Anda di halaman 1dari 10

BRASSICA OLERACEA VAR.

ITALICA
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmakognosi

Disusun oleh:
Fitriani Annisa A.M. (1106106842)
Luh Mas Sukeningsih (1106107050)

PROGRAM MAGISTER HERBAL


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2011

Brassica oleracea var. Italica

1. Deskripsi Tanaman

a) Nama Tanaman
Nama Indonesia
Nama asing
Sinonim

: Brokoli
: Broccoli, sprouting broccoli (English)
: Brassica oleracea var. Italica Plenck

b) Klasifikasi Tanaman
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Bangsa
: Capparales
Suku
: Brassicaceae
Marga
: Brassica
Jenis
: Brassica oleracea var. Italica
c) Uraian Tanaman

Brokoli tergolong ke dalam keluarga kubis-kubisan dan termasuk


sayuran yang tidak tahan terhadap udara panas. Akibatnya, brokoli cocok
ditanam di dataran tinggi yang lembap dengan suhu rendah, yaitu di atas 700
m dpl. Sayuran ini, juga tidak tahan terhadap hujan yang terus-menerus. Jika
hal ini terjadi, tanaman brokoli menjadi kekuning-kuningan dan jika
membusuk warnanya berbintik-bintik hitam. Daun dan sifat pertumbuhan
brokoli mirip dengan bunga kubis. Bedanya, bunga brokoli berwarna hijau dan
masa tumbuhnya lebih lama dari kubis bunga. Brokoli tersusun dari bungabunga kecil yang berwarna hijau, tetapi tidak sekompak bunga kubis.
Demikian pula dengan tangkai bunganya yang lebih panjang. Dibandingkan
dengan kubis bunga, setelah direbus tekstur brokoli akan terasa lebih lunak.
Panen bunga brokoli dilakukan setelah umurnya mencapai 60-90 hari sejak
ditanam, sebelum bunganya mekar, dan sewaktu kropnya masih berwarna
hijau. Jika bunganya telah mekar, tangkai bunganya akan memanjang dan
keluarlah kuntum-kuntum bunga berwarna kuning. Bagian brokoli yang
dimakan adalah kepala bunga berwarna hijau yang tersusun rapat seperti
cabang pohon dengan batang tebal. Untuk disantap, perlu dimasak selama
beberapa menit saja. Pemasakan yang terlalu lama akan mengurangi khasiat
brokoli. Brokoli dapat diperbanyak dengan biji.
Nama simplisia : Brassicae oleraceae Flos (bunga brokoli).
Bagian tanaman yang digunakan adalah bunga.
d) Habitat dan Penyebaran
Brokoli merupakan tanaman yang hidup pada cuaca dingin. Brokoli
berasal dari daerah Laut Tengah dan sudah sejak masa Yunani Kuno
dibudidayakan. Sayuran ini masuk ke Indonesia belum lama (sekitar 1970-an).
2. Kandungan Tanaman
Brokoli banyak mengandung Sulforapan (SFN). Selain itu dari proses
biosintesis di dalam brokoli juga dihasilkan 3,3-diindolilmetana (DIM). Juga terdapat
kandungan lemak, protein, karbohidrat, serat, air, zat besi, kalsium, mineral, dan
bermacam vitamin (A, C, E, Vitamin, ribofalvin, nikotinamide).
Brokoli tumbuh di ladang saat musim semi/panas bulan (April-juli) dan
panas/dingin pada bulan September-januari. Komposisi asam amino bebas ditentukan
dengan HPLC pada inflorensi primer dan skunder secara terpisah. Total sebanyak 17
jenis asam amino teridentifikasi, yaitu: L-alanine (Ala), L-arginine (Arg), L-

asparagine (Asn), L-aspartic acid (Asp), glycine (Gly), L-glutamic acid (Glu), Lglutamine (Gln), L-histidine (His), L-isoleucine (Ile), L-leucine (Leu), L-methionine
(Met), L-phenylalanine (Phe), L-serine (Ser), L-threonine (Thr), L-tryptophan (Trp),
L-tyrosine (Tyr) and L-valine (Val). Asam amino mayor adalah L-glutamine, sekitar
39.5% (in cvs Durango and Green Valiant) dan 55.5% (in cv Shogun) dari total asam
amino yang ada. Dikuti dengan L-glutamic acid sekitar 12.1% (in cv Shogun) dan
17.4% (in cv Marathon). Beberapa asam amino lainnya masing-masing sebanyak 1%
(Gly, Leu, Met, Phen, Thr, Trp and Tyr). Untuk kebanyakan asam amino secara
signifikan berbeda cultivarnya, dan hanya sedikit asam amino yang menunjukkan
variasi saat infloresensi. Musim juga mempengaruhi perbedaan jenis asam amino dari
brokoli. Kandungan asam amino bebas tertinggi adalah (323.9mmol kg1 DW), yaitu
(391.3 di saat musim semi/panas dan (256.4) saat musim panas/dingin sedangkan
yang lainnya minimum sekitar 177.3mmolkg1 DW. Dapat disimpulkan bahwa kadar
asam amino total lebih tinggi pada musim semi/panas dibandingkan dengan musim
panas/dingin, juga tergantung dari cultivarnya.
Untuk memilih pengobatan yang optimum, bunga diberikan perlakuan dengan
perbedaan kombinasi waktu/suhu dari 1-3 jam dan suhu 37-50 oC pada ruang gelap
bersuhu 20 oC.

Kebanyakan perlakuan menyebabkan

kehilangan klorofil dan

berwarna kuning secara perlahan, kecuali ditempatkan pada suhu 37 oC. Perlakuan
pada suhu 48 oC selama 3 jam menyebabkan terjadinya kehilangan klorofil sangat
lambat dan dipilih untuk analisa efek dan kualitasnya sesuai umur. Bunga yang tidak
mendapat perlakuan

akan berwarna kuning dan klorofilnya berkurang selama

penyimpanan. Pemanasan akan mengurangi onset katabolisme dalam 1 hari dan


terjadi perlambatan degradasi. Perlakuan pada bunga juga berpengaruh pada jumlah
total gula dan protein serta inhibisi kelarutan protein. Contoh utama menunjukkan
produksi CO2 meningkat, yang tidak terdeteksi dengan heat-treatd florets. Total
antioksidan menurun dan thiobarbituric acid-reactive substances (TBARS) meningkat
selama dalam penyimpanan. Perlakuan memperlambat penurunan komponen
antioksidan dan menghambat kenaikan TBARS. Kesimpulannya, perlakuan pada suhu
48 oC selama 3 jam menghambat kerusakan brokoli dan pada suhu 20 oC selama 3
jam dan secara keseluruhan kualitasnya lebh baik.
Kandungan flavonoid dari brokoli diteliti dengan LC/UV-DAD/ESI-MS.
Sejumlah besar ester dari asam hidroksinamik dari kaemferol dan glikosida quercetin

bersifat khas. Struktur dari glikosida flavonoid dianalisis setelah hidrolisis alkalin, dan
diidentifikasi

sebagai

sophoroside/sophorotrioside-7-glucoside/sophoroside

of

kaempferol, quercetin and isorhamnetin. Komplex quercetin and isorhamnetin


glucosides sebelumnya tidak karakteristik di alam. Sebagai tambahan, beberapa
komplek glikosida dasar pada aglikon yang sama telah diteliti. Efek dari substitusi
gula dan asilasi dari mobilitas kromatografi dan ionisasi dan fragmentasi ESI sedang
dibahas.

3. Cara Ekstraksi
Ekstraksi bunga brokoli simplisia secara maserasi
100 g bunga brokoli
dimaserasi dengan 750 ml kloroform selama 5 hari
disaring
Ampas

Ampas

ditambahkan kloroform hingga filtrat yang diperoleh


1000kloroform
ml
Filtrat
disaring

dikeringkan dengan cara


diangin-anginkan

Filtrat kloroformdigabung dengan cara filtrat I


didiamkan selama 2 hari

dimaserasi dengan 750 ml


etanol selama 5 hari
disaring

lalu dienap tuang

residu
Ampas

ditambahkan etanol hingga


Filtrat etanol
filtrat yang diperoleh 1000 ml
disaring

Maserat kloroformdiuapkan
Ekstrak kental kloroformdi freeze

dryer
Ekstrak kloroform kering
Filtrat etanol digabung dengan filtrat I
didiamkan selama 2 hari lalu dienap
tuang
Uji BST

Ampas

Maserat etanol
Ekstrak kental etanol

dipekatkan

residu

difreeze dryer

4. Kegunaan
Ekstrak
kloroform kering
a. Berdasarkan Hasil Penelitian sebagai Antikanker
Uji
BSTIn Vitro
Telah dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh dari campuran
Sulforapan (SFN) dan 3,3 diindolilmetana (DIM) dalam beberapa variasi
konsentrasi terhadap pertumbuhan sel kanker kolon secara in vitro.
Perbandingan

profil

antiproliferasi

dari

masing-masing

senyawa

menunjukkan bahwa SFN dengan konsentrasi di atas 10 M bersifat


sitotoksik, sedangkan DIM bersifat sitostatik. Sedangkan perhitungan efek
kombinasi menggunakan metode Chou dkk untuk campuran SFN dan
DIM menunjukkan bahwa regresi linier dari dua senyawa tersebut tidak
paralel. Dari data tersebut diperkirakan bahwa SFN dan DIM
menghambat proliferasi dengan mekanisme yang berbeda. Kombinasi
terbaik untuk menghambat proliferasi secara sinergis diperoleh pada
perbandingan SFN:DIM = 1:1.
Efek cell cycle arrest pada SFN, DIM dan campuran. Pada beberapa
jenis sel kanker, terbukti SFN menginduksi cell cycle arrest pada fase
G2/M, sedangkan DIM pada fase G1. Pada penelitian ini penggunaan
campuran SFN (5 M) dan DIM (5 atau 10 M), menunjukkan hasil sama
seperti efek SFN sendiri yaitu berhenti pada fase G2/M. Ini membuktikan
bahwa pada dosis rendah akan diperoleh efek antagonis pada campuran

SFN dan DIM. Sedangkan jika SFN yang digunakan 10 M akan memacu
apoptosis pada sub-G1. Induksi apoptosis terbaik didapat pada campuran
10 M SFN dan 10 M DIM (23,9 2,2% sub G1). Kenaikan fraksi sub
G1 akan seimbang dengan penurunan fase S sebagai sinyal penghambatan
pertumbuhan sel.
Efek kombinasi yang diperoleh sangat tergantung pada dosis campuran
SFN : DIM. Pada dosis rendah, efek yang dapat diamati adalah antagonis,
sedangkan pada dosis tinggi memberikan efek sinergis. Hal ini
kemungkinan karena mekanisme lain selain cell cycle arrest dan
pemacuan apoptosis lebih berperan pada konsentrasi rendah. Perlakuan
penggunaan SFN pada dosis rendah mungkin menyebabkan kenaikan
detoksifikasi terhadap SFN sendiri sehingga menyebabkan timbulnya efek
antagonis. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
mengelusidasi mekanisme interaksi dari kombinasi beberapa macam
senyawa.
In Vivo
Penelitian tentang pengaruh praperlakuan brokoli terhadap efek
hipoglikemik

tolbutamid

pada

tikus

diabetes

militus

tipe

II,

kesimpulannya adalah :
1. Pada tikus kontrol, praperlakuan perasan brokoli 25 g/kg BB saat 2
jam sebelum tolbutamid tidak mengubah efek hipoglikemik
tolbutamid, sedangkan praperlakuan perasan brokoli 25 g/kg BB
sekali sehari selama empat hari sebelum tolbutamid sebesar 35,28%.
2. Pada tikus diabetes mellitus tipe II, praperlakuan perasan brokoli 25
g/kg BB saat 2 jam sebelum tolbutamid dan sekali sehari selama 4 hari
sebelum

tolbutamid

mampu

menurunkan

daya

hipoglikemik

tolbutamid, masing-masing sebesar 16,87 dan 46,82%.


3. Penurunan efek hipoglikemik tolbutamid pada tikus DM lebih tinggi
dari tikus kontrol.
Uji Klinik
Traca et al. (2008) melakukan penelitian dengan memberikan diet 400
gram brokoli atau kacang-kacangan kepada 22 pria setiap minggunya.
Brokoli diberikan sebanyak satu hingga dua porsi sebagai tambahan di
dalam diet atau makanan mereka sehari-hari selama setahun. Contoh
jaringan kemudian diambil dari kelenjar prostat mereka sebelum dan

sesudah penelitian. Hasilnya menunjukkan bahwa brokoli mengubah gen


yang berkaitan dengan keaktifan kanker prostat. Hal ini menunjukkan
bahwa diet kaya brokoli mengurangi risiko menderita kanker prostat dan
juga kemungkinan untuk melokalisasi kanker sebelum kanker tersebut
menjadi agresif.
Data Keamanan
Dalam rangka meningkatkan pemanfaatan antioksidan alami dari
tumbuhan, telah dilakukan pemeriksaan karakterisasi simplisia, skrining
fitokimia, dan uji aktivitas antioksidan dengan metode aktivitas
antiradikal bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) dari ekstrak
etanol dan fraksi ekstrak n-heksan, etil asetat, dan etanol dari bunga
tumbuhan brokoli (Brassica oleracea L. var. botrytis L.). Serbuk simplisia
bunga brokoli diekstraksi secara perkolasi dengan pelarut etanol 70%.
Selanjutnya ekstrak dipekatkan dengan alat rotary evaporator dan
dikeringkan dengan freeze dryer sehingga diperoleh ekstrak kental.
Dilakukan juga ekstraksi bertahap dengan pelarut n-heksana, etil asetat
dan etanol. Selanjutnya ekstrak diuji terhadap DPPH sebagai radikal
bebas untuk mengukur absorbansi DPPH pada panjang gelombang 516
nm pada menit ke-17 dan ke-40 setelah penambahan pelarut metanol,
berdasarkan hasil pengukuran operating time DPPH. Kemampuan
antioksidan diukur sebagai penurunan absorbansi larutan DPPH setelah
penambahan ekstrak. Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia diperoleh
kadar air 5,33%, kadar sari yang larut dalam air 29,02%, kadar sari yang
larut dalam etanol 12,09%, kadar abu total 0,80%, dan kadar abu yang
tidak larut dalam asam 0,22%. Hasil skrining fitokimia pada masingmasing ekstrak, diperoleh hasil ekstrak etanol mengandung senyawa
alkaloida, glikosida, steroida/triterpenoida, flavonoida, dan saponin; fraksi
ekstrak n-heksan mengandung senyawa, steroida/ triterpenoda; fraksi
ekstrak etil asetat mengandung senyawa glikosida dan flavonoid; dan
fraksi ekstrak etanol mengandung alkaloida, glikosida, flavonoida dan
saponin.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol bunga brokoli
memiliki aktivitas antioksidan sedang, fraksi ekstrak n-heksan dan etil
asetat dengan aktifitas antioksidan sangat lemah, sedangkan fraksi ekstrak

etanol dengan aktivitas antioksidan lemah. Ekstrak etanol, fraksi ekstrak


n-heksan, etil asetat, dan etanol berturut-turut memiliki IC50 sebesar
131,51 ppm, 255,19 ppm, 260,78 ppm, dan 175,22 ppm pada menit ke-17,
sedangkan pada menit ke 40 diperoleh IC50 berturut-turut sebesar 124,44
ppm, 248,69 ppm, 253,68 ppm, dan 179,45 ppm. Pembanding vitamin C
memiliki IC 50 sebesar 26,067 ppm pada menit ke 17 dan 26,17 ppm pada
menit ke-40.
5. Produk
4Life Transfer Factor MaleProTM. Mengandung ekstrak brokoli, manfaat penggunaan
:
Menjaga kesehatan prostat
Mendukung respon kekebalan tubuh
Sebagai antioksidan yang melindungi

Daftar Pustaka
1. Dalimartha, S. Buku Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2.
2. Traka M., Gasper A. V., et al. Broccoli Consumption Interacts with GSTM1 to Perturb
Oncogenic Signalling Pathways in the Prostate. Plos One 3 (7) e2568 (2008).
3. Pappa G, Strathmann J, et al. Quantitative combination effects between sulforaphane and
3,3-diindolylmethane on proliferation of human colon cancer cells in vitro.
Carcinogenesis vol.28 no.7 pp.14711477 (2007).
4. Thomas Bjrkman1 and Karen J. Pearson. Department of Horticultural Sciences, New
York State Agricultural Experiment Station, Cornell University, Geneva, NY 14456-0462,
USA, Oxford University Press (1998).
5. Agung E.N., Lukman H, et al. Pengaruh Praperlakuan Brokoli (Brassica oleracea L.)
terhadap Efek Hipoglikemik Tolbutamid pada Tikus Diabetes Melitus tipe 2.

Anda mungkin juga menyukai