Anda di halaman 1dari 73

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa yaitu jasa kesehatan.

Sebagai salah satu industri jasa maka Rumah Sakit tentunya juga harus

menjalankan fungsi-fungsi manajerialnya, salah satunya adalah

bagaimana menghasilkan suatu produk jasa yang bermutu yang nantinya

akan dikomsumsi oleh pelanggan (pasien/masyarakat). Memperhatikan

mutu pelayanan yang diberikan sangatlah penting mengingat apabila mutu

pelayanan buruk/mengecewakan, maka tidak menutup kemungkinan

pelayanan tersebut akan ditinggalkan oleh pelanggannya yang

menyebabkan kerugian bagi semua pihak baik petugas, pengelola atau

pemilik Rumah Sakit sehingga tidak mendapatkan pendapatannya.

Pelanggan (pasien/masyarakat) turut juga dirugikan karena tidak

mendapatkan pelayanan yang bermutu apalagi bagi masyarakat yang

tidak mampu untuk memilih rumah sakit lain yang sesuai dengan

keinginannya.

Keperawatan sering disebut sebagai ujung tombak dari pelayan yang

ada di rumah sakit, sebagai pelaksana asuhan keperawatan, perawat

selama 24 jam berada didekat pasien, sehingga perawat memegang

peranan yang cukup dominan dalam rangka memberikan kepuasan

kepada pasien. Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan

yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.


2

Layanan ini mencakup pelayanan bio – psiko – sosio – kultural –

spirituan dan konfrehensif yang ditujukan pada individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit

dengan pendekatan proses keperawatan. Pelayanan keperawatan yang

berkualitas didukung oleh pengembangan teori dan model konseptual

keperawatan. Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan akan berdampak pada

peningkatan kualitas keperawatan sehingga dapat memuaskan pasien.

Dalam kepuasan hal terpenting adalah persepsi pelanggang, bukan hal-

hal yang aktual seperti yang dipikirkan oleh pemberi jasa. Sehingga

masyarakat dapat menilai baik buruknya pelayanan di Instansi Rawat

Jalan maupun Rawat Inap di Rumah Sakit tergantung bagaimana kinerja

perawat.

RSU Mokokopido merupakan satu-satunya rumah sakit yang ada di

kabupaten Tolitoli. Bagi masyarakat miskin yang kesehatannya dijamin

oleh pemerintah tentunya RSU Mokopido merupakan tempat rujukan

utama untuk mendapatkan fasilitas rujukan kesehatan karena

keterbatasan kemampannya untuk mendapatkan sarana Rumah Sakit

lain. Bagi masyarakat kelas menengah keatas tentunya RSU Mokopido

Tolitoli merupakan salah satu alternatif untuk mendapatkan layanan

kesehatan apabila mutu layanannya sesuai dengan harapannya, oleh

karena itu RSUD Mokopido Tolitoli perlu memberikan pelayanan yang

bermutu agar dapat memenuhi harapan masyarakat miskin yang tidak


3

mempunyai alternatif lain dan juga bagi masyarakat mampu yang akan

memilih pelayanan yang bermutu.

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Tolitoli No. 13 tahun 2002

tanggal 09 Maret 2002 RSU Tolitoli menjadi menjadi Badan Pelayanan

Kesehatan RSU Mokopido Tolitoli, pada tahun 2004 Badan Pelayanan

Kesehatan RSU Mokopido Tolitoli naik kelas dari kelas D menjadi Kelas C

berdasarkan Surat Keptusan Menteri Kesehatan RI, pada tanggal 3

Februari 2006 Badan Pelayanan Kesehatan RSU Mokopido Tolitoli

mendapat akreditasi penuh tingkat dasar pada tanggal 4 Januari 2007.

Badan Pelayanan Kesehatan RSU Mokopido berubah struktur menjadi

“RSU Mokopido Tolitoli” berdasarkan Peraturan Daerah (Perda)

Kabupaten Tolitoli No. 20 tahun 2006.

RSU Mokopido merupakan Rumah sakit type C, RSU Mokopido saat

ini sedang dalam proses persiapan menjadi Badan Layana Umum Derah

(BLUD). Salah satu kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi BLUD

adalah mutu pelayanan jasa kesehatan, untuk memenuhi kriteria tersebut

manajemen Rumah Sakit terus berupaya meningkatkat kinerja

pegawainya dimana secara stuktur ketenagaan memiliki beragam tenaga

profesi yang dalam kegiatan sear-harinya memberikan pelayanan sesuai

dengan profesi dan keahlian yang dimiliki. Berdasarkan data ketenagaan

tahun 2012 RSU Mokopido memiliki tanaga medis, bidan, perawat,

tenaga non-perawatan, serta non-medik, baik jenis maupun kualifikasinya

terdi dari : Dokter Spesialis 6 Orang, Dokter Umum 8 Orang, Dokter Gigi 3
4

Orang, Sarjana Keperawatan 13 Orang, D3 Keperawatan 196 Orang, SPK

10 Orang, Bidan 21 Orang, tenaga Non-Perawatan 20 Orang, Serta

Tenaga non-medis 29 Orang.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Mutu Pelayanan

Keperawatan Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Di Instalasi Rawat

Jalan RSUD Mokopido Tolitoli”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang tersebut di atas maka permasalahan

yang dapat dirumuskan adalah “Seberapa Besar Pengaruh Mutu

Pelayanan Keperawatan Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Rawat

Jalan RSUD Mokopido Tolitoli”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui tentang mutu pelayanan keperawatan di Rumah Sakit

Umum Mokopido Tolitoli.

2. Mengetahui tingkat kepuasan pasien rawat jalan RSU Mokopido

Tolitoli

3. Mengetahui apakah mutu pelayanan keperawatan memiliki

pengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien rawat jalan RSU

Mokopido Tolitoli.
5

1.4 Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis

a. Bagi Dunia Pendidikan

Sebagai pedoman dalam penelitian yang akan dilakukan oleh

wahasiswa dan hasilnya diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan pengebangan ilmu pengetahuan dan dapat meningkatkan

mutu pendidikan.

b. Bagi peneliti

Sebagai pengalaman nyata dalam pembuatan karya tulis ilmiah

sebagai penerapan dari mata kuliah yang didapatkan selama

mengikuti jenjang pendidian di STIE YPP-Mujahidi Tolitoli.

2. Aspek Praktisi

Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan

dapat menjadi bahan masukan dan sebagai sumber informasi

Rumah Sakit tetang pengaruh mutu pelayanan keperawatan

terhadap tingkat kepuasan pasien Rawat Jalan RSU Mokopido

Tolitoli.
6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian mutu pelayanan

Mutu pelayanan dapat didefinisikan dalam banyak pengertian. Azwar

(2010:46) menyatakan bahwa mutu pelayanan kesehatan adalah

menunjuk pada tingkat kesempurnaan penampilan pelayanan kesehatan

yang diselenggarakan yang di satu pihak dapat memuaskan para pemakai

jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai

dengan kode etik profesi serta standar yang telah ditetapkan.

Selain definisi mutu pelayanan kesehatan di atas, Al-Assaf (2009:16)

juga juga menyampaikan mutu menurut para ahli :

1) Mutu adalah melakukan hal yang benar sejak pertama kali dan

melakukannya lebih baik lagi pada saat berikutnya (Al-Assaf,1993)

2) Mutu adalah suatu tahap pada saat pelayanan outcome pasien yang

optimal (American Medical Association,1991)

3) Mutu adalah memenuhi persyaratan yan diminta konsumen, baik

konsumen interal maupun eksternal, dalam hal layanan dan produk

yang bebas cacat (IMB,1982)

4) Mutu merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dan harapan

konsumen, baik internal maupun eksternal. Mutu juga dikaitkan

sebagai suatu proses perbaikan yang bertahap dan terus-menerus

(Al-Assaf, 1998)
7

5) Dari segi pemakaian jasa pelayanan, pengertian mutu terutama

berhubungan erat dengan ketanggapan dan kemampuan petugas

rumah sakit dalam memenuhi kebutuhan pasien dan komunikasi

petugas dengan pasien, termasuk di dalam keramahan dan

kesungguhan.

6) Dari pihak rumah sakit sendiri, termasuk didalamnya dokter,

paramedis, derajat mutu terkait pada pemakaian yang sesuai dengan

perkembangan ilmu dan teknologi.

Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat

kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi

dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi Sumber Daya yang

tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar, efesien dan efektif

serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum

dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan

pemerintah serta masyarakat konsumen.

Menurut departemen Kesehatan RI (1998) mutu pelayan adalah yang

menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang

satu pihak menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan

tingkat kepuasan penduduk, serta pada pihak lain tata

penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan

profesional yang telah ditetapkan. Pengertian ini yang menjadi pedoman

untuk pelayanan bagi Departemen Kesehatan RI dalam meberikan

pelayanan kepada masyarakat.


8

Konsep mutu sendiri pada dasarnya bersifat relatif, yaitu tergantung

dari perspektif yang digunakan untuk menentukan ciri-ciri dan

spesifikasnya. Pada dasarnya terdapat tiga orientasi mutu yang harus

konsisten satu sama lain : persepsi konsumen, produk (jasa), dan proses

konsistensi kualitas suatu jasa. Untuk ketiga orientasi tersebut dapat

memberi kontribusi pada keberhasilan suatu perusahaan atau pelayanan

ditinjau dari kepuasan pelanggang, kepuasankaryawan dan profitabilitas

organisasii.

Menurut Donibedian sebagaimana dikutip Mulyadi (2001 : 1-2),

pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan

menggunakan tiga fariabel :

1) Input (stuktur) yaitu segala sumber daya yang diperlukan untuk

melakukan pelayanan kesehatan seperti tenaga, dana, obat, fasilitas,

peralatan, bahan tekhnologi, organisasi, informasi, danlain-lain.

Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input

yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan

kesehatan adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan

pelayanan kesehatan.

2) Proses, ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan

konsumen (pasien/masyarakat). Proses ini merupakan variabel

penilaian mutu yang penting.


9

3) Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan

perubahan yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat),

termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.

2.2 Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan

Konsekuensi atas pendekatan kuliatas jasa memiliki esensi penting

bagi strategi pelayanan untuk mempertahankan diri dan mencapai

kesuksesan dalam menghadapi persaingan. Salah satu pendekatan untuk

menilai kualitas jasa dalah model serviqual (service quality) yang

dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithalm, dan Barry. Servqual

dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama, yaitu persepsi

pelanggang atas layanan yang nyata mereka terima (perceived service)

dengan layanan yang sesungguhnya diharapkan 9expected service). Lima

dimensi mutu pelayanan (service quality), terdiri dari :

1. Terwujud bukti fisik (tanngible)

Dimensi ini mencakup kondisi fasilitas fisik, peralatan serta

penampilan petugas, karena jasa tidak dapat diamati secara lansung

maka pelanggang (pasien/masyarakat) sering sekali berpedoman

pada kondisi yang terlihat mengenai jasa dan melakukan evaluasi.

Kenyataan yang berkaitan dengan hal ini mencakup obyek yang

sangat berfariasi, seperti penampilan petugas, kelembaban ruangan,

warna dinding, brosur, peralatan dan fasilitas yang digunakan.

2. Kehandalan (reability)
10

Dimensi ini menunjukkan kemampuan rumah sakit dalam memberika

pelayanan kesehatan dengan tepat waktu dan akurat sesuai dengan

yang ditawarkan karena sifat produk jasa yang nonstandardized

output, dan produk jasa sangat tergantung dari aktifitas manusia

sehingga akan sulit mengharapkan output yang konsisten. Untuk

melihat dimensi kehandalan (rentability) suatu industri jasa dapat

dilihat pernyataan harapan pelanggang dibawah ini :

a) Jika pelayanan yang unggul, mennjanjikan melakukan sesuatu

pada waktu tertentu mereka akan melakukan hal itu.

b) Jika pelanggang bermasalah mereka akan mengajukan perhatian

yang tulus untuk menyelesaikannya.

c) Layanan yang unggul melayani dengan benar pada waktu

pertama kali (tidak dengan trial and error)

d) Jasa pelayanan yang unggul melayani sesuai dengan waktu yang

dijanjikan.

e) Jasa pelayanan yang unggul memiliki kebijakan agar hasilnya

bebas dari kesaahan.

3. Ketanggapan (responsiveness)

Dimensi ini menrefleksikan kedalam kemampuan ptugas kesehatan

menolong pelanggang (pasien/masyarakat) dan kesiapannya

melayani sesuai prosedur dan bisa memenuhi harapan pelanggang.

Dimensi ini merupakan penilaian paling dinamis. Untuk

melihatharapan pada dimensi ini dapat dilihat dibawah ini :


11

a) Petugas pelayanan yang unggul memberitahukan secara pasti

kepada pelanggang kapan pelayanan dilakukan.

b) Petugas pelayanan yang unggul memberikan pelayanan dengan

cepat dan tepat kepada pelanggan.

c) Petugas pelayanan yang unggul akan selalu berkeinginan untuk

membantu pelanggang.

d) Petugas pelayanan yang unggul tidak akan pernah terlalu sibuk

untuk menanggapi tuntutan pelanggang.

4. Jaminan (assurance)

Dimensi ini mencakup pengetahuan dan kesopanan serta

kemampuan untuk memberikan kepercacaan kepada pelanggang.

Dimensi ini merefleksikan kompetensi jasa pelayanan kepada

pelanggang dan keamanan oprasional. Kompetensi berkaitan dengan

pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan jasa, keramahan

mengacu pada bagaimana petugas berinteraksi dengan

pelanggangnya dan kepemilikan pelanggang. Kemampuan

merefeksikan pelanggang bahwa ia bebas dari bahaya resiko dan

keragu-raguan.

5. Perhatian (empathy)

Dimensi ini menunjukkan derajat perhatian yang diberikan petugas

pelayanan kepada setiap pelanggang (pasien/masyarakant). Dimensi

ini merefleksikan kemampuan petugas pelayanan untuk melayani


12

pelanggang, sebagaimana jika petugas itu mengalaminya. Dimensi ini

terdiri dari tiga hal sebagai berikut :

a) Accssibility, mencakup kemudahan untuk mendekati

b) Communication Skill, mencakup pemberian informasi kepada

pelanggang dengan bahasa yang dapat dimengerti dan

mendengarkan tanggapan dan pernyataan dari pelanggang.

c) Understanding the Costumer, hal ini mencakup perlunya usaha

untuk mengetahui pelanggang dan kebutuhan khususnya.

Dengan menggunakan 5 (lima) dimensi ini didapatkan konsep

kesenjangan mutu pelayanan antara harapan pelanggang

(pasien/masyarakat) dan pelayanan yang dirasakan. Kesenjangan

antara pelayanan yang diberikan dengan pelayanan yang dirasakan

merupakan suatu pengukuran terhadap mutu pelayanan yang

menimbulkan kepuasan (positif) maupun kekecewaan (negatif).

(A.A.Gde Muninjaya, 2011)

2.3 Menjaga mutu pelayanan kesehatan

Pelayanan dengan mutu yang baik adalah dambaan konsumen dan

merupakan keberhasilan sebuah industri jasa seperti jasa pelayanan

kesehatan, oleh karena itu pelayanan yang baik selalu menjaga mutu.

Mutu palayanan yang baik menyebabkan konsumen merasa puas

sehungga bersedia menggunakan jasa pelayanan diwaktu yang akan

datang. Mengerti kebutuhan pelanggang sangatlah penting untuk

mempertahankan usaha yang telah ada. Sebagai organisasi penyedia


13

jasa pelayanan, kepuasan dan kebutuhan pelanggang merupakan titik

tumpu yang harus diprhatikan, sehingga pelanggang akan selalu

menggunakan dan bahkan akan membawa pelanggang yang baru. Agar

penyelengggara pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang

diinginkan , banyak syarat yang harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud

paling tidak mencakup tujuh hal pokok yakni, tersedia (availablity), wajar

(appropriateteness), berkesinambungan (contuinity), dapat diterima

(acceptability), dapat dijangkau (affordable), efisien (effecient) dan

bermutu (quality).

Namun dari ketuju syarat tersebut diatas, syarat mutu (quality) makin

bertambah penting, hal ini dikarenakan apabila pelayanan kesehatan yang

bermutu dapat diselenggarakan, bukan saja akan memperkecil

kemungkinan timbulnya mal peraktek, namun sekaligus dapat memenuhi

kebutuhandan tuntutan masyarakat (A.A.Gde Muninjaya, 2011)

2.4 Pengertian Mutu Pelayanan keperawatan

Berdasarkan kebijakan Depkes RI 1998, mutu pelayanan

keperawatan adalah pelayanan kepada pasien yang berdasarkan standar

keahlian untuk memenuhi kebutuhan dan kenginan pasien, sehingga

pasien dapat memperoeh kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan

kepercayaan kepada rumah sakit, serta dapat menghasilkan keunggulan

kompetitif melalui pelayanan yangbermutu, efesien, inovatif, dan

menghasilkan costumer responsineness.


14

Strategi peningkatan mutu pelayanan keperawatan antara lain

pendidikan berlanjut, suber daya dimanfaatka secara efisien dan efektif

aman bagi pasien dan profaider, memuaskan bagi pasien dan provider,

serta menghormati aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata

nilai masyarakat. Persyaratan peningkatan mutu pelayanan keperawatan

antara lain pimpinan yang peduli dan mendukung, sadar mutu bagi

seluruh staf, program diklat untukpeningkatan sumber daya manusia,

sarana dan ingkungan yang mendukung dan adanya standar Depkes RI

(1998)

2.5 Pengertian Kepuasan

Ada beberapa pakar yang memberikan definisi mengenai kepuasan

atau ketidak puasan pelanggang. Kepuasan adalah kesesuaian jasa yang

diterima atau dirasakan dengan yang diharapan. Kepuasan pasien

(pelanggang) merupakan tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapan yang

dimilikinya. Hal ini berarti kepuasan pasien diperoleh setelah pasien

menerima pelayanan kesehatan dari rumah sakit tempat mereka dirawat

dan dibandingkan dengan peayanan kesehatan yang mereka harapkan.

Kepuasan pasien dipengaruhi oleh faktor internal yaitu karakteristik

individual pasien dan faktor eksternal yaitu pelayan kesehatan yang

berasal dari rumah sakit termmasuk pelayan keperawatan.

Menurut kotler (2005), kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang

setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dibandingkan


15

dengan harapannya. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah

puas; merasa senang; perihal (hal yang bessifat puas, kesenangan,

kelegaan dan sebagainya). Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan

puas, rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan mengkomsumsi

suatu produk atau jasa .

Kepuasan pelanggang bermakna perbandingan antara apa yang

diharapkan konsumen dengan apa yang dirasakan konsumen ketika

menggunakan produk atau jasa tersebut. Bila konsumen merasakan

produk atau jasa sama atau lebih dari ekspektasinya,berarti mereka puas.

Sebaliknya jika performa produk atau jasa kurang dari ekspektasinya,

berarti mereka tidak puas.

Kepuasan konsumen merupakan dimensi persepsi multi dimensional

yang terkait dengan struktur, proses dan out come pelayanan, sedangkan

ketidak puasan merupakan kesenjangan antara harapan dengan

kenyataan layanan yang diterima oleh pasien. Ketidak puasan adalah

kekecewaan. Ketidak puasan terhadap layanan kesehatan diungkapkan

dalam bentu keluhan, protes, kemarahan, suratterbuka dalam media

massa, pengaduanpada ikatan profesi sampai pada pengaduan ke

pengadilan dengan tuduhan mal praktek.

Menurut Oliver (dalam supranto, 2001) mendifinisikan kepuasan

sebagai tingat kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya.

Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang


16

dirasakan dengan harapannya. Apabila kinerja dibawah harapan, maka

pelanggang akan kecewa, namun bila kinerja sesuai dengan harapan

maka pelanggang akan puas. Harapan pelanggang dapat dibentuk oleh

pengalaman masa lalu, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi

dari berbagaimedia. Pelanggang yang puas akan setia lebih lama, kurang

sensitif teradap hargadan memberi komentar yang bai tentang pelayanan

tersebut.

2.6 Faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan

Faktor utama penentu kepuasan pelanggang adaah persepsi

pelanggang terhadap kualitas jasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi dan harapan pelanggang menurut (Nasution, 2005) adalah :

a) Kebutuan dan keinginan yang berkaitan dengan pelanggan ketika

melakukan transaksi

b) Pengalaman masa lalu ketika mengkomsumsi produk atau jasa

c) Pengalam dari teman-teman

d) Komunikasi iklan.

Menurut Kotler (2005) ada berbagai metode dalam mengukur

kepuasan pelanggang yaitu :

1. Sistem keluhan dan saran.

Pemberi pelayanan memberikan kepuasan pada pelanggan dengan cara

menerima saran, keluhan, masukan mengenai produk atau jasa

layanan. Jika penanganan keluhan, masukan dan saran ini baik dan

cepat maka pelanggan akan merasa puas, sebaliknya jikatidak maka


17

pelanggan akan merasa kecewa. Contoh dengan menggunakan kotak

saran, kartu komentar.

2. Riset kepuasan pelanggan

Metode ini berusaha menggali tingkat euasan dengan survei kapada

pelanggan mengeai produk atau jasa yang selama ini mereka

konsumsi. Jika dilakukan dengan baik, survei kan mencerminkan

kondisi lapngan yang sebenarnya mengenai sikap pelanggan

terhadap produk atau jasa yang digunakan.

3. Analisa pelanggan yang hilang

Analisa pelanggan tertentu yang berhenti menggunakan produk atau

jasa dan melakukan studi terhadap bekas pelanggan mereka.

Pengukuran kepuaan pelanggan merupaka elemen penting dalam

penyediaan layanan yang lebih baik, ebih efisien dan efektif. Apabila

pelanggan merasa tidak puas maka pelayanan tersebut dipastikan tidak

efektif dan tidak efisien. Hal ini terutama sangat penting bagi pelayanan

publik. Pada kondisi persaingan sempurna, dimana pelanggan mampu

untuk memilih diantara beberapa alternatifpelayanan dan memiliki

informasi yag memadai, kepuasan pelanggang merupakan suatu

determinan kunci dari tingkat permintaan pelayanan.

Tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan merupakan faktor

yang penting dalam mengembangkan suatu sistem penyediaan pelayanan


18

tanggap terhadap kebutuhan pelanggan, meminimalkan biaya dan waktu

serta memaksimalkan dampak pelayanan terhadap populasi sasaran.

2.7 Pengertan pelanggan (pasien)

Menurut Zulian Yamit (2005 : 75) secara tradisional pelanggan

diartikan orang yang membeli dan menggunakan produk, dalam

perusahaan yang bergerak di bidang jasa, pelanggan adalah orang yang

menggunakan jasa tersebut. Dalam industri jasa seperti jasa pelayanan

kesehatan pelanggan disebut dengan pasien, penderita atau orang sakit,

dalam dunia perbankan pelanggan diartikan sebagai nasabah. Pelanggan

tradisional ini menyimpulkan bahwa pelanggan adalah orang yang

berinteraksi denngan perusahaan setelah proses produksi telah selesai

karena mereka adalah pengguna produk, dalam industri jasa pelanggan

adalah orang yang berinteraksi dengan pelayan jasa bersamaan dengan

proses produksinya. Sedangkan orang yang berinteraksi dengan

perusahaan sebelum proses produksi berlansung adalah dianggap

sebagai pemasok

Konsep pelanggan dan pemasok sebenarnya tidak hanya dilihatdari

luar perusahaan. Ada pelanggan dan pemasok yang selama ini terlupakan

oleh pelaku bisnis, yaitu pelanggan dan pemasok yang ada di dalam

perusahaan atau disebut pelanggan dan pemasok internal. Misalnya,

terdapat proses transformasi yang melalui proses 1, proses 2, hingga


19

proses 3 yang masing-masing memiliki inputproses-output (I-P-O). Output

proses 2 akan diserahkan dan menjadi input roses 3 yang akan

melakukan proses berikutnya.

Disamping pelanggan internal dan eksternal, masih terdapat pihak lain

yang terlibat sebelum produk dikonsumsi pelanggan eksternal, pihak

tersebut adalah distributor atau disebut sebagai pelanggan perantara yang

melakukan kegiatan distribusi produk dari perusahaan ke pelanggan

eksternal. Kepuasan pelanggan eksternal dipengaruhi pula oleh kualitas

pelayanan purna jual. Uraian tersebut, menyimpulkan bahwa pemasok

dan pelaggan adalah setiap orang atau badan yang datang dari dalam

maupun yang datang dari luar perusahaan, selain itu dapat pula

disimpulkan bahwa terdapat tiga jenis pelanggan yaitu :

1) Pelanggan Interna (internal costomer) adalah setiap orang yang ikut

menangani proses pembuatan maupun penyediaan produk di dalam

perusahaan atau organisasi.

2) Pelanggan perantara (intermediate costomer) adalah mereka yang

bertindak atau bereran sebagai perantara untuk mendistribusikan

produk kepada pihak konsumen atau pelanggan eksternal. Pelanggan

perantara ini bukan sebagai pemakai terakhir.

3) Pelanggan eksternal (external costomer) adalah pembeli atau

pemakai akhir, yang disebut sebagai pelanggan yang nyata (real

costomer).

2.8 Prosedur pelayanan


20

Setiap pasien mempuanyai hak untuk mendapatkan pelayanan

kesehtan dasar meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ) rawat inp

(RI), serta pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjut (RJTL),

rawat inap tingkat lanjut (RITL) dan pelayanan gawat darurat. Pelayanan

kesehatan unyuk pasien peserta Asuransi Kesehatan (ASKES) dan

peserta Jaminak Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) menerapkan

pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan. Untuk pasien Askes dan

jamkesmas pelayanan rawat jalan tingkat pertama diberikan di puskesmas

dan jaringannya, sedangkan pasien umum untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit tanpa menggunakan rujukan puskesmas

Prosedur untuk mendapatkan pelayaan kesehatan sebagai berikut:

1. Peserta askes dan jamkesmas yang memerlukan pelayanan

kesehatan dasar berkunjung ke puskesmas.

2. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan peserta jamkesmas harus

menunjukkan kartu keabsahan kepesertaannya merujuk kepada daftar

masyarakat miskin yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota setempat.

Pnggunaan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) hanya berlaku

untuk setiap kali pelayanan kecuali pada kondisi pelayananlanjutan

terkait dengan penyakitnya.sedangkan untuk peserta askes

menunjukkan kartu Askes kepada petugas, da untuk pasie umum

lansung mendaftarkan diri ke loket pelayanan.

3. Apabila peserta askes dan jamkesmas memerlukan kesehatan

rujukan, maka yang bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan


21

kesehatan rujukan disertai surat rujukan dan kartu peserta yang

ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan

kecuali pada kasus emergency.

4. Pelayanan rujukan sebagaimana butir ke-3 (tiga) diatas meliputi:

a) Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di rumah sakit

b) Pelayanan rawat inap kelas III untuk pasien Jamkesmas,

Jamkesda, jampersal dan peserta ASKES dirawat inap sesuai

dengan golongan peserta tersebut di Rumah Sakit dan untuk

pasien umum dapat menentukan lansung kelas perawatan inap.

c) Pelayanan obat-obatan

d) Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostik.

5. Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan di Rumah Sakit peserta

Askes dan Jamkesmas harus menunjukkan kartu peserta dan surat

rujukannya dari Puskesmas di Loket Pelayanan Rumah Sakit.

Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannnya oleh petugas

PT Askes (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT. Askes

(Persero) mengeluarkan surat keabsahan peserta (SKP) dan peserta

selanjutnya memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan yang

dibutuhkan.

6. Pada kasus-kasus tertentu yang dilayani di IGD termasuk Gawat

Darurat di Rumah Sakit peserta askes dan jamkesmas harus

menunjukkan kartu peserta Jamkesmas dan Askesnya untuk

mendapatkan pelayanan gawat darurat.


22

Gambar 3.8.1 Alur Pelayanan RSUD Mokopido Tolitoli

PASIEN RAWAT JALAN

LOKET

PELY. ADM LOKET POLIK UMUM


PEMBAYARAN

SURAT POLIK SPESIAL


KETERANGAN  POLIK P. BEDAH
 KEER  POLIK P.DALAM
 RUJUKAN APOTIK  POLIK P.
 VISUM KANDUNGAN
 KELAHIRAN
 POLIK ANAK
 KEMATIAN
PEMERIKSAAN  POLIK GIZI
 ISTERAHAT
 LAB.  POLIK KIA
 DARAH

Keterangan :

Jalur Pelayanan

Jalur Pembayaran

2.9. Pengertian Rumah Sakit


23

Pengertian Rumah Saki menurut Surat Keputusan Mentri Kesehatan

RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 Tentang pedoman Organisasi Rumah

Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan

yang bersifat standar, spesialis dan subspesialis yang mempunyai tugas

melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna

dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan

secara terpadu dan serasi dengan peningkatan dan pencegahan serta

melaksanakan upaya rujukan.

Rumah Sakit menurut WHO adalah suatu usaha yang menyediakan

pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medik jangka pendek dan

jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik,terapeutik,

dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan untuk

orang yang mau melahirkan.

Rumah Sakit mempunyai fungsi untuk menyelenggarakan pelayanan

medis, pelayanan penunjang medis, pelayan dan asuhan keperawatan

pelayanan rujukan, pelayanan pendidikan dan pelatihan, peneitian dan

pengembangan, administrasi dan keuangan.

Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit digolongkan

menjadi dua yaitu :

1. Rumah Sakit Umum (General Hospital), merupakan rumah sakit yang

memberikan berbagai jenis perawatan antara lain : Penyakit dalam,

anak, jiwa, kandungan dan perawatan lainnya.


24

2. Ruah Sakit Khusus (Spesial Hospital), merupakan rumah sakit yang

memberikan pelayanan dan perawatan terhadap penyakit tertentu

seperti : jantung, mata dan kanker

Sedangkan berdasarkan hak milik (ownership) rumah sakit dapat

digolongkan menjadi :

1. Rumah Sakit Pemerintah (Government Hospital)

2. Rumah Sakit Swasta (Non-Government Hosptal)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

159b/MENKES/PER/II/1989 Tentang Rumah Sakit pasal 13 memberikan

klasifikasi Rumah Sakit sebagai berikut :

Rumah Sakit Umum Pemerintah terdiri atas :

1. Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

spesialistik luas dan sub-spesialistik luas

2. Kelas BII mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

spesialistik luas dan Sub-Spesialistik terbatas

3. Kelas BI mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

spesialistik sekurang-kurangnya 11 jenis spesialistik

4. Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

spesialistik sekurang-kurangnya spesialistik 4 dasar lengkap.

5. Kelas D mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya

pelaya medik dasar.


25

Rumah Sakit elas A dan kelas BII dapat berfungsi sebagai Rumah Sakit

Pendidikan.

Setiap rumah sakit harus melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik

antara lain menyediakan fasilitas untuk merawat penderita yang tidak atau

kurang mampu, untuk itu maka pemerintah menetakan peraturan jumlah

tempat tidur yag harus disiapkan oleh rumah sakit untuk memberikan

pelayanan kepada pasien tidak atau kurang mampu :

a. Rumah Sakit Pemerintah menyiapkan sekurang-kurangnya 75% dari

kapasitas tempat tidur yang tersedia

b. Rumah Sakit swasta sekurang-kurangya 25% dari kapasitas tempat

tidur yang tersedia

Rumah Sakit secara institusional bertanggungjawab terhadap segala

konsekuensi yang timbul berkenaan dengan pelanggaran terhadap

pelayanan kesehatan. Suatu kewajiban rumah sakit untuk tersedianya

sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan serta siap pakai. Selain itu

rumah sakit bertanggungjawab atas pemeliharaan pelayanan kesehatan.

Dalam hal ini rumah sakit bertangung jawab pada:

a. Pelaggaran kewajiban oleh tenaga kesehatan (A violation by an

employee of the employee`s duities).

b. Pelanggaran kewajiban oleh rumah sakit (A Violation of hospital`s

duities)

Rumah sakit bertanggungjawab untuk melengkapi segala peralatan yang

diperlukan untuk penegakan diagnosis dan terapi terhadap pasien.


26

Dalam Undang-undang Kesehatan pasal 9 disebutkan Pemerintah

bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,

tanggung jawab pemerintah ini meliputi tugas mengatur, membina dan

mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan. Sesuai dengan ketentuan

tersebut pemerintah mengatur upaya kesehatan maupun sumber daya

kesehatan.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan tidak terlepas dari tiga komponen

utama dari sistem pelayanan kesehatan yaitu ketenagakerjaan yang

meliputi tenaga kesehatan (Dokter, Perawat, Bidan dan lain-lain) fasilitas

yang meliputi semua lokasi fisik yang melayani pasien atau yang

menunjang pelayanan pasien seperti apoti dan laboratorium.

2.10 Rumah Sakit Sebagai Badan Layanan Umum

Badan Layanan Umum adalah institusi di lingkungan pemerintah yang

dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masarakat berupa

penyediaanbarang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan

mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada

prinsip efesiensi dan produktivitas. Berdasarkan PP No. 23 tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, tujuan BLU

adalah meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa

dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan

berdasarkan prinsip ekonomi dan produktifitas dan penerapan praktik

bisnis yang sehat. Praktik bisnis yang sehat artinya berdasarka kaidah
27

manajemen yang baik mencakup perencanaan, engorganisasian,

pelaksanaan, pengendalian dan pertanggungjawaban.

Secara umum asas badan layanan umum adalah pelayanan umum

yang pengelolaanya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan, tidak

terpisah secara hukum dari instansi iduknya.

Adapun asas Badan Layanan Umum yang lainnya adalah:

1) Pejabat Badan Layanan Umum bertanggungjawab atas pelaksanaan

kegiatan layanan umum kepada pimpinan instansi induk

2) Badan Layanan Umum tidak mencari laba

3) Rencana kerja, anggaran dan aporan Badan Layanan Umum dan

instansi induk tidak terpisah

4) Pengelolaan sejalan dengan praktik bisnis sehat.

Adapun Persyaratan Badan Layanan Umum yaitu :

a) Persyaratan substantif Badan Layanan Umum, fungsi dasar

pelayanan public. Memperoleh imbalan atas seluruh/sebagian layanan

berupa barang/jasa yang diberikan kepada masyarakat (fungsi cost

sharing). Harus berorientasi pada layan pulik/masyarakat. Oleh

karena itu Badan Layanan Umum tidak mengutamakan mencari

keuntungan.

b) Persyaratan keuangan/administratif termasuk keuangan digunakan

oleh Kementrian Keuangan untuk menentukan suatu unit pemerintah

dapat diberikan status Kandidat Badan Layanan Umum atau Badan

Layanan Umum. Suatu unit dapat lansung atau secara bertahap


28

emperoleh status Badan Layanan Umum tergantung kesiapan dan

kemampuan memenuhi persyaratan Badan Layanan Umum.

c) Persyaratan teknis Badan Layanan Umum diatur oleh

Kementrian/Lembaga teknis/Satker perangkat daerah yang

bersangkutan. Upaya pendirian sebuah Badan Layanan Umum

memperhatikan kriteria tehnis yang ditentukan oleh masing-masing

kementrian/lembaga yang bersangkutan. Kriteria tersebut meliputi

aspek jenis dan mutu pelayanan produk aspek kinerja keuangan dan

aspek manfaat pelayanan bagi masyarakat.

Pilar utama dalam pelaksanaan PPK-BLU dalah mempromosikan (1)

peningatan kinerja pelayanan publik (2) fleksibilitas pengelolaan keuangan

dan (3) tata kelola yang baik (good governance). Adapun karakteristik

Badan Layanan Umum adalah :

a) Berkedudukan sebagai instansi pemerintah (bukan kekayaan negara

yang dipisahkan)

b) Menghasilkan barang dan atau jasa yang seluruhnya atau sebagian

dijual kepada publik

c) Tidak bertujuan mencari keuntungan

d) Dikelola secara otonom dengan prinsip efesiensi dan produktivitas ala

koprasi

e) Rencana kerja, anggaran, dan pertanggungjawaban dikonsolidasikan

pada instansi induk

f) Pendapatan oprasional dan sumbangan dapat digunaka lansung


29

g) Pegawai dapat terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau non-PNS.

PPK-BLU memberikan fleksibilitas dalam rangka pelaksanaan anggaran,

termasuk pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan

pengadaan barang/jasa. Tetapi sebagai pengimbang, Badan Layanan

Umum dipegang ketat dalam perencanaan dan penganggarannya, serta

dalam pertanggungjawabannya. Badan Layanan Umum wajib

mengkalkulasi harga pokok dari layanannya dengan kualitas dan kuantitas

yang distandarkan oleh menteri teknis pembina. Demikian pula dalam

pertanggungjawabannya, Badan Layanan Umum harus mampu

menghitung dan menyajikan anggaran yang digunakannya dalam

kaitannya dengan layanan yang telah direalisasikan.

2.11 Alasan Rumah Sakit Pemerintah Dijadikan Badan Layana Umum

Diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) adalah

sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 69 ayat (7) UU No. 1 Tahun

2004 tentang Perbendaharaan Negara. PP tersebut bertujuan untuk

meningkatkan pelayanan publik oleh Pemerintah, karena sebelumnya

tidak ada pengaturan yang spesifik mengenai unit pemerintahan yang

melakukan pelayanan kepada masyarakat yang pada saat itu bentuk dan

modelnya beraneka macam.

Jenis Badan Layanan Umum disini antara lain rumah sakit, lembaga

pendidikan, pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain. Rumah sakit


30

sebagai salah satu jenis Badan Layanan Umum merupakan ujung tombak

dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Namun, tak sedikit keluhan

selama ini diarahkan pada kualitas pelayanan rumah sakit yang dinilai

masih rendah. Ini terutama rumah sakit daerah atau rumah sakit milik

pemerintah. Penyebabnya sangat klasik, yaitu masalah keterbatasan dana

yang dimiliki oleh rumah sakit umum daerah dan rumah sakit milik

pemerintah, sehingga tidak bisa mengembangkan mutu layanannya, baik

karena peralatan medis yang terbatas maupun kemampuan sumber daya

manusia (SDM) yang rendah.

Perkembangan pengelolaan rumah sakit, baik dari aspek

manajemen maupun operasional sangat dipengaruhi oleh berbagai

tuntutan dari lingkungan, yaitu antara lain bahwa rumah sakit dituntut

untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan biaya

pelayanan kesehatan terkendali sehingga akan berujung pada kepuasan

pasien.  Tuntutan lainnya adalah pengendalian biaya. Pengendalian biaya

merupakan masalah yang kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai

pihak yaitu mekanisme pasar, tindakan ekonomis, sumber daya manusia

yang dimiliki (profesionalitas) dan yang tidak kalah penting adalah

perkembangan teknologi dari rumah sakit itu sendiri. Rumah sakit

pemerintah yang terdapat di tingkat pusat dan daerah tidak lepas dari

pengaruh perkembangan tuntutan tersebut.


31

1) Tinjauan Aspek Pelaporan Keuangan Dan Pertanggungjawabannya

Paket undang-undang bidang keuangan negara merupakan paket

reformasi yang signifikan di bidang keuangan negara yang kita alami sejak

kemerdekaan. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara, yang menekankan basis kinerja dalam penganggaran, memberi

landasan yang penting bagi orientasi baru tersebut di Indonesia.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara membuka koridor baru bagi penerapan basis kinerja dalam

penganggaran di lingkungan pemerintah. Instansi pemerintah yang tugas

pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat dapat

menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan

menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas dalam segala

aktivitasnya. Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), diharapkan menjadi

contoh konkrit yang menonjol dari penerapan manajemen keuangan

berbasis pada hasil (kinerja). Peluang ini secara khusus menyediakan

kesempatan bagi satuan-satuan kerja pemerintah yang melaksanakan

tugas operasional pelayanan publik, untuk membedakannya dari fungsi

pemerintah sebagai regulator dan penentu kebijakan.

Berdasarkan PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi

Dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum dan sesuai pula dengan

Pasal 27 PP No. 23 tahun 2005, maka rumah sakit pemerintah daerah


32

dalam rangka pertanggung jawaban atas pengelolaan keuangan dan

kegiatan pelayanannya, menyusun dan menyajikan : 1. Laporan

Keuangan; dan 2. Laporan Kinerja. Laporan Keuangan tersebut paling

sedikit terdiri dari: 1. Laporan Realisasi Anggaran dan atau Laporan

Operasional; 2. Neraca; 3. Laporan Arus Kas; dan 4. Catatan atas

Laporan Keuangan.

Laporan Keuangan rumah sakit pemerintah daerah sebelum

disampaikan kepada entitas pelaporan direview oleh satuan pemeriksaan

intern, namun dalam hal tidak terdapat satuan pemeriksaan intern, review

dilakukan oleh aparat pengawasan intern kementerian negara/ lembaga.

Review ini dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan

anggaran dan penyusunan Laporan Keuangan Badan Layanan Umum.

Sedangkan Laporan Keuangan tahunan BLU diaudit oleh auditor

eksternal.

Badan Layanan Umum sebagai Instansi Satuan Kerja Perangkat Daerah

Dipimpin oleh Pejabat Pengguna Anggaran yang berwenang/bertugas :

a) Menyusun RKA

b) Menyusun DPA

c) Melaksanakan anggaran belanja satker

d) Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan

pembayaran

e) Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak


33

f) Mengelola utang dan piutang

g) Menggunakan barang milik Daerah

h) Mengawasi pelaksanaan anggaran

i) Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan

2) Tinjauan Dari Aspek Teknis Keuangan

Rumah sakit pemerintah dituntut untuk menjadi rumah sakit yang

murah dan bermutu. Dalam pengelolaannya rumah sakit pemerintah

memiliki peraturan pendukung yang terkait dengan pengelolaan keuangan

yang fleksibel. Berdasar PP no: 23 tahun 2005 tersebut rumah sakit

pemerintah telah mengalami perubahan sebagai badan layanan umum.

Perubahan kelembagaan ini berimbas pada pertanggungjawaban

keuangan bukan lagi kepada departemen kesehatan tetapi kepada

departemen keuangan.

Adanya hubungan yang baik dan berkelanjutan antara rumah

sakit,dengan pemerintah dan dengan para stakeholder, khususnya dalam

penentuan biaya pelayana kesehatan yang mencakup unit cost, efisiensi

dan kualitas pelayanan. Yang perlu dipertimbangankan lagi adalah adalah

adanya audit atau pemeriksaan bukan saja dari pihak independen

terhadap pelaporan keuangan tetapi juga perlu audit klinik. Dengan

berubahnya kelembagaan sebagai Badan Layanan Umum tentu saja

aspek teknis sangat berhubungan erat dengan basis kinerja.


34

Sesuai dengan syarat-syarat Badan Layanan Umum bahwa yang

dimaksud dengan persyaratan substantif, persyaratan teknis dan

persyaratan admnistratif adalah berkaitan dengan standar layanan,

penentuan tarif layanan, pengelolaan keuangan,tata kelola semuanya

harus berbasis kinerja. Hal-hal yang harus dipersiapkan bagi rumah sakit

untuk menjadi BLU dalam aspek teknis keuangan adalah:

a) Penentuan tarif harus berdasar unit cost dan mutu layanan.

Dengan demikian rumah sakit pemerintah harus mampu

melakukan penelusuran (cost tracing) terhadap penentuan segala

macam tarif yang ditetapkan dalam layanan. Selama ini aspek

penentuan tarif masih berbasis aggaran ataupun subsidi

pemerintah sehingga masih terdapat suatu cost culture yang tidak

mendukung untuk peningkatan kinerja atau mutu layanan.

Penyusunan tarif rumah sakit seharusnya berbasis pada unit cost,

pasar (kesanggupan konsumen untuk membayar dan strategi

yang diipilih. Tarif tersebut diharapkan dapat menutup semua

biaya, diluar subsidi yang diharapkan. Yang perlu diperhatikan

adalah usulan tarif jangan berbasis pada presentase tertentu

namun berdasar pada kajian yang dapat dipertanggungjawabkan.

Secara umum tahapan penentuan tarif harus melalui mekanisme

usulan dari setiap divisi dalam rumah sakit dan aspek pasar dan

dilanjutkan kepada pemilik. Pemilik rumah sakit pemerintah adalah

pemerintah daerah dan DPRD.


35

b) Penyusunan anggaran harus berbasis akuntansi biaya bukan

hanya berbasis subsidi dari pemerintah. Dengan demikian

penyusunan anggaran harus didasari dari indikator input, indikator

proses dan indikator output.

c) Menyusun laporan keuangan sesuai dengan PSAK 45 yang

disusun oleh organsisasi profesi akuntan dan siap diaudit oleh

Kantor Akuntan Independen bukan diaudit dari pemerintah.

d) Sistem remunerasi yang berbasis indikator dan bersifat evidance

based. Dalam penyusunan sistem remunerasi rumah sakit perlu

memiliki dasar pemikiran bahwatingkatan pemberian remunerasi

didasari pada tingkatan, yaitu tingkatan satu adalah basic salary

yang merupakan alat jaminan safety bagi karyawan. Basic salary

tidak dipengaruhi oleh pendapatan rumah sakit. Tingkatan dua

adalah incentives yaitu sebagai alat pemberian motivasi bagi

karyawan. Pemberian incentives ini sangat dipengaruhi oleh

pendapatan rumah sakit. Tingkatan yang ketiga adalah bonus

sebagai alat pemberian reward kepada karyawan.Pemberian

bonus ini sangat dipengaruhi oleh tingkat keuntungan rumah sakit.

Implementasi aspek teknis keuangan bagi rumah sakit ini akan

menjadi nilai plus dalam upayanya untuk peningkatan kualitas jasa

layanan dan praktik tata kelola yang transparan.


36

Pendapatan dan belanja Badan Layanan Umum tetap merupakan

bagian APBD dengan aset yang tidak dipisahkan. Namun lembaga ini

tidak mengutamakan mencari keuntungan semata, lebih memprioritaskan

pelayanan masyarakat. Selain itu, peran pemerintah daerah dalam

pembiayaan juga tetap.

Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang  telah menjadi Badan Layanan

Umum / Badan Layanan Umum Daerah menggunakan standar pelayanan

minimum yang ditetapkan oleh menteri/ pimpinan lembaga/ gubernur/

bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya, harus

mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan

layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Dalam hal

rumah sakit pemerintah di daerah (RSUD) maka standar pelayanan

minimal ditetapkan oleh kepala daerah dengan peraturan kepala daerah.

Standar pelayanan minimal tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu :

1. Fokus pada jenis pelayanan, dalam arti mengutamakan kegiatan

pelayanan yang menunjang terwujudnya tugas dan fungsi BLU/

BLUD;

2. Terukur, merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan;

3. Dapat dicapai, merupakan kegiatan nyata yang dapat dihitung tingkat

pencapaiannya, rasional sesuai kemampuan dan tingkat

pemanfaatannya;
37

4. Relevan dan dapat diandalkan, merupakan kegiatan yang sejalan,

berkaitan dan dapat dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi

BLU/ BLUD; dan

5. Tepat waktu, merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan

yang telah ditetapkan.

Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang telah menjadi Badan Layanan

Umum / Badan Layanan Umum Daerah dapat memungut biaya kepada

masyarakat sebagai imbalan atas barang/ jasa layanan yang diberikan.

Imbalan atas barang/ jasa layanan yang diberikan tersebut ditetapkan

dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit

layanan atau hasil per investasi dana.

Keuntungan Badan Layanan Umum bagi rumah sakit yaitu :

1. Tata kelola keuangan RS lebih baik dan transparan karena

menggunakan pelaporan standar akutansi keuangan yang memberi

informasi tentang laporan aktivitas, laporan posisi keuangan, laporan

arus kas dan catatan laporan keuangan.

2. RS masih mendapat subsidi dari pemerintah seperti biaya gaji

pegawai, biaya operasional, dan biaya investasi atau modal.

3. pendapatan RS dapat digunakan langsung tidak disetor ke kantor kas

Negara, hanya dilaporkan saja ke Departemen Keuangan.

4. RS dapat mengembangkan pelayanannya karena tersedianya dana

untuk kegiatan operasional  RS.


38

5. Membantu RS meningkatkan kualitas SDM nya dengan perekrutan

yang sesuai kebutuhan dan kompetensi.

6. Adanya insentif dan honor yang bisa diberikan kepada karyawan oleh

pimpinan RS.

2.12 Kerangka Pikir

Dalam pelayanan kesehatan salah satu yang menjadi issu yang paling

kompleks adalah penilaian terhadap mutu pelayanan yang dikonsumsi

oleh pelanggan/masyarakat ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggang seperti, Sumber Daya

Manusia yang profesional, dana yang memadai dan fasilitas/tekhnologi

terkini dan bagian dari pemeberdayaan SDM adalah mutu pelayanan

keperawatan di rumah sakit .

Untuk mengukur apakah pelayanan keperawatan di Instalasi Rawat

Jalan Rumah Sakit Umum Mokopido sudah sesuai dengan standar

pelayanan Rumah Sakit Type C, dan salah satu kriteria penilaian untuk

menjadikan Rumah Sakit Umum Mokopido sebagai Badan Layanan

Umum Daerah (BLUD) adalah mutu pelayanan produk dalam hal ini jasa

pelayanan Sumber Daya Manusianya (Dokter, Perawat, Bidan dan

Lainnya) yang dapat diukur melalui penilaian dimensi mutu pelayanan.

Adapun kerangka pikir penelitian ini adalah:


39

GAMBAR KERANGKA FIKIR

Variabel Independen Variabel Dependen

MUTU PELAYANAN
KEPERAWATAN
SDM
(DIMENSI MUTU)
TINGKAT KEPUASAN

DANA

FASILITAS

Keterangan :

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

2.13 HIPOTESIS

Hipotesis null (Ho) dipakai untuk menyatakan bahwa tidak ada

pengaruh pelayanan keperawatan terhadap tingkat kepuasan pasien

sedangkan hipotesis alternatif (Ha) dipakai untuk menyatakan ada

pengaruh pelayanan keperawatan terhadap tingkat kepuasan pasien

rawat jalan RSU Mokopido Tolitoli.


40

BAB III

METODE PENELITIAN

2.14 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik bentuk

desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk penelitian kuantitatif

disusun berdasarkan perhitungan, sehingga dapat dianalisis secara

statistik dengan pendekatan Cross sectional. Pada pendekatan Cross

sectional ini dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan

fariabel-variabel yang termasuk faktor efek diobservasi sekaligus dalam

waktu yang bersamaan (Notoatmojo, 2010)

2.15 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli di

Instalasi Rawat Jalan (Polik Umum, Polik Kandungan, Polik Gigi, Polik

Anak, Polik Bedah, Polik Penyakit Dalam, Polik Mata). Alasan peneliti

mengambil lokasi penelitian tersebut adalah karena Rumah Sakit

Mokopido Tolitoli dianggap memadai untuk diteliti sesuai dengan

permasalahan yang akan dibahas oleh peneiti selain itu lokasi Instalasi

Rawat Jalan dianggap memiliki beraneka ragam pasien baik jenis kelamin,

usia dan tingkat pendidikan sehingga memudahkan peneliti untuk

mendapatkan informasi mengenai pelayanan keperawatan yang diterima

pasien. Adapaun waktu penelitian ini dilaksanakan pada April 2013

sampai dengan Juni 2013.


41

2.16 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di

instalasi Rawat Jalan yakni polik kandungan, polik anak, polik penyakit

dalam, polik gigi, polik mata, polik bedah dan polik umum Rumah Sakit

Umum Daerah Mokopido Tolitoli.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2010).

Penelitian ini menggunakan teknik stratifikasi (sratified Random

Sampling), yaitu suatu populasi yang dianggap heterogen menurut suatu

karakteristik tentu dikelompokkan dalam beberapa sub populasi, sehingga

tiap kelompok akan memiliki anggota sampel yang relatif homogen.

Kemudian dari setiap sub populasi secara acak diambil anggota

sampelnya (Ariskunto,S. 2005) dalam (Notoatmijo,2012). Pasien di

Instalasi Rawat Jalan RSUD Mokopido Tolitoli.

Penetapan jumlah sampel yang terlalu besar akan lebih baik dari pada

kurang (over sampling is always better than under sampling). Untuk

menghitung jumah sampel dari suatu populasi yang diketahui jumlahnya

adalah :
42

N
n =
1 + N (d2)

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = Besar Populasi

d = Derajat ketetapan 10% (0,1)2

Berdasarkan jumlah rata-rata kunjungan pasien Rawat Jalan RSU

Mokopido selama periode Februari sampai April 2013 adalah 875 orang,

maka untuk menentukan julah sampel yang akan digunakan peneliti

adalah :

875
N=
1+ 875 (0,1)2
875
N=
1+ 875 (0,01)
875
N=
9.75

N = 90

Jadi jumlah sampel yang digunakan peneliti adalah 90 orang.

2.17 Sumber Data Dan Jenis Data


43

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara lansung dari obyek

yang diteliti, data ini diperoleh dapat melalui observasi dan

wawancara dengan respoden di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Mokopido Tolitoli

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara melihat arsip di RSUD

Mokopido Tolitoli, jenis data yang dikumpulkan meliputi data

kunjungan pasien di Instalasi Rawat Jalan dari tahun 2010 sampai

tahun 2012.

2. Jenis Data

a. Data Kualitatif adalah data yang menjelaskan kondisi Rumah Sakit

Umum Mokopido Tolitoli, meliputi keadaan umum organisasi,

prosedur pelayanan dan lain-lain.

b. Data Kualitatif adalah data yang berkaitan dengan data nominal

yang meliputi jumlah pegawai, jumlah unit pelayanan.

2.18 Metode Pengumpulan Data


44

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Angket/kusioner

Angket/kusioner adalah sekumpulan pertanyaan yang diajukan

kepada responden mengenai pelayan keperawatan sesuai

dengan obyek yang sedang diteliti.

2) Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan

secara lansung kepada responden penelitian untuk mencari

perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Metode pengumpulan

data ini adalah observasi ceklis yang akan dilakukan sendiri oleh

peneliti. Lembar observasi berisi pertanyaan mengenai identitas

pasien, mutu pelayanan keperawatan dan kepuasan pasien Rawat

Jalan RSUD Mokopido Tolitoli.

3) Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mewawancara lansung responden yang diteliti, metode ini

memberikan hasil secara lansung.

4) Dokumentasi yaitu pengambilan atau penyiapan data yang

berkaitan dengan obyek yang diteliti, seperti alur pelayanan,

jumlah dan data ketenagaan di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Tolitoli.

2.19 Tehnik Pengelolaan Data dan Analisa Data


45

1. Teknik Pengelolaan Data

Menurut Notoatmojo (2010), pengumpulan data dalam penelitian

dengan menggunakan peranan komputer melalui tahap-tahap berikut :

a) Editing

Hasil wawancara, angket/kuisioner maupun observasi dari

lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.

Secara umum editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan

perbaikan isian formulir atau kuisioner.

b) Coding

Setelah semua kuisioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng”kodean” atau “coding” yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

Koding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam

measukkan data (data entry)

c) Memasukkan Data (data entry) atau Processing

Data, yakni hasil atau jawaban-jawaban dari masing-masing

responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf)

dimasukkan dalam program atau sofware komputer. Salah a

satu paket program yang paling sering digunakan untuk “entri

data” penelitian saja.

d) Pembersihan Data

Apabila semua data dari sumer data atau responden selesai

dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan


46

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, da

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses

ini disebut pembersihan data (data cleaning).

2. Analisa Data

Terkait sifat penelitian ini, yaitu menggambarkan secara deskriptif dan

pengujian hipotesis, maka data yang telah diolah disajikan dalam bentuk

tabel-tabel frekuensi. Berdasarkan tujuan penelitian ini maka beberapa

teknis analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

a) Analisis Univariat (deskriptif)

Tujuan Analisis ini adalah untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang iteliti.

b) Analisis Bivariat

Setelah dilakukan karakteristik masing-masing variabel dapat

diteruskan analisis hubungan antara dua variabel, maka analisis

dilanjutkan pada tingkat bivariat menggunakan rumus chi square

dengan menggunakan tabel dua kali dua yaitu :

Mutu Pelayanan Kepuasan Pasien


Keperawatan Total
Positif Negatif
Positif a b a+b
Negatif c d c+d
47

Total a+c b+d a+b+c+d

Dasar pengambilan keputusan dalam penelitian ini adalah a mutu

pelayanan yang bagus pasien puas, b mutu pelayanan bagus tapi pasien

tidak puas, c mutu pelayanan tidak bagus pasien tidak puas, d mutu

pelayanan tidak bagus tapi pasien puas. Untuk mengetahui apakah ada

pengaruh antara mutu pelayanan keperawatan dengan tingkat kepuasan

pasien menggunakan rumus :

∑ ¿ 1 (oj – ej)2
f
2
X =

Jika hasilnya < 1 berarti mutu pelayanan keperawatan tidak

mempengaruhi tingkat kepuasan pasien, jika hasilnya > 1 maka mutu

pelayanan keperawatan mempengaruhi tingkat kepuasan pasien.

3.7 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati sehingga

memudahkan peneliti untuk melakukan pengukuran secara cermat

terhadap obyek penelitian. Secara tidak langsung definisi operasional

akan menunjukkan alat ukur yang tepat untuk mengambil data yang

sesuai dengan variabel yang akan diukur.

1. Mutu Pelayanan Keperawatan

Mutu Pelayanan Keperawatan adalah pelayanan perawat kepada

pasien yang berdasarkan standar keahlian untuk memenuhi


48

kebutuhan dan keinginan pasien yang berhubungan erat dengan

dimensi mutu yaitu Terwujud bukti fisik (tangible), Kehandalan

(reliability), Ketanggapan (responsiveness), Jaminan (assurance),

dan Perhatian (empathy).

Cara ukur : Pengisian Kuisioner

Alat Ukur : Kuisioner

Skala : Interval

2. Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien adalah tingkat perasaan pasien setelah

membandingkan pelayanan keperawatan yang diterima dengan

harapannya di Instalasi Rawat Jalan RSUD Mokopido Tolitoli.

Cara ukur : Pengisian Kuisioner

Alat Ukur : Kuisioner

Skala : Interval

BAB IV

GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

1.1. Sejarah Singat Berdirinya Rumah Sakit Umum Mokopido Tlitoli


49

Rumah Sakit Umum (RSU) Mokopido Tolitoli dibangun di atas tanah

seluas 42.350 m3 yang mana pembangunannya dilakukan secara

bertahap dari tahun 1983 s/d 1990 dengan memanfaatka dana bantuan

“Loan Agrement No. 2235 Ind” tertanggal 18 Februari 1983. RSU

Mokopido Tlitoli sebelumnya terletak di Jalan Kapten PA. Tendean

Kelurahan Panasakan yang saat ini menjadi Puskesmas Kota karena

alasan lokasi yang sangat sempit dan guna menunjang pelayanan yang

prima bagi seluruh masyaraat Tolitoli, maka pemerintah membangun

Rumah Umum Daerah Mokopido Tolitoli yang dianggap paling strategis

yakni di Jalan Lanoni Kelurahan Panasakan. Pada tanggal 17 Desember

1990 gedung RSU Mokopido diresmikan scara simbolik oleh Presiden

Soeharto. Yang mana saat itu RSU Mokopido masih berstatus Pelayanan

Rumah Sakit Type D dengan kapasitas 50 tempat tidur.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat

maka pada tahun 1993 RSU MokopidoTolitoli melakukan persiapan

menaikkan kelas awat inap dengan membagi tugas pelayanan perawatan

menjadi empat keahlian dasar yaitu bedah, enyakit dalam, obgyne dan

gineklogi, serta penyakit anak, dengan melatih 4 (empat) dokter umum

untuk melaksanakan kegiatan pelayanan tersebut.

Pada tahun 1994 ditempatkan doker spesialis bedah (dr. Abdul

Hanna) dan pada tahun 1995 dilakukan kerjasama dengan Universitas

Hasanuddin (UNHAS) Makassar untuk mendapat dokter PPDS di RSU

Mokopido Tolitoli sehingga sejak bulan Juli 1995 RSU Mokopido Tolitoli
50

sudah dapat memberikan Pelayanan 4 (empat) Dasar oleh Dokter

Spesialis dari PPDS.

Tahun 1997 RSU Mokopido Tolitoli kembali diusulkan untuk kenaikan

kelas menjadi Rumah Sakit Type C namun belum sempat terbit surat

keputusan kenaikan kelas/type pada buln Mei 1998 terjadi perubahan

politik dalam Negeri (Reformasi) sehingga kenaikan kelas/type RSUD

Mokopido Tolitoli jadi tertunda.

Pada tahun 1998 kerja sama dengan UNHAS Makassar terhenti

sehingga terjadi kekosngan Dokter Spesialis, namun pada tahun 1999

ditempatkan Dokter Spesialis Obgine dan Ginekologi, athun 2000kembali

ditempatkan Dokter Spesialis Anak. Untuk mengisi kekosongan pelayan

perawatan dasar maka pada tahun 2001 ditempatkan dokter spesialis

penyakit dalam.

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Tolitoli No. 13 Tahun 2002

tanggal 09 Maret 2002, RSU Mokopido Tolitoli menjadi Badan Layanan

Pelayanan Kesehatan RSU Mokopido Tolitoli (Esselon Iib).

Pada tahun 2004 Badan Pelayanan Kesehatan RSU Mokopido Tolitoli

naik kelas dari Rumah Sakit Type D menjadi Rumah Sakit Type C

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan R.I No.

869/MENKES/SK/VIII/2004, tanggal 09 Agustus 2004.

Pada tanggal 03 Februari 2006 Badan Pelayanan Kesehatan RSU

Mokopido Tolitoli mendapat akreditasi penuh tingkat dasar. Pada tanggal

04 Januari 2007 Badan Pelayanan Kesehatan RSU Mokopido Tolitoli


51

berubah struktur menjadi RSU Mokopido Tolitoli berdasarkan Peraturan

Daerah (PERDA) Kabuaten Tolitoli Nomor 20 tahun 2006.

RSU Mokopido Tolitoli memiliki 9 (sembilan) Ruang Perawatan dan 1

(satu) Unit Gagat Darurat, 4 (empat) Polik Klinik Spesialis dan 2 (dua) Sub

Spesialis, serta didukung oleh 4 (empat)Penunjang Diagnostik yakni,

Laboratorium, radiologi, EKG dan USG.

Dalam melaksanakan Pelayanan Kesehatan kepada masyarakat RSU

Mokopido Tolitoli mempunyai visi dan misi, adapun visi dan misi RSU

Mokopido Tolitoli sebagai berikut:

4.1.1 Visi

Visi RSU Mokopido adalah “Menjadikan Rumah Sakit dengan

Pelayanan Prima, Mandiri dan Terjangkau Oleh Semua Lapisan

Masyarakat” untuk menopang dan memewujudkan hal tersebut maka

gambaran masa depan yang dicita-citakan dalam pelayanan kesehatan di

RSU Mokopido Tolitoli adalah ”Pelayanan Prima pada Tahun 2015”

Visi ini merupakan gambaran atau ciri khas yang diharapkan dari

pelaku-pelaku pelayanan yang ditopang oleh kesediaan sarana/prasarana

pelayanan serta pembiayaan yang memadai, sehingga diharapkan RSU

Mokopido Tolitoli dapat bersinergi dalam Visi Pemerintah Daerah

Kabupaten Tolitoli yaitu “Terwujudnya Kabupaten Tolitoli Sebagai

Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015 dalam Bingkai

Pemerintahan yang Amanah, Merakyat, Adil dan Nasionalis”.

4.1.2 Misi
52

Untuk mencapai visi tersebut diatas misi pelayanan yang

dikembangkan oleh RSU Mokopido Tolitoli adalah :

a) Menyelenggarakan Pelayanan Prima

b) Melengkapi Saranan dan Prasarana Pelayanan Rumah Sakit

c) Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Masyarakat

d) Meningkatkan Kesejahteraan Insan Rumah Sakit

Untuk memberikan dan mendukung pencapaian misi dan misi RSU

Mokopido Tlitoli tersebut dalam kurung waktu 5 (lima) tahun sampai saat

dilakukan penelitian ini , RSU Mokpido telah memiliki tenaga sebanyak

477 Orang yang terdiri dari Tenaga menurut tingkat pendidikan dan status

kepegawaian sebagai berikut:

Tabel 1.
Data ketenagaan RSU Mkopido Tolitoli Menurut
Tingkat Pendidikan dan Status Kepegawaian Tahun 2013
STATUS KEPEGAWAIAN
NO JENIS PENDIDIKAN JML
PNS HONOR SUKARELA
Tenaga Medis
1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1 - - 1
Dokter Spesialis Penyakit Anak 1 - - 1
53

Dokter Spesialis Penyakit Bedah 1 - - 1


Dokter Spesialis Obgyn 1 - - 1
Dokter Spesialis Radiologi 1 - - 1
Dokter Spesialis Patologi Klinik 1 - - 1
Dokter Umum 5 2 - 7
Doter Gigi 3 - - 3
Paramedis Keerawatan
Sarjana Keperawatan 13 1 - 14
Akademi Keperawatan 94 28 60 182
Akademi Kebidanan 6 3 5 14
D1 Kebidana 14 - - 14
Tenaga Perawat Gigi 1 2 1 4
Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) 10 2 - 12
Para Medis dan Non Keperawatan
Magister Kesehatan 2 - - 2
Apoteker 6 2 - 8
Asisten Apoteker 6 - - 6
Sarjana Kesehatan Masyarakat 11 1 - 12
Nutrisionis 4 1 - 5
Akademi Eletromedik 2 - - 2
Analis Kesehatan 8 - 2 10
Radiografer 6 - - 6
Rekam Medik 2 - 1 3
Tenaga Non Kesehatan
S2 2 - 2
S1 17 6 23
SMA Sederajat 20 71 91
SMP - 16 16
SD - 18 18
Sumber : Profil RSU Mokopido Tolitoli

4.2 Pelayanan Rawat Jalan

Jumlah Pasien yang dilayani pada unit pelayanan rawat jalan RSU

Mokopido Tolitoli Tahun 2012 menurut status pasien dapat dilihat pada

tabel berikut:
54

Tabel 2
Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Pasien Poliklinik
RSU Mokopido Tolitoli Tahun 2012
JUMLAH KETERANGAN
NO POLIKLINIK
BARU LAMA ASKES UMUM JAMKES SKTM JKESDA

1 Interna 1.778 3.318 2.942 1.569 411 128 44

2 Bedah 857 848 597 716 261 105 37

3 Mata 207 97 136 134 22 9 4

4 Anak 1.049 740 296 1.393 62 39 9

5 Kandungan 899 709 334 959 184 69 37

6 Gigi 531 544 531 433 62 5 12

7 UGD 1.845 869 939 1.442 314 19 -

8 Fisioterapi 375 751 1048 18 60 - -

9 TB Paru 984 231 165 451 212 231 57

10 Rontgen 972 - 219 690 63 - -

Sumber : Profil RSU Mokopido Tolitoli

Pada tabel tersebut di atas menunjukkan jumlah kunjungan pasien

rawat jalan dengan status kunjungan sebanyak 17.599 Pasien, terbanyak

adalah kunjungn pasien umum degan jumlah 8.803 Pasien, dan

kunjungan pasien terendah adalah pasien dengan status Jamkesda yaitu

sebanyak 200 pasien.

Kunjungan baru pasien rawat jalan RSU Mokopido Tolitoli tahun 2012

adalah 9.492 pasien, mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yaitu sebanyak 6.539 pasien hal ini sejalan dengan semakin

membaiknya penataan pelayanan yang terus dikembangkan oleh RSU

Mokopido Tolitoli.
55

Berikut perbandingan jumlah kunjungan pasien rawat jalan RSU

Mokopido Tolitoli dari tahun 2010 s/d 2012 dapat dilihat pada gambar 1

dibawah ini:

Gambar 1
Perbandingan jumlah kunjungan rawat jalan
RSU Mokopido Tolitoli
Tahun 2010-212

18000
17659
16000 16982

14000
12000
10000 10016
8000
6000
4000
2000
0
2012 2011 2010
Sumber : Profil RSU Mokopido Tolitoli

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Univariat Mengenai Pengaruh Mutu Pelayanan


Keperawatan Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan
RSU Mokopido Tolitoli

1. Mutu pelayanan keperawatan


56

Mutu Pelayana Keperawatan adalah pelayanan kepada pasien

yang berdasarkan standar keahlian untuk memenuhi kebutuhan dan

kenginan pasien, sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan yang

akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan kepada rumah sakit, serta

dapat menghasilkan keunggulan kompetitif melalui pelayanan yang

bermutu, efesien, inovatif, dan menghasilkan costumer

responsineness. Untuk menilai mutu pelayanan keperawatan di RSU

Mokopido Tolitoli peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan

pendekatan dimensi mutu pelayanan sebagai berikut :

a) Terwujud bukti fisik (tanngible)

Dimensi ini mencakup kondisi fasilitas fisik, peralatan serta

penampilan petugas, karena jasa tidak dapat diamati secara lansung

maka pelanggang (pasien/masyarakat) sering sekali berpedoman

pada kondisi yang terlihat mengenai jasa dan melakukan evaluasi.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti memberikan 3 (tiga) item

pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 5.1.1
Kebersihan dan Kerapian Pakaian Perawat

Responen Persentase
Indikator Skor Jumlah
(N) (%)
Sangat Baik 5 31 155 40,58%
Baik 4 50 200 52,36%
Cukup Baik 3 9 27 7,07%
Kurang Baik 2 -  -  - 
57

Tidak Baik 1 -  -  - 
Jumlah
  90 382 100,00%

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 31 responden dengan nilai 155

atau 40,58% menjawab sangat baik, yang menjawab baik sebanyak 50

reponden dengan nilai 200 atau 52,36% dan yang menjawab cukup baik

sebanyak 9 responden dengan nilai 27 atau 7,07%.

Dari hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kebersihan dan

kerapian pakaian perawat di Instalasi RawatJalan RSU Mokopido Tolitoli

Sudah Baik bahkan ada responden yang mengatakan sangat baik.

Tabel 5.1.2
Kebersihan dan Kerapian Ruangan Rawat Jalan

Responen Persentase
Indikator Skor Jumlah
(N) (%)
Sangat Baik 5 21 105 29,17%
Baik 4 48 192 53,33%
Cukup Baik 3 21 63 17,50%
Kurang Baik 2      
Tidak Baik 1      
Jumlah
  90 360 100,00%

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 21 responden dengan nilai 105

atau 29,17% menjawab sangat baik, 48 responden dengan nilai 192 atau

53,33% menjawab baik, dan sebanyak 21 responden dengan nilai 17,50%

menjawab cukup baik.

Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa kebersihan dan

kerapian ruangan polikklinik sudah baik, bahkan ada responden yang

menjawab sangat baik.


58

Tabel 5.1.3
Kebersihan dan Kerapian Ruang Tunggu

Responen Persentase
Indikator Skor Jumlah
(N) (%)
Sangat Baik 5 18 90 24,79%
Baik 4 57 228 62,81%
Cukup Baik 3 15 45 12,40%
Kurang Baik 2  - -  - 
Tidak Baik 1  - -  -
Jumlah
  90 363 100,00%

Berdasarkan tabel diatas sebanyak 18 responden dengan nilai 90

atau 24,79% menjawab sangat baik, 57responden dengan nilai 228 atau

62,81% menjawab baik, sebanyak 15 responden dengan nilai 45 atau

12,40% menjawab cukup baik, serta tidak ada responden untuk jawaban

kurang baik dan tidak baik.

Berdasarkan hasil tersebut di atas dapatdisimpulkan bahwa

kebersihan dan kerapiahan ruang tunggu RSU Mokopido sudah baik.

b) Kehandalan (reability)

Dimensi ini menunjukkan kemampuan rumah sakit dalam memberika

pelayanan kesehatan dengan tepat waktu dan akurat sesuai dengan

yang ditawarkan karena sifat produk jasa yang nonstandardized

output, dan produk jasa sangat tergantung dari aktifitas manusia

sehingga akan sulit mengharapkan output yang konsisten.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengajukan 3 (tiga) item

Pertanyaan kepada pengunjung (pasien) yang hasilnya dapat dilihat

pada tabel-tabel berikut :


59

Tabel 5.1.4
Perawat Datang Tepat Waktu

Responen Persentase
Indikator Skor Jumlah
(N) (%)
Sangat Baik 5 15 75 24,12%
Baik 4 26 104 33,44%
Cukup Baik 3 35 105 33,76%
Kurang Baik 2 13 26 8,36%
Tidak Baik 1 1 1 0,32%
Jumlah
  90 311 100,00%

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 15 responden dengan nilai 75

atau 24,12% menjawab sangat baik, 26 responden dengan nilai 104 atau

33,44% menjawab baik, 35 responden yang menjawab cukup baik dengan

nilai 105 atau 33,76%, dan 13 responden dengan nilai 26 atau 8,36%

menjawab kurang baik, serta 1 responden yang menjawab tidak baik

dengan nilai 1 atau 0,32%.

Berdasarkan hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa masih

banyak responden yang kurang puas mengenai ketepatan waktu perawat

berada di ruangan polikklinik RSU Mokopido.

Tabel 5.1.5
Kemauan Perawat Memberikan Pelayanan Keperawatan

Responen Persentase
Indikator Skor Jumlah
(N) (%)
Sangat Baik 5 17 85 26,23%
Baik 4 26 104 32,10%
Cukup Baik 3 41 123 37,96%
Kurang Baik 2 6 12 3,70%
60

Tidak Baik 1 0 0 0,00%


Jumlah
  90 324 100,00%

Berdasarkan tabel diatas ada 17 reponden yang menjawab sangat


baik dengan nilai 85 atau 26,23%, 26 responden dengan nilai 104 atau
32,10% dengan jawaban baik, 41 responden dengan nilai 123 atau
37,96% yang menjawab cukup baik, serta 6 responden yang menjawab
kurang baik dengan nilai 12 atau 3.70%.
Dari hasil tersebut di atas dapatdisimpulkan bahwa kemauan
perawatuntuk memberikan pelayanan keperawatan diPolikklinik RSU
Mokopido sudah cukup baik sehingga pihak Rumah Sakit harus terus
meningkatkan pelayanannya.
Tabel 5.1.6
Ketepatan Waktu Perawat Memberi Pelayanan
(cepat, tepat dan Tidak Berbelit)

Responen Persentase
Indikator Skor Jumlah
(N) (%)
Sangat Baik 5 7 35 11,51%
Baik 4 31 124 40,79%
Cukup Baik 3 41 123 40,46%
Kurang Baik 2 11 22 7,24%
Tidak Baik  1  0  0 0,00%
Jumlah
  90 304 100,00%

Dari tabel diatas sebanyak 7 responden dengan jawaban 35 dengan

niai 11,51% yang menjawab sangat baik, 31 responden yang menjawab

baik dengan nilai 124 atau 40,79%, sebanyak 41 responden yang

menjawab cukup baik dengan nilai 123 atau 40,46% dan 11 responden

dengan nilai 22 atau 7,24% dengan jawaban kurang baik.


61

Dari hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ketepatan waktu

perawat memberikan pelayanan keperawatan (cepat, tepat dan tidak

berbelit) sudah baik, namun tidak sedikit responden yang mengatakan

cukup baik dan kurang baik sehingga diharapkan pihak RSU Mokopido

meningkatkan pelayanannya di ruangan polikklinik.

c) Ketanggapan (responsiveness)

Dimensi ini menrefleksikan kedalam kemampuan petugas kesehatan

dalam hal ini perawat RSU Mokopido dalam menolong pelanggang

(pasien/masyarakat) dan kesiapannya melayani sesuai prosedur dan

bisa memenuhi harapan pelanggang. Berdasarkan hal tersebut maka

peneliti mengajukan 3 (tiga) item Pertanyaan kepada pengunjung

(pasien) yang hasilnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 5.1.7
Ketanggapan Perawat Memberi Pelayanan

Responen Persentase
Indikator Skor Jumlah
(N) (%)
Sangat Baik 5 7 35 11,51%
Baik 4 35 140 46,05%
Cukup Baik 3 36 108 35,53%
Kurang Baik 2 9 18 5,92%
Tidak Baik 1 3 3 0,99%
Jumlah
  90 304 100,00%
Berdasarkan tabel di atas ada 7 responden dengan nilai 35 atau

11,51% yang menjawab sangat baik, 35 responden dengan nilai 140 atau

46,05% yang menjawab baik, 36 responden yang menjawab cukup puas

dengan nilai 108 atau 35,53%, 9 responden dengan nilai 18 atau 5,92%
62

dengan jawaban kurang puas, dan 3 responden yang menjawab tidak baik

dengan nilai 3 atau 0,99%.

Dari hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ketanggapan

perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan sudah baik,

meskipun ada responden yang menilai tidak baik sebanyak 0,99% tapi

jawaban ini dianggap tidak signifikan.

Tabel 5.1.8
Kecepatan Perawat Memberi Respon permintaan Pasien

Responen Persentase
Indikator Skor Jumlah
(N) (%)
Sangat Baik 5 17 85 27,24%
Baik 4 24 96 30,77%
Cukup Baik 3 33 99 31,73%
Kurang Baik 2 16 32 10,26%
Tidak Baik 1 0 0 0,00%
Jumlah
  90 312 100,00%

Berdasarkan tabel di atas ada 17 responden dengan nilai 85 atau

27,24% dengan jawaban sangat baik, 24 responden dengan nilai 96 atau

30,77% yang menjawab baik, sebanyak 33 responden yang menjawab

cukup baik dengan nilai 99 atau 31,73%, dan 16 responden yang

menjawab kurang baik yang menjawab kurang baik dengan nilai 32 atau

10,26%.

Dari hasil tersebut di atas dapt disimpulkan bahwa kecepatan perawat

dalam merespon permintaan dan keluhan pasien di ruangan polikklinik

RSU Mokopido sudah baik, namun masih ada responden yang menjawab
63

cukup baik dan kurang baik sehingga diharapkan pihak Rumah Sakitdapat

meningkatkan pelayanannya.

Tabel 5.1.9
Kecepatan Perawat Memperhatikan dan Mengatasi Keluhan Pasien

Responen Persentase
Indikator Skor Jumlah
(N) (%)
Sangat Baik 5 14 70 21,88%
Baik 4 33 132 41,25%
Cukup Baik 3 35 105 32,81%
Kurang Baik 2 5 10 3,13%
Tidak Baik 1 3 3 0,94%
Jumlah
  90 320 100,00%

Dari tabel di atas ada 14 responden yang menjawab sangat baik

dengan nilai 70 atau 21,88%, sebanyak 33 responden dengan nilai 132

atau 41,25% yang menjawab baik, 35 responden dengan nilai 105 atau

32,81% yang menjawab cukup baik, sebanyak 5 responden yang

menjawab kurang baik dengan nilai 10 atau 3,13% dan 3 responden yang

menjawab tidak baik dengan nilai 3 atau 0,94%.

Dari hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kecepatan

perawat dalam memperhatikan dan mengatasi keluhan pasien di

ruanganInstalasi Rawat Jalan RSU Mokopido Tolitoli, sudah baik, namun

karena adanya beberapa responden yang menilai kurang baik bahkan

tidak baik maka diharapkan pihak Rumah Sakit terus meningkatkan mutu

pelayanannya.

d) Jaminan (assurance)
64

Dimensi ini mencakup pengetahuan dan kesopanan serta

kemampuan untuk memberikan kepercacaan kepada pelanggang.

Dimensi ini merefleksikan kompetensi jasa pelayanan kepada

pelanggang dan keamanan oprasional. Kompetensi berkaitan dengan

pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan jasa, keramahan

mengacu pada bagaimana petugas berinteraksi dengan

pelanggangnya dan kepemilikan pelanggang. Kemampuan

merefeksikan pelanggang bahwa ia bebas dari bahaya resiko dan

keragu-raguan. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengajukan 2

(dua) item Pertanyaan kepada pengunjung (pasien) yang hasilnya

dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 5.1.10
Kejelasan Informasi Tentang Tindakan Keperawatan Yang diberikan

Responen Persentase
Indikator Skor Jumlah
(N) (%)
Sangat Baik 5 7 35 11,71%
Baik 4 37 148 49,50%
Cukup Baik 3 32 96 32,11%
Kurang Baik 2 6 12 4,01%
Tidak Baik 1 8 8 2,68%
Jumlah 90 299 100,00%

Berdasarkan tabel di atas ada 7 responden yang menjawab sangat

baik dengan nilai 35 atau 11,75%, sebanyak 37 responden dengan nilai

148 atau 49,50% yang menjawab baik, 32 responden dengan nilai 96 atau

32,11% yang menjawab cukup baik, untuk jawaban kurag baik ada 6
65

responden yang menjawabnya dengan nilai 12 atau 4,01%, serta 8

responden dengan jawaban tidak baik dengan nilai 8 atau 2,68%

Dari hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kejelasan

informasi yang diberikan perawat di Instalasi Rawat Jalan RSU Mokopido

sudah baik, namun masih banyak responden yang menilai kurang bai

bahkan tidak baik sehingga diharapkan adanya peningkatan mutu

pelayanan.

Tabel 5.1.11
Perawat Menguasai dan Terampil Dalam
Melakukan Pelayanan Keperawatan

Responen Persentase
Indikator Skor Jumlah
(N) (%)
Sangat Baik 5 11 55 17,41%
Baik 4 34 136 43,04%
Cukup Baik 3 35 105 33,23%
Kurang Baik 2 10 20 6,33%
Tidak Baik 1 - - -
Jumlah 90 316 100,00%

Berdasarkan tabel di atatas sebanyak 11 responden dengan nilai 55

atau 17,41% yang menjawab sangat baik, 34 responden dengan nilai 136

atau 43,04% yang menjawab baik, sebanyak 35 responden yang

menjawab cukup baik dengan nilai 105 atau 33,23%, dan 10 responden

dengan nilai 20 atau 6,33% yang menjawab kurang baik.

Dari hasil tersebut di atasdapatdisimpulkan bahwa perawat

menguasai dan terampil dalam melakukan pelayanan keperawatan di

Instalasi Rawat Jalan RSU Mokopido Tolitoli sudah baik, namun karena

adanya beberapa responden yang menilai cukup baik dan kurang baik,
66

maka diharapkan dari pihak Rumah Sakit dapat meningkatkan mutu

pelayanannya.

e) Perhatian (empathy)

Dimensi ini menunjukkan derajat perhatian yang diberikan petugas

pelayanan kepada setiap pelanggang (pasien/masyarakant). Dimensi

ini merefleksikan kemampuan petugas pelayanan untuk melayani

pelanggang, sebagaimana jika petugas itu mengalaminya.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengajukan 2 (dua) item

Pertanyaan kepada pengunjung (pasien) yang hasilnya dapat dilihat

pada tabel-tabel berikut :

Tabel 5.1.12
Keramahan dan Kesopanan Perawat Ketika Memberi Pelayanan

Responen Persentase
Indikator Skor Jumlah
(N) (%)
Sangat Baik 5 15 75 22,52%
Baik 4 40 160 48,05%
Cukup Baik 3 28 84 25,23%
Kurang Baik 2 7 14 4,20%
Tidak Baik 1 0 0 0,00%
Jumlah 90 333 100,00%

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 15 responden yang menjawab

sangat baik dengan nilai 75 atau 22,52%, 40 responden dengan nilai 160

atau 48,05% yang menjawab baik, sebanyak 28 responden dengan nilai

84 atau 25,23% yang menjawab cukup baik, serta sebanyak 7 responden

yang menjawab kurang baik dengan nilai 14 atau 4,20%.


67

Dari hasil tersebut di atas dapat disimpukan bahwa keramahan dan

kesopanan perawat ketika memberikan pelayanan keperawatan di

Instalasi Rawat Jalan RSU Mokopido Tolitoli sudah baik, namun harus

tetap ditingkatkan mengingat masih ada responden yang menilai kurang

baik.

Tabel 5.1.13
Perhatian Perawat Selama Pasien Menjalani Tindakan Keperawatan

Responen Persentase
Indikator Skor Jumlah
(N) (%)
Sangat Baik 5 8 40 13,20%
Baik 4 35 140 46,20%
Cukup Baik 3 29 87 28,71%
Kurang Baik 2 18 36 11,88%
Tidak Baik 1 0 0 0,00%
Jumlah 90 303 100,00%

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 8 responden yang menjawab

sangat baik dengan nilai 40 atau 13,20%, 35 responden yang menjawab

baik dengan nilai 140 atau 46,20%, sebanyak 29 resonden yang

menjawab cukup baik dengan nilai 87 atau 28,71%, serta 18 responden

dengan nilai 36 atau 11,88% yang menjawab kurang baik.

Berdasarkan hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perhatian

perawat selama pasien menerima pelayanan keperawatan di Instalasi

Rawat Jalan RSU Mokopido sudah baik, namun mutu pelayanan harus

ditingkatkan mengingat masih ada responden yang menilai cukup baik

dan kurang baik.

2. Tingkat Kepuasan Pasien


68

Kepuasan konsumen dalan hal ini pasien merupakan persepsi multi

dimensional yang terkait dengan struktur, proses dan out come

pelayanan, sedangkan ketidak puasan merupakan kesenjangan antara

harapan dengan kenyataan layanan yang diterima oleh pasien. Ketidak

puasan adalah kekecewaan. Ketidak puasan terhadap layanan kesehatan

diungkapkan dalam bentu keluhan, protes, kemarahan, surat terbuka

dalam media massa, pengaduan pada ikatan profesi sampai pada

pengaduan ke pengadilan dengan tuduhan mal praktek. Untuk menilai

tingkat kepuasan pasien/pengunjung Instalasi Rawat Jalan RSU Mokopido

peneliti telah menyebar kuisioner yang sifatnya to the poin mengenai apa

yang dirasakan oleh pasien atau pengunjung yang hasilnya dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 5.1.14
Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayan Keperawatan

Responen Persentase
Indikator Skor Jumlah
(N) (%)
Puas   57   63,33%
Tidak Puas   33   36,67%
Jumlah 90 100,00%

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 57 dari 90 responden yang

menjawab puas atau sebanyak 63,33% dari seluruh responden dan 33

yang menjawab tidak puas atau 36,67% dari dari seluruh responden yang

berjumlah 90 orang sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan

pasie di Instalasi Rawat Jalan RSU Mokopido sudah tinggi.


69

5.2 Analisis Bivariat denagan Hipotesis Mengenai Pengaruh Mutu


Pelayanan Keperawatan Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien
Rawat Jalan RSU Mokopido Tolitoli

Untuk melakukan analisis bivariat dengan Hipotesis mengenai

pengaruh mutu pelayanan keperawatan terhadap tingkat kepuasan pasien

rawat jalan RSU Mokopido Tolitoli peneliti menggunakan rumus chi square

dengan tabel dua kali dua sebagaimana telah dijelaskan bahwa dasar

pengambilan keputusan dalam pembuatan tabel adalah a mutu pelayanan

yang bagus pasien puas, b mutu pelayanan bagus tapi pasien tidak puas,

c mutu pelayanan tidak bagus pasien tidak puas, d mutu pelayanan tidak

bagus tapi pasien puas dimana hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1.15

Tabel kontigensi mutu pelayanan keperawatan dan tingkat kepuasan


pasien Instalasi Rawat Jalan RSU Mokopido Tolitoli

Mutu Kepuasan Pasien Total


Pelayanan
Keperawatan o (Positif) oj e (Negatif) ej 0 E
Positif 50 41 15 24 65 65
Negatif 7 16 18 9 25 25
Total 57 57 33 33 90 90

Dengan Rumus :

∑ ¿ 1 (oj – ej)2
f
X2 =
70

Jika hasilnya < 1 berarti mutu pelayanan keperawatan tidak

mempengaruhi tingkat kepuasan pasien Ho diterima, jika hasilnya > 1

maka mutu pelayanan keperawatan mempengaruhi tingkat kepuasan

pasien Ha Diterima.

Maka :

∑ ¿ 1 (oj – ej)2
f
X2 =

1 (50-41)2 1(15-24)2 1(7-16)2 1(18-9)2


X2 = + + +
41 24 16 9

1 (-9)2 1(9)2 1(-9)2 1(9)2


X2 = + + +
41 24 16 9

X2 = 1,97 + 3,375 + 5,06 + 9

X2 = 19,4

Karena X2 = 19,4 > 1 maka Ho di tolak, mutu pelayanan keperawatan

mempengaruhi tingkat kepuasan pasien di Instalasi Rawat Jalan RSU

Mokopido Tolitoli.
71

BAB VI

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Al-Assaf,A.F (2009) Mutu dalam Layanan Kesehatan: Suatu Rangkuman,


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Azwar . (2010). Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan

Muninjaya, A. A. Gede (2011) Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kotler, P. (2005) Manajemen Pemasaran Jilid 1, edisi bahasa Indonesia:


PT Indeks, Jakarta.

Mulyadi, Bagus. (Ed). (2001). Petunjuk pelaksanaan indikator Mutu


Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta.

Nasution, M.N. (2005). Kepuasan Manajemen Mutu Terpadu (Total


Quality management), edisi 2 : Ghalia Indonesia, Jakarta.

Notoatmojo, S. (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.


Jakarta.
72

Suprapto, J.(2001), Pengukuran Tingkat kepuasan Pelanggan. Edisi


Baru. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Yamit, Zulan (1996). Manajemen produksi dan oprasional. Edisi Pertama,


Penerbit Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta.

Dokumen :

Profil RSUD Mokopido Tolitoli (2012)

Depkes RI. (1998). Standar Pelayanan dan Asuhan Keperawatan di


Rumah Sakit, Depertemen Kesehatan RI. Jakarta.

Sumber Lain :

Ibnu Hasan, pengertian kepuasan Konsumen. (online)


(http://wordpress.com/, diakses 05 April 2013.)

Zoeldhan, (2010). Pengertian Kepuasan konsumen. (online)


(http://.www.blogspot.com/, diakses 05 April 2013.)

Anonim, 2012. Rumah Sakit Sebagai BLU. (online)


(http://www.banjarnegarakab.go.id/v2/index.php/berita/pengumuman/
761-rsud-banjarnegara-terapkan-ppk-blu, diakses 05 mei 2013)

Tinarbuka, arya.2011. BLURS. (online)


(http://tinarbukaaw.studensblog.undip.ac.id/2011/07/badan-layanan-
umum-blu-rumah-sakit/, diakses 05 Mei 2013)

Zahendra. 2010. Menjadi BLU Rumah Sakit Lebih Mandiri. (online)


(http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2010/12/14/11036/men
jadi_blu_rumah_sakit_lebih_mandiri/#/T8AMPHo7ee0, diakses 05
Mei 2013)
73

Anda mungkin juga menyukai