Dipersembahkan untuk:
Diri Sendiri
Peringatan No 1: Buku terlarang. Jauhkan dari jangkauan dokter-dokter Spesialis!
KATA SAMBUTAN
MENTRI PENDIDIKAN NASIONAL
Atas terbitnya buku Jurus-Jurus Sesat Belajar THT
Saya sangat gembira menyambut terbitnya buku Jurus-Jurus Sesat Belajar THT ini. Ini
merupakan terobosan baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Penulisan buku ini
adalah sebuah bentuk kebangkitan dunia pendidikan di Asia khususnya di Indonesia.
Diharapkan dalam waktu dekat, saudara Fauzan akan mampu menerbitkan buku-buku
serupa di bagian-bagian lainnya dan semoga penerjemahan ke bahasa-bahasa asing cepat
direalisasikan.
Sekali lagi, ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya saya sampaikan atas
nama seluruh rakyat Indonesia dan atas nama dunia riset dan teknologi kepada saudara
Fauzan. Semoga tujuan penerbitan buku ini tercapai dan amal bakti Saudara mendapat
imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Jakarta, 2009
Mentri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia
DAFTAR ISI
Kata Sambutan Mendiknas.................................................................................
Jurus 2 Tuli.......................................................................................................
Jurus 4 Corek....................................................................................................
15
17
18
19
23
Jurus 10 Sinus......................................................................................................
26
28
Jurus 12 Tumor....................................................................................................
30
Jurus 13 Amandal.................................................................................................
34
Jurus 14 Faringitis................................................................................................
37
39
JURUS SATU
NANYA-NANYA STANDAR
Manusia itu adalah tempatnya berkeluh kesah.... dan inilah kumpulan keluhan manusia di
bidang THT
Jenis
Keluhan
Tuli
Waktu
TELINGA
Lokasi
- tibatiba/bertahap
- sejak kapan
- jangan-jangan
sejak bayi?
- lebih terasa saat
kapan?
- satu telinga/
dua2nya
Telinga
berdenging
- sejak kapan
- bila kapan?
- terasa di
kepala/telinga?
- di sebelah mana?
Atau keduaduanya?
Pusing
berputar
- timbul pada
posisi kepala
tertentu saja?
Atau tidak
ditentukan
posisi?
- bila kapan?
- sejak kapan?
Nyeri dalam
telinga
Keluhan
penyerta
- riwayat trauma?
- riawayat trauma
akustik?
- pemakaian obat
ototoksik?
- riwayat infeksi?
- ada gangguan
pendengaran?
- mual muntah?
- rasa penuh di
telinga?
- gangguan
neurologis lain?
- ada gangguan
keseimbangan?
- ada penyakit
lain seperti DM,
HT, dll?
- sebelah mana?
Atau dua-duanya?
- dari 1 atau 2
telinga?
Etiologi
- nyeri?
- bau?
- banyak atau
sedikit?
Warna?
Darah?
Gali
kemungkinan
otalgia sebagai
nyeri alih
Riwayat sakit
sebelumnya?
Jenis
Keluhan
Hidung
tersumbat
Waktu
HIDUNG
Lokasi
- terus menerus
atau hilang
timbul?
Hingus
- keluar pagi
hari? Atau musim
tertentu? Atau
tidak beraturan?
Bersin
- kapan saja?
Nyeri di
muka/ kepala
- apakah di daerah
dahi? Pangkal
hidung? Pipi?
Tengah kepala?
Bedarahan
- apakah bila
menundukkan
kepala?
- rasa nyerinya
lama?
- bila kapan?
Gangguan
penciuman
- sejak kapan?
- hilang timbul?
Keluhan
penyerta
- mulut dan
tenggorokan
kering?
- bersin?
- darah?
- nanah?
- bau?
- bentuk sekret?
- + ingus?
- gatal di hidung,
tenggorok, mata?
- ingus kental?
- bau?
Etiologi
- riwayat alergi?
- pemakaian obat
lama?
- rokok/alkohol?
- riwayat alergi?
- riwayat infeksi
lain?
- riwayat alergi?
- sakit gigi?
- ingus lama?
- alergi?
- trauma?
- benda asing?
- HT?
- gangguan
perdarahan?
- riwayat infeksi?
- trauma?
- Penderita
mencium bau atau
hanya orang lain
yang mencium?
Jenis
Keluhan
Nyeri
tenggorok
Waktu
TENGGOROKAN
Lokasi
- hilang timbul?
Keluhan
penyerta
- Nyeri sampai
telinga?
- demam?
- batuk?
- kering?
- serak?
- batuk?
- campur darah?
Dahak
- sering?
Tersumbat di
leher
Ngalih
menaguk
(disfagia)
- sejak kapan?
- semakin berat?
- sejak kapan?
- jenis makanan
apa?
Nyeri
menaguk
(odinofagi)
Batuk
- sejak kapan?
- batuk?
- demam?
- sejak kapan?
- dahak kental?
- darah?
Serak
- sejak kapan?
- batuk?
- nyeri?
- tempatnya
dimana?
- muntah?
- BB menurun
Etiologi
- riwayat alergi?
- riwayat infeksi?
- rokok?
- riwayat tertelan?
- trauma?
- penghalang?
- gangguan
menaguk
sebelumnya?
- infeksi?
- rokok?
- alergi?
- infeksi?
JURUS DUA
TULI
TELINGA
LUAR
KONDUKTIF
TELINGA
TENGAH
Rinne (-)
Weber: Lateralisasi ke sakit
Tes Garputala
Rinne (+)
Weber:
Lateralisasi ke
sehat
TULI
PERSEPTIF
Kongenital
KOKLEA
Labirintitis
Mekanik
Akustik
Trauma
Rekrutmen (+)
Audiometri
Intoksikasi
obat
Sudden
deafness
Presbiakusis
decay (+)
RETRO
KOKLEA
(Otak)
CAMPURAN
Pre natal?
Perinatal?
Postnatal?
Aminoglikosid
Eritromisin
loop diuretic
salisilat
antimalaria
antitumor
Sensorik
metabolik
neural
mekanik
Neuroma akustik
Tumor sudut pons
serebellum
Cedera otak
Perdarahan otak
PRINSIP PENATALAKSANAAN
- sesuai etiologi
- penatalaksanaan seringkali sulit
- lebih ke arah pencegahan (alat pelindung, pindah tempat, cegah infeksi, dll)
- untuk tuli koklea pemasangan implant koklea
- pada presbiakusis pemasangan hearing aid
7
- ototoksik hentikan obat
JURUS TIGA
ETIOLOGI
Otitis Eksterna
Sirkumskripta
(bisul)
(di kulit 1/3 luar
liang telinga)
Otitis Eksterna
difus
(di 2/3 dalam
liang telinga)
Otomikosis
S Aureus, S Albus
Otitis eksterna
kronis
Kolesteatosis/
Keratosis
Kolesteatoma
eksterna
Otitis Eksterna
Maligna
Pseudomonas, S
Albus, E Coli
Jamur Aspergillus,
Candida
Akbat kolesteatosis
yang tidak
ditanggulangi
erosi kulit dan
bagian tulang liang
telinga
Infeksi pada
orangtua dengan
DM (Pseudomonas
Aeruginosa)
GEJALA
Gangguan
pendengaran, rasa
tertekan
Rasa nyeri hebat (pada
penekanan
perikondrium atau
membuka mulut),
gangguan pendengaran
Sda
+ sekret berbau
TERAPI
Keluarkan!
Cair: kapas yang
dililitkan
Padat: pengait
Irigasi
Abses insisi
Polymixin B, basitrasin
salep.
Asam asetat 2-5%
Tampon mengandung
antibiotik
Antibiotik sistemik
Bersihkan
tertutup jaringan
granulasi,
paresis/paralisis fasial
Bersihkan periodik
Tetes telinga alkohol,
H2O2
Operasi pada kasus berat
JURUS EMPAT
COREK
Otitis media
peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum
mastoid dan sel-sel mastoid
Klasifikasi
OTITIS
MEDIA
OTITIS MEDIA
SUPURATIF
Otitis Media
Supuratif Akut
(OMA)
OTITIS MEDIA
NON SUPURATIF
Otitis Media
Supuratif Kronis
(OMSK)
Otitis Media
Serosa Akut
(barotrauma)
Otitis Media
Serosa Kronis
(glue ear)
Patogenesis
Perubahan tekanan udara tiba-tiba
Alergi, Infeksi
Sumbatan (Sekret, tampon, tumor)
Gangguan tuba
Sembuh/normal
EFUSI
Tekanan negative
telinga tengah
infeksi
OME
OMA
Sembuh
OME
OMSK
OMA
Etiologi: Streptococcus hemoliticus, S aureus, PneumococcusHemofilus influenza, E
coli, Pseudomonas aerugenosa
Perjalanan penyakit
Stadium
Patologi
Oklusi
Tekanan berkurang, Efusi
(+)
Hiperemi Pembuluh darah melebar
Sekret eksudat/serosa
Supurasi
Perforasi
Membrane timpani
rupture
Resolusi
Membrane timpani
perlahan kembali normal
Gejala/Tanda
Membrane timpani
normal/keruh
Membrane timpani
hiperemi, edema
Membrane timpani
boomban, demam, nyeri
telinga sangat hebat, nadi
meningkat
Nanah keluar. Tidak
gelisah lagi, demam
berkurang
Sekret berkurang
kering. Gejala (-)
Terapi
Dekongestan, HCl
efedrin 0,5%
Dekongestan, HCl
efedrin 0,5%,
antibiotic
(ampisilin,
eritromisin),
analgetik
antibiotic, analgetik,
miringotomi
Cuci telinga H2O2
3%, antibiotic
Antibiotik
OMSK
peradangan kronis telinga tengah dan mastoid berlangsung lebih dari 2 bulan
membran timpani perforasi
sekret purulen hilang timbul (encer atau kental, bening atau berupa nanah)
Etiologi
1. Lingkungan
2. Genetik
3. Otitis media sebelumnya.
4. Infeksi
5. Autoimun
6. Alergi
7. Gangguan fungsi tuba eustachius.
Faktor penyebab perforasi membran timpani menetap:
- Infeksi menetap pada telinga tengah mastoid produksi sekret berlanjut.
- obstruksi tuba eustachius berlanjut mengurangi penutupan spontan.
- penutupan spontan melalui mekanisme migrasi epitel kolesteatom.
10
Klasifikasi
Jenis
Benigna
- tipe tenang
Gejala/Tanda
Terapi
- tipe aktif
Maligna
Komplikasi
A. Komplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi telinga dalam
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf ( sensorineural)
C. Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hindrosefalus otitis
11
OME
Etiologi
bakteri, imunologis, alergi, virus, disfungsi tuba eustachi, obstruksi nasofaring, dll
Faktor predisposisi
- terganggunya fungsi tuba eustachius
- Adenoid hipertropi
- Adenoitis
- Sumbing palatum (cleft palate)
- Tumor di nasofaring
- Barotrauma
- Sinusitis
- Rhinitis
- Defisiensi imunologik atau metabolic
Patogenesis
gangguan fungsi tuba perbedaan tekanan hidrostatik transudat/ plasma keluar dari
pembuluh darah Serosa
Gejala klinis
- pendengaran berkurang
- rasa penuh pada telinga
- rasa tersumbat pada telinga
- suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda (diplacusis binauralis)
- kadang terasa ada cairan yang bergerak dalam telinga saat posisi kepala berubah.
- Rasa sedikit nyeri dalam telinga
- Tinitus atau vertigo ringan
- Otoskopi: membran timpani retraksi, kadang tampak gelembung udara
Terapi
- Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi normal telinga tengah.
- banyak bisa sembuh sendiri dengan mengobati faktor predisposisi
- Jika OME menetap dan mulai bergejala, maka pengobatan medis mulai diindikasikan:
1. Antihistamin atau dekongestan
2. Mukolitik.
3. Antibiotika (karena sering diikuti OMA) dosis profilaksis
4. Kortikosteroid.
- Anak dengan OME persisten bilateral dan yang menderita kehilangan pendengaran
selama lebih dari 3 bulan patut dipertimbangkan untuk dilakukan intervensi pembedahan.
pilihan yang di anjurkan adalah miringotomi dan pemasangan tabung ventilasi
(Grommet)
12
KOLESTEATOM
kista epitelial berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi tersebut dapat berasal
dari kanalis auditoris externus atau membrana timpani. Apabila terbentuk terus menerus
dapat menyebabkan terjadinya penumpukan sehingga menyebabkan kolesteatom
bertambah besar bersifat desktruksif pada kranium yang dapat mengerosi dan
menghancurkan struktur penting pada tulang temporal.
Patogenesis
1. Teori Invaginasi
timbul akibat terjadi proses invaginasi dari membrana timpani pars flacida karena
adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba.
2. Teori Imigrasi
terbentuk akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir
perforasi membrana timpani ke telinga tengah. Migrasi ini berperan penting
dalam akumulasi debris keratin dan sel skuamosa dalam retraksi kantong dan
perluasan kulit ke dalam telinga tengah melalui perforasi membran timpani.
3. Teori Metaplasi
akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berlangsung
lama.
4. Teori Implantasi
akibat adanya implantasi epitel kulit secara iatrogenik ke dalam telinga tengah
waktu operasi, setelah blust injury, pemasangan ventilasi tube atau setelah
miringotomi.
Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tumbuhnya kuman, yang paling sering
adalah Pseudomonas aerogenusa. Pembesaran kolesteatom menjadi lebih cepat apabila
sudah disertai infeksi, kolesteatom ini akan menekan dan mendesak organ di sekitarnya
serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang.
Erosi tulang melalui dua mekanisme.
1. desakan atau tekanan yang mengakibatkan remodeling tulang atau nekrosis tulang.
2. aktivitas enzimatik tepi kolesteatom yang bersifat osteoklastik yang menyebabkan
resorpsi tulang.
Klasifikasi
a.Kolesteatom Kongenital
membrana timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi. ditemukan pada daerah petrosus
mastoid, cerebellopontin angle, anterior mesotimpanum atau pada daerah tepi tuba
austachii, dan seringkali teridentifikasi pada usia 6 bulan hingga 5 tahun.
b. Kolesteatoma Akuisital
1. Primer
terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrane timpani, akan tetapi telah
terjadi retraksi membran timpani.
2. Kolestetoma Akuisital Sekunder
13
14
JURUS LIMA
Laten
Serosa
Difusa
Purulenta
15
Sirkumskripta
=
Difusa Serosa
Absorpsi produk
toksin bakteri
telinga tengah,
mastoid ke labirin
(invasi kuman - )
Penyebab
Komplikasi OMK
OMA, post op ME
& Stapedektomi
Gejala
Vertigo
Pendengaran turun
Vomitus
Fistel sign (+)
Vertigo spontan
Nistagmus
Mual / muntah
Tuli saraf ringan
Fistula sign (-)
Terapi
Terapi OMSK
Antibiotik
Operasi,simtomatik
Istirahat total
Antibiotik adekuat
Drainase telinga
tengah
Difusa Purulenta
L.D. serosa yg
telah terjadi
pustulasi
barier telah
tertembusinfeksi
/ masuk ke labirin
OMA, Mastoiditis
akut, OMK /
Mastoiditis kronik
exaserbasi akut
Tuli total, Vertigo
berat, Mual muntah
Nistagmus spontan
Posisi pasien khas
(mengurangi
vertigo
terlokalisir di dalam
kapsul labirin saja
Komplikasi
Intrakranial melalui perineural & perivaskuler
Subarahnoid melalui aqua duktus koklearis (perilimfe)
Duramater melalui duktus endolimfatik (endolimfe)
16
Laten
= Labirinitis Difusa
Purulenta Kronik
JURUS ENAM
RASA HANYUT
Vertigo
anamnesa
- jenis
- kapan, lama serangan, frekuensi
- gejala penyerta
- riwayat terdahulu (trauma kapitis, OMSK, hipertensi, intoksikasi)
Tipe Vertigo
Paroksismal (mendadak)
Beratnya
Waktu
Dipengaruhi posisi kepala
Gejala otonom
Kelainan SSP
Sentral
jarang
Ringan
Lama
+
Perifer
Sering
Berat
Singkat
+
+
-
MENIERE DISEASE
Etiologi
Belum jelas. Kemungkinan karena gangguan biokimia cairan endolimfe, gangguan klinik
membran labirin
Patofisiologi
Hidrops endolimfe pada koklea dan vestibulum karena:
1. tekanan hidrostatik ujung arteri meningkat
2. tekanan osmotik dalam kapiler
3. tekanan osmotik ruang ekstrakapiler meningkat
4. jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat
Gejala Klinis
- vertigo berat disertai muntah
- tinnitus
- tuli saraf
Terapi
- tergantung etiologi
- simptomatik (sedatif, antiemetik)
- vasodilator perifer
- antiiskemia
- fisioterapi dan rehabilitasi
17
JURUS TUJUH
TELINGA BEDANGING
Tinnitus keluhan perasaan mendengar bunyi tanpa ada rangsangan bunyi dari luar
Dibagi:
- Objektif: pemeriksa dapat mendengar dengan auskultasi dll. Sifat vibratorik,
transmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler sekitar telinga
- Subjektif: non vibratorik proses iritatif/ degenerasi traktus auditorik
1. Nada rendah + tuli konduksi sumbatan liang telinga (serumen, tumor, tuba
katar, otitis media, dll)
2. Nada rendah berpulsasi, tuli konduksi (-) gejala dini tumor glomus jugulare
3. tinitus objektif seirama denyut nadi gangguan vaskular
4. nada tinggi tuli sensorineural, intoksikasi obat
5. nada tinggi/rendah (bergemuruh/ berdengung) + tuli sensorineural +
vertigohipertensi endolimfatik
6. bilateral intoksikasi obat, presbiakusis, trauma bising, penyakit sistemik lain
Anamnesis
- kualitas tinnitus
- kuantitas tinnitus
- vertigo?
- Gangguan pendengaran?
- Gejala neurologik lain?
- Unilateral/ bilateral?
- Lama serangan (patologik bila >5 menit)
Terapi
1. elektrofisiologik: alat bantu dengar, tinitus masker
2. psikologik
3. medikamentosa: transquilizer, antidepresan sedatif, neurotonik, vitamin
4. bedah
18
JURUS DELAPAN
VASOMOTOR
MEDIKAMENTOSA
RINITIS
RINITIS SIMPLEKS
AKUT
INFEKSI
INFLUENZA
RINITIS HIPERTROFI
KRONIS
RINITIS SIKA
R. ATROFI/ OZAENA
RINITIS SPESIFIK
R. difteri
R. sifilis
R. tuberkulosa
R. jamur
19
RINITIS ALERGI
Etiologi
Reaksi alergi pada pasien atopi Hipersensitivitas tipe I
Klasifikasi Rinitis Alergika
Rinitis alergi intermitten (kadang-kadang). < 4 hari/minggu atau < 4 minggu.
Rinitis alergi persisten (menetap). Gejalanya > 4 hari/minggu atau > 4 minggu.
Rinitis alergi ringan. Tidak mengganggu aktivitas harian
Rinitis alergi sedang & berat. Mengganggu aktivitas harian.
Anamnesis
Bersin patologis (berulang lebih 5 kali setiap serangan)
Rinore
Gangguan hidung. Hidung gatal dan rasa tersumbat.
Mata gatal dan mengeluarkan air mata (lakrimasi).
Allergic shiner. Perasaan anak bahwa ada bayangan gelap di daerah bawah mata
akibat stasis vena sekunder. Stasis vena ini disebabkan obstruksi hidung.
Allergic salute. Perilaku anak suka menggosok-gosok hidungnya akibat rasa gatal.
Allergic crease. garis melintang 1/3 bawah dorsum nasi akibat menggosok hidung.
Alergen terperinci
Hirupan (dws): debu rumah, tungau, jamur, bulu binatang
Makanan (anak): susu, telur, ikan laut, coklat
Riwayat alergi dalam keluarga
Bahan iritan pada tempat kerja
Pemeriksaan Fisik
Lakrimasi berlebihan, sklera dan konjungtiva yang merah, daerah gelap periorbita (mata
biru alergi), pembengkakan sedang sampai nyata dari konka nasalis yang berwarna
kepucatan keunguan, sekret hidung encer jernih, keriput lateral pada krista hidung,
gambaran allergic salute, lipatan hidung transversal, lipatan infraorbita Dennie-Morgan
Pemeriksaan Penunjang
eosinofil meninggi dlm sekret hidung dan darah tepi, peningkatan kadar serum IgE.
Sitologi hidung banyak eosinofil (menunjukkan alergi inhalan), basofil 5 sel/lap
(menunjukkan alergi ingestan), dan sel PMN (menunjukkan infeksi bakteri).
radio immunosorbent test (RAST) & enzyme linked immunosorbent assay (ELISA)
Uji kulit.
Penatalaksanaan
1. Menghindari alergen penyebab
Terapi simptomatik dengan obat-obatan Antihistamin oral, dekongestan (dapat
diberikan tunggal atau kombinasi dengan antihistamin H1 lokal atau peroral),
Kortikosteroid (sistemik atau intranasal)
2. Injeksi alergen, imunoterapi, atau hiposensitisasi
20
Bila cara-cara konservatif tidak berhasil, maka injeksi alergen dapat diindikasikan.
penyuntikkan alergen penyebab bertahap menginduksi toleransi penderita alergi.
3. Penatalaksanaan komplikasi atau faktor-faktor yang memperburuk
4. Terapi bedah
Pembedahan biasa dilakukan pada polip hidung dan sinusitis berkaitan dengan faktor
infeksi jika terapi obat-obatan.
Komplikasi
Otitis media, Disfungsi tuba eustachius, Sinusitis akut, Sinusitis kronik
RINITIS VASOMOTOR dan RINITIS MEDIKAMENTOSA
Vasomotor
Medikamentosa
Penyebab
Ketidakseimbangan saraf simpatis &
Pemakaian vasokonstriktor topikal (tetes
parasimpatis (otonom)
hidung/semprot hidung) dalam waktu
- Obat-obatan yang menekan kerja
lama dan berlebihan sumbatan menetap
simpatis
- Faktor fisik: asap rokok, udara
dingin, bau yang merangsang
- Faktor endokrin
- Faktor psikis
Gejala Klinis Hidung tersumbat bergantian kiri dan
Hidung tersumbat terus menerus dan
kanan (tergantung posisi)
berair
Rinore (mukus/serosa)
RA: edema konka, sekret hidung
Bersin jarang, tidak ada gatal
berlebihan
Gejala memburuk pada pagi waktu
Pengujian dengan adrenalin: edema konka
bangun tidur
tidak berkurang
RA: edema mukosa hidung, konka
merah tua/gelap/pucat
Terapi
- hindari penyebab
- Hentikan obat
- simptomatis (dekongestan oral,
- kortikosteroid
diatermi, kauterisasi konka,
- dekongestan oral
kortikosteroid topikal)
- Operasi (bedah beku, elektrokauter,
konkatomi inferior)
- Neurektomi n. Vidianus
21
Sifilis
T Pallidum
Sama dgn rinitis akut lain.
Bercak pada mukosa,
gumma/ ulkus
Sekret mukopurulen berbau
+ krusta, perforasi septum/
hidung pelana
Penisilin, obat cuci hidung
22
Ozaena
Klebsiella ozaena, def
Fe, vitamin A,
sinusitis kronis,
kelainan hormon,
peny kolagen
Nafas berbau (yang
mencium orang lain,
pasien tidak),
hiposmia/anosmia,
ingus kental hijau,
krusta hijau, hidung
tersumbat, sakit
kepala
Antibiotik, obat cuci
hidung, operasi
TB
M Tuberculosis
Hidung tersumbat,
Sekret mukopurulen, krusta
BTA (+)
Obat anti TB
Obat cuci hidung
JURUS SEMBILAN
DAGING TUMBUH
Polip Nasi
massa lunak bertangkai dalam rongga hidung,
permukaannya licin
berwarna putih keabu-abuan, agak bening karena mengandung banyak cairan (polip
edematosa) berubah menjadi kekuning kuningan atau kemerah merahan, suram
dan lebih kenyal (polip fibrosa).
Bentuknya dapat bulat atau lonjong, tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral.
Etiologi
Belum diketahui pasti. Namun ada beberapa teori:
1. Faktor alergi
polip nasi paling tinggi dijumpai pada penderita alergi saluran nafas, peningkatan sel
eosinofilia dalam darah dan sekret hidung pengumpulan Ig E dalam cairan polip.
2. Faktor infeksi
Faktor predisposisi
1. Alergi terutama rinitis alergi.
2. Sinusitis kronik.
3. Iritasi.
4. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi (deviasi septum, hipertrofi konka)
Patofisiologi
Fenomena Bernoulli
teori Bernstein
edema mukosa
(kebanyakan di meatus
medius)
stroma terisi cairan
interseluler
mukosa yang sembab
jadi polipoid
mukosa makin besar
turun dlm rongga hidung
ketidakseimbangan
saraf vasomotor
peningkatan permeabilitas
kapiler + gangguan regulasi
vaskuler pelepasan sitokin
dari sel mast
23
Membentuk tangkai
POLIP
Gambaran Mikroskopik:
epitel dari polip serupa mukosa hidung normal (epitel bertingkat semu bersilia) dengan
submukosa yang sembab. Sel selnya terdiri limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil dan
makrofag. Mukosa mengandung sedikit sel sel goblet. Pembuluh darah sangat sedikit
dan tidak mempunyai serabut saraf. Polip yang sudah mengalami metaplasi epitel karena
sering terkena aliran udara, menjadi epitel transisional, kubik, gepeng berlapis tanpa
keratinisasi.
Anamnesis
- hidung tersumbat menetap, makin lama makin memberat.
- hiposmia anosmia (bila berat).
- nyeri kepala sampai mata (bila disertai sinusitis)
- keluar sekret jernih sampai purulen (bila disertai sinusitis)
- ingus turun ke belakang (arah tenggorok)
- bersin dan iritasi di hidung (bila penyebabnya alergi)
- batuk kronik dan asma (bila disertai asma)
- bernafas melalui mulut tengorokan kering bau mulut
- telinga terasa penuh
- suara sengau
- gangguan tidur, mengorok saat tidur, dan penurunan kualitas hidup
Pemeriksaan Fisik
- deformitas hidung luar hidung tampak mekar
- massa bertangkai, mudah digerakkan, konsistensi lunak, tidak nyeri bila ditekan, tidak
mudah berdarah, pada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin) tidak mengecil. Polip
biasanya berbentuk multiple dan tumbuhnya bilateral.
Pemeriksaan Radiologis
Foto polos sinus paranasal (posisi Waters, AP, Caldwell dan lateral) dapat
memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara-cairan di dalam sinus.
Diagnosis Banding
1. Tumor nasofaring, tampak seperti polip fibroudematus, relative lebih mudah berdarah
(epistaksis)
2. Inverted Cell Papilloma tampak seperti polip multiple, pada orang berusia lanjut.
3. Meningokel, biasanya pada bayi, dan ingat polip jarang dijumpai pada anak/ bayi.
4. Konka polipoid (Tidak bertangkai, Sukar digerakkan, Nyeri bila ditekan dengan
pinset, Mudah berdarah, Dapat mengecil pada pemakaian vasokonstriktor)
Klasifikasi berdasar bentuk (Paparella dan Shumrick)
1. Polip udematus
putih kelabu, licin, mengandung sedikit jaringan ikat, banyak rongga berisi cairan.
2. Polip fibrosa
Berwarna keruh karena banyak mengandung jaringan ikat.
3. Polip vaskuler
24
25
JURUS SEPULUH
SINUS
4 Sinus
(1)
Sinus frontalis ostiumnya terletak di meatus nasi medius.
(2)
Sinus maksilaris (yang paling besar) ostiumnya di meatus nasi medius.
(3)
Sinus ethmoidalis: anterior ostiumnya di meatus nasi medius, posterior:
meatus nasi superior
(4)
Sinus sfenoidalis ostiumnya di meatus nasi superior.
Kompleks osteomeatal: di meatus medius, terdapat daerah rumit dan sempit. Terdiri dari
infundibulum etmoid, resesus frontales, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior dengan
ostiumnya, serta ostium sinus maksilla.
Fungsi sinus
- air conditioning
- penahan suhu
- keseimbangan kepala
- resonansi suara
- peredam perubahan tekanan udara
- produksi mukus
Sinusitis
radang mukosa sinus paranasal.
mengenai beberapa sinus multisinusitis, mengenai semua sinus pansinusitis
paling sering ditemukan sinusitis maksila, karena:
- sinus terbesar
- letak ostium lebih tinggi drainase hanya tergantung dari silia
- dasar berupa akar gigi
- letak ostium di sekitar hiatus semilunaris
Etiologi
- rinogen (obstruksi ostium sinus)
- dentogen (infeksi gigi molar M1, M2, M3 atas serta premolar P1 dan P2)
- infeksi tenggorok (tonsillitis, infeksi faring, adenoiditis)
Faktor predisposisi
- Obstruksi mekanik (deviasi septum, benda asing di hidung, polip, tumor
- rinitis kronis, rinitis alergi
- lingkungan berpolusi, udara dingin serta kering perubahan pada mukosa dan
kerusakan silia
26
Sub akut
3 minggu 3 bulan
=
kronis
> 3 bulan
Silia rusak perubahan
mukosa
hidung
Antibiotik, Dekongestan
lokal, Analgetik
Diatermi
pungsi dan irigasi sinus
operasi radikal: CWL,
BSEF
Komplikasi
1. Orbita :
- Peradangan atau reaksi edem yang ringan
- Selulitis orbita
- Abses subperiosteal
- Abses Orbita
2. Mukokel (kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus)
erosi tulang deformitas wajah, proptosis atau enopthalmus, diplopia.
nyeri pada wajah, sakit kepala.
27
JURUS SEBELAS
HIDUNG BEDARAHAN
suatu gejala, bukan penyakit
Perdarahan dari :
Rongga hidung
Jaringan sekitar: Sinus paranasalis, nasofaring
ETIOLOGI
LOKAL
SISTEMIK
TRAUMA
INFEKSI
Rinitis
Sinus paranasalis
Granuloma spesifik
NEOPLASMA
Hemangioma
Angiofibroma
nasofaring
Ca nasofaring
KONGENITAL
Herediter hemoraging
telengectasis
28
Hidung atas
A. ethmoid post
a. sphenopalatina
POSTERIOR
hidung bawah
ANTERIOR
Plexus Kieselbach
PENATALAKSANAAN
1. Menghentikan perdarahan
a. Bersihkan bekuan darah
b. Tekan / jepit ala nasi 5 10 mnt u/ perdarahan pleksus kiesselbach
c. Pemberian vasokonstriktor + lokal anastesi (lidokain epidril 1%)
d. Kaustik (Triclor acetic acid 100%, Nitrat argenti 20-30%, elektrokauter
e. Pemasangan tampon anterior
f. Pemasangan tampon posterior tampon Bellocq (perdarahan posterior dan nasofaring,
Bila dg tampon anterior tidak teratasi :
g. Ligasi arteri( a. ethmoidalis anterior, a. ethmoidalis posterior, a. karotis eksterna, a.
maxillaris interna)
2. Mencegah komplikasi
a.Infus
b.
Transfusi darah bila Hb < 8%
c.Antibiotika
d.
Obat-obat hemostatika
3. Mencegah berulangnya epistaksis
Mencari penyebab terapi yg sesuai kausa
KOMPLIKASI
- Komplikasi epistaksis :Hipotensi, hipoksia, anemia, aspirasi pneumonia
- Komplikasi kauterisasi : Sinekia, perforasi septum
- Komplikasi pemasangan tampon : Sinekia, rinosinusitis, sindrom syok toksik, Perforasi
septum, tuba eustachius tersumbat, aritmia (overdosis kokain atau lidokain )
- Komplikasi embolisasi : Perdarahan hematom, nyeri wajah, hipersensitivitas, paralisis
fasialis, infark miokard.
- Komplikasi ligasi arteri : kebas pada wajah, sinusitis, sinekia, infark miokard.
29
TUMOR
ANGIOFIBROMA NASOFARING
tumor jinak nasofaring, secara histologis jinak, secara klinis bersifat ganas, karena
mempunyai kemampuan mendestruksi tulang dan meluas ke jaringan sekitarnya. Kaya
pembuluh darah
- terjadi hanya pada laki-laki, biasanya selama masa prepubertas dan remaja. (7-21 tahun)
Etiologi
Belum jelas. berbagai macam teori banyak diajukan.
- teori jaringan asal, tempat perlekatan spesifik angiofibroma di dinding posterolateral
atap rongga hidung.
- Faktor ketidakseimbangan hormonal (pertumbuhan yang abnormal dari kondrokartilago
embrional, dimana hormon testosteron berperan dalam terbentuknya hamartomatous
nidus dari jaringan konka inferior yang seharusnya tidak terdapat di nasofaring)
- trauma, inflamasi, infeksi, alergi, dan herediter.
Histopatologi
memiliki lobulus-lobulus, firm, tidak berkapsul, biasanya berwarna merah muda-keabuan
atau ungu-kemerahan. mikroskopis, memiliki pembuluh darah yang berdinding tipis
dengan diameter beragam bergantung dari stroma jaringan ikat yang matang. jaringan
ikat sembab dengan diantaranya didapatkan pembuluh-pembuluh darah lebar, yang
sangat bervariasi dalam besar, bentuk, serta distribusinya. Pada beberapa tempat tampak
adanya pembuluh-pembuluh darah kapiler yang saling berhubungan.
Gejala Klinis
epistaksis yang hebat, pembengkakan wajah, proptosis, dan gejala okular (diplopia
dengan atau tanpa gangguan lapangan pandang)
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Bentuk muka (frog face), mata menonjol.
Rinoskopi anterior, didapatkan tumor di bagian belakang rongga hidung.
Fenomena palatum negative.
Rinoskopi posterior, didapatkan tumor di nasofaring merah kebiruan.
Pemeriksaan Tambahan
Ct scan, angiografi, MRI, untuk mengetahui perluasan tumor.
Biopsi tidak dianjurkan mengingat bahaya perdarahan.
Tumor akan tumbuh ekspansif
o Ke lateral : Menutup ostium tuba Eustchius, terjadi oklusi tuba, otitis media.
o Ke anterior : Masuk ke rongga hidung menimbulkan buntu hidung unilateral /
bilateral. Menimbulkan frog face. Masuk ke orbita, menyebabkan protrusion bulbi.
o Ke bawah : Mendesak palatum mole, menyebabkan bombans. Masuk ke orofaring,
hipofaring, menyebabkan gangguan menelan dan sesak nafas..
30
o Ke atas
Penatalaksanaan
Terapi Bedah
1. Rhinotomi lateral, transpalatal, transmaksilla, atau melalui spenoethmoidal
digunakan untuk tumor-tumor kecil (Fisch stadium I atau II).
2. Melalui infratemporal fossa digunakan untuk tumor yang sudah melebar ke lateral.
3. Melalui Midfacial degloving, dengan atau tanpa osteotomi LeFort, improves
posterior access to the tumor (gambar 2).
Terapi Hormon: Penghambat reseptor testosteron flutamide
Radioterapi
KARSINOMA NASOFARING
Etiologi
virus Epstein-Barr
Histopatologi
WHO (1991) dibagi 2 tipe:
1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi (Keratinizing Squamous Cell Carcinoma).
2. Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing Carcinoma).
Gejala Klinik
1. Gejala Dini.
a. Gejala telinga
- Rasa penuh pada telinga
- Tinitus
- Gangguan pendengaran
b. Gejala hidung
- Epistaksis
- Hidung tersumbat
Penatalaksanaan
1. Radioterapi
2. Kemoterapi
3. Operasi
diseksi leher radikal (jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya
kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih yang
dibuktikan dengan pemeriksaan radiologik dan serologi) dan nasofaringektomi (paliatif
pada kasus-kasus yang kambuh atau adanya residu)
4. Imunoterapi
31
TUMOR SINONASAL
- keganasan paling banyak terjadi pada sinus maksilaris, diikuti etmoidalis, sfenoidalis,
dan sinus frontalis
- tumor ganas sinonasal yang tersering adalah karsinoma sel skuamosa (70%), disusul
oleh karsinoma yang berdeferensiasi, dan tumor kelenjar.
- 10,1% dari seluruh tumor ganas THT. Rasio penderita laki-laki banding wanita sebesar
2:15.
Etiologi
belum diketahui, diduga beberapa zat hasil industri antara lain nikel, debu kayu, kulit,
formaldehid, kromium, minyak isopropil, dan lain-lain.
Faktor Risiko
tukang kayu, tukang sepatu dan boot, serta pembuat furnitur.
Klasifikasi
1. Tumor Jinak
tersering papiloma skuamosa. Makroskopis mirip dengan polip, tetapi lebih vaskuler,
padat dan tidak mengkilap. Ada 2 jenis papiloma, pertama eksofitik atau fungiform dan
yang kedua endofitik disebut papiloma inverted. (dibahas di bawah)
2. Tumor Ganas
Tumor ganas yang tersering adalah karsinoma sel skuamosa (70%). Sinus maksila
tersering terkena (65-80%), sinus etmoid (15-25%), hidung sendiri (24%),
3. Invasi Sekunder
antara lain pituitary adenomas, chordomas, karsinoma nasofaring, meningioma, tumor
odontogenik, neoplasma skeleton kraniofasial jinak dan ganas, tumor orbita
Gejala Klinis
1. Gejala nasal
obstruksi hidung unilateral dan rinorea. Sekret sering bercampur darah atau terjadi
epistaksis. Tumor yang besar mendesak tulang hidung deformitas hidung. Khas
pada tumor ganas ingusnya berbau karena mengandung jaringan nekrotik.
2. Gejala orbital
diplopia, protosis, oftalmoplegia, gangguan visus dan epifora.
3. Gejala oral
ulkus di palatum /prosesus alveolaris. (mengeluh gigi palsunya tidak pas lagi atau gigi
geligi goyah.
4. Gejala fasial
penonjolan pipi, nyeri, anesthesia atau parestesia muka jika mengenai nervus trigeminus.
5. Gejala intrakranial
sakit kepala hebat, oftalmoplegia dan gangguan visus. Dapat disertai likuorea,
Terapi
pembedahan radikal diikuti dengan radioterapi postoperatif.
32
INVERTED PAPILOMA
tumor jinak, tetapi terdapat hiperplasi epitel yang tumbuh dan masuk ke dalam
jaringan stroma di bawahnya untuk kemudian membentuk kripte, dengan membrana
basalis yang tetap utuh.
mampu merusak jaringan sekitar, cenderung kambuh lagi dan dapat menjadi ganas .
Etiologi
belum jelas, terdapat bermacam-macam teori, antara lain: infeksi kronis, virus, polip
HPV 6, 11,16, and 18.
Faktor Resiko
laki-laki: wanita = 3:1. Riwayat sinusitis sebelumnya
Histologi
mirip dengan polip. variasi warna dari merah sampai merah muda pucat. Lebih vaskular
dibandingkan polip.
Gejala Klinis
mirip dengan gejala tumor jinak hidung dan sinus paranasal,
masa tumor mirip dengan polip hidung, tetapi biasanya unilateral.
obstruksi nasal disertai gejala seperti epistaksis, nyeri di hidung, rhinorrhea, proptosis,
dan epifora. Di literature lain disebutkan nyeri pada wajah, diplopia, suara bindeng, facial
pruritus, dan anosmia.
Penatalaksanaan
Tindakan bedah (rhinotomy lateral dengan maxilektomi medial, lateral osteotomy dari
tulang nasal serta midfacial degloving)
Radioterapi (adjuvan)
33
AMANDAL
TONSILITIS AKUT
Keradangan akut pada tonsil
Biasanya pada anak-anak >> 5 th s.d 10 th
Etiologi
- Streptokokus B hemolitikus group A
- Streptokokus non hemolitikus
- Virus
Anamnesis
- Nyeri menelan hebat anak tidak mau makan
- Tenggorokan terasa kering
- Otalgia nyeri alih
- Panas tinggi kejang
- Nyeri kepala & malaise
Pemeriksaan
- Plummy voice suara terdengar spt berisi makanan
- Ptialismus
- Tonsil merah udem dg detritus
- Palatum mole
- Arkus anterior udem & hiperemi
- Arkus posterior
- Pembesaran kelenjar regional yugolodigastrikus & nyeri tekan
Komplikasi
Lokal
- Abses / infiltrat peritonsiler
- Abses parafaring
- Adenitis servikal supuratifa
- Otitis media akut
Sistemik :
- Ginjal : GNA, nefritis
- Persendian : artritis
- Jantung : endokarditis
- Vaskuler : plebitis
Terapi
- Simptomatis
- Istirahat
- Makanan lunak
- Obat kumur
- Analgetika / antipiretik
- Antibiotika : pada penderita dg daya tahan menurun golongan penisilin (5-10 hari)
34
TONSILITIS KRONIS
Etiologi
Seperti tonsilitis akut
Anamnesis
- Ringan tanpa keluhan sakit tenggorok
- Hebat eksaserbasi akut
- Rasa ada benda asing
- bau mulut
Pemeriksaan
Gambaran klinis bervariasi tergentung bentuk infeksi
- Tonsil hipertropi: tonsil membesar, jaringan parut (+), kripte melebar & eksudat
purulen diantara kripte
- Tonsil atropi : tonsil kecil membentuk lekukan dg tepi hiperemis
- Sekret purulen tipis
- Didapatkan pembesaran kelenjar submandibula tanpa nyeri tekan
- Ukuran jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan dg infeksi kronis / berulang
Komplikasi
seperti tonsilitis akut
Terapi
tonsilektomi
Indikasi Mutlak
1. Corpulmonal karena obstruksi jalan nafas menahun
2. Hipertropi tonsil (adenoid) dg sindroma sleep apneu
3. Hipertropi gangguan makan dg penurunan berat badan yg cepat
4. Biopsi karena curiga keganasan
5. Post abses peritonsiler yg berulang atau abses yg meluas ke jaringan sekitar
Indikasi Relatif
1. Serangan berulang (4-5x /th) walau pemberian terapi sudah adekuat
2. Tonsilitis dg karier a.l : difteri, strep B hemolitikus
3. Hiperplasia tonsil & obstruksi fungsional Hiperplasia & obstruksi yg menetap
setelah infeksi mononukleosis
4. Riwayat demam rematik jantung yg berhubungan dg tonsilitis yg berulang
5. Tonsilitis kronis menetap respon penatalaksanaan medis tidak berhasil
6. Hipertropi tonsil dan adenoid
7. Tonsilitis kronis yg berhubungan dg adenopatia servikal persisten
35
ADENOIDITIS AKUT
Keradangan akut pada adenoid pada bayi & anak
Etiologi
Streptokokus hemolitikus (50%), Virus
Gambaran Klinis
- Panas badan tinggi kejang
- Hidung buntu bayi menyusu tidak tenang
- Rhinoskopi anterior (kalau terlihat): adenoid udem & hiperemi kadang tertutup sekret
- Biasanya bersama-sama tonsilitis akut
Terapi
- Simptomatis: analgetika / antipiretika
- antibiotika
Komplikasi
- OMA
- Infeksi saluran nafas bawah
ADENOIDITIS KRONIK ADENOID HIPERTROPI
Keradangan berulang / iritasi pada adenoid akibat a/l : rinitis kronis, sinusitis kronis
post nasal drip
Gejala
- Obstruksi nasi shg berakibat : Rinolalia oklusa
- adenoid face
- Nafsu makan menurun
- Sering pilek
- Sering sakit kepala
- Pendengaran berkurang
- Batuk yg sukar sembuh
- Aproseksia nasalis (sukar konsentrasi)
- Rinoskopi anterior : palatum mole penomen (-) / terbatas
Terapi
Adenoidektomi
Indikasi Adenoidektomi
- Obstruksi jalan nafas kronis Nasofaring purulen kronis walaupun dg terapi adekuat
- Otitis media serosa
- Otitis media supuratifa akut yg rekuren penatalaksanaan medis (-)
- Otitis media supuratifa kronik
- Curiga keganasan nasofaring
36
FARINGITIS
AKUT
HIPERPLASTIK
NON SPESIFIK
KRONIS
ATROFI
FARINGITIS
LUETIKA
SPESIFIK
TB
FARINGITIS AKUT, KRONIS HIPERPLASTIK DAN ATROFI
AKUT
HIPERPLASTIK
Penyebab Streptococcus
Predisposisi: rinitis kronis,
hemoliticus, S viridan, S
sinusitis, iritasi kronis
piogenes. Virus influenza, (rokok, alkohol), hidung
adenovirus, ECHO
sumbat nafas lwt mulut
Gejala
Nyeri tenggorok, disfagia, Tenggorok gatal dan kering
demam, mual, kel limfa
Batuk bereak
leher >>,
Faring hiperemi, edem
Dind posterior bergranula
Terapi
Analgetik
Kaustik (Nitrat argenti,
Antibiotik
elektrokauter)
Obat kumur, obat batuk
FARINGITIS LUETIKA DAN TUBERKULOSA
LUETIKA T Pallidum
Gejala
Primer: bercak keputihan rongga mulut
faring, ulkus, kel mandibula >> nyeri(-)
Sekunder: eritema
Tertier: guma
Terapi
Penisilin dosis tinggi
37
ATROFI
Rinitis atrofi
TB
Nyeri hebat tenggorok, otalgia,
kel servikal >>
BTA (+)
Terapi TB
SERAK - SESAK
Obstruksi Laring
Keadaan darurat
Anak-anak mudah terjadi karena
1. Adanya jaringan ikat kendor udem >> Umur < 1 th udem 1mm lumen
mengecil sp 50%, sedangkan dewasa 20%
2. Lumen glotis kecil
3. Tulang rawan & trakea lunak
Gejala
1. Stridor inspiratoar
2. Sesak nafas
3. Retraksi waktu inspirasi
4. Gelisah
5. Pucat sianosis (hipoksia)
4 Stadium Jackson
Stadium I
Retraksi supra sternal
Stridor inspiratoar
Penderita tampak tenang
Stadium III
Stridor inspiratoar
Retraksi suprasternal
Retraksi supra klavikula
Retraksi infra klavikula
Retraksi epigastreal
Retraksi interkostal
Gelisah & sesak
Stadium IV
Seperti stadium III tetapi lebih
berat
Sangat gelisah berusaha nafas
Tampak ketakutan
Sianosis
Setelah gelisah tenang
sianosis kesadaran menurun
Stadium II
Stridor inspiratoar
Retraksi supra sternal
Retraksi epigastrial
Mulai gelisah
Gejala
Suara parau afoni
Tenggorokan gatal, kering sakit waktu bicara
Subfibril
Korda vokalis merah dan udem
Terapi
Self limiting disease
Vokal rest
antibiotika
LARINGITIS KRONIK SPESIFIK
1. Laringitis TBC
2. Laringitis luetika
3. Laringits G O
4. Laringitis AIDS
Terapi sesuai etiologi