Anda di halaman 1dari 18

STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN CENGKEH SEBAGAI AGROWISATA BERBASIS

MASYARAKAT DI PULAU OBI 1


KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
SINTHA DEWI WIDYA KUMALA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agrowisata atau wisata pertanian merupakan sebuah alternatif untuk

meningkatkan pendapatan dan menggali potensi ekonomi petani kecil dan

masyarakat pedesaan. Saat ini, agrowisata semakin dikembangkan sebagai bentuk

pelestarian lingkungan dan sumber daya lahan pertanian. Selain perkebunan

menjadi sektor ekonomi yang dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat,

perkebunan juga mampu menjadi daya tarik wisata bagi wisatawan. Wisatawan

tidak hanya dapat melihat hamparan perkebunan, namun juga dapat melihat proses

berkebun yang dilakukan oleh petani lokal. Bahkan tidak jarang beberapa

agrowisata melibatkan wisatawan dalam proses perkebunan yang ada sehingga

wisatawan dapat merasakan secara langsung kegiatan yang dilihat.

Pulau Obi merupakan salah satu daerah potensial di Indonesia bagian timur.

Letaknya yang berjauhan dari ibukota Indonesia menjadikan pulau ini belum

banyak dikenal oleh masyarakat secara luas. Pulau ini memiliki lima kecamatan

dan salah satu kecamatan yang paling potensial ialah Kecamatan Obi. Mayoritas

penduduk di pulau ini bekerja di sektor perkebunan khususnya perkebunan

cengkeh. Namun, kegiatan pariwisata belum menjadi prioritas utama di

Kecamatan Obi. Padahal, Kecamatan Obi memiliki potensi yang beragam seperti

keindahan pulau-pulau kecil yang menjadi daya tarik wisata alam, wisata budaya,

dan wisata minat khusus seperti agrowisata (Badan Pusat Statistik Halmahera

Selatan, 2014:59). Kegiatan pelatihan dari mahasiswa KKN PPM UGM 2014 dan
STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN CENGKEH SEBAGAI AGROWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI PULAU OBI 2
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
SINTHA DEWI WIDYA KUMALA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

penelitian dari kalangan akademisi lainnya juga dilaksanakan di Pulau Obi

khususnya Kecamatan Obi sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat untuk

menyiapkan SDM yang berkualitas.

Gambar 1.1 Produksi Cengkeh Nasional Tahun 2007-2015

Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 20121

Cengkeh (Syzygium aromaticum) sebagai komoditas unggulan di Kecamatan

Obi telah membantu peningkatan kualitas hidup masyarakat Obi. Cengkeh

merupakan jenis tanaman perkebunan yang sering digunakan sebagai bahan baku

rokok kretek dan minyak cengkeh sebagai aromaterapi serta obat sakit gigi.

Cengkeh juga digunakan sebagai bumbu dalam bentuk utuh maupun bubuk yang

banyak digunakan di Eropa dan Asia. Luas lahan perkebunan cengkeh di

Kecamatan Obi ialah seluas 412 hektar dengan jumlah produksi sebanyak 781,2

ton (Badan Pusat Statistik Halmahera Selatan, 2014:6). Cengkeh tersebut

kemudian dipasarkan ke Ternate untuk diproduksi menjadi rokok kretek dan

1
Produksi Cengkeh Nasional 2012, diakses dari http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id tanggal
24 September 2014 pukul 13:24
STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN CENGKEH SEBAGAI AGROWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI PULAU OBI 3
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
SINTHA DEWI WIDYA KUMALA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

minyak cengkeh. Perkebunan cengkeh di Kecamatan Obi terdapat di daerah

pegunungan dan Pulau Bisa yang letaknya di utara Kecamatan Obi.

Produksi cengkeh di Kecamatan Obi masih dipasarkan berupa hasil panen

mentah saja, sehingga belum ada pengolahan pasca panen dan pengembangan

partisipatif untuk kegiatan wisata. Pengembangan kebun cengkeh sebagai

kawasan agrowisata sangat diharapkan oleh masyarakat sebagai pendorong

kelestarian budidaya cengkeh, promosi hasil perkebunan lokal, dan promosi

potensi pariwisata di Kecamatan Obi. Agrowisata cengkeh merupakan salah satu

bentuk ekonomi kreatif di sektor perkebunan yang diprediksi dapat memberi nilai

tambah bagi usaha pertanian dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani.

Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan agrowisata cengkeh sangat

diperlukan guna mencapai keberlanjutan pariwisata. Adanya agrowisata cengkeh

yang potensial dan keinginan masyarakat untuk mengembangkan potensi tersebut

menjadi sebuah kegiatan agrowisata yang atraktif, merupakan dasar dilakukannya

penelitian “Strategi Pengembangan Perkebunan Cengkeh Sebagai Agrowisata

Berbasis Masyarakat di Kecamatan Obi Kabupaten Halmahera Selatan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang diangkat

sebagai pedoman penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat terhadap pengembangan agrowisata

cengkeh di Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan?

2. Bagaimana strategi pengembangan agrowisata cengkeh berbasis masyarakat

di Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan?


STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN CENGKEH SEBAGAI AGROWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI PULAU OBI 4
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
SINTHA DEWI WIDYA KUMALA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bentuk partisipasi masyarakat terhadap pengembangan

agrowisata cengkeh di Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan.

2. Mengetahui strategi pengembangan agrowisata cengkeh berbasis masyarakat

di Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini merupakan sumbangan pemikiran dalam perencanaan dan

pengembangan pariwisata khususnya penerapan konsep agrowisata berbasis

masyarakat di Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini ialah bagi pemerintah setempat,

penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan

pengembangan sektor pariwisata, khususnya agrowisata berbasis masyarakat di

Kecamatan Obi. Penelitian ini juga dapat menjadi panduan untuk

mengembangkan usaha agrowisata bagi masyarakat lokal di Kecamatan Obi

khususnya dan Kepulauan Obi secara umum.


STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN CENGKEH SEBAGAI AGROWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI PULAU OBI 5
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
SINTHA DEWI WIDYA KUMALA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1.5 Tinjauan Pustaka

Resa Maharani (2009) dalam skripsi yang berjudul “Studi Potensi Lanskap

Perdesaan Untuk Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat di Kecamatan

Cigombong Kabupaten Bogor”. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa

kemampuan masyarakat Kecamatan Cigombong dalam bidang pertanian sudah

cukup baik karena telah menerima pembinaan dari beberapa lembaga baik

lembaga pemerintah ataupun lembaga swasta di bidang pertanian. Masyarakat

Kecamatan Cigombong sudah siap dalam menerima adanya kegiatan agrowisata

ini. Sedangkan berdasarkan kelayakan kawasan untuk pengembangan agrowisata

didapatkan tiga desa yang sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi

kawasan agrowisata dengan menambahkan fasilitas-fasilitas pendukung wisata

seperti perbaikan jalan, home stay, mushola, tempat parkir, dan toilet umum.

Syafirin Abdullah (2012) dalam disertasi yang berjudul “Rekayasa Sistem

Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat”. Penelitian dilaksanakan di

kawasan pertanian potensial di Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Hasil

penelitian yang didapat ialah berupa rekayasa pengembangan kawasan agrowisata

yang disusun atas dasar kebutuhan masyarakat lokal sebagai elemen kunci

pengembangan. Pengembangan tersebut berupa penetapan kawasan

pengembangan dan zonasi, penetapan komoditas unggulan dan produk olahan

agroindustri, penetapan sarana prasarana, dan sistem pengelolaan. Pembinaan

sumber daya manusia menjadi syarat mutlak keberhasilan pengembangan

agrowisata di Kecamatan Tutur.


STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN CENGKEH SEBAGAI AGROWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI PULAU OBI 6
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
SINTHA DEWI WIDYA KUMALA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Anggarini Dianing Safitri (2012) dalam skripsi yang berjudul “Analisis

Strategi Pengembangan Usaha Wisata Agro Tambi Kecamatan Kejajar Kabupaten

Wonosobo” menjabarkan bahwa peluang dari kegiatan agrowisata tersebut

terletak pada adanya dukungan dari masyarakat lokal dan pemerintah. Namun,

pihak pengelola belum melakukan riset pasar dan target pasar yang dibidik belum

jelas sehingga menimbulkan ancaman tingginya persaingan dengan objek wisata

sejenis. Strategi dan peringkat strategi pengembangan yang dapat

direkomendasikan kepada Wisata Agro Tambi berdasarkan hasil analisis SWOT

dan QSPM antara lain, 1) menambahkan fasilitas baru di lingkungan Wisata Agro

Tambi, 2) meningkatkan loyalitas pengunjung, 3) menciptakan sistem manajerial

keuangan, 4) menciptakan kegiatan promosi dan pemasaran yang lebih efektif dan

intensif, 5) menciptakan fasilitas penelitian dan pengembangan untuk memantau

perkembangan preferensi konsumen, dan 6) menjalin kemitraan dengan objek

wisata di Wonosobo dalam hal menciptakan paket wisata.

Rendy Tanuwijaya Kastoyo (2013) dalam skripsi yang berjudul “Strategi

Pengembangan Usaha Agrowisata Bukit Baros Cempaka Kecamatan Baros

Kabupaten Sukabumi” memaparkan beberapa strategi pengembangan agrowisata

menggunakan matriks SWOT. Rekomendasi strategi pengembangan agrowisata

Bukit Baros Cempaka meliputi meningkatkan promosi melalui sistem informasi

dan membuat paket khusus yang telah ditentukan demi meningkatkan pelayanan,

menjalin hubungan dengan objek wisata yang lain dan travel agent di Kabupaten

Sukabumi, meningkatkan mutu kualitas dari fasilitas agrowisata dengan ciri khas
STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN CENGKEH SEBAGAI AGROWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI PULAU OBI 7
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
SINTHA DEWI WIDYA KUMALA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

daerah, menerapkan pelatihan dan pengembangan SDM, menciptakan sistem

manajemen yang jelas sebagai bahan evalusi agrowisata.

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, diketahui adanya persamaan fokus

penelitian yang bertema pengembangan agrowisata dan pariwisata berbasis

masyarakat. Tidak ditemukan kesamaan lokus penelitian karena selama ini belum

pernah ada penelitian yang dilakukan di Kecamatan Obi. Oleh karena itu,

penelitian mengenai “Strategi Pengembangan Perkebunan Cengkeh Sebagai

Agrowisata Berbasis Masyarakat di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan”

belum penah dilakukan oleh peneliti terdahulu.

1.6 Landasan Teori

Community-Based Tourism (CBT)

Komunitas merupakan sekelompok orang dalam satu area dengan persamaan

sosial dan budaya. Menurut Demartoto (2009:21-23), pariwisata berbasis

masyarakat (community-based tourism) dikembangkan berdasarkan prinsip

keseimbangan dan keselarasan antara kepentingan berbagai stakeholders

pembangunan pariwisata termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat. Secara

ideal prinsip pembangunan community-based tourism (CBT) menekankan pada

pembangunan pariwisata “dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk

masyarakat”. Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat diarahkan untuk

mengurangi tekanan terhadap objek dan daya tarik wisata sehingga pembangunan

pariwisata dapat dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan.
STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN CENGKEH SEBAGAI AGROWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI PULAU OBI 8
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
SINTHA DEWI WIDYA KUMALA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Community-based tourism (CBT) merupakan salah satu bentuk perencanaan

yang partisipatif dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan. Menurut Garrod

(2001:8-13), elemen-elemen utama dalam perencanaan partisipatif ialah adanya

kepemimpinan yang efektif, pemberdayaan masyarakat lokal, keterkaitan

keuntungan ekonomi dengan konservasi, melibatkan stakeholder lokal dalam

setiap tahapan proyek, dan partisipasi lokal dalam monitoring dan evaluasi proyek.

Sementara itu Suansri (2003:21-22) memaparkan prinsip-prinsip yang merupakan

aspek utama dalam pengembangan CBT berupa 5 dimensi antara lain.

1. Dimensi ekonomi dengan indikator adanya dana pengembangan komunitas

lokal dan terciptanya lapangan pekerjaan di sektor pariwisata.

2. Dimensi sosial dengan indikator meningkatnya kualitas hidup, adanya

kebanggaan komunitas lokal, dan membangun serta menguatkan organisasi

lokal.

3. Dimensi budaya dengan indikator mendorong masyarakat untuk menghormati

budaya yang berbeda, penguatan budaya lokal, dan membantu adanya

pertukaran budaya yang berdampak positif.

4. Dimensi lingkungan dengan indikator pengembangan daya dukung

lingkungan berbasis masyarakat dan partisipasi masyarakat dalam konservasi.

5. Dimensi politik dengan indikator meningkatkan partisipasi dari penduduk

lokal dan peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas.


STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN CENGKEH SEBAGAI AGROWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI PULAU OBI 9
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
SINTHA DEWI WIDYA KUMALA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gambar 1.2 Pola Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat

Sebagai Perencana

Dari Masyarakat
Sebagai Investor

Masyarakat Sebagai Pelaksana Pemerintah


Oleh Masyarakat
dan Swasta
Sebagai Pengelola
Untuk Masyarakat

Sebagai Pemantau
dan Evaluator

(Sumber: Demartoto, 2009:22)

Bagan tersebut menjelaskan bahwa masyarakat sebagai pelaku utama dalam

pengembangan community-based tourism berperan di semua lini pembangunan

baik sebagai perencana, investor, pelaksana, pengelola, pemantau, maupun

evaluator. Penguatan jati diri merupakan salah satu kunci keberhasilan

pembangunan pariwisata berbasis masyarakat (Demartoto, 2009:21-23).

Indikator masyarakat sebagai perencana ialah mengidentifikasi kebutuhan,

mengintegrasi bentuk-bentuk pengembangan pariwisata, menetapkan tujuan, dan

pengambilan keputusan. Indikator masyarakat sebagai investor ialah masyarakat

sebagai pemegang saham dan penyandang dana dalam proses pengembangan,

besar kecilnya dana ditetapkan dalam pengambilan keputusan. Indikator

masyarakat sebagai pelaksana dan pengelola ialah keterlibatan masyarakat dalam

pengelolaan dan pengembangan sarana prasarana dan pembentukan lembaga serta

kepemimpinan yang baik. Masyarakat sebagai pemantau dan evaluator dengan

indikator mempertinggi informasi-informasi, membuat mata rantai yang kuat


STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN CENGKEH SEBAGAI AGROWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI PULAU OBI 10
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
SINTHA DEWI WIDYA KUMALA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

antara perencanaan dan manajemen, serta memberi rekomendasi bagi

keberlanjutan program (Garrod, 2001:4-14).

Pengembangan Pariwisata

Menurut Ramly (2007:45), pengembangan adalah upaya memperluas atau

mewujudkan potensi-potensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada

suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar atau lebih baik, memajukan sesuatu

dari yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau dari yang sederhana kepada

yang lebih kompleks. Sementara itu Gartner (1996:8) berpendapat, “Development

can also be viewed as a process. Tourism Development is often viewed as a

process of physical change”.

Menurut Suwantoro (2004:55), strategi pengembangan kepariwisataan

bertujuan untuk mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas,

seimbang, dan bertahap. Dapat dikatakan bahwa pengembangan pariwisata

merupakan proses perubahan fisik maupun nonfisik suatu daya tarik maupun

potensi wisata agar lebih menarik dan berkembang. Adapun menurut Suwantoro

(2004:56) sapta kebijakan pengembangan pariwisata antara lain:

1. Promosi

Promosi pada hakikatnya merupakan pelaksanaan upaya pemasaran. Promosi

pariwisata harus dilaksanakan secara selaras dan terpadu, baik di dalam

negeri maupun di luar negeri.


STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN CENGKEH SEBAGAI AGROWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI PULAU OBI 11
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
SINTHA DEWI WIDYA KUMALA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2. Aksebilitas

Aksebilitas merupakan salah satu aspek penting yang mendukung

pengembangan pariwisata, karena menyangkut pengembangan lintas sektoral.

3. Kawasan Pariwisata

Pengembangan Kawasan pariwisata dimaksud ialah untuk meningkatkan

peran serta daerah dalam pengembangan pariwisata dan mempermudah

pengendalian terhadap dampak lingkungan.

4. Wisata Bahari

Wisata Bahari merupakan salah satu jenis produk wisata yang sangat

potensial untuk dikembangkan karena memiliki keunggulan komparatif yang

sangat tinggi terhadap produk wisata sejenis di luar negeri.

5. Produk Wisata

Upaya untuk dapat menampilkan produk wisata yang bervariasi dan

mempunyai kualitas daya saing yang tinggi.

6. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan salah satu modal dasar pengembangan

pariwisata. Sumber daya manusia ini harus memiliki keahlian dan

keterampilan yang diperlukan untuk memberikan jasa pelayanan pariwisata.

7. Kampanye Nasional Sadar Wisata

Kampanye nasional sadar wisata pada hakikatnya adalah upaya

memasyarakatkan Sapta Pesona yang turut menegakkan disiplin nasional dan

jati diri bangsa Indonesia melalui kegiatan kepariwisataan.


STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN CENGKEH SEBAGAI AGROWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI PULAU OBI 12
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
SINTHA DEWI WIDYA KUMALA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Sementara itu menurut Inskeep (1991) dalam Hadiwijoyo (2012:59-60),

komponen pengembangan pariwisata secara garis besar dapat diklasifikasikan

sebagai berikut, 1) atraksi dan aktivitas pariwisata, 2) akomodasi, 3) fasilitas dan

jasa layanan pariwisata lainnya, 4) fasilitas dan layanan jasa transportasi, 5)

infrastruktur lainnya seperti air, listrik, dan telekomunikasi, serta 6) elemen

institusional berupa program perencanaan, pendidikan dan pelatihan SDM,

promosi dan pemasaran strategis, kebijakan investasi, program pengendalian

pengaruh ekonomi, lingkungan, dan sosial kultural.

Agrowisata

Pengertian agrowisata dalam Surat Keputusan (SK) bersama antara Menteri

Pertanian dan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi No.

204/KPTS/HK/050/4/1989 dan No. KM.47/PW.DOW/MPPT/89 Tentang

Koodinasi Pengembangan Wisata Agro, didefinisikan sebagai bentuk kegiatan

pariwisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan

untuk memperluas pengetahuan, perjalanan, rekreasi, dan hubungan usaha di

bidang pertanian.

Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1999:4-5), agrowisata diberi batasan

sebagai wisata yang memanfaatkan objek di bidang pertanian. Adanya kegiatan

agrowisata haruslah menjamin kelestarian lingkungan khususnya sumber daya

hayati sehingga mampu menjamin kesejahteraan masyarakat di kawasan

agrowisata. Pengembangan agrowisata pada konsep universal dapat ditempuh

melalui diversifikasi dan peningkatan kualitas sesuai dengan persyaratan yang


STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN CENGKEH SEBAGAI AGROWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI PULAU OBI 13
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
SINTHA DEWI WIDYA KUMALA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

diminta konsumen dan pasar global. Sedangkan pada konsep uniqueness,

konsumen ditawarkan kepada produk spesifik yang bersifat unik. Secara umum,

ruang lingkup dan potensi agrowisata dapat dikembangkan sebagai berikut.

1. Perkebunan

Kegiatan usaha perkebunan meliputi perkebunan tanaman keras dan tanaman

lainnya yang dilakukan oleh perkebunan besar swasta nasional ataupun asing,

BUMN, dan perkebunan rakyat.

2. Tanaman pangan dan hortikultura

Lingkup kegiatan wisata tanaman pangan yang meliputi usaha tanaman padi

dan palawija serta hortikultura berupa bunga, buah, sayur, dan jamu-jamuan.

Berbagai proses kegiatan mulai dari prapanen, pascapanen berupa pengolahan

hasil, sampai kegiatan pemasarannya dapat dijadikan objek agrowisata.

3. Perikanan

Ruang lingkup kegiatan wisata perikanan dapat berupa kegiatan budidaya

perikanan sampai proses pascapanen. Daya tarik perikanan sebagai sumber

daya wisata seperti pola tradisional dalam perikanan.

4. Peternakan

Daya tarik peternakan sebagai sumberdaya wisata antara lain pola beternak,

cara tradisional dalam peternakan, serta budidaya hewan ternak.


STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN CENGKEH SEBAGAI AGROWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI PULAU OBI 14
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
SINTHA DEWI WIDYA KUMALA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5. Kehutanan

Dalam beberapa literatur tentang wisata alam ekowisata, objek wisata

kehutanan termasuk dalam golongan ekowisata yang hakekatnya merupakan

wisata alam.

Tanaman Cengkeh

Cengkeh atau sering disebut Syzygium aromaticum merupakan jenis tanaman

perkebunan asli Maluku. Menurut Hadipoentyanti (1997:17) cengkeh termasuk

dalam famili Myrtaceae dan merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari

kepulauan Maluku yang banyak tumbuh dan tersebar sebanyak ±3.000 jenis di

daerah tropik dan subtropik. Tanaman ini berbentuk pohon yang tingginya

mencapai 15-40 meter dengan akar tunggang mencapai kedalaman sampai tujuh

meter. Tanaman cengkeh ini dapat hidup lebih dari 200 tahun.

Hadipoentyanti (1997:21-23) juga menggolongkan cengkeh menjadi empat

tipe, antara lain tipe Zanzibar, Sikotok, Siputih, dan Ambon. Tipe Zanzibar

merupakan jenis cengkeh yang paling banyak dibudidayakan oleh petani dan

karakternya mirip dengan cengkeh AFO I yang merupakan pohon cengkeh tertua

dan terbesar yang tumbuh di lereng Gunung Gamalama di Pulau Ternate.

Cengkeh yang dibudidayakan di Kecamatan Obi juga merupakan jenis Zanzibar

dengan ciri daun berbentuk bulat panjang dengan warna merah muda sampai

merah dan bentuk bunga langsing agak corong dengan warna merah, dan buah

berbentuk konis panjang berwarna ungu kehitaman.


STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN CENGKEH SEBAGAI AGROWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI PULAU OBI 15
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
SINTHA DEWI WIDYA KUMALA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif dengan

penjelasan secara kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena yang

terjadi di dalam masyarakat Obi dengan menggunakan data lisan maupun tulisan

yang berupa cerita mendalam dan terperinci. Metode ini dapat mempermudah

pembaca dalam memahami isi dan maksud penulisan skripsi ini.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Kecamatan Obi, Kepulauan Obi,

Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Obi pada tanggal Juli 2014 - Maret

2015.

3. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada masyarakat dalam kawasan perkebunan

cengkeh di Kecamatan Obi dengan menitik beratkan pada strategi

pengembangan agrowisata cengkeh berbasis masyarakat.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Metode penelitian ini ialah dengan cara mengamati secara langsung

kegiatan budidaya cengkeh yang dilakukan masyarakat di Kecamatan Obi

dan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan pariwisata.


STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN CENGKEH SEBAGAI AGROWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI PULAU OBI 16
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
SINTHA DEWI WIDYA KUMALA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

b. Studi Pustaka (Library Research)

Metode penulisan data ini merupakan penelitian yang dilakukan melalui

data kepustakaan dengan cara membaca dan mengumpulkan data dari

referensi buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan penelitian seperti,

jurnal, e-book, buku cetak, majalah, dan internet, serta penelitian-

penelitian yang berkaitan dengan penulisan skripsi.

c. Wawancara (Interview)

Data ini diperoleh dengan cara wawancara spontan di tempat penelitian

dengan metode penentuan informan menggunakan sistem purposive

sample yang bertujuan mendapatkan informan sebanyak-banyaknya dari

berbagai sumber. Kriteria informan ialah yang memiliki wewenang dan

tanggung jawab dalam kegiatan pariwisata dan pemerintah setempat. Oleh

karena itu, narasumber dalam penelitian ini ialah Sekretaris Daerah

Kabupaten Halmahera Selatan, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi di

Dinas Pariwisata Halmahera Selatan, Staff Badan Pusat Statistik

Kecamatan Obi, Wakil Bidang Pengembangan Pariwisata dan Kebudayaan

di BAPPEDA Kabupaten Halmahera Selatan, Perangkat Desa di

Kecamatan Obi, Pemuda dan aktivis, petani cengkeh, dan masyarakat lokal.

d. Focus Group Discussion (FGD)

FGD merupakan proses pengumpulan informasi mengenai suatu

permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.

Kelompok-kelompok yang dilibatkan dalam FGD ini ialah kelompok

petani, kelompok kesenian cakalele, kelompok pengusaha penginapan dan


STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN CENGKEH SEBAGAI AGROWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI PULAU OBI 17
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
SINTHA DEWI WIDYA KUMALA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

rumah makan, tokoh masyarakat, dan kelompok pengembang agrowisata.

Teknik ini digunakan karena data tidak dapat diperoleh melalui wawancara

individu dan observasi pribadi.

1.7.2 Metode Analisis Data

Analisis yang berkaitan dengan penelitian ini ialah analisis SWOT, yang

meliputi faktor internal berupa kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness)

dan faktor eksternal yang meliputi peluang (Opportunity) dan ancaman

(Threats). Penentuan strategi ialah dengan mencocokkan faktor ekternal dan

internal yang kemudian menghasilkan strategi S-O (strengths-opportunities),

W-O (weakness-opportunities), S-T (strengths-threats), dan W-T (weakness-

threats).

Tabel 1.1 Matriks Analilis SWOT

KEKUATATAN KELEMAHAN
INTERNAL (Strength) (Weakness)

EKSTERAL Tentukan 5-10 faktor Tentukan 5-10 faktor


kekuatan. kelemahan.
PELUANG Strength-Opportunities Weakness-Opportunities
(Opportunities)
Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Tentukan 5-10 faktor menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
peluang untuk memanfaatkan untuk memanfaatkan
peluang. peluang.

ANCAMAN (Threat) Strength-Threat Weakness-Threat

Tentukan 5-10 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi untuk


ancaman menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
untuk mengatasi untuk menghindari
ancaman. ancaman.
(Sumber : Rangkuti, 2014: 83-84)
STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN CENGKEH SEBAGAI AGROWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI PULAU OBI 18
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
SINTHA DEWI WIDYA KUMALA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1.8 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori dan metode

penelitian yang akan digunakan dalam penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II DESKRIPSI WILAYAH DAN POTENSI WISATA PULAU OBI

Bab ini membahas gambaran umum tentang Kecamatan Obi dan potensi

wisata yang ada di Kecamatan Obi.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini membahas hasil observasi, wawancara, studi pustaka, dan hasil

pengumpulan data FGD yang kemudian akan ditafsirkan secara deskriptif melalui

analisis bentuk partisipasi masyarakat terhadap kegiatan pariwisata di Kecamatan

Obi dan analisis rekomendasi strategi pengembangan agrowisata cengkeh berbasis

masyarakat di Kecamatan Obi.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas kesimpulan dari pembahasan skripsi secara keseluruhan

dan saran untuk pengembangan lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai