan
caplak. Sistem pencernaan terdiri atas cavum oris, pharynx, oesophagus yang
terhubung dengan lambung hisap, selanjutnya kelambung sebenarnya, yang
memiki 5 pasang caeca atau saluran

buntu dalam chepalotorax. Respirasi

dilakukan dengan tracea dan paru-paru buku. Alat ekskresi berupa pembuluh
Malpighi yang bermuara pada usus atau intestinum. System reproduksi dimana
jenis kelamin terpisah. Testis dan ovarium yang membentuk jarring-jaring
pembuluh terdapat dalam abdomen. Sperma dikeluarkan dengan suatu jarring
sperma kemudian ditangkap oleh pedipalpi yang selanjutnya ditransfer
receptaculum seminalis betina pada saat perkawinan. Sperma yang berada di
receptaculum seminalis akan membuahi telur ketika melalui uterus externus yang
merupakan jalur keluar dari tubuh hewan betina. Telur-telur diletakkan pada
jarring-jaring yang terbentang antara cabang tanaman atau benda lainnya
(Jasin,1992).

Anatomi Laba-laba

Problematika Pendidikan Biologi

12

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/arachnida

Klasifikasi

Problematika Pendidikan Biologi

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/insecta

13

Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Famyli
Genus
Spesies

: Animalia
: Arthropoda
: Arachnida
: Arachnoidea
:: Salticus
: Salticus scanicus (laba-laba) (Jasin, 1992).

B. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw


1. Konsep Dasar dan Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh
Aronson dkk di Universitas Texas 1992. Kemudian diadaptasi oleh Slavin dan
kawan-kawan di auaniversitas John Hopkins. Model pembelajaran ini siswa
dikelompokkan

secara

heterogen

yang

beranggotakann

5-6

orang

(Nurhayati, 2008).
Teknik mengajar jigsaw dapat digunakan dalam pelajaran membaca,
menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan
membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pendekatan ini pula digunakan
dalam beberapa mata pelajaran seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan
sosial, matematika, agama dan bahasa. Dalam teknik ini guru memperhatikan latar
belakang pengalaman siswa dan membantu mengaktifkan schemata ini agar bahan
pelajaran lebih bermakna. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan komunikasi (Lie, 2008).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Amri, 2010).
Teori yang mendukung model pembelajaran kooperatif jigsaw yaitu hasil
penelitian yang dilakukan oleh Partadjaja dan Sulastri (2007), berdasarkan kriteri
penggolongan yang telah ditetapkan, aktivitas siswa tergolong sangat aktif.

Problematika Pendidikan Biologi

14

Mahasiswa sudah sudah banyak memiliki informasi tentang materi yang


dibahas.Masing-masing mahasiswa sudah menyiapakan dengan baik materi yang
akan didiskusikan semua mahasiswa sudah berani menanggapi pendapat
temannya.dan mengajukan pertanyaan apabila mereka belum jelas tentang
jawaban yang disampaikan oleh temannya. aktivitas pembelajaran sudah berpusat
pada mahasiswa, yang semula berpusat pada dosen. Selain itu dapat pula diamati
interaksi antara dosen dengan mahasiswa dan antara mahasiswa dengan
mahasiswa sudah meningkat
Fakta lain yang mendukung teori mengenai model jigsaw adalah penelitian
yang dilakukan oleh Mahanal (2007) menunjukkan bahwa bahwa pembelajaran
biologi pada kelas I SMA dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw, dapat meningkatkan kualitas pengelolaan proses belajar mengajar oleh
guru, meningkatkan kualitas interaksi siswa dengan lingkungan belajar, dan
meningkatkan prestasi belajar siswa yang meliputi peningkatan nilai rata-rata dan
meningkatkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar.
Penelitian yang dilakukan Chotimah (2007), menyatakan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif jigsaw meningkatkan hasil belajar biologi siswa
dan respon peserta didik terhadap proses pembelajaran dikelas dengan
menggunakan model pembelajran kooperatif tipe jigsaw adalah positif.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dilaksanakan dengan
melakukan diskusi kelompok ahli dan kelompok asal. Pada kelompok ahli siswa
dibagi dalam beberapa kelompok materi tertentu sehingga memudahkan siswa
dalam

mempelajari

materi

secara

berkelompok

yang

nantinya

akan

dipertanggungjawabkan di kelompok asal. Sehingga pada proses pembelajaran ini


mendidik siswa untuk memiliki karakter yang bertanggungjawab untuk
memberikan pengetahuan atau informasi kepada temannya. Pada kelompok asal
siswa akan lebih aktif belajar dengan teman kelompok ahli masing-masing degan
cara bertukar pengetahuan atau informasi dengan teman kelompok yang berasal
dari kelompok ahli dengan materi yang berbeda. Sehingga muncul perilaku sosial
untuk mendengarkan dan menghargai teman kelompok.

Problematika Pendidikan Biologi

15

Teori lain yang mendukung model pembelajaran kooperatif jigsaw yaitu


hasil penelitian yang dilakukan oleh Partadjaja 2007, berdasarkan kriteri
penggolongan yang telah ditetapkan, aktivitas siswa tergolong sangat aktif.
Mahasiswa sudah sudah banyak memiliki informasi tentang materi yang
dibahas.Masing-masing mahasiswa sudah menyiapakan dengan baik materi yang
akan didiskusikan semua mahasiswa sudah berani menanggapi pendapat
temannya.dan mengajukan pertanyaan apabila mereka belum jelas tentang
jawaban yang disampaikan oleh temannya. aktivitas pembelajaran sudah berpusat
pada mahasiswa, yang semula berpusat pada dosen. Selain itu dapat pula diamati
interaksi antara dosen dengan mahasiswa dan antara mahasiswa dengan
mahasiswa sudah meningkat.
2. Langkah Langkah Pembelajaran Model Jigsaw
Langkah-langkah pembelajaran Jigsaw menurut Trianto (2007) adalah
sebagai berikut:
1) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6
orang).
2) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah
dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
3) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
4) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5) Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas
mengajar teman-temannya.
6) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa dikenai tagihan untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di akhir pembelajaran.
Langkah pembelajaran model jigsaw disusun dalam dua tahap, yaitu prakegiatan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Pra-kegiatan pembelajaran
menggambarkan hal yang perlu dipersiapkan dan rencana kegiatan. Kegiatan
pembelajaran menggambarkan aktifitas pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Langkah-langkah pra-kegiatan pembelajaran
Bahan/materi
Problematika Pendidikan Biologi

16

Membagi siswa ke dalam kelompok asal


Membagi siswa ke dalam kelompok ahli
SKENARIO PENGELOMPOKAN
KELOMPOK ASAL

(5 atau 6 anggota yang heterogen dikelompokkan)


ABC
D E

AAA
AA

ABC
DE

ABC
DE

ABC
DE

ABC
DE

BBB
BB

CCC
CC

DDD

EEE
EE

DD

KELOMPOK AHLI

Sumber : Amri, 2010


3. Relevansi antara model kooperatif tipe jigsaw dengan konsep arthropoda
3.Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Jigsaw
a. Kelebihan
1) Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
2) Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga
harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
kelompoknya yang lain, sehingga pengetahuannya jadi bertambah.
3) Meningkatkan bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi
yang ditugaskan (Anonim, 2012).
b. Kelemahan
Menurut Alma (2009), beberapa hal yang menjadi kelemahan aplikasi
model kooperatif jigsaw adalah sebagai berikut:
1) Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah

peer

teaching,

pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena


perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan
didiskusikan bersama siswa lain. Dalam hal ini pengawasan guru menjadi
mutlak di perlukan, agar jangan sampai terjadi misconception.
2) Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan
materi pada teman, jika siswa tidak punya rasa percaya diri. Pendidik
harus mampu memainkan perannya menjalankan model ini.

Problematika Pendidikan Biologi

17

3) Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh


waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model
pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
4) Aplikasi model ini pada kelas besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.
Tapi bisa diatasi dengan model team teaching.

BAB III
SIMPULAN
A. Simpulan
1. Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya arthropoda dikelompokkan menjadi
empat kelas yaitu:
a. Crustacea (golongan udang dan kepiting)
b. Insecta (serangga)
c. Myriapoda (golongan lipan dan kaki seribu)
d. Arachnida (golongan laba-laba)
2. Langkah pembelajaran jigsaw disusun dalam dua tahap, yaitu pra-kegiatan
pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Pra-kegiatan pembelajaran
menggambarkan hal yang perlu dipersiapkan dan rencana kegiatan.
Kegiatan pembelajaran menggambarkan aktifitas pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Langkah-langkah
pra-kegiatan pembelajaran

Problematika Pendidikan Biologi

18

a. Bahan/materi
b. Membagi siswa ke dalam kelompok asal
c. Membagi siswa ke dalam kelompok ahli
B. Saran
1. Sebagai bahan masukan bagi guru agar mempertimbangkan penggunaan
model pembelajaran agar pembelajaran biologi tidak menimbulkan kesan
yang tidak menyenangkan bagi siswa.
2. Dalam memilih model pembelajaran sebaiknya lebih memperhatikan
keadaan dan masalah-masalah yang dihadapi siswa sehingga dengan
model pembelajaran tersebut dapat lebih memotivasi siswa dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2009. Guru Profesional. Alfabeta: Bandung


Amri, Sofan dan Lif Khoiru ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan
Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Anonim. 2012. Arthropoda. http://id.wikipedia.org/wiki/arthropoda. Diakses pada
tanggal 29 September 2012.
Campbell, Reece, dan Mitcel. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta:
Erlangga.
Chotimah, Husnul. 2007. Jurnal Penelitian Pendidikan. Tahun 17 Nomor 1 Juni
2007.http://jurnal.pddi.lipi.go.id.jurnal/2022158/.pdf
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: PT Sinar Wijaya.
Kimball, John W. 1991. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Jakarta: Erlangga.
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. PT. Grasindo: Jakarta.

Problematika Pendidikan Biologi

19

Mahamal, Susriyanti. 2007. Jurnal Penelitian Pendidikan. (Tahun 17 Nomor 1


Juni 2007).http://jurnal.pddi.lipi.go.id.jurnal/2022158/.pdf
Nurhayati B. 2008. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Jurusan Biologi:
Universitas Negeri Makassar
Radiopoetro. 1991. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Partadjaja, Sulastri. 2007. Jurnal Penelitian dan Pengembanagn Pendidikan.
(Nomor1hal65-77JAgustus2007).http://jurnal.jppp lembaga penelitian
Undigsha.go.id.jurnal/ 11076577/.pdf

PERTANYAAN
Kelompok VI (Dra. Hamsinar)
1. Bagaimana cara menerapkan model kooperatif Jigsaw di kelas?
2. Produk/Hasil apa yang diharapkan dari diterapkannya model jigsaw ini?
JAWABAN
1. Model pembelajaran kooperatif jigsaw diterapkan di dalam kelas melalui dua
tahapan yaitu pra-kegiatan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Prakegiatan pembelajaran menggambarkan hal yang perlu dipersiapkan dan
rencana kegiatan seperti menyiapkan bahan/materi ajar, kemudian membentuk
kelompok asal dan kelompok ahli. Sedangkan kegiatan pembelajaran
menggambarkan

aktifitas

pembelajaran

dengan

menerapkan

model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dimana di dalam kegiatan pembelajaran


model jigsaw, pada saat membagi kelompok asal setiap siswa diberikan
tanggung jawab terhadap sub bab yang dibagikan oleh guru dan kemudian
setiap siswa yang memiliki sub bab yang sama dari setiap kelompok akan
Problematika Pendidikan Biologi

20

bergabung ke dalam kelompok ahli untuk lebih memperkuat/memperdalam


materi yang mereka dapatkan dan selanjutnya akan kembali ke kelompok asal.
Pada kelompok asal siswa akan lebih aktif belajar dengan teman kelompok
ahli masing-masing degan cara bertukar pengetahuan atau informasi dengan
teman kelompok yang berasal dari kelompok ahli dengan materi yang
berbeda.
2. Hasil yang diharapkan dari diterapkannya model pembelajaran jigsaw ini
adalah aktivitas pembelajaran menjadi berpusat pada mahasiswa, bukan
berpusat pada dosen. Selain itu juga adanya interaksi antara dosen dengan
mahasiswa dan antara mahasiswa dengan mahasiswa serta prestasi belajar
siswa menjadi lebih baik.

Problematika Pendidikan Biologi

21

Anda mungkin juga menyukai