Bedside Teaching
Bedside teaching telah lama dikenal sebagai suatu metode yang paling efektif dalam
melatih keterampilan klinis mahasiswa. Namun sangat disayangkan, penggunaan
metode ini semakin hari semakin menurun sehingga terasa adanya kecenderungan
penurunan ketajaman kemampuan keterampilan klinis mahasiswa. Oleh karena itu,
metode ini mulai kembali dikembangkan dan ditingkatkan frekuensi penggunaannya
dalam proses pembelajaran klinis.
Bedside teaching adalah suatu metode pembelajaran klinis yang melibatkan pasien,
mahasiswa, dan pembimbing klinis yang dilakukan dalam konteks klinis. Metode ini
bertujuan untuk memberikan pengalaman klinis pada konteks nyata (real setting) dan
mahasiswa dapat belajar dari pengalaman tersebut dan dari umpan balik dari
pembimbing klinik dan pasien. Metode ini dirasakan yang paling efektif dibanding
pembelajaran di kelas dalam melatih keterampilan klinis mahasiswa, seperti
berkomunikasi dengan pasien (history taking), melakukan pemeriksaan fisik,
observasi dan menerapkan etika klinis, profesionalisme, dan mengembangkan
kemampuan nalar klinis (clinical reasoning).
Bed side teaching terdiri atas tiga tahap: tahap persiapan, tahap pengalaman (patient
encounter), dan tahap refleksi. Pada tahap persiapan, mahasiswa dan pembimbing
mendiskusikan tujuan belajar yang ingin dicapai. Pada tahap persiapan, pembimbing
memastikan bahwa mahasiswa paham atas apa yang akan dihadapi pada saat interaksi
dengan pasien dan bagaimana mengoptimalkan kesempatan itu untuk mencapai tujuan
belajar.
Pada tahap pengalaman, pasien hadir bersama mahasiswa dan pembimbing. Pasien
mendapat penjelasan tentang aktivitas pembelajaran dan memberikan persetujuan.
Tahap pengalaman dapat berupa demonstrasi atau observasi.
Demonstrasi. Pembimbing klinik mendemonstrasikan suatu interaksi dengan pasien
(anamnesis, pemeriksaan fisik, manajemen pasien, dan aspek komunikasi lainnya).
Mahasiswa belajar dari demonstrasi tersebut, dan dapat dilibatkan dalam diskusi
dengan pasien. Demonstrasi direkomendasikan pada saat mahasiswa mempelajari
ketrampilan baru atau pada fase-fase awal pembelajaran. Pembimbing klniis berperan
sebagai role model (I am doing, you are watching).
Referensi
Janicik, R. W., Fletcher, K. E. (2003). Teaching at the bedside: a new model. Medical
teacher, 25(2), 127-130
Kroenke, K., Omori, D. M., Landry, F. J., Lucey, C. R. (1997). Bedside teaching.
Southern medical journal, 90(11), 1069-1074
Ramani, S. (2003). Twelve tips to improve bedside teaching. Medical teacher, 25(2),
112-115.
Williams, K. N., Ramani, S., Fraser, B., Orlander, J. D. (2008). Improving bedside
teaching: findings from a focus group study of learners. Academic medicine, 83(3),
257-264
LAPORAN PENDAHULUAN
A.Latar belakang
50-75% amputasi ekstremitas bawah dilakukan pada pasien-pasien yang
menderita diabetes.Sebanyak 50% dari kasus-kasus amputasi ini diperkirakan dapat
dicegah bila pasien diajarkan tindakan preventif untuk merawat kaki dan
mempraktikkanya setiap hari.
Ada tiga komplikasi diabetes yang turut meningkatkan risiko terjadinya infeksi
kaki.ketiga komplikasi tersebut adalah:
kekeringan dan pembentukan fisura pada kulit (yang terjadi akibat penurunan
perspirasi)
Penyakit vaskuler perifer:Sirkulasi ekstremitas bawah yang buruk turut menyebabkan
lamanya kesembuhan luka dan terjadinya gangren
Penurunan daya Imunitas:Hiperglikemia akan mengganggu kemampuan leukosit khusus
yang berfungsi untuk menghancurkan bakteri.Dengan demikian,pada pasien diabetes
yang tidak terkontrol akan terjadi penurunan resistensi terhadap infeksi tertentu.
1.Karakteristik pasien
Keluhan yang dirasakan oleh pasien adalah pasien merasa tidak nyaman karena
kakinya timbul luka (infeksi) yang menyebabkan kakinya berbau tidak sedap.Hasil
observasi terlihat bahwa pasien masih mengalami ketidakmampuan melakukan
perawatan mandiri pada kakinya.Faktor ini yang menyebabkan sumber dari timbulnya
luka (infeksi) yang menyebabkan kaki pasien berbau tidak sedap.
Peserta didik melakukan bimbingan klinik ini agar masalah pada pasien DM ini segera
teratasi dan kaki pasien kembali normal seperti biasanya.
3.Masalah keperawatan
B.PROSES PEMBELAJARAN
1. Diagnosa keperawatan
Potensial
ketidakmampuan
melakukan
perawatan
mandiri
berhubungan
dengan
2.Tujuan Umum
Peserta didik dapat memahami tentang perawatan kuku kaki (memotong kuku) pada
pasien DM.
3.Tujuan Khusus
Menyebutkan tujuan dari perawatan kuku kaki (memotong kuku) kepada pasien dan
keluarganya,pembimbing dan peserta didik lainnya.
Peserta didik dapat menyebutkan prosedur kerja yang dilakukan
Peserta didik dapat menyebutkan hasil pengkajian keperawatan atau Bed Side Teaching
4.Implementasi Tindakan Keperawatan
5.Pengorganisasian
: Rudi Anto
Pembimbing
: Riski Pebrianti
Peserta didik
: Andi Septian
Titin Sutini
Fajar Basuki
Rita Permatasari
Ni Wayan Swastika R
Pasien
: M. Nidal
Pengertian: Menolong merawat dan memotong kuku pasien karena tidak dapat melakukan sendiri.
Tujuan
Persiapan Alat-Alat:
Baki berisi:
Prosedur:
Memotong kuku pada jari kaki:
Gunting kuku dimasukkan dalam bengkok demikian juga dengan sarung tangannya
Mengoleskan lotion pada seluruh kaki kecuali celah diantara jari-jari kaki
Bereskan alat-alat dan kembalikan ketempat semula
Cuci tangan
Mendokumentasikan perasat
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 Vol.2.
Jakarta:EGC
Tim penyusun.2007.Panduan Praktikum
Lampung:STIKES Mitra Lampung
Kebutuhan
Dasar
Manusia
1.Bandar
A. Pengertian
Bed side teaching merupakan metode bimbingan kepada peserta didik yang dilakukan disamping tempat
tidur klien meliputi kegiatan mempelajari kondisi klien dan asuhan keperawatan yang dibutuhkan klien.
B. Tujuan
1.
2.
3.
4.
C. Prinsip pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Adanya kesiapan fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik peserta didik dan klien
Jumlah peserta didik dibatasi idealnya 5-6 orang
Diskusi di awal dan akhir demonstrasi didepan klien dilakukan seminimal mungkin
Lanjutkan dengan redemonstrasi
Kaji permasaahan peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yang dilakukan
Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah diperoleh peserta didik
sebelumnya,atau apabila peserta didik menghadapi kesulitan penerapannya.
D. Pedoman Pelaksanaan
Pedoman pelaksanaan Bed side teaching mempergunakan Satuan Acara Pelajaran (SAP) yang
mengandung unsure-unsur :
1.
Pokok Bahasan
2.
Sub pokok bahasan
3.
Sasaran
4.
Tempat
5.
Waktu
6.
Pembimbing
7.
Tujuan instruksional Umum
8.
Tujuan instruksional khusus
9.
Materi
10. Kegiatan belajar mengajar
11. Metode
12. Media
13. Evaluasi
14. Sumber
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bedside teaching?
2. Apa tujuan bedside teaching?
3. Apa prinsip dasar bedside teaching?
4. Apa keuntungan bedside teaching?
5. Apa kerugian bedside teaching?
6. Bagaimana pelaksanaan bedside teaching?
7. Apa hambatan bedside teaching?
BAB II
PEMBAHASAN
teaching adalah
pembelajaran
yang
dilakukan
langsung
di depan
pasien.
didiknya mengaplikasikan
kemampuan
kognitif,
psikomotor
dan
afektif
secara
terintegrasi. Sementara itu, dosen bertindak sebagai fasilitator dan mitra pembelajaran yang siap
untuk memberikan bimbingan dan umpan balik kepada peserta didik. Di dalam proses bedside
teachingdiperlukan kearifan fasilitator tentang kemungkinan timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan
sebagai akibat dari interaksi antara peserta didik (mahasiswa kesehatan)dan pasien.
B. Tujuan Bedside Teaching
1. Peserta didik mampu menguasai keterampilan prosedural.
2. Menumbuhkan sikap profesional.
3. Mempelajari perkembangan biologis/fisik.
4. Melakukan komunikasi dengan pengamatan langsung.
C. Prinsip Dasar Bedside Teaching
1. Adanya kesiapan fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik peserta didik dan klien.
2. Jumlah peserta didik dibatasi idealnya5-6 orang.
3. Diskusi di awal dan akhir demonstrasi didepan klien dilakukan seminimalmungkin.
4. Lanjutkan dengan redemonstrasi.
5. Kaji permasalahan peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yang dilakukan.
6. Kegiatan yang didemonstrasikan adalahsesuatu yang belum pernah diperolehpeserta didik
sebelumnya,atau apabilapeserta didik menghadapi kesulitanpenerapannya.
D. Keuntungan Bedside Teaching
Dalam penelitian Williams K (Tufts Univ,Maret 2008) dihasilkan kesimpulan bahwabedside
teaching sangat baik digunakan untuk mempelajari keterampilan klinik.
Beberapa keuntungan bedside teaching antara lain :
1. Observasi langsung.
2. Menggunakan seluruh pikiran.
3. Klarifikasi dari anamnesa dan pemeriksaan fisik.
4. Kesempatan untuk membentuk keterampilan klinik mahasiswa.
5. Memperagakan fungsi :
a. Perawatan
b. Keterampilan interaktif
Bedside
teaching tidak
hanya dapatditerapkan
di
rumah
sakit,
keterampilanbedside
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedside
teaching adalah
pembelajaran
yang
dilakukan
langsung
di depan
pasien.
hingga
saat
ini
publikasibedside
teaching tidak
terlalu
gencar,
sehingga
masih
menambah
wawasan
teaching sehingga
mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA