Pedoman Teknis BLUD
Pedoman Teknis BLUD
Draft
PEDOMAN TEKNIS
AGUSTUS 2010
KATA PENGANTAR
Dalam rangka mewujudkan kemandirian daerah melalui program Urban Sector
Development Reform Project (USDRP) dengan mengadopsi pendekatan holistic yang
melibatkan tiga strategi pembangunan yang berfokus kepada pegentasan kemiskinan,
pengembangan ekonomi local dan peningkatan pelayanan publik, terdapat dua komponen
kegiatan yang meliputi pembaruan tata pemerintahan dasar dan pengembangan kapasitas
serta investasi pembangunan infrastruktur perkotaan. USDRP mempunyai tujuan
meningkatkan dan memperbaiki pelayanan perkotaan bagi kabupaten dan kota pesertanya
serta berupaya untuk mencapai sasaran jangka panjang Pemerintah Indonesia, yaitu untuk
mengembangkan kota yang mandiri. Untuk itu USDRP memfokuskan diri pada upaya
pembaruan tata pemerintahan di daerah, pengembangan kapasitas kelembagaan dan
pembiayaan investasi prioritas pembangunan perkotaan.
Salah satu komponen terpenting dari program ini adalah komponen pembiayaan
investasi. Agar pembiayaan investasi benar-benar dapat memberikan hasil yang maksimal
dalam rangka cost recovery serta manfaat yang optimal bagi masyarakat luas, maka perlu
dikelola secara benar, efisien dan efektif oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu Direktorat
Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum selaku Penanggungjawab Proyek
memandang perlu adanya pedoman umum maupun teknis untuk pengelolaan asset dari
pembiayaan investasi tersebut diatas. Panduan ini merupakan salah satu referensi terpenting
bagi daerah kabupaten / kota peserta USDRP agar pengelolaan asset terutama yang dibangun
dalam rangka USDRP dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Buku Pedoman pengelolaan asset ini terdiri dari 6 (enam) buku yaitu :
1. Pedoman Umum Pengelolaan Pasar,
2. Pedoman Teknis Pengelolaan Pasar yang terdiri dari :
1) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Pasar
2) Perusahaan Daerah (Perusda) Pasar
3) Pengelolaan Pasar oleh SKPD Secara Langsung.
3. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengelolaan Pasar, dan
4. Pedoman Pengelolaan Terminal Bis.
Sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap USDRP, kami memohon agar setiap
pemerintah daerah selaku penanggungjawab / pengelola investasi memahami dan
melaksanakan pedoman ini. Akhirnya, kami menyampaikan terima kasih kepada CPMUii
USDRP dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan pedoman ini,
serta kepada Bank Dunia yang telah memberikan petunjuk, pengarahan dan persetujuannya.
Jakarta,
September 2010
( )
NIP. ..
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Direktur . ii
Daftar Isi iv
Daftar Tabel .. vi
Daftar Gambar / Bagan .. vii
Daftar Istilah / Singkatan viii
BAB I. PEMBENTUKAN BLUD PASAR
1.1. Latar Belakang .. I-1
1.2. Landasan Hukum Pembentukan BLUD I-2
1.3. Tahap Persiapan Pembentukan BLUD . I-4
1.3.1. Persyaratan Substantif I-4
1.3.2. Persyaratan Teknis . I-5
1.3.3. Persyaratan Administratif I-5
1.4. Tahap Implementasi .. I-5
BAB II. PENYUSUNAN RENSTRA BLUD PASAR
2.1. Pengembangan Isi Dokumen Renstra.
II-1
II-2
II-2
II-2
II-3
II-5
II-8
II-9
2.6. Penyusunan Profil, Perumusan dan Prioritas Isue Tentang Pasar .........
II-11
II-12
II-13
2.9. Penentuan Target Lima Tahunan, Rincian Target Tahunan, Indikator Capaian,
Indikasi Anggaran, dan Sumber Pendanaan...
2.10.Konsultasi Publik Penyusunan Renstra : Forum SKPD dan Musrenbang
iv
II-14
II-15
III-1
III-3
III-3
III-4
III-5
IV-1
IV-1
IV-2
IV-2
IV-3
IV-3
V-1
V-3
V-6
V-12
V-14
VI-1
VI-2
VI-3
VI-3
VI-3
VI-4
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR/BAGAN
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
viii
BAB I
PEMBENTUKAN BLUD PASAR
1.1. Latar Belakang
Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya negara untuk memenuhi
kebutuhan dasar dari hak-hak setiap warga negara atas barang, jasa, dan pelayanan
administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Terkait dengan pelayanan
publik dimaksud, Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada negara untuk
memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara demi kesejahteraannya, sehingga efektivitas
penyelenggaraan suatu pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan
pelayanan publik.
Disadari bahwa kondisi penyelenggaraan pelayanan publik saat ini masih dihadapkan
pada sistem pemerintahan yang belum efektif dan efisien serta kualitas sumber daya manusia
aparatur yang belum memadai. Hal ini terlihat dari masih banyaknya keluhan dan pengaduan
dari masyarakat baik secara langsung maupun melalui media massa, terkait dengan prosedur
yang berbelit-belit, tidak ada kepastian jangka waktu, biaya yang harus dikeluarkan,
persyaratan yang tidak transparan, petugas yang tidak profesional, sehingga menimbulkan
citra yang kurang baik terhadap pemerintah.
Sejalan dengan langkah-langkah revitalisasi BUMN, maka dalam rangka mengurangi
birokrasi dan sekaligus meningkatkan kualitas layanan pemerintah kepada masyarakat,
pemerintah telah mengembangkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU)
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum sebagai tindaklanjut Pasal 69 Ayat (7) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum tersebut, pada
hakekatnya adalah merupakan bagian paket reformasi di bidang keuangan negara. Salah satu
dari reformasi yang paling menonjol adalah pergeseran dari pengganggaran tradisional ke
penganggaran berbasis kinerja. Dengan berbasis kinerja ini, mulai dirintis arah yang jelas bagi
penggunaan dana pemerintah, berpindah dari sekedar membiayai masukan (inputs) atau
proses ke pembayaran terhadap apa yang akan dihasilkan (outputs). Orientasi pada outputs
semakin menjadi praktik yang dianut luas oleh pemerintahan modern di berbagai negara.
I-|1
Dewan Pengawas Pada Badan Layanan Umum; serta (4) Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola,
Dewan Pengawas dan Pegawai Badan Layanan Umum.
Dalam konteks pembentukan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) pemerintah telah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
dimana dalam Pasal 1 butir 63 disebutkan bahwa Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya
disingkat BLUD adalah SKPD/unit kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas. Selanjutnya terkait dengan pembentukan BLUD, Pasal 146
menyatakan bahwa pemerintah daerah dapat membentuk BLUD untuk: (a) menyediakan barang
dan/atau jasa untuk layanan umum dan (b) mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan
ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat.
Sebagai tindaklanjut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah tersebut, Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan Permendagri Nomor 13 tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dimana pada Pasal 325 disebutkan bahwa
BLUD dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya Pasal 326 Ayat (1)
menyebutkan bahwa Pembinaan keuangan BLUD dilakukan oleh PPKD dan pembinaan teknis
dilakukan oleh Kepala SKPD yang bertanggung jawab atas urusan pemerintahan yang bersangkutan.
Lebih lanjut pada Pasal 329 disebutkan bahwa pedoman teknis mengenai pengelolaan keuangan
BULD diatur lebih lanjut oleh Menteri Dalam Negeri setelah memperoleh pertimbangan Menteri
Keuangan.
I-|6
BAB II
PENYUSUNAN RENSTRA BLUD PASAR
2.1. Pengembangan Isi Dokumen Renstra
Tujuan :
Pengembangan isi dokumen ditujukan untuk memberikan orientasi kepada Tim Penyusun
tentang format keluaran dokumen yang harus dihasilkan dan memberikan acuan dalam
mengorganisasikan substansi yang perlu dicakup dalam dokumen tersebut. Daftar isi ini
juga
ditujukan
untuk
membantu
Tim
Penyusun
mengorganisasikan
dan
mengkoordinasikan tugas dan menyiapkan kerangka acuan penugasan bagi masingmasing anggota Tim Penyusun. Daftar isi ini diharapkan dapat membantu menstrukturkan
penyampaian materi dokumen agar mengikuti alur pemikiran strategis, runtun, dan
sistematis.
Keluaran :
Daftar isi dokumen Renstra BLUD Pasar
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah memuat
sistematika (minimal) suatu Renstra/Renja SKPD.
Sistematika penulisan Renstra BLUD Pasar, paling sedikit, mencakup :
1. Pendahuluan
2. Gambaran pelayanan BLUD Pasar
3. Isu-isu strategis berdasarkan tugas pokok dan fungsi
4. Visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi dan kebijakan
5. Rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan
indikatif
6. Indikator kinerja BLUD Pasar yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD
Sedangkan sistematika penulisan Renja BLUD Pasar, paling sedikit mencakup:
1. Pendahuluan
II - | 1
Penutup
keputusan perencanaan. Alur ini merupakan wahana bagi non government stakeholder
seperti NGO, CSO, CBO untuk memberikan kontribusi yang efektif pada setiap public
participatory events, kemudian mereview dan mengevaluasi hasil-hasil proses strategis.
2.2.3. Alur Legislasi dan Politik
Ini merupakan alur proses konsultasi dengan legislatif (DPRD) sebelum Renstra SKPD
ditetapkan dalam Peraturan Kepala SKPD. Pada alur ini diharapkan DPRD dapat
memberikan kontribusi pemikirannya, review, dan evaluasi atas hasil-hasil baik proses
strategis maupun proses partisipatif.
Terdapat lima pendekatan dalam penyusunan Renstra BLUD Pasar, yaitu:
1) Politik
Ini bermakna bahwa penyusunan Renstra BLUD Pasar melibatkan proses konsultasi
dengan kekuatan politis terutama Kepala Daerah Terpilih dan DPRD :
Ada konsultasi dengan KDH Terpilih untuk penerjemahan yang tepat dan
sistematis atas visi, misi, dan program Kepala Daerah Terpilih ke dalam tujuan,
strategi, kebijakan, dan program pembangunan daerah.
Ada pokok-pokok pikiran DPRD dalam proses penyusunan Renstra BLUD Pasar
Ada pengesahan Renstra BLUD Pasar sebagai Peraturan Kepala SKPD yang
mengikat semua.
2) Teknokratik
Dokumen Renstra SKPD pada dasarnya merupakan suatu proses pemikiran strategis.
Kualitas Dokumen Renstra SKPD sangat ditentukan oleh seberapa jauh Renstra
SKPD dapat mengemukakan secara sistematis proses pemikiran strategis tersebut.
Perencanaan strategis erat kaitannya dengan proses menetapkan kemana daerah
akan diarahkan pengembangannya dan apa yang hendak dicapai dalam lima tahun
mendatang; bagaimana mencapainya dan langkahlangkah strategis apa yang perlu
dilakukan agar tujuan tercapai.
II - | 3
Alur pemikiran strategis (strategic thinking process) pada dasarnya mencakup elemenelemen sebagai berikut :
Ada rumusan prioritas isu sesuai dengan urgensi dan kepentingan dan dampak
isu terhadap kesejahteraan masyarakat banyak
Ada pertimbangan atas kendala ketersediaan sumber daya dan dana (kendala
fiskal SKPD)
Ada kejelasan siapa bertanggung jawab untuk mencapai tujuan, sasaran dan
hasil, dan waktu penyelesaian termasuk review kemajuan pencapaian sasaran
3) Demokratis-Partisipatif
Ini bermakna bahwa proses penyusunan Renstra SKPD perlu dilaksanakan secara
transparan, akuntabel, dan melibatkan masyarakat (stakeholder) dalam pengambilan
keputusan perencanaan di semua tahapan perencanaan.
Ada keterwakilan yang memadai dari seluruh segmen masyarakat, terutama kaum
perempuan dan kelompok marjinal
4) Atas-bawah (top-down)
Ini bermakna bahwa proses penyusunan Renstra BLUD perlu bersinergi dengan
rencana strategis di atasnya dan komitmen pemerintahan atasan berkaitan:
5) Bawah-atas (bottom-up)
Ini bermakna bahwa proses penyusunan Renstra BLUD perlu memperhatikan aspirasi
dan kebutuhan masyarakat:
Identifikasi individu dari BLUD Pasar maupun masyarakat yang berpotensi untuk
ditugaskan sebagai Tim Penyusun Renstra BLUD Pasar. Unsur internal BLUD
adalah perwakilan tiap bidang dan sekretariat.
Unsur eksternal BLUD Pasar adalah : NGS (LSM dan Tokoh Masyarakat) dan
akademisi dari perguruan tinggi lokal.
Buatlah skenario susunan Tim Penyusun Renstra BLUD Pasar, yang terdiri atas
unsur BLUD yang bersangkutan ditambah kalau mungkin dengan unsure
perwakilan NGS yang mendalami permasalahan pasar/perdagangan.
II - | 6
Bila dirasa perlu, lakukan pemilihan calon fasilitator proses penyusunan renstra
dari luar BLUD Pasar.
Diskusikan kesiapan calon anggota Tim penyusun Renstra BLUD, terutama bila
melibatkan anggota tim yang berasal dari NGS.
Buatkan surat dari Kepala BLUD tentang pernyataan kesediaan calon anggota
terpilih dari unsur NGS untuk menjadi anggota Tim Penyusun serta kewajibankewajibannya, yang diketahui/disetujui oleh kepala lembaga yang bersangkutan.
Buat Surat Keputusan Kepala BLUD tentang Penetapan Tim Penyusunan Renstra
BLUD Pasar.
Metode :
Diskusi
Informasi yang harus disiapkan :
II - | 8
bawah-atas (bottom-up).
Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Presiden/Kepala Daerah
II - | 10
Jumlah pedagang,
Jumlah pengunjung.
2.7. Perumusan Visi, Misi, Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengembangan Pasar
Tujuan :
Setiap perencanaan strategis memerlukan fokus- yaitu visi. Visi dapat dikatakan juga
semacam tujuan yang dapat mengarahkan dan mendorong semua stakeholder
(pemerintah dan non pemerintah) berkontribusi pada pencapaian visi.
Visi mempunyai jangkauan 5 tahun atau lebih ke depan.Visi merupakan keadaan ideal,
sifatnya memberikan inspirasi dan arah serta posisi (setting) daerah di masa depan.
Misi merupakan jabaran tentang apa yang akan dilakukan, siapa penerima manfaat
(beneficiaries), apa kompetensi utama daerah dan mengapa itu perlu dilakukan. Misi
sifatnya berlaku secara terus menerus (tidak terbatas waktunya).
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan visi dan misi dari BLUD Pasar dalam rangka
menunjang pencapaian visi dan misi daerah serta program prioritas pembangunan dari
Kepala Daerah dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi BLUD. Tujuannya adalah
II - | 12
untuk menentukan arah pembangunan BLUD yang dapat menunjang pencapaian kinerja
Kepala Daerah terpilih yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Keluaran :
Dasar pertimbangan perumusan visi dan misi
Rumusan visi BLUD Pasar
Rumusan misi BLUD Pasar.
Prinsip-prinsip :
Rumusan visi dan misi harus SMART, sehingga dapat digunakan sebagai acuan
pembangunan dan dapat diukur kinerjanya.
Rumusan visi, misi BLUD Pasar harus menunjang visi, misi daerah sesuai dengan
tupoksinya.
Metode :
Team Work
Informasi yang disiapkan :
Hasil kajian terhadap visi, misi dan program prioritas Kepala Daerah terpilih.
Tupoksi BLUD yang bersangkutan.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan :
Visi sejauh mungkin spesifik dan berakar pada kondisi dan situasi setempat dan
disepakati oleh semua stakeholder.
Misi terdiri atas pernyataan misi dan nilai-nilai utama atau core values yang menjadi
landasan operasional untuk mencapai misi.
Untuk mengukur tingkat pencapaian kinerja pelayanan BLUD Pasar terhadap SPM
dalam periode perencanaan menengah (Renstra) yang lalu.
II - | 14
Keluaran :
-
Metode :
-
Langkah-langkah :
-
Prinsip-prinsip :
1) Inklusif: memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholder SKPD yang relevan
untuk mengidentifikasi masalah dan aspirasinya, menunjukkan posisinya, dan
merumuskan peranan dan kontribusinya
2) Legitimasi: karena stakeholder Forum BLUD merupakan representatif dari
berbagai CSO, maka rencana yang dibuat akan mendapatkan legitimisasi dan
dukungan yang lebih kuat.
3) Merespon terhadap kebutuhan: berorientasi pada hasil yang konkrit atas
kebutuhan multi stakeholder berdasarkan diskusi dan negosiasi di antara peserta.
4) Mendorong kerjasama dan komitmen: merupakan wadah yang memungkinkan
adanya pertukaran pengetahuan, keahlian, dan mobilisasi sumber daya dari
berbagai sumber. Di samping itu, wadah ini juga mendorong pemahaman bersama
tentang isu dan membangun konsensus.
II - | 16
II - | 18
BAB III
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
3.1. Konsep Dasar Standar Pelayanan Minimal
Undang-Undang 32 tahun 2004 pasal 11 (4), menyatakan bahwa penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal
dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah. Penetapan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) oleh pemerintah pusat adalah cara untuk menjamin dan mendukung
pelaksanaan urusan wajib oleh pemerintah provinsi/kabupaten/kota, dan sekaligus merupakan
akuntabilitas daerah kepada pemerintah pusat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Disamping itu, SPM juga dapat dipakai sebagai alat pembinaan dan pengawasan pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah.
1) Pengertian Standar Pelayanan Minimal
Pengertian SPM dapat dijumpai pada beberapa sumber, antara lain :
Undang-Undang 32 tahun 2004 penjelasan pasal 167 (3), menyatakan bahwa SPM
adalah standar suatu pelayanan yang memenuhi persyaratan minimal kelayakan.
Lampiran Surat Edaran Dirjen OTDA Nomor 100/757/OTDA tanggal 8 Juli 2002
menyatakan Standar Pelayanan Minimal adalah tolok ukur untuk mengukur kinerja
penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar
kepada masyarakat.
Permendagri No.6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan
Standar Pelayanan Minimal.
Dari berbagai pengertian tersebut, secara umum dapat diikhtisarkan bahwa SPM merupakan
standar minimal pelayanan publik yang harus disediakan oleh pemerintah daerah kepada
masyarakat. Adanya SPM akan menjamin minimal pelayanan yang berhak diperoleh
masyarakat dari pemerintah. Dengan adanya SPM maka akan terjamin kuantitas dan atau
kualitas minimal dari suatu pelayanan publik yang dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga
diharapkan akan terjadi pemerataan pelayanan publik dan menghindari kesenjangan
pelayanan antar daerah.
Seperti telah diuraikan di atas, bahwa pelaksanaan urusan wajib merupakan pelayanan
minimal sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Maksud dari pernyataan ini
adalah bahwa, SPM ditetapkan oleh pemerintah pusat dalam hal ini departemen teknis,
sedangkan pedoman penyusunan SPM ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri sesuai dengan
penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 167 (3).
2) Manfaat Standar Pelayanan Minimal
SPM mempunyai beberapa manfaat, antara lain :
(1) Memberikan jaminan bahwa masyarakat akan menerima suatu pelayanan publik dari
pemerintah daerah sehingga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
(2) Dengan ditetapkannya SPM akan dapat ditentukan jumlah anggaran yang dibutuhkan
untuk menyediakan suatu pelayanan public.
(3) Menjadi dasar dalam menentukan anggaran berbasis kinerja.
(4) Masyarakat dapat mengukur sejauhmana pemerintah daerah memenuhi kewajibannya
dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat, sehingga hal ini dapat
meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah kepada masyarakat.
(5) Sebagai alat ukur bagi kepala daerah dalam melakukan penilaian kinerja yang telah
dilaksanakan oleh unit kerja penyedia suatu pelayanan.
(6) Sebagai benchmark untuk mengukur tingkat keberhasilan pemerintah daerah dalam
pelayanan publik.
(7) Menjadi dasar bagi pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh institusi
pengawasan.
III - | 2
(3) Tarif, termasuk imbal hasil yang wajar dari investasi dana dan untuk menutup
seluruh atau sebagian dari biaya per unit layanan.
(4) Tarif layanan, dapat berupa besaran tarif atau pola tarif sesuai jenis layanan
BLUD yang bersangkutan.
(5) Tarif layanan BLUD-SKPD diusulkan oleh pemimpin BLUD kepada kepala daerah
melalui sekretaris daerah.
(6) Tarif layanan BLUD-Unit Kerja diusulkan oleh pemimpin BLUD kepada kepala
daerah melalui kepala SKPD.
(7) Tarif layanan, ditetapkan dengan peraturan kepala daerah dan disampaikan
kepada pimpinan DPRD.
(8) Penetapan tarif layanan, mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan
layanan, daya beli masyarakat, serta kompetisi yang sehat.
(9) Kepala daerah dalam menetapkan besaran tarif, dapat membentuk tim.
(10) Pembentukan tim, ditetapkan oleh kepala daerah yang keanggotaannya dapat
berasal dari:
a. pembina teknis;
b. pembina keuangan;
c. unsur perguruan tinggi;
d. lembaga profesi.
(11) Peraturan kepala daerah mengenai tarif layanan BLUD dapat dilakukan
perubahan sesuai kebutuhan dan perkembangan keadaan.
(12) Perubahan tarif, dapat dilakukan secara keseluruhan maupun per unit layanan.
(13) Proses perubahan tarif berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang berlaku.
berlaku.
5. Tanggungjawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggungjawab
petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.
6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang
dimiliki petugas dalam memberikan / menyelesaikan pelayanan ke[ada masyarakat.
7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu
yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan,
8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak
membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling
menghargai dan menghormati.
10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya
biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.
11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan
biaya yang telah ditetapkan.
12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih,
rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima
pelayanan.
14. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat
III - | 6
b.
2)
3)
4)
a. Untuk ijin baru dan perpanjangan pemakaian tempat tidak dikenakan biaya.
b. Untuk baliknama pemakaian tempat dikenakan biaya . x tarif restribusi.
c. Biaya ijin balik nama dihitung berdasarkan :
1)
2)
b.
Formulir pendaftaran
b.
Blanko ijin
c.
Mesin Ketik
d.
Komputer
e.
f.
Kalkulator
g.
Filling cabinet
h.
Ordner
9. Kompetensi petugas
a.
b.
Bila pedagang ada komplain bisa data langsung ke Kantor BLUD Pasar.
2.
III - | 8
BAB IV
PENYUSUNAN RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN
10. Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
134/PMK.06/2005
tentang
Pedoman
IV - | 2
IV - | 3
bersangkutan. Tata cara pengintegrasian RBA ke dalam RKA-KL berpedoman pada ketentuan
dalam PP No.21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga.
4.6. Bentuk Format RBA BLU (sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor
44/PMK.05/2009)
Bentuk format BLU terdiri dari :
Bab I
Pendahuluan
1. Gambaran Umum
2. Visi Badan Layanan Umum
3. Misi Badan Layanan Umum
4. Maksud dan Tujuan Badan Layanan Umum
5. Kegiatan Badan Layanan Umum
6. Budaya Badan Layanan Umum
7. Susunan Pejabat Pengelola BLU dan Dewan Pengawas
IV - | 6
BAB V
PENGELOLAAN KEUANGAN
V-|1
5.1.2. Penganggaran
1) PASAR menyusun Rencana Bisnis Tahunan yang berpedoman kepada renstra
bisnis PASAR.
2) Penyusunan Rencana Bisnis Tahunan, disusun berdasarkan prinsip anggaran
berbasis kinerja, perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanan, kebutuhan
pendanaan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari
masyarakat, badan lain, APBD, dan sumber-sumber pendapatan PASAR lainnya.
3) Rencana Bisnis Tahunan merupakan penjabaran lebih lanjut dari program dan
kegiatan PASAR dengan berpedoman pada pengelolaan keuangan PASAR.
4) Rencana Bisnis Tahunan, memuat:
a. Kinerja tahun berjalan;
a) hasil kegiatan usaha;
b) faktor yang mempengaruhi kinerja;
c) perbandingan RBA tahun berjalan dengan realisasi;
d) laporan keuangan tahun berjaian; dan
e) hal-hal lain yang perlu ditindaklanjuti sehubungan dengan pencapaian
kinerja tahun berjalan.
b. Asumsi makro dan mikro, yang meliputi :
a) tingkat inflasi;
b) pertumbuhan ekonomi;
c) nilai kurs;
d) tarif;
e) volume pelayanan.
c. Target kinerja;
a) perkiraan pencapaian kinerja pelayanan; dan
b) perkiraan keuangan pada tahun yang direncanakan.
d. Analisis dan perkiraan biaya satuan;
Merupakan perkiraan biaya per unit penyedia barang dan/atau jasa pelayanan
yang diberikan, setelah memperhitungkan seluruh komponen biaya dan volume
barang dan/atau jasa yang akan dihasilkan.
V-|2
e. Perkiraan harga;
Merupakan estimasi harga Jual produk barang dan/atau jasa setelah
memperhitungkan biaya persatuan dan tingkat margin yang ditentukan seperti
tercermin dari tarif layanan.
f.
j.
a. Jasa layanan, berupa imbalan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan
kepada masyarakat.
b. Hibah, dapat berupa hibah terikat dan hibah tidak terikat.
c. Hasil kerjasama dengan pihak lain, dapat berupa perolehan dari kerjasama
operasional, sewa menyewa dan usaha lainnya yang mendukung tugas dan fungsi
PASAR.
d. APBD; berupa pendapatan yang berasal dari otorisasi kredit anggaran pemerintah
daerah bukan dari kegiatan pembiayaan APBD.
e. APBN; dapat berupa pendapatan yang berasal dari pemerintah dalam rangka
pelaksanaan dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan dan lain-lain.dan
f. Lain-lain pendapatan PASAR yang sah, antara lain meliputi :
a. hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan;
b. hasil pemanfaatan kekayaan;
c. jasa giro;
d. pendapatan bunga;
e. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
f. komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh PASAR;
g. hasil investasi.
2. Seluruh pendapatan PASAR, kecuali yang berasal dari hibah terikat, dapat dikelola
langsung untuk membiayai pengeluaran PASAR sesuai Rencana Bisnis Tahunan.
3. Hibah terikat, diperlakukan sesuai peruntukannya.
4. Seluruh pendapatan PASAR, dilaksanakan melalui rekening kas PASAR dan dicatat
dalam kode rekening kelompok pendapatan asli daerah pada jenis lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah dengan obyek pendapatan PASAR.
5. Seluruh pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaporkan kepada PPKD
setiap triwulan.
6. Format laporan pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), tercantum dalam
Lampiran pedoman ini.
V-|4
5.2.2. Biaya
1. Biaya PASAR terdiri dari biaya operasional dan biaya non operasional.
2. Biaya operasional, mencakup seluruh biaya yang menjadi beban PASAR dalam
rangka menjalankan tugas dan fungsi, yang terdiri dari :
a. Biaya pelayanan, mencakup seluruh biaya operasional yang berhubungan langsung
dengan kegiatan pelayanan, yang meliputi :
a) biaya pegawai;
b) biaya bahan;
c) biaya jasa pelayanan;
d) biaya pemeliharaan;
e) biaya barang dan jasa; dan
f) biaya pelayanan lain-lain.
b. Biaya umum dan administrasi, seluruh biaya operasional yang tidak berhubungan
langsung dengan kegiatan pelayanan, yang meliputi :
a) biaya pegawai;
b) biaya administrasi kantor;
c) biaya pemeliharaan;
d) biaya barang dan jasa;
e) biaya promosi; dan
f) biaya umum dan administrasi lain-lain.
3. Biaya non operasional, mencakup seluruh biaya yang menjadi beban PASAR dalam
rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi, yang meliputi :
a) biaya bunga;
b) biaya administrasi bank;
c) biaya kerugian penjualan aset tetap;
d) biaya kerugian penurunan nilai; dan
e) biaya non operasional lain-lain.
4. Biaya PASAR, dialokasikan untuk membiayai program peningkatan pelayanan,
kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukungpelayanan.
V-|5
Piutang
2. Piutang dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab
serta dapat memberikan nilai tambah, sesuai dengan prinsip bisnis yang sehat dan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. PASAR melaksanakan penagihan piutang pada saat piutang jatuh tempo.
4. Untuk melaksanakan penagihan piutang, PASAR menyiapkan bukti dan administrasi
penagihan, serta menyelesaikan tagihan atas piutang PASAR.
5. Penagihan piutang, yang sulit ditagih dapat dilimpahkan penagihannya kepada kepala
daerah dengan dilampiri buktl-bukti valid dan sah.
6. Piutang dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat yang berwenang,
yang nilainya ditetapkan secara berjenjang.
7. Kewenangan penghapusan piutang, ditetapkan dengan peraturan kepala daerah,
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5.3.3.2. Utang
1. PASAR dapat melakukan pinjaman/utang sehubungan dengan kegiatan operasional
dan/atau perikatan pinjaman dengan pihak lain.
2. Pinjaman/utang, dapat berupa pinjaman/utang jangka pendek atau pinjaman/utang
jangka panjang.
3. Pinjaman dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan
bertanggung jawab.
4. Pemanfaatan pinjaman/utang yang berasal dari perikatan pinjaman jangka pendek
hanya untuk biaya operasional termasuk keperluan menutup defisit kas.
5. Pemanfaatan pinjaman/utang yang berasal dari perikatan pinjaman jangka panjang
hanya untuk pengeluaran investasi/modal.
6. Pinjaman jangka panjang, terlebih dahulu wajib mendapat persetujuan kepala daerah.
7. Perikatan pinjaman dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara berjenjang
berdasarnilai pinjaman.
8. Kewenangan perikatan pinjaman, diatur dengan peraturan kepala daerah.
9. Pembayaran kembali pinjaman/utang, menjadi tanggung jawab PASAR.
10. Hak tagih pinjaman/utang PASAR menjadi kadaluwarsa setelah 5 (lima) tahun sejak
utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain menurut undang-undang.
V-|8
b. penerimaan/pengeluaran;
c, utang/piutang;
d. persediaan, aset tetap dan investasi; dan
e. ekuitas dana.
2. Penatausahaan PASAR didasarkan pada prinsip pengelolaan keuangan bisnis yang
sehat.
3. Penatausahaan PASAR, dilakukan secara tertib, efektif, efisien, transparan, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
4. Pemimpin PASAR menetapkan kebijakan penatausahaan keuangan PASAR.
5. Penetapan kebijakan penatausahaan, disampaikan kepada PPKD.
5.4. Akuntansi, Pelaporan Dan Pertanggungjawaban
5.4.1. Akuntansi
1. PASAR menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan
kebutuhan praktek bisnis yang sehat.
2. Setiap transaksi keuangan PASAR dicatat dalam dokumen pendukung yang dikelola
secara tertib.
3. PASAR menyelenggarakan akuntansi dan iaporan keuangan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia untuk
manajemen bisnis yang sehat.
4. Penyelenggaraan akuntansi dan Iaporan keuangan, menggunakan basis akrual baik
dalam pengakuan pendapatan, biaya, aset, kewajiban dan ekuitas dana.
5. Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi, PASAR dapat menerapkan standar
akuntansi industri yang spesifik setelah mendapatkan persetujuan dari Menteri
Keuangan.
6. PASAR mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan berpedoman
pada standar akuntansi yang berlaku untuk PASAR yang bersangkutan dan
ditetapkan oleh kepala daerah dengan peraturan kepala daerah.
7. Dalam rangka penyelenggaraan akuntansi dan pelaporan keuangan berbasis akrual,
pemimpin PASAR menyusun kebijakan akuntansi yang berpedoman pada standar
akuntansi sesuai jenis layanannya.
V - | 13
V - | 15
BAB VI
PENGADAAN BARANG/JASA
DAN KERJASAMA DENGAN PIHAK KETIGA
6.1. Pengadaan Barang dan/atau Jasa
Pengadaan barang dan/atau jasa pada BLUD PASAR dilaksanakan berdasarkan
ketentuan yang berlaku bagi pengadaan barang/jasa pemerintah, berdasarkan prinsip efisien,
efektif, transparan, bersaing, adil/tidak diskriminatif, akuntabel dan praktek bisnis yang sehat.
BLUD PASAR (dengan status penuh) dapat diberikan fleksibilitas berupa pembebasan
sebagian atau seluruhnya dari ketentuan yang berlaku umum bagi pengadaan barang dan/atau
jasa pemerintah, apabila terdapat alasan efektivitas dan/atau efisiensi.
a. Obyektifitas, dalam hal penunjukan yang didasarkan pada aspek integritas moral,
kecakapan pengetahuan mengenai proses dan prosedur pengadaan barang dan/atau
jasa, tanggung jawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya
tujuan pengadaan barang dan/atau jasa;
b. Independensi, dalam hal menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan
kepentingan dengan pihak terkait dalam melaksanakan penunjukkan pejabat lain baik
langsung maupun tidak langsung; dan
c. Saling uji (cross check), dalam hal berusaha memperoleh informasi dari sumber yang
berkompeten,
dapat
dipercaya,
dan
dapat
dipertanggungjawabkan
untuk
dengan tugas dan fungsi BLUD PASAR harus mendapat persetujuan kepala daerah
melalui sekretaris daerah.
Tanah dan bangunan BLUD PASAR disertifikatkan atas nama pemerintah daerah
yang bersangkutan. Adapun tanah dan bangunan yang tidak digunakan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi BLUD PASAR, dapat dialihgunakan oleh pemimpin
BLUD PASAR dengan persetujuan kepala daerah.
6.3. Kerjasama Dengan Pihak Ketiga
Sebagai entitas ekonomi yang diberi keleluasaan untuk memperoleh pendapatan
sendiri, BLUD dapat melakukan kerja sama dengan pihak ketiga, sesuai dengan fungsi
dan bidang bisnisnya. Namun, karena BLUD bukanlah merupakan kekayaan daerah yang
dipisahkan, maka kerja sama yang dilakukan masih dalam kerangka atau lingkup
kekuasaan kepala daerah. Adapun tata cara serta hal-hal lain yang berkaitan dengan
kerjasama daerah diatur didalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah.
6.3.1. Tata Cara Kerja Sama Daerah
Tata cara kerjasama daerah meliputi :
1. Tata cara kerja sama antar daerah; dan
2. Tata cara kerja sama daerah dengan pihak ketiga.
Tata cara kerja sama dilakukan melalui tahapan :
1. persiapan;
2. penawaran;
3. penyiapan kesepakatan;
4. penandatanganan kesepakatan;
5. penyiapan perjanjian;
6. penandatanganan perjanjian; dan
7. pelaksanaan.
VI - | 3
rekomendasi
kepada
bupati/walikota
untuk
penandatanganan
Ketua
: Sekretaris Daerah
Wakil Ketua I
Wakil Ketua II
: Kepala Bappeda
Sekretaris
Anggota Tetap
Anggota Tidak
Tetap
VI - | 4
VI - | 5
LAMPIRAN I
...................................................................................................................... 2
PERNYATAAN
KESANGGUPAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA
Yang bertanda
Nama
Jabatan
Bertindak untuk dan
atas nama
Alamat
Telepon/Fax.
E-mail
(nama lengkap)
NIP................
(nama lengkap)
NIP.................
Keterangan:
1
H. MARDIYANTO
LAMPIRAN II
...................................................................................................................... 2
PERNYATAAN
BERSEDIA DIAUDIT SECARA INDEPENDEN
Yang bertanda
Nama
Jabatan
Bertindak untuk dan
atas nama
Alamat
: ............................................................................................
Telepon/Fax.
: ............................................................................................ 6
E-mail
: ............................................................................................7
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa untuk memenuhi salah satu persyaratan
administrasi dalam rangka menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (PPK-BLUD) sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor ...... Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah, ................... 8 bersedia untuk diaudit secara independen.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya, dengan penuh kesadaran
dan rasa tanggung jawab serta tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun.
.................., ...............................20.... 9
SKPD/Unit Kerja yang akan
menerapkan PPK-BLUD
Mengetahui,
Sekretaris Daerah/Kepala SKPD
...................................................
(tanda tangan)
Meterai
........................................
Tanggal
Cap
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP.................
(nama lengkap)
NIP.................
Keterangan:
1
H. MARDIYANTO
LAMPIRAN III
...................................................................................................................... 2
Nomor :
Lampiran
Perihal
:
: Permohonan untuk
menerapkan PPK-BLUD
Kepada :
Yth. Gubernur/Bupati/Walikota 3
.....................................................
di .
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 19, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor ...... Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah dengan ini kami
mengajukan permohonan untuk dapat menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK-BLUD).
Untuk mendukung permohonan tersebut bersama ini kami lampirkan dokumen persyaratan
administratif sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri dimaksud, yaitu:
1. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, kinerja keuangan dan
manfaat bagi masyarakat;
2. Pola Tata Kelola;
3. Rencana Strategis Bisnis;
4. Laporan Keuangan Pokok atau prognosa/proyeksi laporan keuangan; 4
5. Standar Pelayanan Minimum;
6. Laporan audit/Surat pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen. 5
Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perkenan dan persetujuannya diucapkan
terima kasih.
.................., ...............................20.... 6
Mengetahui,
Sekretaris Daerah/Kepala SKPD,
Pemohon,
Kepala SKPD/Unit Kerja
yang akan menerapkan PPK-BLUD,
(tanda tangan)
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP................
(nama lengkap)
NIP..................
Keterangan:
1
2
3
4
5
H. MARDIYANTO
LAMPIRAN IV
: 61 TAHUN 2007
: 7 NOVEMBER 2007
URAIAN
ANGGARAN
DALAM DPA
REALISASI
S/D
TRIWULAN
LALU
REALISASI
TRIWULAN
INI
REALISASI
S/D
TRIWULAN
INI
LEBIH
(KURANG)
Pendapatan
BLUD
1. Jasa Layanan
2. Hibah
3. Hasil Kerjasama
4. Pendapatan Lain
yang Sah
Jumlah
...............................20....
..................,
Mengetahui,
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
Pemimpin BLUD,
(tanda tangan)
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP................
(nama lengkap)
NIP................. 4
Keterangan:
1
diisi Nomor Induk Pegawai (bagi Pemimpin BLUD yang berasal dari PNS)
LAMPIRAN V
: 61 TAHUN 2007
: 7 NOVEMBER 2007
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.
2
..
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB (SPTJ)
Keterangan:
1
diisi Nomor Induk Pegawai (bagi Pemimpin BLUD yang berasal dari PNS)
A.
ANGGARAN
DALAM DPA
REALISASI
S/D
TRIWULAN
LALU
REALISASI
S/D
TRIWULAN
REALISASI
TRIWULAN
INI
INI
LEBIH
(KURANG)
BIAYA OPERASIONAL
1. Biaya Pelayanan
a. Biaya pegawai
b. Biaya bahan
c. Biaya jasa pelayanan
d. Biaya pemeliharaan
e. Biaya barang & jasa
f. Biaya pelayanan lain-lain
2. Biaya Umum &
Administrasi
a. Biaya Pegawai
b. Biaya administrasi kantor
c. Biaya pemeliharaan
d. Biaya barang & jasa
e. Biaya promosi
f. Biaya umum & adm. lainlain
BIAYA NON OPERASIONAL
a. Biaya bunga
b. Biaya administrasi bank
c. Biaya kerugian penjualan
aset tetap
d. Biaya kerugian penurunan
nilai
e. Biaya non operasional lainlain
JUMLAH
B.
.................., ...............................20.... 4
Pemimpin BLUD
Mengetahui,
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(tanda tangan)
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP............... 5
(nama lengkap)
NIP...................
Keterangan:
1
2
3
4
5
H. MARDIYANTO
Lampiran 7 :
Lampiran 8 :