A08 Bae
A08 Bae
RINGKASAN
BETRI ANDITA EKY HAPSARI. Perencanaan Lanskap bagi Pengembangan
Agrowisata
di Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu Kabupaten Magelang.
Dibimbing oleh ALINDA F. M. ZAIN.
Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu Kabupaten Magelang menjadi
percontohan kawasan agropolitan berkaitan dengan keberhasilannya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara signifikan. Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan
merupakan salah satu titik pengembangan agrowisata dalam Kawasan. Hal ini sesuai
penetapan Kecamatan Sawangan bersama Kecamatan Dukun sebagai Sub Wilayah
Pembangunan V yang dialokasikan sebagai kawasan pertanian, pariwisata alam dan
home industry. Menyadari potensinya, pemerintah Desa Banyuroto secara swadaya
memulai pengembangan agrowisata di wilayahnya. Hal ini ditandai dengan dibentuknya
Komisi Agrowisata melalui Peraturan Desa No. 08/GS/2007/IX/2007. Secara
keseluruhan desa ini memiliki luas wilayah 759,3 Hektar dengan 36% lahan
dimanfaatkan untuk pertanian lahan kering dengan komoditas utama tanaman sayuran
dan buah-buahan dataran tinggi.
Hasil studi terbatas pada produk arsitektur lanskap berupa rencana lanskap
(landscape plan) kawasan agrowisata dalam Kawasan Agropolitan. Dengan area studi
adalah Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu, dan sampel perencanaan dibatasi pada
Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan yang merupakan area percontohan
pengembangan agrowisata.
Metode yang digunakan dalam perencanaan kawasan adalah metode Gold
(1980) dengan melakukan penyesuaian terhadap tujuan perencanaan dan menggunakan
pendekatan potensi sumberdaya alam kawasan. Proses perencanaan diawali dengan
persiapan studi yang meliputi perijinan, perumusan masalah, serta penetapan tujuan
studi. Selanjutnya dilakukan kegiatan pengumpulan dan analisis data yang berkaitan
dengan potensi dan kendala yang ada dalam rangka pengembangan kawasan menjadi
kawasan agrowisata. Hasil analisis kemudian melalui proses sintesis dan perencanaan
sehingga menghasilkan produk.
Konsep dasar pengembangan kawasan yaitu menciptakan kawasan agrowisata
berbasis pendidikan dan penerapan teknologi pertanian, untuk meningkatkan apresiasi
terhadap bidang pertanian dan menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan pertanian.
Dalam prakteknya diharapkan kawasan ini juga dapat menjadi sarana untuk
menyebarluaskan penemuan teknologi dan inovasi baru di bidang pertanian kepada
masyarakat luas dan kalangan petani.
Perencanaan kawasan agrowisata diawali dengan proses identifikasi dan
meruangkan potensi pertanian kawasan, menata ruang-ruang tersebut, kemudian
mengembangkan jenis aktivitas dan fasilitas yang dihubungkan dengan jalur sirkulasi
agrowisata. Konsep kawasan kemudian dikembangkan lebih lanjut pada konsep ruang,
konsep sirkulasi, konsep aktivitas dan fasilitas, serta konsep tata hijau.
Konsep ruang dikembangkan berdasarkan pada potensi pertanian kawasan,
dengan berpegang pada metode pengembangan daerah tujuan wisata berdasarkan Gunn
(1997). Selain itu juga mempertimbangkan kebutuhan ruang wisata serta faktor yang
mendukung wisata secara keseluruhan. Konsep ruang kawasan berdasarkan model
tujuan wisata kemudian dimodifikasi dengan penambahan ruang masyarakat dan ruang
konservasi. Pada konsep ruang kawasan, kawasan secara umum dibagi menjadi dua
zona yaitu zona agrowisata dan zona non-agrowisata. Zona agrowisata kemudian dibagi
menjadi zona atraksi agrowisata dan zona penunjang agrowisata, dimana zona atraksi
agrowisata dibagi lagi menjadi lima sub-zona (sub-zona tanaman buah, sub-zona
tanaman sayuran, sub-zona peternakan, sub-zona pengolahan dan sub-zona inti).
Sedangkan zona non-agrowisata dibagi menjadi zona penyangga dan zona konservasi.
Konsep Sirkulasi pada kawasan agrowisata Desa Banyuroto ini direncanakan
dengan memanfaatkan jalur yang sudah ada. Sirkulasi dalam kawasan terbagi menjadi
jalur wisatawan dan jalur masyarakat. Konsep jalur untuk wisatawan adalah
menghubungkan antara sub-sub zona atraksi yang ada sehingga memudahkan
wisatawan untuk menikmati keseluruhan atraksi agrowisata. Jalur ini terbagi atas jalur
primer, sekunder dan tersier yang dibedakan berdasarkan intensitas penggunaan dan
kepentingan. Sedangkan sirkulasi masyarakat yang merupakan jalur produksi, sifatnya
menghubungkan antara kebun sayuran dengan jalur pengangkutan terdekat. Selain itu
jalur masyarakat juga merupakan jalur ketetanggaan yang menghubungkan antar dusun
dan antar kampung, serta merupakan akses masyarakat dalam zona agrowisata dalam
kaitannya dengan aktivitas pelayanan agrowisata.
Konsep aktivitas dikembangkan berdasarkan tujuan perencanaan. Jenis aktivitas
tersebut kemudian dipisahkan berdasarkan tingkat keikutsertaan wisatawan dalam
aktivitas pertanian. Dengan demikian, jenis aktivitas agrowisata yang dikembangkan
dibagi menjadi aktivitas agrowisata aktif dan aktivitas agrowisata pasif.
Konsep fasilitas yang dikembangkan adalah konsep fasilitas yang disesuaikan
dengan kebutuhan aktivitas agrowisata. Secara umum fasilitas yang akan dikembangkan
terbagi atas fasilitas agrowisata aktif, fasilitas agrowisata pasif, dan fasilitas penunjang.
Konsep tata hijau direncanakan dengan tujuan untuk melestarikan dan
melindungi plasma nutfah, melindungi tanah dan air, serta meningkatkan kenyamanan
pengunjung. Tata hijau berdasarkan peruntukan dan fungsinya terbagi kedalam tata
hijau peneduh, tata hijau penyangga (buffer), tata hijau konservasi, dan tata hijau
budidaya. Masing-masing bagian memiliki kontribusi terhadap terciptanya kualitas
agrowisata yang baik.
Rencana ruang serta pengembangan aktivitas dan fasilitas dalam kawasan
dihubungkan dengan jalur sirkulasi yang terbagi atas jalur wisatawan dan jalur
masyarakat. Pemisahan dilakukan untuk mengoptimalkan kualitas agrowisata yang
dinikmati wisatawan dan menghindari konflik kepentingan. Pada beberapa titik jalur
wisatawan dan jalur masyarakat menjadi satu, hal ini bertujuan untuk menunjukkan
pada wisatawan kegiatan produksi pertanian oleh masyarakat. Hasil perencanaan
lanskap berupa general block plan, block plan, dan rencana lanskap (landscape plan)
kegiatan agrowisata.
PERENCANAAN LANSKAP
BAGI PENGEMBANGAN AGROWISATA
DI KAWASAN AGROPOLITAN MERAPI-MERBABU
KABUPATEN MAGELANG
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama
NRP
: A34204019
Disetujui :
Dosen Pembimbing
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal disetujui :
RIWAYAT HIDUP
Betri Andita Eky Hapsari dilahirkan di Pacitan pada tanggal 26 Juni
1986. Penulis adalah sulung dari dua bersaudara putra pasangan Sunaryo dan Sri
Hartini, BA.
Penulis mengawali jenjang pendidikannya pada Taman Kanak-Kanak Pertiwi
Sidomulyo pada tahun 1991. Kemudian melanjutkan di SDN Sidomulyo I, Desa
Sidomulyo, pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis
masuk di SLTPN I Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, dan lulus pada tahun 2001.
Selanjutnya, penulis tercatat sebagai siswa di SMUN I Pacitan, Kabupaten Pacitan, dan
lulus pada tahun 2004.
Penulis kemudian diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas
Pertanian. Selama menempuh pendidikannya, penulis aktif menjadi pengurus Himpunan
Mahasiswa Arsitektur Lanskap selama dua periode, yaitu tahun 2006/2007 pada Divisi
Hubungan Masyarakat dan tahun 2007/2008 pada Divisi Kewirausahaan. Selain itu,
penulis juga menjadi asisten Mata Kuliah Geographic Information System (GIS) bagi
Departemen Arsitektur Lanskap pada tahun ajaran 2007/2008, dan Asisten Mata Kuliah
Analisis Tapak pada tahun ajaran 2008/2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang karena segala
rahmat dan karunia serta pertolongan-Nya sehingga penulis dapat melesaikan skripsi.
Judul studi ini adalah Perencanaan Lanskap bagi Pengembangan Agrowisata di DesaDesa Pusat Pertumbuhan Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu Kabupaten Magelang
dan disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tidak terhingga penulis sampaikan
kepada
1) Dr. Ir. Alinda F. M. Zain, MSi selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus
pembimbing akademik, atas arahan, perhatian, bimbingan serta dukungan
beliau;
2) Prof. Dr. Ir. Wahyu Qamara Mugnisjah, M.Agr dan Dr. Ir. Afra D. N. Makalew
selaku dosen penguji atas masukan, saran dan kritik beliau;
3) Dinas Pertanian Kabupaten Magelang serta Laboratorium Agribisnis Primatani
Desa Banyuroto atas segala kemudahan dalam memperoleh data;
4) Bapak Sanusi, Kepala Direktorat Jendral Agropolitan pada Dinas Pekerjaan
Umum Pusat atas bantuan dan dukungan yang diberikan;
5) keluarga besar Bapak Maryoto dan Bapak Kepala Desa Banyuroto atas
keramahan dan segala bantuannya selama di Banyuroto;
6) Bapak Didik, staff BAPPEDA Kabupaten Magelang atas bimbingan dan
bantuannya dalam pengumpulan data;
7) Dr. Ir. Basuki Sumawinata, M.Agr dan staff Departemen Ilmu Tanah dan
Sumber Daya Lahan atas batuan dalam pencarian data;
8) Armaiki Yusmur, S.Si. untuk ilmu dan konsultasinya;
9) keluarga besar tercinta, adikku Vendy, Sari, Sri, Dewi, Vanny, om dan tente
semua, serta mbah ibu dan mbah kakung (alm) atas semua cinta dan kasih
sayang, serta doa dan dukungannya, buat Bintang, atas keceriaan dan
semangatnya;
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................
11
2.3 Wisata
2.3.1 Pengertian Wisata ......................................................................
12
12
13
2.4 Agrowisata
2.4.1 Pengertian Agrowisata ...............................................................
13
15
17
18
20
22
24
24
27
28
28
28
28
28
28
Merapi-Merbabu sebagai
Kawasan Agrowisata
5.1.1 Data dan Analisis
5.1.1.1 Aspek Kelembagaan ...........................................................
36
38
40
42
49
49
50
54
59
66
66
72
75
75
78
78
78
78
81
81
81
84
85
97
97
98
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Keseluruhan Data yang Dikumpulkan........................................................
23
27
40
41
42
42
45
51
52
57
58
59
63
64
68
73
75
85
86
87
88
22. Aspek Data, Potensi, Kendala, dan Solusi pada Kawasan Agrowisata......
91
DAFTAR GAMBAR
Halaman
23. Pertumbuhan Jumlah Kunjungan Wisatawan Asing ke Indonesia....... 4
24. Kerangka Pikir Perencanaan................................................................. 7
25. Sektor Yang Terkait Dengan Pariwisata/Agrowisata........................... 15
26. Hubungan Faktor Permintaan dan Penawaran...................................... 18
27. Konsep Pengembangan Kawasan Agrowisata ..................................... 19
28. Peta Lokasi Penelitian .......................................................................... 22
29. Hubungan Keterkaitan Pasar Agrowisata............................................. 25
30. Model Zona Tujuan Wisata dengan Lima Elemen Kunci .................... 28
31. Konsep Ruang Kawasan Agrowisata ................................................... 30
32. Konsep Sirkulasi Wisata....................................................................... 33
33. Konsep Aktivitas .................................................................................. 33
34. Peta Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu ....................................... 38
35. Kondisi Jalan Kawasan Agropolitan .................................................... 39
36. Peta Tata Guna Lahan Kawasan........................................................... 39
37. Peta Penyebaran Produk Unggulan Tiap Kecamatan ........................... 41
38. Rekomendasi Agrowisata di Kawasan Agropolitan............................. 48
39. Peta Lokasi Studi .................................................................................. 49
40. Peta Penggunaan Lahan........................................................................ 53
41. Diagram Tata Guna Lahan Desa Banyuroto......................................... 54
42. Peta Topografi Kawasan Agrowisata ................................................... 55
43. Peta Kelas Kemiringan Lahan Kawasan Agrowisata ........................... 56
44. Diagram Kemiringan Lahan Desa Banyuroto ...................................... 57
45. Suasana Agrowisata Tanaman Buah .......................................................60
46. Peta Atraksi dan Objek Eksisting ......................................................... 61
47. Suasana Kebun Sayuran Milik Warga.................................................. 62
48. Suasana Kandang Kolektif Milik Kelompok Tani ............................... 62
49. Peta Wisata Kabupaten Magelang........................................................ 69
50. Peta Pariwisata Kecamatan Sawangan ................................................. 70
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 22/1999 tentang
Pemerintah Daerah, sejak saat itu di Indonesia terjadi perubahan secara gradual
dalam konsep pembangunan nasional. Perubahan paradigma ini setidaknya terlihat
dari aspek perencanaan, aspek pengelolaan sumber daya, dan aspek kelembagaan.
Dalam hal aspek perencanaan, khususnya, telah terjadi perubahan pendekatan dari
yang bersifat top-down menjadi bersifat bottom-up. Hal ini dikenal juga sebagai
desentralisasi. Salah satu tugas dari pemerintah pusat di era otonomi daerah
adalah memberikan pembinaan kepada pemerintah daerah, baik kepada
pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten. Pemerintah daerah dituntut
untuk dapat memerankan semua fungsi pengelolaan wilayah baik fungsi
administrasi maupun fungsi pembangunan; fungsi pembangunan meliputi
pengelolaan sumber daya lahan, sumber daya finansial, pengadaan infrastruktur,
dan fasilitasi pendayagunaan masyarakat. (Departemen Pekerjaan Umum, 2007).
Pelaksanaan desentralisasi diharapkan akan meningkatkan kemandirian daerah
sehingga lebih termotivasi untuk menggali potensi dan menggembangkannya
sesuai dengan nilai-nilai lokal.
Menurut Afandhi (2005) dalam Utama (2005), kebijakan umum
Departemen Pertanian dalam membangun pertanian bertujuan meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup petani, peternak, dan nelayan, memperluas lapangan
kerja dan kesempatan berusaha, menunjang pembangunan industri, serta
meningkatkan ekspor. Untuk itu, usaha diversifikasi perlu dilanjutkan disertai
dengan rehabilitasi yang harus dilaksanakan secara terpadu, serasi, dan merata
disesuaikan dengan kondisi tanah, air dan iklim, dengan tetap memelihara
kelestarian kemampuan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta
memperhatikan pola kehidupan masyarakat setempat.
Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi yang besar di bidang
pertanian, terutama di wilayah perdesaan. Perdesaan yang hingga kini masih
menjadi tempat tinggal sebagian besar penduduk Indonesia (54%, sensus
penduduk 2006) berpotensi untuk dikembangkan. Namun, potensi yang besar ini
belum dimanfaatkan secara optimal, terbukti dengan masih tingginya tingkat
kemiskinan dari pelaku di sektor pertanian. Walaupun jumlah penduduk miskin
telah berkurang dari sekitar 60% dari total penduduk pada tahun 1970 menjadi
15% pada tahun 2005, jumlah penduduk miskin secara absolut masih amat besar,
yaitu diperkirakan sebesar 35 juta jiwa (Rustiadi, 2007). Dari data tahun 2006
diketahui bahwa sebanyak 70% dari total penduduk miskin di Indonesia berasal
dari sektor pertanian, yaitu sekitar 24,5 juta jiwa.
Melihat kenyataan seperti di atas, dikembangkanlah suatu pendekatan
pengembangan pertanian yang disesuaikan dengan karakteristik sosial ekonomi di
kawasan perdesaan. Pendekatan tersebut dikenal sebagai konsep agropolitan.
Pengembangan agropolitan adalah suatu pendekatan pembangunan kawasan
perdesaan melalui upaya-upaya penataan ruang kawasan perdesaan dan
menumbuhkan pusat-pusat pelayanan fasilitas perkotaan (urban function center)
yang dapat berupa atau mengarah pada terbentuknya kota-kota kecil berbasis
pertanian (agropolis) sebagai bagian dari sistem perkotaan dengan maksud
meningkatkan pendapatan kawasan perdesaan (regional income), menghindari
kebocoran pendapatan kawasan perdesaan (regional leakages), menciptakan
pembangunan yang berimbang (regional balance) dan keterkaitan desa-kota
(urban rural linkages) yang sinergis dengan pembangunan daerah. Dengan
demikian,
diharapkan
daerah
perdesaan
dengan
hasil
pertanian
dan
fasilitas-fasilitas
pendukung.
Sesuai
dengan
tujuan
konsep
petani dan bantuan dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa
Tengah yaitu Laboratorium Agribisnis Primatani. Desa Banyuroto dan kawasan
sekitarnya memiliki pemandangan alam yang indah dan potensi yang besar dalam
hal budidaya tanaman, khususnya tanaman hortikultura dataran tinggi.
Dalam pengembangan agrowisata di kawasan agropolitan, pembangunan
fasilitas saja seperti praktik yang terjadi di Agropolitan Merapi-Merbabu tentu
tidak cukup. Agar pengembangan agrowisata tersebut berhasil, diperlukan suatu
perencanaan yang tidak hanya berorientasi pada pengembangan yang bersifat
fisik. Hal ini dapat dimulai dengan analisis terhadap faktor utama dan penunjang
agrowisata, analisis umum, dan analisis penunjang berupa analisis permintaan dan
penawaran agrowisata. Dengan demikian, diharapkan kawasan agrowisata akan
memiliki konsep serta arah pengembangan yang jelas. Konsep tersebut hendaknya
mengacu pada optimalisasi potensi yang ada dan sekaligus mempertimbangkan
aspek keberlanjutan.
1.2 Tujuan
1. Meningkatkan
soft
skill
serta
mendapatkan
pengetahuan
dalam
rekomendasi
pengembangan
agrowisata
di
Kawasan
1.3 Manfaat
Manfaat secara umum penelitian adalah untuk menjadi referensi dalam
perencanaan kawasan agrowisata di kawasan agropolitan. Selain itu manfaat
khusus yang diharapkan adalah
1. memberikan gambaran tentang konsep agrowisata dengan kriteria khusus,
yaitu pengembangan agrowisata di kawasan agropolitan, dan
kawasan
agropolitan.
Pengembangan
agrowisata
dilakukan
dengan
menciptakan
suatu
kawasan
agrowisata
dengan
fokus
untuk
Agropolitan
Merapi-Merbabu
Potensi Agrowisata
Analisis
Rekomendasi Pengembangan Agrowisata Kawasan
Agrowisata di
Kawasan Agropolitan
Desa Banyuroto
Potensi Peternakan
Potensi Hortikultura
Tanaman Sayur dan Buah
Potensi Hortikultura
Tanaman Hias
Analisis Umum
Analisis Pasar Agrowisata
Karakteristik Agropolitan
Analisis Pasar:
- Permintaan dan
penawaran agrowisata
- Trend, segmen,
Karakteristik, dan
kebutuhan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agropolitan
2.1.1 Agropolitan
Terdiri dari kata agro dan kata politan (polis). Agro berarti pertanian dan
politan berarti kota. Secara definitif agropolitan adalah kota pertanian yang
tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta
mampu melayani dan mendorong kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di
daerah sekitarnya, dengan ciri utama kegiatan pertanian dan pengolahan hasil
pertanian (Departemen Pekerjaan Umum, 2007).
2.1.2 Kawasan
Kawasan adalah wilayah yang berbasis pada keberagaman fisik dan
ekonomi, tetapi memiliki hubungan erat dan saling mendukung satu sama lain
secara fungsional demi mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam kaitan ini, kawasan didefinisikan
sebagai wilayah yang mempunyai fungsi tertentu, dengan kegiatan ekonomi,
sektor dan produk unggulannya mempunyai potensi mendorong pertumbuhan
ekonomi wilayah sekitarnya. Kawasan ini baik secara sendiri-sendiri maupun
secara bersama membentuk suatu klaster. Klaster dapat berupa klaster pertanian
dan klaster industri, bergantung pada kegiatan ekonomi yang dominan dalam
kawasan itu (Bappenas, 2004).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama
lindung atau budi daya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber
daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan budi daya adalah wilayah yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
10
b.
c.
d.
11
b.
Zona sempadan sungai, danau atau waduk, sekitar mata air, dan zona
terbuka hijau lain.
c.
Zona hutan konservasi termasuk cagar alam, suaka margasatwa, dan cagar
budaya.
d.
Zona taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.
e.
ditinjau dari aspek tata ruang, secara umum struktur hierarki sistem kota-kota
Agropolitan dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Orde yang paling tinggi (kota tani utama) dalam lingkup wilayah agropolitan
skala besar berfungsi:
a. Kota perdagangan yang berorientasi ekspor ke luar daerah (nasional dan
internasional) dan bila berada di tepi pantai maka kota ini memiliki
pelabuhan samudra.
b. Pusat berbagai kegiatan final manufacturing industri pertanian (packing),
stok pergudangan dan perdagangan bursa komoditas.
c. Pusat berbagai kegiatan tertier agrobisnis, jasa perdagangan, asuransi
pertanian, perbankan dan keuangan.
d. Pusat berbagai pelayanan termasuk general agro-industry services.
2. Orde kedua (pusat distrik agropolitan) yang berfungsi sebagai:
a. Pusat perdagangan wilayah yang ditandai dengan adanya pasar-pasar
grosir dan pergudangan komoditas sejenis.
b. Pusat kegiatan agro-industri berupa pengolahan barang pertanian jadi dan
setengah jadi serta kegiatan agro-bisnis.
12
13
2.3 Wisata
2.3.1 Pengertian Wisata
Wisata merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dengan pergerakan
manusia yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara dari tempat
tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan di luar dari lingkungan tempat
tinggalnya, yang didorong oleh berbagai keperluan dan tanpa bermaksud untuk
mencari nafkah tetap (Nurisjah, 2004) dalam Halida (2006). Sedangkan
wisatawan berdasarkan rekomendasi International Union of Office Travel
Organization (IUOTO) dan World Tourism Organization (WTO) adalah,
seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah atau
beberapa negara di luar tempat tinggal biasanya atau keluar dari lingkungan
tempat tinggalnya untuk periode kurang dari 12 (dua belas) bulan dan memiliki
tujuan untuk melakukan berbagai aktivitas wisata. Terminologi ini mencakup
penumpang kapal pesiar (cruise ship passenger) yang datang dari negara lain dan
kembali dengan catatan bermalam. http://www.budpar.go.id
2.3.2 Sumberdaya Wisata
Sumberdaya wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan
wisata yang merupakan daya tarik bagi pengunjung, diantaranya sebagai berikut:
1. Benda-benda yang tersedia dan terdapat dialam semesta yang dalam istilah
wisata disebut dengan natural amenities seperti iklim, bentuk tanah dan
pemandangan, hutan belukar, flora dan fauna serta pusat-pusat kesehatan
yang termasuk dalam kelompok ini.
2. Hasil ciptaan manusia antara lain benda-benda yang memiliki nilai sejarah,
keagamaan dan kebudayaan.
3. Tata cara hidup masyarakat setempat.
Menurut Utama (2005), Pengelolaan sumberdaya agrowisata dilakukan
sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika dapat terpenuhi
dengan
memelihara
integritas
kultural,
proses
ekologi
yang
esensial,
14
2.4 Agrowisata
2.4.1 Pengertian Agrowisata
Menurut Reza dan Fachrudin (1999) dalam Bappenas (2004), agrowisata
atau agrotourism dapat diartikan juga sebagai pengembangan industri wisata alam
yang bertumpu pada pembudidayaan kekayaan alam. Industri ini mengandalkan
15
Accomodation
Suporting Services
Attraction
pada
prinsipnya
merupakan
kegiatan
industri
yang
16
kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama pada
wilayah - wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan. Menyadari
pentingnya nilai kualitas lingkungan tersebut, masyarakat/petani setempat perlu
diajak untuk selalu menjaga keaslian, kenyamanan, dan kelestarian lingkungannya
(Subowo 2002).
Ecotourism dan agrotourism pada dasarnya memiliki prinsip yang sama.
Menurut Wood (2000) dalam Pitana (2002), prinsip-prinsip tersebut adalah
sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
17
i)
mempercayakan pemanfaatan sumber energi, melindungi tumbuhtumbuhan dan binatang liar, dan menyesuaikannya dengan lingkungan
alam dan budaya;
Menurut Bappenas (2004), kawasan agrowisata merupakan suatu kawasan
18
1. Agrotourism dapat
meningkatkan
pendapatan
dan
meningkatkan
taraf
hidup
serta
19
20
21
22
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama lima bulan mulai minggu pertama bulan
Februari sampai minggu kedua bulan Juli 2008. Lokasi penelitian adalah Kawasan
Agropolitan Merapi Merbabu Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
Pengolahan dan analisis data dilakukan di Kampus IPB Darmaga Bogor.
23
4.
5.
Iklim
Suhu
Curah hujan
Intensitas
Radiasi
Matahari
Kelembaban
Vegetasi dan
satwa
Aksesibilitas
6.
Sirkulasi,
utilitas dan
fasilitas
B. Sosial Ekonomi
1.
Pengguna
2.
Keadaan
masyarakat
(social,
ekonomi,
budaya)
C. Agropolitan
1.
Masterplan
perencanaan
2.
Evaluasi
pelaksanaan
3.
4.
Fasilitas
Agropolitan
Fasilitas
Agrowisata
Unit
Data
Ha
Sumber
Kegunaan
Studi pustaka,
survei, wawancara
Studi pustaka
BPPT, literatur
BPPT, literatur
BPPT, literatur
Studi pustaka
Studi pustaka
Studi pustaka
Kenyamanan
Kenyamanan
Kenyamanan
Jenis
BPPT, literatur
Lapangan
Kenyamanan
Amenity tapak
Lapangan
Unit
Arsip
Studi pustaka
Studi pustaka,
survei, wawancara
Studi pustaka,
survei, wawancara
Studi pustaka,
survei, wawancara
Jiwa
Lapangan
Pemda
Magelang,
BPS, lapangan
Studi pustaka,
wawancara
Studi pustaka,
wawancara
Bappeda
Bappeda
Lapangan
Survei
Lapangan
Survei
Bappeda
Magelang
Bappeda
Magelang
Cara
Pengumpulan
Studi pustaka,
wawancara
Studi pustaka,
wawancara
Kebutuhan air
Orientasi dan
kemudahan akses
Daya dukung tapak
Analisis partisipasi
masyarakat
Analisis perencanaan
(Tata guna lahan)
Analisis perencanaan
(Arah
pengembangan)
Analisis perencanaan
(Kelengkapan)
Analisis perencanaan
(Kegiatan
agrowisata)
24
25
Rural
environment
Agrotourism
household
Agrotourism
activity
Agro tourist
market
Agricultural
activity
Agricultural
producers
Tourist association of
counties and local
communities
LEGEND:
Demand
Offer
26
agrowisata
dalam
zonasi
tersebut
akan
berpedoman
pada
perniagaan/bisnis.
Bentuk-bentuk
umum
pelayanan
27
Kegiatan
Februari
Maret
April
Mei
Juni
2008
2008
2008
2008
2008
1 2 3 4
1.
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
Persiapan
-Pembuatan
Proposal
-Studi Pustaka
2.
3.
4.
5.
6.
7.
-Data
Sementara
Pengumpulan
data
Survey Lapang
Analisis Awal
Analisis
Lanjutan
Penyusunan
Skripsi
Penyajian Hasil
28
BAB IV
KONSEP PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN
lanskap
kawasan
agrowisata
dimaksudkan
untuk
mengoptimalkan potensi sumber daya alam pertanian yang terdapat pada tapak
untuk pengembangan agrowisata. Konsep dasar pengembangan kawasan yaitu
menciptakan kawasan agrowisata berbasis pendidikan dan penerapan teknologi
pertanian, untuk meningkatkan apresiasi terhadap bidang pertanian dan
menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan pertanian.
Dalam prakteknya diharapkan kawasan ini juga dapat menjadi sarana
untuk menyebarluaskan penemuan teknologi-teknologi baru di bidang pertanian
kepada masyarakat luas dan kalangan petani seperti yang selama ini telah dirintis
oleh organisasi swadaya setempat. Selain itu dengan meningkatnya aktivitas
agrowisata di kawasan ini diharapkan akan berkontribusi terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakatnya. Komoditas utama yang akan dikembangkan adalah
tanaman buah, tanaman hortikultura serta peternakan dalam struktur kawasan
agropolitan.
4.2 Pengembangan Konsep
4.2.1 Konsep Ruang
Konsep ruang dikembangkan berdasarkan pada potensi pertanian kawasan,
dengan berpegang pada metode pengembangan daerah tujuan wisata berdasarkan
Gunn (1997). Selain itu juga mempertimbangkan kebutuhan ruang wisata serta
faktor yang mendukung wisata secara keseluruhan.
Circullation
Gateway
Community
Linkage
Attraction
29
penambahan zona konservasi dan zona penyangga, yang dianggap penting untuk
melengkapi fungsi kawasan. Pembagian ruang selengkapnya dapat dilihat pada
Gambar 9 dibawah ini.
30
Di
dalam
zona
transisi
ini
dilakukan
upaya
untuk
transisi
menghantarkan
wisatawan
sebelum
memasuki
memperkenalkan
31
B. Zona Non-Agrowisata
a. Zona Penyangga
Merupakan zona yang memisahkan antara zona atraksi agrowisata
yang di dalamnya terjadi aktivitas agrowisata aktif dan pasif serta
pemanfaatan sumberdaya secara intensif, dengan zona konservasi yang
merupakan kawasan dengan fungsi lindung dimana di dalamnya tidak terjadi
aktivitas agrowisata.
b. Zona Konservasi
Berupa area sebelah Timur atau pada lereng Gunung Merbabu yang
ditumbuhi semak belukar dan rumput, serta area di bagian Barat kawasan
yang memiliki topografi bergelombang dan penggunaan lahan berupa hutan
dan lahan pertanian. Hal ini antara lain karena kemiringan yang cukup tinggi
dan gerakan tanah yang relatif tinggi pula sehingga berbahaya untuk
dikembangkan bagi aktivitas manusia. Selain itu alokasi zona konservasi
sesuai dengan fungsi Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu, yang selain
merupakan kawasan pusat pengembangan pertanian juga merupakan
kawasan dengan fungsi konservasi.
32
33
34
35
36
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Pengembangan Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu Sebagai
Kawasan Agrowisata
5.1.1
37
38
39
Luas
Ha
54,5
1486,7
220,6
603,1
10046,0
2914,7
598,9
4389,0
5327,5
1484,7
27125,7
%
0,2 %
5,5 %
0,8 %
2,2 %
37,1 %
10,7 %
2,2 %
16,2 %
19,6 %
5,5 %
100,0 %
40
Proporsi terbesar dari penggunaan lahan ditempati oleh hutan hal ini
menunjukkan fungsi kawasan sebagai kawasan resapan dan konservasi tanah dan
air. Tempat kedua dan ketiga adalah penggunaan lahan untuk pertanian lahan
kering (sawah tadah hujan) dan sawah irigasi yang terdiri atas lahan pertanian
sayuran dan buah-buahan. Kedua tipe pemanfaatan lahan tersebut merupakan
potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai objek agrowisata.
Bunga potong
Produk olahan
Grabag
Ngablak
Sayuran
Sapi
Pakis
Dendeng
Abon
Kripik nangka
Durian
Sayuran
Jeruk
Tegalrejo
Sawangan
Sayuran
Sapi
Candimulyo
Dukun
Sayuran
Sapi
41
Luas Lahan
(Ha)
2.998
769
60
769
787
794
189
60
15
6.749
482
Produktivitas
(Kw/Ha)
160,5
251,9
150
162,9
61,2
141,8
215,6
90,5
64
8,3
12
Nilai Produksi
(000)
54.373.227
27.603.831
14.480.000
18.164.164
10.114.524
44.754.207
9.249.886
67.332
206.400
83.882.500
6.941
42
Kecamatan
Dukun
Kecamatan
Sawangan
Kecamatan
Candimulyo
Kecamatan
Tegalrejo
Kecamatan
Pakis
Kecamatan
Grabag
Kecamatan
Ngablak
Potensi Tanaman
Buah
Mangga
Alpukat, duku,
sawo, durian,
Duku, sawo,
mangga, nanas
Alpukat, pisang
Alpukat, duku,
sawo, mangga,
43
Kemiringan
Lahan
0 2%
Bergelombang
Berbukit
Berbukit
Bergunung
Sumber: DPU (2007)
2 15%
15 40%
> 40%
Wilayah
Kecamatan Sawangan
Meliputi kesemua kecamatan, dengan
persentase terbesar 55% dari keseluruhan
wilayah
Kecamatan Pakis, Sawangan dan
sebagian kecil Kecamatan Dukun
Kecamatan Ngablak, Pakis, Sawangan,
dan Dukun
44
45
Tabel 7 Aspek Data, Potensi, Kendala, dan Solusi Agrowisata Kawasan Agropolitan
Analisis
Data
Konsep
Potensi
Kendala
Analisis Umum
1. Faktor Utama Agrowisata
A Letak, Luas dan Batas
Letak tapak strategis
Membuat kawasan
Tapak
di jalur wisata Soloagrowisata dengan
Selo-Borobudur,
optimalisasi pada potensi
serta dilalui jalur
alam dan pertanian
penghubung antara
ibukota provinsi
DIY dengan Jawa
Tengah
Lokasi memiliki
pemandangan alam
pertanian dan
pegunungan yang
menarik
B Tata Guna Lahan
Pemanfaatan lahan
Menciptakan zonasi
terbesar untuk hutan
berdasarkan jenis kegiatan
dan pertanian
C Ketinggian, Topografi
dan Kemiringan Tapak
Topografi bervariasi
Terdapat daerah
dengan danger
signal yaitu area
dengan kemiringan
>45%
Menciptakan atraksi
Solusi
Pengembangan potensi
alam tapak sebagai kawasan
agrowisata yang menjadi
rangkaian agrowisata dalam
kawasan agropolitan,
melengkapi alternatif wisata
pada jalur Solo-SeloBorobudur
46
Data
Analisis
Potensi
Komoditi pertanian
dan peternakan serta
kegiatan pengolahan
dan home industry
E Aksesibilitas dan
Sistem Transportasi
Tapak mudah
dijangkau dengan
kondisi jalan sesuai
criteria agropolitan
Besarnya perhatian
pemerintah baik
provinsi maupun
kabupaten dalam
pengembangan
kawasan
Sudah adanya
gerbang penanda
kawasan
F Fasilitas Agrowisata
Kendala
Analisis Umum
Pemanfaatan potensi
belum maksimal dan
aktivitas yang
terbatas
Konsep
Solusi
Pengembangan ruang
sesuai potensi serta
menambah keragaman
aktivitas dan atraksi
Fasilitas mengakomodasi
kebutuhan wisatawan
Pengembangan fasilitas
dalam kawasan agar tidak
sesuai dengan tujuan
perencanaan agrowisata
Memberikan informasi
terpadu kepada pengunjung
tanpa mengorbankan aspek
keindahan
47
Data
H View
Analisis
Potensi
Kawasan memiliki
potensi view yang
sangat baik karena
didukung oleh alam
sekitar yang asri dan
memiliki nilai visual
tinggi
Kendala
Analisis Umum
Konsep
Pemanfaatan view untuk
menarik minat pengunjung
dan mengarahkan pada
kunjungan ke atraksiatraksi agrowisata
Solusi
Membuat peraturan yang
membatasi praktik
pembangunan yang tidak
memperhatikan keindahan
lingkungan
Melakukan usaha
konservasi tanah
Pengembangan agrowisata
memanfaatkan iklim
48
Data
Analisis
Potensi
Kendala
Konsep
Solusi
B Aspek Pengelola
Kawasan Agrowisata
Sudah ada lembaga
yang menjadi
pengelola kawasan
dan pelaksana harian
Peruntukan ruang
sesuai dengan
RTRW Kabupaten
Magelang
Pengelolaan melibatkan
masyarakat dan
berorientasi pada
kepuasan pengunjung
Mempertahankan dan
meningkatkan kualitas
pengelolaan dan pelayanan
Mempertahankan fungsi
kawasan sesuai peruntukan
lahan dalam RTRW
Kabupaten Magelang
49
50
: Desa Pogalan
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
: Desa Wulunggunung
Sebelah Timur
: Gunung Merbabu
Kawasan
Pengembangan
51
Dari lima dusun yang ada di Desa Banyuroto yaitu Dusun Banyuroto,
Dusun Grintingan, Dusun Kenayan, Dusun, Sobleman, dan Dusun Suwanting
dilakukan pengamatan dan analisis berdasarkan kriteria penilainan yaitu aspek
aksesibilitas, sarana dan prasarana, produktivitas pertanian dan potensi lain yang
ada. Selengkapnya hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 8.
52
Aksesibilitas
Terletak pada jalan poros
utama, lebar jalan 5-6 m
Dsn. Banyuroto*
Dsn. Grintingan
Dsn. Kenayan
Dsn. Suwanting**
Dsn. Sobleman
Keterangan :
*
**
Produksi
Pertanian
Sayuran,
buah-buahan,
peternakan (daging)
Sayuran,
buah-buahan,
peternakan (daging)
Sayuran,
buah-buahan,
peternakan (daging)
Sayuran,
buah-buahan,
peternakan (daging)
Sayuran,
buah-buahan,
peternakan (daging)
Potensi Lain
Memiliki kelompok
pengusaha kecil yang
melakukan usaha
pengolahan produk
pertanian
53
2. Pemukiman
3. Rumput
Luas
Fungsi
Ha
291,0
51,6
92,6
4. Sawah
tadah hujan
273,6
5. Lain-lain*
50,0
Usulan
Pengembangan
dan alokasi
ruang
Ruang
Konservasi
Ruang
Masyarakat
Ruang
Penunjang
Agrowisata
Ruang
Konservasi
Ruang
Agrowisata
(Atraksi)
Ruang
Penyangga
54
55
2%
4%
BELUKAR/SEMAK
KEBUN
36%
39%
PEMUKIMAN
RUMPUT
SAWAH IRIGASI
SAWAH TADAH HUJAN
0%
12%
7%
TEGALAN
56
57
58
dominan, akan tetapi posisinya semakin tergusur karena pembukaan lahan yang
masih terus berlangsung. Areal hutan yang ada sekarang ini membatasi antara
areal pertanian atau berada pada tepian suatu areal pertanian yang besar.
Tabel 10 Tabel Luasan Lahan Berdasarkan Kemiringan
Kemiringan
08 %
815 %
1525 %
2545 %
> 45 %
Jumlah
Luas (Ha)
213,8
226,1
69,8
230,9
18,7
759,3
3%
28%
30%
0- 8 %
8- 15 %
9%
30%
15- 25 %
25- 45 %
>45 %
59
Jenis Kesesuaian
60
fasilitas mengingat tingkat bahaya yang tinggi, akan tetapi dapat dialokasikan
sebagai area konservasi.
61
62
63
tergantung pada pasokan bahan baku). Belum adanya fasilitas yang memadai
seperti toilet, mushola dan rumah makan menjadi kendala tersendiri.
Komoditas sayuran merupakan salah satu produk unggulan kawasan, dan
telah dipasarkan secara luas terutama dalam jejaring agropolitan. Pemasaran
meliputi STA Soropadan dan STA setempat (Sewukan dan Grabag). Jenis
tanaman sayuran yang banyak dibudidayakan adalak kentang, kubis, bawang daun
dan cabai. Sampai saat ini belum ada usaha untuk melakukan pengolahan.
Untuk agrowisata sayuran belum ada masyarakat yang mengusahakan
secara khusus. Melainkan masih bergabung dengan agrowisata buah strawberry.
64
Hal ini sesuai dengan perkembangan kebutuhan energi sekarang ini, dimana
masyarakat dituntut untuk kreatif menggunakan bahan-bahan yang tersedia untuk
mengatasi krisis energi dan kelangkaan bahan bakar minyak.
Atraksi pengolahan merupakan kelanjutan dari pengembangan yang
direncanakan oleh komisi agrowisata. Dimana dalam waktu dekat akan dibangun
suatu pusat pengolahan produk pertanian. Sekarang ini persiapan yang dilakukan
sudah sampai pada tahap penyediaan sarana pengolahan diantaranya mesin
sealing, mesin untuk packaging, dan mesin untuk membuat selai. Semua peralatan
diatas merupakan bantuan dari pemerintah baik melalui dinas teknis maupun
BPTP sebagai pembina.
Usaha pengolahan produk-produk pertanian akan memberikan nilai
tambah terhadap komoditas pertanian kawasan, yang juga berperan dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain itu, usaha pengolahan juga
mendukung kegiatan wisata pasif. Hasil pengolahan produk dapat pula dijual
sebagai oleh-oleh, sehingga memudahkan wisatawan untuk mandapatkan oleholeh. Wisatawan juga dapat melihat dan terlibat langsung dalam proses
pengolahan, mulai dari datangnya pasokan bahan baku hingga sudah berupa
produk yang siap dikonsumsi.
Tabel 13 Analisis Atraksi, Potensi, Kendala dan Solusi Pengembangan
Objek dan Atraksi
Wisata
1. Sub-zona Inti
2. Sub-zona Buahbuahan
Solusi
65
4. Sub-zona
Peternakan
5. Sub-zona
Pengolahan
Solusi
Memanfaatkan potensi
dengan mengembangkan
pada beberapa titik lokasi
Mengembangkan
aktivitas agrowisata aktif
yang meliputi rangkaian
tahap produksi hingga
pengolahan
Penyediaan fasilitas yang
mendukung konsep
agrowisata
Memanfaatkan potensi
dengan mengembangkan
dari usaha peternakan
yang ada
Penyediaan fasilitas yang
mendukung konsep
agrowisata
Memanfaatkan potensi
untuk menghasilkan
produk yang lebih
beragam dan berkualitas
Menyajikan proses
pengolahan sebagai
bagian dari atraksi
agrowisata dalam
kawasan
Zonasi Ruang
a. Display
b.Ruang
penyambutan
dan pelayanan
agrowisata
Aktivitas
Pengamatan ragam
tanaman sayur, buah,
peternakan dengan
segala
aktivitasnya(display)
Pengamatan inovasi
teknologi dan
prakteknya
Memperoleh
informasi umum
tentang kawasan
Menikmati suasana,
istirahat
66
No Zona Atraksi
Tujuan
Zonasi Ruang
2. Sub-zona
Mengenal
a. Kebun
tanaman
keragaman
sayuran
sayuran
tanaman
b.Ruang
sayuran,
penyambutan
mengamati
dan pelayanan
proses produksi
agrowisata
( pembibitan
sampai
pengolahan
produk segar)
3.
Sub-zona
tanaman
buah
4.
Sub-zona
Peternakan
5.
Sub-zona
Pengolahan
Mengenal
keragaman
tanaman buah,
mengamati dan
mempelajari
proses dan
teknik produksi
mulai dari
pembibitan
sampai
pengolahan
produk segar
Mengamati dan
mempelajari
proses dan
aktivitas
peternakan
a. Kebun Buah
b.Ruang
penyambutan
dan pelayanan
agrowisata
a. Ruang
budidaya
b.Ruang
penyambutan
dan pelayanan
agrowisata
Aktivitas
Pengamatan ragam
tanaman sayuran
Turut dalam
rangkaian proses
produksi sayuran dan
menikmati hasil
olahan segar
Jalan santai,
menikmati
pemandangan,
istirahat
Pengamatan ragam
tanaman buah
Turut dalam
rangkaian proses
produksi buah dan
menikmati hasil
olahan segar
Jalan santai,
menikmati
pemandangan,
istirahat
Pengamatan aktivitas
peternakan
Turut dalam
rangkaian proses dan
aktivitas peternakan
Jalan santai,
menikmati
pemandangan,
istirahat
Pengamatan proses
pengolahan
Turut dalam
rangkaian proses
pengolahan mulai
datangnya bahan
baku sampai hasil
Menikmati hasil
olahan dari semua
jenis produk
kawasan
67
68
dalam kondisi yang baik (kelas III), sedangkan jalan desa sebagian besar masih
makadam dengan lebar jalan 3-4 meter. Kondisi jalan yang sesuai untuk wisata
disesuaikan dengan kebutuhan yaitu memiliki lebar jalan 5,5 - 6,5 m, sedangkan
untuk kegiatan produksi minimum 7,5 m (Harris and Dines, 1988 dalam Susanto,
2007). Dengan mengacu pada standar diatas maka jalan desa belum memenuhi
syarat sebagai jalur wisata maupun jalur produksi, padahal sebagian besar jalur
sirkulasi primer terdiri atas jalan desa. Jalan setapak menghubungkan Dusun
Sobleman dengan Dusun Suwanting.
Kawasan yang akan dikembangkan memiliki dua akses masuk berupa
jalan provinsi. Yang pertama adalah akses utama yang ditandai dengan sebuah
gapura penanda Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu, merupakan akses untuk
wisatawan yang datang dari arah selatan (Kota Yogyakarta, Kota Mungkid dan
Kabupaten Boyolali). Secara teknis tidak ada kesulitan berarti untuk mencapai
pintu akses ini, jalanan cukup lebar meskipun menanjak dan kondisinya cukup
baik meskipun ada lubang di beberapa titik. Akses masuk yang kedua adalah
akses masuk untuk wisatawan yang datang dari arah utara (Salatiga, Ungaran,
Semarang). Untuk akses kedua inipun tidak ada kesulitan untuk mencapainya.
Gambaran tentang jalur akses dan jenis jalan dapat dilihat pada Gambar 29.
Akses pertama dipertahankan karena sudah cukup representatif mewakili
citra kawasan sebagai daerah pertanian, hal ini penting untuk menciptakan kesan
awal bagi wisatawan. Selain itu akses pertama juga dekat dengan zona pelayanan
yang direncanakan. Secara konsep jalur masyarakat dan jalur wisatawan terpisah,
akan tetapi pada tapak terdapat ruas jalan yang dipakai untuk dua jalur sekaligus
hal ini untuk menciptakan dan menguatkan kesan masyarakat pertanian sedangkan
jalur yang dibedakan dengan maksud untuk menghindari konflik yang mungkin
terjadi.
Tabel 15 Analisis Jalan Kawasan Agrowisata
Kondisi Jalan
1. Akses masuk
dan jalur
wisatawan
69
Kondisi Jalan
2. Badan jalan
3. Pohon
pelindung
jalan
4. Fasilitas jalan
70
71
72
73
74
belum terlihat adanya usaha untuk membangun karakter tapak sebagai kawasan
agrowisata, hal ini terlihat dari pemilihan material maupun desain arsitektural.
Upaya peningkatan dan pemerataan fasilitas mendesak untuk dilakukan
sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada
wisatawan. Selain itu juga perlu diperhatikan dalam pemilihan material dan desain
bangunan. Bentuk dan pola tradisional serta penggunaan material lokal akan dapat
memperkuat nuansa perdesaan dan karakter serta konsep agrowisata pada tapak.
Selanjutnya proses perencanaan dilanjutkan dengan pengembangan fasilitas yang
disesuaikan dengan aktivitas yang dikembangkan pada masing-masing zona.
Fasilitas dikembangkan untuk mendukung aktivitas agrowisata aktif dan
pasif. Fasilitas untuk aktivitas agrowisata aktif menekankan dari segi fungsi,
sedangkan untuk aktivitas agrowisata pasif penekanan pada segi kenyamanan dan
estetika. Pengembangan fasilitas yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Analisis Fasilitas Wisata Kawasan Agrowisata
Ruang
Aktivitas
A. Zona Agrowisata
1. Zona Atraksi Agrowisata
a. Sub zona
Mengamati beragam jenis
atraksi Inti
tanaman sayuran dan
Mengunjungi dan mengamati
budidaya tanaman di lath house
Mengamati aktivitas budidaya
tanaman dan peternakan*
Mengamati sarana dan proses
pengolahan limbah kotoran ternak
menjadi biogas
Memasak dengan kompor biogas
b. Sub zona
Mengamati beragam jenis
Tanaman
tanaman sayuran
sayuran
Mengikuti proses budidaya
tanaman sayuran mulai
pembibitan, panen dan pasca
panen, hingga menikmati hasil
panen
Horti walk, menikmati
pemandangan dan suasana tapak,
photo hunting, berbelanja
Mengolah sayuran menjadi
makanan
Fasilitas
75
Ruang
c. Sub zona
Tanaman
buah
d. Sub zona
Pengolahan
Aktivitas
Pengamatan dan berbelanja
tanaman strawberry*
Mengikuti proses budidaya
tanaman strawberry mulai
pembibitan, panen dan pasca
panen, menikmati hasil panen
Jalan santai, menikmati
pemandangan dan suasana tapak,
photo hunting, memetik
strawberry
Mengamati proses pengolahan
aneka produk sayuran dan
strawberry dan berbelanja produk
olahan
Fasilitas
Kebun
strawberry*,
pembibitan,
lahan
percobaan,
jalan
setapak, gazebo/ saung,
tempat duduk, dan area
parkir
Bangunan untuk
kegiatan pasca panen,
kios penjualan produk
olahan, rumah makan
tradisional, , area parkir
e. Sub zona
Pengamatan proses pembuatan
Bangunan kandang*,
Peternakan
biogas dari kotoran sapi, mencoba instalasi biogas*,
sendiri menggunakan kompor
kompor biogas*,
biogas
tempat duduk, ruang
informasi, interpreter
Mengikuti proses budidaya
ternak sapi potong (pemeliharaan) dan guide, area parkir*
Jalan santai, menikmati
pemandangan dan suasana tapak,
photo hunting, berbelanja
2. Zona Penunjang Agrowisata
Kantor pusat informasi,
a. Zona
Mencari informasi tentang
ruang tunggu, penyedia
Pelayanan
kawasan, menentukan
jasa guide dan interpreter,
touring plan
area parkir
Beristirahat
b. Zona
Berkendara, berjalan
Gapura, jalan, trotoar,
Penerimaan
rambu-rambu
c. Zona
Menikmati pemandangan dan
Gazebo terbuka, open
Penghubung suasana, photo hunting
space, area parkir
d. Zona
Mengamati aktivitas
Jalan, home industry
masyarakat
masyarakat mengolah hasil
pertanian
Mengunjungi home industry
B. Zona Non Agrowisata
1. Zona
Konservasi
2. Zona
Penyangga
Sumber : Halida (2006) dan hasil analisis
Keterangan : * Aktivitas dan fasilitas yang telah ada
76
untuk keberhasilan sebuah usaha agrowisata. Harus ada usaha promosi yang lebih
informatif, agar kawasan tersebut dikenal dan didatangi oleh wisatawan baik
domestik maupun mancanegara.
Tabel 17 Analisis informasi kawasan agrowisata
Bentuk Informasi
1. Informasi Kawasan
2. Pusat Informasi
3. Papan Petunjuk
Fasilitas
Gerbang penanda dan
identitas kawasan*
-
Lokasi
Pintu masuk kawasan
agrowisata
-
77
5.2.1.1.9 View
Kawasan ini memiliki daya tarik visual sangat baik, posisinya strategis
sehingga memungkinkan untuk melihat pemandangan lembah dan gunung dari
titik pandang yang baik. Panorama alam yang indah ini juga didukung oleh iklim
yang sejuk khas pegunungan, sangat potensial untuk menarik wisatawan. Peta
view dapat dilihat pada Gambar 34.
Latar belakang pemandangan berupa Gunung Merapi, Gunung Merbabu,
Gunung Sumbing, Gunung Sindoro serta pegunungan Menoreh. Selain itu masih
ada hamparan
kebun
sayuran yang
lembah dan
78
79
80
5.2.1.2.1.2 Iklim
Dengan berpedoman pada klasifikasi iklim Oldeman kawasan ini
termasuk dalam zona agroklimat D2 dengan 7-9 bulan basah dan 2-4 bulan kering
(BPTP, hasil wawancara). Bila dilihat dari skala ketinggiannya yaitu 1200-2300
meter dpl dan berpedoman pada klasifikasi iklim menurut Junghuhn maka
kawasan ini terbagi menjadi dua tipe iklim. Yaitu :
81
82
1. Daerah Sedang
Ketinggian tempat 600 - 1500 m dari permukaan laut. Suhu 22 -17,1C.
Jenis tanamannya yang sesuai seperti padi, tembakau, teh, kopi, cokelat,
kina, dan sayur-sayuran.
2. Daerah sejuk
Ketinggian tempat 1500 - 2500 m dari permukaan laut. Suhu 17,1 11,1C. Tanaman yang dapat tumbuh optimal seperti teh, kopi, kina, dan
sayur-sayuran.
Pada bulan Desember-Maret, kawasan ini mengalami surplus supply air.
Sedangkan pada bulan April-Oktober mengalami defisit supply air (musim
kemarau). Untuk mengatasi masalah ini masyarakat menggunakan pompa listrik
secara kolektif, baik untuk
Pembangunan
kebutuhan rumah
tangga
maupun
pertanian.
83
84
85
Lembaga Pendukung:
- BPTP Jateng
- Dinas Teknis Kab.
Magelang
- UPPD Banyuroto
- KTNA Banyuroto
Manajer Saprotan
Div.Sayuran
Div.
Strawberry
Administrasi
Manajer Produksi
Div.Bunga
Potong
Keuangan
Manajer Simpan
Pinjam
Div.
Pengolahan
Div. Ternak
86
Kabupaten Magelang,
87
1996
1997
1998
1999
JANUARY
353,867
376,848
387,305
360,051
FEBRUARY
379,352
398,432
348,520
358,857
MARCH
420,705
460,514
364,912
413,740
APRIL
410,724
400,351
380,825
369,520
MAY
400,330
413,533
312,397
361,200
JUNE
432,835
461,250
320,716
372,293
JULY
447,361
482,525
394,754
AUGUST
460,569
486,334
451,480
SEPTEMBER
401,483
455,932
OCTOBER
405,940
NOVEMBER
DECEMBER
JAN - DEC
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
356,090
395,511
372,678
340,972
426,465
417,237
363,808
397,548
372,743
392,683
355,345
379,614
382,614
326,796
413,502
427,878
449,151
353,877
410,128
419,390
385,802
408,239
423,268
409,802
249,491
383,693
405,952
401,374
454,259
444,173
268,959
434,792
419,747
409,058
424,277
474,527
454,029
371,642
477,017
448,593
440,139
463,168
464,278
478,515
486,749
431,512
488,096
483,681
442,457
433,760
455,967
487,169
503,447
441,144
519,615
474,235
422,939
411,236
416,529
457,683
470,667
461,135
411,791
466,500
464,957
407,433
398,731
430,988
388,256
448,696
391,119
382,004
424,965
449,865
342,605
362,634
432,214
399,054
387,109
400,483
439,905
388,739
318,442
372,261
392,821
342,119
437,370
489,092
451,739
416,174
389,663
427,558
389,225
359,107
445,062
492,559
400,971
471,541
5,034,472
5,185,243
4,606,416
4,727,520
5,064,217
5,153,620
5,033,400
4,467,021
5,321,165
5,002,101
4,871,351
370,42
peningkatan jumlah kunjungan yang terjadi pada bulan Juni, Juli dan
88
2000 2001
21.77 38.19
10.96 16.62
8.19 9.71
10.36 12.60
4.68 7.83
3.27 0.51
10.14 2.88
5.31 2.36
7.66 4.02
2002
34.29
16.54
7.04
14.31
5.58
2.66
3.69
2.38
5.88
2003 2004
41.97 39.32
19.24 19.09
6.06 7.82
12.32 13.30
4.33 3.73
0.67 0.89
3.91 3.43
2.01 2.02
4.91 4.99
2005 2006
38.48 45.14
19.33 20.01
7.83 6.46
12.92 13.01
3.67 4.04
0.67 0.61
3.40 3.57
1.84 1.28
4.56 3.34
4.66
0.97
1.13
1.19
1.07
1.10
1.01
3.83
3.67
5.50
0.31
0.08
3.92
0.25
0.22
6.02
0.54
0.34
2.51
0.51
0.27
3.58
0.42
0.26
5.52
0.31
0.14
1.08
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa terjadi trend kenaikan presentase
pembelanjaan untuk pos akomodasi, serta pos makanan dan minuman. Sedangkan
trend yang tidak mengalami perubahan yang mencolok adalah presentase
pembelanjaan untuk pos suvenir, kegiatan belanja, transportasi lokal, dan hiburan.
Sedangkan presentase pembelanjaan untuk pos selain yang tersebut diatas
cenderung mengalami penurunan. Yaitu untuk pos paket tur lokal, penerbangan
domestik, melihat-lihat, jasa guide, dan pendidikan. Dari data diatas, presentase
pembelanjaan yang cenderung meningkat dan tidak berubah merupakan bidang
89
Variabel
Waktu kunjungan
Jarak Perjalanan
Hasil
Bulan Mei 2008
10
Jumlah
0
Yogyakarta
45
Sleman
39
Ungaran
40
Banyuroto
0
(km)
Durasi
Tujuan
Model
Transportasi
6.
Belanja
< 2 jam
Rekreasi, touring / sightseeing
Kategori
Jumlah
Mobil Box
1
Mobil Pribadi
1
Sepeda Motor
5
Angkutan Umum
0
Rp. 5.000 - Rp. 25.000
Persentase
0,1428571
0,1428571
0,7142857
0
90
Variabel
Umur
2.
Jenis Kelamin
3.
Pendidikan
4.
Pekerjaan
Kategori
<6
6-15
15-21
> 21
Perempuan
Laki-laki
SD
SLTP
SLTA
Perguruan Tinggi
Pelajar
Wiraswasta
Karyawan
Lainnya
Jumlah
1
2
9
6
8
10
1
2
7
8
12
3
1
2
Persentase (%)
0,05
0,11
0,5
0,33
0,44
0,55
0,05
0,11
0,39
0,44
0,67
0,17
0,05
0,111
91
DEMAND
People in origins with interest in
and with the ability to travel
SUPPLY
Physical and program
development
for tourist in destination area
Gambar 41 Permintaan dan Penawaran Wisata
Sumber: Gunn (1997)
Dalam kasus pengembangan agrowisata di dalam kawasan agropolitan
yang berbasis pertanian, penawaran yang potensial berlimpah tetapi memerlukan
pengaturan dan inovasi sehingga dapat menarik wisatawan. Sedangkan
permintaan dapat ditinjau dari arah pemasaran produk, karena produk kawasan
inilah yang dikenal pertama kali dan merupakan media promosi pertama kepada
konsumen yaitu berupa sayuran dan buah. Dengan melihat kecenderungan
tersebut, maka permintaan terhadap agrowisata diharapkan datang dari Kota
Magelang, Yogyakarta, Semarang, dan Salatiga.
Menurut Gunn (1997), cara yang penting dalam melihat pasar perjalanan
adalah dengan mengenali dinamikanya. Pasar berubah: oleh karena itu, setiap
tahun pengembang pariwisata perlu mengenali tren. Hal ini menekankan
pentingnya suatu pengelola kawasan wisata umumnya, termasuk di dalamnya
agrowisata untuk selalu mengetahui perkembangan tren wisata.
Gunn (1997), juga menyebutkan bahwa sekarang ini terdapat
kecenderungan bahwa wisatawan bukan hanya ingin menikmati keindahan suatu
objek tetapi juga sekaligus ingin mengetahui proses-proses yang ada dan
bagaimana sesuatu terjadi. Hal ini seharusnya menjadi pertimbangan bagi
pengembang kawasan wisata untuk lebih memberi perhatian terhadap penyediaan
jasa interpreter dan penyediaan informasi.
92
5.2.2 Sintesis
Dengan berdasarkan pada analisis data berupa analisis umum yang
mencakup analisis faktor utama dan penunjang agrowisata serta analisis
penunjang berupa analisis permintaan dan penawaran agrowisata dan analisis
trend, telah dapat diidentifikasi potensi dan kendala dari masing-masing faktor
tersebut. Tahapan selanjutnya adalah tahapan penyesuaian terhadap konsep dan
tujuan perencanaan. Untuk itu sintesis dapat dilihat pada Tabel 22 yang
memperlihatkan potensi serta kendala yang dijumpai beserta solusi yang dapat
ditawarkan sesuai dengan konsep dan tujuan perencanaan.
Kawasan agrowisata terbagi menjadi dua zona yaitu zona agrowisata dan
zona penyangga. Zona agrowisata berdasarkan jenis aktivitas yang diakomodasi
terbagi menjadi dua yaitu zona atraksi dan zona penunjang agrowisata, Zona
atraksi dibagi lagi ke dalam lima sub zona yaitu sub zona inti, sub zona tanaman
sayuran, sub zona tanaman buah, sub zona pengolahan dan sub zona peternakan.
Zona penunjang agrowisata dibagi menjadi zona pelayanan, zona transportasi dan
akses serta zona penghubung. Sedangkan zona penyangga berfungsi untuk
mendukung usaha konservasi kawasan.
Aktivitas dalam masing-masing sub zona dikembangkan berdasarkan
sejauh mana partisipasi wisatawan dalam aktivitas pertanian. Fasilitas yang ada
dikembangkan berdasarkan tingkat kebutuhan wisatawan dan jenis aktivitas yang
ada pada masing-masing zona. Tujuan dan konsep agrowisata diwujudkan dalam
bentuk general block plan dan block plan kawasan, seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 42 dan Gambar 43.
93
Tabel 22 Aspek Data, Potensi, Kendala, dan Solusi Pada Kawasan Agrowisata
Analisis
Data
Konsep
Potensi
Kendala
Analisis Umum
1. Faktor Utama Agrowisata
A Letak, Luas dan Batas
Letak tapak strategis
Membuat kawasan
Tapak
di jalur wisata Soloagrowisata dengan
Selo-Borobudur,
optimalisasi pada potensi
serta dilalui jalur
alam pertanian
penghubung antara
ibukota provinsi
DIY dengan Jawa
Tengah
Lokasi memiliki
pemandangan alam
pertanian dan
pegunungan yang
menarik
B Tata Guna Lahan
Pemanfaatan lahan
Pola yang ada
Menciptakan zonasi
terbesar untuk
mengikuti sistem
berdasarkan jenis kegiatan:
pertanian lahan
produksi pertanian,
zona atraksi, zona
kering (sawah tadah
kurang sesuai
pelayanan, zona
hujan)
dengan tujuan
transportasi dan akses,
agrowisata
zona penghubung, zona
masyarakat dan zona
penyangga
Solusi
Pengembangan potensi
alam tapak sebagai kawasan
agrowisata, melengkapi
alternative wisata pada jalur
Solo-Selo-Borobudur
94
Data
C Ketinggian, Topografi
dan Kemiringan Tapak
F Fasilitas Agrowisata
Analisis
Potensi
Topografi bervariasi
dengan dominasi
bentukan lereng
yang membuka view
kearah lanskap di
sekitarnya
Komoditi pertanian
dan ragamnya serta
kegiatan pengolahan
dan home industry
Tapak mudah
dijangkau dengan
kondisi jalan dan
sarana penunjangnya
yang memadai
Besarnya perhatian
pemerintah baik
provinsi maupun
kabupaten dalam
pengembangan
kawasan
Kendala
Terdapat daerah
dengan danger
signal (daerah rawan
letusan gunung
berapi serta daerah
dengan kemiringan
>45%)
Pemanfaatan potensi
belum maksimal dan
aktivitas yang
terbatas
Tidak adanya
angkutan umum yang
melintasi kawasan
dengan frekuensi
yang stabil
Penempatan yang
kurang tepat dapat
mengakibatkan
penurunan kualitas
agrowisata yang akan
dibangun
Konsep
Menciptakan atraksi
menarik dari potensi view
kawasan
Pengembangan ruang
sesuai potensi serta
menambah keragaman
aktivitas dan atraksi
Kawasan Agrowisata yang
mudah dicapai
Solusi
Memanfaatkan view yang
ada dengan menyediakan
sarana dan lokasi viewing
95
Data
G Informasi dan Promosi
Agrowisata
Analisis
Potensi
Sudah adanya
gerbang penanda
kawasan
H View
Kawasan memiliki
potensi view yang
sangat baik didukung
oleh alam sekitar
yang memiliki nilai
visual tinggi
2. Faktor Pendukung Agrowisata
A Aspek Fisik
B Aspek Pengelola Kawasan Agrowisata
1.Pengelolaan
Sudah ada lembaga
pengelola kawasan
dan pelaksana
harian
2. Rencana Tata
Peruntukan ruang
Ruang Wilayah
sesuai dengan
(RTRW)
RTRW Kabupaten
Magelang
Kendala
Pembangunan yang
kurang
memperhatikan
pentingnya
melindungi potensi
view
Pengelola
bukan pegawai
tetap, hanya
pekerjaan di
samping
pertanian
Konsep
Solusi
Memberikan informasi
terpadu kepada pengunjung
tanpa mengorbankan aspek
keindahan
Menggunakan
kecenderungan pemakaian
peta dan informasi secara
langsung pada pengunjung,
serta mengurangi
penggunaan papan
informasi kecuali untuk
tanda bahaya
Membuat peraturan yang
membatasi praktik
pembangunan yang tidak
memperhatikan keindahan
lingkungan
Pengelolaan
melibatkan
masyarakat dan
berorientasi pada
kepuasan
pengunjung
Mempertahankan dan
meningkatkan kualitas
pengelolaan dan pelayanan
Mempertahankan fungsi
kawasan sesuai peruntukan
lahan dalam RTRW
Kabupaten Magelang
96
Data
1 Analisis Wisata Umum
2 Analisis Wisata
Khusus (Spesifik
Tapak)
3 Analisis Permintaan
dan Penawaran
Agrowisata
4 Analisis Trend
Analisis
Potensi
Pengunjung cukup
beragam
Penawaran yang
potensial berlimpah
Permintaan terhadap
agrowisata
diharapkan datang
dari Kota Magelang,
Yogyakarta,
Semarang, dan
Salatiga (pasar)
Tren dimana
wisatawan bukan
hanya menikmati
keindahan suatu
objek tetapi ingin
mengetahui proses
dan bagaimana
sesuatu terjadi
Kendala
Analisis Wisata
Jumlah kurang
Konsep
Solusi
Aktivitas agrowisata di
rencanakan dapat
mengakomodasi kebutuhan
pengunjung
Memaksimalkan
permintaan melalui
promosi produk dan
penawaran dengan
melakukan penataan
Mengembangkan aktivitas
yang melibatkan
wisatawan dalam proses
produksi pertanian
Inovasi mengembangkan
aktivitas dari kegiatan
pertanian yang telah ada
97
98
99
Mengikuti konsep zonasi model area tujuan wisata. Zona ini merupakan
ruang atraksi utama yang menampilkan objek-objek agrowisata. Zona ini
kemudian dibagi lagi menjadi lima sub-zona berdasarkan objek yang ditawarkan.
Sub-zona tersebut adalah sub-zona inti, sub-zona tanaman sayuran, sub-zona
tanaman buah, sub-zona pengolahan dan sub-zona peternakan.
Sub-zona
Agrowisata
Buah-buahan
Sub-zona
Agrowisata
Sayuran
Sub-zona Inti
Dsn. Banyuroto
(Display, miniatur)
Sub-zona
Agrowisata
Peternakan
Sub-zona
Agrowisata
Pengolahan
100
101
maupun produk peternakan. Selain itu pada sub-zona ini wisatawan dapat
menikmati dan membeli hasil olahan produk pertanian dari keseluruhan kawasan
sebagai buah tangan. Pada sub-zona ini terdapat pusat oleh-oleh dan juga restoran
yang menyediakan menu dari hasil tanaman dan peternakan dalam kawasan
agrowisata.
2. Zona Penunjang Agrowisata
a. Zona Penerimaan
Fungsi utama zona penerimaan adalah sebagai penanda suatu kawasan
dan sekaligus memberikan kesan dan identitas suatu kawasan. Dalam hal ini zona
penerimaan terletak pada pintu akses 1 dari arah Selatan.
b. Zona Pelayanan (Service Community)
Zona pelayanan memiliki fungsi pokok untuk memberikan kemudahan
dan kenyamanan wisatawan dalam melaksanakan keseluruhan rangkaian aktivitas
wisata di dalam kawasan. Karena letak titik-titik atraksi yang cukup jauh satu
sama lain maka hal ini diantisipasi dengan melakukan penyebaran fasilitas
pelayanan. Akan tetapi tetap ada pusat pelayanan terpadu yang diletakkan pada
welcome area kompleks atraksi, hal ini untuk memudahkan wisatawan dalam
mengakses informasi kawasan secara keseluruhan dan membantu dalam
menentukan rute dan memilih atraksi apa yanga kan dikunjungi.
Jarak perjalanan wisatawan yang berasal dari dua akses masuk baik dari
arah Yogyakarta maupun dari arah Semarang dapat ditempuh dalam waktu kurang
dari dua jam, sehingga peletakkan stopping area/rest area dianggap belum perlu.
Wisatawan dapat beristirahat ketika berada di dalam kawasan.
Pada pusat pelayanan terpadu wisatawan dapat mengakses informasi rute
yang efektif untuk menikmati keseluruhan kawasan, atau memilih touring plan
yang akan diikuti dengan menyesuaikan pada ketersediaan waktu dan minat
wisatawan. Selain itu pada pusat pelayanan terpadu wisatawan dapat meminta
rekomendasi dan berkonsultasi dengan tour guide ataupun mendapatkan jasa
interpreter. Aktivitas yang dikembangkan pada pusat pelayanan terpadu ini
dinataranya aktivitas ibadah, makan dan minum, mendapatkan informasi dan jasa
interpreter, beristirahat dan bermalam. Untuk itu maka fasilitas yang disediakan
berupa tempat parkir, restoran atau warung makan, guest house, mushola, toilet
102
dan sarana peristirahatan seperti saung, gazebo dan bangku yang diletakkan pada
titik-titik strategis.
c. Zona Penghubung (Linkage Corridors)
Zona penghubung dapat disebut pula sebagai ruang transisi, dimana
terjadi pengarahan massa wisatawan untuk mengenal dan memperkenalkan
kompleks atraksi. Zona penghubung dimanfaatkan untuk memberi kesan positif
terhadap kawasan, penataan dan blocking bila perlu dilakukan untuk memberikan
suasana dan view terbaik bagi wisatawan.
Ruang transisi ini dapat berupa jajaran pemukiman penduduk dan
ladang-ladang sayuran. Aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas pasif
seperti berjalan, duduk dan menikmati pemandangan. Fasilitas berupa
pemberhentian atau rest area juga disediakan terutama untuk wisatawan yang
berjalan kaki ketika berkeliling kawasan, untuk itu juga disediakan trotoar untuk
memberikan kenyamanan dan keamanan untuk pejalan kaki.
d. Zona Masyarakat
Yaitu zona yang mewadahi kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar
baik itu yang bersifat produktif maupun rumah tangga. Masyarakat memiliki
budaya yang terbuka terhadap pengunjung akan tetapi penggunaan rumah
penduduk sebagai home stay tidak disarankan karena dikhawatirkan akan
menurunkan citra kawasan. Hal ini terutama berkaitan dengan masalah kebersihan
dan kerapihan. Menurut pengalaman dan pengamatan yang dilakukan masyarakat
Desa Banyuroto kurang memperhatikan masalah kebersihan. Aktivitas wisata
tidak dikembangkan secara intensif pada zona ini, meskipun kemungkinan
interaksi dengan masyarakat desa pertanian cukup menarik bagi wisatawan.
B. Zona Non Agrowisata
a. Zona Penyangga
Area pada zona penyangga berfungsi memisahkan antara zona dimana
terdapat aktivitas agrowisata dengan zona konservasi. Tata guna lahan pada zona
penyangga terdiri atas lahan pertanian, kebun dan pemukiman masyarakat.
103
b. Zona Konservasi
Area pada zona ini dikonservasi dalam artian tidak boleh dilakukan
pembangunan fasilitas dan tidak ada aktivitas agrowisata aktif di dalamnya. Hal
ini dimaksudkan untuk mempertahankan fungsi area sebagai daerah resapan air
dan berkaitan dengan fungsinya untuk konservasi tanah. Pembangunan di area ini
selain beresiko juga dikhawatirkan dapat mengganggu kestabilan kawasan secara
keseluruhan.Aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas pasif yang minimal
dan terbatas. Diantaranya jalan-jalan dan menikmati pemandangan, itupun
dilakukan pada nature trail atau jalur alami. Tidak ada penyediaan sarana jalan
maupun trotoar.
Dari kelima dusun yang terdapat dalam wilayah Desa Banyuroto, hanya
Dusun Suwanting yang tidak dikembangkan untuk atraksi agrowisata. Hal ini
disebabkan letaknya yang terisolasi sehingga apabila dipaksakan untuk menjadi
atraksi wisata akan membuat jalur wisatawan menjadi tidak efektif. Akan tetapi
Dusun Suwanting dialokasikan untuk zona penunjang agrowisata.
104
105
106
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Pengembangan Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu Kabupaten Magelang
dan khususnya Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan sebagai kawasan
agrowisata dalam Kawasan Agropolitan sesuai dengan potensi komoditi serta
alam pertanian dan suasana pegunungan yang dimilikinya.
2. Konsep perencanaan adalah menciptakan kawasan agrowisata berbasis
pendidikan dan penerapan teknologi pertanian, untuk meningkatkan apresiasi
terhadap bidang pertanian dan menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan
pertanian.
3. Aktivitas agrowisata yang bersifat rekreatif dan edukatif dibagi menjadi dua
berdasarkan tingkat keikutsertaan wisatawan dalam proses pertanian. Aktivitas
aktif menuntut partisipasi atau keterlibatan yang besar, sedangkan aktifitas
pasif dialokasikan untuk menikmati potensi view, alam pertanian serta suasana
pegunungan.
4. Rencana ruang serta pengembangan aktivitas dan fasilitas dalam kawasan
dihubungkan dengan jalur sirkulasi yang terbagi atas jalur wisatawan dan jalur
masyarakat. Pemisahan dilakukan untuk mengoptimalkan kualitas agrowisata
yang dinikmati wisatawan dan menghindari konflik kepentingan.
5. Rekomendasi pengembangan agrowisata di Kawasan Agropolitan MerapiMerbabu merupakan hasil analisis dan sintesis secara makro. Usaha
implementasi harus dimulai dengan analisis dan sintesis berskala mikro.
6. Hasil perencanaan lanskap berupa general block plan, block plan, dan rencana
lanskap (landscape plan) kegiatan agrowisata.
107
6.2 Saran
1. Perencanaan kawasan agrowisata merupakan upaya pengembangan dan tindak
lanjut dari pelaksanaan agropolitan, dengan cara memanfaatkan kondisi
pertanian dan alam yang ada untuk dikembangkan sehingga dapat diarahkan
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam kawasan.
2. Studi perencanaan agrowisata untuk keseluruhan Kawasan Aropolitan MerapiMerbabu perlu ditindak lanjuti dengan melakukan analisis dan sintesis dengan
pendekatan yang lebih mendalam.
3. Studi perencanaan kawasan agrowisata merupakan langkah perencanaan
makro dengan mekakukan identifikasi terhadap potensi ruang pertanian, untuk
itu dapat dilakukan perencanaan yang lebih detail terhadap ruang-ruang yang
telah direncanakan dalam perencanaan makro.
4. Produk untuk sampel perencanaan perlu dikembangkan dengan melalui
analisis yang lebih terperinci sehingga di dapatkan pola dan titik dari
penempatan aktivitas dan fasilitas yang direncanakan.
108
DAFTAR PUSTAKA
[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2004. Tata cara
Perencanaan Pengembangan Kawasan Untuk Percepatan Pembangunan
Daerah. Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal.
Jakarta: Bappenas. http://pu.net
Bri, Kristina. 2006. The Impact of Agrotourism on Agricultural Production.
(Proceedings from the First International Conference on Agriculture and
Rural Development). J of Central European Agriculture 2006;7:561.
[DKP] Pusat Pengelolaan Data dan Sistem Jaringan. Departemen Kebudayaan dan
Parwisata. 2007. Pendataan Profil Wisatawan Mancanegara. Jakarta.
(tidak dipublikasikan).
[DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 2006. Kawasan Agropolitan MerapiMerbabu STA Sewukan Kabupaten Magelang dan Profil Kawasan
Agropolitan Jawa Tengah. Jakarta: DPU (tidak dipublikasikan).
[DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 2007. Profil Kawasan Agropolitan Provinsi
Jawa Tengah. Jakarta: DPU (tidak dipublikasikan).
[DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 2007. Bantek Penyusunan Master Plan
Kawasan Agropolitan. Jakarta: DPU (tidak dipublikasikan).
[DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 2002. Buku Kompilasi Data Agropolitan
Kabupaten Magelang. Jakarta. (tidak dipublikasikan).
[DPU] Satuan Kerja Penyediaan Prasarana dan Sarana Agropolitan, Departemen
Pekerjaan Umum. 2008. Daftar Rencana Pembangunan Jangka
Menengah. Jakarta. (tidak dipublikasikan).
[DPU] Dinas Pekerjaan Umum. 2007. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
Tentang Penataan ruang. Jakarta: Dinas Pekerjaan Umum.
Iwan Setiajie Anugrah. 17 Maret 2003. Kunci-kunci Keberhasilan Pengembangan
Agropolitan. Tabloid Sinar Tani.
Gold, SM. 1980. Recreation Planning and Design. New York: Mc Graw Hill
Book Co.
Gunn, C.A., 1997. Vacationscape: Developing Tourist Area. United States of
America: Taylor & Francis.
109
110
2002.
Agrowisata
Meningkatkan
Pendapatan
Petani.
111
LAMPIRAN
Lampiran 1 Sifat Tanah Kawasan Agrowisata
No
Jenis Tanah
Sifat Tanah
1. Latosol
Dijumpai pada daerah CH>2000 mm/th, bulan
kering<3 bulan
Terbentuk dari bahan induk batu atau tufa volkan
Pada medan berombah hingga bergunung 10-1000
mdpl
Solum dalam (>1,5 m)
Berwarna merah hingga coklat
Tekstur liat, struktur lemah
Konsistensi gembur dan homogen
Tanah masam hingga agak masam
Kadar BO rendah
Keadaan hara sedang hingga lemah
Permeabilitas baik dan tahan erosi
2. Andosol
Dijumpai pada daerah dengan CH 2000 mm/th tanpa
bulan kering yang pasti
Terbentuk dari bahan induk tufa atau abu volkan
Pada medan datar, agak miring, bergelombang atau
dataran tinggi mulai dari 1000 mdpl
Solum agak tebal, berwarna hitam sampai kuning
Konsistensi gembur, tekstur kaya debu
Kaya bahan organic di lapisan permukaan
Fiksasi P tinggi, miskin N, P dan K, mineral liat
dominant alofan, permeabilitas sedang, peka erosi air
atau angin
Sumber : Tim Pusat Penelitian Tanah Bogor (Halida, 2006)
112
Ordo
1.
Alfisol
Sifat Penciri
Keterangan
dan mempunyai kejenuhan basa (berdasar jumlah kation) tinggi yaitu lebih dari
kedalaman 180 cm
35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di
horizon bawah ini berasal dari horizon di atasnya dan tercuci ke bawah bersama
dengan gerakan air. Tanah ini dulu termasuk tanah Mediteran Merah Kuning
sebagian. Latosol kadang-kadang juga podzolik Merah Kuning
2.
Andisol
3.
Aridisol
(sangat kering)
4.
Entisol
Tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam
perkembangan. Tidak ada horizon penciri lain kecuali epipedon ochrik, atau histik
jika tanah sangat lembek (ENT = Recent= baru). Tanah ini dulu disebut tanah
aluvial atau Regosol.
5.
Gelisol
Mempunyai sifat gelik (membeku Tanah yang selalu membeku karena suhu sangat dingin.
sepanjang tahun)
113
No
Ordo
Sifat Penciri
6.
Histosol
Keterangan
Tanah dengan kandungan bahan organic leih dari 20% atau C-Organik >12%
(tekstur pasir), atau bahan organiklebih dari 30% (C-Organik >18%)(tekstur liat).
Lapisan yang mengandung bahan organic tinggi tersebutte balnya lebih dari 40
cm. (Histos = jaringan). Tanah ini sehari-hari disebut tanah gambut, tanah organic
atau Organosol.
7.
Inceptisol
8.
Mollisol
Tanah yang mempunyai epipedon molik, yaitu epipedon yang tebalnya lebih dari
9.
Spodosol
Tanah dimana di horizon bawah terjadi penimbunan Fe dan Al oksida dan humus
(horizon spodik) sedang di lapisan atas terdapat horizon evuviasi (pencucian) yang
berwarna pucat (albic). Tanah ini dulu disebut tanah Podzol.
114
No
Ordo
10.
Oxisol
Sifat Penciri
-
Keterangan
Tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit (< 10%). Kandungan liat
tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation rendah. KTK (NH4 OAc)
16 cmol (+)/ kg liat dan KTK efektif (Jumlah basa +Al 12 cmol (+)/kg liat.
Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Di lapang tanah ini
menunjukkan batas-batas horizon yang tidak jelas. Tanah ini dulu disebut tanah
Latosol (umumnya Latosol Merah atau Merah Kekuningan), Lateritik atau juga
Podzolik Merah Kuning.
11.
Ultisol
bersifat masam, kejenuhan basa (jumlah kation) pada kedalaman 180 cm dari
kedalaman 180 cm
permukaan tanah kurang dari 35%. Tanah ini dulu disebut tanah Podzolik Merah
Kuning yang banyak terdapat di Indonesia. Kadang-kadang juga termasuk tanah
Latosol dan Hidromorf kelabu.
12.
Vertisol
Tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horizon,
mempunyai sifat mengembang dan mengerut (sifat vertik). Kalau kering tanah
mengerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras, kalau basah mengembang dan
lengket. Ditemukan bidang kilir (slicken side) dan struktur berbentuk baji. Tanah
ini dulu disebut tanah Grumosol atau Margalit.