Anda di halaman 1dari 40

0

Dipersembahkan untuk:

Diri Sendiri
Peringatan No 1: Buku terlarang. Jauhkan dari jangkauan dokter-dokter Spesialis!

KATA SAMBUTAN
MENTRI PENDIDIKAN NASIONAL
Atas terbitnya buku Jurus-Jurus Sesat Belajar THT

Saya sangat gembira menyambut terbitnya buku Jurus-Jurus Sesat Belajar THT ini. Ini
merupakan terobosan baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Penulisan buku ini
adalah sebuah bentuk kebangkitan dunia pendidikan di Asia khususnya di Indonesia.
Diharapkan dalam waktu dekat, saudara Fauzan akan mampu menerbitkan buku-buku
serupa di bagian-bagian lainnya dan semoga penerjemahan ke bahasa-bahasa asing cepat
direalisasikan.
Sekali lagi, ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya saya sampaikan atas
nama seluruh rakyat Indonesia dan atas nama dunia riset dan teknologi kepada saudara
Fauzan. Semoga tujuan penerbitan buku ini tercapai dan amal bakti Saudara mendapat
imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Jakarta, 2009
Mentri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia

DAFTAR ISI
Kata Sambutan Mendiknas.................................................................................

Jurus 1 Nanya-Nanya Standar..........................................................................

Jurus 2 Tuli.......................................................................................................

Jurus 3 Di Balik Tahi Telinga Anda.................................................................

Jurus 4 Corek....................................................................................................

Jurus 5 Bangat pada Corek...............................................................................

15

Jurus 6 Rasa Hanyut.........................................................................................

17

Jurus 7 Telinga Bedanging...............................................................................

18

Jurus 8 Behingusan dan kawan-kawan.............................................................

19

Jurus 9 Daging Tumbuh....................................................................................

23

Jurus 10 Sinus......................................................................................................

26

Jurus 11 Hidung Bedarahan.................................................................................

28

Jurus 12 Tumor....................................................................................................

30

Jurus 13 Amandal.................................................................................................

34

Jurus 14 Faringitis................................................................................................

37

Jurus 15 Serak Sesak.........................................................................................

39

JURUS SATU

NANYA-NANYA STANDAR
Manusia itu adalah tempatnya berkeluh kesah.... dan inilah kumpulan keluhan manusia di
bidang THT
Jenis
Keluhan
Tuli

Waktu

TELINGA
Lokasi

- tibatiba/bertahap
- sejak kapan
- jangan-jangan
sejak bayi?
- lebih terasa saat
kapan?

- satu telinga/
dua2nya

Telinga
berdenging

- sejak kapan
- bila kapan?

- terasa di
kepala/telinga?
- di sebelah mana?
Atau keduaduanya?

Pusing
berputar

- timbul pada
posisi kepala
tertentu saja?
Atau tidak
ditentukan
posisi?
- bila kapan?
- sejak kapan?

Nyeri dalam
telinga

Keluar cairan - sejak kapan?


dari telinga

Keluhan
penyerta

- riwayat trauma?
- riawayat trauma
akustik?
- pemakaian obat
ototoksik?
- riwayat infeksi?
- ada gangguan
pendengaran?

- nada tinggi atau


nada rendah?

- mual muntah?
- rasa penuh di
telinga?
- gangguan
neurologis lain?

- ada gangguan
keseimbangan?
- ada penyakit
lain seperti DM,
HT, dll?

- sebelah mana?
Atau dua-duanya?
- dari 1 atau 2
telinga?

Etiologi

- nyeri?
- bau?
- banyak atau
sedikit?
Warna?
Darah?

Gali
kemungkinan
otalgia sebagai
nyeri alih
Riwayat sakit
sebelumnya?

Jenis
Keluhan
Hidung
tersumbat

Waktu

HIDUNG
Lokasi

- terus menerus
atau hilang
timbul?

- satu atau duaduanya?

Hingus

- keluar pagi
hari? Atau musim
tertentu? Atau
tidak beraturan?

- satu atau kedua


belahnya?
-

Bersin

- kapan saja?

Nyeri di
muka/ kepala

- apakah di daerah
dahi? Pangkal
hidung? Pipi?
Tengah kepala?

Bedarahan

- apakah bila
menundukkan
kepala?
- rasa nyerinya
lama?
- bila kapan?

Gangguan
penciuman

- sejak kapan?
- hilang timbul?

- yang bau hidung


atau mulutnya?

- satu atau keduaduanya?


- depan atau
belakang?

Keluhan
penyerta
- mulut dan
tenggorokan
kering?
- bersin?
- darah?
- nanah?
- bau?
- bentuk sekret?
- + ingus?
- gatal di hidung,
tenggorok, mata?
- ingus kental?
- bau?

Etiologi
- riwayat alergi?
- pemakaian obat
lama?
- rokok/alkohol?
- riwayat alergi?
- riwayat infeksi
lain?
- riwayat alergi?
- sakit gigi?
- ingus lama?
- alergi?
- trauma?
- benda asing?
- HT?
- gangguan
perdarahan?
- riwayat infeksi?
- trauma?
- Penderita
mencium bau atau
hanya orang lain
yang mencium?

Jenis
Keluhan
Nyeri
tenggorok

Waktu

TENGGOROKAN
Lokasi

- hilang timbul?

Keluhan
penyerta
- Nyeri sampai
telinga?
- demam?
- batuk?
- kering?
- serak?
- batuk?
- campur darah?

Dahak

- sering?

Tersumbat di
leher
Ngalih
menaguk
(disfagia)

- sejak kapan?
- semakin berat?
- sejak kapan?
- jenis makanan
apa?

Nyeri
menaguk
(odinofagi)
Batuk

- sejak kapan?

- batuk?
- demam?

- sejak kapan?

- dahak kental?
- darah?

Serak

- sejak kapan?

- batuk?
- nyeri?

- tempatnya
dimana?
- muntah?
- BB menurun

Etiologi
- riwayat alergi?
- riwayat infeksi?
- rokok?

- riwayat tertelan?
- trauma?
- penghalang?
- gangguan
menaguk
sebelumnya?

- infeksi?
- rokok?
- alergi?
- infeksi?

JURUS DUA

TULI

TELINGA
LUAR
KONDUKTIF

TELINGA
TENGAH

Rinne (-)
Weber: Lateralisasi ke sakit

Atresia liang telinga


Serumen
OE
Osteoma
Sumbatan tuba
Otitis Media
Otosklerosis
Timpanosklerosis
Dislokasi tulang

Tes Garputala
Rinne (+)
Weber:
Lateralisasi ke
sehat

TULI

PERSEPTIF

Kongenital
KOKLEA

Labirintitis

Mekanik
Akustik

Trauma
Rekrutmen (+)

Audiometri

Intoksikasi
obat
Sudden
deafness
Presbiakusis

decay (+)

RETRO
KOKLEA
(Otak)
CAMPURAN

Pre natal?
Perinatal?
Postnatal?

Aminoglikosid
Eritromisin
loop diuretic
salisilat
antimalaria
antitumor
Sensorik
metabolik
neural
mekanik

Neuroma akustik
Tumor sudut pons
serebellum
Cedera otak
Perdarahan otak

PRINSIP PENATALAKSANAAN
- sesuai etiologi
- penatalaksanaan seringkali sulit
- lebih ke arah pencegahan (alat pelindung, pindah tempat, cegah infeksi, dll)
- untuk tuli koklea pemasangan implant koklea
- pada presbiakusis pemasangan hearing aid
7
- ototoksik hentikan obat

JURUS TIGA

DI BALIK TAHI TELINGA ANDA


DIAGNOSIS
Penumpukan
Serumen

ETIOLOGI

Otitis Eksterna
Sirkumskripta
(bisul)
(di kulit 1/3 luar
liang telinga)
Otitis Eksterna
difus
(di 2/3 dalam
liang telinga)
Otomikosis

S Aureus, S Albus

Otitis eksterna
kronis

Infeksi jamur tak


diobati, trauma
berulang, benda
asing, penggunaan
hearing aid
Penglupasan kulit .
penumpukan
deskuamasi

Kolesteatosis/
Keratosis
Kolesteatoma
eksterna

Otitis Eksterna
Maligna

Pseudomonas, S
Albus, E Coli
Jamur Aspergillus,
Candida

Akbat kolesteatosis
yang tidak
ditanggulangi
erosi kulit dan
bagian tulang liang
telinga
Infeksi pada
orangtua dengan
DM (Pseudomonas
Aeruginosa)

GEJALA
Gangguan
pendengaran, rasa
tertekan
Rasa nyeri hebat (pada
penekanan
perikondrium atau
membuka mulut),
gangguan pendengaran
Sda
+ sekret berbau

TERAPI
Keluarkan!
Cair: kapas yang
dililitkan
Padat: pengait
Irigasi
Abses insisi
Polymixin B, basitrasin
salep.
Asam asetat 2-5%
Tampon mengandung
antibiotik
Antibiotik sistemik

Rasa gatal dan penuh di Bersihkan dengan larutan


liang telinga
asam asetat 2-5%
Anti jamur topikal
Liang telinga
Operasi rekonstruksi
menyempit
Sikatriks
Rasa penuh
Kurang pendengaran
Kulit terkelupas (mirip
serumen)
Nyeri hebat

Bersihkan

Gatal, nyeri hebat


bertambah, sekret
banyak
Liang telinga bengkak

tertutup jaringan
granulasi,
paresis/paralisis fasial

- antibiotik dosis tinggi


- debridemen radikal

Bersihkan periodik
Tetes telinga alkohol,
H2O2
Operasi pada kasus berat

JURUS EMPAT

COREK

Otitis media
peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum
mastoid dan sel-sel mastoid
Klasifikasi
OTITIS
MEDIA

OTITIS MEDIA
SUPURATIF
Otitis Media
Supuratif Akut
(OMA)

OTITIS MEDIA
NON SUPURATIF

Otitis Media
Supuratif Kronis
(OMSK)

Otitis Media
Serosa Akut
(barotrauma)

Otitis Media
Serosa Kronis
(glue ear)

Patogenesis
Perubahan tekanan udara tiba-tiba
Alergi, Infeksi
Sumbatan (Sekret, tampon, tumor)

Gangguan tuba

Sembuh/normal

EFUSI

Tekanan negative
telinga tengah

infeksi

OME

OMA

Sembuh

OME

OMSK

OMA
Etiologi: Streptococcus hemoliticus, S aureus, PneumococcusHemofilus influenza, E
coli, Pseudomonas aerugenosa
Perjalanan penyakit
Stadium
Patologi
Oklusi
Tekanan berkurang, Efusi
(+)
Hiperemi Pembuluh darah melebar
Sekret eksudat/serosa

Supurasi

Sel epitel superf hancur


eksudat purulen

Perforasi

Membrane timpani
rupture

Resolusi

Membrane timpani
perlahan kembali normal

Gejala/Tanda
Membrane timpani
normal/keruh
Membrane timpani
hiperemi, edema

Membrane timpani
boomban, demam, nyeri
telinga sangat hebat, nadi
meningkat
Nanah keluar. Tidak
gelisah lagi, demam
berkurang
Sekret berkurang
kering. Gejala (-)

Terapi
Dekongestan, HCl
efedrin 0,5%
Dekongestan, HCl
efedrin 0,5%,
antibiotic
(ampisilin,
eritromisin),
analgetik
antibiotic, analgetik,
miringotomi
Cuci telinga H2O2
3%, antibiotic
Antibiotik

OMSK
peradangan kronis telinga tengah dan mastoid berlangsung lebih dari 2 bulan
membran timpani perforasi
sekret purulen hilang timbul (encer atau kental, bening atau berupa nanah)
Etiologi
1. Lingkungan
2. Genetik
3. Otitis media sebelumnya.
4. Infeksi
5. Autoimun
6. Alergi
7. Gangguan fungsi tuba eustachius.
Faktor penyebab perforasi membran timpani menetap:
- Infeksi menetap pada telinga tengah mastoid produksi sekret berlanjut.
- obstruksi tuba eustachius berlanjut mengurangi penutupan spontan.
- penutupan spontan melalui mekanisme migrasi epitel kolesteatom.

10

Klasifikasi
Jenis
Benigna
- tipe tenang

Gejala/Tanda

Terapi

perforasi total yang kering dengan


mukosa telinga tengah yang pucat
tuli konduktif ringan.
Gejala lain yang dijumpai seperti
vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh
dalam telinga.

- tipe aktif

Terdapat sekret pada telinga (bervariasi


dari mukoid sampai mukopurulen)
tuli konduktif campuran, otalgia,
vertigo
Perforasi marginal atau atik
sekret berupa mukus berkurang,
tuli konduktif berat campuran.
otalgia, vertigo
+
kolesteatom
(kantong
retraksi
bertumpuknya keratin)
- Abses atau fistel retroaurikular
- Jaringan granulasi atau polip diliang
telinga yang berasal dari kavum timpani
bisa keluar darah.
- Pus yang selalu aktif atau berbau busuk
( aroma kolesteatom)
Foto rontgen mastoid gambaran
kolesteatom.

tidak perlu pengobatan,


jangan mengorek telinga, air
jangan masuk ke telinga
waktu mandi, dilarang
berenang, segera berobat
bila menderita ISNA.
Bila mungkin = operasi
rekonstruksi (miringoplasti,
timpanoplasti)
Membersihkan liang telinga
dan kavum timpani.
Pemberian
antibiotika
(topical + sistemik)
Operasi
1.Mastoidektomi sederhana
( simple mastoidectomy)
2.Mastoidektomi radikal
3.Mastoidektomi
radikal
dengan modifikasi
4.Miringoplasti
5.Timpanoplasti
6.Pendekatan
ganda
timpanoplasti ( Combined
approach tympanoplasty)

Maligna

Komplikasi
A. Komplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi telinga dalam
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf ( sensorineural)

C. Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hindrosefalus otitis

11

OME
Etiologi
bakteri, imunologis, alergi, virus, disfungsi tuba eustachi, obstruksi nasofaring, dll
Faktor predisposisi
- terganggunya fungsi tuba eustachius
- Adenoid hipertropi
- Adenoitis
- Sumbing palatum (cleft palate)
- Tumor di nasofaring
- Barotrauma
- Sinusitis
- Rhinitis
- Defisiensi imunologik atau metabolic
Patogenesis
gangguan fungsi tuba perbedaan tekanan hidrostatik transudat/ plasma keluar dari
pembuluh darah Serosa
Gejala klinis
- pendengaran berkurang
- rasa penuh pada telinga
- rasa tersumbat pada telinga
- suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda (diplacusis binauralis)
- kadang terasa ada cairan yang bergerak dalam telinga saat posisi kepala berubah.
- Rasa sedikit nyeri dalam telinga
- Tinitus atau vertigo ringan
- Otoskopi: membran timpani retraksi, kadang tampak gelembung udara
Terapi
- Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi normal telinga tengah.
- banyak bisa sembuh sendiri dengan mengobati faktor predisposisi
- Jika OME menetap dan mulai bergejala, maka pengobatan medis mulai diindikasikan:
1. Antihistamin atau dekongestan
2. Mukolitik.
3. Antibiotika (karena sering diikuti OMA) dosis profilaksis
4. Kortikosteroid.
- Anak dengan OME persisten bilateral dan yang menderita kehilangan pendengaran
selama lebih dari 3 bulan patut dipertimbangkan untuk dilakukan intervensi pembedahan.
pilihan yang di anjurkan adalah miringotomi dan pemasangan tabung ventilasi
(Grommet)

12

KOLESTEATOM
kista epitelial berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi tersebut dapat berasal
dari kanalis auditoris externus atau membrana timpani. Apabila terbentuk terus menerus
dapat menyebabkan terjadinya penumpukan sehingga menyebabkan kolesteatom
bertambah besar bersifat desktruksif pada kranium yang dapat mengerosi dan
menghancurkan struktur penting pada tulang temporal.
Patogenesis
1. Teori Invaginasi
timbul akibat terjadi proses invaginasi dari membrana timpani pars flacida karena
adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba.
2. Teori Imigrasi
terbentuk akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir
perforasi membrana timpani ke telinga tengah. Migrasi ini berperan penting
dalam akumulasi debris keratin dan sel skuamosa dalam retraksi kantong dan
perluasan kulit ke dalam telinga tengah melalui perforasi membran timpani.
3. Teori Metaplasi
akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berlangsung
lama.
4. Teori Implantasi
akibat adanya implantasi epitel kulit secara iatrogenik ke dalam telinga tengah
waktu operasi, setelah blust injury, pemasangan ventilasi tube atau setelah
miringotomi.
Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tumbuhnya kuman, yang paling sering
adalah Pseudomonas aerogenusa. Pembesaran kolesteatom menjadi lebih cepat apabila
sudah disertai infeksi, kolesteatom ini akan menekan dan mendesak organ di sekitarnya
serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang.
Erosi tulang melalui dua mekanisme.
1. desakan atau tekanan yang mengakibatkan remodeling tulang atau nekrosis tulang.
2. aktivitas enzimatik tepi kolesteatom yang bersifat osteoklastik yang menyebabkan
resorpsi tulang.
Klasifikasi
a.Kolesteatom Kongenital
membrana timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi. ditemukan pada daerah petrosus
mastoid, cerebellopontin angle, anterior mesotimpanum atau pada daerah tepi tuba
austachii, dan seringkali teridentifikasi pada usia 6 bulan hingga 5 tahun.
b. Kolesteatoma Akuisital
1. Primer
terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrane timpani, akan tetapi telah
terjadi retraksi membran timpani.
2. Kolestetoma Akuisital Sekunder

13

terbentuk setelah perforasi membran timpani. Terbentuk akibat dari masuknya


epitel kulit dari liang telinga /dari pinggir perforasi membrana timpani
Gejala Klinis
Perforasi sentral (lubang terdapat di tengah-tengah gendang telinga)
keluar nanah berbau busuk dari telinga tanpa disertai rasa nyeri. Bila terus
menerus kambuh, akan terbentuk pertumbuhan menonjol (polip), yang berasal
dari telinga tengah dan melalui lubang pada gendang telinga akan menonjol ke
dalam saluran telinga luar.
Pendengaran berkurang
Perasaan penuh
Pusing
Perasaan pusing atau kelemahan otot dapat terjadi di salah 1 sisi wajah atau sisi
telinga yang terinfeksi.
Penatalaksanaan
a. Terapi Medikamentosa
b. Terapi pembedahan
Prosedur pembedahan meliputi:
Canal Wall Down Procedure (CWD)
Canal Wall Up Procedure (CWU)
Trancanal Anterior Atticotomi
Bondy Modified Radical Procedure
Komplikasi
Tuli Konduksi
Tuli sensorineural
Kehilangan pendengaran total
Paralisis fasialis
Fistula labyrinthin
abses periosteal, trombosis sinus lateral dan abses intrakranial
Komplikasi ke SSP Meningitis, Abses otak, hidrosefalus otitis

14

JURUS LIMA

BANGAT PADA COREK


LABIRINITIS
radang telinga dalam (labirin), disebabkan oleh kuman ygmampu menyebabkan reaksi
inflamasi.
Merupakan komplikasi yg serius dari OMK perforata atau mastoiditis, juga OMA.
Kausa
- OMK
- Kolesteatom
- Mastoiditis
- Trauma
- Operasi telinga
Jalannya infeksi :
Melalui tulang :
Fistel kanalis semi sirkularis
Foramen Rotundum
Foramen Ovale merusak basis stapes
Merusak promontorium
Melalui pembuluh darah
Trauma
Gejala Umum
Vertigo (gangguan keseimbangan)
Kurang dengar (gangguan pendengaran)
Muntah-muntah / mual
keringat dingin
Bila Pada OMK Terjadi Vertigo Spontan Ingat LABIRINITIS !!
Fistel Sign
Prinsip : mengisap & memompa udara di canalis auditoris eksterna
Fistel terjadi nistagmus, vertigo
Klasifikasi
Sirkumskripta
Labirinitis

Laten
Serosa
Difusa
Purulenta
15

Sirkumskripta
=

Difusa Serosa
Absorpsi produk
toksin bakteri
telinga tengah,
mastoid ke labirin
(invasi kuman - )

Penyebab

Komplikasi OMK

OMA, post op ME
& Stapedektomi

Gejala

Vertigo
Pendengaran turun
Vomitus
Fistel sign (+)

Vertigo spontan
Nistagmus
Mual / muntah
Tuli saraf ringan
Fistula sign (-)

Terapi

Terapi OMSK
Antibiotik
Operasi,simtomatik

Istirahat total
Antibiotik adekuat
Drainase telinga
tengah

Difusa Purulenta
L.D. serosa yg
telah terjadi
pustulasi
barier telah
tertembusinfeksi
/ masuk ke labirin
OMA, Mastoiditis
akut, OMK /
Mastoiditis kronik
exaserbasi akut
Tuli total, Vertigo
berat, Mual muntah
Nistagmus spontan
Posisi pasien khas
(mengurangi
vertigo

terlokalisir di dalam
kapsul labirin saja

gejala labirinitis tdk


menyolok
fungsi labirin
kurang / hilang
unilateral,
tuli sama sekali

Bed rest total


atasi infeksi
Sedatif ringan
Mastoidektomi (bila
Antibiotika adekuat ada indikasi)
operasi : segera !
Drainase

Komplikasi
Intrakranial melalui perineural & perivaskuler
Subarahnoid melalui aqua duktus koklearis (perilimfe)
Duramater melalui duktus endolimfatik (endolimfe)

16

Laten
= Labirinitis Difusa
Purulenta Kronik

JURUS ENAM

RASA HANYUT
Vertigo
anamnesa
- jenis
- kapan, lama serangan, frekuensi
- gejala penyerta
- riwayat terdahulu (trauma kapitis, OMSK, hipertensi, intoksikasi)
Tipe Vertigo
Paroksismal (mendadak)
Beratnya
Waktu
Dipengaruhi posisi kepala
Gejala otonom
Kelainan SSP

Sentral
jarang
Ringan
Lama
+

Perifer
Sering
Berat
Singkat
+
+
-

MENIERE DISEASE
Etiologi
Belum jelas. Kemungkinan karena gangguan biokimia cairan endolimfe, gangguan klinik
membran labirin
Patofisiologi
Hidrops endolimfe pada koklea dan vestibulum karena:
1. tekanan hidrostatik ujung arteri meningkat
2. tekanan osmotik dalam kapiler
3. tekanan osmotik ruang ekstrakapiler meningkat
4. jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat
Gejala Klinis
- vertigo berat disertai muntah
- tinnitus
- tuli saraf
Terapi
- tergantung etiologi
- simptomatik (sedatif, antiemetik)
- vasodilator perifer
- antiiskemia
- fisioterapi dan rehabilitasi

17

JURUS TUJUH

TELINGA BEDANGING
Tinnitus keluhan perasaan mendengar bunyi tanpa ada rangsangan bunyi dari luar
Dibagi:
- Objektif: pemeriksa dapat mendengar dengan auskultasi dll. Sifat vibratorik,
transmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler sekitar telinga
- Subjektif: non vibratorik proses iritatif/ degenerasi traktus auditorik
1. Nada rendah + tuli konduksi sumbatan liang telinga (serumen, tumor, tuba
katar, otitis media, dll)
2. Nada rendah berpulsasi, tuli konduksi (-) gejala dini tumor glomus jugulare
3. tinitus objektif seirama denyut nadi gangguan vaskular
4. nada tinggi tuli sensorineural, intoksikasi obat
5. nada tinggi/rendah (bergemuruh/ berdengung) + tuli sensorineural +
vertigohipertensi endolimfatik
6. bilateral intoksikasi obat, presbiakusis, trauma bising, penyakit sistemik lain
Anamnesis
- kualitas tinnitus
- kuantitas tinnitus
- vertigo?
- Gangguan pendengaran?
- Gejala neurologik lain?
- Unilateral/ bilateral?
- Lama serangan (patologik bila >5 menit)
Terapi
1. elektrofisiologik: alat bantu dengar, tinitus masker
2. psikologik
3. medikamentosa: transquilizer, antidepresan sedatif, neurotonik, vitamin
4. bedah

18

JURUS DELAPAN

BEHINGUSAN DAN KAWAN-KAWAN


ALERGIKA
NON INFEKSI

VASOMOTOR
MEDIKAMENTOSA

RINITIS
RINITIS SIMPLEKS
AKUT
INFEKSI

INFLUENZA

RINITIS HIPERTROFI
KRONIS

RINITIS SIKA
R. ATROFI/ OZAENA
RINITIS SPESIFIK

R. difteri
R. sifilis
R. tuberkulosa
R. jamur

19

RINITIS ALERGI
Etiologi
Reaksi alergi pada pasien atopi Hipersensitivitas tipe I
Klasifikasi Rinitis Alergika
Rinitis alergi intermitten (kadang-kadang). < 4 hari/minggu atau < 4 minggu.
Rinitis alergi persisten (menetap). Gejalanya > 4 hari/minggu atau > 4 minggu.
Rinitis alergi ringan. Tidak mengganggu aktivitas harian
Rinitis alergi sedang & berat. Mengganggu aktivitas harian.
Anamnesis
Bersin patologis (berulang lebih 5 kali setiap serangan)
Rinore
Gangguan hidung. Hidung gatal dan rasa tersumbat.
Mata gatal dan mengeluarkan air mata (lakrimasi).
Allergic shiner. Perasaan anak bahwa ada bayangan gelap di daerah bawah mata
akibat stasis vena sekunder. Stasis vena ini disebabkan obstruksi hidung.
Allergic salute. Perilaku anak suka menggosok-gosok hidungnya akibat rasa gatal.
Allergic crease. garis melintang 1/3 bawah dorsum nasi akibat menggosok hidung.
Alergen terperinci
Hirupan (dws): debu rumah, tungau, jamur, bulu binatang
Makanan (anak): susu, telur, ikan laut, coklat
Riwayat alergi dalam keluarga
Bahan iritan pada tempat kerja
Pemeriksaan Fisik
Lakrimasi berlebihan, sklera dan konjungtiva yang merah, daerah gelap periorbita (mata
biru alergi), pembengkakan sedang sampai nyata dari konka nasalis yang berwarna
kepucatan keunguan, sekret hidung encer jernih, keriput lateral pada krista hidung,
gambaran allergic salute, lipatan hidung transversal, lipatan infraorbita Dennie-Morgan
Pemeriksaan Penunjang
eosinofil meninggi dlm sekret hidung dan darah tepi, peningkatan kadar serum IgE.
Sitologi hidung banyak eosinofil (menunjukkan alergi inhalan), basofil 5 sel/lap
(menunjukkan alergi ingestan), dan sel PMN (menunjukkan infeksi bakteri).
radio immunosorbent test (RAST) & enzyme linked immunosorbent assay (ELISA)
Uji kulit.
Penatalaksanaan
1. Menghindari alergen penyebab
Terapi simptomatik dengan obat-obatan Antihistamin oral, dekongestan (dapat
diberikan tunggal atau kombinasi dengan antihistamin H1 lokal atau peroral),
Kortikosteroid (sistemik atau intranasal)
2. Injeksi alergen, imunoterapi, atau hiposensitisasi
20

Bila cara-cara konservatif tidak berhasil, maka injeksi alergen dapat diindikasikan.
penyuntikkan alergen penyebab bertahap menginduksi toleransi penderita alergi.
3. Penatalaksanaan komplikasi atau faktor-faktor yang memperburuk
4. Terapi bedah
Pembedahan biasa dilakukan pada polip hidung dan sinusitis berkaitan dengan faktor
infeksi jika terapi obat-obatan.
Komplikasi
Otitis media, Disfungsi tuba eustachius, Sinusitis akut, Sinusitis kronik
RINITIS VASOMOTOR dan RINITIS MEDIKAMENTOSA
Vasomotor
Medikamentosa
Penyebab
Ketidakseimbangan saraf simpatis &
Pemakaian vasokonstriktor topikal (tetes
parasimpatis (otonom)
hidung/semprot hidung) dalam waktu
- Obat-obatan yang menekan kerja
lama dan berlebihan sumbatan menetap
simpatis
- Faktor fisik: asap rokok, udara
dingin, bau yang merangsang
- Faktor endokrin
- Faktor psikis
Gejala Klinis Hidung tersumbat bergantian kiri dan
Hidung tersumbat terus menerus dan
kanan (tergantung posisi)
berair
Rinore (mukus/serosa)
RA: edema konka, sekret hidung
Bersin jarang, tidak ada gatal
berlebihan
Gejala memburuk pada pagi waktu
Pengujian dengan adrenalin: edema konka
bangun tidur
tidak berkurang
RA: edema mukosa hidung, konka
merah tua/gelap/pucat
Terapi
- hindari penyebab
- Hentikan obat
- simptomatis (dekongestan oral,
- kortikosteroid
diatermi, kauterisasi konka,
- dekongestan oral
kortikosteroid topikal)
- Operasi (bedah beku, elektrokauter,
konkatomi inferior)
- Neurektomi n. Vidianus

21

RINITIS SIMPLEKS, SIKA, HIPERTROFI, ATROFI (OZAENA)


Simpleks
Sika
Hipertrofi
Sebab virus
Lingkungan
Infeksi berulang di
berdebu, panas,
hidung/ sinus
kering, orangtua,
Lanjutan rinitis
anemia, alkohol, gizi alergi/ vasomotor
buruk
Gejala hidung kering, panas Iritasi, rasa kering di Sumbatan hidung
&gatal, bersin
hidung
Sekret banyak (muko
berulang, hidung
Epistaksis (kadang2) purulen), nyeri kepala
tersumbat, ingus
Konka hipertrofi,
encer (kental bila
berbenjol2 ditutupi
mukosa hipertrofi
infeksi sekunder
Sekrer mukopurulen
oleh bakteri)
demam, nyeri kepala
Terapi Istirahat
Tergantung
Sesuai penyebab
Analgeti antipiretik, penyebab, obat cuci Kauterisasi konka
dekongestan
hidung
RHINITIS DIFTERI, SIFILIS, TB
Difteri
Penyebab
Corynebacterium difteria
Gejala
Demam, toksemia,
limfadenitis, paralisis
Ingus bercampur darah
Pseudomembran putih,
krusta coklat di nares dan
cavum nasi
Terapi
Isolasi
ADS, penisilin (lokal/IM)

Sifilis
T Pallidum
Sama dgn rinitis akut lain.
Bercak pada mukosa,
gumma/ ulkus
Sekret mukopurulen berbau
+ krusta, perforasi septum/
hidung pelana
Penisilin, obat cuci hidung

22

Ozaena
Klebsiella ozaena, def
Fe, vitamin A,
sinusitis kronis,
kelainan hormon,
peny kolagen
Nafas berbau (yang
mencium orang lain,
pasien tidak),
hiposmia/anosmia,
ingus kental hijau,
krusta hijau, hidung
tersumbat, sakit
kepala
Antibiotik, obat cuci
hidung, operasi

TB
M Tuberculosis
Hidung tersumbat,
Sekret mukopurulen, krusta
BTA (+)

Obat anti TB
Obat cuci hidung

JURUS SEMBILAN

DAGING TUMBUH
Polip Nasi
massa lunak bertangkai dalam rongga hidung,
permukaannya licin
berwarna putih keabu-abuan, agak bening karena mengandung banyak cairan (polip
edematosa) berubah menjadi kekuning kuningan atau kemerah merahan, suram
dan lebih kenyal (polip fibrosa).
Bentuknya dapat bulat atau lonjong, tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral.
Etiologi
Belum diketahui pasti. Namun ada beberapa teori:
1. Faktor alergi
polip nasi paling tinggi dijumpai pada penderita alergi saluran nafas, peningkatan sel
eosinofilia dalam darah dan sekret hidung pengumpulan Ig E dalam cairan polip.
2. Faktor infeksi
Faktor predisposisi
1. Alergi terutama rinitis alergi.
2. Sinusitis kronik.
3. Iritasi.
4. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi (deviasi septum, hipertrofi konka)
Patofisiologi
Fenomena Bernoulli

teori Bernstein

udara mengalir melalui tempat


sempit tekanan negatif pada
daerah sekitar jaringan yang
lemah akan terisap
aliran udara turbulensi di daerah
sempit kompleks osteomeatal
prolaps submukosa
reepitelisasi pembentukan
kelenjar baru peningkatan
penyerapan Na permuksaan sel
epitel retensi air

edema mukosa
(kebanyakan di meatus
medius)
stroma terisi cairan
interseluler
mukosa yang sembab
jadi polipoid
mukosa makin besar
turun dlm rongga hidung

ketidakseimbangan
saraf vasomotor

peningkatan permeabilitas
kapiler + gangguan regulasi
vaskuler pelepasan sitokin
dari sel mast

23

Membentuk tangkai

POLIP

Gambaran Mikroskopik:
epitel dari polip serupa mukosa hidung normal (epitel bertingkat semu bersilia) dengan
submukosa yang sembab. Sel selnya terdiri limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil dan
makrofag. Mukosa mengandung sedikit sel sel goblet. Pembuluh darah sangat sedikit
dan tidak mempunyai serabut saraf. Polip yang sudah mengalami metaplasi epitel karena
sering terkena aliran udara, menjadi epitel transisional, kubik, gepeng berlapis tanpa
keratinisasi.
Anamnesis
- hidung tersumbat menetap, makin lama makin memberat.
- hiposmia anosmia (bila berat).
- nyeri kepala sampai mata (bila disertai sinusitis)
- keluar sekret jernih sampai purulen (bila disertai sinusitis)
- ingus turun ke belakang (arah tenggorok)
- bersin dan iritasi di hidung (bila penyebabnya alergi)
- batuk kronik dan asma (bila disertai asma)
- bernafas melalui mulut tengorokan kering bau mulut
- telinga terasa penuh
- suara sengau
- gangguan tidur, mengorok saat tidur, dan penurunan kualitas hidup
Pemeriksaan Fisik
- deformitas hidung luar hidung tampak mekar
- massa bertangkai, mudah digerakkan, konsistensi lunak, tidak nyeri bila ditekan, tidak
mudah berdarah, pada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin) tidak mengecil. Polip
biasanya berbentuk multiple dan tumbuhnya bilateral.
Pemeriksaan Radiologis
Foto polos sinus paranasal (posisi Waters, AP, Caldwell dan lateral) dapat
memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara-cairan di dalam sinus.
Diagnosis Banding
1. Tumor nasofaring, tampak seperti polip fibroudematus, relative lebih mudah berdarah
(epistaksis)
2. Inverted Cell Papilloma tampak seperti polip multiple, pada orang berusia lanjut.
3. Meningokel, biasanya pada bayi, dan ingat polip jarang dijumpai pada anak/ bayi.
4. Konka polipoid (Tidak bertangkai, Sukar digerakkan, Nyeri bila ditekan dengan
pinset, Mudah berdarah, Dapat mengecil pada pemakaian vasokonstriktor)
Klasifikasi berdasar bentuk (Paparella dan Shumrick)
1. Polip udematus
putih kelabu, licin, mengandung sedikit jaringan ikat, banyak rongga berisi cairan.
2. Polip fibrosa
Berwarna keruh karena banyak mengandung jaringan ikat.
3. Polip vaskuler

24

Berwarna kemerahan karena relatif mengandung lebih banyak pembuluh darah.


Pembagian Stadium polip (Mackay dan Lund)
0 : tidak ada polip
1 : terbatas di meatus medius
2: sudah keluar dari meatus medius, tampak tapi belum memenuhi rongga hidung
3: polip yang masif menutupi hampir seluruh rongga
Komplikasi
- Sinusitis paranasalis
- rinolalia oklusa
- hiposmia atau anosmia
- aprokseksia nasalis.
- epifora.
- foetor ex oroe
- sumbatan muara tuba eustachius gangguan drainase dan ventilase telinga tengah.
otitis media.
- kelainan bentuk hidung berupa Frog-face deformity
Penatalaksanaan
1. Terapi Operatif
Polipektomi dengan senar atau dengan forseps.
bila berulang atau sudah sangat besar = operasi etmoidektomi, atau CWL atau BSEF
2. Terapi Konservatif
Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10 hari, kemudian
dosis diturunkan perlahan lahan (tappering off).
Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5 cc, tiap 5 7
hari sekali, sampai polipnya hilang.
Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid
Prognosis
Cenderung residif

25

JURUS SEPULUH

SINUS

4 Sinus
(1)
Sinus frontalis ostiumnya terletak di meatus nasi medius.
(2)
Sinus maksilaris (yang paling besar) ostiumnya di meatus nasi medius.
(3)
Sinus ethmoidalis: anterior ostiumnya di meatus nasi medius, posterior:
meatus nasi superior
(4)
Sinus sfenoidalis ostiumnya di meatus nasi superior.
Kompleks osteomeatal: di meatus medius, terdapat daerah rumit dan sempit. Terdiri dari
infundibulum etmoid, resesus frontales, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior dengan
ostiumnya, serta ostium sinus maksilla.
Fungsi sinus
- air conditioning
- penahan suhu
- keseimbangan kepala
- resonansi suara
- peredam perubahan tekanan udara
- produksi mukus
Sinusitis
radang mukosa sinus paranasal.
mengenai beberapa sinus multisinusitis, mengenai semua sinus pansinusitis
paling sering ditemukan sinusitis maksila, karena:
- sinus terbesar
- letak ostium lebih tinggi drainase hanya tergantung dari silia
- dasar berupa akar gigi
- letak ostium di sekitar hiatus semilunaris
Etiologi
- rinogen (obstruksi ostium sinus)
- dentogen (infeksi gigi molar M1, M2, M3 atas serta premolar P1 dan P2)
- infeksi tenggorok (tonsillitis, infeksi faring, adenoiditis)
Faktor predisposisi
- Obstruksi mekanik (deviasi septum, benda asing di hidung, polip, tumor
- rinitis kronis, rinitis alergi
- lingkungan berpolusi, udara dingin serta kering perubahan pada mukosa dan
kerusakan silia

26

Klasifikasi, Gejala, Terapi


Akut
Waktu
0-3 minggu
Patologi
Penyumbatan kompleks
osteomeatal oleh infeksi,
obstruksi
mekanis,
alergi.
Mukosa reversibel
Anamnesis Hidung buntu
Nyeri di daerah siuns
Nyeri alih
Maksilla: kelopak mata,
gigi, dahi, depan telinga
Etmoid: pangkal hidung,
kantus medius, bola
mata, pelipis
Frontal: dahi, kepala
Sfenoid:
verteks,
oksipital, belakang bola
mata, mastoid
Demam, lesu,
ingus kental, berbau,
Px Fisik
Bengkak
daerah
muka/pipi/ kelopak mata
Mukosa konka edema
Hiperemi, postnasal drip
transiluminasi (+)
waters: perselubungan,
air fluid level
Terapi
Antibiotik
Dekongestan lokal tetes
hidung
Analgetik

Sub akut
3 minggu 3 bulan
=

kronis
> 3 bulan
Silia rusak perubahan
mukosa
hidung

ireversibel, kerusakan silia

Sama sinusitis akut, tapi Sekret di hidung, post


tanda-tanda
radang nasal drip
akutnya mereda
Rasa tidak nyaman, gatal
di tenggorok
Pendengaran terganggu
Nyeri kepala
Gangguan di mata
Batuk
Gejala
saluran
cerna
akibat mukopus tertelan

Sama sinusitis akut, tapi Tidak seberat sinusitis


tanda-tanda
radang akut
akutnya mereda
Bengkak wajah (-)
Sekret kental purulen
Post nasal drip
Antibiotika
spektrum
luas
Dekongestan lokal tetes
hidung, Analgetik
Antihistamin, mukolitik
Diatermi, Pungsi irigasi

Antibiotik, Dekongestan
lokal, Analgetik
Diatermi
pungsi dan irigasi sinus
operasi radikal: CWL,
BSEF

Komplikasi
1. Orbita :
- Peradangan atau reaksi edem yang ringan
- Selulitis orbita
- Abses subperiosteal
- Abses Orbita
2. Mukokel (kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus)
erosi tulang deformitas wajah, proptosis atau enopthalmus, diplopia.
nyeri pada wajah, sakit kepala.

27

JURUS SEBELAS

HIDUNG BEDARAHAN
suatu gejala, bukan penyakit
Perdarahan dari :
Rongga hidung
Jaringan sekitar: Sinus paranasalis, nasofaring
ETIOLOGI
LOKAL

SISTEMIK

TRAUMA

Mengeluarkan ingus tll kuat


Bersin-bersin
Mengorek hidung
Benda asing

INFEKSI

Rinitis
Sinus paranasalis
Granuloma spesifik

NEOPLASMA

Hemangioma
Angiofibroma
nasofaring
Ca nasofaring

KONGENITAL

Herediter hemoraging
telengectasis

Kardiovaskular (HT, Kelainan pembuluh


darah, Nefritis kronis, sirosis hepatic)
Kelainan darah (Hemofilia,
Trombositopenia, leukemia)
Infeksi (DHF, tifoid, morbili)
perubahan tekanan atmosfir
(coison disease)
Gangguan endokrin
(hamil, menopause)

28

SUMBER & LOKASI PERDARAHAN


A. ethmoid ant

Hidung atas

A. ethmoid post

a. sphenopalatina

POSTERIOR
hidung bawah

ANTERIOR

Plexus Kieselbach

PENATALAKSANAAN
1. Menghentikan perdarahan
a. Bersihkan bekuan darah
b. Tekan / jepit ala nasi 5 10 mnt u/ perdarahan pleksus kiesselbach
c. Pemberian vasokonstriktor + lokal anastesi (lidokain epidril 1%)
d. Kaustik (Triclor acetic acid 100%, Nitrat argenti 20-30%, elektrokauter
e. Pemasangan tampon anterior
f. Pemasangan tampon posterior tampon Bellocq (perdarahan posterior dan nasofaring,
Bila dg tampon anterior tidak teratasi :
g. Ligasi arteri( a. ethmoidalis anterior, a. ethmoidalis posterior, a. karotis eksterna, a.
maxillaris interna)
2. Mencegah komplikasi
a.Infus
b.
Transfusi darah bila Hb < 8%
c.Antibiotika
d.
Obat-obat hemostatika
3. Mencegah berulangnya epistaksis
Mencari penyebab terapi yg sesuai kausa
KOMPLIKASI
- Komplikasi epistaksis :Hipotensi, hipoksia, anemia, aspirasi pneumonia
- Komplikasi kauterisasi : Sinekia, perforasi septum
- Komplikasi pemasangan tampon : Sinekia, rinosinusitis, sindrom syok toksik, Perforasi
septum, tuba eustachius tersumbat, aritmia (overdosis kokain atau lidokain )
- Komplikasi embolisasi : Perdarahan hematom, nyeri wajah, hipersensitivitas, paralisis
fasialis, infark miokard.
- Komplikasi ligasi arteri : kebas pada wajah, sinusitis, sinekia, infark miokard.

29

JURUS DUA BELAS

TUMOR

ANGIOFIBROMA NASOFARING
tumor jinak nasofaring, secara histologis jinak, secara klinis bersifat ganas, karena
mempunyai kemampuan mendestruksi tulang dan meluas ke jaringan sekitarnya. Kaya
pembuluh darah
- terjadi hanya pada laki-laki, biasanya selama masa prepubertas dan remaja. (7-21 tahun)
Etiologi
Belum jelas. berbagai macam teori banyak diajukan.
- teori jaringan asal, tempat perlekatan spesifik angiofibroma di dinding posterolateral
atap rongga hidung.
- Faktor ketidakseimbangan hormonal (pertumbuhan yang abnormal dari kondrokartilago
embrional, dimana hormon testosteron berperan dalam terbentuknya hamartomatous
nidus dari jaringan konka inferior yang seharusnya tidak terdapat di nasofaring)
- trauma, inflamasi, infeksi, alergi, dan herediter.
Histopatologi
memiliki lobulus-lobulus, firm, tidak berkapsul, biasanya berwarna merah muda-keabuan
atau ungu-kemerahan. mikroskopis, memiliki pembuluh darah yang berdinding tipis
dengan diameter beragam bergantung dari stroma jaringan ikat yang matang. jaringan
ikat sembab dengan diantaranya didapatkan pembuluh-pembuluh darah lebar, yang
sangat bervariasi dalam besar, bentuk, serta distribusinya. Pada beberapa tempat tampak
adanya pembuluh-pembuluh darah kapiler yang saling berhubungan.
Gejala Klinis
epistaksis yang hebat, pembengkakan wajah, proptosis, dan gejala okular (diplopia
dengan atau tanpa gangguan lapangan pandang)
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Bentuk muka (frog face), mata menonjol.
Rinoskopi anterior, didapatkan tumor di bagian belakang rongga hidung.
Fenomena palatum negative.
Rinoskopi posterior, didapatkan tumor di nasofaring merah kebiruan.
Pemeriksaan Tambahan
Ct scan, angiografi, MRI, untuk mengetahui perluasan tumor.
Biopsi tidak dianjurkan mengingat bahaya perdarahan.
Tumor akan tumbuh ekspansif
o Ke lateral : Menutup ostium tuba Eustchius, terjadi oklusi tuba, otitis media.
o Ke anterior : Masuk ke rongga hidung menimbulkan buntu hidung unilateral /
bilateral. Menimbulkan frog face. Masuk ke orbita, menyebabkan protrusion bulbi.
o Ke bawah : Mendesak palatum mole, menyebabkan bombans. Masuk ke orofaring,
hipofaring, menyebabkan gangguan menelan dan sesak nafas..
30

o Ke atas

: Mendesak dasar tengkorak, masuk ke rongga tengkorak.

Penatalaksanaan
Terapi Bedah
1. Rhinotomi lateral, transpalatal, transmaksilla, atau melalui spenoethmoidal
digunakan untuk tumor-tumor kecil (Fisch stadium I atau II).
2. Melalui infratemporal fossa digunakan untuk tumor yang sudah melebar ke lateral.
3. Melalui Midfacial degloving, dengan atau tanpa osteotomi LeFort, improves
posterior access to the tumor (gambar 2).
Terapi Hormon: Penghambat reseptor testosteron flutamide
Radioterapi
KARSINOMA NASOFARING
Etiologi
virus Epstein-Barr
Histopatologi
WHO (1991) dibagi 2 tipe:
1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi (Keratinizing Squamous Cell Carcinoma).
2. Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing Carcinoma).
Gejala Klinik
1. Gejala Dini.
a. Gejala telinga
- Rasa penuh pada telinga
- Tinitus
- Gangguan pendengaran
b. Gejala hidung
- Epistaksis
- Hidung tersumbat

c. Gejala mata dan saraf


- Diplopia
- Gerakan bola mata terbatas9,12
2. Gejala lanjut
- Limfadenopati servikal
- Gejala akibat perluasan tumor ke
jaringan sekitar
- Gejala akibat metastase jauh.2,3,10

Penatalaksanaan
1. Radioterapi
2. Kemoterapi
3. Operasi
diseksi leher radikal (jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya
kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih yang
dibuktikan dengan pemeriksaan radiologik dan serologi) dan nasofaringektomi (paliatif
pada kasus-kasus yang kambuh atau adanya residu)
4. Imunoterapi

31

TUMOR SINONASAL
- keganasan paling banyak terjadi pada sinus maksilaris, diikuti etmoidalis, sfenoidalis,
dan sinus frontalis
- tumor ganas sinonasal yang tersering adalah karsinoma sel skuamosa (70%), disusul
oleh karsinoma yang berdeferensiasi, dan tumor kelenjar.
- 10,1% dari seluruh tumor ganas THT. Rasio penderita laki-laki banding wanita sebesar
2:15.
Etiologi
belum diketahui, diduga beberapa zat hasil industri antara lain nikel, debu kayu, kulit,
formaldehid, kromium, minyak isopropil, dan lain-lain.
Faktor Risiko
tukang kayu, tukang sepatu dan boot, serta pembuat furnitur.
Klasifikasi
1. Tumor Jinak
tersering papiloma skuamosa. Makroskopis mirip dengan polip, tetapi lebih vaskuler,
padat dan tidak mengkilap. Ada 2 jenis papiloma, pertama eksofitik atau fungiform dan
yang kedua endofitik disebut papiloma inverted. (dibahas di bawah)
2. Tumor Ganas
Tumor ganas yang tersering adalah karsinoma sel skuamosa (70%). Sinus maksila
tersering terkena (65-80%), sinus etmoid (15-25%), hidung sendiri (24%),
3. Invasi Sekunder
antara lain pituitary adenomas, chordomas, karsinoma nasofaring, meningioma, tumor
odontogenik, neoplasma skeleton kraniofasial jinak dan ganas, tumor orbita
Gejala Klinis
1. Gejala nasal
obstruksi hidung unilateral dan rinorea. Sekret sering bercampur darah atau terjadi
epistaksis. Tumor yang besar mendesak tulang hidung deformitas hidung. Khas
pada tumor ganas ingusnya berbau karena mengandung jaringan nekrotik.
2. Gejala orbital
diplopia, protosis, oftalmoplegia, gangguan visus dan epifora.
3. Gejala oral
ulkus di palatum /prosesus alveolaris. (mengeluh gigi palsunya tidak pas lagi atau gigi
geligi goyah.
4. Gejala fasial
penonjolan pipi, nyeri, anesthesia atau parestesia muka jika mengenai nervus trigeminus.
5. Gejala intrakranial
sakit kepala hebat, oftalmoplegia dan gangguan visus. Dapat disertai likuorea,
Terapi
pembedahan radikal diikuti dengan radioterapi postoperatif.

32

INVERTED PAPILOMA
tumor jinak, tetapi terdapat hiperplasi epitel yang tumbuh dan masuk ke dalam
jaringan stroma di bawahnya untuk kemudian membentuk kripte, dengan membrana
basalis yang tetap utuh.
mampu merusak jaringan sekitar, cenderung kambuh lagi dan dapat menjadi ganas .
Etiologi
belum jelas, terdapat bermacam-macam teori, antara lain: infeksi kronis, virus, polip
HPV 6, 11,16, and 18.
Faktor Resiko
laki-laki: wanita = 3:1. Riwayat sinusitis sebelumnya
Histologi
mirip dengan polip. variasi warna dari merah sampai merah muda pucat. Lebih vaskular
dibandingkan polip.
Gejala Klinis
mirip dengan gejala tumor jinak hidung dan sinus paranasal,
masa tumor mirip dengan polip hidung, tetapi biasanya unilateral.
obstruksi nasal disertai gejala seperti epistaksis, nyeri di hidung, rhinorrhea, proptosis,
dan epifora. Di literature lain disebutkan nyeri pada wajah, diplopia, suara bindeng, facial
pruritus, dan anosmia.
Penatalaksanaan
Tindakan bedah (rhinotomy lateral dengan maxilektomi medial, lateral osteotomy dari
tulang nasal serta midfacial degloving)
Radioterapi (adjuvan)

33

JURUS TIGA BELAS

AMANDAL

TONSILITIS AKUT
Keradangan akut pada tonsil
Biasanya pada anak-anak >> 5 th s.d 10 th
Etiologi
- Streptokokus B hemolitikus group A
- Streptokokus non hemolitikus
- Virus
Anamnesis
- Nyeri menelan hebat anak tidak mau makan
- Tenggorokan terasa kering
- Otalgia nyeri alih
- Panas tinggi kejang
- Nyeri kepala & malaise
Pemeriksaan
- Plummy voice suara terdengar spt berisi makanan
- Ptialismus
- Tonsil merah udem dg detritus
- Palatum mole
- Arkus anterior udem & hiperemi
- Arkus posterior
- Pembesaran kelenjar regional yugolodigastrikus & nyeri tekan
Komplikasi
Lokal
- Abses / infiltrat peritonsiler
- Abses parafaring
- Adenitis servikal supuratifa
- Otitis media akut

Sistemik :
- Ginjal : GNA, nefritis
- Persendian : artritis
- Jantung : endokarditis
- Vaskuler : plebitis

Terapi
- Simptomatis
- Istirahat
- Makanan lunak
- Obat kumur
- Analgetika / antipiretik
- Antibiotika : pada penderita dg daya tahan menurun golongan penisilin (5-10 hari)

34

TONSILITIS KRONIS
Etiologi
Seperti tonsilitis akut
Anamnesis
- Ringan tanpa keluhan sakit tenggorok
- Hebat eksaserbasi akut
- Rasa ada benda asing
- bau mulut
Pemeriksaan
Gambaran klinis bervariasi tergentung bentuk infeksi
- Tonsil hipertropi: tonsil membesar, jaringan parut (+), kripte melebar & eksudat
purulen diantara kripte
- Tonsil atropi : tonsil kecil membentuk lekukan dg tepi hiperemis
- Sekret purulen tipis
- Didapatkan pembesaran kelenjar submandibula tanpa nyeri tekan
- Ukuran jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan dg infeksi kronis / berulang
Komplikasi
seperti tonsilitis akut
Terapi
tonsilektomi
Indikasi Mutlak
1. Corpulmonal karena obstruksi jalan nafas menahun
2. Hipertropi tonsil (adenoid) dg sindroma sleep apneu
3. Hipertropi gangguan makan dg penurunan berat badan yg cepat
4. Biopsi karena curiga keganasan
5. Post abses peritonsiler yg berulang atau abses yg meluas ke jaringan sekitar
Indikasi Relatif
1. Serangan berulang (4-5x /th) walau pemberian terapi sudah adekuat
2. Tonsilitis dg karier a.l : difteri, strep B hemolitikus
3. Hiperplasia tonsil & obstruksi fungsional Hiperplasia & obstruksi yg menetap
setelah infeksi mononukleosis
4. Riwayat demam rematik jantung yg berhubungan dg tonsilitis yg berulang
5. Tonsilitis kronis menetap respon penatalaksanaan medis tidak berhasil
6. Hipertropi tonsil dan adenoid
7. Tonsilitis kronis yg berhubungan dg adenopatia servikal persisten

35

ADENOIDITIS AKUT
Keradangan akut pada adenoid pada bayi & anak
Etiologi
Streptokokus hemolitikus (50%), Virus
Gambaran Klinis
- Panas badan tinggi kejang
- Hidung buntu bayi menyusu tidak tenang
- Rhinoskopi anterior (kalau terlihat): adenoid udem & hiperemi kadang tertutup sekret
- Biasanya bersama-sama tonsilitis akut
Terapi
- Simptomatis: analgetika / antipiretika
- antibiotika
Komplikasi
- OMA
- Infeksi saluran nafas bawah
ADENOIDITIS KRONIK ADENOID HIPERTROPI
Keradangan berulang / iritasi pada adenoid akibat a/l : rinitis kronis, sinusitis kronis
post nasal drip
Gejala
- Obstruksi nasi shg berakibat : Rinolalia oklusa
- adenoid face
- Nafsu makan menurun
- Sering pilek
- Sering sakit kepala
- Pendengaran berkurang
- Batuk yg sukar sembuh
- Aproseksia nasalis (sukar konsentrasi)
- Rinoskopi anterior : palatum mole penomen (-) / terbatas
Terapi
Adenoidektomi
Indikasi Adenoidektomi
- Obstruksi jalan nafas kronis Nasofaring purulen kronis walaupun dg terapi adekuat
- Otitis media serosa
- Otitis media supuratifa akut yg rekuren penatalaksanaan medis (-)
- Otitis media supuratifa kronik
- Curiga keganasan nasofaring

36

JURUS EMPAT BELAS

FARINGITIS

AKUT
HIPERPLASTIK

NON SPESIFIK

KRONIS
ATROFI

FARINGITIS
LUETIKA
SPESIFIK
TB
FARINGITIS AKUT, KRONIS HIPERPLASTIK DAN ATROFI
AKUT
HIPERPLASTIK
Penyebab Streptococcus
Predisposisi: rinitis kronis,
hemoliticus, S viridan, S
sinusitis, iritasi kronis
piogenes. Virus influenza, (rokok, alkohol), hidung
adenovirus, ECHO
sumbat nafas lwt mulut
Gejala
Nyeri tenggorok, disfagia, Tenggorok gatal dan kering
demam, mual, kel limfa
Batuk bereak
leher >>,
Faring hiperemi, edem
Dind posterior bergranula
Terapi
Analgetik
Kaustik (Nitrat argenti,
Antibiotik
elektrokauter)
Obat kumur, obat batuk
FARINGITIS LUETIKA DAN TUBERKULOSA
LUETIKA T Pallidum
Gejala
Primer: bercak keputihan rongga mulut
faring, ulkus, kel mandibula >> nyeri(-)
Sekunder: eritema
Tertier: guma
Terapi
Penisilin dosis tinggi

37

ATROFI
Rinitis atrofi

Tenggorok kering dan tebal


Mulut berbau
Mukosa faring ditutupi
lendir kental, bila diangkat
mukosa kering
Obati rinitis atrofi
Obat kumur, hiegene mulut

TB
Nyeri hebat tenggorok, otalgia,
kel servikal >>
BTA (+)
Terapi TB

JURUS LIMA BELAS

SERAK - SESAK
Obstruksi Laring
Keadaan darurat
Anak-anak mudah terjadi karena
1. Adanya jaringan ikat kendor udem >> Umur < 1 th udem 1mm lumen
mengecil sp 50%, sedangkan dewasa 20%
2. Lumen glotis kecil
3. Tulang rawan & trakea lunak
Gejala
1. Stridor inspiratoar
2. Sesak nafas
3. Retraksi waktu inspirasi
4. Gelisah
5. Pucat sianosis (hipoksia)
4 Stadium Jackson
Stadium I
Retraksi supra sternal
Stridor inspiratoar
Penderita tampak tenang

Stadium III
Stridor inspiratoar
Retraksi suprasternal
Retraksi supra klavikula
Retraksi infra klavikula
Retraksi epigastreal
Retraksi interkostal
Gelisah & sesak
Stadium IV
Seperti stadium III tetapi lebih
berat
Sangat gelisah berusaha nafas
Tampak ketakutan
Sianosis
Setelah gelisah tenang
sianosis kesadaran menurun

Stadium II
Stridor inspiratoar
Retraksi supra sternal
Retraksi epigastrial
Mulai gelisah

LARINGITIS AKUT (NON SPESIFIK)


Penyebab
Banyak bicara :
Bicara keras (teriak)
Penyalahgunaan suara = vokal abuse
Faktor eksogen :
Asap rokok
Debu
alkohol
Faktor endogen : iritasi post nasal drip
38

Gejala
Suara parau afoni
Tenggorokan gatal, kering sakit waktu bicara
Subfibril
Korda vokalis merah dan udem
Terapi
Self limiting disease
Vokal rest
antibiotika
LARINGITIS KRONIK SPESIFIK
1. Laringitis TBC
2. Laringitis luetika
3. Laringits G O
4. Laringitis AIDS
Terapi sesuai etiologi

Nantikan buku seri Jurus-Jurus Sesat lainnya

Download buku-buku di atas di www.doktermudaliar.wordpress.com


Segera Terbit!!
seri Mata Cemerlang
seri Hitam Putih Radiologi
Miliki pula:
- Protap mini Jaga VK cara sesat
39

Anda mungkin juga menyukai