Disusun oleh:
Kiki Nanda Pangestuti
(NIM: 12.14.020)
(NIM: 12.14.042)
(NIM: 12.14.049)
Regina Berliana
(NIM: 12.14.050)
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia di samping
pendidikan, kesehatan dan sandang lainnya. Secara garis besar masalah pangan dan
sistem pangan umumnya dibagi atas subsistem produksi, pengadaan dan konsumsi.
Bahan pangan tersebut akan mengalami perubahan-perubahan yang tidak diinginkan
antara lain pembusukan dan ketengikan (Barus, P., 2009).
Teknologi pemrosesan bahan pangan terus berkembang dari waktu ke waktu.
Perkembangan teknologi ini didorong oleh kebutuhan pangan manusia yang terus
meningkat yang diakibatkan oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia. Pada
saat yang sama, luas lahan penghasil bahan pangan makin menyempit. Hal tersebut
menyebabkan dibutuhkannya teknologi-teknologi pemrosesan pangan yang mampu
meningkatkan kualitas dan kuantitas produk makanan, salah satunya adalah teknologi
pengeringan bahan makanan (Rohman, S., 2008).
Pada
paper
ini
akan
dipaparkan
mengenai
metode
pengeringan
pertumbuhan
mikroba
dan
aktivitas
enzim,
tanpa
harus
paper
ini
akan
dipaparkan
mengenai
metode
pengeringan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian pengeringan
Pengeringan mempunyai pengertian yaitu aplikasi pemanasan melalui kondisi
yang teratur, sehingga dapat menghilangkan sebagian besar air dalam bahan makanan
dengan cara diuapkan. Penghilangan air dalam bahan pangan dengan cara pengeringan
mempunyai satuan operasi yang berbeda dengan dehidrasi. Dehidrasi akan menurunkan
aktivitas air yang terkandung dalam bahan pangan dengan cara mengeluarkan air dalam
jumlah lebih banyak, sehingga umur simpan bahan pangan menjadi lebih panjang atau
lebih lama. Pengurangan air tersebut dapat menghambat tumbuhnya mikroba dan
aktivitas enzim, namun tidak dapat melakukan inaktivasi. Hal ini dikarenakan suhu
selama proses tidak mencukupi untuk melakukannya. (Fellows, 2000)
Pengeringan ialah suatu cara/proses untuk mengeluarkan atau menghilangkan
sebagian air dari suatu bahan, dengan cara menguapkan sebagian besar air yang
dikandungnya dengan menggunakan enersi panas. Biasanya kandungan air bahan
dikurangi sampai batas dimana mikroba tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya.
Pengeringan dapat pula diartikan sebagai suatu penerapan panas dalam kondisi
terkendali , untuk mengeluarkan sebagian besar air dalam bahan pangan melalui
evaporasi (pada pengeringan umum) dan sublimasi (pada pengeringan beku).
Bahan pangan yang diawetkan dengan cara pengeringan misalnya :
-
Buah-buahan
: kismis, kurma, pisang, kesemek, apel, salak
Sayur-sayuran
: jamur, kentang (untuk dibuat keripik), sawi asin, wortel
Umbi-umbian
: singkong , ubi jala
2.2. Prinsip Pengeringan
Prinsip pengeringan adalah menghambat pertumbuhan mikroba dengan
mengurangi kadar air, juga menurunkan nilai aw (activty water). Jika kita mengeringkan
sesuatu bahan pangan, ada 2 masalah pokok yang teribat di dalamnya, yaitu :
a.
b.
Klasifikasi Pengeringan
Ditinjau dari pergerakan bahan padatnya, pengeringan dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
1. Pengeringan batch
Pengeringan batch adalah pengeringan dimana bahan yang dikeringakan dimasukan
ke dalam alat pengering dan didiamkan selama waktu yang ditentukan.
2. Pengeringan kontinyu
Pengeringan kontinyu adalah pengeringan dimana bahan basah masuk secara
sinambung dan bahan kering keluar secara sinambung dari alat pengering.
Berdasarkan kondisi fisik yang digunakan untuk memberikan panas pada sistem
dan memindahkan uap air, proses pengeringan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1.
2.
Pengeringan vakum
Menggunakan logam sebagai medium pengontak panas atau menggunakan efek
radiasi. Pada proses ini penguapan air berlangsung lebih cepat pada tekanan rendah.
3.
Pengeringan beku
Pengeringan yang melibatkan proses sublimasi air dari suatu material beku.
cepat)
kelembaban udara (makin lembab udara maka pengeringan akaan semakin
lambat)
arah aliran udara (makin kecil sudut arah udara terhadap posisi bahan, maka
1. Pengeringan alami, yaitu pengeringan menggunakan panas alami dari sinar matahari
(sun drying), penggunaan sinar matahari sebaiknya dilakukan di tempat yang
udaranya kering dan suhunya lebih dari 100oF. Pengeringan dengan metode ini
memerlukan waktu 3-4 hari. Untuk kualitas yang lebih baik, setelah pengeringan,
panaskan bahan di oven dengan suhu 175oF selama 10-15 menit untuk
menghilangkan telur serangga dan kotoran lainnya. Ataupun pengeringan dengan
udara (air drying), pada pengeringan ini dilakukan dengan cara menggantung bahan
di tempat udara kering berhembus. Misalnya di beranda atau di daun jendela. Bahan
atau menggunakan oven (waktu yang diperlukan sekitar 5-12 jam, dan temperatur
oven harus diatas 140oF. Bahan pangan yang dikeringkan umumnya mempunyai
nilai gizi yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan segarnya. Selama
pengeringan juga dapat terjadi perubahan warna, aroma, tekstur dan vitamin-vitamin
menjadi rusak atau berkurang. Pada umumnya bahan pangan yang dikeringkan
berubah warnanya menjadi coklat. Perubahan warna tersebut disebabkan oleh reaksireaksi browning, baik enzimatik manupun non enzimatik. Jika proses pengeringan
dilakukan pada suhu yang terlalu tinggi, maka dapat menyebabkan kerusakan
vitamin C. (Padma, 2005)
Keuntungan pengeringan buatan :
-
memerlukan panas selain sinar matahari berupa bahan bakar, sehingga biaya
pengeringan menjadi mahal
yang lebih rendah, air pada bahan akan menguap pada suhu rendah (Astuti, 2008).
Pengeringan Rumah Kaca (Greenhouse)
Pengering efek rumah kaca adalah alat pengering berenergi surya yang
memanfaatkan efek rumah kaca yang terjadi karena adanya penutup transaparan pada
dinding bangunan serta plat absorber sebagai pengumpul panas untuk menaikkan
suhu udara ruang pengering. Lapisan transparan memungkinkan radiasi gelombang
pendek dari matahari masuk ke dalam dan mengenai elemen-elemen bangunan. Hal
ini menyebabkan radiasi gelombang pendek yang terpantul berubah menjadi
gelombang panjang dan terperangkap dalam bangunan karena tidak dapat menembus
penutup transparan sehingga menyebabkan suhu menjadi tinggi. Proses inilah yang
-
cuaca.
Pengeringan Iradiasi Surya (Solar Drying)
Solar Drying merupakan modifikasi dari sun drying yang menggunakan kolektor
sinar matahari yang didesain khusus dengan ventilasi untuk keluarnya uap air.
(Hughes dan Willenberg, 1994). Energi matahari dikumpulkan menggunakan
pengumpul energi yang berupa piringan tipis (flat plate) yang biasanya terbuat dari
Metode pengeringan untuk bahan pangan padat biasanya menggunakan beberapa alat
(Buckleet al., 1987) :
-
Pengeringan ini tersusun atas kabinet yang terisolasi dengan nampan berlubang yang
dangkal. Nampan tersebut berisi lapisan tipis yang berasal dari bahan pangan. Prinsip
kerja dari pengeringan kabinet adalah udara panas bertiup dengan kecepatan 0,5 5
meter per detik. Udara tersebut melewati sistem saluran dan baffle sehingga
-
Prinsip kerja dari pengeringan ini adalah lapisan bahan pangan dikeringkan pada
sebuah nampan yang tersusun secara menumpuk pada proses pengangkutan.
Pergerakan yang terjadi dilakukan secara semikontinu dengan melewati terowongan
yang terisolasi. Terowongan tersebut tersusun atas 12-15 alat pengangkut, dimana
kapasitas total adalah 5000 kg. Pengeringan terowongan dapat digunakan untuk
mengeringkan bahan dalam jumlah besar dengan waktu singkat. (Fellows, 2000)
Pengering Kotak (bin dryer)
Pengering kotak tersusun atas ban berjalan dengan panjang 20 meter, sedangkan
lebarnya adalah 3 m. Prinsip kerja dari pengeringan ini adalah bahan pangan
dikeringkan pada lubang. Lubang tersebut terdapat pada ban berjalan, dimana ban
-
terdiri
dari
bilik
pemanasan
yang
terbuat
dari
kayu
atau
logam-logam
tertentu. Tray/kolom yang telah dimasukkan material yang ingin dikeringkan kemudian
di letakkan secara bersusun dalam kolom. Setelah ruangan ditutup, maka udara panas
dialirkan ke dalam ruang pemanas hingga semua bahan menjadi kering.
Udara panas yang masuk dari sebelah bawah ruang menyebabkan material yang
ada kolom yang paling bawah menjadi yang paling pertama kering. Setelah tenggat
waktu tertentu, tray akan dikeluarkan dan material yang telah kering diambil. Material
lain yang ingin dikeringkan dimasukkan dan prosedur terjadi berulang-ulang.
Solar Dryer
Solar drying merupakan metode pengeringan yang saat ini sering digunakan
untuk mengeringkan bahan-bahan makanan hasil panen. Metode ini bersifat ekonomis
pada skala pengeringan besar karena biaya operasinya lebih murah dibandingkan
dengan pengeringan dengan mesin. Prinsip dari solar drying ini adalah pengeringan
dengan menggunakan bantuan sinar matahari. Perbedaan dari pengeringan dengan sinar
matahari biasa adalah solar drying dibantu dengan alat sederhana sedemikian rupa
sehingga pengeringan yang dihasilkan lebih efektif.
Metode solar drying sering digunakan untuk mengeringkan padi. Namun karena
pada prinsipnya pengeringan adalah untuk mengurangi jumlah air (kelembaban) bahan,
maka metode ini juga bisa diaplikasikan untuk bahan makanan lain.
Spray Dryer
Metode mengeringan spray drying merupakan metode pengeringan yang paling
banyak digunakan dalam industri terutama industri makanan. Metode ini mampu
menghasilkan produk dalam bentuk bubuk atau serbuk dari bahan-bahan seperti susu,
buah buahan, dll.
Bagian-bagian dari unit spray dryer:
feed pump
-
atomizer
Pemanas uap (air heater)
Pendispersi udara (air disperse)
drying chamber
recovery powder system
pembersih udara keluaran
Drum dryer
Salah satu jenis adalah double drum yang dipanaskan bagian dalamnya dgn steam
suhu 120-140oC. Contoh Pengeringan pasta, slurry. Cara Kerja: Lapisan tipis pasta
menempel permukaan drum dan dikeringkan disekrap lapisan film kering
-
Pengeringan dengan proses sublimasi (air es uap). Cara kerja: Tray dimuati
produk masukkan ruangan blast freezer (- 40oC) ruang vacuum, produk dipanasi
sublimasi uap air dikeluarkan dg pompa vakum. Biaya mahal, kualitas produk
bumbu-bumbu lainnya, dan hasilnya dikenal sebagai dendeng. Warna dendeng yang
coklat sampai hitam terjadi karena reaksi antara asam amino dari protein dengan gula
pereduksi, di samping disebabkan pula oleh warna gula yang digunakan.
2.
Buah-buahan dan sayur-sayuran selalu mengandung asam organik, dan juga kadar
gula pereduksi yang lebih tinggi pada buah yang lebih masak. Dengan demikian
kematangan buah-buahan untuk dikeringkan merupakan faktor penting dalam proses
pengeringan. Reaksi browning dapat dibatasi dengan menambahkan SO2 pada buah
sebelum dikeringkan, dan cara yang paling mudah dan murah adalah dengan mengasap
buah yang sudah dikupas dengan asap hasil pembakaran belerang.
3.
warna menjadi hitam. Perubahan warna tersebut kemungkinan disebabkan oleh enzim
polifenolase yaitu suatu oksidase yang terdapat pada lendir ketela pohon, yang karena
kontak dengan udara dapat mengubah senyawa polifenol (tannin) menjadi senyawa
yang berwarna hitam.
4.
Kopra adalah hasil pengeringan daging buah kelapa, yang biasanya digunakan
untuk membuat minyak kelapa. Kopra yang baik harus mengandung air di bawah 5
persen untuk mencegah pertumbuhan Aspergilus flavus, karena kapang ini umumnya
tumbuh pada bahan yang mempunyai kadar lemak tinggi.
2.8. Penyimpanan produk hasil pengeringan
-
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
-
pangan.
Pada prinsipnya, pengeringan merupakan cara pengawetan ikan dengan
permukaan ikan, ukuran ikan, kecepatan arus angin, dan wet bulb depression.
Teknik pengeringan secara mekanis lebih efektif, efisien, hygiene, dan tidak
tergantung dengan cuaca/
3.2. Saran
Pilihlah metode pengeringan yang sesuai dengan Bentuk bahan yang akan dikeringkan
(cair, pasta, sluri, pulp, cairan kental, agregat besar atau kecil), Sifat bahan(sensitif
terhadap oksidasi, peka terhadap suhu, dll ) dan Sifat produk yang diinginkan: bubuk,
instan, bentuk tidak berubah. Karena salah metode dapat menyebabkan kualitas produk
jelek.
DAFTAR PUSTAKA
Rohman, S. (2008) : http://majarimagazine.com/2008/12/teknologi-pengeringan-bahanmakanan
Lesman. 2010. Tehnik dan Teknologi Pengawetan pada Makanan. Diakses tanggal 14
juni 2011
Sawitri, Asti dan Ade Esa N. 2010. Pengawetan Pangan/Makanan Dengan Teknologi
Pengeringan. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati
Syamsir E. 2008. Prinsip dan Teknik Pengawetan Makanan (Pangan). Diakses pada
tanggal 14 Juni 2011
Barus, P. (2009) : Pemanfaatan bahan pengawet dan antioksidan alami pada industri
bahan makanan, Medan, Universitas Sumatera Utara.
Momo. (2008) : http://jut3x.multiply.com/jou
Padma. (2005) : http://all4webs.com/m/b/pa
Adawyah,M.P.Ir Rabiatul.2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan.
Astutik,Sri Mulia 2008. Teknik Pengeringan Bawang Merah Dengan Cara Perlakuan
Suhu dan Tekanan Fakum. Buletin Teknik Pertanian Vol. 13 No. 2.
Hasibun Rosdaneli, 2005. Proses Pengeringan. Program Studi Teknik Kimia Fakultas
Teknik Sumatra Utara