Oleh :
RAHMAT EFFENDI LUBIS
1511305033
B. Pengeringan
1. Pengertian
Pengeringan merupakan salah satu cara pengawetan bahan pangan secara fisik.
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari
suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan
energi panas. Biasanya, kandungan air bahan tersebut di kurangi sampai batas sehingga
mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi di dalamya. Pengeringan dapat pula diartikan
sebagai suatu penerapan panas dalam kondisi terkendali , untuk mengeluarkan sebagian besar
air dalam bahan pangan melalui evaporasi (pada pengeringan umum) dan sublimasi (pada
pengeringan beku).
Pengeringan baik parsial maupun penuh tidak membunuh semua mikroba yang ada
dalam bahan pangan yang dikeringkan. Pengeringan ternyata dapat mengawetkan mikroba,
seperti halnya mengawetkan bahan pangan. Selain itu, produk pangan kering umumnya tidak
steril. Oleh karena itu, meskipun bakteri tidak dapat tumbuh pada makanan kering, tetapi jika
makanan tersebut dibasahkan kembali, maka pertumbuhan mikroba akan kembali terjadi,
kecuali jika makanan tersebut segera dikonsumsi atau segera disimpan pada suhu rendah.
Ada 2 istilah yang dipakai untuk pengeringan yaitu :
a. Drying : suatu proses kehilangan air yang disebabkan oleh daya atau kekuatan alam,
misalnya matahari (dijemur) dan angin (diangin-anginkan).
b. Dehydration (dehidrasi) : suatu proses pengeringan dengan panas buatan, dengan
menggunakan peralatan/alat-alat pengering.
Bahan pangan yang diawetkan dengan cara pengeringan misalnya :
a. Buah-buahan : kismis, kurma, pisang, kesemek, apel, salak
b. Sayur-sayuran : jamur, kentang (untuk dibuat keripik), sawi asin, wortel , bawang daun
c. Umbi-umbian : singkong , ubi jalar
2. Tujuan Pengeringan
Tujuan pengeringan bahan pangan yaitu :
a. Mengurangi risiko kerusakan karena kegiatan mikroba. Mikroba memerlukan air untuk
pertumbuhannya. Bila kadar air bahan berkurang, maka aktivitas mikroba dihambat atau
dimatikan.
b. Menghemat ruang penyimpanan atau pengangkutan.Umumnya bahan pangan mengandung
air dalam jumlah yang tinggi, maka hilangnya air akan sangat mengurangi berat dan volume
bahan tersebut.
c. Untuk mendapatkan produk yang lebih sesuai dengn penggunaannya. Misalnya kopi
instant.
d. Untuk mempertahankan nutrien yang berguna yang terkandung dalam bahan pangan,
misalnya mineral, vitamin, dsb.
3. Keuntungan dan Kerugian Pengeringan
Keuntungan pengawetan dengan cara pengeringan :
a. Bahan lebih awet
b. Volume dan berat berkurang, sehingga biaya lebih rendah untuk pengemasan,
pengangkutan, dan penyimpanan.
c. Kemudahan dalam penyajian
d. Penganekaragaman pangan, misalnya makanan ringan /camilan
Kerugian pengawetan dengan cara pengeringan :
a. Sifat asal dari bahan yang dikeringkan dapat berubah, misalnya bentuknya, sifat fisik dan
kimianya, penurunan mutu, dll.
b. Beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum dipakai, misalnya harus
dibasahkan kembali (rehidrasi) sebelum digunakan.
Agar pengeringan dapat berlangsung, harus di berikan energi panas pada bahan yang
di keringkan, dan di perlukan aliran udara untuk mengalirkan uap air yang terbentuk keluar
dari daerah pengeringan. Penyedotan uap air ini dapat juga di lakukan secara vakum.
Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat dari
bahan tersebut, dan uap air yang di ambil berasal dari semua permukaan bahan tersebut.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas permukaan
benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan waktu pengeringan.
Terdapat 2 faktor utama yang mempengaruhi pengeringan yaitu :
a. Alami , yaitu menggunakan panas alami dari sinar matahari, caranya dengan dijemur
(sun drying) atau diangin-anginkan
b. Buatan (artificial drying), yaitu menggunakan panas selain sinar matahari , dilakukan
dalam suatu alat pengering
a. Hantaran panas kepada bahan dan di dalam bahan yang dikeringkan. Hantaran panas
ditentukan oleh :
Pengeringan adalah proses perpindahan massa air atau pelarut lainnya dari suatu zat padat
atau semi padat dengan menggunakan penguapan[1]. Proses ini seringkali merupakan tahap
akhir proses prduksi sebelum dikemas atau dijual ke konsumen. Benda yang telah
dikeringkan akan menjadi benda yang padat dalam wujud bubuk (misal susu bubuk) maupun
potongan besar (misal kayu) meski bahan awal sebelum pengeringan adalah benda semi padat
(misal keju "hijau"). Sumber panas dan cara penghantaran panas dibutuhkan dalam
pengeringan.
Dalam pengeringan konveksi, aliran gas (misal udara) dipanaskan lalu dipaparkan ke bahan
yang akan dikeringkan sehingga gas tersebut membawa uap air. Pengeringan vakum
memanaskan bahan secara konduksi atau radiasi sementara uap air dihisap keluar. Metode
tidak langsung lainnya adalah pengeringan drum. Metode lain dalam ekstraksi cairan seperti
menggunakan sentrifugasi tidak disebut sebagai proses pengeringan.
Beberapa bahan yang memiliki kadar air awal yang relatif tinggi, pengurangan kadar air awal
secara linear dapat dihitung berdasarkan fungsinya berdasarkan waktu pada interval waktu
tertentu, yang disebut dengan "periode laju pengeringan konstan". Biasanya pada periode ini,
kadar air permukaan di luar partikel sedang berpindah dari bahan. Laju pengeringan pada
periode ini bergantung pada laju pindah panas dari bahan. Jika pengeringan dilanjutkan,
kemiringan kurva akan berubah menjadi lebih landai (laju pengeringan berkurang) dan tidak
menjadi linear, hingga akhirnya kurva menjadi datar. Kadar air produk lalu berada pada
kondisi konstan yang disebut dengan kadar air kesetimbangan. Selama periode berkurangnya
laju pengeringan, migrasi air dari bagian dalam ke permukaan bahan terjadi secara difusi
molekular di mana bagian yang lebih basah (bagian dalam) memindahkan air ke bagian yang
lebih kering (bagian permukaan). Bahan yang dikeringkan umumnya akan mengalami
perubahan bentuk dan ukuran yang signifikan, kecuali pada proses pengeringan beku.
Metode pengeringan
Dalam diagram fase, batas antara wujud gas dan cair bergerak dari titik tripel ke titik kritis.
Pengeringan biasa ditunjukan dengan panah hijau, pengeringan superkritis dengan warna
merah, dan pengeringan beku ditunjukan dengan warna biru.
Penjemuran
Aplikasi udara panas (pengeringan secara konveksi). Udara yang dipanaskan
meningkatkan kelembaban relatif udara, sehingga mampu mengangkat uap air dari
bahan yang terpanaskan oleh udara.
Pengeringan kontak (melalui dinding yang terpanaskan) pada pengeringan drum dan
pengeringan vakum.
Pengeringan dielektrik, di mana frekuensi radio atau gelombang mikro diserap oleh
bahan.
Pengeringan beku di mana cairan dibekukan sebelum dikeringkan secara sublimasi (es
langsung menjadi uap).
Pengeringan superkritis
Tujuan pengeringan
Pengeringan adalah suatu metode untuk mengurangi atau menhilangkan sebagian air
dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas.
Biasanya pengurangan kadar air tersebut dikurangi sampai suatu batas tertentu agar mikroba
tidak dapat tumbuh lagi didalamnya.
Pengeringan adalah pengurangan sebagian kadar air dengan bantuan energi panas
alami atau buatan. Yaitu sampai mikroorganisme tidak dapat tumbuh /berkembang. (Winarno
1980)
Pengeringan adalah proses perpindahan panas dan uap air secara simultan yang
memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari
permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengeringan yang biasanya berupa panas.
(Thaib 1988)
Pegeringan adalah proses penurunan kadar air suatu bahan sampai dengan tingkat K.A
(kadar air) tertentu. (Hartulistiyoso 2003)
Pengeringan memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah bahann pangan
menjadi lebih awet dan dengan volume yang menjadi lebih kecil sehingga memepermudah
dalam proses pengepakan dan pengangkutan dan menghemat tempat, berat bahan juga
menjadi lebih ringan, dan dengan hal tersebut diharapkan biaya produki menurun dan
banayak pula bahan - bahan hanya dapat digunakan apabila telah dikeringkan misalnya
tembakau, kopi, bijii- bijian the dll.
Tetapi perlu diingat pengeringan juga memiliki kerugian yaitu sifat asal dari bahan
dapat berubah misalnya bentuknya, siifat – sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu dan
bahan kering sebelum diigunakan harus dibasahkan kembali proses pengembalian air tersebut
disebut rehidrasi.
Pengeringan bahan pangan itu ada yang dilakukan dengan pemanasan langsung dapat
juga dilakukan yaitu dengan dehydro freezing dan freeze drying yang mempunyai daya
pengawetan yang lebih baik. Dehydro freezing adalah pengeringan yang disusul dengan
pembekuan sedangkan untuk freeze drying adalah pembekuan yang disusul dengan
penngeringan pada prooses freeze dying terjadi sublimasi yaitu perubahan dari bentuk es
dalam bahan yang beku lanngsung menjadi uap air tanpa menggalami proses pencairan
terlebih dahulu. Cara ini biasanya dilakukan terhadap bahan – bahan yang sensetif terhadap
panas misalnya vaksiin-vaksin, hormone, enzim, antibiotic, dll, dan memiliki keuntungan
karena volume bahan tidak berubah, dan daya rehidrasi tinggi sehingga mendekati bahan
asalnya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas
permukaan bahan, suhu pengeringan, alran uadara dan tekanan uap air di udara.
MACAM-MACAM PENGERINGAN
1. Pengeringan Alami (Sun Drying)
Suatu proses untuk mengurangi atau menhilangkan sebagian air dari suatu bahan
pangan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas yang berasal
langsung dari sinar matahari.
Penjemuran secara alami memiliki beberapa keuntungan yaitu:
o Biaya ekonomis
o Energi matahari berlimpah
o Dan praktis
o Jumlah bahan yang dijemur tanpa batas
PERANAN UDARA
Udara dalam proses pengeringan dapat diibedakan menjjadi 2 macam yaitu udara
kering atau udara tanpa kandungan uap air, dann udara basah yaitu udara dengan kandungan
uap air yang tinggi uadara adalah campuran dari beberapa gas dengan perbandingan yang
kiira – kira tetap. Misalnya H2O, O2, N2, CO2 yang biasanya mengandung senyawa berbentuk
gas (pencemar) didalam udara terdapat gas murni yang dapat dibagi – bagi menurut
jumlahnya yaitu ;
Gas – gas yang tetap jumlahnya diudara yaitu N2, O2 dan gas-gas mulia yaitu Ne, Ar,
He, Xe. Dan gas yang tidak tetap jumlanya diudara yaitu CO2 dan H2O, yang terakhir adalah
gas pencemar yaitu NH3 dan H2S yang berasal dari hasil pemecah zat-zat organic atau CO
yang berasal dari pembakaran yang tidak sempurna dipertambangan minyak bumi, atau asap
kendaraan karena pembakaran yang kurang sempurna.
Komposisi udara kering terdiri dari 76,8 % N2, 32,2 % O2, dan CO2 sebanyak 0,03 %
berdasarkan volume, untuk gas mulia tidak pernah diiperhitungkan karena jumlahnya yang
sangat sedikit di alam, jadi biasanya diabaikan. Tekanan uap jenuh adalah tekanan tertinggi
yang dapat dicapai oleh suatu ruangan pada suhu tertentu.
Kelembaban biasanya dikenal dengan iistilah kelembaban nisbi dan mutlak,
kelembaban nisbi atau RH (relative humadity) adalah perbandingan antara tekanan uap
didalam suatu ruangan dengan tekanan uap jenuh pada suuhu yang sama yang dinyatakan
dalam persen.
Kelembaban mutlak ( absolute humadity) adalah perbandingan antara berat uap air diudara
dengan berat udara kering pada suhu yang sama, dan diinyatakan dalam kg uap /kg udara
kering atau lb uap/lb udara kering, atau grain /lb udara kering (1 lb uap = 7.000 grain).
Peranan udara dalam proses pengeringan adalah sebagai tempat pelepasan dan penampung
uap air dari bahan, dan juga bertindak sebagai pennghantar panas kebahan yang dikeringkan.
1. Perbandingan antara tekanan uap air dari larutan (P) dengan tekanan uap air murni
pada suhu yang sama (Po).
Aw = P/Po
N2
Aw =
N1 + n2
Dimana : n1 = jumlah molekul dari zat yang dilarutkan (solute)
n2 = jumlah molekul pelarut (solvent) yang dimaksud
disini adalah air.
N1 + n2 = jumlah molekul diidalam larutan (solution)
PROSES PENGOLAHAN
Proses pengolahan bubuk cabe terdiri dari tahapan sortasi, pencucian, blansir, penirisan,
pengeringan dan penggilingan.
1. Sortasi
Sortasi (pemilihan) dilakukan untuk memilih cabe merah yang baik, yaitu tingkat
kemasakannya di atas 60%, sehat dan fisiknya mulus (tidak cacat). Tangkai cabe dan bagian
yang rusak harus dibuang.
2. Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan sisasisa pestisida. Pencucian
dilakukan sampai bersih. Kemudian ditiriskan hingga kering.
3. Blansir dan Penirisan
Tujuan blansir adalah untuk mempercepat waktu pengeringan, mencegah perbahan warna
(browning) dan memperpanjang daya simpan. Selain itu juga untuk mencegah cabe menjadi
keriput dan warna tidak kusam akibat proses pengeringan. Proses pemblansiran adalah
sebagai berikut ;
a) Cabe merah yang telah bersih direndam dalam air panas yang hampir mendidih (90°C) dan
telah diberi kalium metabisulfit (K2S2O5) atau Natrium bisufit (Na2S2O5) dengan
konsentrasi 0,2% atau sebanyak 2 g/l air selama ± 6 menit. Air panas yang dibutuhkan untuk
merendam cabe adalah 1 kg cabe dibutuhkan ± 1,5L).
b) Cabe yang telah direndam selanjutnya diangkat dan dimasukan ke dalam air dingin, sehingga
proses pemanasan terhenti.
c) Cabe ditiriskan dan selanjutnya siap dikeringkan.
4. Pengeringan
Setelah diblansir, cabe dapat segera dijemur atau dikeringkan dengan alat pengering. Suhu
pengeringan tidak boleh melebihi 75 °C. Suhu terbaik pengeringan cabe adalah 60°C.
Pengeringan dilakukan sampai kadar air cabe kurang dari 9% (7-8%). Cabe yang kadar air
telah mencapai 9% akan terasa kering jika diremas dengan telapak tangan. Proses
pengeringan dapat dilakukan dengan cara :
a. Pengeringan alami
Pada pengeringan alami, cabe dijemur selama ± 8 - 10 hari dengan panas matahari. Apabila
cuaca kurang baik, pengeringan relatif lama (12-15 hari). Cara ini biayanya cukup murah,
tetapi kelemahannya sangat tergantung pada cuaca dan dapat mengakibatkan turunnya
kualitas cabe kering yang dihasilkan.
b. Pengeringan Buatan
5. Penggilingan
Cabe merah yang sudah kering dihaluskan dengan menggunakan alat penepung
(gilingan/hammer mill) Lubang ayakan yang dipergunakan untuk membuat bubuk cabe
adalah 60 mesh sehingga diperoleh bubuk cabe merah yang halus merata. Selain gilingan
dapat juga digunakan blender (rumah tangga), gilingan kopi atau mesin giling khusus bubuk
cabe yang biasanya digunakan untuk keperluan industri menengah keatas.
ALAT-ALAT PENGERINGAN
DAFTAR PUSTAKA
Winarno,F.G ,Srikandi fardiaz, dan Dedi Fardia(1980). Pengantar
Teknologi Pertanian.PT. Gramedia.Jakarta Pusat.
www.tokomesin.com
Tambunan, Armansyah.H, dan Lamhot P.Manulu. Mekanisme Pengerigan