Makalah Kafala (Ibnu Rusy)
Makalah Kafala (Ibnu Rusy)
I. Latar Belakang
PEMBAHASAN
I. Biografi Ibnu Rusyd
2 | Bidayatul mujtahid
Ibnu Rusyd yang sangat populer di Barat dan di Timur, mengutip pendapat
imam empat secara jeli dengan studi banding, bahkan melampaui mahzab lain di
luar mahzab empat. Ia tidak hanya mengutip, tetapi juga memberikan opini
terhadap aneka pendapat tersebut dengan berdasarkan pada ayat-ayat al-Quran,
al-Hadits, ijma dan qiyas, bahkan sampai pada Mashalih al-mursalah, istihsan
dan urf. Tujuan penulisan kitab tersebut adalah untuk menganalisa kebenaran
masalah berdasarkan pengertian syariat yang disepakati dan yang diperdebatkan.
Selain itu juga mengungkap masalah-masalah yang terlupakan.3
2. Cakupan analisis kitab
3 | Bidayatul mujtahid
Kafalah adalah suatu akad antara dua pihak, dimana pihak pertama
menanggung beban dan tanggung jawab pihak kedua untuk menyelesaikan utang,
atau menuntut harta atau menghadirkan orang yang bermasalah dengan pihak
kedua.6
1. Macam tanggungan
Tanggungan ada dua macam, yaitu tanggungan dengan jaminan diri (annafs) dan tanggungan dengan jaminan harta. Tanggungan dengan jaminan harta
ditetapkan berdasarkan sunnah dan disepakati oleh fuqaha Amshar. Sunnah yang
menjadi pegangan jumhur fuqaha dalam masalah tanggungan adalah sabda Nabi
SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Majjah dan Tirmidzi, yang artinya
penanggung itu menanggung kerugian.
Mengenai tanggungan dengan jaminan diri (an-nafs), yakni yang terkenal
dengan sebutan tanggungan muka, jumhur fuqaha Amshar membolehkan itu
terjadi, secara hukum syara, apabila disebabkan oleh harta benda. Fuqaha yang
membolehkan tanggungan dengan jaminan diri, selain berpedoman pada sabda
Nabi juga berpegangan bahwa tanggungan itu mengandung kebaikan, dan
penetapannya diriwayatkan pula dari masa pertama.7
Sedangkan Syafii dan Dawud mengemukakan pendapat bahwa tanggungan
itu tidak boleh. Hal ini berdasrkan firman Allah dalam QS. Yusuf: 79.
Berdasarkan beberapa argumen tersebut, Ibnu Rusyd lebih condong kepada
pendapat yang memperbolehkan adanya tanggungan. Meskipun dalam kitab tidak
disebutkan secara jelas kalimat yang menyatakan bahwa ia sependapat dengan
adanya tanggungan, namun dalam pendahuluan telah dijelaskan bagaimana cara
Ibnu Rusyd mengemukakan pendapatnya. Ia mengugkapkan argumentasinya
dengan mengemukakan pendapat jumhur ulama beserta argumentasinya. Untuk
mengatakan pendapatnya, Ibnu Rusyd menggunakan kata menurut kesepakatan
fuqaha Amshar.
2. Tanggungan harta
4 | Bidayatul mujtahid
8 Imam Ghazali Said dan Ahmad Zaidun. Analisa Fiqh Para Mijtahid jilid 2 (Jakarta: Pustaka
Amini, 2002) hlm: 257
9 Imam Ghazali Said dan Ahmad Zaidun. Analisa Fiqh Para Mijtahid jilid 2 (Jakarta: Pustaka
Amini, 2002) hlm: 257
5 | Bidayatul mujtahid
10 Imam Ghazali Said dan Ahmad Zaidun. Analisa Fiqh Para Mijtahid jilid 2 (Jakarta: Pustaka
Amini, 2002) hlm: 259
6 | Bidayatul mujtahid
masih memunyai hutang, sampai ada orang yang mau menanggung hutang
tersebut.
Jumhur fuqaha juga berpendapat bahwa tanggungan atau jaminan terhadap
orang yang dipenjara atau orang yang bepergian tetap sah. Tetapi menurut Abu
Hanafiah tidak sah.11
6. Syarat-syarat tanggungan
Abu Hanafiah dan Syafii mensyaratkan tanggungan atau jaminan harus
seizin orang yang ditanggung. Jika tanggungan itu dilakukan atas izin orang yang
ditanggung, maka penanggung wajib menagih hak yang telah dibayarkan
kepada orang yang ditanggung. Tetapi, Malik tidak mensyaratkan demikian.
Menurut Syafii tanggungan tidak boleh dilakukan oleh orang yang tidak
dikenal, dan juga boleh menanggung hak-hak yang belum tetap. Sedangkan
menurut Malik dan pengikutnya itu semua boleh dan mengikat.
Mengenai harta yang boleh dijadikan jaminan dan yang tidak boleh,
menurut Malik tanggungan tersebut boleh dengan harta yang tetap dalam
tanggungan (dzimmah). Kecuali kitabah (budak yang dijanjikan untuk merdeka)
dan harta yang tidak boleh mengalami penangguhan. 12
PENUTUP
I.
Simpulan
11 Imam Ghazali Said dan Ahmad Zaidun. Analisa Fiqh Para Mijtahid jilid 2 (Jakarta: Pustaka
Amini, 2002) hlm: 260
12 Imam Ghazali Said dan Ahmad Zaidun. Analisa Fiqh Para Mijtahid jilid 2 (Jakarta: Pustaka
Amini, 2002) hlm: 260-261
7 | Bidayatul mujtahid
Rekomendasi
Demikian paparan materi yang dapat kami tuliskan. Kami yakin makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan dan kekeliruan. Sehingga, kritik dan saran
dari kawan-kawan sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk semua pembaca.
8 | Bidayatul mujtahid