PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap, melainkan suatu
hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan
secara terus-menerus. Perubahan dapat dilakukan bukan hanya dari
kurikulum, tapi juga dalam hal metode mengajar, model yang digunakan,
buku-buku pelajaran, alat-alat laboratorium, maupun materi-materi pelajaran.
Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional,
tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal.
Kurikulum 2004 yakni Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang
diperbaharui dengan Kurikulum 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), telah berlaku selama kurang lebih 5 tahun dan semestinya
diterapkan secara utuh pada setiap sekolah. Namun pada kenyataannya,
pelaksanaan pembelajaran di sekolah, masih kurang memperhatikan
ketercapaian kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Hal ini tampak pada RPP
yang dibuat oleh guru dan dari cara guru mengajar di kelas masih tetap
menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan metode ceramah.
Guru masih menjadi penyaji dalam kelas sedangkan siswa menjadi penonton
yang pasif. Paradigma mengajar lama masih tetap dipertahankan dan belum
berubah menjadi peradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KBK,
pada penyusunan RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk
pelaksanaan pembelajaran di kelas, ini berarti bahwa guru sebagai sutradara
dan siswa menjadi pemain.
Kemampuan profesional guru amatlah penting dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan. Guru sebagai pendidik membantu
mendewasakan anak secara psikologis, sosial dan moral. Guru juga harus
kreatif dan penuh inisiatif dalam pengelolaan kelas karena gurulah yang
mengetahui secara pasti situasi dan kondisi kelas, keadaan peserta didik
dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individunya.
Problematika Pendidikan Biologi
Rumusan Masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Filum Arthropoda
dengan
antena(indra
peraba),
mata
(indra
penglihatan),
melepaskan
eksoskeletonnya
yang
lama
dan
mensekresikan
dewasa.
Alat
dibawah
dua
vas
melalui
kaki
pericardial
deferensia
coxopodite
jalan
ke5.
Reproduksi betina berupa ovarium yang serupa testis baik bentuk maupun
letaknya, sebuah oviduk terbuka pada coxopodite pada kaki jalan ke3. Kopulasi
udang biasanya terjadi pada bulan september, oktober, november pada tahun
pertama. Kopulasi kedua udang terjadi pada musim hujan kedua (Jasin, 1992).
Crustacea dibagi menjadi 2 sub-kelas, yaitu Entomostraca (udangudangan rendah) dan Malacostrata (udang-udangan besar). Entomostraca
umumnya berukuran kecil dan merupakan zooplankton yang banyak ditemukan
di perairan laut atau air tawar. Golongan hewan ini biasanya digunakan sebagai
makanan ikan, contohnya adalah ordo Copepoda, Cladocera, Ostracoda, dan
Amphipoda. Sedangkan Malacostrata umumnya hidup di laut dan pantai. Yang
termasuk ke dalam Malacostrata adalah ordo Decapoda dan Isopoda. Contoh
dari spesiesnya adalah udang windu (Panaeus), udang galah (Macrobanchium
rosenbergi),
rajungan
(Neptunus
pelagicus),
dan
kepiting
(Portunus
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/crustacea
Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
: Animalia
: Arthropoda
: Crustacea
: Decapoda
Problematika Pendidikan Biologi
Famyli
Genus
Spesies
:: Cambarus
: Cambarus viridis (udang) (Jasin, 1992).
dan
ocellus. Sistem
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/insecta
Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Famyli
Genus
Spesies
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Orthoptera
: Acrididae
: Disosteira
: Disosteira carolina (belalang) (Jasin, 1992).
Gambar siklus hidup belalang
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/insecta
Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies
bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000
spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan
kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies
bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah
(Hymenoptera) (Anonim, 2012).
3. Chilopoda
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/insecta
(kelabang)
Pada kelas chilopoda bertubuh pipih dorsal ventral, terdiri atas 15-173 ruas
yang masing-masing memiliki sepasang kaki, kecuali 2 ruas terakhir dan 1 ruas
muka yang pertama yakni kepala. Tubuh lipan atau kelabang hanya terdiri atas
kepala dan badan. Tidak ada bagian dada. Pada kepala terdapat sepasang mata
tunggal, sepasang alat peraba besar, dan sepasang alat peraba kecil yang beruasruas. Setiap ruas badan belakang terdapat kaki berpasangan. Lipan merupakan
hewan yang bergerak berkelok-kelok. Banyak yang hidup di bawah tumpukan
Problematika Pendidikan Biologi
kayu atau batu. Chilopoda bersifat karnivor dengan gigi beracun pada segmen 1,
terdapat sepasang ostium disetiap segmen (Jasin, 1992).
Ordo Chilopoda
Lipan
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Classis
: Chilopoda
Ordo
: Centipedes
Famyli
: Scolopenridae
Genus
: Scolopendra
Spesies
: Scolopendra morsitant
4. Diplopoda (Keluing)
Kelas diplopoda seperti pada keluwing (Julus virgatus) setiap ruas badan
terdapat dua pasang kaki yang dikenal dengan kaki seribu. Pada diplopoda
tubuh agak bulat panjang, terdiri atas kurang lebih 25-100 ruas. Sebagian besar
tiap ruas memiliki dua pasang anggota kaki dan pada hewan tertentu terjadi
penyatuan dua ruas manjadi satu. Gerakan hewan berkaki seribu sangat lambat.
Sehubungan dengan kaki yang banyak itu. Dapat menggulung diri dalam bentuk
spiral atau bola. Hewan ini hidup di tempat gelap, lembab dan makan sisa
Problematika Pendidikan Biologi
10
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/myriapoda
Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Famyli
Genus
Spesies
: Animalia
: Arthropoda
: Diplopoda
: Julida
: Julidae
: Julus
: Julus virgatus (kaki seribu) (Jasin, 1992).
11
dilakukan dengan tracea dan paru-paru buku. Alat ekskresi berupa pembuluh
Malpighi yang bermuara pada usus atau intestinum. System reproduksi dimana
jenis kelamin terpisah. Testis dan ovarium yang membentuk jarring-jaring
pembuluh terdapat dalam abdomen. Sperma dikeluarkan dengan suatu jarring
sperma kemudian ditangkap oleh pedipalpi yang selanjutnya ditransfer
receptaculum seminalis betina pada saat perkawinan. Sperma yang berada di
receptaculum seminalis akan membuahi telur ketika melalui uterus externus yang
merupakan jalur keluar dari tubuh hewan betina. Telur-telur diletakkan pada
jarring-jaring yang terbentang antara cabang tanaman atau benda lainnya
(Jasin,1992).
Anatomi Laba-laba
12
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/arachnida
Klasifikasi
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/insecta
13
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Famyli
Genus
Spesies
: Animalia
: Arthropoda
: Arachnida
: Arachnoidea
:: Salticus
: Salticus scanicus (laba-laba) (Jasin, 1992).
secara
heterogen
yang
beranggotakann
5-6
orang
(Nurhayati, 2008).
Teknik mengajar jigsaw dapat digunakan dalam pelajaran membaca,
menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan
membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pendekatan ini pula digunakan
dalam beberapa mata pelajaran seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan
sosial, matematika, agama dan bahasa. Dalam teknik ini guru memperhatikan latar
belakang pengalaman siswa dan membantu mengaktifkan schemata ini agar bahan
pelajaran lebih bermakna. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan komunikasi (Lie, 2008).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Amri, 2010).
Teori yang mendukung model pembelajaran kooperatif jigsaw yaitu hasil
penelitian yang dilakukan oleh Partadjaja dan Sulastri (2007), berdasarkan kriteri
penggolongan yang telah ditetapkan, aktivitas siswa tergolong sangat aktif.
14
mempelajari
materi
secara
berkelompok
yang
nantinya
akan
15
16
AAA
AA
ABC
DE
ABC
DE
ABC
DE
ABC
DE
BBB
BB
CCC
CC
DDD
EEE
EE
DD
KELOMPOK AHLI
peer
teaching,
17
BAB III
SIMPULAN
A. Simpulan
1. Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya arthropoda dikelompokkan menjadi
empat kelas yaitu:
a. Crustacea (golongan udang dan kepiting)
b. Insecta (serangga)
c. Myriapoda (golongan lipan dan kaki seribu)
d. Arachnida (golongan laba-laba)
2. Langkah pembelajaran jigsaw disusun dalam dua tahap, yaitu pra-kegiatan
pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Pra-kegiatan pembelajaran
menggambarkan hal yang perlu dipersiapkan dan rencana kegiatan.
Kegiatan pembelajaran menggambarkan aktifitas pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Langkah-langkah
pra-kegiatan pembelajaran
18
a. Bahan/materi
b. Membagi siswa ke dalam kelompok asal
c. Membagi siswa ke dalam kelompok ahli
B. Saran
1. Sebagai bahan masukan bagi guru agar mempertimbangkan penggunaan
model pembelajaran agar pembelajaran biologi tidak menimbulkan kesan
yang tidak menyenangkan bagi siswa.
2. Dalam memilih model pembelajaran sebaiknya lebih memperhatikan
keadaan dan masalah-masalah yang dihadapi siswa sehingga dengan
model pembelajaran tersebut dapat lebih memotivasi siswa dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
19
PERTANYAAN
Kelompok VI (Dra. Hamsinar)
1. Bagaimana cara menerapkan model kooperatif Jigsaw di kelas?
2. Produk/Hasil apa yang diharapkan dari diterapkannya model jigsaw ini?
JAWABAN
1. Model pembelajaran kooperatif jigsaw diterapkan di dalam kelas melalui dua
tahapan yaitu pra-kegiatan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Prakegiatan pembelajaran menggambarkan hal yang perlu dipersiapkan dan
rencana kegiatan seperti menyiapkan bahan/materi ajar, kemudian membentuk
kelompok asal dan kelompok ahli. Sedangkan kegiatan pembelajaran
menggambarkan
aktifitas
pembelajaran
dengan
menerapkan
model
20
21