Bab I Latar Belakang Harmi
Bab I Latar Belakang Harmi
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan menjadi isu utama dalam
pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global. Hal ini
didorong karena semakin besarnya tuntutan terhadap organisasi pelayanan
kesehatan untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan secara prima
terhadap konsumen. Dalam pengembangan masyarakat yang semakin kritis,
maka mutu pelayanan akan menjadi sorotan baik untuk pelayanan medis,
maupun bentuk pelayanan lainnya.
Pengertian mutu pelayanan kesehatan itu sendiri menurut WHO 1988
adalah penampilan yang pantas atau sesuai yang berhubungan dengan standarstandar dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil
kepada
No.
23
Tahun
1999
tentang
Pelayanan
Kesehatan.
Agar
para pemilik rumah sakit haruslah terus memperhatikan dan meningkatkan mutu
pelayanan di rumah sakit.
Mutu pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari segi aspek-aspek sebagai
berikut : aspek klinis (pelayanan dokter, perawat dan terkait teknis medis),
aspek efisiensi dan efektifitas pelayanan, keselamatan pasien, dan kepuasan
pasien. Beberapa indikator untuk mengetahui mutu efisiensi rumah sakit antara
lain : pemanfaatan tempat tidur, pemanfaatan tenaga, pemanfaatan penunjang
medik, dan keuangan. Indikator pemanfaatan tempat tidur sendiri yang mudah
kita lihat dan kita ketahui adalah melalui angka BOR/ Bed Occupancy Rate,
BTO/ Bed Turn Over, ALOS/ Average Length Of Stay, TOI/ Turn Over Interval
(Sabarguna, 2004).
Selama periode tahun 2004-2006, rumah sakit Indonesia mengalami
peningkatan dalam hal rata-rata pemanfaatan tempat tidur (BOR). Pada tahun
2004 rata-rata nilai BOR nasional adalah sebesar 55,6%, tahun 2005 rata-rata
BOR nasional sebesar 56,2%, dan BOR nasional tahun 2006 sebesar 57%.
Selain itu, untuk rata-rata lama hari perawatan (LOS) nasional secara umum
cenderung fluktuatif. Rata-rata nilai LOS nasional pada tahun 2004 adalah 4,4
hari, rata-rata LOS nasional tahun 2005 adalah 5,1 hari, dan pada tahun 2006
rata-rata LOS nasional adalah 4 hari (Depkes RI, 2008).
Angka pemanfaatan tempat tidur (BOR) dan lama hari perawatan (LOS)
di setiap propinsi mengalami perbedaan antara satu dengan yang lain. Selain itu,
dari tahun ke tahun angka-angka tersebut mengalami perubahan, baik
2008
85,33 %
75 kali
2 hari
4 hari
164 orang
2009
73,83 %
76 kali
2 hari
3 hari
150 orang
2010
57 %
65 kali
2 hari
3 hari
146 orang
GDR
135 orang
206 orang
141 orang
Standar DEPKES
60-85 %
40-50 kali
1-3 hari
6-9 hari
25/1000 penderita
keluar
45/1000 penderita
keluar
salah satu indikasi kurang baiknya mutu pelayanan di rumah sakit. Untuk nilai
ALOS, BTO, TOI, NDR, dan GDR sudah memenuhi standar yang ditetapkan
Depkes.
Angka pemanfaatan tempat tidur seperti di atas adalah salah satu indikator
yang mudah dilihat oleh masyarakat atau orang awam untuk memantau
bagaimana mutu sebuah pelayanan rumah sakit. Kondisi lain yang menunjukkan
masalah mutu yang dapat menyebabkan tidak terpenuhinya kepuasan pasien di
rumah sakit menurut Depkes RI tahun 1993 yakni adanya keluhan yang sering
terdengar dari pihak pemakai pelayanan kesehatan yang biasanya menjadi
sasaran adalah sikap petugas administrasi, sarana yang kurang memadai,
kelambatan pelayanan, persediaan obat, tarif pelayanan, perawatan medis, dan
lain-lain (Daeng, 2005).
Telah dijelaskan sebelumnya dalam Sabarguna (2004) bahwa mutu
pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari empat aspek, dimana salah satunya
adalah aspek kepuasan pasien. Indikator aspek kepuasan pasien salah satunya
adalah adanya keluhan dari pasien dan keluarga. Penjelasan Sabarguna tentang
indikator kepuasan pasien (keluhan dari pasien atau keluarga) didukung oleh
teori atau pernyataan dari Depkes RI pada paragraf sebelumnya tentang masalah
mutu.
RSUD Ruteng sendiri tidak luput dari adanya perkiraan bahwa terdapat
masalah mutu pelayanan. Hal ini ditandai dengan adanya keluhan dari keluarga
pasien tentang cara dan sikap pelayanan petugas rumah sakit (Harian Timor
Express, 8 Desember 2009). Selain itu, timbul keluhan dari pihak Kalangan
DPRD kabupaten Manggarai pada saat menyoroti kinerja dari sejumlah Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Setda Manggarai. Kalangan Dewan ini
mengeluhkan kualitas pelayanan di RSUD Ruteng yang menimbulkan
keresahan bagi masyarakat (Hans, 2009). Hal ini sesuai dengan yang dikatakan
dalam Depkes (1993) dimana keluhan masyarakat bisa berarti ada masalah
kualitas pelayanan dalam suatu organisasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith dan Metzner (1970)
dikemukakan bahwa mutu pelayanan yang paling dianggap penting oleh pasien
adalah efisiensi pelayanan kesehatan
sebesar
dokter, perawat, petugas rumah sakit lain, uang muka, penolakan rumah sakit,
serta fasilitas dan sarana rumah sakit (Kompas, 2010).
Faktor lain yang mempengaruhi mutu menurut Jacobalis adalah pelayanan
dokter dan perawat. Dokter dan perawat memegang peranan penting dalam
pelaksanaan pelayanan suatu rumah sakit. Dalam pelayanan kesehatan dokter
dan perawatlah yang paling sering berinteraksi dengan pasien selama pasien
berada di rumah sakit. Bisa dikatakan hidup dan mati pasien berada di tangan
perawat dan dokter. Tanggung jawab yang besar ini menuntut para dokter dan
perawat untuk memberikan pelayanan yang baik dan bermutu. Melihat keadaan
ini, saya mengambil pelayanan dokter dan perawat sebagai variabel yang
diteliti. Selain itu juga memang terdapat masalah kurangnya tenaga dokter di
RSUD Ruteng ini. Hal ini mungkin saja akan berpengaruh terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah catatan medik, tapi peneliti tidak
mengambilnya sebagai salah satu variabel penelitian. Alasan peneliti tidak
mengikutsertakan catatan medik sebagai salah satu variabel penelitian adalah
karena peneliti memandang catatan medic sebagai suatu hal yang sangat sensitif
yang mungkin dapat mendatangkan kesulitan pada saat penelitian berlangsung.
Peneliti khawatir bahwa pihak rumah sakit dan pasien sendiri tidak bersedia
menunjukkan catatan mediknya. Hal lain yang dipertimbangkan peneliti adalah
kurangnya pengetahuan dan kemampuan peneliti dalam menganalisis isi rekam
medis tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran mutu pelayanan rawat inap RSUD Ruteng
Kabupaten Manggarai ditinjau dari prosedur penerimaan pasien ?
2. Bagaimanakah gambaran mutu pelayanan rawat inap RSUD Ruteng
Kabupaten Manggarai ditinjau dari pelayanan dokter ?
3. Bagaimanakah gambaran mutu pelayanan rawat inap RSUD Ruteng
Kabupaten Manggarai ditinjau dari pelayanan perawat ?
4. Bagaimanakah gambaran mutu pelayanan rawat inap RSUD Ruteng
Kabupaten Manggarai ditinjau dari kondisi unit/ ruangan perawatan
pasien ?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran mutu pelayanan kesehatan unit rawat inap di
Rumah Sakit Umum Daerah Ruteng Kabupaten Manggarai
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran mutu pelayanan rawat inap RSUD Ruteng
Kabupaten Manggarai ditinjau dari prosedur penerimaan pasien.
b. Mengetahui gambaran mutu pelayanan rawat inap RSUD Ruteng
Kabupaten Manggarai ditinjau dari pelayanan dokter.
10
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan tentang mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit dan sebagai bahan rujukan atau
referensi bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan bagi pihak rumah sakit dan sebagai bahan acuan dalam
menyusun dan memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan di masa
mendatang.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti tentang mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit.