Anda di halaman 1dari 4

Nama : Stefanus Bayu Sindhu Wijaya

NIM : 22/497827/TP/13488
Tugas Regulasi Pangan

1. Melalui literasi yang saya peroleh, mayoritas masyarakat di China terdiagnosis “lactose
intolerance” (Pan, 2008), di mana produksi enzim laktase yang kurang dalam tubuh, sehingga
proses hidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa tidak bekerja secara optimal.
Kecenderungan “lactose intolerance” pada masyarakatnya, mengakibatkan China menjadi
negara dengan konsumsi susu per kapita paling rendah di dunia, di mana masih minimnya
industri susu yang beredar dan skalanya tergolong kecil pada zaman itu.

Konsumsi susu per kapita yang semula tergolong rendah, meningkat setelah pengadaptasian
China terhadap pengenalan hewan perah dan manajemen dalam budidayanya dari negara
besar, seperti Amerika Serikat, India, Kanada, Australia, dan beberapa negara Eropa, yang
diimplementasikan dengan meningkatnya industri susu di China. Perubahan pandangan
masyarakat China terhadap susu meroket, hingga menjadikan China sebagai negara dengan
produksi susu terbanyak ketiga, di bawah Amerika Serikat dan India (USDA, 2008) dengan ratio
pertumbuhan 26%.

Adanya minat konsumen terhadap susu yang meningkat secara drastis, mengakibatkan
terbentuk banyaknya industri susu, di mana setiap industri berlomba untuk menghasilkan
produk terbaik. Salah satu indikator dalam produk susu adalah terciptanya olahan susu pada
kadar protein yang tinggi, namun dengan cost yang rendah, sehingga didapatkan susu
berprotein tinggi dengan harga yang ramah bagi konsumen, dengan alasan proses ekstraksi
protein secara murni tergolong mahal dan kompleks secara mekanisme, di mana melalui
tahapan yang panjang, namun hanya dapat dihasilkan dalam takaran per-gram yang rendah.

Melalui permasalahan tersebut, solusi yang dapat diambil oleh pihak industri ialah
mencampurkan bahan melamine dengan protein asli, di mana melamine memiliki kadar
nitrogen yang tinggi (+/- 66%) yang dapat meningkatkan kejernihan kandungan protein ketika
diadulterasi bersamaan dengan protein asli pada pembuatan susu bubuk formulanya, sehingga
didapatkan kadar protein yang lebih tinggi daripada yang sebenarnya, yang diaplikasikan pada
peralatan dan wadah untuk proses pembuatan susu. Motif pihak industri dalam mengambil
solusi ini adalah mengejar nilai gizi yang menjadi daya-tarik peminat, tanpa memperhatikan
beberapa standar mutu sebagai acuan pasca produksinya, salah salah satunya adalah HACCP.

Mengacu pada standar mutu HACCP, penggunaan melamine dalam pangan diindikasi sebagai
penyalahgunaan bahan, di mana penggunaan melamine merujuk sebagai bahan sanitasi
(pembersih) pada peralatan makan atau masak, tidak sebagai bahan tambahan pangan pada
pasca produksi yang diaplikasikan pada peralatan dan wadah dalam pembuatan susu.
2. Melamine merupakan senyawa heterosiklik dalam bentuk kristal dengan penamaan IUPAC
1,3,5-triazine-2,4,6-triamine dan direpresentasikan sebagai C3H6N6 . Terdapat 6 ikatan nitrogen
yang mengiindikasikan kandungan nitrogen sebanyak 66% pada melamine, serta memiliki sifat
tahan api (titik lelehnya tinggi) melalui pelepasan gas nitrogen saat proses terbakar. Melamine
yang dipolimerisasi menjadi melamine-formaldehyde umumnya digunakan sebagai bahan kimia
industri pada pembuatan peralatan makan dan peralatan dapur, pembuatan kayu lapis, atau
pembuatan plastik termoseting.

Senyawa Melamine (Triamino Triazine) Bubuk Kristal Melamine

3. Berkaitan dengan kasus adulterasi melamine pada susu bubuk formula, indikator berhasilnya
proses fermentasi susu terletak pada mikroba yang berperan. Namun, ketika melamine
bereaksi dengan mikroba, terjadi produksi protein yang tidak efisien dalam bentuk peningkatan
kejenuhan kadar protein dari kadar aslinya.

Selain itu, melamine yang masuk ke dalam tubuh akan menghasilkan efek toksin akibat
terdegradasinya melamine menjadi asam sianurat, yang mengakibatkan penurunan kinerja
sistem peredaran darah dalam tubuh karena kristal-kristal melamine yang menggumpal dalam
ginjal. Efek toksin juga dihasilkan dari produk yang terbentuk dari proses polimerisasi melamine
(formaldehyde), di mana ketika terurai dalam asam akan menyebabkan iritasi pada area mata,
hidung, dan tenggorokan. Menurunnya kinerja sistem peredaran darah dalam tubuh
diidentifikasi dengan penurunan pH pada urine sehingga terbentuk penggumpalan kristal pada
sistem ekskresi (urea), ataupun penurunan kinerja hormon yang menstimulasi nafsu makan.
4. Berkaca dari kasus tersebut, di Indonesia sudah memiliki regulasi yang mengatur batas
maksimum dosis melamine pada pangan, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 34 Tahun 2012 Tentang Batas Maksimum Melamin dalam Pangan, tepatnya
pada Bab II Pasal 2. Pada regulasi tersebut, tercantum batas maksimum melamin pada susu
formula bayi berbentuk bubuk adalah 1 mg/kg, sedangkan untuk susu formula bayi yang siap
konsumsi adalah 0,15 mg/kg.
Daftar Pustaka:

Afoakwa, Emmanuel Ohene. 2008. Melamine Contamination of Infant Formula in China: The
Causes, Food Safety Issues and Public Health Implications. African Journal of Food Agriculture
Nutrition and Development, Volume 8 No. 4.

Xiu, Changbai, Klein, K.K. 2010. Melamine in milk products in China: Examining the factors that
led to deliberate use of the contaminant. Food Policy 35, 463-470.

https://www.vedantu.com/chemistry/melamine

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532285/

http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.%20034%20ttg%20Batas%20Ma
ksimum%20Melamin%20Dalam%20Pangan.pdf

https://foodreview.co.id/blog-55841-Cemaran-Melamin-dalam-Pangan.html

Anda mungkin juga menyukai