Badan POM RI menindaklanjuti pengamanan produk susu yang berasal dari China
dengan menyurati Asosiasi Peritel Indonesia tertanggal 23 September 2008, meminta
agar melakukan pengamanan terhadap produk-produk susu serta produk-produk yang
mengandung susu dari China . Dilakukan dengan cara menariknya dari peredaran,
menyegel dan melaporkan hasilnya kepada Badan POM RI.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Setjen Depkes RI . Untuk informasi
lebih lanjut dapat menghubungi telp./fax. 52921669 atau email puskom.publik@
yahoo.co. id.
Melamin adalah basa organik dengan rumus kimia C3H6N6. Zat ini merupakan trimer
dari cyanida. Bersama dengan formaldehyde melamin digunakan untuk memproduksi
resin melamin, plastik yang sangat tahan panas, dan busa melamin, produk polimer
pembersih. Melamin merupakan metabolit dari cyromazine, salah satu senyawa pestisida.
Melamin ditambahkan ke dalam susu untuk membuat 'seolah-olah' kadar protein dalam
susu tinggi.
Hal ini biasa dilakukan pada hewan ruminant (sapi, kerbau, dan lainnya) untuk
meningkatkan asupan nitrogen. Berbeda dengan hewan lainnya, hewan ruminant seperti
sapi memperoleh asupan nitrogen dari proses fermentasi makanan bukan protein
(makanan utama sapi adalah rumput-rumputan) oleh bakteri yang terdapat dalam sistem
pencernaan. Nitrogen hasil fermentasi ini disebut sebagai non-protein nitrogen (NPN).
Nah melamin ini dianggap bisa menjadi sumber non-protein nitrogen (NPN). Meskipun
hal ini masih menjadi kotroversi.
Sayangnya, demi mendapat keuntungan lebih, hal ini juga dilakukan pada susu. Melamin
ditambahkan sebagai aditive sumber NPN. Padahal jelas-jelas manusia berbeda dengan
sapi dan ruminant lainnya. Sistem pencernaan manusia tidak memiliki bakteri yang dapat
melakukan fermentasi seperti pada sapi. Alih-alih dapat meningkatkan asupan nitrogen,
melamin malah menyebabkan keracunan seperti yang terjadi di China baru-baru ini.
Selain itu juga penambahan melamin di 'atas kertas' memang betul-betul dapat menaikkan
kandungan protein. Analisa protein biasanya dilakukan dengan metode kjeldahl,
mengukur jumlah nitrogen yang kemudian dikonversi menjadi jumlah protein dengan
suatu tetapan standar. Saat dilakukan uji analisa kandungan protein, hasil menunjukkan
kandungan nitrogen yang besar. Padahal sebenarnya angka tesebut diperoleh bukan
hanya dari protein, namun juga melamin. Karena melamin ini memiliki gugus nitrogen,
maka jumlah nitrogen yang terukur akan semakin bertambah dan otomatis akan membuat
kandungan protein seolah-olah tinggi.
Kandungan protein yang tinggi memang biasa dijadikan parameter untuk menentukan
kualitas susu. Sehingga bila di atas kertas suatu produk susu mempunyai jumlah protein
yang besar, dapat dikatakan ia mempunyai kualitas yang baik. Maka produsen-pun
berusaha agar produknya memiliki kandungan protein yang tinggi.
Melamin mempunyai LD50 >3000 mg/kg berdasar data percobaan terhadap tikus.
Melamin dapat membuat iritasi bila terhisap dan bila kontak dengan mata atau kulit.
Melamin juga dapat mengakibatkan kerusakan pada reproduksi, kandung kemih, dan batu
ginjal. Juga dapat menyebabkan kanker.
Ini adalah bukti nyata bahwa yang namanya sintetis buatan manusia pasti suatu saat ada
kesalahannya. ASI jauh lebih baik dari susu formula. Ini yang harus di ingat oleh para
ibu. Jadi apabila tidak dalam kondisi darurat (misal: ASI tidak keluar) sebaiknya ASI
menjadi pilihan utama bagi bayi.
Selain itu juga, hati-hatilah pada alat makan yang terbuat dari melamin. karena seperti
halnya plastik, alat makan dari melamin juga dapat berbahaya dan menjadi tempat
bermigrasinya zat-zat berbahaya ke dalam makanan. Baca tentang bahaya alat makan dari
melamin di http://www.depkes. go.id/index. php?option=
articles&task=viewarticle&artid=286&Itemid=3