Anda di halaman 1dari 7

DOLOMIT

A. Pendahuluan
Dolomit, salah satu variasi batu gamping, merupakan bahan baku
penting yang digunakan industri gelas dan kaca lembaran, industri keramik
dan porselin, industri refraktori, pupuk, dan pertanian. Dalam industri hilir
pemakai, dolomit dapat digunakan, baik secara langsung dalam bentuk
dikalsinasi terlebih dahulu, maupun dalam bentuk kimia Dolomit.
Tushadi (1990) menyatakan bahwa penyebaran dolomit yang cukup
besar tedapat di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur
dan Madura, dan Papua. Selain itu sebenarnya dolomit juga tersebar di
daerah lain, namun jumlahnya relatif jauh lebih kecil dan hanya berupa
lensa-lensa pada endapan batu gamping.
B. Geologi Dolomit
a. Genesa Dolomit
Pertama kali batuan dolomit di dipaparkan oleh mineralogis Perancis
bernama Deodat de Dolomieu pada tahun 1791 di daerah Southern Alps
di tempat terdapatnya. Kini pegunungan tersebut disebut dolomit. Pada
saat Dolomieu menjelaskan bahwa batuan dolomit adalah seperti batu
gamping, tetapi mempunyai sifat yang tidak sama dengan batu
gamping, pada saat diteteskan larutan asam batuan Dolomit tidak
membuih dibawah reaksi asam pada suhu biasa dan membuih pada
suhu yang tinggi. Mineral yang tidak beraksi tersebut dinamakan
dolomit. Kadang-kadang dolomit disebut dengan dolostone. Dolomit
adalah mineral yang berasal dari alam yang mengandung unsur hara
magnesium dan kalsium berbentuk tepung. Dolomit umumnya terdapat
bersama-sama dengan Batugamping

Gambar 1. Dolostone

Dolomite
2

Dolomit dapat terbentuk karena proses primer dan sekunder. Secara


sekunder, Dolomit umumnya terjadi kerena proses pelindian (leaching)
atau peresapan unsur magnesium dari air laut kedalam batu gamping,
atau yang lebih dikenal dengan proses dolomitisasi yaitu proses
perubahan mineral kalsit menjadi Dolomit. Selain itu Dolomit sekunder
dapat juga terbentuk karena diendapkan secara tersendiri sebagai
endapan evaporit.
Pembentukan Dolomit sekunder dapat terjadi karena beberapa
faktor diantaranya adalah tekanan air (air laut, air bawah tanah, dan
larutan hirotermal) yang banyak mengandung unsur magnesium dan
prosesnya berlangsung dalam waktu lama. Dengan semakin tua umur
batu gamping, semakin besar kemungkinannya untuk berubah menjadi
Dolomit. Dolomit primer umumnya berbentuk urat, yang terbentuk
bersama-sama dalam cebakan bijih.
b. Mineralogi Dolomit
Deskripsi Dolomit

Gambar 2. Dolomit

Rumus Kimia

: CaMg(CO3)2

Kelas

: Karbonat

Sistem Kristal

: Trigonal

Bentuk Kristal

: Rombohedron (Saddle-shaped)

Pecahan

: Sempurna (3 arah)

Belahan

: Conchoidal

Kekerasan

: 3,5-4 Skala MOHS

Specific Gravity

: 2.86

Indeks bias

: 1.50-1.68

Kilap

: Mutiara

Dolomite
3

Warna

: Tidak berwarna, Putih keabu-abuan, Merah muda


atau kemerah-merahan, kuning, kelabu, coklat
atau hitam ketika besi hadir di kristal

Transparansi

: Transparan

Reaksi dengan HCl

: Berbuih lemah

Asosiasi Mineral : Kalsit, Magnesit, Fluorit (CaF), Barit, Kuarsa,


Mineral bijih Sulfida, dan adakalanya dengan emas
Rumpun Mineral :

Manganodolomit

(CaMg(CaCO3)2)

dan

Ferrodolomit (MgFe(CaCO3)2)
Kuat tekan

: 100-1000 kg/m2

Kuat tarik

: 20-100 kg/m2

Dolomit merupakan variasi batu gamping yang mengandung >50%


karbonat. Berdasarkan kandungan MgO, Dolomit tahan terhadap api.
Dolomit tahan terhadap cuaca. Dolomit dikalsinasi pada 1000 oC untuk
mengeluarkan CO2 dan memyisakan campuran CaO dan MgO. Dolomit dikalsinasi
pada 1700-1800oC (sintering), dimana magnesium dikonversi ke periklas (bentuk
kristalisasi magnesium) dan produk lembam padat yaitu kapur bebas (Dolomit
bakar/mati(matter)).
Tabel 1. Penamaan Dolomit Berdasarkan Kandungan
Nama Batuan
Batu gamping
Batu gamping
magnesium
Batu gamping dolomitan
Dolomit berkalsium
Dolomit
Sumber: Pettjohn, 1956

Kadar (%)
Dolomit
MgO
0-5
0.1 - 1.1
5-10

1.1 - 2.2

10-50
50-90
90-100

2.2 - 10.9
10.9 - 19.7
19.7 - 21.8

C. Penambangan dan Pengolahan Dolomit


a. Eksplorasi
Eksplorasi bertujuan untuk menentukan jumlah cadangan juga untuk
menginterprestasikan bentuk tubuh endapan, luas penyebaran, dan
struktur yang dominan di daerah tersebut. Eksplorasi bahan galian
industri pada umumnya lebih sederhana dibandingkan dengan untuk
mineral logam, karena sebaran fisik bahan galian industri biasanya lebih
mudah ditemukan. Eksplorasi biasanya dilakukan apabila penyelidikan
pendahuluan memenuhi syarat untuk perencanaan penambangan.

Dolomite
4

Eksplorasi batuan Dolomit dilakukan bertahap. kegiatan ini dapat


dilakukan dengan menggunakan cara pemboran atau sumur uji.
Perhitungan cadangan dilakukan berdasarkan korelasi data pemboran
dengan data geologi permukaan.
b. Penambangan
Karena pada umumnya Dolomit terdapat bersama-sama dengan
Batugamping. Penambangan umumnya dilakukan dengan cara tambang
terbuka

dengan

metoda

quarry

karena

umumnya

di

Indonesia

endapannya berupa perbukitan dan dataran dilingkungan pegunungan


kapur. Pengupasan lapisan Tanah penutup (overburden) yang terdiri dari
tanah liat, pasir dan koral. Pengupasan dilakukan dengan menggunakan
bulldozer atau power scraper. Penambangan dilakukan dengan cara
konvensional dan mekanis. Penambangan batuan secara berjenjang
dengan

pengeboran

dan

peledakan

atau

dengan

menggunakan

peralatan sederhana.
c. Pengolahan
Pengolahan Dolomit dilakukan dengan cara yang sederhana pula.
Bongkah-bongkah

Dolomit

dari

penambangan

diangkut

ke

unit

pengolahan. Kemudian bongkah-bongkah Dolomit tersebut direduksi


ukurannya dengan menggunakan alat pemecah batu, hasil proses ini
selanjutnya digiling untuk mendapatkan Dolomit yang berukuran halus
(tepung) dengan ukuran tertentu yang disesuaikan dengan permintaan.

Gambar 3. Unit Pengolahan Dolomit

D. Pemanfaatan Dolomit
Dolomit banyak digunakan untuk keperluan bahan bangunan, pertanian.
Dalam dunia industri, Dolomit banyak digunakan pada metalurgi, industri
refraktory, tungku pemanas atau tungku pencair, pupuk yaitu unsur Mg
digunakan untuk meningkatkan pH tanah, sebagai pengisi dalam industri

Dolomite
5

cat, industri kaca, plastik, kertas, bahan pembuat semen portland, sorel, sea
water

magnesia,

industri

peleburan

dan

pemurnian,

industri

alkali,

pembersih air, dempul rekahan kayu (ply wood), industri ban, industri obatobatan, komestik, campuran makanan ternak, industri keramik dan porselin,
sebagai filter limbah dan bahan penggosok (abrassive). Dari sekian banyak
pemanfaatannya, pemanfaatan Dolomit dapat dikelompokkan menjadi 3
yakni:
1)

Pemanfaatan Dolomit secara langsung


a. Pertanian: digunakan untuk menaikkan pH atau pengapuran tanah
masam dan sebagai sumber magnesium. Pada tanah-tanah masam
unsur yang banyak terkandung adalah unsur Mg dan Fe serta
kekurangan unsur Mg, yang mengakibatkan tanaman tidak dapat
mengasimilasi CO2. Pupuk bagi tanah dan tanaman yang berfungsi
menyuplai unsur Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO) untuk
kebutuhan tanaman.

Gambar 4. Dolomit Powder

Pembuatan pupuk Kiserit Sintesis :

Dolomite
6

Gambar 5. Diagram alir pembuatan pupuk Kiserit Sintesis

Pupuk kiserit adalah pupuk yang terbuat dari unsur magnesium


dalam bentuk Chlorida ataupun sulfat. Pupuk Kiserit dimanfaatkan
untuk

pemenuhan

kebutuhan

pupuk

yang

kaya

Mg

untuk

pertanian perkebunan seperti perkebunan tebu dan kelapa sawit.


b. Semen Klinker Mortar: Penambahan Dolomit sampai 40% terhadap
semen mempercepat hidrasi semen (Soroka and Setter,1997).
Butiran halus Dolomit berkisar 1.150 hingga 10.300 cm 2/g. untuk
membuat semen Portland, material halus Dolomit ini ditambahkan
dengan ratio 1:2,75 ke mortar, yang secara alamiah membentuk
pasir silisius dan yaitu dolomit yang perbandingan darganya saat ini
1:6.
c. Penyemenan atau Dempul Rekahan: Selain Batugamping, Dolomit
atau campuran keduanya dapat juga dimanfaatkan untuk dibuat
sebagai penyemen rekahan-rekahan kayu
d. Industri refraktory: di Pusat Penelitian Teknologi Batubara (TEKMIRA)
pembuatan

bahan

refraktory

berbasis

MgO

dan

tahan

pada

temperatur yang sangat tinggi, bersifat isolator dan memiliki muai


rendah.
e. Industri kertas (Pembuatan Kalsium Karbonat Presipitat): Penelitian
dan

Pengembangan

dilakukan

oleh

Kalsium

TEKMIRA

Karbonat

adalah

Presipitat

pembuatan

(PCC)

kalsium

yang

karbonat

Dolomite
7

presaipitat skala pilot plant. Hasil yang diperoleh berupa produk


kalsium karbobnat presipitat dengan bulk density pada range 5 - 4 g
I ml dengan ukuran butiran sekitar 150 mesh.
f.
2)

Dolomit klinker

Pemanfaatan Dolomit yang telah dikalsinasi


a. Semen

Magnesium

Oksiklorida:

Disebut

juga

semen

sorel

[(MgO)2(MgCl2) (H2O)12] yang dibuat dengan kondisi pengerasan yang


cepat (3-4 jam) tetapi tidak tahan terhadap air, dan untuk
menghindarinya

dapat

dilindungi

dengan

pemolesan

dengan

menggunakan terpentin. Sorel semen dapat digunakan untuk lantai


gerbong kereta api, dapur dan kamar mandi dan juga dapat
digunakan dalam industri polister (SMC) yang digunakan dalam
industri komponen kendaraan mobil.
b. Semen Magnesium Oksisulfat: semen yang cepat kering (10 menit)
yang berguna untuk memperbaiki retakan pada jalan raya beton.
c. Busa anorganik magnesium
d. Bata Dolomte/ Bata Dolomit
3)

Pemanfaatan kimia Dolomit


a. Magnesium Oksida (MgO)
- Industri kaca dan kaca lembaran
- Industri refraktori
- Industri peleburan dan pemurnian logam
- Industri bahan penggosok
b. Hidroksida magnesium
c. Magnesium Karbonat
d. Dalam bidang farmasi: Dolomit murni (MgCO3) yang telah diolah akan
ditambahkan sebagai zat inert dengan konsentrasi mencapai 45% ke
dalam obat sebagai pengencer yang disebut dengan Eksipien.

E. Kesimpulan
Dolomit adalah mineral yang berasal dari alam yang mengandung
unsur hara magnesium dan kalsium berbentuk tepung. Dolomit umumnya
terdapat bersama-sama dengan Batugamping.
Penambangan dolomit umumnya dilakukan dengan cara tambang
terbuka

dengan

metoda

quarry.

Untuk

pemanfaatan

Dolomit

dapat

dikelompokkan menjadi 3 yakni pemanfaatan dolomit secara langsung,


pemanfaatan dolomit yang telah dikalsinasi, dan pemanfaatan kimia
dolomit.

Anda mungkin juga menyukai