Anda di halaman 1dari 8

Wanita Pilihan

MENGGANTUNGKAN HATI

HANYA KEPADA ALLAH

Oleh karena kelemahan hati manusia, iman yang sudah tertanam dalam hati sering
mengalami pasang surut. Adakalanya tebal, hingga seolah-olah hidup dan matinya hanya
dipersembahkan kepada Allah Ta’ala. Besar ketawakalannya dan besar pula kesabarannya.
Namun adakalanya menipis, hingga mengalami ketakutan-ketakutan (syndrom) pada sesuatu
yang menimpanya. Seperti halnya, jika terkena musibah, maka ada bagian lain dari hatinya
memprotes bahwa sepertinya Allah tak sayang pada kita. Kemudian karena tak terkabulnya doa,
maka ada bisikan-bisikan pada sudut hatinya yang lain yang mempertanyakan, dimanakah Allah
pada saat kita berdoa ? apakah dia tak mendengar doaku, hingga tak megabulkanny ? … dan lain
sebagainya, yang intinya meragukan ekssistensi Allah dalam kehidupan manusia, khususnya
kehidupan yang sedang kita alami. Itulah yang kira-kira terjadi saat iman seseorang sedang surut,
tipis dan lemah, hingga mudah sekali setan merasuki kemudian membisikan bisikan-bisikan yang
menyesatkan. Lalu apakah pasang surutnya iman seseorang menimpa juga kaum wanita ?. Ya,
pasti dan semua manusia biasa akan mengalaminya, kecuali orang-orang yang memang benar-
benar sudah teruji, keimanan dan ketakwaannya, hingga kualitas iman benar-benar mendarah dan
mendaging. Seperti halnya tingkatan para nabi, sahabat dekat nabi Rasulullah saw, waliyullah
dan orang-orang shaleh lainnya yang mendapat kenikmatan berupa ketangguhan iman.

a. Ketawakalan tingkat tinggi

Allah Ta’ala tidak pernah membeda-bedakan manusia ciptaannya. Dihadapannya, semua


manusia sama, laki-laki, wanita, yang cantik, jelek, hitam putih keriting dan sebagainnya, tiada
ada perberdaan dimataNya. Hanya saja Allah Ta’ala memang memberi penilaian atau
penghargaan yang tinggi kepada hamba-hambanya yang yang mempunyai tingkat ketawakalan
yang tinggi, ketangguhan iman dan ketinggian tingkat ketakwaan kepadaNya.

Demikian pula dengan seorang wanita. Sehingga bila diumpamakan sebuah kompetisi
dalam kelas, maka yang paling mulia, paling tinggi derjatnya, paling disayang adalah wanita

1
Wanita Pilihan

yang benar-benar beriman dan bertakwa kepadaNya. Mampu menganggap apapun peristiwa
yang terjadi di dunia ini da segala peristiwa yang menimpa pada diri manusia adalah merupakan
takdir dari yang kuasa. Dan dia yakin bahwa setiap musibah yang menimpa diri manusia hanya
merupakan cobaan semata, bukan untuk membuatnya merasa bersalah dan juga bukan
merupakan murka Allah.

Kawajiban yang harus dilakukan manusia dalam kehidupan ini adalah berusaha meniti
jalan kebaikan dan juga berusaha sekuat mungkin untuk melakukan amal-amal shalih, apakah
masalah itu menyangkut keagamaan maupun masalah yang menyangkut keduniaan, sambil
bertawakal kepada Allah juga pasrah kepada urusan-Nya dan dia yakin senantiasa membutuhkan
pertolongan, bimbingan hanya mengharap ridha-Nya.a

Jangan mengira bahwa untuk mencapai ketawakalan tingkat tinggi, Allah tak
memberikan bimbingan. Kisah-kisah hidup wanita-wanita dengan ketangguhan ketakwaan dan
ketwakalan sengaja diciptakan Allah sebagai cermin dan bahan renungan untuk wanita-wanita
yang bakal hidup selanjutnya dikemudian hari. Figur inilah seharusnya yang menjadi kiblat bagi
manusia untuk mencapai tingkatan tersebut. Lihat saja kisah Siti Hajar saat ditinggal Nabi
Ibarahim as. Disamping Al-Bait di Makkah Al-Mukarramah, sebuah padang luas yang tak
berpenghuni. Tak ada manusia pun disitu kecuali Hajar dan putranya, Ismail. Sementara pada
saat itu di Makkah belum terhuni oleh seorang manusia pun. Tak ada makanan, minuman dan
hewan yang bisa dijadikan makanan. Kisah ini menyajikan satu gambaran yang sangat
mengagumkan dikalangan kaum wanita, tentang dalam iman Hajar kepada Allah serta
ketwakalan dan kepasrahan yang demikian utuh dan tinggi kepadaNya. Dengan mantap, tegar
serta penuh kayakinan, Hajar bertanya kepada Ibrahim: “Allahkah yang menyuruh engkau
berbuat seperti ini wahai Ibrahim ?”. Ibrahim menjawab: “Benar !”. Kata Hajar : “Kalau begitu
Dia tidak akan menyia-nyiakan kami !”.

Seandainya Hajar adalah wanita lemah iman dan tidak mempunyai ketawakalan yang
tinggi kepada Allah Ta’ala, saat dia ditinggal sendirian di padang pasir nan luas dan tak
berpenghuni, hingga seolah-olah dia dibuang begitu saja oleh suaminya, mungkin dia akan
berkata: “Kau sungguh suami yang kejam dan tak berperasaan !. Mengapa engkau tega
membuang istri dan anakmu yang telah lama kau idam-idamkan ini di tengah gurun sahara yang

2
Wanita Pilihan

amat sepi ? … tak takutkah jika keluargamu ini menjadi binasa dimakan binatang buas ?...
apakah memang engkau sengaja ingin membunuh kami, wahai Ibrahim…?!.

Namun tidak demikian adanya dengan Hajar. Dengan tingkat kepasrahan dan
ketawakalan yang begitu hebat, dia hanya bertanya, apakah Allah yang menyuruhmu?...kalau
begitu Dia akan menjagaku …setelah itu dia berjuang untuk menghidupi putranya tanpa kenal
putus asa. Dia tak membiarkan hatinya larut oleh kesedihan, karena kesedihan akan
mendatangkan godaan setan. Hanya Allah Ta’ala saja yang dijadikan tempat bergantung dan
manjadi sandaran hidupnya dan hidup putranya. Andaikata tidak ada iman yang mendalam dan
memenuhi hati Hajar dan tidak ada tawakal yang utuh kepada Allah yang menghiasi hatinya, tak
bakalan Hajar mampu menghadapi keadaan pada waktu itu.

Dan dari rangkaian peristiwa yang terjadi saat itu diabaikan oleh orang-orang muslim
yang menunaikan ibadah haji ke Baitullah, Al-Haram yaitu dengan malaksanakan umrah. Juga
mereka mengenangnya menjelang malam dan diujung siang, yaitu disaat mereka mengmbil air
ZamZam yang suci, serta saat mereka melakukan sa’I dari shafa ke marwa, sebagaimana Hajar
belari-lari kecil pada hari yang sangat mendebarkan itu.

Demikian banyak wanita-wanita dengan berbekal keyakinan iman, hingga akhirnya dapat
mencapai sebuah hasil yang sangat mengagumkan dan tanpa disangka-sangka. Kisah yang
dialami dalam kehidupan orang-orang muslim dan muslimah, yang menggugah perasaan dan
membangkitkan sanubari, bahwa Allah menyaksikan dan mengetahui semua rahasia dan
peristiwa yang terjadi, bahwa Dia senantiasa bersama manusia, dimanapun dia berada dalam
keadaan sepi maupun ramai. Sebagai gambaran diceritakan dalam sebuah kisah seorang gadis
yang benar-benar beriman, pada masa khalifah Umar bin Khatab ra.

Ketika Umar bin Khatab ra menjabat sebagai khalifah, sebagai bentuk tanggungjawabnya
terhadap keamanan masyarakatnya, ia selalu mengadakan pemeriksaan di setiap sudut-sudut kota
Madinah. Pas ketika berada di sebuah rumah gubuk, Khalifah Umar merasa kelelahan hingga ia
pun memutuskan untuk beristirahat dengan menyandarkan tubuhnya di dinding rumah gubuk
tersebut. Tiba-tiba terdengar oleh telinga Khalifah Umar sebuah percakapan antara ibu dan anak
dari dalam bilik gubuk itu: “Wahai anakku, ambilah susu itu dan campurilah dengan air biasa!”.

3
Wanita Pilihan

Jawab putrinya: “Wahai ibu, apakah ibu tidak tahu keputusan yang diambil Khalifah Umar pada
hari ini?”. “Apakah gerangan keputusan yang telah diambilnya wahai anakku?” Tanya sang ibu.
“Beliau memerintahkan seseorang untuk mengumumkan, bahwa susu tidak boleh bercampur
dengan air !” Jawab putrinya. Kemudian ibunya berkata: “Anakku, ambil saja susu itu dan
campuri dengan air, toh saat ini kamu berada di suatu tempat yang tidak bisa dilihat Khalifah
Umar bin Khatab!”. Jawab putrinya: “Aku sama sekali tidak akan men-taatinya saat ramai dan
mendurhakainya saat sepi !”.

Khalifah Umar mendengarkan semua percakapan antara ibu dan anak di dalam rumah itu.
Setelah kembali ke rumah, beliau berkata kepada salah seorang pengawalnya: “Wahai aslam!
Datangi lagi rumah itu dan selidikilah siapa wanita yang menjawab seperti itu dan siapa pula
wanita tua yang menjadi lawan bicaranya itu dan adakah mereka mempunyai suami ?”.

Kemudian tanpa panjang lebar Aslam menuju rumah itu dan diselidikinya. Setelah Aslam
mengetahui lalu dilapor ke Khalifah Umar, ternyata di dalam rumah itu hanya tinggal dua orang
wanita, yang satu ibunya dan satu anaknya yang masih gadis. Singkat cerita karena ketakwaan
dan keimanannya gadis itu dijadikan menantu Khalifah Umar dan dikawinkan dengan anaknya
yang bernama Ashim. Kemudian dari wanita ini lahir seorang anak putri, dan dari anak putri ini
lahir sosok pemimpin yang besar yaitu Umar bin Abdul Aziz.

Ini merupakan kesadaran sanubari yang ditanamkan Islam ke dalam jiwa gadis tersebut.
Sungguh ini adalah gambaran ketakwaan lurus dan mendalam, walau dalam keadaan terang-
terangan atau sembunyi-sembunyi, saat ramai atau sepi, karena keyakinannyabahwa Allah itu
senantiasa bersama dia, bisa mendengar dan melihat.

Iman yang mendalam, bersih dan jelas ini menambah kepribadian wanita semakin kuat,
sadar dan matang. Dia melihat hakikat kehidupan ini sebagai tempat ujian dan menentukan
pilihan, lalu hasilnya akan muncul pada suatu hari yang tidak pernah diragukan kedatangannya.
Firman Allah Ta’ala : Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya kami menciptakan
kamu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan kembali kepada kami?”. (Surat Al-
Mu’min : 115).

4
Wanita Pilihan

Memang untuk mencapai ketawakalan yang tinggi cukup sulit dilakukan, karena tak
jarang harus memakan korban perasaan. Akan tetapi jika kemudian perasaan kita, kita
kembalikan pada Allah Sang Pembuat Kehidupan dan Yang Maha Menentukan, maka keimanan
yang hampir lepaspun akan kembali. Sebab orang-orang yang sering melakukan ‘korban’
perasaan menunjukkan bahwa ia telah mempunyai tingkat kesabaran yang tinggi. Dan
penderitaan-penderitaan saat dia menahan kesabarannyaoleh berbagai ‘rasa sakit’ yang
dideritanya. Allah pasti tak akan membiaarkan kebaikan kita itu. Sebab setiap amal kebaikan,
sekecil apapun akan mendapatkan balasan yang tidak bisa kita perkirakan. Sebagaimana firman
Allah dalam surat Al-Mu’min ayat : 17 yang artinya : Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan
dengan apa yang diperbuatnya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah
amat cepat hisab-Nya.

Maka akan sangat beruntung, wanita-wanita yang selalu menggantungkan hatinya hanya
pada Allah. Sebab apapun yang terjadi pada dirinya, tidak akan dianggap sebagai sesuatu yang
berat, apalagi menyakitakan. Cukuplah Allah yang akan menjadi penolongnya, saat suka dan
dukanya. Hatinya yang penuh dengan rasa ketawakalan tinggi, tak lagi begitu perduli dengan
pahit getirnya kehidupan dunia, karena harapannya yang besar akan manisnya kehidupan
akhiratnya.

Dengan ketawakalan hati yang besar, apapun yang dilakukannya dianggapnya sebagai
ibadah, dimana ibadah tersebut akan membuahkan sesuatu yang tak terkirakan sebelumnya. Jika
tidak ditemukan di dunia, pasti akan ditemukan di akhirat kelak.

b. Menyempurnakan Rukun Islam

Siapa saja pasti akan bangga memiliki wanita seperti ini. Yakni yang pandai dan mampu
menyempurnakan rukun iman dan islamnya. Jika rukun iman pelaksanaannya berkaitan dengan
hati, maka rukun islam pelaksanaannya adalah berkaitannya dengan syari’at. Seperti, setelah
mengukuhkannya dengan membaca dua kalimah syahadat, maka wanita muslimah harus pula
melaksanakan shalat, zakat, puasa di bulan ramadhan dan mengerjakan haji bila mampu.

Mengerjakan shalat lima waktu adalah merupakan kewajiban bagi seorang muslim yang
baik, baik itu laki-laki maupun perempuan dan diharuskan tepat pada waktunya, tidak melalaikan

5
Wanita Pilihan

ketetapan waktu itu karena disibukan pekerjaan –pekerjaan rumah tangga sebagai ibu dan istri.
Shalat merupakan tiang agama. Barang siapa yang menegakkannya, berarti dia menegakkan
agama dan barang siapa meninggalkannya, berarti dia telah merobohkan agama. Shalat adalah
merupakan puncak dari segala amal perbuatan, apabila shalatnya baik maka segala amal
perbuatannya juga baik, begitu pula sebaliknya apabila shalatnya itu jelek maka sebala amal
perbuatannya juga jelek. Sebagaimana sabda Nabi saw yang diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud
ra, dia berkata: “aku bertanya pada Rasulullah saw: “Apakah amal yang palung utama ?”. Nabi
saw menjawab: “Shalat pada waktunya !”. Ku bertanya: “kemudian apalagi ?”. Nabi saw
menjawab: “Berbakti kepada orang tua !”. Aku bertanya: “Kemudian apalagi !”. Nabi saw
menjawab: “Jihad dijalan Allah !”. (Musttafaq Alaih).

Saat shalat adalah saat-saat hubungan termesra dan terdeka dengan Allah. Karena pada
saat itu wanita bisa menumpahkan segala rasa. Dan shalat lima waktu itu dalam sabda Nabi saw
diumpamakan dengan sebuah sungai. Seperti tertera dalam hadits ini : “Bagaimana pendapat
kalian andaikata ada sebuah sungai di ambang pintu salah seorang diantara kalian, dia bisa mandi
di sungai itu lima kali setiap harinya, adakah kotorannya yang masih menyisa, walau itu Cuma
sedikit ?”. mereka menjawab “Tidak ada hari kotorannya yang menyisa!”. Beliau bersabda :
“Yang demikian itulah perumpamaan shalat lima waktu, yang dengan shalat itu Allah menhapus
kesalahan-kesalahan !”. (Musttafaq Alaih).

Dan shalat adalah merupakan rahmat Tuhan yang paling besar terhadap hambanya,
karena dengan mengerjakannya, dosa-dosanya dapat terhapuskan, maksudnya selain dosa besar.
Sebagaimana sabda Nabi saw yang diriwayatkan dari Utsman bin Affan ra, dia berkata, “Aku
mendengar Rasulullah saw bersabda : “Tidaklah ada diantara orang muslim jika tiba waktu
shalat wajib, lalu ia membaguskan wudhunya, kekhusyuaannya dan rukunya, melainkan shalat
itu menjadi penebus dosa-dosa sebelumnya, selagi dia tidak menngerjakan dosa dan itu berlaku
selama-lamanya”. (Diriwayatkan Imam Muslim).

Kewajiban shalat bukanlah hanya sekedar kewajiban yang jika sudah dijalankan, ya
sudah…gugurlah kewajiban itu. Namun hendaknya lakukanlah kewajiban itu dengan sempurna
mungkin dan sekhusyu’ mungkin. Menjiwai di dalam hati serta ketundukan seluruh anggota
badan. Saat mengerjakan shalat itu hendaknya bisa menjiwai dan menghayati dari makna ayat-

6
Wanita Pilihan

ayat Al-Qur’an yang dibacanya serta makna tasbih dan doa yang diucapkannya, sehingga seluruh
relung-relung jiwanya ditaburi ketundukan kepada Allah, hatinya dipenuhi hidayah, rasa syukur
dan ubdiyah kepada-Nya. Apabila shalatnya tidak ditaburi sedemikian rupa, maka bisikan syetan
akan mempengaruhi dan mengalihkan jiwanya dari kekhusyu’an hati dan kejernihan fikiran,
sehingga tidak bisa lagi menghayati kalam-kalam Allah yang dibacanya, pujian, tasbih dan
tahmid yang diucapkannya.

Meskipun seorang wanita terkenal dengan kesibukannya mengurus suami dan anak,
namun jika setelah telah selesai mengerjakan shalat tidak seharusnya dia langsung meninggalkan
tempat shalatnya untuk menyibukkan diri dalam berbagai pekerjaan rumah tangga atau berbagai
kesibukan lainnya dalam hidup ini. Ada baiknya jangan melupakan untuk memohon ampunan
kepada Allah tiga kali sebagaimana yang biasa dilakukan oleh Rasulullah saw.

Dengan cara beginilah wanita dapat keluar dari shalatnya dalam keadaan bersih jiwanya,
tenang hatinya dan suci ruhnya. Dalam keadaan seperti itu, maka setiap wanita akan dapat
menghadapi setiap cobaan dan rintangan yang menghadang, baik dalam kehidupannya di
masyarakat maupun di dalam rumah tangganya. Misalnya: dia tidak akan terguncang jiwanya
walaupun ditimpa sesuatu yang kurang menyenangkan atau dia tidak kikir apabila mendapat
limpahan kebaikan dan dapat memanfaatkan dengan sebaik mungkin. Inilah keadaan orang-
orang yang senantiasa melaksanakan shalatnya dengan lurus dan khusyu’. Sebagaimana firman
Allah SWT: “Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila dia
ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir, kecuali
orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya dan orang-orang
yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang
yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta-minta). (Surat Al-Ma’arij ayat 19-25).

Demikianlah diantara keutamaan dan kelebihan wanita dalam Islam yang senatiasa
mengerjakan shalat lima waktu dengan sempurna dan penuh kekhusyu’an.

To be continue….”Bersambung”

7
Wanita Pilihan

Anda mungkin juga menyukai