Anda di halaman 1dari 74

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Draft

PEDOMAN TEKNIS

BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PASAR


DI KABUPATEN/KOTA PESERTA USDRP

AGUSTUS 2010

KATA PENGANTAR
Dalam rangka mewujudkan kemandirian daerah melalui program Urban Sector
Development Reform Project (USDRP) dengan mengadopsi pendekatan holistic yang
melibatkan tiga strategi pembangunan yang berfokus kepada pegentasan kemiskinan,
pengembangan ekonomi local dan peningkatan pelayanan publik, terdapat dua komponen
kegiatan yang meliputi pembaruan tata pemerintahan dasar dan pengembangan kapasitas
serta investasi pembangunan infrastruktur perkotaan. USDRP mempunyai tujuan
meningkatkan dan memperbaiki pelayanan perkotaan bagi kabupaten dan kota pesertanya
serta berupaya untuk mencapai sasaran jangka panjang Pemerintah Indonesia, yaitu untuk
mengembangkan kota yang mandiri. Untuk itu USDRP memfokuskan diri pada upaya
pembaruan tata pemerintahan di daerah, pengembangan kapasitas kelembagaan dan
pembiayaan investasi prioritas pembangunan perkotaan.
Salah satu komponen terpenting dari program ini adalah komponen pembiayaan
investasi. Agar pembiayaan investasi benar-benar dapat memberikan hasil yang maksimal
dalam rangka cost recovery serta manfaat yang optimal bagi masyarakat luas, maka perlu
dikelola secara benar, efisien dan efektif oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu Direktorat
Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum selaku Penanggungjawab Proyek
memandang perlu adanya pedoman umum maupun teknis untuk pengelolaan asset dari
pembiayaan investasi tersebut diatas. Panduan ini merupakan salah satu referensi terpenting
bagi daerah kabupaten / kota peserta USDRP agar pengelolaan asset terutama yang dibangun
dalam rangka USDRP dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Buku Pedoman pengelolaan asset ini terdiri dari 6 (enam) buku yaitu :
1. Pedoman Umum Pengelolaan Pasar,
2. Pedoman Teknis Pengelolaan Pasar yang terdiri dari :
1) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Pasar
2) Perusahaan Daerah (Perusda) Pasar
3) Pengelolaan Pasar oleh SKPD Secara Langsung.
3. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengelolaan Pasar, dan
4. Pedoman Pengelolaan Terminal Bis.
Sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap USDRP, kami memohon agar setiap
pemerintah daerah selaku penanggungjawab / pengelola investasi memahami dan
melaksanakan pedoman ini. Akhirnya, kami menyampaikan terima kasih kepada CPMUii

USDRP dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan pedoman ini,
serta kepada Bank Dunia yang telah memberikan petunjuk, pengarahan dan persetujuannya.
Jakarta,

September 2010

Direktorat Jenderal Cipta Karya


Kementerian Pekerjaan Umum RI,

( )
NIP. ..

iii

DAFTAR ISI
Kata Pengantar Direktur . ii
Daftar Isi iv
Daftar Tabel .. vi
Daftar Gambar / Bagan .. vii
Daftar Istilah / Singkatan viii
BAB I. PEMBENTUKAN BLUD PASAR
1.1. Latar Belakang .. I-1
1.2. Landasan Hukum Pembentukan BLUD I-2
1.3. Tahap Persiapan Pembentukan BLUD . I-4
1.3.1. Persyaratan Substantif I-4
1.3.2. Persyaratan Teknis . I-5
1.3.3. Persyaratan Administratif I-5
1.4. Tahap Implementasi .. I-5
BAB II. PENYUSUNAN RENSTRA BLUD PASAR
2.1. Pengembangan Isi Dokumen Renstra.

II-1

2.2. Tatacara Penyusunan Renstra

II-2

2.2.1. Alur Proses Strategis dan Teknokratis .

II-2

2.2.2. Alur Proses Partisipatif .

II-2

2.2.3. Alur Legislasi dan Politik ..

II-3

2.3. Tim Penyusun Renstra .. ..

II-5

2.4. Identifikasi dan Pembagian Peran Stakeholders ..

II-8

2.5. Tinjauan Kebijakan Nasional Tentang Pasar

II-9

2.6. Penyusunan Profil, Perumusan dan Prioritas Isue Tentang Pasar .........

II-11

2.7. Perumusan Visi, Misi, Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengembangan


Pasar ......................................................................................................

II-12

2.8. Penetapan Program Prioritas dan Sasaran Strategis .............................

II-13

2.9. Penentuan Target Lima Tahunan, Rincian Target Tahunan, Indikator Capaian,
Indikasi Anggaran, dan Sumber Pendanaan...
2.10.Konsultasi Publik Penyusunan Renstra : Forum SKPD dan Musrenbang
iv

II-14
II-15

BAB III. STANDAR PELAYANAN MINIMAL


3.1. Konsep Dasar Standar Pelayanan Minimal ................................................

III-1

3.2. Standar Pelayanan Minimal BLUD ......................... ...................................

III-3

3.3. Tarif Layanan ............................. .........................................................

III-3

3.4. Unsur-unsur Kepuasan Masyarakat .......................................................

III-4

3.5. Implementasi Standar Pelayanan Minimal ..............................................

III-5

BAB IV. PENYUSUNAN RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN


4.1. Pengertian Rencana Bisnis dan Anggaran ................................................

IV-1

4.2. Dasar Hukum Penyusunan RBA ...............................................................

IV-1

4.3. Penyusunan RBA ......................................................................................

IV-2

4.4. Pengajuan dan Penetapan RBA ...............................................................

IV-2

4.5. Pengintegrasian RBA dengan RKA-KL .....................................................

IV-3

4.6. Bentuk Format RBA BLU ..........................................................................

IV-3

BAB V. PENGELOLAAN KEUANGAN


5.1. Perencanaan dan Penganggaran

V-1

5.2. Pendapatan dan Biaya .

V-3

5.3. Pelaksanaan Anggaran.

V-6

5.4. Akuntansi, Pelaporan dan Pertanggungjawaban..

V-12

5.5. Evaluasi dan Penilaian Kinerja

V-14

BAB VI. PENGADAAN BARANG/JASA DAN KERJASAMA DENGAN PIHAK KETIGA


6.1. Pengadaan Barang dan/atau Jasa

VI-1

6.2. Pengelolaan Barang .

VI-2

6.3. Kerjasama Dengan Pihak Ketiga. .

VI-3

6.3.1. Tatacara Kerjasama Daerah .

VI-3

6.3.2. Tim Koordinasi Kerjasama Daerah ..

VI-3

6.3.3. Ketentuan Lain-lain. .

VI-4

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR/BAGAN

Bagan 4.1 : Skema Penyusunan RBA BLU


Bagan 4.2 : Skema pengajuan RBA BLU

vii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

: Format Surat Permohonan untuk menerapkan PPK-BLUD

Lampiran 2

: Format Pernyataan Kesanggupan Untuk Meningkatkan Kinerja

Lampiran 3

: Format Pernyataan Bersedia Diaudit Secara Independen

Lampiran 4

: Format Laporan Pendapatan BLUD

Lampiran 5

: Format Surat Pernyataan Tanggungjawab (SPTJ)

Lampiran 6

: Format Laporan Pengeluaran Biaya BLUD

viii

BAB I
PEMBENTUKAN BLUD PASAR
1.1. Latar Belakang
Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya negara untuk memenuhi
kebutuhan dasar dari hak-hak setiap warga negara atas barang, jasa, dan pelayanan
administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Terkait dengan pelayanan
publik dimaksud, Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada negara untuk
memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara demi kesejahteraannya, sehingga efektivitas
penyelenggaraan suatu pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan
pelayanan publik.
Disadari bahwa kondisi penyelenggaraan pelayanan publik saat ini masih dihadapkan
pada sistem pemerintahan yang belum efektif dan efisien serta kualitas sumber daya manusia
aparatur yang belum memadai. Hal ini terlihat dari masih banyaknya keluhan dan pengaduan
dari masyarakat baik secara langsung maupun melalui media massa, terkait dengan prosedur
yang berbelit-belit, tidak ada kepastian jangka waktu, biaya yang harus dikeluarkan,
persyaratan yang tidak transparan, petugas yang tidak profesional, sehingga menimbulkan
citra yang kurang baik terhadap pemerintah.
Sejalan dengan langkah-langkah revitalisasi BUMN, maka dalam rangka mengurangi
birokrasi dan sekaligus meningkatkan kualitas layanan pemerintah kepada masyarakat,
pemerintah telah mengembangkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU)
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum sebagai tindaklanjut Pasal 69 Ayat (7) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum tersebut, pada
hakekatnya adalah merupakan bagian paket reformasi di bidang keuangan negara. Salah satu
dari reformasi yang paling menonjol adalah pergeseran dari pengganggaran tradisional ke
penganggaran berbasis kinerja. Dengan berbasis kinerja ini, mulai dirintis arah yang jelas bagi
penggunaan dana pemerintah, berpindah dari sekedar membiayai masukan (inputs) atau
proses ke pembayaran terhadap apa yang akan dihasilkan (outputs). Orientasi pada outputs
semakin menjadi praktik yang dianut luas oleh pemerintahan modern di berbagai negara.
I-|1

Mewiraswastakan pemerintah daerah (enterprising the local government) adalah paradigma


yang memberi arah yang tepat bagi keuangan sektor publik. Dalam kaitan ini, Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang menekankan basis kinerja dalam
penganggaran, memberi landasan yang penting bagi orientasi baru tersebut di Indonesia.
Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
membuka koridor baru bagi penerapan basis kinerja ini di lingkungan pemerintah. Dengan
Pasal 68 dan Pasal 69 dari undang-undang tersebut, instansi pemerintah yang tugas pokok
dan fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan
keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Dengan
pola pengelolaan keuangan BLU, fleksibilitas diberikan dalam rangka pelaksanaan anggaran,
termasuk pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan pengadaan barang/jasa.
Kepada BLU juga diberikan kesempatan untuk mempekerjakan tenaga profesional non PNS
serta kesempatan pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya.
Tetapi sebagai pengimbang, BLU dikendalikan secara ketat dalam perencanaan dan
penganggarannya, serta dalam pertanggungja-wabannya. Dalam Peraturan Pemerintah ini,
BLU wajib menghitung harga pokok dari layanannya dengan kualitas dan kuantitas yang
distandarkan oleh menteri teknis pembina. Demikian pula dalam pertanggungjawabannya,
BLU harus mampu menghitung dan menyajikan anggaran yang digunakannya dalam
kaitannya dengan layanan yang telah direalisasikan. Oleh karena itu, BLU berperan sebagai
agen dari menteri/pimpinan lembaga induknya. Kedua belah pihak menandatangani kontrak
kinerja (a contractual performance agreement), di mana menteri/pimpinan lembaga induk
bertanggung jawab atas kebijakan layanan yang hendak dihasilkan, dan BLU bertanggung
jawab untuk menyajikan layanan yang diminta.
1.2. Landasan Hukum Pembentukan BLUD
Pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) telah diatur dalam beberapa peraturan
perundangan antara lain yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum.
I-|2

4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.


5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2006 tentang Persyaratan
Administratif Dalam Rangka Pengusulan Dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah Untuk
Menertapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Kewenangan
Pengadaan Barang/Jasa Pada Badan Layanan Umum.
7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2006 tentang Pembentukan
Dewan Pengawas Pada Badan Layanan Umum.
8. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewan Penga-was dan Pegawai Badan Layanan
Umum.
9. Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, khususnya
Pasal 68 dan Pasal 69. Pasal 68 Ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Layanan Umum dibentuk untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya Pasal 69 Ayat (1) dan (2) menyebutkan bahwa setiap
Badan Layanan Umum wajib menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan. Selanjutnya Ayat (2)
menyebutkan bahwa Rencana Kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Badan Layanan
Umum disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran
serta laporan keuangan dan kinerja Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah.
Selanjutnya untuk melaksanakan ketentuan Pasal 69 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tersebut, pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, yang secara khusus mengatur mengenai tujuan, asas,
persyaratan, penetapan dan pencabutan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPKBLU), penentuan standar dan tarif layanan, pengelolaan kepegawaian serta pengaturan mengenai
remunerasi bagi pengalola Badan Layanan Umum.
Terkait dengan pembentukan Badan Layanan Umum, sebagai kebijakan teknis operasional
Menteri Keuangan telah mengeluarkan 4 (empat) Peraturan Menteri Keuangan, yaitu: (1) Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2006 tentang Persyaratan Administratif Dalam
Rangka Pengusulan Dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah Untuk Menertapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; (2) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2006 tentang Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa Pada Badan Layanan Umum;
serta (3) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2006 tentang Pembentukan
I-|3

Dewan Pengawas Pada Badan Layanan Umum; serta (4) Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola,
Dewan Pengawas dan Pegawai Badan Layanan Umum.
Dalam konteks pembentukan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) pemerintah telah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
dimana dalam Pasal 1 butir 63 disebutkan bahwa Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya
disingkat BLUD adalah SKPD/unit kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas. Selanjutnya terkait dengan pembentukan BLUD, Pasal 146
menyatakan bahwa pemerintah daerah dapat membentuk BLUD untuk: (a) menyediakan barang
dan/atau jasa untuk layanan umum dan (b) mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan
ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat.
Sebagai tindaklanjut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah tersebut, Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan Permendagri Nomor 13 tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dimana pada Pasal 325 disebutkan bahwa
BLUD dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya Pasal 326 Ayat (1)
menyebutkan bahwa Pembinaan keuangan BLUD dilakukan oleh PPKD dan pembinaan teknis
dilakukan oleh Kepala SKPD yang bertanggung jawab atas urusan pemerintahan yang bersangkutan.
Lebih lanjut pada Pasal 329 disebutkan bahwa pedoman teknis mengenai pengelolaan keuangan
BULD diatur lebih lanjut oleh Menteri Dalam Negeri setelah memperoleh pertimbangan Menteri
Keuangan.

1.3. Tahap Persiapan Pembentukan BLUD


Pendiriaan Badan Layanan Umum Daerah menjadi salah satu alternatif pengelolaan
keuangan yang menarik bagi beberapa daerah, namun dalam perjalanannya untuk
membentuk entitas Badan layanan Umum daerah tidak mudah, terdapat beberapa persyaratan
yang bersifat substantif, teknis, dan administratif yang harus dipenuhi.
1.3.1. Persyaratan Substantif
Persyaratan substantif sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005
pasal 4 ayat 2 menyatakan bahwa Instansi Pemerintah dapat diizinkan mengelola
I-|4

keuangan dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU)


apabila instansi yang bersangkutan menyelenggarakan layanan umum yang
berhubungan dengan :
(a) Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas pelayanan masyarakat;
(b) Pengelolaan wilayah /kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian
masyarakat atau layanan umum; dan/atau
(c) Pengelolaan dana khusus daalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau
pelayanan kepada masyarakat.
1.3.2. Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis terpenuhi apabila :
(a) Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan
ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh
menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya;
(b) Kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat
sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU.
1.3.3. Persyaratan Administratif
Persyaratan administratif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan
dapat menyajikan seluruh dokumen berikut :
(a) Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan
manfaat bagi masyarakat;
(b) Pola tata kelola;
(c) Rencana strategis bisnis;
(d) Laporan keuangan pokok atau prognosa/proyeksi laporan keuangan;
(e) Standar pelayanan minimum; dan
(f) Laporan audit terakhir atau pemyataan bersedia untuk diaudit secara independen.
1.4. Tahap Implementasi
Pada tahap implementasi, hal-hal yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah
adalah sebagai berikut :
1) Membentuk Tim atau Panitia Pembentukan BLUD Pasar.
I-|5

2) Melakukan koordinasi dan sosialisasi ke seluruh SKPD terkait, sehubungan dengan


akan dibentuknya BLUD Pasar.
3) Menyusun rencana kerja proses pembentukan BLUD Pasar.
4) Menyusun dan/atau melengkapi semua persyaratan baik persyaratan substantive,
teknis, maupun administratif.
5) Mengajukan permohonan kepada Bupati/Walikota.
6) Menindaklanjuti keseluruhan rencana proses pembentukan BLUD Pasar.
=@=

I-|6

BAB II
PENYUSUNAN RENSTRA BLUD PASAR
2.1. Pengembangan Isi Dokumen Renstra
Tujuan :
Pengembangan isi dokumen ditujukan untuk memberikan orientasi kepada Tim Penyusun
tentang format keluaran dokumen yang harus dihasilkan dan memberikan acuan dalam
mengorganisasikan substansi yang perlu dicakup dalam dokumen tersebut. Daftar isi ini
juga

ditujukan

untuk

membantu

Tim

Penyusun

mengorganisasikan

dan

mengkoordinasikan tugas dan menyiapkan kerangka acuan penugasan bagi masingmasing anggota Tim Penyusun. Daftar isi ini diharapkan dapat membantu menstrukturkan
penyampaian materi dokumen agar mengikuti alur pemikiran strategis, runtun, dan
sistematis.
Keluaran :
Daftar isi dokumen Renstra BLUD Pasar
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah memuat
sistematika (minimal) suatu Renstra/Renja SKPD.
Sistematika penulisan Renstra BLUD Pasar, paling sedikit, mencakup :
1. Pendahuluan
2. Gambaran pelayanan BLUD Pasar
3. Isu-isu strategis berdasarkan tugas pokok dan fungsi
4. Visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi dan kebijakan
5. Rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan
indikatif
6. Indikator kinerja BLUD Pasar yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD
Sedangkan sistematika penulisan Renja BLUD Pasar, paling sedikit mencakup:
1. Pendahuluan
II - | 1

2. Evaluasi pelaksanaan Renja BLUD Pasar tahun lalu;


3. Tujuan, sasaran, program dan kegiatan;
4. Indikator kinerja dan kelompok sasaran yang menggambarkan pencapaian Renstra
BLUD Pasar;
5. Dana indikatif beserta sumbernya serta prakiraan maju berdasarkan pagu indikatif;
6. Sumber dana yang dibutuhkan untuk menjalankan program dan kegiatan
7.

Penutup

2.2. Tata Cara Penyusunan Renstra


Tahap ini ditujukan untuk memberikan gambaran secara keseluruhan atas: alur proses
dan tata cara penyusunan Renstra BLUD Pasar; tahap/kegiatan yang memerlukan
pelibatan stakeholders di luar BLUD Pasar; dan keterkaitan proses penyusunan Renstra
BLUD Pasar dengan proses penyusunan dokumen RPJMD.
Sesuai ketentuan peraturan dan perundangan yang berlaku tentang perencanaan
daerah. Ada 3 (tiga) alur spesifik yaitu alur proses teknokratis-strategis, alur proses
partisipatif, dan alur proses legislasi dan politik. Ketiga alur proses tersebut menghendaki
pendekatan yang berbeda, namun saling berinteraksi satu sama lain untuk menghasilkan
Renstra BLUD Pasar yang terpadu.
2.2.1. Alur Proses Strategis dan Teknokratis
Alur ini merupakan alur teknis perencanaan, yang merupakan dominasi para perencana
daerah dan pakar perencanaan daerah. Alur ini ditujukan menghasilkan informasi,
analisis, proyeksi, alternatif-alternatif tujuan, strategi, kebijakan, dan program sesuai
kaidah teknis perencanaan yang diharapkan dapat memberikan masukan bagi alur
proses partisipatif.
2.2.2. Alur Proses Partisipatif
Alur ini merupakan alur bagi keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan daerah.
Alur ini merupakan serangkaian public participatory atau participatory planning events
untuk menghasilkan konsensus dan kesepakatan atas tahap-tahap penting pengambilan
II - | 2

keputusan perencanaan. Alur ini merupakan wahana bagi non government stakeholder
seperti NGO, CSO, CBO untuk memberikan kontribusi yang efektif pada setiap public
participatory events, kemudian mereview dan mengevaluasi hasil-hasil proses strategis.
2.2.3. Alur Legislasi dan Politik
Ini merupakan alur proses konsultasi dengan legislatif (DPRD) sebelum Renstra SKPD
ditetapkan dalam Peraturan Kepala SKPD. Pada alur ini diharapkan DPRD dapat
memberikan kontribusi pemikirannya, review, dan evaluasi atas hasil-hasil baik proses
strategis maupun proses partisipatif.
Terdapat lima pendekatan dalam penyusunan Renstra BLUD Pasar, yaitu:
1) Politik
Ini bermakna bahwa penyusunan Renstra BLUD Pasar melibatkan proses konsultasi
dengan kekuatan politis terutama Kepala Daerah Terpilih dan DPRD :

Ada konsultasi dengan KDH Terpilih untuk penerjemahan yang tepat dan
sistematis atas visi, misi, dan program Kepala Daerah Terpilih ke dalam tujuan,
strategi, kebijakan, dan program pembangunan daerah.

Ada keterlibatan DPRD dalam proses penyusunan Renstra BLUD Pasar

Ada pokok-pokok pikiran DPRD dalam proses penyusunan Renstra BLUD Pasar

Ada pengesahan Renstra BLUD Pasar sebagai Peraturan Kepala SKPD yang
mengikat semua.

pihak untuk melaksanakannya dalam lima tahun ke depan.

2) Teknokratik
Dokumen Renstra SKPD pada dasarnya merupakan suatu proses pemikiran strategis.
Kualitas Dokumen Renstra SKPD sangat ditentukan oleh seberapa jauh Renstra
SKPD dapat mengemukakan secara sistematis proses pemikiran strategis tersebut.
Perencanaan strategis erat kaitannya dengan proses menetapkan kemana daerah
akan diarahkan pengembangannya dan apa yang hendak dicapai dalam lima tahun
mendatang; bagaimana mencapainya dan langkahlangkah strategis apa yang perlu
dilakukan agar tujuan tercapai.
II - | 3

Alur pemikiran strategis (strategic thinking process) pada dasarnya mencakup elemenelemen sebagai berikut :

Ada rumusan isu dan permasalahan pembangunan yang jelas

Ada rumusan prioritas isu sesuai dengan urgensi dan kepentingan dan dampak
isu terhadap kesejahteraan masyarakat banyak

Ada rumusan tujuan pembangunan yang memenuhi kriteria SMART (specific,


measurable, achievable, result oriented, time bound)

Ada rumusan alternatif strategi untuk pencapaian tujuan

Ada rumusan kebijakan untuk masing-masing strategi

Ada pertimbangan atas kendala ketersediaan sumber daya dan dana (kendala
fiskal SKPD)

Ada prioritas program

Ada tolok ukur dan target kinerja capaian program

Ada pagu indikatif program

Ada kejelasan siapa bertanggung jawab untuk mencapai tujuan, sasaran dan
hasil, dan waktu penyelesaian termasuk review kemajuan pencapaian sasaran

Ada kemampuan untuk menyesuaikan dari waktu ke waktu terhadap


perkembangan internal dan eksternal yang terjadi

Ada evaluasi terhadap proses perencanaan yang dilakukan

Ada komunikasi dan konsultasi berkelanjutan dari dokumen yang dihasilkan

Ada instrumen, metodologi, pendekatan yang tepat digunakan untuk mendukung


proses perencanaan

3) Demokratis-Partisipatif
Ini bermakna bahwa proses penyusunan Renstra SKPD perlu dilaksanakan secara
transparan, akuntabel, dan melibatkan masyarakat (stakeholder) dalam pengambilan
keputusan perencanaan di semua tahapan perencanaan.

Ada identifikasi stakeholder yang relevan untuk dilibatkan dalam proses


perumusan visi, misi, dan agenda BLUD serta dalam proses pengambilan
keputusan penyusunan Renstra BLUD.
II - | 4

Ada kesetaraan antara government dan non government stakeholder dalam


pengambilan keputusan

Ada transparasi dan akuntabilitas dalam proses perencanaan

Ada keterwakilan yang memadai dari seluruh segmen masyarakat, terutama kaum
perempuan dan kelompok marjinal

Ada sense of ownership masyarakat terhadap Renstra BLUD

Ada pelibatan dari media

Ada konsensus atau kesepakatan pada semua tahapan penting pengambilan


keputusan seperti perumusan prioritas isu dan permasalahan, perumusan tujuan,
strategi dan kebijakan, dan prioritas program.

4) Atas-bawah (top-down)
Ini bermakna bahwa proses penyusunan Renstra BLUD perlu bersinergi dengan
rencana strategis di atasnya dan komitmen pemerintahan atasan berkaitan:

Ada sinergi dengan RPJM Nasional dan Renstra K/L

Ada sinergi dan konsistensi dengan RPJPD dan RPJMD

Ada sinergi dan konsistensi dengan RTRWD

Ada sinergi dan komitmen pemerintah terhadap tujuan-tujuan pembangunan


global seperti Millennium Development Goals, Sustainable Development,
pemenuhan Hak Asasi Manusia,dan sebagainya.

5) Bawah-atas (bottom-up)
Ini bermakna bahwa proses penyusunan Renstra BLUD perlu memperhatikan aspirasi
dan kebutuhan masyarakat:

Ada penjaringan aspirasi dan kebutuhan masyarakat untuk melihat konsistensi


dengan visi, misi, dan program Kepala Daerah Terpilih

Memperhatikan hasil proses musrenbang dan kesepakatan dengan masyarakat


tentang prioritas pembangunan daerah

Mempertimbangkan hasil Forum Multi Stakeholder BLUD

Memperhatikan hasil proses penyusunan Renstra BLUD.


II - | 5

2.3. Tim Penyusun Renstra


Tujuan :
Kegiatan ini dimaksudkan untuk membentuk Tim Penyusun Dokumen Renstra BLUD
Pasar, yang anggotanya terdiri dari unsur SKPD terkait ditambah dengan unsur
perwakilan non pemerintah yang mendalami permasalahan terkait dalam bidang pasar /
perdagangan (Forum Stakeholder SKPD apabila sudah terbentuk). Tujuannya adalah
terbentuknya Tim Teknis yang bertanggung jawab dalam penyiapan dokumen Renstra
BLUD Pasar.
Keluaran :
Terbentuknya Tim Penyusun Renstra BLUD Pasar
Teridentifikasinya kelompok/individu atau lembaga sebagai narasumber dan mitra
diskusi.
Metode :
Seleksi dan koordinasi.
Langkah-langkah :

Lakukan orientasi perencanaan strategis BLUD Pasar

Rumuskan kriteria, tugas dan fungsi serta kewajiban-kewajiban Tim Penyusun


Renstra BLUD Pasar

Identifikasi individu dari BLUD Pasar maupun masyarakat yang berpotensi untuk
ditugaskan sebagai Tim Penyusun Renstra BLUD Pasar. Unsur internal BLUD
adalah perwakilan tiap bidang dan sekretariat.

Unsur eksternal BLUD Pasar adalah : NGS (LSM dan Tokoh Masyarakat) dan
akademisi dari perguruan tinggi lokal.

Buatlah skenario susunan Tim Penyusun Renstra BLUD Pasar, yang terdiri atas
unsur BLUD yang bersangkutan ditambah kalau mungkin dengan unsure
perwakilan NGS yang mendalami permasalahan pasar/perdagangan.

II - | 6

Bila dirasa perlu, lakukan pemilihan calon fasilitator proses penyusunan renstra
dari luar BLUD Pasar.

Diskusikan kesiapan calon anggota Tim penyusun Renstra BLUD, terutama bila
melibatkan anggota tim yang berasal dari NGS.

Buatkan surat dari Kepala BLUD tentang pernyataan kesediaan calon anggota
terpilih dari unsur NGS untuk menjadi anggota Tim Penyusun serta kewajibankewajibannya, yang diketahui/disetujui oleh kepala lembaga yang bersangkutan.

Buat Surat Keputusan Kepala BLUD tentang Penetapan Tim Penyusunan Renstra
BLUD Pasar.

Pengorganisasian Tugas dan Kewenangan Tim Penyusun Renja BLUD Pasar


antara lain meliputi kegiatan sebagai berikut :
o Melakukan koordinasi semua kegiatan penyusunan Renstra BLUD
Pasar dengan pihak terkait
o Melakukan pertemuan dengan anggota tim penyusun Renstra BLUD
Pasar secara berkala serta pihak lain yang terkait untuk mengumpulkan
bahan, menyusun Renstra.
o Menyusun rencana pelaksanaan tugas secara keseluruhan.
o Merumuskan kebijakan dan langkah-langkah operasional dalam
penyusunan Renstra BLUD Pasar.
o Menyiapkan dan mengkaji bahan analisis situasi, perumusan visi, misi,
strategi, program dan pembiayaannya.
o Bertanggung jawab terhadap penyusunan Renstra dan melaporkan
hasil pelaksanaan kegiatan kepada BLUD Pasar.
o Melakukan evaluasi penyelenggaraan penyusunan Renja BLUD Pasar.
Informasi yang perlu disiapkan :

Daftar kandidat/calon anggota Tim penyusun

Ketentuan/panduan yang mengatur pembentukan Tim Penyusun Renstra


BLUD Pasar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


II - | 7

Perlu memperhatikan PERMENDAGRI No 13/2006 sebagai kerangka


pendekatan dalam penyusunan Tim Renstra SKPD yaitu ruang lingkup
program dan kegiatan yang menjadi cakupan SKPD.

Kriteria anggota tim penyusun Renstra:


-

Mempunyai pengalaman dalam perencanaan pasar.

Mempunyai wawasan dan atau pengalaman dalam pengelolaan


Pasar/perdagangan.

Mempunyai wawasan dan kepedulian masalah pasar/perdagangan serta


kesiapan waktu yang cukup.

Kriteria calon fasilitator penyusunan Renstra :


-

Mempunyai pengalaman yang cukup dalam memfasilitasi

Kalau bisa pernah dilatih teknik fasilitasi yang partisipatif

Mempunyai pemahaman yang cukup tentang peraturan & sistem.

2.4. Identifikasi dan Pembagian Peran Stakeholders


Tujuan :
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi stakeholder/pemangku kepentingan
yang relevan dengan isu-isu pasar/perdagangan dan memetakan peran dan kontribusi
mereka dalam berbagai kegiatan penyusunan Renstra BLUD Pasar.
Keluaran :

Daftar stakeholder beserta pemetaan peran-nya dalam kegiatan penyusunan Renstra


BLUD Pasar.

Metode :
Diskusi
Informasi yang harus disiapkan :
II - | 8

Daftar lembaga/kelompok yang menunjukkan kepedulian terhadap isu-isu


Pasar/perdagangan.

Informasi fokus kegiatan dan pengalaman lembaga/kelompok tersebut dalam


penanganan isu-isu pasar/perdagangan.

2.5. Tinjauan Kebijakan Nasional tentang Pasar


Tujuan :
Tahap ini ditujukan untuk memberikan orientasi atas arahan dan kebijakan perencanaan
nasional dalam pembangunan sektor pasar/perdagangan. Diharapkan tahap ini dapat
memberikan pemahaman atas : peran dan kedudukan perencanaan pembangunan
sektor pasar/perdagangan daerah sebagai bagian integral dari sistem perencanaan
pembangunan nasional; macam urusan dan kewenangan wajib BLUD Pasar
kabupaten/kota; penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam pengembangan
pelayanan BLUD Pasar; strategi pengembangan arah pembangunan sektor
pasar/perdagangan daerah agar dapat bersinergi dengan arahan nasional; isu-isu pokok
sektor pasar/perdagangan nasional yang memerlukan kontribusi pemerintah daerah.

1. UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan Nasional


Sesuai dengan UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN), maka definisi dari Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk
menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah,
dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di
tingkat Pusat dan Daerah. Perencanaan pembangunan nasional disusun secara
sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. Sistem
perencanaan pembangunan nasional menghasilkan dokumen-dokumen rencana di
tingkat daerah sebagai berikut:
1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
3) Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
II - | 9

4) Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD)


5) Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD)
Di antara dokumen rencana tersebut, dokumen rencana yang wajib disusun oleh
setiap SKPD adalah Renstra SKPD dan Renja SKPD. Dengan demikian, BLUD Pasar
wajib menyusun Renstra BLUD Pasar dan Renja BLUD Pasar. Dalam penyusunan
dokumen rencana ini, UU No 25/2004 mengamanatkan lima pendekatan dalam seluruh
rangkaian perencanaan, yaitu :
1) politik
2) teknokratik
3) partisipatif
4) atas-bawah (top-down)
5)

bawah-atas (bottom-up).
Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Presiden/Kepala Daerah

adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya


berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon
Presiden/Kepala Daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari
agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Presiden/Kepala Daerah pada saat
kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan
pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metoda dan kerangka
berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.
Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua
pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan mereka
adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkan
pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut
jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan
melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan, dan desa. Mengacu pada UU ini, maka penyusunan Renstra dan Renja
BLUD Pasar juga harus menerapkan lima pendekatan perencanaan tersebut.

II - | 10

2. PP No 65/2005 tentang Standar Pelayanan Minimal


Peraturan Pemerintah (PP) ini menjamin hak warga untuk memperoleh jenis dan
mutu minimal pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah, menjamin hak
masyarakat untuk memperoleh informasi tentang rencana pencapaian target tahunan
SPM serta realisasinya, dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
mereview dan mengevaluasi sejauh mana pelayanan dasar yang telah diberikan oleh
pemerintah daerah. Pelayanan Dasar adalah jenis pelayanan publik yang mendasar dan
mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan social, ekonomi dan
pemerintahan.
Dalam RPJM Nasional disebutkan bahwa hak dasar warga mencakup sepuluh hal, yaitu:
1) Memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanuasiaan
2) Memperoleh perlindungan hukum
3) Memperoleh rasa aman
4) Memperoleh akses atas kebutuhan hidup (sandang, pangan, papan) yang terjangkau
5) Memperoleh akses atas kebutuhan pendidikan
6) Memperoleh akses atas kebutuhan kesehatan
7) Memperoleh kedilan
8) Berpartisipasi dalam politik dan perubahan
9) Berinovasi
10) Memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan
kepercayaannnya.
Dengan demikian, pengembangan sektor kesehatan harus dapat menjamin setiap warga
memperoleh akses atas kebutuhan kesehatan dan membantu memastikan setiap warga
memperoleh pelayanan kesehatan tersebut dengan jenis dan mutu yang memenuhi
standar minimal.
2.6. Penyusunan Profil, Perumusan dan Prioritas Isue tentang Pasar
Tujuan :
Penyusunan profil dimaksudkan untuk menunjukkan status kinerja pelayanan BLUD
Pasar. Penyusunan profil BLUD Pasar menggunakan indicator makro bidang
II - | 11

pasar/perdagangan, seperti jumlah pedagang, volume/nilai transaksi, jenis barang yang


diperdagangkan. Profil yang disusun diharapkan (minimal) mampu menunjukkan apakah
perdagangan di daerah sudah cukup baik atau masih kurang baik, dan menunjukkan
kualitas pelayanan BLUD Pasar.
Keluaran :
Profil BLUD Pasar.
Metode :
Analisis data/informasi dan Diskusi Kelompok Terfokus
Informasi yang disiapkan :
-

Jumlah fasilitas perdagangan yang tersedia,

Jumlah pedagang,

Jumlah pengunjung.

Informasi yang relevan lainnya.

2.7. Perumusan Visi, Misi, Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengembangan Pasar
Tujuan :
Setiap perencanaan strategis memerlukan fokus- yaitu visi. Visi dapat dikatakan juga
semacam tujuan yang dapat mengarahkan dan mendorong semua stakeholder
(pemerintah dan non pemerintah) berkontribusi pada pencapaian visi.
Visi mempunyai jangkauan 5 tahun atau lebih ke depan.Visi merupakan keadaan ideal,
sifatnya memberikan inspirasi dan arah serta posisi (setting) daerah di masa depan.
Misi merupakan jabaran tentang apa yang akan dilakukan, siapa penerima manfaat
(beneficiaries), apa kompetensi utama daerah dan mengapa itu perlu dilakukan. Misi
sifatnya berlaku secara terus menerus (tidak terbatas waktunya).
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan visi dan misi dari BLUD Pasar dalam rangka
menunjang pencapaian visi dan misi daerah serta program prioritas pembangunan dari
Kepala Daerah dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi BLUD. Tujuannya adalah
II - | 12

untuk menentukan arah pembangunan BLUD yang dapat menunjang pencapaian kinerja
Kepala Daerah terpilih yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Keluaran :
Dasar pertimbangan perumusan visi dan misi
Rumusan visi BLUD Pasar
Rumusan misi BLUD Pasar.
Prinsip-prinsip :
Rumusan visi dan misi harus SMART, sehingga dapat digunakan sebagai acuan
pembangunan dan dapat diukur kinerjanya.
Rumusan visi, misi BLUD Pasar harus menunjang visi, misi daerah sesuai dengan
tupoksinya.
Metode :
Team Work
Informasi yang disiapkan :
Hasil kajian terhadap visi, misi dan program prioritas Kepala Daerah terpilih.
Tupoksi BLUD yang bersangkutan.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan :

Rumusan visi harus jelas, sederhana sehingga mudah dipahami, mengembangkan


kultur, nilai-nilai tertentu yang dapat menstimulasi stakeholder untuk mencapainya.

Visi sejauh mungkin spesifik dan berakar pada kondisi dan situasi setempat dan
disepakati oleh semua stakeholder.

Misi terdiri atas pernyataan misi dan nilai-nilai utama atau core values yang menjadi
landasan operasional untuk mencapai misi.

Perumusan misi perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :


Siapa kita ?
Apa tujuan kita ?
II - | 13

Masalah utama apa yang kita perlu tangani ?


Apa yang membuat kita unik atau distinct sebagai Pemerintah Daerah atau
Organisasi ?
Nilai-nilai utama apa yang akan memandu kita mencapai misi ?
2.8. Penetapan Program Prioritas dan Sasaran Strategis
Tujuan :
Kegiatan ini bertujuan untuk merumuskan prioritas program yang akan dilaksanakan
dalam kurun waktu rencana dengan sasaran yang jelas/terukur.
Keluaran :
Daftar prioritas program pengembangan pasar untuk kurun waktu rencana yang disertai
indikator dan target kinerja hasil.
Prinsip-prinsip :
Perumusan program harus didasarkan atas relevansi dan signifikansi hasil dengan :
1) Isu strategis yang akan ditangani dalam kurun waktu rencana.
2) Tujuan, strategi, dan kebijakan BLUD Pasar.
3) Kemampuan sumberdaya manusia, waktu, dan biaya yang mampu dialokasikan
untuk program tersebut.
4) Memperhatikan hasil review pencapaian target Renstra periode sebelumnya
Metode :
Analisis data/informasi dan kerja kelompok
2.9. Penentuan Target Lima Tahunan, Rincian Target Tahunan, Indikator Capaian,
Indikasi Anggaran, dan Sumber Pendanaan
Tujuan :
-

Untuk mengukur tingkat pencapaian kinerja pelayanan BLUD Pasar terhadap SPM
dalam periode perencanaan menengah (Renstra) yang lalu.
II - | 14

Mengetahui permasalahan atau kendala pencapaian kinerja BLUD.

Menentukan taget kinerja program yang ditetapkan selama 5 tahun ke depan.

Keluaran :
-

Diketahuinya tingkat pencapaian pelayanan BLUD saat ini dibandingkan terhadap


SPM atau kebutuhan pelayanan

Ditetapkannya target 5 tahun ke depan

Ditetapkannya kebutuhan peningkatan tingkat pelayanan dan indikasi anggaran


yang dibutuhkan untuk mencapai target 5 tahun ke depan.

Metode :
-

Kajian dan Focus Group Discussion (FGD).

Langkah-langkah :
-

Identifikasi perkembangan capaian kinerja pelayanan BLUD selama 5 tahun terakhir


dan membandingkannya dengan SPM atau standar kebutuhan tertentu (Bila belum
ada / dicakup dalam SPM).

Melakukan kajian tingkat kesenjangan pencapaian kinerja dengan SPM /standar


yang ditetapkan.

Melakukan kajian tentang kendala penyebab kesenjangan pencapaian kinerja


dengan SPM / standar yang ditetapkan.

Melakukan identifikasi kebutuhan pengembangan untuk 5 tahun ke depan untuk


mencapai SPM / standar yang ditetapkan.

Melakukan penentuan target pencapaian sasaran kinerja pelayanan 5 tahun ke


depan dengan mempertimbangkan kemampuan serta permasalahan dan kendala
yang dihadapi.

Menentukan pagu indikatif pendanaan untuk pelayanan 5 tahun ke depan

2.10.Konsultasi Publik Penyusunan Renstra : Forum SKPD dan Musrenbang


Tujuan :
II - | 15

Kepala BLUD mengkoordinasikan pembahasan rancangan Renstra BLUD dengan


Forum BLUD yang sebelumnya telah dibentuk. Kegiatan ini ditujukan mengelaborasi, mengkonsolidasikan dan mencapai kesepakatan dengan para pemangku
kepentingan (stakeholder) pembangunan BLUD terhadap Rancangan Renstra
BLUD.

Kegiatan ini juga ditujukan untuk mengkoordinasikan berbagai kepentingan (cross

sectoral) dalam pengambilan keputusan. Kegiatan ini juga untuk menumbuhkan


semangat bekerja sama di antara stakeholder dalam pengambilan keputusan di
berbagai tahapan perencanaan.
Keluaran :
Materi kesepakatan dan komitmen hasil Forum Renstra BLUD dijadikan masukan
utama penyempurnaan rancangan RPJM Daerah, serta menjadi rancangan akhir
Renstra BLUD, mencakup :

Visi, misi, dan tujuan pembangunan BLUD

Strategi dan kebijakan pembangunan BLUD

Program dan indikasi kegiatan.

Prinsip-prinsip :
1) Inklusif: memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholder SKPD yang relevan
untuk mengidentifikasi masalah dan aspirasinya, menunjukkan posisinya, dan
merumuskan peranan dan kontribusinya
2) Legitimasi: karena stakeholder Forum BLUD merupakan representatif dari
berbagai CSO, maka rencana yang dibuat akan mendapatkan legitimisasi dan
dukungan yang lebih kuat.
3) Merespon terhadap kebutuhan: berorientasi pada hasil yang konkrit atas
kebutuhan multi stakeholder berdasarkan diskusi dan negosiasi di antara peserta.
4) Mendorong kerjasama dan komitmen: merupakan wadah yang memungkinkan
adanya pertukaran pengetahuan, keahlian, dan mobilisasi sumber daya dari
berbagai sumber. Di samping itu, wadah ini juga mendorong pemahaman bersama
tentang isu dan membangun konsensus.
II - | 16

5) Pengembangan konsensus: mendorong pemahaman yang lebih baik atas


perbedaan perspektif dan kepentingan, memfasilitasi pemahaman bersama dan
berbagi kepentingan, serta membangun kemauan untuk bekerjasama merumuskan
pemecahan masalah.
Metode :
Workshop dan FGD
Tahap persiapan:
a. Menyiapkan panduan pelaksanaan yang memuat durasi, tanggal/waktu
pelaksanaan, mekanisme, susunan acara dan informasi untuk disampaikan
kepada peserta FORUM BLUD.
b. Mengirim surat undangan kepada peserta
Tahap pelaksanaan:
a. Pemaparan analisis kondisi umum daerah dan prediksi 5 (lima) tahun kedepan;
b. Pemaparan visi, misi, dan program Kepala Daerah;
c. Pemaparan sasaran hasil pembangunan jangka menengah dan rencana kerja
RPJMD yang terkait dengan tugas dan fungsi BLUD ybs;
d. Inventarisasi kegiatan yang diperlukan sesuai fungsi dan tugas BLUD dalam
melaksanakan rencana kerja RPJMD;
e. Perumusan dan penyepakatan tujuan dan strategi serta kebijakan BLUD;
f.

Penyerasian kegiatan dari rencana kerja BLUD amanat Rancangan Awal


RPJMD dengan tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan BLUD;

g. Daftar kegiatan dan program Renstra BLUD


h. Pemaparan dan penyepakatan program pembangunan daerah yang meliputi
program BLUD.
Tahap pasca pelaksanaan:

Penyusunan naskah kesepakatan Forum SKPD

Penyampaian naskah kesepakatan Forum SKPD kepada Tim Penyusun


II - | 17

Informasi yang disiapkan :


a) Naskah Rancangan Renstra BLUD.

II - | 18

BAB III
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
3.1. Konsep Dasar Standar Pelayanan Minimal
Undang-Undang 32 tahun 2004 pasal 11 (4), menyatakan bahwa penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal
dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah. Penetapan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) oleh pemerintah pusat adalah cara untuk menjamin dan mendukung
pelaksanaan urusan wajib oleh pemerintah provinsi/kabupaten/kota, dan sekaligus merupakan
akuntabilitas daerah kepada pemerintah pusat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Disamping itu, SPM juga dapat dipakai sebagai alat pembinaan dan pengawasan pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah.
1) Pengertian Standar Pelayanan Minimal
Pengertian SPM dapat dijumpai pada beberapa sumber, antara lain :

Undang-Undang 32 tahun 2004 penjelasan pasal 167 (3), menyatakan bahwa SPM
adalah standar suatu pelayanan yang memenuhi persyaratan minimal kelayakan.

Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan


Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, pasal 20 (1) b menyatakan bahwa APBD
yang disusun dengan pendekatan kinerja memuat standar pelayanan yang diharapkan
dan perkiraan biaya satuan komponen kegiatan yang bersangkutan; Ayat (2)
menyatakan bahwa untuk mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah
dikembangkan Standar Analisa Belanja, Tolok Ukur Kinerja dan Standar Biaya.

Lampiran Surat Edaran Dirjen OTDA Nomor 100/757/OTDA tanggal 8 Juli 2002
menyatakan Standar Pelayanan Minimal adalah tolok ukur untuk mengukur kinerja
penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar
kepada masyarakat.

Peraturan Pemerintah RI No.65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan


Penerapan Standar Pelayanan Minimal. SPM adalah ketentuan tentang jenis dan
mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal.
III - | 1

Permendagri No.6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan
Standar Pelayanan Minimal.

Dari berbagai pengertian tersebut, secara umum dapat diikhtisarkan bahwa SPM merupakan
standar minimal pelayanan publik yang harus disediakan oleh pemerintah daerah kepada
masyarakat. Adanya SPM akan menjamin minimal pelayanan yang berhak diperoleh
masyarakat dari pemerintah. Dengan adanya SPM maka akan terjamin kuantitas dan atau
kualitas minimal dari suatu pelayanan publik yang dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga
diharapkan akan terjadi pemerataan pelayanan publik dan menghindari kesenjangan
pelayanan antar daerah.
Seperti telah diuraikan di atas, bahwa pelaksanaan urusan wajib merupakan pelayanan
minimal sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Maksud dari pernyataan ini
adalah bahwa, SPM ditetapkan oleh pemerintah pusat dalam hal ini departemen teknis,
sedangkan pedoman penyusunan SPM ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri sesuai dengan
penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 167 (3).
2) Manfaat Standar Pelayanan Minimal
SPM mempunyai beberapa manfaat, antara lain :
(1) Memberikan jaminan bahwa masyarakat akan menerima suatu pelayanan publik dari
pemerintah daerah sehingga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
(2) Dengan ditetapkannya SPM akan dapat ditentukan jumlah anggaran yang dibutuhkan
untuk menyediakan suatu pelayanan public.
(3) Menjadi dasar dalam menentukan anggaran berbasis kinerja.
(4) Masyarakat dapat mengukur sejauhmana pemerintah daerah memenuhi kewajibannya
dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat, sehingga hal ini dapat
meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah kepada masyarakat.
(5) Sebagai alat ukur bagi kepala daerah dalam melakukan penilaian kinerja yang telah
dilaksanakan oleh unit kerja penyedia suatu pelayanan.
(6) Sebagai benchmark untuk mengukur tingkat keberhasilan pemerintah daerah dalam
pelayanan publik.
(7) Menjadi dasar bagi pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh institusi
pengawasan.
III - | 2

3) Prinsip Penyusunan dan Penetapan SPM


Dalam penyusunan dan menetapkan SPM, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) Konsensus, yaitu disepakati bersama oleh komponen-komponen atau unit-unit kerja
yang ada pada lembaga yang bersangkutan.
2) Sederhana, yaitu mudah dimengerti dan dipahami.
3) Nyata, yaitu memiliki dimensi ruang dan waktu serta persyaratan atau prosedur teknis.
4) Terukur, yaitu dapat dihitung atau dianalisa.
5) Terbuka, yaitu dapat diakses oleh seluruh warga lapisan masyarakat.
6) Terjangkau, yaitu dapat dicapai bersama SPM jenis-jenis pelayanan dasar lainnya
dengan menggunakan sumber-sumber daya daan dana yang tersedia.
7) Akuntabel, yaitu dapat dipertanggungjawabkan kepada public.
8) Bertahap, yaitu mengikuti perkembangan kebutuhan dan kemampuan keuangan,
kelembagaan, dan personil dalam pencapaian SPM.
4) Prinsip-Prinsip Penerapan Standar Pelayanan Minimal
Beragamnya kondisi daerah, baik kondisi ekonomi, sosial, budaya, maupun kondisi geografis
akan berdampak pada kemampuan daerah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Dengan kata lain setiap daerah mempunyai kemampuan yang berbeda dalam
mengimplementasikan SPM. Oleh karena itu, prinsip-prinsip dalam
penerapan SPM perlu dipahami. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
(1) SPM diterapkan pada seluruh urusan wajib pemerintah daerah.
(2) SPM dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah pusat.
(3) SPM bersifat dinamis, dalam arti selalu dikaji dan diperbaiki dari waktu ke waktu
sesuai dengan kondisi nasional dan perkembangan daerah.
(4) SPM harus dijadikan acuan dalam perencanaan daerah, penganggaran, pengawasan,
pelaporan dan sebagai alat untuk menilai pencapaian kinerja.

3.2. Standar Pelayanan Minimal BLUD


Sebagai salah satu lembaga pelayanan kepada masyarakat umum, BLUD perlu
menetapkan standar pelayanan minimal (SPM).
III - | 3

1) Untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan umum yang


diberikan oleh BLUD, kepala daerah menetapkan standar pelayanan minimal BLUD
dengan peraturan kepala daerah.
2) Standar pelayanan minimal, dapat diusulkan oleh pemimpin BLUD.
3) Standar pelayanan minimal, harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan,
dan kesetaraan layanan serta kemudahan untuk mendapatkan layanan.
4) Standar pelayanan minimal harus memenuhi persyaratan :
a) Fokus pada jenis pelayanan;
Mengutamakan kegiatan pelayanan yang menunjang terwujudnya tugas dan
fungsi BLUD.
b) Terukur;
Merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.
c) Dapat dicapai;
Merupakan kegiatan nyata, dapat dihitung tingkat pencapaiannya, rasional, sesuai
kemampuan dan tingkat pemanfaatannya.
d) Relevan dan dapat diandalkan; dan
merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan dan dapat dipercaya untuk
menunjang tugas dan fungsi BLUD.
e) Tepat waktu.
merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah ditetapkan.
3.3. Tarif Layanan
Dalam rangka memberikan layanan kepada masyarakat, diperlukan biaya operasional
maupun non operasional, oleh karena itu BLUD diperbolehkan memungut biaya tersebut
kepada penerima layanan, dengan ketentuan sebagai berikut :
(1) BLUD dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang
dan/atau jasa layanan yang diberikan.
(2) Imbalan atas barang dan/atau jasa layanan, ditetapkan dalam bentuk tarif yang
disusun atas dasar perhitungan biaya satuan per unit layanan atau hasil per
investasi dana.
III - | 4

(3) Tarif, termasuk imbal hasil yang wajar dari investasi dana dan untuk menutup
seluruh atau sebagian dari biaya per unit layanan.
(4) Tarif layanan, dapat berupa besaran tarif atau pola tarif sesuai jenis layanan
BLUD yang bersangkutan.
(5) Tarif layanan BLUD-SKPD diusulkan oleh pemimpin BLUD kepada kepala daerah
melalui sekretaris daerah.
(6) Tarif layanan BLUD-Unit Kerja diusulkan oleh pemimpin BLUD kepada kepala
daerah melalui kepala SKPD.
(7) Tarif layanan, ditetapkan dengan peraturan kepala daerah dan disampaikan
kepada pimpinan DPRD.
(8) Penetapan tarif layanan, mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan
layanan, daya beli masyarakat, serta kompetisi yang sehat.
(9) Kepala daerah dalam menetapkan besaran tarif, dapat membentuk tim.
(10) Pembentukan tim, ditetapkan oleh kepala daerah yang keanggotaannya dapat
berasal dari:
a. pembina teknis;
b. pembina keuangan;
c. unsur perguruan tinggi;
d. lembaga profesi.
(11) Peraturan kepala daerah mengenai tarif layanan BLUD dapat dilakukan
perubahan sesuai kebutuhan dan perkembangan keadaan.
(12) Perubahan tarif, dapat dilakukan secara keseluruhan maupun per unit layanan.
(13) Proses perubahan tarif berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang berlaku.

3.4. Unsur-unsur Kepuasan Masyarakat


Berdasarkan prinsip-prinsip pelayanan sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63/KEP/M.PAN/7/2003, yang kemudian
dikembangkan mejadi 14 unsur yang relevan, valid dan reliable, sebagai unsure minimal
yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai
berikut :
III - | 5

1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada


masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administrative yang diperlukan
untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.
3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang
memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggungjawabnya).
4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan
pelayanan terutama

terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang

berlaku.
5. Tanggungjawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggungjawab
petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.
6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang
dimiliki petugas dalam memberikan / menyelesaikan pelayanan ke[ada masyarakat.
7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu
yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan,
8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak
membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling
menghargai dan menghormati.
10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya
biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.
11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan
biaya yang telah ditetapkan.
12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih,
rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima
pelayanan.
14. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat
III - | 6

merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang


diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
3.5. Contoh (sederhana) Implementasi SPM
3.5.1. Standar Pelayanan Minimal
1. Landasan Hukum
a.

Peraturan Daerah Kota/Kabupaten

b.

Peraturan Daerah Kota Kota/Kabupaten tentang Pengaturan Pasar.

2. Maksud dan Tujuan


a. Untuk meningkatkan pelayanan masyarakat dalam bidang ijin pemakaian tempat
dasaran dan berjualan di pasar secara mudah, cepat, dan murah.
b. Untuk mengatur setiap pemakaian tempat berdagang di pasar.
c. Untuk menjamin kepastian hukum sekaligus memberikan perlindungan kepada
pemegang ijin.
3. Sistem dan Prosedur
a. Prosedur :
1) Mengisi formulir yang disediakan
2) Berkas permohonan diajukan ke Kepala BLUD Pasar melalui Kepala Cabang.
3) Kepala cabang meneliti syarat-syarat yang telah ditentukan untuk kemudian
meneruskan atau menolak permohonan SIPTD.
4) Permohonan SIPTD yang telah memenuhi syarat diteruskan kepada Kepala
BLUD Pasar melalui Ka Sub Bidang
5) SIPTD yang telah ditandatangani
b. Persyaratan :
1)

Copy KTP dan KK 3 lembar

2)

Pas Photo 3 x 4 cm 3 lembar

3)

Copy pendirian perusahaan (apabila atas nama perusahaan)

4)

Bukti perolehan tempat

4. Waktu Penyelesaian : 3 5 hari


5. Biaya Pelayanan
III - | 7

a. Untuk ijin baru dan perpanjangan pemakaian tempat tidak dikenakan biaya.
b. Untuk baliknama pemakaian tempat dikenakan biaya . x tarif restribusi.
c. Biaya ijin balik nama dihitung berdasarkan :
1)

golongan pasar (kota, wilayah dan lingkungan)

2)

jenis tempat dasaran (kios, los dan dasaran terbuka)

6. Produk pelayanan berupa :


a.

Ijin pemakaian tempat dasaran

b.

Ijin berjualan di pasar

7. Penyampaian hasil pelayanan :


SITPD yang sudah jadi disampaikan kepada pedagang melalui kepala cabang.
8. Sarana dan prasarana
Guna memenuhi standar waktu minimal yang ditentukan dalam pelayanan di butuhkan
sarana dan prasarana sebagai berikut :
a.

Formulir pendaftaran

b.

Blanko ijin

c.

Mesin Ketik

d.

Komputer

e.

Alat Tulis Kantor

f.

Kalkulator

g.

Filling cabinet

h.

Ordner

9. Kompetensi petugas
a.

Memahami tugas pokok dan fungsinya dalam jabatan

b.

Memahami arah kebijakan BLUD Pasar dalam pelayanan publik.

3.4.2. Penanganan Pengaduan


1.

Bila pedagang ada komplain bisa data langsung ke Kantor BLUD Pasar.

2.

Bisa menghubungi Kepala Pasar dan Kepala Cabang setempat.

III - | 8

BAB IV
PENYUSUNAN RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN

4.1. Pengertian Rencana Bisnis dan Anggaran


Rencana Bisnis dan Anggaran BLU, yang selanjutnya disebut RBA, adalah dokumen
perencanaan bisnis dan penganggaran tahunan yang berisi program, kegiatan, target kinerja
dan anggaran suatu BLU. BLU menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dengan
mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L). Rencana strategis
bisnis merupakan istilah yang pengertiannya sama dengan Renstra bagi instansi pemerintah.
Oleh karena itu penyusunan rencana strategis bisnis berpedoman pada Inpres Nomor 7 Tahun
1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Sesuai Inpres tersebut, rencana
strategis mengandung visi, misi, tujuan/sasaran, dan program yang realistis dan
mengantisipasi masa depan yang diinginkan dan dapat dicapai. RBA merupakan refleksi
program dan kegiatan dari kementerian negara/lembaga /SKPD/pemerintah daerah.
4.2. Dasar Hukum Penyusunan RBA
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah.
7. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004.
9. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005
IV - | 1

10. Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

134/PMK.06/2005

tentang

Pedoman

Pembayaran Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.


11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.02/2006 tentang Tatacara Penyusunan,
Pengajuan, Penetapan, dan Perubahan Rencana Bisnis dan Anggaran serta
Dokumen Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum.
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.05/2009 tentang Rencana Bisnis dan
Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum.
4.3. Penyusunan RBA
BLU menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dengan mengacu kepada
Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra-KL). BLU menyusun RBA tahunan
dengan mengacu kepada rencana strategis bisnis lima tahunan tersebut. RBA disusun
berdasarkan :
a. Basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya;
b. Kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari
masyarakat, badan lain, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
RBA juga menganut pola anggaran yang fleksibel (flexible budget) dengan persentase
ambang batas tertentu. Perencanaan dan penganggaran BLU pada prinsipnya tidak berbeda
dengan perencanaan dan penganggaran pada kementerian/lembaga.
4.4. Pengajuan dan Penetapan RBA
Pimpinan BLU mengajukan usulan RBA kepada Menteri/Pimpinan Lembaga untuk
dibahas sebagai bagian dari RKA-KL. Usulan RBA tersebut disertai dengan usulan standar
pelayanan minimum dan biaya dari keluaran (output) yang akan dihasilkan. RBA yang telah
disetujui oleh Menteri/Pimpinan Lembaga diajukan sebagai bagian dari RKA-KL kepada
Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran.
Skema penyusunan RBA BLU dapat dilihat pada bagan 4.1 :

IV - | 2

Bagan 4.1 : Skema Penyusunan RBA BLU


Direktorat Jenderal Anggaran mengkaji kembali usulan RBA. Pengkajian dilakukan
dalam rapat pembahasan bersama antara Direktorat Jenderal Anggaran dengan unit yang
berwenang pada kementerian/lembaga serta BLU yang bersangkutan. Pengkajian kembali
RBA terutama mencakup standar biaya dan anggaran BLU, kinerja keuangan BLU, serta
besaran persentase ambang batas. Besaran persentase ambang batas ditentukan dengan
mempertimbangkan fluktuasi
luktuasi kegiatan operasional BLU.
Hasil kajian atas RBA menjadi dasar dalam rangka pemrosesan RKA-KL
RKA
sebagai
bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN. Setelah APBN ditetapkan, pimpinan
BLU melakukan penyesuaian atas RBA menjadi RBA definitif.
Skema pengajuan RBA BLU dapat dilihat pada Bagan 4.2 :

IV - | 3

Bagan 4.2 : Skema pengajuan RBA BLU


4.5. Pengintegrasian RBA dengan RKA-KL
RKA
RKA-KL
KL sebagai dokumen usulan anggaran memuat sasaran terukur yang
penyusunannya dilakukan secara berjenjang dari tingkat kantor/satuan
kantor/satuan kerja ke tingkat yang
lebih tinggi (bottom-up)
up) untuk melaksanakan penugasan dari menteri/pimpinan lembaga (top
down). Dengan demikian dalam menyusun suatu Rencana Kerja dan Anggaran BLU harus
menerapkan anggaran berbasis kinerja.
BLU sebagai satuan kerja merupakan bagian dari kementerian/lembaga, oleh karena
itu pengintegrasian RBA BLU ke dalam RKA-KL
RKA KL dilakukan oleh kementerian/lembaga
IV - | 4

bersangkutan. Tata cara pengintegrasian RBA ke dalam RKA-KL berpedoman pada ketentuan
dalam PP No.21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga.
4.6. Bentuk Format RBA BLU (sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor
44/PMK.05/2009)
Bentuk format BLU terdiri dari :
Bab I

Pendahuluan
1. Gambaran Umum
2. Visi Badan Layanan Umum
3. Misi Badan Layanan Umum
4. Maksud dan Tujuan Badan Layanan Umum
5. Kegiatan Badan Layanan Umum
6. Budaya Badan Layanan Umum
7. Susunan Pejabat Pengelola BLU dan Dewan Pengawas

Bab II Kinerja BLU Tahun Berjalan


1. Kondisi Eksternal dan Internal Yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja Tahun
Berjalan
2. Perbandingan antara Asumsi RBA Tahun Berjalan dengan Realisasi serta Dampak
Terhadap Pencapaian Kinerja Tahun Berjalan
3. Pencapaian Kinerja
4. Pencapaian Program Investasi
5. Laporan Keuangan Tahun Berjalan
Bab III Rencana Bisnis dan Anggaran BLU Tahun Anggaran .
1. Gambaran Umum tentang Analisis Eksternal dan Internal BLU
2. Asumsi-asumsi Yang Digunakan dalam Penyusunan Rencana Bisnis dan
Anggaran Tahun Anggaran .
3. Target Kinerja BLU
4. Analisis dan Perkiraan Biaya Per Output dan Agregat
5. Perkiraan Harga
IV - | 5

6. Rencana Pendapatan dan Biaya Operasional Per Unit


7. Rencana Pendapatan dan Biaya BLU
8. Anggaran BLU
9. Ambang Batas Belanja BLU
Bab IV Proyeksi Keuangan Tahun Anggaran .
1. Proyeksi Neraca
2. Proyeksi Laporan Aktivitas
3. Proyeksi Laporan Arus Kas
4. Catatan atas Laporan Keuangan
Bab V Penutup

IV - | 6

BAB V
PENGELOLAAN KEUANGAN

5.1. Perencanaan Dan Penganggaran


5.1.1. Perencanaan
1) PASAR menyusun Rencana Strategis Bisnis lima tahunan berdasarkan pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
2) Renstra bisnis PASAR, mencakup pernyataan visi, misi, program strategis,
pengukuran pencapaian kinerja, rencana pencapaian lima tahunan dan proyeksi
keuangan lima tahunan PASAR.
3) Visi, memuat suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang
berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan.
4) Misi, memuat sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai visi yang
ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana sesuai dengan bidangnya dan
berhasil dengan baik.
5) Program strategis, memuat program yang berisi proses kegiatan yang berorientasi
pada hasil yang ingin dicapai sampai dengan kurun waktu 1 (satu) sampai dengan
5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi,peluang, dan kendala yang ada
atau mungkin timbul.
6) Pengukuran pencapaian kinerja, memuat pengukuran yang dilakukan dengan
menggambarkan pencapaian hasil kegiatan dengan disertai analisis atas faktorfaktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tercapainya kinerja.
7) Rencana pencapaian lima tahunan, memuat rencana capaian kinerja pelayanan
tahunan selama 5 (lima) tahun.
8) Proyeksi keuangan lima tahunan, memuat perkiraan capaian kinerja keuangan
tahunan selama 5 (lima) tahun.
9) Renstra bisnis PASAR, dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Bisnis
Tahunan dan evaluasi kinerja.

V-|1

5.1.2. Penganggaran
1) PASAR menyusun Rencana Bisnis Tahunan yang berpedoman kepada renstra
bisnis PASAR.
2) Penyusunan Rencana Bisnis Tahunan, disusun berdasarkan prinsip anggaran
berbasis kinerja, perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanan, kebutuhan
pendanaan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari
masyarakat, badan lain, APBD, dan sumber-sumber pendapatan PASAR lainnya.
3) Rencana Bisnis Tahunan merupakan penjabaran lebih lanjut dari program dan
kegiatan PASAR dengan berpedoman pada pengelolaan keuangan PASAR.
4) Rencana Bisnis Tahunan, memuat:
a. Kinerja tahun berjalan;
a) hasil kegiatan usaha;
b) faktor yang mempengaruhi kinerja;
c) perbandingan RBA tahun berjalan dengan realisasi;
d) laporan keuangan tahun berjaian; dan
e) hal-hal lain yang perlu ditindaklanjuti sehubungan dengan pencapaian
kinerja tahun berjalan.
b. Asumsi makro dan mikro, yang meliputi :
a) tingkat inflasi;
b) pertumbuhan ekonomi;
c) nilai kurs;
d) tarif;
e) volume pelayanan.
c. Target kinerja;
a) perkiraan pencapaian kinerja pelayanan; dan
b) perkiraan keuangan pada tahun yang direncanakan.
d. Analisis dan perkiraan biaya satuan;
Merupakan perkiraan biaya per unit penyedia barang dan/atau jasa pelayanan
yang diberikan, setelah memperhitungkan seluruh komponen biaya dan volume
barang dan/atau jasa yang akan dihasilkan.
V-|2

e. Perkiraan harga;
Merupakan estimasi harga Jual produk barang dan/atau jasa setelah
memperhitungkan biaya persatuan dan tingkat margin yang ditentukan seperti
tercermin dari tarif layanan.
f.

Anggaran pendapatan dan biaya;


Merupakan rencana anggaran untuk seluruh kegiatan tahunan yang dinyatakan
dalam satuan uang yang tercermin dari rencana pendapatan dan biaya.

g. Besaran persentase ambang batas;


Merupakan besaran persentase perubahan anggaran bersumber dari
pendapatan operasional yang diperkenankan dan ditentukan dengan
mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional PASAR.
h. Prognosa laporan keuangan;
Merupakan perkiraan realisasi keuangan tahun berjalan seperti tercermin pada
laporan operasional, neraca, dan laporan arus kas.
i.

Perkiraan maju (forward estimate);


Merupakan perhitungan kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari
tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan program dan
kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun
berikutnya.

j.

Rencana pengeluaran investasi/modal;


Merupakan rencana pengeluaran dana untuk memperoleh aset tetap.

k. Ringkasan pendapatan dan biaya untuk konsolidasi dengan RKA-SKPD/APBD.


Merupakan ringkasan pendapatan dan biaya dalam RBA yang disesuaikan
dengan format RKA-SKPD/APBD.
5) Rencana Bisnis Tahunan, disertai dengan usulan program, kegiatan, standar
pelayanan minimal dan biaya dari keluaran yang akan dihasilkan.
5.2. Pendapatan Dan Biaya Pasar
5.2.1. Pendapatan
1. Pendapatan PASAR dapat bersumber dari :
V-|3

a. Jasa layanan, berupa imbalan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan
kepada masyarakat.
b. Hibah, dapat berupa hibah terikat dan hibah tidak terikat.
c. Hasil kerjasama dengan pihak lain, dapat berupa perolehan dari kerjasama
operasional, sewa menyewa dan usaha lainnya yang mendukung tugas dan fungsi
PASAR.
d. APBD; berupa pendapatan yang berasal dari otorisasi kredit anggaran pemerintah
daerah bukan dari kegiatan pembiayaan APBD.
e. APBN; dapat berupa pendapatan yang berasal dari pemerintah dalam rangka
pelaksanaan dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan dan lain-lain.dan
f. Lain-lain pendapatan PASAR yang sah, antara lain meliputi :
a. hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan;
b. hasil pemanfaatan kekayaan;
c. jasa giro;
d. pendapatan bunga;
e. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
f. komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh PASAR;
g. hasil investasi.
2. Seluruh pendapatan PASAR, kecuali yang berasal dari hibah terikat, dapat dikelola
langsung untuk membiayai pengeluaran PASAR sesuai Rencana Bisnis Tahunan.
3. Hibah terikat, diperlakukan sesuai peruntukannya.
4. Seluruh pendapatan PASAR, dilaksanakan melalui rekening kas PASAR dan dicatat
dalam kode rekening kelompok pendapatan asli daerah pada jenis lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah dengan obyek pendapatan PASAR.
5. Seluruh pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaporkan kepada PPKD
setiap triwulan.
6. Format laporan pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), tercantum dalam
Lampiran pedoman ini.
V-|4

5.2.2. Biaya
1. Biaya PASAR terdiri dari biaya operasional dan biaya non operasional.
2. Biaya operasional, mencakup seluruh biaya yang menjadi beban PASAR dalam
rangka menjalankan tugas dan fungsi, yang terdiri dari :
a. Biaya pelayanan, mencakup seluruh biaya operasional yang berhubungan langsung
dengan kegiatan pelayanan, yang meliputi :
a) biaya pegawai;
b) biaya bahan;
c) biaya jasa pelayanan;
d) biaya pemeliharaan;
e) biaya barang dan jasa; dan
f) biaya pelayanan lain-lain.
b. Biaya umum dan administrasi, seluruh biaya operasional yang tidak berhubungan
langsung dengan kegiatan pelayanan, yang meliputi :
a) biaya pegawai;
b) biaya administrasi kantor;
c) biaya pemeliharaan;
d) biaya barang dan jasa;
e) biaya promosi; dan
f) biaya umum dan administrasi lain-lain.
3. Biaya non operasional, mencakup seluruh biaya yang menjadi beban PASAR dalam
rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi, yang meliputi :
a) biaya bunga;
b) biaya administrasi bank;
c) biaya kerugian penjualan aset tetap;
d) biaya kerugian penurunan nilai; dan
e) biaya non operasional lain-lain.
4. Biaya PASAR, dialokasikan untuk membiayai program peningkatan pelayanan,
kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukungpelayanan.
V-|5

5. Pembiayaan program dan kegiatan, dialokasikan sesuai dengan kelompok, jenis,


program dan kegiatan.
6. Seluruh pengeluaran biaya PASAR, disampaikan kepada PPKD setiap triwulan, dan
dilakukan dengan menerbitkan SPM Pengesahan yang dilampirl dengan Surat
Pernyataan Tanggungjawab (SPTJ).
7. Format SPTJ dan Format Laporan, tercantum dalam Lampiran Pedoman ini.
8. Pengeluaran biaya PASAR diberikan fleksibilitas dengan mempertimbangkan volume
kegiatan pelayanan.
9. Fleksibilitas pengeluaran biaya PASAR, merupakan pengeluaran biaya yang
disesuaikan dan signifikan dengan perubahan pendapatan dalam ambang batas
Rencana Bisnis Tahunan yang telah ditetapkan secara definitif.
5.3. Pelaksanaan Anggaran
5.3.1. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pasar
1. Dokumen Pelaksanaan Anggaran - PASAR, mencakup antara lain:
a. pendapatan dan biaya;
b. proyeksi arus kas;
c. jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang akan dihasilkan.
2. PPKD mengesahkan DPA-PASAR sebagai dasar pelaksanaan anggaran.
3. Pengesahan DPA-PASAR berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
4. Dalam hai DPA-PASAR, belum disahkan oleh PPKD, PASAR dapat melakukan
pengeluaran uang setinggi-tingginya sebesar angka DPA-PASAR tahun sebelumnya.
5. DPA-PASAR yang telah disahkan oleh PPKD, menjadi dasar penarikan dana yang
bersumber dari APBD.
6. Penarikan dana, digunakan untuk belanja pegawai, belanja modal, barang dan/atau
jasa, dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Penarikan dana untuk belanja barang dan/atau jasa, sebesar selisih (mismatch)
jumlah kas yang tersedia ditambah dengan aliran kas masuk yang diharapkan dengan
jumlah pengeluaran yang diproyeksikan, dengan memperhatikan anggaran kas yang
telah ditetapkan dalam DPA-PASAR.
V-|6

8. DPA-PASAR menjadi lampiran perjanjian kinerja yang ditandatangani oleh kepala


daerah dengan pemimpin PASAR.
9. Perjanjian kinerja, merupakan manifestasi hubungan kerja antara kepala daerah dan
pemimpin PASAR, yang dituangkan dalam perjanjian kinerja (contractualperformance
agreement).
10. Dalam perjanjian kinerja, kepala daerah menugaskan pemimpin PASAR untuk
menyeienggarakan kegiatan pelayanan umum dan berhak mengelola dana sesuai
yang tercantum dalam DPA-PASAR.
11. Perjanjian kinerja, antara lain memuat kesanggupan untuk meningkatkan :
a. kinerja pelayanan bagi masyarakat;
b. kinerja keuangan;
c. manfaat bagi masyarakat.
5.3.2. Pengelolaan Kas
1. Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas, dilaksanakan melalui rekening kas
PASAR.
2. Dalam pengelolaan kas, PASAR menyeienggarakan :
a. perencanaan penerimaan dan pengeluaran kas;
b. pemungutan pendapatan atau tagihan;
c. penyimpanan kas dan mengelola rekening bank;
d. pembayaran;
e. perolehan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek; dan
f. pemanfaatan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh pendapatan tambahan.
3. Penerimaan PASAR pada setiap hari disetorkan seluruhnya ke rekening kas PASAR /
BLUD dan dilaporkan kepada pejabat keuangan PASAR / BLUD.
5.3.3. Pengelolaan Piutang Dan Utang
5.3.3.1.

Piutang

1. PASAR dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan barang, jasa,


dan/atau transaksi yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan
kegiatan PASAR.
V-|7

2. Piutang dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab
serta dapat memberikan nilai tambah, sesuai dengan prinsip bisnis yang sehat dan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. PASAR melaksanakan penagihan piutang pada saat piutang jatuh tempo.
4. Untuk melaksanakan penagihan piutang, PASAR menyiapkan bukti dan administrasi
penagihan, serta menyelesaikan tagihan atas piutang PASAR.
5. Penagihan piutang, yang sulit ditagih dapat dilimpahkan penagihannya kepada kepala
daerah dengan dilampiri buktl-bukti valid dan sah.
6. Piutang dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat yang berwenang,
yang nilainya ditetapkan secara berjenjang.
7. Kewenangan penghapusan piutang, ditetapkan dengan peraturan kepala daerah,
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5.3.3.2. Utang
1. PASAR dapat melakukan pinjaman/utang sehubungan dengan kegiatan operasional
dan/atau perikatan pinjaman dengan pihak lain.
2. Pinjaman/utang, dapat berupa pinjaman/utang jangka pendek atau pinjaman/utang
jangka panjang.
3. Pinjaman dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan
bertanggung jawab.
4. Pemanfaatan pinjaman/utang yang berasal dari perikatan pinjaman jangka pendek
hanya untuk biaya operasional termasuk keperluan menutup defisit kas.
5. Pemanfaatan pinjaman/utang yang berasal dari perikatan pinjaman jangka panjang
hanya untuk pengeluaran investasi/modal.
6. Pinjaman jangka panjang, terlebih dahulu wajib mendapat persetujuan kepala daerah.
7. Perikatan pinjaman dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara berjenjang
berdasarnilai pinjaman.
8. Kewenangan perikatan pinjaman, diatur dengan peraturan kepala daerah.
9. Pembayaran kembali pinjaman/utang, menjadi tanggung jawab PASAR.
10. Hak tagih pinjaman/utang PASAR menjadi kadaluwarsa setelah 5 (lima) tahun sejak
utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain menurut undang-undang.
V-|8

11. Jatuh tempo, dihitung sejak tanggal 1 Januari tahun berikutnya.


12. PASAR wajib membayar bunga dan pokok utang yang telah jatuh tempo.
13. Pemimpin PASAR dapat melakukan pelampauan pembayaran bunga dan pokok
sepanjang tidak melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan dalam Rencana
Bisnis Tahunan.
5.3.4. Investasi
1. PASAR dapat melakukan investasi sepanjang memberi manfaat bagi peningkatan
pendapatan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta tidak mengganggu
likuiditas keuangan PASAR.
2. Investasi, berupa investasi jangka pendek dan investasi Jangka panjang.
3. Investasi jangka pendek, merupakan investasi yang dapat segera dicairkan dan
dimaksudkan untuk dimilikl selama 12 (dua belas) bulan atau kurang.
4. Investasi jangka pendek, dapat dilakukan dengan pemanfaatan surplus kas jangka
pendek.
5. Investasi jangka pendek, antara lain:
a. deposito berjangka waktu 1 (satu) sampai dengan 12 (dua belas) bulan
dan/atau
yang dapat diperpanjang secara otomatis;
b. pembelian surat utang negara jangka pendek;
c. pembelian sertifikat Bank Indonesia.
6. Karakteristik investasi jangka pendek, adalah:
a. dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;
b. ditujukan dalam rangka manajemen kas; dan
c. berisiko rendah.
7. PASAR tidak dapat melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas persetujuan
kepala daerah.
8. Investasi jangka panjang, antara lain:
a. penyertaan modal;
b. pemilikan obligasi Lntuk masa jangka panjang; dan
c. investasi langsung seperti pendirian perusahaan.
V-|9

9. Dalam hal PASAR mendirikan/membeli badan usaha yang berbadan hukum,


kepemilikan badan usaha tersebut ada pada pemerintah daerah.
10. Hasil investasi, merupakan pendapatan PASAR.
11. Pendapatan PASAR dapat dipergunakan secara langsung untuk membiayai
pengeluaran sesuai Rencana Bisnis Tahunan.
5.3.5. Kerjasama
1. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, PASAR dapat melakukan
kerjasama dengan pihak lain.
2. Kerjasama, dilakukan berdasarkan prinsip efisiensi, efektivitas, ekonomis dan saling
menguntungkan.
3. Kerjasama dengan pihak lain, antara lain:
a. kerjasama operasi;
b. sewa menyewa;
c. usaha lainnya yang menunjang tugas dan fungsi PASAR.
4. Kerjasama operasi, merupakan perikatan antara PASAR dengan pihak lain, melalui
pengelolaan manajemen dan proses operasional secara bersama dengan pembagian
keuntungan sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
5. Sewa menyewa, merupakan penyerahan hak penggunaan/pemakaian barang PASAR
kepada pihak lain atau sebaliknya dengan imbalan berupa uang sewa bulanan atau
tahunan untuk jangka waktu tertentu, baik sekaligus maupun secara berkala.
6. Usaha lainnya yang menunjang tugas dan fungsi PASAR, merupakan kerjasama
dengan pihak lain yang menghasilkan pendapatan bagi PASAR dengan tidak
mengurangi kualitas pelayanan umum yang menjadi kewajiban PASAR.
7. Hasil kerjasama merupakan pendapatan PASAR.
8. Pendapatan PASAR, dapat dipergunakan secara langsung untuk membiayai
pengeluaran sesuai Rencana Bisnis Tahunan.
5.3.6. Pengadaan Barang dan/atau Jasa
1. Pengadaan barang dan/atau jasa pada PASAR dilaksanakan berdasarkan ketentuan
yang berlaku bagi pengadaan barang/jasa pemerintah.
V - | 10

2. Pengadaan barang dan/atau jasa dilakukan berdasarkan prinsip efisien, efektif,


transparan, bersaing, adil/tidak diskriminatif, akuntabel dan praktek bisnis yang sehat.
3. PASAR dengan status penuh dapat diberikan fleksibilitas berupa pembebasan
sebagian atau seluruhnya dari ketentuan yang berlaku umum bagi pengadaan barang
dan/atau jasa pemerintah, apabila terdapat alasan efektivitas dan/atau efisiensi.
4. Fleksibilitas, diberikan terhadap pengadaan barang dan/atau jasa yang sumber
dananya berasal dari :
a. jasa layanan;
b. hibah tidak terikat;
c. hasil kerja sama dengan pihak lain; dan
d. lain-lain pendapatan PASAR yang sah.
5. Pengadaan barang dan/atau jasa, berdasarkan ketentuan pengadaan barang
dan/atau jasa yang ditetapkan oleh pemimpin PASAR dan disetujui kepala daerah.
6. Ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa yang ditetapkan pemimpin PASAR, harus
dapat menjamin ketersediaan barang dan/atau jasa yang lebih bermutu, iebih murah,
proses pengadaan yang sederhana dan cepat serta mudah menyesuaikan dengan
kebutuhan untuk mendukung kelancaran pelayanan PASAR.
7. Pengadaan barang dan/atau jasa yang dananya berasal dari hibah terikat dapat
dilakukan dengan mengikuti ketentuan pengadaan dari pemberi hibah, atau ketentuan
pengadaan barang dan/atau jasa yang berlaku bagi PASAR sepanjang disetujui
pemberi hibah.
8. Pengadaan barang dan/atau jasa, dilakukan oleh pelaksana pengadaan.
9. Pelaksana pengadaan, dapat berbentuk tim, panitia atau unit yang dibentuk oleh
pemimpin PASAR yang ditugaskan secara khusus untuk melaksanakan pengadaan
barang dan/atau jasa guna keperluan PASAR.
10. Pelaksana pengadaan, terdiri dari personil yang memahami tatacara pengadaan,
substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan.
11. Penunjukan pelaksana pengadaan barang dan/atau jasa, dilakukan dengan prinsip :
a) obyektifitas, dalam hal penunjukan yang didasarkan pada aspek integritas moral,
kecakapan pengetahuan mengenai proses dan prosedur pengadaan barang
V - | 11

dan/atau jasa, tanggung jawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan


ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang dan/atau jasa;
b) independensi, dalam hal menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan
kepentingan dengan pihak terkait dalam melaksanakan penunjukkan pejabat lain
baik langsung maupun tidak langsung; dan
c) saling uji (cross check), dalam hal berusaha memperoleh informasi dari sumber
yang berkompeten, dapat dipercaya, dan dapat dipertanggungjawabkan untuk
mendapatkan keyakinan yang memadai dalam melaksanakan penunjukkan
pelaksana pengadaan lain.
12. Pengadaan barang dan/atau jasa, diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai yang
diatur dalam peraturan kepala daerah.
5.3.7. Surplus Dan Defisit Anggaran
1. Surplus anggaran PASAR merupakan selisih lebih antara realisasi pendapatan dan
realisasi biaya PASAR pada satu tahun anggaran.
2. Surplus anggaran PASAR dapat digunakan dalam tahun anggaran berikutnya kecuali
atas permintaan kepala daerah disetorkan sebagian atau seluruhnya ke kas daerah
dengan mempertimbangkan posisi likuiditas PASAR.
3. Defisit anggaran PASAR merupakan selisih kurang antara realisasi pendapatan
dengan realisasi biaya PASAR pada satu tahun anggaran.
4. Defisit anggaran PASAR dapat diajukan usulan pembiayaannya pada tahun anggaran
berikutnya kepada PPKD.
5.3.8. Penyelesaian Kerugian
Kerugian pada PASAR yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau
kelalaian seseorang, diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai penyelesaian kerugian daerah.
5.3.8. Penatausahaan
1. Penatausahaan keuangan PASAR paling sedikit memuat:
a. pendapatan/biaya;
V - | 12

b. penerimaan/pengeluaran;
c, utang/piutang;
d. persediaan, aset tetap dan investasi; dan
e. ekuitas dana.
2. Penatausahaan PASAR didasarkan pada prinsip pengelolaan keuangan bisnis yang
sehat.
3. Penatausahaan PASAR, dilakukan secara tertib, efektif, efisien, transparan, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
4. Pemimpin PASAR menetapkan kebijakan penatausahaan keuangan PASAR.
5. Penetapan kebijakan penatausahaan, disampaikan kepada PPKD.
5.4. Akuntansi, Pelaporan Dan Pertanggungjawaban
5.4.1. Akuntansi
1. PASAR menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan
kebutuhan praktek bisnis yang sehat.
2. Setiap transaksi keuangan PASAR dicatat dalam dokumen pendukung yang dikelola
secara tertib.
3. PASAR menyelenggarakan akuntansi dan iaporan keuangan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia untuk
manajemen bisnis yang sehat.
4. Penyelenggaraan akuntansi dan Iaporan keuangan, menggunakan basis akrual baik
dalam pengakuan pendapatan, biaya, aset, kewajiban dan ekuitas dana.
5. Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi, PASAR dapat menerapkan standar
akuntansi industri yang spesifik setelah mendapatkan persetujuan dari Menteri
Keuangan.
6. PASAR mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan berpedoman
pada standar akuntansi yang berlaku untuk PASAR yang bersangkutan dan
ditetapkan oleh kepala daerah dengan peraturan kepala daerah.
7. Dalam rangka penyelenggaraan akuntansi dan pelaporan keuangan berbasis akrual,
pemimpin PASAR menyusun kebijakan akuntansi yang berpedoman pada standar
akuntansi sesuai jenis layanannya.
V - | 13

8. Kebijakan akuntansi PASAR, digunakan sebagai dasar dalam pengakuan,


pengukuran, penyajian dan pengungkapan aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan
dan biaya.
5.4.2. Pelaporan Dan Pertanggungjawaban
1. Laporan keuangan PASAR terdiri dari :
a) neraca yang menggambarkan posisi keuangan mengenai aset, kewajiban, dan
ekuitas dana pada tanggal tertentu;
b) laporan operasional yang berisi informasi jumlah pendapatan dan biaya PASAR
selama satu periode;
c) laporan arus kas yang menyajikan informasi kas berkaitan dengan aktivitas
operasional, investasi, dan aktivitas pendanaan dan/atau pembiayaan yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas
selama periode tertentu; dan
d) catatan atas laporan keuangan yang berisi penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam laporan keuangan.
2. Laporan keuangan, disertai dengan laporan kinerja yang berisikan informasi
pencapaian hasil/keluaran PASAR.
3. Laporan keuangan, diaudit oleh pemeriksa eksternal sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
4. Setiap triwulan PASAR menyusun dan menyampaikan laporan operasional dan
laporan arus kas kepada PPKD, paling lambat 15 (lima belas) hari setelah periode
pelaporan berakhir.
5. Setiap semesteran dan tahunan PASAR wajib menyusun dan menyampaikan laporan
keuangan lengkap yang terdiri dari laporan operasional, neraca, laporan arus kas dan
catatan atas laporan keuangan disertai laporan kinerja kepada PPKD untuk
dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan pemerintah daerah, paling lambat 2
(dua) bulan setelah periode pelaporan berakhir.
6. Penyusunan laporan keuangan untuk kepentingan konsolidasi, dilakukan berdasarkan
standar akuntansi pemerintahan.
V - | 14

5.5. Evaluasi Dan Penilaian Kinerja


1. Evaluasi dan penilaian kinerja PASAR dilakukan setiap tahun oleh kepala daerah
dan/atau dewan pengawas terhadap aspek keuangan dan non keuangan.
2. Evaluasi dan penilaian kinerja, bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian hasil
pengelolaan PASAR sebagaimana ditetapkan dalam renstra bisnis dan RBT.
3. Evaluasi dan penilaian kinerja dari aspek keuangan, dapat diukur berdasarkan tingkat
kemampuan PASAR dalam :
a) memperoleh hasil usaha atau hasil kerja dari layanan yang diberikan (rentabilitas);
b) memenuhi kewajiban jangka pendeknya (likuiditas);
c) memenuhi seluruh kewajibannya (solvabilitas);
d) kemampuan penerimaan dari jasa layanan untuk membiayai pengeluaran.
4. Penilaian kinerja dari aspek non keuangan, dapat diukur berdasarkan perspektif
pelanggan, proses internal pelayanan,pembelajaran, dan pertumbuhan.

V - | 15

BAB VI
PENGADAAN BARANG/JASA
DAN KERJASAMA DENGAN PIHAK KETIGA
6.1. Pengadaan Barang dan/atau Jasa
Pengadaan barang dan/atau jasa pada BLUD PASAR dilaksanakan berdasarkan
ketentuan yang berlaku bagi pengadaan barang/jasa pemerintah, berdasarkan prinsip efisien,
efektif, transparan, bersaing, adil/tidak diskriminatif, akuntabel dan praktek bisnis yang sehat.
BLUD PASAR (dengan status penuh) dapat diberikan fleksibilitas berupa pembebasan
sebagian atau seluruhnya dari ketentuan yang berlaku umum bagi pengadaan barang dan/atau
jasa pemerintah, apabila terdapat alasan efektivitas dan/atau efisiensi.

Fleksibilitas tersebut diberikan terhadap pengadaan barang dan/atau jasa yang


sumber dananya berasal dari :
a. Jasa layanan;
b. Hibah tidak terikat;
c. Hasil kerja sama dengan pihak lain; dan
d. Lain-lain pendapatan BLUD PASAR yang sah.

Pengadaan barang dan/atau jasa berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh


pemimpin BLUD PASAR dan mendapat persetujuan dari kepala daerah. Ketentuan yang
ditetapkan pemimpin BLUD PASAR, harus dapat menjamin ketersediaan barang dan/atau
jasa yang lebih bermutu, lebih murah, proses pengadaan yang sederhana dan cepat serta
mudah menyesuaikan dengan kebutuhan untuk mendukung kelancaran pelayanan BLUD
PASAR. Adapun pengadaan barang dan/atau jasa yang dananya berasal dari hibah terikat
dapat dilakukan dengan mengikuti ketentuan pengadaan dari pemberi hibah, atau
ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa yang berlaku bagi BLUD PASAR sepanjang
disetujui pemberi hibah.
Pengadaan barang dan/atau jasa, dilakukan oleh pelaksana pengadaan, dapat
berbentuk tim, panitia atau unit yang dibentuk oleh pemimpin BLUD PASAR yang
ditugaskan secara khusus untuk melaksanakan pengadaan barang dan/atau jasa guna
keperluan BLUD PASAR. Pelaksana ini, terdiri dari personil yang memahami tata cara
pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang
diperlukan. Penunjukan pelaksana dilakukan dengan prinsip:
VI - | 1

a. Obyektifitas, dalam hal penunjukan yang didasarkan pada aspek integritas moral,
kecakapan pengetahuan mengenai proses dan prosedur pengadaan barang dan/atau
jasa, tanggung jawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya
tujuan pengadaan barang dan/atau jasa;
b. Independensi, dalam hal menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan
kepentingan dengan pihak terkait dalam melaksanakan penunjukkan pejabat lain baik
langsung maupun tidak langsung; dan
c. Saling uji (cross check), dalam hal berusaha memperoleh informasi dari sumber yang
berkompeten,

dapat

dipercaya,

dan

dapat

dipertanggungjawabkan

untuk

mendapatkan keyakinan yang memadai dalam melaksanakan penunjukkan pelaksana


pengadaan lain.
Pengadaan barang dan/atau jasa sebagaimana tersebut diatas, diselenggarakan
berdasarkan jenjang nilai yang diatur dalam peraturan kepala daerah.
6.2. Pengelolaan Barang
Barang inventaris milik BLUD PASAR yang merupakan barang pakai habis,
barang untuk diolah atau dijual, serta barang lainnya yang tidak memenuhi persyaratan
sebagai aset tetap, dapat dihapus dan/atau dialihkan kepada pihak lain atas dasar
pertimbangan ekonomis dengan cara dijual, ditukar dan/atau dihibahkan. Hasil penjualan
barang inventaris ini, merupakan pendapatan BLUD PASAR, dan harus dituangkan secara
memadai dalam laporan keuangan.
Adapun atas asset-aset tetap, tidak boleh dialihkan dan/atau dihapus, kecuali atas
persetujuan pejabat yang berwenang, dan diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai dan
jenis barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Yang termasuk
asset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan untuk digunakan dalam kegiatan BLUD PASAR atau dimanfaatkan oleh masyarakat
umum.
Seperti halnya pada barang-barang inventaris, hasil pengalihan aset tetap
merupakan pendapatan BLUD PASAR dan diungkapkan secara memadai dalam laporan
keuangan, dan selanjutnya dilaporkan kepada kepala daerah melalui sekretaris
daerah/kepala SKPD. Penggunaan aset tetap untuk kegiatan yang tidak terkait langsung
VI - | 2

dengan tugas dan fungsi BLUD PASAR harus mendapat persetujuan kepala daerah
melalui sekretaris daerah.
Tanah dan bangunan BLUD PASAR disertifikatkan atas nama pemerintah daerah
yang bersangkutan. Adapun tanah dan bangunan yang tidak digunakan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi BLUD PASAR, dapat dialihgunakan oleh pemimpin
BLUD PASAR dengan persetujuan kepala daerah.
6.3. Kerjasama Dengan Pihak Ketiga
Sebagai entitas ekonomi yang diberi keleluasaan untuk memperoleh pendapatan
sendiri, BLUD dapat melakukan kerja sama dengan pihak ketiga, sesuai dengan fungsi
dan bidang bisnisnya. Namun, karena BLUD bukanlah merupakan kekayaan daerah yang
dipisahkan, maka kerja sama yang dilakukan masih dalam kerangka atau lingkup
kekuasaan kepala daerah. Adapun tata cara serta hal-hal lain yang berkaitan dengan
kerjasama daerah diatur didalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah.
6.3.1. Tata Cara Kerja Sama Daerah
Tata cara kerjasama daerah meliputi :
1. Tata cara kerja sama antar daerah; dan
2. Tata cara kerja sama daerah dengan pihak ketiga.
Tata cara kerja sama dilakukan melalui tahapan :
1. persiapan;
2. penawaran;
3. penyiapan kesepakatan;
4. penandatanganan kesepakatan;
5. penyiapan perjanjian;
6. penandatanganan perjanjian; dan
7. pelaksanaan.

VI - | 3

6.3.2. Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah


1. Bupati/Walikota membentuk Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah (TKKSD) untuk menyiapkan
kerja sama daerah.
2. TKKSD mempunyai tugas :
1. melakukan inventarisasi dan pemetaan bidang/potensi daerah yang akan
dikerjasamakan;
2. menyusun prioritas objek yang akan dikerjasamakan;
3. memberikan saran terhadap proses pemilihan daerah dan pihak ketiga;
4. menyiapkan kerangka acuan/proposal objek kerja sama daerah;
5. membuat dan menilai proposal dan studi kelayakan;
6. menyiapkan materi kesepakatan bersama dan rancangan perjanjian kerja sama;
7. memberikan

rekomendasi

kepada

bupati/walikota

untuk

penandatanganan

kesepakatan bersama dan perjanjian kerja sama.


8. TKKSD terdiri atas :

Ketua

: Sekretaris Daerah

Wakil Ketua I

: Asisten yang membidangi kerja sama daerah

Wakil Ketua II

: Kepala Bappeda

Sekretaris

: Kepala Bagian yang membidangi kerja sama daerah

Anggota Tetap

Anggota Tidak
Tetap

1. Kepala Bagian Hukum


2. Kepala Bagian Pemerintahan
3. Kepala SKPD yang membidangi keuangan
dan pengelolaan asset
4. Kepala SKPD yang melaksanakan kerja
sama
5. Kepala SKPD yang terkait dengan
pelaksanaan kerja sama
6. Tenaga ahli/pakar

6.3.3. Ketentuan Lain-lain


1. TKKSD Kabupaten/Kota dalam melaksanakan tugasnya dapat membentuk Tim Teknis
untuk menyiapkan materi teknis terhadap objek yang akan dikerjasamakan.
2. Kerja sama daerah yang membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten/Kota dan masyarakat serta anggarannya belum tersedia dalam Anggaran

VI - | 4

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota tahun anggaran berjalan harus


mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.
3. Dalam hal kerja sama daerah memanfaatkan asset barang milik daerah dan
melakukan pengadaan barang dan jasa pemerintah, dilaksanakan dengan
berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

VI - | 5

LAMPIRAN I

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 61 TAHUN 2007
TANGGAL : 7 NOVEMBER 2007

FORMAT PERNYATAAN KESANGGUPAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ............... 1

...................................................................................................................... 2

PERNYATAAN
KESANGGUPAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA
Yang bertanda
Nama
Jabatan
Bertindak untuk dan
atas nama
Alamat
Telepon/Fax.
E-mail

tangan di bawah ini:


: ............................................................................................ 3
: ............................................................................................ 4
: ............................................................................................ 5
: ............................................................................................
: ............................................................................................ 6
: ............................................................................................7

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa .................8 sanggup untuk melaksanakan


hal-hal sebagai berikut :
1. menerapkan standar pelayanan minimal;
2. meningkatkan manfaat layanan bagi masyarakat;
3. meningkatkan kinerja keuangan dan non keuangan;
4. menerapkan praktek bisnis yang sehat.
melalui Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya, dengan penuh kesadaran
dan rasa tanggung jawab serta tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun.
.................., ...............................20.... 9
Kepala SKPD/Unit Kerja yang akan
menerapkan PPK-BLUD
Mengetahui,
Meterai
Sekretaris Daerah/Kepala SKPD
.........................................
...................................................
Tanggal
(tanda tangan)
(tanda tangan)
Cap

(nama lengkap)
NIP................

(nama lengkap)
NIP.................

Keterangan:
1

diisi nama Provinsi/ Kabupaten/ Kota


diisi nama SKPD /Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD
3
diisi nama lengkap.
4
diisi jabatan selaku pimpinan SKPD atau Unit Kerja
5
diisi SKPD/Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD.
6
diisi nomor telepon/fax SKPD/Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD.
7
diisi e-mail SKPD/Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD).
8
diisi nama SKPD/Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD).
9
diisi tempat, tanggal, bulan dan tahun surat pernyataan dibuat.
2

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,
PERWIRA

H. MARDIYANTO

LAMPIRAN II

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 61 TAHUN 2007
TANGGAL : 7 NOVEMBER 2007

FORMAT PERNYATAAN BERSEDIA DIAUDIT SECARA INDEPENDEN

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ...............1

...................................................................................................................... 2

PERNYATAAN
BERSEDIA DIAUDIT SECARA INDEPENDEN
Yang bertanda
Nama
Jabatan
Bertindak untuk dan
atas nama

tangan di bawah ini :


: ............................................................................................ 3
: ............................................................................................ 4
: ............................................................................................ 5

Alamat
: ............................................................................................
Telepon/Fax.
: ............................................................................................ 6
E-mail
: ............................................................................................7
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa untuk memenuhi salah satu persyaratan
administrasi dalam rangka menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (PPK-BLUD) sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor ...... Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah, ................... 8 bersedia untuk diaudit secara independen.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya, dengan penuh kesadaran
dan rasa tanggung jawab serta tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun.
.................., ...............................20.... 9
SKPD/Unit Kerja yang akan
menerapkan PPK-BLUD
Mengetahui,
Sekretaris Daerah/Kepala SKPD
...................................................
(tanda tangan)

Meterai

........................................

Tanggal
Cap

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.................

(nama lengkap)
NIP.................

Keterangan:
1

diisi nama Provinsi/ Kabupaten/ Kota


diisi nama SKPD /Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD
3
diisi nama lengkap.
4
diisi jabatan selaku pimpinan SKPD/ Unit Kerja.
5
diisi SKPD/Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD.
6
diisi nomor telepon/fax SKPD/Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD.
7
diisi e-mail SKPD/Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD).
8
diisi nama SKPD/Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD).
9
diisi tempat, tanggal, bulan dan tahun surat pernyataan dibuat.
2

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,
PERWIRA

H. MARDIYANTO

LAMPIRAN III

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 61 TAHUN 2007
TANGGAL : 7 NOVEMBER 2007

FORMAT SURAT PERMOHONAN KEPADA KEPALA DAERAH UNTUK MENERAPKAN


PPK-BLUD

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ...............1

...................................................................................................................... 2
Nomor :
Lampiran
Perihal

:
: Permohonan untuk
menerapkan PPK-BLUD

Kepada :
Yth. Gubernur/Bupati/Walikota 3
.....................................................
di .

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 19, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor ...... Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah dengan ini kami
mengajukan permohonan untuk dapat menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK-BLUD).
Untuk mendukung permohonan tersebut bersama ini kami lampirkan dokumen persyaratan
administratif sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri dimaksud, yaitu:
1. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, kinerja keuangan dan
manfaat bagi masyarakat;
2. Pola Tata Kelola;
3. Rencana Strategis Bisnis;
4. Laporan Keuangan Pokok atau prognosa/proyeksi laporan keuangan; 4
5. Standar Pelayanan Minimum;
6. Laporan audit/Surat pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen. 5
Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perkenan dan persetujuannya diucapkan
terima kasih.

.................., ...............................20.... 6
Mengetahui,
Sekretaris Daerah/Kepala SKPD,

Pemohon,
Kepala SKPD/Unit Kerja
yang akan menerapkan PPK-BLUD,

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP................

(nama lengkap)
NIP..................

Keterangan:
1
2
3

4
5

diisi nama Provinsi/ Kabupaten/ Kota


diisi nama SKPD /Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD
pilih salah satu.

pilih salah satu


diisi salah satu Laporan audit tahun terakhir atau kalau belum ada, Surat Pernyataan bersedia untuk diaudit secara
independen.
diisi, tempat, tanggal, bulan dan tahun surat permohonan dibuat.

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,
PERWIRA

H. MARDIYANTO

LAMPIRAN IV

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
TANGGAL

: 61 TAHUN 2007
: 7 NOVEMBER 2007

FORMAT LAPORAN PENDAPATAN BLUD

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ...............1


................................................................................ 2
LAPORAN PENDAPATAN BLUD.........
TRIWULAN TAHUN
NO

URAIAN

ANGGARAN
DALAM DPA

REALISASI
S/D
TRIWULAN

LALU

REALISASI
TRIWULAN

INI

REALISASI
S/D
TRIWULAN

INI

LEBIH
(KURANG)

Pendapatan
BLUD
1. Jasa Layanan
2. Hibah
3. Hasil Kerjasama
4. Pendapatan Lain
yang Sah
Jumlah

...............................20....

..................,

Mengetahui,
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

Pemimpin BLUD,

(tanda tangan)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP................

(nama lengkap)
NIP................. 4

Keterangan:
1

diisi nama Provinsi/ Kabupaten/ Kota.


diisi nama BLUD.
3
diisi tempat, tanggal, bulan dan tahun surat pernyataan dibuat.
2

diisi Nomor Induk Pegawai (bagi Pemimpin BLUD yang berasal dari PNS)

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MARDIYANTO

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,
PERWIRA

LAMPIRAN V

: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
TANGGAL

: 61 TAHUN 2007
: 7 NOVEMBER 2007

FORMAT SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB (SPTJ)


1

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.
2
..
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB (SPTJ)

Sehubungan dengan pengeluaran biaya BLUD...... Triwulan ............


Tahun......... sebesar Rp........... (.........................................................), yang
berasal dari pendapatan : Jasa Layanan, Hibah, Hasil Kerjasama dan Pendapatan
lain-lain yang sah, adalah tanggung jawab kami.
Pengeluaran biaya tersebut di atas telah dilaksanakan dan dikelola
berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dalam kerangka
pelaksanaan DPA, dan dibukukan sesuai dengan Standar Akuntansi yang berlaku
pada BLUD dan bukti-bukti pengeluaran ada pada kami.
Demikian surat Pernyataan ini dibuat untuk mendapatkan pengesahan
pengeluaran biaya BLUD..........
.................., ...............................20.... 3
Pemimpin BLUD .....................
(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP................. 4

Keterangan:
1

diisi nama Provinsi/ Kabupaten/ Kota


diisi nama SKPD /Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD
3
diisi tempat, tanggal, bulan dan tahun surat pernyataan tanggung jawab dibuat.
2

diisi Nomor Induk Pegawai (bagi Pemimpin BLUD yang berasal dari PNS)

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd
H. MARDIYANTO

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,
PERWIRA

LAMPIRAN VI : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR
: 61 TAHUN 2007
TANGGAL : 7 NOVEMBER 2007

FORMAT LAPORAN PENGELUARAN BIAYA BLUD

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ............... 1


................................................................................ 2
LAPORAN PENGELUARAN BIAYA BLUD..................3
TRIWULAN TAHUN
NO
URAIAN

A.

ANGGARAN
DALAM DPA

REALISASI
S/D
TRIWULAN

LALU

REALISASI
S/D
TRIWULAN

REALISASI
TRIWULAN

INI

INI

LEBIH
(KURANG)

BIAYA OPERASIONAL
1. Biaya Pelayanan
a. Biaya pegawai
b. Biaya bahan
c. Biaya jasa pelayanan
d. Biaya pemeliharaan
e. Biaya barang & jasa
f. Biaya pelayanan lain-lain
2. Biaya Umum &
Administrasi
a. Biaya Pegawai
b. Biaya administrasi kantor
c. Biaya pemeliharaan
d. Biaya barang & jasa
e. Biaya promosi
f. Biaya umum & adm. lainlain
BIAYA NON OPERASIONAL
a. Biaya bunga
b. Biaya administrasi bank
c. Biaya kerugian penjualan
aset tetap
d. Biaya kerugian penurunan
nilai
e. Biaya non operasional lainlain
JUMLAH

B.

.................., ...............................20.... 4
Pemimpin BLUD
Mengetahui,
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(tanda tangan)

(tanda tangan)
(nama lengkap)
NIP............... 5

(nama lengkap)
NIP...................
Keterangan:
1
2
3
4
5

diisi Nama Provinsi/Kabupaten/Kota


diisi Nama BLUD
diisi Nama BLUD.
diisi tempat, tanggal, bulan dan tahun laporan dibuat.
diisi Nomor Induk Pegawai (bagi Pemimpin BLUD yang berasal dari PNS.)

MENTERI DALAM NEGERI,


ttd

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,
PERWIRA

H. MARDIYANTO

Lampiran 7 :

BAGAN PROSES PENETAPAN PENERAPAN PPK-BLUD SKPD

Sumber : Lampiran II Surat Edaran Mendagri No.900/2759/SJ.

Lampiran 8 :

DIAGRAM PROSES PENETAPAN PENERAPAN PPK-BLUD UNIT KERJA PADA SKPD.

Sumber : Lampiran III Surat Edaran Mendagri No.900/2759/SJ.

Anda mungkin juga menyukai