Percobaan 6 Kitin Kitosan
Percobaan 6 Kitin Kitosan
Judul
Tujuan
: Membuat kitosan dari kitin yang diperoleh dari kulit udang windu
(Penaeus Monodon) secara konvensional
Hari/tanggal
DASAR TEORI
Udang merupakan anggota filum arthopoda, sub filum Mandibulata kelas
Crustacea (jasin, 1987). Kandungan kitin dari kulit udang lebih sedikit
dibandingkan cangkang kepiting. Kandungan kitin dari limbah kepiting mencapai
50%-60% sementara limbah udang menghasilkan 42%-57%, sedangkan cumicumi dan kerang masing-masing 40% dan 14%-35%. Namun karena limbah kulit
udang mudah diperoleh, maka proses kitin dan kitosan biasanya lebih
memanfaatkan limbah udang.
Beberapa studi menunjukkan bahwa kitin secara ekonomis dapat diisolasi
dari limbah kulit udang (Noerati dan Sanir, 2000; Riswiyanto dkk., 2001;
Rahmiati, 2001). Kitin dapat mengalami deasetilasi (penghilangan gugus asetil)
melalui hidrolisis menghasilkan kitosan.
Isolasi kitin dari limbah udang dilakukan secara bertahap. Tahap awal
dimulai dengan pemisahan protein dengan larutan basa, demineralisasi, pemutihan
(bleaching) dengan aseton dan natrium hipoklorit. Sedangkan untuk transformasi
kitin menjadi kitosan dilakukan tahap penghilangan gugus asetil (deasetilasi)
dengan basa berkonsentrasi tinggi, pencucian, pengeringan dan penepungan
hingga menjadi kitosan bubuk.
Nainggolan dalam Gea (2000) melaporkan bahwa kitin dan kitosan
mampu menyerap hidrokarbon aromatik polinukleus (HAP) seperti antrasena dan
krisena, kitosan mempunyai kapasitas serapan lebih tinggi dibandingkan kitin,
seperti pada penyerapan antrasena, 284,1 mg/g untuk kitosan dan 102,8 mg/g
untuk kitin. Muzarrelli dan Tanfani menemukan bahwa Cu(II) 0,5 M dapat
: Arthopoda
Kelas
: Crustaceae
Sub-kelas
: Malacostraca
Ordo
: Decapoda
Sub-ordo
: Netantia
Famili
: Penaeidae
Sub-famili
: Penainae
Genus
: Panaeus
Spesies
: Panaeus monodon
yang efektif dalam melarutkan kitin adalah campuran N.N-dimetil asetamida dan
LiCl 5% terlarut.
Kitin
Kitosan adalah produk deasetilasi kitin yang merupakan polimer rantai
panjang glukosamin (2-amino-2-deoksi-D-Glukosa) memiliki rumus molekul
[C6H11NO4]n dengan bobot molekul 2,5 x 10-5 Dalton. Kitosan berbentuk serpihan
putih kekuningan, tidak berbau dan berasa. Kitosan tidak larut dalam air, dalam
pelarut organic seperti alcohol, aseto, dalam dimetilformamida, dan dalam
dimetilsulfoksida. Sedikit larut dalam asam klorida dan asam nitrat, larut dalam
asam asetat 1%-2% dan mudah larut dalam format 0,2%-1,0%.
Kitosan
untuk modifikasi kimia yang beraneka ragam termasuk reaksi-reaksi dengan zat
perantara ikatan silang, kelebihan ini dapat memungkinkannya kitosan digunakan
sebagai bahan campuran bioplastik, yaitu plastic yang terdegradasi dan tidak
mencemari lingkungan.
Kitosan dapat diperoleh dengan mengkonvensi kitin, sedangkan kitin
sendiri dapat diperoleh dari kulit udang. Produksi kitin biasanya dilakukan dalam
tiga tahap yaitu:
1
2
3
COCH3) pada gugus asetil amino kitin menjadi gugus amino bebas kitosan dengan
menggunakan larutan basa. Kitin mempunyai struktur Kristal yang panjang
dengan ikatan kuat antara ion nitrogen dan gugus karbiksil, sehingga pada proses
deasetilasi digunakan larutan natrium hidroksida konsentrasi 40%-50% dan suhu
yang tinggi (100% -150%) untuk mendapatkan kitosan dan kitin.
II.
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
PROSEDUR KERJA
A. Deproteinisasi
1. Menambahkan 250 mL NaOH 3,5 % pada 25 gram serbuk kulit limbah
udang dalam gelas kimia.
2. Memanaskan diatas penangas air pada suhu 650 C selama 2 jam
saampai terbentuk gumpalan putih kemerahan.
3. Mendekantasi gumpalan.
4. Menyaring larutan dan mencuci residu dengan akuades sampai netral.
5. Mengeringkan dalam oven pada suhu 600 C selama 3 jam.
B. Dekalsifikasi
1. Menambahkan 7,5229 gram serbuk kulit udang bebas protein dari
langkah 1 dengan 94 mL HCl 2M.
2. Mengaduk selama 30 menit.
6
gelas kimia.
Menambahkan aseton hingga terendam.
Mengaduk dan selanjutnya mendiamkan hingga kering.
Menambahkan NaOCl 2% sampai terendam.
Mengaduk dan mendiamkan selama 2 jam.
Menyaring, mencuci dengan akuades hingga netral.
Mengeringkan dalam oven pada suhu 600 C selama 3 jam.
Menentukan rendemen yang berupa kitin.
IV.
No.
1.
Hasil Pengamatan
Terdapat
buih
campuran
Lapisan atas
pada
Larutan
3.
coklat
(serbuk
udang)
dengan
corong
coklat muda
H2O, Volume H2O yang terpakai Residu : Endapan berwarna
= 5L
coklat muda
B. Dekalsifikasi
1.
2.
Larutan
buih
endapan
3.
Mencuci
lagi
dengan
sampai netral
Menyaring
aquadest
4.
5.
6.
muda
lebih
muda
dari sebelumnya
Filtrat : Aquadest
Endapan kering berwarna
coklat muda
jam
1.
Menetralkan larutan
Mengeringkan dalam oven pada
2.
Campuran
suhu 60 0C
Menimbang
Campuran kering
3.
Campuran terendam
4.
5.
Larutan
berubah
warna
menjadi putih
Endapan serbuk kulit udang
kering berwarna putih
6.
2,2550 g
V. ANALISIS DATA
Isolasi Kitin
Pada percobaan ini dilakukan proses isolasi kitin dari serbuk kulit limbah
udang yang bertujuan untuk memahami teknik isolasi bahan alam dan
transformasi organik serta mengetahui cara pemisahan dan pemurnian hasil dari
isolasi serbuk kulit limbah udang.
Metode yang digunakan untuk mengisolasi serbuk kulit limbah udang
menjadi kitin melalui tiga tahap yaitu : deproteinisasi, dekalsifikasi, dan
decolorisasi.
1. Tahap Deproteinasi
Dalam tahap ini deproteinasi bertujuan untuk menghilangkan sisa protein
dan lemak yang terkandung dalam serbuk kulit limbah udang. Pada tahap ini 250
ml NaOH ditambahkan dengan 25 g kulit udang, penambahan NaOH 3,5%
bertujuan untuk menghilangkan protein dan lemak dari kitin, dari hasil
pengamatan pada saat penambahan NaOH larutan menjadi 2 lapisan, dimana
lapisan atas berwarna coklat muda dan lapisan bawah berwarna coklat yang
merupakan serbuk udang.
Kemudian campuran dipanaskan
pemanasan ini bertujuan apabila digunakan larutan NaOH dengan konsentrasi dan
suhu lebih tinggi akan menyebabkan kitin terdeasetilasi. Protein dari kitin akan
terekstrak dalam bentuk Na-proteinat. Ion Na+ dari NaOH akan mengikat ujung
rantai protein yang bermuatan negatif dan mengendap menghasilkan gumpalan
putih kemerahan.
Untuk menghilangkan protein yang telah diikat oleh Na +, residu yang
diperoleh dicuci dengan aquadest. Proses pencucian bertujuan agar larutan bersifat
netral dan untuk menghilangkan NaOH yang mungkin masih tersisa dalam residu.
Kemudian melakukan pengeringan dalam oven pada suhu 60 0C selam 3 jam,
pengeringan dalam oven bertujuan agar endapan benar-benar kering dan
dihasilkan serbuk kering yang berwarna coklat muda massa endapan atau
rendemen yang diperoleh adalah 30,09%.
10
2. Tahap Dekalsifikasi
Tahap dekalsifikasi merupakan proses untuk menghilangkan mineralmineral dalam serbuk kulit limbah udang yang sebagian besar merupakan garamgaram kalsium (Ca) seperti kalsium karbonat dan kalsium fosfat. Kandungan
mineral utamanya adalah CaCO3 dan Ca3 (PO4) dalam jumlah kecil dan lebih
mudah dipisahkan dibandingkan dengan protein karena hanya terikat secara fisik.
Proses dekalsifikasi dilakukan dengan mencampurkan serbuk kering
dengan HCl 2 M. Konsentrasi HCl tidak boleh terlalu tinggi karena apabila
konsentrasi asam lebih tinggi dan waktu perendaman yang lebih lama akan
menyebabkan kitin yang terdapat dalam kulit udang terdegradasi.
Pada proses ini senyawa kalsium akan bereaksi dengan asam korida (HCl)
menghasilkan kalsium klorida yang larut dalam air, gas CO 2 dan air, asam fosfat
yang larut dalam air. Reaksi garam tersebut dengan HCl sebagai berikut :
CaCO3 + 2 HCl
CaCl2 + H2O + CO2(g)
Ca3 (PO4)(s) + 6 HCl
3 CaCl2(s) + 2H3PO4
Selanjutnya menyaring larutan sehingga diperoleh residu berupa endapan
berwarna coklat muda yang kemudian dicuci dengan aquadest. Proses pencucian
bertujuan untuk menghilangkan asam klorida yang mungkin masih tertinggal. Hal
ini sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya degradasi produk selama
proses pengeringan. Pengeringan dilakukan dalam oven pada suhu 60 0C selama 3
jam sehingga dihasilkan endapan kring berwarna coklat muda. Endapan ini akan
digunakan untuk tahap atau proses selanjutnya.
3. Tahap Decoloriasi
Tahap decolorisasi bertujuan untuk menghilangkan pigmen atau zat warna
yang terdapat pada kitin pigmen yang terdapat pada kitin adalah jenis kartenod
antara -karoten dan astaxanthin. Pada kulit udang pigmen yang paling banyak
adalah astaxanthin. Pigmen yang terdapat pada kitin tidak terikat pada mineral
ataupun protein, sehingga pada tahap-tahap sebelumnya kitin masih berwarna
kecoklatan.
11
VI.
KESIMPULAN
1. Pengisolasian kitin dan kitosan dapat dilakukan melalui beberapa tahap
yaitu :
Tahap deproteinisasi
Tahap dekalsifikasi
Tahap dekolorisasi
2. Tahap deproteinisasi bertujuan untuk memisahkan protein dengan larutan
basa (NaOH) pada cangkang udang.
3. Tahap dekalsifikasi bertujuan untuk memisahkan mineral organik yang
terikat pada bahan dasar, yaitu CaCO3 sebagai mineral utama dan
Ca(PO4)2 dalam jumlah minor.
4. Tahap dekolorisasi bertujuan untuk menghilangkan pigmen yang
berwarna kuning kecoklatan pada kitin menjadi kuning lebih muda atau
putih.
5. Dari hasil percobaan didapatkan kitin sebanyak 2,255 gram atau 9,02%.
12
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Jawa
Barat.
http://resources.unpad.ac.id/unpad_content/uploads/publikasi_dosen/makala
h.s.karakterisasi kitin.pdf (online). diakses tanggal 24 April 2011.
Syahmani dan Rilia Iriani. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Banjarmasin
: UNLAM (tidak dipublikasikan).
13
LAMPIRAN
Perhitungan
Rendemen Hasil Deproteinasi :
Berat kulit udang yang dipakai = 25 gram
Berat kitin yang diperoleh
= 7,522 gram
% rendemen
Berat kitin
Berat kulit udang
7,522 gram
25 gram
x 100%
x 100%
= 30,09 %
Berat kitin
Berat kulit udang
2,255 gram
25 gram
x 100%
x 100%
= 9,02 %
Pertanyaan dan Jawaban
1. Tulislah mekanisme reaksi tansformasi kitin menjadi kitosan !
Jawaban :
15