Laporan Pkli PDF
Laporan Pkli PDF
Oleh:
AKFADITA DIKA PARIRA
509 121 004
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja
Lapangan Industri (PKLI) dan membuat laporan kegiatan PKLI. Laporan PKLI
Penulis berjudul Pembuatan Hanger Bearing C/W Bronze Bushing untuk Screw
Conveyor Pabrik Kelapa Sawit dengan Proses
Pengecoran
Logam di CV.
Kinabalu.
Penulis menyadari bahwa terlaksananya kegiatan PKLI dan penulisan
Laporan PKLI ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Sumarno, M.Pd, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik
Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Drs. Hidir Efendi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.
3. Bapak Drs. Selamat Riadi, MT, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.
4. Bapak Ir. Riski Elpari Siregar, MT, selaku Pembimbing Praktek Kerja
Lapangan Industri.
5. Bapak Arifin, selaku Direktur CV. Kinabalu.
6. Seluruh Staf dan Karyawan CV. Kinabalu.
7. Teristimewa kepada Ayah, Ibu, dan Keluarga yang memberikan dukungan
materil dan moril.
Dalam Penulisan Laporan PKLI ini tentulah terdapat banyak kekurangan.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para Dosen Penguji dan Pembaca
agar laporan ini layak sebagai sebuah karya tulis ilmiah.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
ii
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
BAB II
10
11
13
14
iii
14
15
20
22
23
24
L. Kokas .........................................................................................
29
30
30
32
32
37
39
47
48
A. Kesimpulan ................................................................................
48
B. Saran ..........................................................................................
48
50
LAMPIRAN ....................................................................................................
52
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
10
Gambar 2.4
10
Gambar 2.5
11
Gambar 2.6
13
Gambar 2.7
19
Gambar 2.8
19
Gambar 2.9
19
22
24
25
Gambar 2.13 Pengaruh kadar air dan kadar lempung pada pasir
diikat lempung ...........................................................................
26
27
27
28
29
Gambar 3.1
32
Gambar 3.2
33
Gambar 3.3
Ladel ..........................................................................................
34
Gambar 3.4
35
Gambar 3.5
35
Gambar 3.6
36
Gambar 3.7
38
39
40
41
Gambar 3.9
41
42
42
42
43
43
44
44
44
Gambar 3.20 Oli bekas untuk bahan bakar dapur krusibel CV. Kinabalu .....
45
Gambar 3.21 Pasir tanah liat untuk cetakan pengecoran bronze ...................
45
46
46
vi
46
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Fasilitas Produksi CV. Kinabalu ....................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
53
Lampiran 2.
54
Lampiran 3.
56
Lampiran 4.
58
Lampiran 5.
64
Lampiran 6.
65
Lampiran 7.
66
Lampiran 8.
67
Lampiran 9.
68
69
70
71
viii
72
BAB I
PENDAHULUAN
C. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Singkat CV. Kinabalu
CV. Kinabalu yang terletak di Jl. Tirtosari No. 120A Medan adalah
perusahaan yang bergerak dibidang pabrikasi logam. Pendiri perusahan ini adalah
Bapak Arifin. Jenis pengerjaan yang dilakukan pada dasarnya sesuai pesanan
konsumen serta disesuaikan dengan mesin-mesin yang ada.
Awal mula perusahaan ini berdiri pada tahun 1976, dan pada awal tahun
1976, perusahaan ini hanya bekerja pada bidang pengelasan dan hanya memiliki
dua buah mesin bubut yang sekarang kondisi mesin tersebut telah rusak dan
berada di gudang. Dengan usaha dan kerja keras Bapak Arifin akhirnya
perusahaan ini berkembang pesat, dengan adanya penambahan mesin produksi
yang baru dan dibuatnya Dapur Kupola dan Dapur Krusibel tempat pengecoran
logam. Sehingga perusahaan ini menjadi lebih besar dari awal mula dibangun.
Perusahaan ini memiliki tiga bagian pengerjaan. Bagian pertama adalah
bagian pengelasan, pada pengerjaan pengelasan perusahaan ini memproduksi
peralatan pabrik khususnya untuk Pabrik Kelapa Sawit (PKS) seperti Lori,
Treaser, Screw Conveyor. Bagian kedua adalah bagian pemesinan, dibagian
pemesinan ini perusahaan memiliki 10 mesin produksi diantaranya 8 mesin bubut
dan 2 mesin skrap. Dibagian pemesinan perusahaan banyak membuat alat untuk
melengkapi bahan yang digunakan dalam bagiann pengelasan, seperti Bantalan
dan Bushing, As Roda dan Roda Lori.
Bagian Terakhir yaitu bagian pengecoran logam, pada bagian pengecoran logam,
perusahaan memiliki dua dapur peleburan logam yang berbeda untuk produksinya.
Dapur tersebut adalah dapur krusibel dan dapur kupola. Pada pengecoran logam CV.
Kinabalu memproduksi bantalan, pompa air dan minyak, roda lori, Bronze Bushing,
Fire Grate, dan Roster. Produk pengecoran logam di CV. Kinabalu akan selalu
mengalami perkembangan sesuai dengan produk pesanan konsumen dan mitra
perusahaan.
Pimpinan Administrasi
Windi
Pimpinan Lapangan
Edi Arifin/Atek
Supervisor pengelasan
Lesman
Kabag. Keuangan
Julia
Bag. Pengelasan
Anggota: Budi, Iwan,
Abdilah, Wagirin
1. Bag. Pembelian
Santi
2. Bag. Penjualan
Ida
Supervisor Pemesinan
Nazaruddin
Bag. Pemesinan
Anggota : Tarmin, Asrofi,
Ponidi, Junaidi,Yono,
Poniman, Hartono. Jumari
Bag. Finishing
Anggota : Alwi, Kurniawan,
Aji, Wara, Ahua
g. Bagian Pembelian
Bagian pembelian bertugas mencari tempat pembelian bahan baku
produksi, melakukan analisa harga, dan koordinasi dengan kepala bagian
administrasi.
h. Bagian Penjualan
Bagian penjualan bertugas melakukan kontrol terhadap barang yang akan
dikirim kepada konsumen dan koordinasi dengan kepala bagian pemasaran.
i. Supervisor Pengelasan
Supervisor Pengelasan bertugas mengawasi dan menjelaskan kepada
mekanik pengelasan mengenai produk yang akan dikerjakan dan membantu
mekanik dalam menyesaikan berbagai masalah yang timbul selama proses
produksi.
j. Supervisor Pemesinan
Supervisor Pemesinan bertugas mengawasi dan menjelaskan kepada
mekanik pemesinan mengenai produk yang akan dikerjakan dan membantu
mekanik dalam menyesaikan berbagai masalah yang timbul selama proses
produksi.
k. Supervisor Pengecoran Logam
Supervisor Pengecoran bertugas mengawasi dan menjelaskan kepada
mekanik pengecoran logam mengenai produk yang akan dikerjakan dan
membantu mekanik dalam menyesaikan berbagai masalah yang timbul selama
proses produksi.
l. Mekanik
Mekanik bertugas membuat berbagai produk pemesinan sesuai dengan
kompetensi masing-masing mekanik dan berkoordinasi dengan Supervisor.
4. Sistem Pengupahan dan Lainnya
Pembayaran upah di CV. Kinabalu dilakukan per bulan atau setiap bulan
Karyawan CV. Kinabalu dapat melakukan pinjaman setiap minggunya jika
mereka memerlukan dan pinjaman tersebut dibayar setelah gajian setiap bulannya.
Selain upah pokok yang diterima oleh karyawan, perusahaan juga memberikan
jaminan sosial dan tunjangan kepada karyawan dengan menyediakan fasilitasfasilitas yang diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. Fasilitas
tersebut seperti pemberian tunjangan hari raya, bonus tahunan, tunjangan uang
kebersihan dan kerajinan. Selain itu karyawan mendapat jaminan kecelakaan kerja
dari perusahaan.
5. Lokasi Perusahaan
CV. Kinabalu berlokasi di Jl. Tirtosari No. 120A Medan Tembung, Medan,
Sumatera Utara, Indonesia.
6. Fasilitas Produksi CV. Kinabalu
Dalam memenuhi pesanan produk pemesinan para pelanggan, CV. Kinabalu
memiliki fasilitas produksi pemesinan sebagai berikut,
Tabel. 1.1 Fasilitas Produksi CV. Kinabalu
Nomor
Nama Mesin
Jumlah (Unit)
Mesin Bubut
Mesin Skrap
Bor Radial
Pres Hidrolik
Gurdi
Mesin Las
15
Dapur Kupola
Dapur Krusibel
10
Gerinda Bangku
11
Gerinda Tangan
12
Mesin Pon
13
Generator
Keterangan
Teknik
dapat
meningkatkan
mutu
lulusannya
dengan
serta
dalam
mencerdaskan
kehidupan
bangsa
dan
dapat
sekitarnya
pada
bidang-bidang
pendidikan,
seperti
mahasiswa.
3) Sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam rangka memajukan
pembangunan di bidang pendidikan.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
M. Hanger Bearing
Hanger Bearing merupakan komponen yang berfungsi sebagai gantungan atau
sambungan Screw Conveyor pada Pabrik Kelapa sawit. Komponen ini berpasangan
dengan Bronze Bushing untuk menumpu beban dari Screw Conveyor agar berputar
dengan baik.
N. Bronze Bushing
Bushing atau yang dikenal sebagai bantalan merupakan elemen atau bagian
dari peralatan mesin yang dirancang agar dapat menahan beban yang diterimanya,
khususnya beban yang bergerak seperti poros sehingga putaran atau gerak bolak
baliknya dapat berlangsung secara halus dan aman (J.J.M.Hangendorm,1989 dalam
Wijaya, 2010).
3.
4.
5.
6.
7.
mesin perkakas, bushing pada roda kereta api, bushing untuk penggunaan umum,
bushing pada mesin-mesin pabrik. Bahan baku yang sering dipergunakan dalam
pembuatan bushing adalah paduan logam CuPbSn (Bronze). Bahan baku ini
termasuk kepada kelompok copper base alloys, yang artinya tembaga merupakan
logam dasar untuk perunggu tuang atau disebut juga sebagai paduan tembaga
(Wijaya, 2010).
C. Screw Conveyor
Jenis konveyor yang paling tepat untuk mengangkut bahan padat berbentuk
halus atau bubur adalah konveyor sekrup (screw conveyor). Alat ini pada dasarnya
terbuat dari pisau yang berpilin mengelilingi suatu sumbu sehingga bentuknya mirip
sekrup. Pisau berpilin ini disebut flight. Macam-macam flight adalah (Ginting, 2008):
1. Sectional flight
2. Helicoid flight
3. Special flight, terbagi: cast iron flight, ribbon flight, dan cut flight
Untuk mendapatkan konveyor panjang yang lebih sederhana dan murah,
biasanya konveyor tersebut itu disusun dari konveyor-konveyor pendek. Sepasang
konveyor pendek disatukan dengan sebuah penahan yang disebut hanger dan
disesuaikan pasangan pilinannya.
10
d.
D. Besi Tuang
Besi tuang atau Besi Cor (cast Iron) dapat didefinisikan sebagai paduan dari
besi dengan lebih dari 1,7 % karbon, biasanya kadar karbon ini berada pada kisaran
antara 2,4 hingga 4 %, merupakan bahan yang relatif mahal, dimana bahan ini
diproduksi dari besi mentah cair, atau besi/baja tua, ini merupakan produk besi tuang
yang memiliki fungsi mekanis sangat penting dan diproduksi dalam jumlah besar.
Prosesnya sering dilakukan dengan cara menambahkan unsur graphite ke dalam
ladle sebagai pengendali pada saat proses pengecoran logam (Sudjana, 2008: 94).
Produk-produk seperti crankshaf, conecting rod dan element dari bagianbagian mesin sebelumnya dibuat dari baja tempa (steel forgings), sekarang lebih
banyak menggunakan high-duty alloy iron casting. Benda-benda tuangan dapat
11
Besi cor dikelompokkan menjadi besi cor kelabu, besi cor kelas tinggi, besi
cor kelabu paduan, besi cor bergrafit bulat, besi cor mampu tempa, dan besi cor cil.
Struktur besi cor terdiri dari ferit atau perlit dan serpih karbon bebas. Karbon dan
silisium ternyata mempengaruhi struktur mikro, ukuran serta bentuk dari karbon
bebas dan keadaan struktur dasar berubah sesuai dengan mutu dan kuantitasnya. Besi
cor kelabu memiliki kekuatan tarik kira-kira 10-30 kgf/mm2, titik cairnya kira-kira
1200 oC, namun besi cor ini bersifat getas. Besi cor kelabu memiliki mampu cor
yang sangat baik serta murah dan paling banyak digunakan untuk benda-benda coran
(Fadlika, 2008).
E. Tembaga dan Paduannya
Dalam dunia industri sebagian besar penggunaan tembaga adalah untuk
kawat atau bahan untuk menghantarkan panas dalam memanfaatkan hantaran listrik
12
dan panasnya yang baik. Tembaga murni untuk keperluan industri dicairkan dengan
proses elektrolisa, dan diklasifikasikan menjadi tiga macam menurut kadar oksigen
dan cara deoksidasi, yaitu tembaga ulet, tembaga deoksidasi dan tembaga bebas
oksidasi. Kalau Oksigen (O) terkandung dalam tembaga, unsur-unsur pengotor dapat
mengendap sebagai oksidasi maka jumlah larutan padat untuk menaikan hantaran
lisrtik menjadi berkurang. Dengan oksida yang banyak pada temperatur tinggi dapat
menyebabkan kegetasan hydrogen, untuk mencegah ini dipergunakan tembaga
deoksidasi atau tembaga bebas oksigen (Hakim, 2010).
Tembaga membentuk larutan padat dengan unsur-unsur logam lain dalam
daerah yang luas, dan dipergunakan untuk berbagai keperluan. Paduan tembaga
untuk coran hampir mempunyai komposisi kimia yang sama tetapi untuk
memperbaiki mampu cornya dan mampu mesinnya, komposisi kimianya berbeda
dalam beberapa komponen (Hakim, 2010) .
Tabel 2.1 Paduan tembaga utama tempaan
13
1. Kuningan
Kuningan adalah logam paduan Tembaga (70%) dan Seng (30%). Dalam
diagram fasa Tembaga (Cu) dengan Seng (Zn) terdapat 6 fasa yaitu: , , , , ,
dan . Dari semua fasa itu yang penting secara industri adalah dua, yaitu dan .
mempunyai struktur fcc dan mempunyai struktur bcc. Ada juga fasa dengan
kisi super. Seperti telah diketahui dari diagram fasa untuk kuningan 70-30, fasa
merupakan fasa yang lunak dan mudah dikerjakan. Sedangkan kuningan 60-40,
adalah fasa + yang mempunyai kekuatan tinggi. Paduan dengan kira-kira
45%Zn mempunyai kekuatan yang paling tinggi akan tetapi tidak dikerjakan, jadi
hanya dipergunakan untuk paduan coran (Hakim, 2010).
14
permukaan yang halus. Dari itu bahan ini dipergunakan untuk roda gigi pada jam
yang dibebani secara ringan.
Sn memperbaiki ketahanan korosi dan sifat-sifat mekaniknya kalau
ditambahkan dalam daerah larutan padat. Al adalah efektif untuk memperhalus
butir kristal dan memperbaiki ketahanan korosi terhadap air laut jadi paduan
ditambah 1,5 sampai 2,5% Al dapat dipergunakan untuk pipa kondensor (Hakim,
2010).
2. Brons (Bronze)
Paduan ini dikenal oleh manusia sejak lama sekali. Perunggu (Brons)
merupakan paduan antara Cu dan Sn dalam arti yang sempit. Tetapi dalam arti
yang luas perunggu berarti paduan Cu dengan unsur logam lainnya selain dari Sn.
Dibandingkan dengan tembaga murni dan kuningan, perunggu merupakan paduan
yang mudah dicor dan mempunyai kekuatan yang lebih tinggi. Demikian juga
ketahanan aus dan ketahanan korosinya. Oleh karena itu banyak dipergunakan
untuk berbagai komponen mesin, bantalan, pegas, coran artistik (Hakim, 2010).
Perunggu posfor (brons posfor) Pada paduan tembaga posfor berguna
sebagai penghilang oksida, oleh karena itu penambahan posfor 0,05% - 0,5% pada
paduan memberikan kecairan logam yang lebih baik. Brons posfor mempunyai
sifat-sifat lebih baik keelastisannya, kekuatan dan ketahanan terhadap aus. Ada
tiga macam brons posfor yang dipergunakan dalam industri yaitu brons biasa yang
tidak mempunyai kelebihan P yang dipakai dalam proses menghilangkan oksida,
brons posfor untuk pegas dengan kadar 0,05% - 0,15% yang ditambahkan kepada
brons yang mengandung Sn kurang dari 10% dan brons posfor untuk bantalan
yang mengandung 0,3% - 1,5%P ditambahkan kepada brons yang mengandung
lebih dari 10%Sn (Hakim, 2010).
F. Pengecoran Logam (Metal Casting)
Pengecoran atau penuangan (casting) merupakan salah satu proses
pembentukan bahan baku/bahan benda kerja yang relatif mahal dimana pengendalian
kualitas benda kerja dimulai sejak bahan masih dalam keadaan mentah. Komposisi
unsur serta kadarnya dianalisis agar diperoleh suatu sifat bahan sesuai dengan
kebutuhan sifat produk yang direncanakan namun dengan komposisi yang homogen
serta larut dalam keadaan padat (Sudjana, 2008: 144).
15
Die casting
16
17
18
19
Bahan penulangan ini biasanya dibuat dari baja dengan bentuk seperti
terlihat pada gambar di bawah ini
20
21
22
I. Dapur Kupola
Peralatan utama yang sangat dibutuhkan dalam proses peleburan besi adalah
dapur kupola yang umum digunakan oleh industri pengecoran logam skala kecilmenengah. Konstruksi kupola cukup sederhana, berbentuk silinder tegak terbuat dari
plat baja dilapisi bata api yang banyak digunakan dalam proses peleburan besi secara
kontinyu, karena pengoperasian mudah dan pengontrolan komposisi kimia dalam
daerah rentang luas. Gambar 2.10 menunjukkan penampang kupola yang terbagi
menjadi 5 zona (Rahardjo, 2010), yaitu:
1. Zona pemanasan awal, dimulai dari pintu pengisian sampai tempat besi
mencair.
2. Zona peleburan merupakan bagian atas alas kokas dimana besi mencair.
3. Zona pemanasan lanjut, dimulai dari bagian bawah zona peleburan sampai rata
tuyere dimana besi cair selama dipanaskan turun.
4. Zona oksidasi, dimulai dari tuyere sampai rata-rata tengah alas kokas.
5. Zona reduksi merupakan zona bagian atas dari zona oksidasi dimana gas CO2
yang terjadi di zona oksidasi akan mereduksi kokas.
6. Krus adalah bagian dari tuyere sampai dasar kupola dimana besi cair dan terak
ditampung.
Proses peleburan besi di dalam kupola terjadi oleh karena panas reaksi
eksotermis antara oksigen (udara) yang ditiupkan terhadap kokas (karbon), dimana
panas ini yang akan mencairkan besi dan mereduksi oksida besi (Rahardjo, 2010).
C + O2 CO2 (reaksi eksotermis)
Reaksi eksotermis ini terjadi di daerah tuyere yang merupakan daerah suhu
tertinggi dalam kupola, bagian atas daerah ini terjadi reaksi reduksi dimana CO2 yang
terjadi di daerah oksidasi sebagian dirubah menjadi CO (Rahardjo, 2010).
CO2 + C 2 CO (reaksi endotermis)
23
24
Gambar 2.11 Tiga jenis dapur krusibel (a. Krusibel angkat (lift-out crucible), b. Pot
tetap (stationary pot), dan c. Dapur tukik (tilting-pot furnance))
(Sumber: Mikell P.Groover, 2000 dalam Padang, 2011)
Krusibel angkat yaitu Krusibel ditempatkan didalam dapur dan dipanaskan
hingga logam mencair. Sebagai bahan bakar digunakan minyak, gas, dan serbuk batu
bata. Bila logam telah melebur, krusibel diangkat dari dapur dan digunakan sebagai
ladel penuangan. Dapur pot tetap, dapur tidak dapat dipindah, logam cair diambil
dari kontainer dengan ladel. Dapur tukik Dapat ditukik untuk menuangkan logam
cair (Mikell P.Groover, 2000 dalam Padang, 2011).
K. Cetakan Pasir
1. Pengertian Cetakan Pasir
Cetakan pasir adalah cetakan yang terbuat dari pasir yang diberi bahan
pengikat. Pasir silika adalah pasir yang paling banyak digunakan, baik pasir silika
dari alam maupun pasir silika buatan dari kwarsit. Sedangkan bahan pengikat
yang paling banyak digunakan adalah bentonit (Astika, 2010).
2. Gambaran Umum Pasir Cetak
Pasir dapat didefinisikan sebagai butiran-butiran yang terjadi akibat
penghancuran batu-batuan. Ukuran dari butir-butir pasir adalah tidak lebih besar
dari 1/12 in dan tidak lebih kecil dari 1/400 in. Pasir dapat digunakan untuk
pengecoran logam ferrous dan non ferrous, dari itu pasir merupakan bahan yang
palng banyak digunakan untuk membuat cetakan. Bahan baku pembuatan cetakan
pasir dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu (Astika, 2010):
25
Bahan utama pembentuk cetakan pasir, yaitu bahan yang mesti ada dalam
pembuatan cetakan, yang terdiri dari pasir, zat pengikat dan air.
Bahan tambahan, yaitu bahan yang bisa ditambahkan pada pembuatan
cetakan, misalnya grafit, bubuk arang, tepung ataupun minyak nabati.
Bahan-bahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat
mekanis maupun sifat fisis cetakan.
a. Bentuk Butir Pasir Cetak
Pasir cetak memiliki berbagai bentuk yang dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis yaitu, butir pasir bundar, butir pasir sebagian bersudut, butir
pasir bersudut, butir pasir kristal.
26
Gambar. 2.13 Pengaruh kadar air dan kadar lempung pada pasir diikat lempung
(Sumber : Surdia, 2000: 112)
b. Sifat-sifat Kering
Pasir dengan pengikat tanah lempung atau bentonit yang dikeringkan
mempunyai permeabilitas dan kekuatan tekan yang meningkat dibandingkan
dalam keadaan basah, karena air yang diabsorpsi pada permukaan butir tanah
27
Gambar. 2.14 Hubungan antara kadar air, kekuatan dan permeabilitas dari pasir
dengan pengikat bentonit
(Sumber : Surdia, 2000: 112)
c. Sifat-sifat Panas
Cetakan mengalami temperatur tinggi dan tekanan tinggi dari logam cair
pada waktu penuangan, sehingga kekuatan panas, pemuaian panas, dan
sebagainya harus diketahui sebelumnya. Pemuaian panas berubah sesuai
dengan jenis pasir cetak seperti yang ditunjukkan data gambar 2.15 pasir pantai
dan pasir gunung mempunyai pemuaian panas yang lebih kecil dibandingkan
dengan pasir silika, sedangkan pasir olivin dan pasir sirkon mempunyai
pemuaian panas sangat kecil. Pemuaian panas bertambah sebanding dengan
kadar air dari pasir dan menurun kalau kadar yang dapat terbakar bertambah.
4. Bentonit
Bentonit merupakan satu jenis dari tanah lempung. Bentonit terdiri dari
butir-butir
halus
dibawah
10
yang fasa
penyusun
utamanya
adalah
28
L. Kokas
Batubara adalah bahan bakar padat, terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang
mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang
berlangsung selama jutaan tahun. Sementara kokas adalah hasil karbonasi dari
batubara atau lebih mudahnya adalah arangnya batubara. Proses pengarangan
29
BAB III
TEKNIK PELAKSANAAN
A. Kegiatan PKLI
Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) Penulis terlibat
langsung dalam pelaksanaan pengecoran logam di CV. Kinabalu. Adapun kegiatan
yang penulis lakukan selama PKLI secara garis besar adalah seperti berikut dan
penulis bahas pada sub bab selanjutnya,
1. Senin, 10 Juni 2013
a. Orientasi lapangan oleh Supervisor Pemesinan.
b. Perkenalan dengan Karyawan CV Kinabalu.
c. Mengangkat kokas untuk persiapan pengecoran besi tuang.
2. Selasa, 11 Juni 2013
Membantu memperbaiki dapur kupola untuk pengecoran Bronze.
3. Rabu, 12 Juni 2013
Membuat cetakan pasir untuk produk Bronze Bushing
4. Kamis, 13 Juni 2013
Membantu persiapan pengecoran Bronze.
5. Jumat, 14 Juni 2013
Mengikuti pengecoran Bronze.
6. Sabtu, 15 Juni 2013
Mengikuti pembongkaran hasil pengecoran Bronze.
7. Senin, 17 Juni 2013
Persiapan pengecoran besi tuang.
8. Selasa, 18 Juni 2013
Mengikuti pengecoran besi tuang.
9. Rabu, 19 Juni 2013
Izin untuk mengikuti seminar proposal penelitian di Kampus.
10. Kamis, 20 Juni 2013
Membuat cetakan pasir untuk produk Roster.
30
31
32
a. Bahan baku
Bahan baku pengecoran besi tuang kelabu dapat berasal dari bijih besi halus
seperti pada penelitian Jamali (2006). Bahan baku yang berupa bijih besi
menghasilkan pig iron atau besi kasar (Jamali, 2006). Untuk pembuatan produk
seperti Hanger Bearing dapat digunakan bahan baku produk baja rongsokan (besi
tuang kelabu) seperti blok mesin, pompa air, dan produk-produk besi tuang yang
sudah rusak dan akan dilebur kembali.
Hanger Bearing dengan bahan baku besi tuang kelabu memiliki berat jenis
6,9 g/mm3, koefisien kekentalan 0,00230 cm2/det dapat mencair dengan suhu
pemanasan antara 1200oC sampai 1600oC (Sudjana, 2008: 179).
b. Dapur kupola
Proses peleburan bahan tuangan dapat dilakukan dengan pamanasan didalam
dapur kupola. Peleburan dengan dapur Kupola (Cupola Furnace) merupakan cara
peleburan yang paling banyak digunakan dibanding dengan pemakaian dapur
listrik dan dapur-dapur lainnya karena memiliki beberapa keunggulan, antara lain
(Sudjana, 2008: 179):
33
c. Bahan bakar
Bahan bakar yang digunakan untuk mencairkan logam pada dapur kupola
adalah kokas. Pemakaian kokas untuk kupola dengan double tuyer sangat efisien
menggunakan kokas briket dengan perbandingan 1 kg briket kokas dapat
mencairkan besi 14 kg (1 :14) (Supriyanto, 2007).
34
d. Ladel
Panci tuangan atau ladle digunakan untuk mengankut logam cair dari dapur
kupola menuju cetakan. Ladel dibuat dari plat baja dengan lapisan tahan panas
bagian dalamnya (Sudjana, 2008: 153).
35
pena atau pegas sebagai bagian dari pola yang memerlukan keuletan (Fadlika,
2008).
Hal pertama yang harus dilakukan pada pembuatan pola adalah
mengubah gambar perencanaan menjadi gambar untuk pengecoran.
Selanjutnya menetapkan tambahan penyusutan, tambahan untuk penyelesain
dengan mesin, kemiringan pola, dan dibuat gambar untuk pengecoran yang
kemudian diserahkan kepada pembuat pola. Untuk mendapatkan hasil coran
yang baik adalah dalam penentuan kup, drag, dan permukaan pisah yang
memiliki ketentuan-ketentuan yaitu Pola harus mudah dikeluarkan dari
cetakan, Sistem saluran harus dibuat sempurna untuk mendapatkan aliran
logarn cair yang optimum, dan
36
f. Cetakan
Penuangan produk besi tuang seperti hanger bearing menggunakan cetakan
pasir. Pasir yang digunkan adalah pasir silika atau pasir laut.
g. Penuangan
Cairan baja yang dikeluarkan dari tanur diterima dalam ladel dan
dituangkan kedalam cetakan. Ladel mempunyai irisan berupa lingkaran dimana
diameternya hampir sama dengan tingginya. Ladel harus sama sekali kering yang
dikeringkan lebih dahulu oleh burner minyak residu sebelum dipakai (Fadlika,
2008).
Dalam proses penuangan diperlukan pengaturan temperatur penuangan,
kecepatan penuangan dan cara-cara penuangan. Temperatur penuangan berubah
menurut kadar karbon dalam cairan baja seperti ditunjukkan pada grafik berikut
.
37
dari cairan baja dengan aliran yang tenang. Penuangan atas menyebabkan
kecepatan tuang yang tinggi dan menghasilkan permukaan kasar karena cipratan.
h. Pembongkaran
Setelah proses pengecoran selesai, pasir harus disingkirkan dari rangka
cetakan dan dari produk coran. Kemudian saluran turun, saluran masuk,
penambah dipisahkan dari coran dan akhirnya sirip-sirip dipangkas serta
permukaan coran dibersihkan. Proses pengerjaan akhir dibagi menjadi dua
macam, pertama menyingkirkan pasir cetak dan pasir inti sebanyak mungkin dari
coran dan dari cetakan. Kedua adalah proses pemahatan untuk menyingkirkan
sirip-sirip dan pasir yang melekat pada coran (Fadlika, 2008).
i. Pemeriksaan
pemeriksaan produk
hasil
38
b. Dapur krusibel
Dapur peleburan Bronze digunakan dapur krusibel, dapur ini sangat
sederhana konstruksinya, fleksibel, dan serbaguna untuk peleburan skala kecil dan
sedang.
c. Bahan bakar
Bahan bakar yang di gunakan dalam proses peleburan bronze pada dapur
kupola yaitu campuran oli bekas dan minyak tanah, kemudian diinjeksikan
kedalam atomizing burner. Panas yang dihasilkan oleh burner dengan variasi
campuran minyak tanah 10% sampai 40% berkisar antara 1000oC sampai dengan
1400oC. hal ini memungkinkan untuk menggunakan bahan bakar tersebut untuk
melebur bronze pada temperatur leburnya sekitar 1100oC.
d. Cetakan
Cetakan yang digunakan adalah cetakan pasir, dalam proses pekerjaan
penuangan yang paling sulit adalah dalam pembuatan cetakan itu sendiri
(Sudjana, 2008: 147). Cetakan dirancang dengan mempertimbangkan
kerumitan
dari
produk
pengecoran
yang
direncanakan.
Cetakan
tingkat
yang
penuangannya dan cairan logam dapat terdistribusi keseluruh rongga cetakan yang
merupakan bentuk dari produk penuangan. Demikian pula dengan rancangan
saluran-saluran tambahan, seperti saluran pengisap atau pengeluaran gas yang
ditimbulkan oleh pemanasan dari logam cair (Molten metal) terhadap kelembaban
cetakan atau karena terdapat udara yang terjebak didalam rongga cetakan, hal ini
39
Gambar 3.8 Bahan Baku Pengecoran Besi Tuang Kelabu di CV. Kinabalu
(Sumber: CV. Kinabalu)
40
b. Dapur kupola
Dapur kupola yang digunakan CV. Kinabalu berdiameter 1300mm, tinggi
4000mm dengan empat lubang tuyer. Blower yang digunakan berdiameter 1000mm
diputar motor 75 HP. Dapur kupola ini memiliki 4 tuyer (lubang hembus), desain
seperti ini agar udara dari blower dapat merata di dalam dapur. Dari lubang hembus
dapat juga melihat apakah kokas sudah terbakar sempurna, jika belum pembakaran
kokas dibantu dengan arang kayu yang dimasukkan dari lubang hembus.
c. Bahan bakar
Bahan bakar yang digunakan pada proses pengecoran besi tuang adalah
kokas. Kokas yang digunakan CV. Kinabalu adalah kokas yang diimpor dari
China. Ukuran kokas yang dikirim ke CV. Kinabalu masih berukuran besar,
memiliki berat sekitar 5-8 Kg. Kokas yang akan digunakan untuk pengecoran
harus lebih kecil, dari itu pada saat persiapan pengecoran, kokas di pecah-pecah
sampai memiliki berat sekitar 0,5-1,5 Kg. hal ini dilakukan agar pembakaran
kokas di dalam dapur kupola lebih cepat, selain itu dengan kokas berukuran kecil,
maka di dalam dapur kupola tidak terlalu banyak rongga. Rongga-rongga di dalam
dapur kupola yang terlalu besar akan mengakibatkan pembakaran tidak efisien
dan logam lama mencair.
Penggunaan kokas untuk peleburan besi tuang di CV. Kinabalu 580 Kg
untuk melebur besi tuang sebanyak 3000Kg. Artinya 1Kg kokas mampu
mencairkan 5Kg logam. Hal ini berbeda dengan penelitian Supriyanto (2007)
41
d. Ladel
Ladel yang digunakan untuk mengangkut logam cair menuju cetakan pasir
dibuat dari plat baja dan diproduksi pada bagian pengelasan CV. Kinabalu.
Bagian dalam ladel dilapisi oleh campuran pasir, bentonit, dan dilapisi grafit yang
dicampur air untuk melapisi permukaan dalam ladel. Sebelum penggunaan, ladel
dikeringkan dengan membakar arang kayu didalam ladel. Jenis ladel yang
digunakan untuk pengecoran besi tuang adalah jenis pikul.
Gambar 3.11 Ladel yang digunakan pada pengecoran besi tuang di CV. Kinabalu
(Sumber: CV. Kinabalu)
42
43
h. Penuangan
Penuangan besi tuang di CV. Kinabalu dilakukan sebulan sekali atau
tergantung pada pemesanan konsumen. Penuangan besi tuang yang rutin
dilakukan adalah sebanyak tiga ton per peleburan.
44
pengumpul barang bekas berupa kuningan dan timah babet. Untuk pembuatan
bronze komposisi ideal adalah 70% Tembaga dengan 30% Timah namun
komposisi tersebut sulit dicapai. Pengecoran yang dilakukan
bronze yang
b. Dapur krusibel
Dapur krusibel di CV. Kinabalu dibuat di bagian pengelasan, semua
komponen di buat sendiri kecuali cawan peleburan yang diimpor dari Jepang. CV.
Kinabalu memiliki dua jenis dapur krusibel yaitu dapur krusibel angkat dan dapur
krusibel tukik. Dapur krusibel jenis angkat adalah yang selalu digunakan, dimana
setelah logam cair akan diambil menggunakan ladel tangan (gayung).
Dapur krusibel yang digunakan berdiameter 950mm dengan tinggi 900mm,
blower yang digunakan berdiameter 400mm diputar motor berdaya 2 HP.
45
c. Bahan bakar
Bahan bakar yang digunakan pada dapur kupola CV. Kinabalu adalah
campuran oli bekas dan minyak tanah dengan perbandingan 200l : 30l, atau 87%
oli bekas dengan 13% minyak tanah. Keadaan ini disebabkan oleh mahalnya
minyak tanah yang dijual untuk industri sehingga persentase minyak tanahh hanya
13%. Seharusnya untuk mencapai temperatur tertinggi persentase minyak tanah
harus mencapai 30% sesuai dengan penelitian Raharjo (2009). Hal ini sudah
penulis diskusikan dengan pembimbing lapangan untuk menambah persentase
minyak tanah untuk bahan bakar peleburan pada dapur krusibel CV. Kianabalu.
Gambar 3.20 Oli bekas untuk bahan bakar dapur krusibel CV. Kinabalu
(Sumber: CV. Kinabalu)
46
e. Cetakan
Cetakan yang digunakan untuk pengecoran bronze digunakan pasit tanah
liat, dengan kualitas sama seperti bahan baku keramik.
f. Penuangan
Penuangan bronze di CV. Kinabalu dilakukan dua kali sebulan atau
tergantung pada pemesanan konsumen. Penuangan besi tuang yang rutin
dilakukan adalah sebanyak 300Kg per peleburan.
g. Benda kerja
Benda kerja atau produk yang dihasilkan dari pengecoran bronze di CV.
Kinabalu yaitu Bronze Bushing.
Gambar 3.24 Produk bronze bushing hasil pengecoran bronze di CV. Kinabalu
(Sumber: CV. Kinabalu)
47
D. Refleksi Mahasiswa/Praktikan
Penulis dan rekan mahasiswa lainnya adalah mahasiswa pertama yang
melaksanakan praktek industry di CV. Kinabalu. Dari itu hubungan penulis dan
rekan dengan para karyawan seperti partner kerja. Sehingga para karyawan sangat
antusias berdiskusi seputar pekerjaan pemesinan dan pengecoran logam.
Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Industri yang penulis lakukan di
CV. Kinabalu terdapat beberapa perbedaan dalam proses pengecoran logam secara
teoritik dengan pengerjaan lapangan. Dengan adanya pengalaman langsung dalam
mangikuti proses pengecoran logam serta dibimbing oleh para karyawan CV.
Kinabalu yang ramah penulis dan rekan mahasiswa dapat memahami mengapa
perbedaan antara teori dan dilapangan terjadi.
CV. Kinabalu dapat menjadi mitra lembaga pendidikan seperti SMK dan
Universitas dalam hal praktek industri. Keadaan ini didukung dengan gaya
kepemimpinan Bapak Arifin selaku Direktur sangat menerima siswa dan mahasiswa
untuk magang di perusahaanya. Ditambah dengan sikap karyawan yang terbuka
dalam diskusi untuk perbaikan produksi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) memberikan
pengalaman yang berarti bagi penulis. Penulis dapat terlibat langsung dalam proses
pengecoran dan membandingkan proses pengecoran yang ada di CV. Kinabalu
dengan teori-teori yang berkembang. Adapun kesimpulan dari pelaksanaan PKLI ini
adalah:
1. Dari pelaksanaan PKLI ini penulis telah memahami bagaimana struktur
organisasi sebuah perusahaan tepatnya CV. Kinabalu.,
2. Dalam pelaksanaan PKLI di CV. Kinabalu, proses pengecoran besi tuang
kelabu dan brons mengikuti perkembangan ilmu pengecoran logam yang
berkembang. Hal ini terlihat penggunaan oli bekas sebagai bahan bakar pada
dapur krusibel.
3. Hal pengendalian mutu CV. Kinabalu menempatkan sebagai prioritas, baik
mutu dari tenaga kerja maupun mutu produk yang dihasilkan. Terlihat dengan
adanya CCTV untuk memantau kualitas kerja karyawan dan pemeriksaan
produk mulai dari proses pembuatan sampai proses pengiriman oleh mekanik
dan supervisor.
4. Umumnya karyawan CV. Kinabalu adalah lulusan sekolah dasar dan
menengah. Untuk mekanik, baik pemesinan maupun pengecoran logan CV.
Kinabalu merekrut karyawan dengan mengutamakan keterampilan. Demi
peningkatan kualitas produksi CV. Kinabalu turut mengirim para
Supervisornya untuk mengikuti berbagai pelatihan yang diadakan pemerintah
maupun swasta. CV. Kinabalu juga memiliki karyawan ahli untuk bagian
perancangan produk, pengawasan produksi, dan pemasaran.
B. Saran
Saran yang penulis kemukakan tertuju kepada CV. Kinabalu terkait dengan
proses pengecoran logam yang ada di perusahaan ini. Pertama CV. Kinabalu
memiliki Sumber Daya Manusia yang kompeten pada bagian pengecoran logam, hal
48
49
ini menjadi modal penting untuk CV. Kinabalu untuk terus berkecimpung dalam
persaingan yang lebih luas. Kemudian peningkatan teknologi peralatan CV.
Kinabaluharus terus ditingkatkan tentunya untuk mencapai kualitas terbaik produk
hasil pengecoran logam. Saran terakhir penulis, hendaknya CV. Kinabalu memiliki
Bagian Pengembangan, sehingga dapat meng-update pengetahuan karyawan
pengecoran logam. Hal ini penting dimana peluang untuk bisnis pengecoran logam
terus berkembang, seiring dengan semakin banyaknya Pabrik Kelapa Sawit di daerah
Sumatera ini yang sudah tentu membutuhkan suku cadang untuk peralatan pabrik
mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Astika, I Made, DNK Putra Negara, dan Made Agus S. (2010) Pengaruh Jenis Pasir
Cetak dengan Zat Pengikat Bentonit Terhadap Sifat Permeabilitas dan
Kekuatan Tekan Basah Cetakan Pasir (Sand Casting), Jurnal Ilmiah teknik
Mesin, 4(2): 132-138.
Desiana, Sera, Danar Susilo Wijayanto, dan Budi Harjanto (2012) Pengaruh Variasi
Waterglass Terhadap Kadar Air dan Kadar Lempung Pada Pasir Cetak,
NOSEL, 1(1): 23-29.
Fadlika, Nur (2008) Perancangan dan Pembuatan Mill Shaft Roll Shell Untuk 4000
TCD (Ton Cane Per Day) pada Pabrik Gula Sei Semayang dengan Proses
Pengecoran Logam, Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
(repository.usu.ac.id diakses 07 Juli 2013).
Ginting, Surata (2008) Perancangan Cake Breaker Screw Conveyor pada
Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Pabrik 60 Ton TBS Per Jam,
Karya Akhir. Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (repository.usu.ac.id
diakses 07 Juli 2013).
Hakim, Andi (2010) Perancangan dan Pembuatan Dapur Pelebur untuk Kuningan
dengan Kapasitas 50 Kg untuk Keperluan Industri Rumah Tangga (Detail :
Konstruksi Dapur), Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
(repository.usu.ac.id diakses 07 Juli 2013).
Jamali, Adil dan Muhammad Amin (2006) Pengolahan Pellet Bijih Besi Halus
Menjadi Hot Metal di Dalam Kupola, Jurnal Kimia Indonesia, 1(2): 87-92.
Padang, Mukhlis Ridho (2011) Perancangan Ulang dan Pembuatan Konstruksi pada
Dapur Crucible untuk Peleburan Aluminium/Paduan dengan Kapasitas 30
Kg/Peleburan, Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
(repository.usu.ac.id diakses 07 Juli 2013).
Rahardjo, Bambang Suwondo (2010) Uji Kualitas Briket Kokas Ombilin pada
Proses Peleburan Besi Menggunakan Kupola, Jurnal Ilmu Teknologi Energi,
1(10): 58-69.
Raharjo, Wahyu Purwo (2009) Pemanfaatan Oli Bekas dengan Pencampuran
Minyak Tanah Sebagai Bahan Bakar pada Atomizing Burner, Jurnal
Penelitian Sains & Teknologi, 10(2): 156-168.
Subroto, Dwi Aries Himawanto dan Sartono (2007) Pengaruh Variasi Tekanan
Pengepresan Terhadap Karakteristik Mekanik dan Karakteristik Pembakaran
Briket Kokas Lokal, Jurnal Teknik Gelagar, 18(1): 73-79.
50
51
Sudjana, Hardi (2008) Teknik Pengecoran untuk SMK. Jilid 1 dan Jilid 2. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional.
Supriyanto, R. Herry (2007) Penelitian Briket Kokas pada Tungku Kupola Double
Tuyer Meningkatan Efisiensi Pengecoran Logam, Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia, 9(2): 45-52.
Surdia, Tata dan Kenji Chijiiwa (2000) Teknik Pengecoran Logam. Cetakan Ke-8.
Jakarta: Pradnya Paramita.
Wijaya, Tri Harya (2010) Analisa Struktur Paduan Akibat Pengaruh Temperatur
Pemanasan dan Pendinginan Terhadap Sifat Mekanik dan Ekspansi Termal
Paduan CuPbSn Sebagai bushing, Tesis. Program Pascasarjana Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
(repository.usu.ac.id diakses 07 Juli 2013).
LAMPIRAN
Keterangan:
20 lemari mal/pola