Anda di halaman 1dari 5

Revisi

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Setelah melakukan percobaan, berikut ini adalah hasil pengamatan dari
proses penyaringan.
Tabel 1. Hasil penyaringan
Hasil
Warna larutan
Bau

Sebelum disaring
Putih susu / keruh
Menyengat seperti

Sesudah disaring
Bening
Tidak begitu

Endapan

cuka (++)
Ada, berwarna putih

menyengat (+)
Tidak ada

Berikut ini adalah hasil titrasi.


Tabel 2. Hasil titrasi
Ulangan

Volume

Warna sebelum

Warna sesudah

Normalitas

1
2

Titran
13,4 ml
13,4 ml

titrasi
Bening
Bening

titrasi
Soft pink
Soft pink

0.067 N
0,067 N

B. Pembahasan
1. Penyaringan
Penyaringan atau filtrasi adalah proses proses perpindahan cairan dan
solute melintasi membran bersama sama dari kompartemen bertekanan
tinggi menuju ke kompartemen bertekanan rendah. (Tamsuri, 2009)
Tujuan dilakukannya penyaringan adalah untuk memisahkan
campuran heterogen dari cairan dan padatan. (Busser, 1960). Prinsip
penyaringan itu sendiri yaitu penyaring akan menahan zat padat yang
mempunyai ukuran pertikel lebih besar dari pori saringan, sedangkan zat cair
akan melewati saringan sebagai hasil dari proses penyaringan.
Pada percobaan dibutuhkan beberapa peralatan laboratorium, yaitu
kertas saring yang berfungsi untuk memisahkan zat padat (residu) dari
cairannya (filtrat), corong yang berfungsi untuk membantu memasukkan
cairan ke suatu wadah yang ukuran mulut kecil, dan gelas pengaduk yang

Revisi

berfungsi untuk mengaduk suatu larutan dan sebagai alat bantu dalam
penuangan cairan dalam proses penyaringan.
Pada percobaan ini kertas saring berperan penting karena kertas saring
memisahkan larutan dari endapan larutan tersebut. Persamaan reaksi yang
terbentuk dari Pb asetat dengan H2SO4 sebagai berikut :
Pb (CH3COOH)2 + H2SO4 PbSO4 + 2CH3COOH + H2
Pada penyaringan Pb asetat dengan H2SO4 terbentuk endapan karena
sebelum dilakukan penyaringan warna larutannya berwarna putih susu atau
keruh, baunya seperti cuka yang menyengat (++) dan terdapat endapan pada
larutan. Setelah penyaringan warna larutan menjadi putih, tidak begitu
menyengat (+) dan tidak terdapat endapan. Hal ini dikarenakan zat padat yang
ada pada larutan sebelum disaring menempel pada kertas saring saat proses
penyaringan, sehingga warna larutan menjadi bening dan tidak ada endapan
pada larutan yang telah disaring. Dimana zat padat yang menempel pada
kertas saring adalah asetat yang menimbulkan bau seperti cuka (menyengat),
sehingga setelah disaring tidak terlalu menyengat.
Hasil penyaringan sesuai dengan teori tujuan penyaringan, yaitu untuk
memisahkan campuran heterogen dari cairan dan padatan. (Busser, 1960).
Dimana zat padat menempel pada kertas saring dan zat ciar dapat melewati
kertas saring sehingga zat padat dan zat cair terpisah.
2. Titrasi
Menurut Ika (2009), titrasi adalah suatu proses atau prosedur dalam
analisis volumetric di mana suatu titran atau larutan standar (yang telah
diketahui konsentrasinya) diteteskan melalui buret ke larutan lain yang dapat
bereaksi dengannya (belum diketahui konsentrasinya) hingga tercapai titik
ekuivalen atau titik akhir.
Menurut Khopkar (2003), berdasarkan jenis reaksinya, maka titrasi
dikelompokkan menjadi empat macam titrasi yaitu :

Revisi

a) Titrasi asam-basa yang meliputi reaksi asam basa baik kuat maupun lemah.
b) Titrasi redoks adalah titrasi yang meliputi hamper semua reaksi reduksi
oksidasi.
c)

Titrasi kompleksometri sebagian besar meliputi EDTA seperti titrasi


spesifik dan juga dapat digunakan untuk melihat perbedaan pH pada
pengompleksan.

d) Titrasi pengendapan adalah titrasi yang meliputi pembentukan endapan.


Menurut Ika (2009), titrasi asam-basa merupakan analisis konsentrasi
suatu asam atau basa berdasarkan reaksi penetralan. Larutan asam bila
dicampur dengan larutan basa akanmenghasilkan garam dan air. Titrasi asambasa dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu asidimetri, bila larutan yang
digunakan untuk menitrasi hdala larutan basa. Contohnya, reaksi antara HCl
(asam) dengan NaOH (basa) :
HCl (asam) + NaOH (basa) NaCl (garam) + H2O (aq)
Indikator adalah suatu zat yanag memperagakan warna yang berlainan
dengan kehadiran analit atau titran berlebih. Pada percobaan ini, indikator
yang digunakan adaalah indikator fenolfaltein, yaitu asam dwiprotik dan tak
berwarna. (Day, 1996)
Titik ekuivalen dalam titrasi adalah titik keadaan (kuantitas) asambasa yang dapat ditentukan secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan
larutan standar. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warna indikator disebut sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi
ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik
ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik
ekuivalen. (Chandra, 2012)
Komponen-komponen titrasi adalah titran, penitran, dan indikator.
Titran adalah zat yang telah diketahui normalitasnya dan digunakan sebagai
larutan standar, dalam percobaan ini NaOH digunakan sebagai titran. Penitran

Revisi

adalah zat yang akan dititrasi, HCl alam percobaan ini digunakan sebagai
penitran. Sedangkan indikator adalah zat petunjuk terjadinya titik akhir reaksi,
indikator yang digunakan dalam percobaan ini adalah fenolftalein (PP)
Pada percobaan titrasi alat yang digunakan adalah pipet ukur untuk
mengambil larutan dengan volume pasti, pipet tetes untuk mengambil larutan
dengan volume yang dikehendaki, pro pipet untuk , buret untuk meletakkan
titran, statik untuk meletakkan buret, corong untuk menuangkan larutan ke
dalam tabung, erlenmeyer untuk
Fenolftalein (PP) merupakan indikator sintesis (buatan) yang dapat
dibuat di dalam laboratorium dengan menggunakan bahan fenol dan ftalat
anhidrida melalui reaksi kondensasi. Fenolftalein termasuk senyawa golongan
ftalein yang bersifat asam lemah. Fenolftalein umumnya dipakai sebagai
indikator dalam menentukan titik akhir titrasi asam kuat dan basa kuat.
Fenolftalein mempunyai trayek pH 8,3-10,0 (Basset, 1994)
Pada titrasi NaOH dan HCl didapat persamaan rekasi sebagai berikut :
NaOH + HCl NaCl + H2O
Pada titrasi, salah satu larutan yang mengandung suatu pereaksi
ditempatkan dalam buret. Larutan dalam buret disebut titran, dan selama suatu
titrasi lautan ini diartikna atau diteteskan perlahan lahan lewat keran ke
dalam sutu bejana lain yang berisi larutan pereaksi lain. (Brady, 2014)
Pada percobaan ini, noirmalitas HCl yang pertama

0,067 N lalu

volume titrannya adalah NaOH yang diperoleh pertama 13,4 ml sedangkan


pada percobaan kedua normalitasnya 0,067 N dan volume titrannya 13,4 ml.
Kemudian normalitas total HCl dihitung dengan rumus V1 N1 = V1 N2 maka
normalitas totalnya sebesar 0,067 N.
Titrasi dalam percobaan ini yaitu antara asam kuat dan basa kuat
sehingga titrasi menjadi netral. Indikator yang digunankan adalah

Revisi

phenolptalein karena pH titik kesetaraannya diatas tujuh untuk mengukur pH


zat yang bersifat basa.

Anda mungkin juga menyukai