Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus
Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus
(A54103009)
Nia Nuryani
(A54103032)
Enni Nuraieni
(A54103041)
Intan Diani F
(A54103058)
Kustiningrum
(A54103066)
Andhika Safaat
(A54103077)
Asisten dosen
Fithrahturrahmah (A05400060)
Dosen pembimbing
Dr. Clara M Kusharto, M,sc
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat sehat
kepada kita sehingga dapat menyelesaikan laporan project group anatomi dan
fisiologi.
Laporan ini kami susun dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah
anatomi dan fisiologi. Selain itu, sasaran kami dalam menyusun Project Group
Mekanisme Penyerapan Zat Gizi Makro Di Usus Halus untuk mengembangkan
pengetahuan para mahasiswa tentang hal tersebut. Dasar pemikiran dalam
pemilihan judul ini adalah memperdalam pemahaman terhadap anatomi dan
mekanisme yang terjadi di usus halus.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini belum sempurna
sehingga saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat kami
harapkan. Kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Katrin Roosita selaku dosen pembimbing
2. Ibu Clara M. Kusharto selaku dosen pembimbing
3. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
dalam penyusunan laporan ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
Daftar Gambar
iii
Pendahuluan
Latar Belakang
1
Tujuan
2
Pembahasan
A. Anatomi Struktur dan Anatomi
3
B. Mekanisme Penyerapan
7
C. Mekanisme Penyerapan Karbohidrat
7
D. Mekanisme Penyerapan Protein
10
E. Mekanisme Penyerapan Lipid
12
Kesimpulan
17
Daftar Pustaka
19
Lampiran
20
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Organ Pencernaan
3
Gambar 2. Duodenum
4
Gambar 3. Mikrovilli
5
Gambar 4. Lapisan Usus Halus
6
Gambar 5. Mekanisme Penyerapan Karbohidrat
8
Gambar 6. Mekanisme Penyerapan Protein
11
Gambar 7. Mekanisme Penyerapan Lipid 1
14
Gambar 8. Mekanisme Penyerapan Lipid 2
15
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sistem pencernaan merupakan salah satu sistem yang sangat penting.
Sistem pencernaan pada manusia melibatkan beberapa organ penting seperti
mulut, esofagus, lambung, hati, pankreas, kandung empedu, usus halus, dan usus
besar. Organ-organ tersebut memiliki peranan penting dalam mencerna berbagai
zat dalam makanan menjadi bentuk yang lebih sederhana sehingga dapat
diabsorpsi oleh tubuh.
Dalam makalah ini, kami membahas tentang mekanisme penyerapan zat
makanan dalam usus halus. Bagian terbesar dari pencernaan dan penyerapan
terjadi di saluran panjang, yaitu usus halus. Usus halus memilki fungsi utama,
yaitu mencerna makanan hingga tuntas lalu mengabsorpsinya. Usus halus dalam
tubuh manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Zatzat makanan yang telah dicerna sebelumnya dalam mulut oleh enzim amilase
masuk ke esofagus dan didorong ke dalam lambung dengan gerakan peristaltik. Di
dalam lambung, makanan dicerna kembali hingga terbentuk chyme. Kemudian
chyme tersebut masuk ke dalam usus halus untuk dicerna lebih lanjut dan diserap
oleh tubuh.
Pencernaan karbohidrat dalam usus halus dilakukan dengan memecah pati
yang belum dicerna oleh amilase, sehingga sebelum masuk jejunum, pati hampir
seluruhnya diubah menjadi maltosa dan isomaltosa. Usus halus juga
menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida yang dilakukan oleh enzimenzim epitel usus halus, seperti enzim laktase, enzim sukrase, enzim maltase, dan
enzim isomaltase. Sehingga hasil akhir pencernaan karbohidrat yang diabsorsi ke
dalam darah semuanya berupa monosakarida.
Selain karbohidrat, dalam usus halus juga dilakukan pencernaan lemak dan
protein. Tahap pertama proses pencernaan lemak dalam usus halus, yaitu
emulsifikasi lemak oleh asam-asam empedu yang merupakan sekret hati yang
tidak mengandung enzim pencernaan dengan memecah butir-butir lemak menjadi
ukuran yang lebih kecil. Tahap selanjutnya, yaitu hidrolisis lemak oleh lipase
pankreas dan lipase usus sehingga dihasilkan monogliserida, asam lemak, dan
gliserol yang selanjutnya akan diabsorpsi oleh mukosa usus.
Protein dalam usus halus dalam bentuk dipeptida dihidrolisis oleh enzim
peptidase dari sel-sel epitel usus halus menjadi berbagai dipeptida dan polipeptida
kecil. Selanjutnya akan dihidrolisis kembali oleh enzim aminopolipeptidse dan
dipeptidase menjadi asam amino. Proses selanjutnya yang terjadi dalam usus
halus, yaitu penyerapan zat-zat dalam usus halus yang secara spesifik terjadi
dalam vili dan tergantung pada difusi, difusi fasilitatif, osmosis, dan transport
aktif. Sebagian besar zat-zat tersebut diserap dalam bentuk yang lebih sederhana.
Tujuan
a. Mahasiswa mengetahui anatomi dan fungsiologi dari usus halus
PEMBAHASAN
A. Struktur dan Anatomi
Usus halus adalah saluran yang memiliki panjang 6 m. Fungsi usus
halus adalah mencerna dan mengabsorpsi chyme dari lambung.. Usus halus
memanjang dari pyloric sphincter lambung sampai sphincter ileocaecal,
tempat bersambung dengan usus besar (gambar 1). Usus halus terdiri atas tiga
bagian , yaitu: duodenum, jejunum, ileum.
pancreas
dan
kantung
empedu.
Empedu
berfungsi
Gambar 2. Duodenum
Sumber : http://liver_2.yahoo.com/ imgres?imgurl gif
Jejunum memiliki panjang antara 1,5 m 1,75 m. Di dalam usus ini,
makanan mengalami pencernaan secara kimiawi oleh enzim yang dihasilkan
dinding usus. Getah usus yang dihasilkan mengandung lendir dan berbagai
macam enzim yang dapat memecah makanan menjadi lebih sederhana. Di
dalam jejunum, makanan menjadi bubur yang lumat yang encer.
Usus penyerapan (ileum), panjangnya antara 0,75m 3,5m terjadi
penyerapan sarisari makanan. Permukaan dinding ileum dipenuhi oleh
jonjot-jonjot usus/vili. Adanya jonjot usus mengakibatkan permukaan ileum
menjadi semakin luas sehingga penyerapan makanan dapat berjalan dengan
baik. Dinding jonjot usus halus tertutup sel epithelium yang berfungsi untuk
menyerap zat hara. Terdapat sekitar 1000 mikrovili (gambar 3) dalam tiap sel.
Dinding tersebut juga mengeluarkan mucus. Enzim pada mikrovili
menghancurkan makanana menjadi partikel yang cukup kecil untuk diserap.
Di dalam setiap jonjot terdapat pembuluh darah halus dan saluran limfa yang
menyerap zat hara dari permukaan jonjot. Vena porta mengambil glukosa dan
asam amino, sedangkan asam lemak dan gliserol masuk ke sel limfa.
Gambar 3. Mikrovilli
Sumber : http://humdigest_2. google.com/ imgres?imgurl gif
Lapisan usus halus (gambar 4) terdiri atas 4 lapisan yang sama dengan
lambung, yaitu :
1. Lapisan luar adalah membran selulosa, yaitu peritornium yang melapisi
usus halus dengan erat.
2. Lapisan otot polos terdiri atas 2 lapisan serabut, lapisan luar yang
memanjang (longitudinal) dan lapisan dalam yang melingkar (serabut
sirkuler). Kontraksi otot polos dan bentuk peristaltic usus yang turut serta
dalam proses pencernaan mekanis, pencampuran makanan dengan enzimenzim
pencernaan
dan
pergerakkan
makanan
sepanjang
saluran
pengaruh isi lambung yang asam. Sistem kerjanya adalah kelenjar blunner
akan mengeluarkan sekret cairan kental alkali.
4. Mukosa dalam terdiri dari epitel selapis kolumner goblet yang mensekresi
getah usus halus (intestinal juice). Intestinal juice merupakan kombinasi
cairan yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar usus (glandula intestinalis)
dari duodenum, jejunum, dan ileum. Produksinya dipengaruhi oleh
hormon sekretin dan enterokrinin. Pada lapisan ini terdapat vili (gambar 3)
yang merupakan tonjolan dari plica circularis (lipatan yang terjadi antara
mukosa dengan submukosa). Lipatan ini menambah luasnya permukaan
sekresi dan absorpsi serta memberi kesempatan lebih lama pada getah
cerna untuk bekerja pada makanan. Lapisan mukosa berisi banyak lipatan
Lieberkuhn yang bermuara di atas permukaan, di tengah-tengah villi.
Lipatan Lieberkuhn diselaputi oleh epithelium silinder.
Villi-villi usus halus merupakan tempat terjadinya absorpsi karena pada bagian
ini terdapat pembuluh darah kapiler dan pembuluh limfe yang akan mengirim
zat-zat makanan ke seluruh tubuh. Mekanisme penyerapan yang terjadi di usus
halus, yaitu pasif-difusi dan aktif-difusi. Penyerapan secara pasif-difusi, yaitu
penyerapan yang berlangsung menurut hukum keseimbangan osmosis dan
difusi dimana diketahui zat-zat makanan akan mengalir dari yang
berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Sedangkan
penyerapan aktif-difusi, yaitu proses penyerapan yang membutuhkan energi.
C. Mekanisme Penyerapan Karbohidrat
Proses pencernaan pati (starch) secara sempurna dimulai di lambung
yang selanjutnya akan diserap melalui pompa mekanisme yang membutuhkan
energi dan perlu bantuan Carrier (Tranporting Agents). Faktor-faktor yang
mempengaruhi penyerapan karbohidrat, yaitu:
1. Hormon insulin akan meningkatkan transport glukosa ke dalam jaringan sel.
Berarti juga mempertinggi penyerapan glukosa dalam jaringan, akibatnya
akan mempercepat perubahan glukosa menjadi glikogen dalam hati.
2. Tiamin (Vitamin B1), Piridoksin, Asam panthotenat, hormon tiroksin
berperan
Pati
sugar/gula
salivari
maltosa
sukrosa
fruktosa
amilase=ptialin
Lambung
dekstrin
maltosa
sukrosa
fruktosa
pancreatic amilase
Usus halus
maltosa
intestinal
intestinal
intestinal
maltase
sukrase
glukosa
glukosa
fruktase
Dinding
usus halus
glukosa
+
+
glukosa
galaktosa
Gambar 5. Mekanisme Penyerapan Karbohidrat
Sumber : Suhardjo dan Kusharto, 1992
fruktosa
menjadi maltosa dan isomaltosa. Oleh karena itu, segera setelah kimus
dikosongkan dari lambung masuk duodenum dan bercampur dengan getah
pankreas. Pati yang belum dipecahkan akan dicerna oleh amilase. Pada
umumnya, pati hampir seluruhnya diubah menjadi maltosa dan isomaltosa
sebelum mereka masuk ke jejunum.
Sel epitel yang membatasi usus halus mengandung empat enzim yaitu
laktase, sukrase, maltase, dan isomaltase, yang masing-masing mampu
memecahkan disakarida laktosa, sukrosa, maltosa, dan isomaltosa menjadi
unsur-unsur monosakaridanya. Enzim-enzim ini terletak pada brush border
(sel yang membatasi lumen usus halus). Disakarida dicerna menjadi
monosakarida pada waktu berhubungan dengan brush border tersebut.
Monosakarida glukosa, galaktosa dan fruktosa kemudian diabsorpsi melalui
sel-sel epitel usus halus dan diangkut oleh sistem sirkulasi darah melalui vena
porta. Bila konsentrasi monosakarida di dalam usus halus atau mukosa sel
cukup tinggi, absorpsi dilakukan secara pasif atau fasilitatif. Bila konsentrasi
turun, absorpsi dilakukan secara aktif melawan gradien konsentrasi dengan
menggunakan energi dari ATP dan ion natrium.
Di hati, fruktosa dan galaktosa akan diubah menjadi glukosa karena
tubuh hanya bisa memanfaatkan energi dari karbohidrat dalam bentuk
glukosa. Dari hati ini, glukosa akan dikirim ke seluruh jaringan tubuh menurut
kebutuhan. Sebagian glukosa disimpan di otot dan di hati sebagai cadangan
yang disebut glikogen. Kapasitas pembentukan glikogen ini terbatas,
kelebihan karbohidrat akan diubah menjadi lemak dan ditimbun di dalam
jaringan adiposa.
Laktosa dipecahkan menjadi satu molekul galaktosa dan satu molekul
glukosa. Sukrosa dipecahkan menjadi satu molekul fruktosa dan satu molekul
glukosa. Maltosa dan isomaltosa masing-masing pecah menjadi dua molekul
glukosa. Jadi, hasil akhir pencernaan karbohidrat yang diabsorpsi ke dalam
darah semua berupa monosakarida.
Kadar glukosa darah akan naik dalam jangka waktu 30 menit setelah
makan dan secara perlahan kembali ke kadar gula normal (70-100 mg/100 ml)
dalam waktu 90-180 menit. Kadar gula darah maksimal dan kecepatan untuk
kembali pada kadar normal bergantung pada jenis makanan.
D. Mekanisme Penyerapan Protein
Pencernaan protein dimulai di organ lambung. Sebagian protein yang
ada di lambung dicerna menjadi peptida oleh enzim pepsin. Sifat setiap jenis
protein ditentukan oleh jenis asam amino dalam molekul protein dan oleh
susunan asam-asam amino tersebut.
Pepsin paling aktif pada pH sekitar 2 dan tidak aktif sama sekali pada
pH diatas 5. Kelenjar gastrik mensekresikan asam klorida dalam jumlah besar.
Asam klorida ini disekresikan oleh sel parietal pada pH sekitar 0,8. Tetapi
pada saat ia dicampur dengan isi lambung dan dengan sekresi dari sel kelenjar
non parietal lambung, pH berkisar antara 2 atau 3, batas keasaman yang sangat
menguntungkan bagi aktivitas pepsin. Pepsin biasanya hanya mengawali
proses pencernaan, memecahkan protein menjadi protease, pepton dan
Mulut
gastric protease
Lambung
Usus Halus
Dipeptida
Intestinal dipeptidase
Dinding usus
halus
Asam amino
dibutuhkan enzim spesifik untuk setiap jenis ikatan spesifik. Hal ini
menyebabkan tidak ada satu enzim pun yang dapat mencernakan protein
sepenuhnya menjadi unsur-unsur asam amino.
Asam amino keluar dari sel epitel melalui difusi ke dalam aliran darah.
Asam amino mengikuti aliran yang sama dengan yang ditempuh
monosakarida. Dalam waktu yang bersamaan, dipeptida dan tripeptida dibawa
oleh sel epitel melalui transport aktif. Dipeptida dan tripeptida dihidrolisis
menjadi asam amino di dalam sel dan melewati kapiler yang ada di dalam
villi. Dari kapiler, asam amino diangkut ke dalam darah menuju ke hati
melalui sistem peredaran darah porta.
Ternyata tidak semua protein dipecah sampai ke tingkat asam amino,
sebagian tetap dalam bentuk ptoteosa, pepton, dan berbagai ukuran
polipeptida. Terkadang ada protein atau peptida yang lolos dari kerja enzim
pencernaan, sehingga ia diserap dalam bentuk bukan asam amino. Protein dan
peptida yang lolos itu bisa aktif bekerja dan sering memberikan manfaat atau
berfungsi secara khusus. Sehingga kedua senyawa itu dikenal sebagai protein
dan peptida aktif atau fungsional. Bila makanan dikunyah dengan semestinya
dan tidak dimakan dalam jumlah yang terlalu banyak pada saat yang sama,
sekitar 98% semua protein akhirnya menjadi asam amino.
E. Pencernaan Lipid
Lemak dalam susunan makanan sebagian besar merupakan lemak netral
(trigliserida) yang masing-masing molekul terdiri atas satu inti gliserol dan
tiga asam lemak. Lemak netral ditemukan dalam makanan yang berasal dari
hewan dan tumbuh-tumbuhan.
O
CH3(CH2)16COCH2
lipase
CH3(CH2)16COCH + 3H2O
C OH
CH3(CH2)16COCH2
(Tristearin)
HO CH2
HO CH + 3CH3 (CH2)16
HO CH2
(Gliserol)
(Asam stearat)
Asam lemak
Emulsifikasi lemak
Gliserol
Gliserida
Gambar 6
Absorpsi lipid terutama terjadi dalam jejunum, bagian tengah usus halus.
Hasil pencernaan lipid (gliserol, asam lemak rantai pendek, asam lemak rantai
sedang, asam lemak rantai panjang, monogliserida, trigliserida, kolesterol, dan
fosfolipid) diabsorpsi ke dalam membran mukosa usus halus dengan cara
difusi pasif (gambar 7). Perbedaan konsentrasi pada membran mukosa usus
halus dipengaruhi dengan dua cara:
1). Kehadiran protein pengikat asam lemak yang segera mengikat asam lemak
memasuki sel epitel,
2). Esterifikasi kembali asam lemak menjadi monogliserida (produk utama
pencernaan yang melintasi mukosa usus halus).
lemak yang diabsorpsi dari usus ditransport ke darah melalui limfe toraks
dalam bentuk kilomikron (gambar 8).
Low
Lipoprotein/VLDL,
Density
dan
Lipoprotein/LDL,
High
Density
Very
Low
Lipoprotein/HDL.
Density
Tiap
jenis
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa
fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorpsi chyme dari lambung.
Struktur dari usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan
ileum. Dinding usus halus mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung
kelenjar brunner yang berfungsi memproduksi getah intestinum. Lapisan usus
halus terdiri atas empat lapisan yang sama denagn lambung, yaitu lapisan luar
(membran serosa), lapisan muskularis, submukosa, dan mukosa.
Pencernaan karbohidrat dalam usus halus dilakukan dengan memecah pati
yang belum dicerna oleh amilase, menjadi maltosa dan isomaltosa. Di dalam usus
halus juga terjadi hidrolisis disakarida menjadi monosakarida yang dilakukan oleh
enzim-enzim epitel usus halus, seperti enzim laktase, enzim sukrase, enzim
maltase, dan enzim isomaltase. Sehingga hasil akhir pencernaan karbohidrat yang
diabsorsi ke dalam darah semuanya berupa monosakarida.
Tahap pertama proses pencernaan lemak dalam usus halus, yaitu
emulsifikasi lemak oleh asam-asam empedu yang merupakan sekret hati yang
tidak mengandung enzim pencernaan dengan memecah butir-butir lemak menjadi
ukuran yang lebih kecil. Tahap selanjutnya, yaitu hidrolisis lemak oleh lipase
pankreas dan lipase usus sehingga dihasilkan monogliserida, asam lemak, dan
gliserol yang selanjutnya akan diabsorpsi oleh mukosa usus.
Protein dalam usus halus dalam bentuk dipeptida dihidrolisis oleh enzim
peptidase dari sel-sel epitel usus halus menjadi berbagai dipeptida dan polipeptida
kecil. Selanjutnya akan dihidrolisis kembali oleh enzim aminopolipeptidse dan
dipeptidase menjadi asam amino. Proses selanjutnya yang terjadi dalam usus
halus, yaitu penyerapan zat-zat dalam usus halus yang secara spesifik terjadi
dalam vili dan tergantung pada difusi, difusi fasilitatif, osmosis, dan transport
aktif. Sebagian besar zat-zat tersebut diserap dalam bentuk yang lebih sederhana.
Semua nutrien yang diabsorpsi terjadi melalui membran plasma sel. Villivilli usus halus merupakan tempat terjadinya absorpsi karena pada bagian ini
terdapat pembuluh darah kapiler dan pembuluh limfe yang akan mengirim zat-zat
makanan ke seluruh tubuh. Mekanisme penyerapan yang terjadi di usus halus,
yaitu pasif-difusi dan aktif-difusi. Penyerapan secara pasif-difusi, yaitu
penyerapan yang berlangsung menurut hukum keseimbangan osmosis dan difusi
dimana diketahui zat-zat makanan akan mengalir dari yang berkonsentrasi tinggi
ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Sedangkan penyerapan aktif-difusi, yaitu
proses penyerapan yang membutuhkan energi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2004. Sistem Pencernaan. http://www.medicastore.com/cybermed/
detail_ pyk. php? idktg=7&iddtl=9
------------ . 2004. Small Intestine. http ://www. Yahoo.com/image.
------------ . 2004. Duodenum. http://liver_2.yahoo.com/ imgres?imgurl gif
------------ . 2004. http://humdigest_2. google.com/ imgres?imgurl gif
------------ . 2004. http://humdigest_1.google.com/ imgres
------------ . 2004. http://fatabsorb_1.google.com/ imgres
------------
LAMPIRAN
PERTANYAAN DAN JAWABAN
Ratna Wedhaningsih
- Berapa lama waktu penyerapan?
Jawab :
Jangka waktu penyerapan di usus halus yaitu antara 4-8 jam. Dalam jangka
waktu
maksimum absorpsi glukosa dari usus halus yaitu 120 g/jam. Untuk jangka
waktu penyerapan protein dan lipid, kami belum menemukan sumber yang
menyatakan tentang hal tersebut.
Johana Pritha
- Apa yang akan terjadi bila penyerapan di usus halus terganggu?
Jawab :
Usus halus merupakan saluran panjang yang berfungsi sebagai tempat
pencernaan dan penyerapan zat gizi makro. Bila terjadi gangguan di usus halus
dapat menyebabkan malnutrition (kekurangan zat gizi).
- Faktor-faktor apa saja yang dapat mengganggu penyerapan di usus halus?
Jawab :
Faktor-faktor yang menyebabkan gangguan penyerapan zat gizi di usus halus:
a. Adanya gangguan pada usus halus seperti adanya ektoparasit (misal:
cacing) yang menyerap sari-sari makanan sebelum diserap oleh usus halus.
b. Adanya mukosa usus yang terluka (infeksi).
c. Adanya makanan yang tidak dapat dicerna seperti makanan instan yang
tidak mengandung zat gizi.
d. Terjadi
peradangan
di
usus
misalnya
terjadi
merah-merah
dan