Anda di halaman 1dari 65

PT.

PERTAMINA EP - PPGM

BabMETODE STUDI
3.1. METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
Tujuan pengumpulan dan analisis data:

1. Menelaah, mengamati, mengukur parameter lingkungan yang diperkirakan akan


terkena dampak besar dan penting dari kegiatan proyek,
2. Menentukan kualitas lingkungan dari berbagai parameter yang yang diperkirakan akan
terkena dampak besar dan penting dari kegiatan proyek,
3. Menelaah, mengamati, dan mengukur komponen rencana kegiatan yang diperkirakan
akan terkena dampak besar dan penting dari lingkungan hidup sekitarnya,
4. Memprakirakan perubahan kualitas lingkungan hidup awal akibat kegiatan proyek.
Secara umum lokasi-lokasi pengambilan data ditetapkan pada lokasi tapak proyek, serta
beberapa lokasi di sekitar tapak proyek yang diperkirakan akan terkena sebaran dampak.
Dengan cara ini kondisi atau rona lingkungan hidup awal pada lokasi-lokasi calon penerima
dampak dapat terukur/teramati, sehingga nantinya besaran dampak di wilayah studi dapat
diprakirakan.
Komponen lingkungan dan parameter yang harus diamati, diukur dan dicatat beserta metode
pengumpulan dan analisis datanya diuraikan sebagai berikut.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-1

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia


Komponen lingkungan geo-fisik-kimia yang ditelaah dalam studi ini meliputi :
1. Iklim (suhu udara, kelembaban, arah dan kecepatan angin, curah hujan dan intensitas
penyinaran matahari), kualitas udara ambien, kebisingan, kebauan dan getaran
2. Fisiografi dan geologi
3. Hidrologi, kualitas dan kuantitas air
4. Hidrooceanografi
5. Ruang, lahan dan tanah
3.1.1.1. Iklim, kualitas udara ambien, kebisingan dan getaran
3.1.1.1.1. Iklim
Komponen lingkungan hidup yang akan ditelaah antara lain: suhu, kelembaban, curah hujan,
arah dan kecepatan angin.
1) Metode pengumpulan data
Pengambilan data iklim dilakukan pada Stasiun Klimatologi Bubung di Luwuk/Toili Kabupaten
Banggai yang ada di daerah penelitian dengan periode pencatatan selama 10 tahun terakhir.
Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa selama 10 tahun pencatatan data iklim tersebut hasil
analisisnya dapat digunakan untuk mengetahui kondisi iklim daerah penelitian. Parameterparameter iklim yang dikumpulkan meliputi:
Suhu udara
Data suhu udara dikumpulkan dari stasiun meteorologi terdekat, selain itu suhu udara
diukur langsung di beberapa lokasi (tercantum pada peta lokasi pengambilan/pengukuran
sampel). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan thermometer bola kering dan
thermometer untuk suhu maksimum dan minimum.
Kelembaban
Data kelembaban akan dikumpulkan dari data sekunder hasil pencatatan stasiun
meteorologi terdekat. Selain itu pengukuran akan dilakukan langsung dengan alat

Termohygrometer .

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-2

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Angin
Data arah dan kecepatan angin dalam serangkaian waktu ( time series) akan dikumpulkan
dari stasiun meteorologi terdekat. Data yang diperoleh kemudian akan diolah untuk
memperoleh pola wind rose di wilayah studi. Pola wind rose yang diperoleh akan
digunakan untuk memprakirakan arah dan tingkat pencemaran udara.
Curah hujan
Data curah hujan dikumpulkan dengan mencatat data hujan dari stasiun-stasiun penakar
hujan yang ada di wilayah studi untuk periode 10 tahun terakhir untuk mengetahui hujan
rata-rata tahunan dan tipe curah hujannya.
2) Metode analisis data
Suhu dan kelembaban udara
Analisis data suhu udara dan kelembaban akan dilakukan dengan menetapkan suhu ratarata, suhu maksimum dan minimum, kelembaban rata-rata dan kelembaban maksimum
dan minimum. Sedangkan untuk menghitung suhu rata-rata dan kelembaban rata-rata
udara dilakukan dengan menghitung suhu dan kelembanan rata-rata secara aritmatik. Hal
ini didasarkan pada kenyataan bahwa wilayah yang akan dilalui jalur pipa adalah daerah
dengan topografi relatif datar pada dataran rendah ( low land).
Angin
Data yang diperoleh dari hasil pencatatan dan pengukuran arah dan kecepatan angin
kemudian diolah untuk memperoleh pola wind rose di wilayah studi. Pola wind rose yang
diperoleh akan digunakan untuk memprakirakan arah dan kecepatan angin dominan.
Curah hujan
Dengan memperhatikan topografi yang relatif datar, maka perhitungan tebal hujan ratarata daerah penelitian menggunakan metode Poligon Thiessen. Metode Poligon Thiessen
dipergunakan untuk menghitung hujan rata-rata dengan cara membuat poligon yang
mewakili luas persebaran hujan masing-masing stasiun pencatat hujan. Dari masingmasing stasiun hujan dihubungkan satu sama lain dengan garis. Pada garis penghubung
tersebut ditarik garis tegaklurus pada titik tengahnya sehingga garis-garis yang tegak
lurus tersebut akan berpotongan pada suatu titik. Dari banyak perpotong garis pada titiktitik di antara tiga stasiun pencatat hujan tersebut akan membentuk suatu poligon yang
banyak seperti Gambar 3.1.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-3

PT. PERTAMINA EP - PPGM

A2

P2

A3

P3
A1

P1

P1

P4
A5

A4

Gambar 3.1. Poligon Thiessen


Catatan:

P1 :
P2 :
P3 :
P4 :
P5 :
A1 :
A2 :
A3 :
A4 :
A5 :
An :
P :

P =

Tebal hujan pada stasiun penakar hujan


Tebal hujan pada stasiun penakar hujan
Tebal hujan pada stasiun penakar hujan
Tebal hujan pada stasiun penakar hujan
Tebal hujan pada stasiun penakar hujan
Luas daerah poligon 1
Luas daerah poligon 2
Luas daerah poligon 3
Luas daerah poligon 4
Luas daerah poligon 5
Luas daerah poligon ke n
Curah hujan rata-rata daerah penelitian

1
2
3
4
5

A1.P 1 + A2.P2 + A3.P 3 + A4.P 4 + A5.P 5 + .... +An .Pn


A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + An

Penetapan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson (1951) menggunakan rasio atau
nisbah nilai Q, yaitu perbandingan antara jumlah rerata bulan kering dengan jumlah
rerata bulan basah. Persamaannya adalah sebagai berikut:

Q =

Jumlah rata-rata bulan kering

x 100%

Jumlah rata-rata bulan basah

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-4

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Penetapan bulan kering dan bulan basah, dicari dengan menghitung adanya bulan kering
dan bulan basah setiap tahunnya, kemudian dijumlah untuk jumlah tahun pencatatan
dan kemudian dirata-ratakan. Bulan kering terjadi apabila curah hujan < 60 mm/bulan,
dan bulan basah terjadi apabila curah hujan >100 mm/bulan, sedangkan curah hujan
antara 60 - 100 mm/bulan dikatakan bulan lembab.
berikut

menyajikan

penggolongan

tipe

iklim

Tabel 3.1 dan Gambar 3.2

menurut

Schmidt

dan

Ferguson

mendasarkan nilai Q.
Tabel 3.1. Penggolongan Tipe Iklim
No

Tipe Iklim

Q (dalam %)

1
2
3
4
5
6
7
8

A
B
C
D
E
F
G
H

0 14,3
14,3 33,3
33,3 60,0
60,0 - 100,0
100 - 167,0
167,0 300,0
300,0 700,0
> 700,0

Keterangan
Sangat basah
Basah
Agak basah
Sedang
Agak kering
Kering
Sangat kering
Amat sangat kering

Sumber: Schmidt dan fergusson (1951)

8
7

Jumlah rata-rata bulan kering

10 11 12

10 11 12

Jumlah rata-rata bulan basah


Gambar 3.2. Grafik Penentuan Tipe Hujan Menurut
Schmidt dan Fergusson (1951)

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-5

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.1.1.2. Kualitas udara dan kebisingan


a. Metode pengumpulan data
Penentuan titik/lokasi sampling didasarkan atas pertimbangan arah dan kecepatan angin
yang dihubungkan dengan tapak rencana kegiatan. Data kualitas udara, kebisingan, dan
kebauan merupakan data primer yang akan dikumpulkan langsung di lapangan, akan diambil
dari lokasi rencana pembuatan sumur pengembangan, BS, GPF di Kayowa, Kilang LNG,
maupun pembangunan pipa transmisi gas (pipeline).

Parameter yang dikumpulkan untuk kualitas udara dan kebisingan meliputi :


1) Kualitas udara ambien
Parameter kualitas udara ambien yang akan diteliti sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Parameter yang dianalisis
pada jalur pemasangan pipa adalah debu TSP, sedangkan pada sumur pemboran, dan
LNG Plant meliputi paramater diantaranya ; SO 2 (sulfur dioksida), CO (karbon monoksida),
NO 2 (nitrogen dioksida), O3 , dan TSP (debu).
2) Kebisingan
Kebisingan akan diukur secara langsung dengan menggunakan alat Sound Level Meter di
lokasi yang sama dengan lokasi pengukuran/pengambilan sampel udara ambien. Baku
mutu tingkat kebisingan diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
Kep-48/MENLH/11/ 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.

b. Metode analisis data


Analisis kualitas udara akan dilakukan dengan cara menghitung sesuai Indeks Standar
Pencemaran

Udara

(ISPU).

Tabel

3.2

menyajikan

parameter-parameter,

pengumpulan dan analisis data untuk kualitas udara dan kebisingan.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-6

metode

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.2. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data untuk Kualitas
Udara dan Kebisingan
No

Parameter

Metode Analisis

Kualitas Udara
SO2
Pararosanilin
CO
NDIR
NO2
Saltzman
PM10
Gravimetri
TSP
Gravimetri
O3
Chemiluminescent

Kebisingan

Peralatan
Spektrofotometer
NDIR Analyzer
Spektrofotometer
Hi-Vol
Hi-Vol
Spektrofotometer

Sumber
PP No. 41 tahun
1999 tentang Baku
Mutu Udara Ambien
Nasional

Sound Level Meter Kep.Men. LH No. 48


tahun 1996 tentang
Baku Tingkat
Kebisingan

Metode
Analisis Data

Keterangan

Menggunakan
Pedoman ISPU:
Kep.Men. LH No. 45
tahun 1997 dan Kep.
Ka BAPEDAL No. 107
tahun 1997

Hasil perhitungan
dikonversi menjadi
skala kualitas
lingkungan

Sesuai dengan
Kep.Men. LH No. 48
tahun 1996 tentang
Baku Tingkat
Kebisingan

Hasil perhitungan
dikonversi menjadi
skala kualitas
lingkungan

3.1.1.2. Fisiografi dan Geologi


1) Fisiografi
a. Metode pengumpulan data
Data kondisi fisiografi mencakup konfigurasi permukaan bumi yang lebih menekankan
data bentuklahan dan proses geomorfologi yang terjadi. Pengumpulan data yang
dilaksanakan dengan menggunakan metode observasi yakni langsung melakukan
pengamatan, pengukuran dan pencatatan parameter-parameter bentuk lahan mencakup
topografi, lereng, material dan proses geomorfologi yang bekerja. Selain itu data
sekunder konfigurasi permukaan bumi disadap dari peta topografi sebagai sumber data
untuk digunakan dalam mengkaji fisiografi daerah penelitian yaitu di tapak BS, GPF,
Kilang LNG, sumur, jalur pipa dan sekitarnya.
b. Metode analisis data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif
observasional. Informasi kemiringan lereng diperoleh dari data sekunder berupa Peta
Kemiringan Lereng yang telah ada. Ceking lapangan dilakukan untuk memperbaiki
dan/atau merevisi peta lereng yang telah ada dengan melakukan pengukuran kemiringan
lereng di lapangan menggunakan abney level dan kompas geologi. Apabila belum ada
peta lereng, maka akan dibuat peta lereng dengan data pokok dari Peta Rupa Bumi.
Dengan menggunakan Peta Rupa Bumi skala 1:25.000, Peta Lereng Daerah Penelitian
Peta Kemiringan Lereng dapat dibuat dengan metode Thornwhite (grid system).

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-7

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Berikut metode analisis kemiringan lereng menggunakan Peta Rupa Bumi:


peta dibagi kedalam beberapa grid
masing-masing grid ditarik garis diagonal yang paling banyak terpotong oleh garis
tinggi (kontur)
hitung panjang diagonal (L) dan jumlah kontur yang terpotong oleh diagonal (N).
Hitung dengan menggunakan rumus:
(N-1) x Ci
= ------------- x 100%
L
Catatan :

N
Ci
L

= besar lereng (%)


= jumlah kontur yang terpotong diagonal
= kontur interval ( 12,5 m untuk Peta Rupa Bumi skala
1:25.000 dan 25 m untuk skala 1:50.000)
= panjang diagonal (m)

Dengan diperolehnya data kemiringan lereng masing-masing grid maka peta lereng dapat
disusun berdasarkan nilai kemiringan lereng tersebut. Hasil pemetaan kemudian dicek di
lapangan dengan melakukan pengukuran di beberapa lokasi sampel, hasilnya kemudian
dianalisis untuk mengetahui klas kemiringan lereng dan topografi daerah penelitian.
Tabel 3.3. Aspek-Aspek Relief yang Merupakan Gabungan yang Erat
Antara Topografi, Kemiringan Lereng dan Beda Tinggi Relatif
No
1
2
3
4
5
6
7

Unit Relief
Lereng (%)
Topografi datar hampir datar
0-2
Topografi berombak/landai
3-7
Topografi bergelombang/ miring
8-13
Topografi bergelombangberbukit/agak curam
14-20
Perbukitan curam/ lereng curam
21-55
Pegunungan curam terkikis/sangat terjal
156-140
Pegunungan/amat sangat terjal
>140
Sumber: Van Zuidam, R.A and Zuidam Cancelado, 1979.

Beda Tinggi Relatif (m)


<5
5-50
25-75
50-200
200-500
500 -1000
>1000

2) Geologi
a. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data geologi meliputi jenis batuan, struktur geologi dan stratigrafi dilakukan
dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan
metode observasi lapangan yakni mengamati, melihat, mengukur dan mencatat
fenomena geologi, batuan di lapangan tapak BS, GPF, Kilang LNG, sumur, jalur pipa dan
sekitarnya. Data sekunder berupa data dari laporan hasil penelitian terdahulu dan dari
peta-peta geologi daerah setempat.
b. Analisis data
Teknik analisis yang digunakan menggunakan teknik analisis deskriptif secara langsung di
lapangan dan bantuan data sekunder untuk mendeskripsikan kondisi geologi setempat.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-8

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.4. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Fisiografi, Tanah dan Geologi
No
1.

Parameter
Topografi
a. Posisi

Pengukuran langsung dengan GPS

b. Kelerengan

Pengukuran langsung menggunakan


kompas terkalibrasi
Pengukuran/pembuatan peta lereng
dari Peta Rupa Bumi
Pengukuran langsung menggunakan
kompas geologi

c. Relief
2.

Metode Analisis

Keterangan

Parameter-parameter yang terukur juga digunakan dalam


analisis kestabilan lereng
Manual hasil pencatatan posisi dg GPS
Parameter-parameter yang terukur diplotkan langsung
pada peta
Perhitungan dengan metode Thornwhite Parameter-parameter yang terukur diplotkan langsung
pada peta sebagai ceking hasil perhitungan dari kontur
( Grid System)
Peta Rupa Bumi
Hubungan antara kemiringan lereng
dengan beda tinggi lokal

Struktur geologi
a. Posisi

Metode Pengumpulan Data

Pengukuran langsung dengan GPS

Batuan
a. Jenis
b. Posisi

4. Jenis tanah
a. Sifat-sifat fisik
b. Permeabilitas dan
porositas
c. Kesuburan tanah

Observasi
Pengukuran langsung dengan GPS

Parameter-parameter yang
pada peta
Parameter-parameter yang
analisis kestabilan geologi
Parameter-parameter yang
pada peta
Parameter-parameter yang
analisis kestabilan geologi

terukur diplotkan langsung


terukur juga digunakan dalam
terukur diplotkan langsung
terukur juga digunakan dalam

Analisis makroskopis petrolografi


Parameter-parameter yang terukur diplotkan langsung
pada peta
Parameter-parameter terukur juga digunakan dalam
analisis kestabilan tanah (erosi)

Pemboran tanah dengan hand auger


(bor tangan) untuk ambil sampel
tanah
Deskripsi dan analisis ukuran batir

Analisis laboratorium (tekstur, struktur,


kandungan bahan organik) dengan
mengunakan teknik segitiga tekstur USDA
Analisis langsung lapangan (kedalaman
Mencakup parameter-parameter untuk analisis erosi yaitu
solum, warna, pH, struktur) dan analisa tekstur, struktur dan kandungan bahan organik
laboratorium (Kandungan N,P,K, B.O., dll)
Deskripsi dan tes permeabilitas insitu Analisis laboratorium
Mencatat tingkat permeabilitas tanah (lambat, sedang,
cepat).
Pengambilan sampel tanah dengan
Analisis kesuburan tanah terhadap
Parameter penentu kesuburan terukur digunakan untuk
hand auger saat melakukan
parameter penentu kesuburan tanah
analisis kesuburan tanah
pemboran tanah

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-9

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.1.3. Hidrologi dan Kualitas Air


3.1.1.3.1. Hidrologi
a. Metode pengumpulan data
Lingkup studi komponen lingkungan hidrologi meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
1) Hidrologi/air permukaan
a. Karakteristik fisik sungai, danau dan rawa
b. Rata-rata debit dekade, bulanan dan tahunan
c. Kadar sedimentasi (lumpur), tingkat erosi
d. Kondisi fisik daerah resapan air permukaan dan air tanah
e. Kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air
2) Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air

Tabel 3.5. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Hidrologi


Metode Pengumpulan
Data
A Hidrologi/Air Permukaan
1. Karakteristik fisik
sungai
1.a. Pola alur sungai
Berdasar peta rupa bumi
skala 1:25.000 dan
observasi cek lapangan
No

Parameter

Metode Analisis Data

Keterangan

Analisis secara deskriptif


terhadap pola aliran sungai
(drentitik, paralel, trelis,
rektangular dll)

Dari pola alur sungai dapat


memberikan informasi tentang
struktur geologi dan jenis
batuan.

1.b. Pola drainase

Observasi visual dari peta


rupa bumi skala 1:25.000
Dan interview serta data
sekunder aliran

1.c. Kerapatan drainase

Pengukuran pada peta dari Analisis Kerapatan


peta rupa bumi skala
Drainase dengan rumus:
1:25.000
Dd= L / A
Dd= Kerapatan drainase
(km/km2)
L= Panjang seluruh alur
sungai (km)
A = Luas DAS (km2)

Nilai Dd dapat digunakan untuk


memberikan informasi tentang
kondisi pengatusan (drainage)
apakah pengatusannya : jelek,
sedang atau baik, dan
intensitas proses torehan
akibat erosi pada lokasi
tersebut

1.d. Kondisi dasar sungai

Observasi visual lapangan

Dapat memberikan informasi


bagaimana sedimen transport
sungai tersebut.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

Obsrvasi dan analisis data


sekunder tentang keajegan
aliran sungai sepanjang
tahun.

Deskriptif observasional

III-10

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.5. Lanjutan


No

Parameter

Metode Pengumpulan
Data

Metode Analisis Data

1.e. Prakiraan ketinggian


muka air sungai
maksimum

Pengukuran dengan jalan


atau tongkat berskala di
lapangan, atau tanaya
kepada penduduk
setempat

Deskriptif observasional

1.f. Kedalaman sungai


rata rata

Pengukuran dengan jalan


atau tongkat berskala di
lapangan

Deskriptif observasional

1.h. Lebar sungai ratarata

Pengukuran dengan pita


ukur di lapangan

1.i. Kemiringan dinding


sungai

Pengukuran dengan abney Visual dan deskriptif


level atau kompas geologi

1.j. Kondisi banjir

Data sekunder

Deskripsif observasional

Keterangan

Data yang dikumpulkan antara


lain, periodisasi banjir, lokasilokasi banjir, luasan area
banjir
Data debit dekade, bulanan,
tahunan

Debit/Discharge
Sungai

Data sekunder
Dan data primer

Matematik
Q=V*A

3.

Debit aliran
permukan

Metode rasional
Data primer

Matematik

4.

Kualitas air
permukaan *)

Menerapkan Standard
Menerapkan National
Methods for The
Sanitation Foundations
Examination of Water and Water Quality Index (NSFWastes Water, APHA, edisi WQI), (Ott, 1998).
ke 20, tahun 200. Baku
Mutu Air yang akan
dipergunakan adalah PP
No. 82 tahun 2001.

Pengukuran parameter fisik


seperti suhu, pH, TDS, DO dan
DHL dilakukan langsung di
lapangan (in situ
measurement)

5.

Tingkat erosi

Observasi visual, peta rupa USLE Method


bumi, kemiringan dan
A = R.K.L.C.P (ton/ha/th)
panjang lereng, sifat fisik
tanah, data hujan

Pengukuran parameter erosi


dilakukan di lapangan dan
analisis laboratorium

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

R = 0,028C.I.A
(m3/dt)

Butuh data hujan, luas daerah


dan data penutup lahan

III-11

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.5. Lanjutan


No
6.

Parameter

Metode Pengumpulan
Data

Metode Analisis Data

Keterangan

Kondisi fisik daerah


resapan

6.a. Topografi

Observasi visual dan


pengukuran langsung di
lapangan dan peta rupa
bumi

6.b. Air larian permukaan


(run off)

Observasi visual dan


Persamaan empiris dengan Lokasi dimana terjadi
pengukuran luas DAS pada rumus Q = 0,028.C.I.A.
pembukaan lahan (tapak
peta dengan planimeter
(Rational equation)
sumur, jalur pipa dll.

B.

Tingkat penyedia- Data sekunder


an dan kebutuhan/
pemanfaatan air

Analisis morfologi (kaitan


lereng dengan relief)

Data ini didapatkan pada


survei komponen fisiografi

Perhitungan tingkat
kebutuhan/pemanfaatan
air dihitung berdasarkan
rata-rata penggunaan
volume air per satuan luas
lahan untuk pertanian,
rata-rata penggunaan air
untuk industri, dan ratarata penggunaan air untuk
kegiatan lainnya

Masing-masing komponen dan paramerter lingkungan yang diprakirakan terkena dampak


tersebut akan dikumpulkan baik dari lapangan maupun instansi terkait, dengan rencana lokasi
pengambilan sampel disajikan pada Peta Rencana Lokasi Pengambilan Sampel, yang selanjutnya
akan dianalisis untuk menentukan skala Kualitas Lingkungannya.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-12

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.1.3.2. Kualitas Air


1) Kualitas air tanah
Untuk mengetahui kualitas air tanah pada lokasi penelitian, maka dilakukan pengukuran
terhadap kualitas air sumur penduduk. Pengambilan sampel air tanah untuk penelitian ini
dilakukan di sekitar lokasi rencana tapak sumur, LNG Plant, pembuatan dermaga, dan jalur
pemipaan. Jumlah lokasi pengambilan sampel sebanyak 22 buah (GW-1 s/d GW-22). Cara
pengukuran, perhitungan dan evaluasi kualitas air tanah berpedoman pada Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990. Parameter-parameter kualitas air tanah yang
akan diukur disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Parameter Kualitas Air Tanah/Sumur yang akan Diukur
(sesuai PERMENKES 907/MENKES/SK/VII/2002)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Parameter
Antimony
Air raksa (Hg)
Arsenic (As)
Barium (Ba)
Boron (Bo)
Cadmium (Cd)
Kromium (Cr)
Tembaga (Cu)
Sianida (CN)
Fluorida (F)
Timah (Pb)
Nikel (Ni)
Nitrat (NO 3)
Nitrit (NO2)
Selenium (Se)
Amonia (NH3)
Alumunium (Al)
Klorida (Cl)Tembaga (Cu)
Kesadahan (Ca CO3)
Hidrogen Sulfida (H2S)
Besi (Fe)
Mangan (Mn)
pH
Sodium (Na)
Sulfat (SO4 )
TDS
Seng (Zn)
Kekeruhan
E. Coli
Fecal coli
Suhu
Total zat padat terlarut (TDS)

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-13

PT. PERTAMINA EP - PPGM

2) Kualitas air permukaan


Untuk mengetahui kualitas air permukaan (air sungai) pada lokasi penelitian, maka dilakukan
pengukuran terhadap kualitas air permukaan. Cara pengukuran, perhitungan dan evaluasi
kualitas air sungai berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan Kep.Men LH No. 37 Tahun
2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air
Permukaan. Pengambilan sampel air permukaan untuk penelitian ini dilakukan di sungaisungai terdekat yang terpengaruh oleh kegiatan di BS, GPF, Kilang LNG, sumur dan jalur pipa
dan sekitarnya. Parameter-parameter kualitas air permukaan yang akan diukur disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 3.7. Parameter Kualitas Air Permukaan yang akan Diukur
(sesuai PP RI No. 82 Tahun 2001)
No.

Parameter

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

pH
DO
Kekeruhan
DHL
BOD
COD
Total fosfat sebagai P
NO 3
NH3
Kobalt (Co)
Barium (Ba)
Boron (Bo)
Kadmium (Cd)
Khrom (VI)
Tembaga (Cu)
Besi (Fe)
Timbal (Pb)
Mangan (Mn)
Air Raksa (Hg)
Seng (Zn)
Khlorida (Cl)
Sianida (CN)
Fluorida (F)
Nitrit (NO2)
Sulfat (SO 4)
Khlorin bebas
Belerang sbg H 2S
Minyak dan Lemak
Detergen
Residu Terlarut
Residu Tersuspensi
Total Coliform
Fecal Coliform

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-14

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Lokasi pengambilan sampel ditetapkan pada lokasi tapak proyek dan sekitarnya yang
diprakirakan

akan

terkena

dampak

kegiatan

proyek.

Penetapan

lokasi

ini

juga

mempertimbangkan:
1. Kemiringan topografi daerah aliran sungai dan daerah resapan,
2. Arah aliran sungai,
3. Arah aliran air tanah.

Pengambilan sampel air tanah akan dilakukan pada 10 titik/lokasi yang didasarkan pada
perbedaan jenis tanah dan pertimbangan lain, yaitu kemungkinan sebidang tanah tercemar
oleh limbah pemboran, sedangkan sampel air sungai akan diambil di

6 lokasi. Titik-titik

lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Peta Lokasi Pengambilan Sampel
(Gambar 3.3), sedangkan justifikasi penentuan lokasi tersebut diuraikan sebagai berikut:
Justifikasi lokasi pengukuran debit sungai di sekitar tapak proyek
Pengukuran debit sungai dilakukan pada muara-muara sungai-sungai minor yang
mensuplai air dan sedimen ke dalam Sungai yang terpengaruh oleh GPF, BS, Kilang LNG,
sumur, jalur pipa dan sekitarnya. Debit memiliki hubungan erat dengan jumlah sedimen
yang dibawanya. Dengan mengetahui besarnya debit aliran maka dapat diperkirakan
besarnya beban debit dari sungai tersebut, sehingga dapat diprakirakan pasokan debit ke
daerah hilir yang memungkinkan dapat terjadinya banjir.
Hal ini penting dilakukan karena diperkirakan selama pekerjaan proyek, erosi akan
semakin besar sehingga sedimen yang terbawa oleh air akan semakin banyak dan beban
sedimen yang masuk kedalam sungai-sungai itu akan semakin besar.

Justifikasi lokasi pengukuran debit sungai di sepanjang jalur pipa


Pengukuran debit sungai ditujukan untuk mengetahui volume air sungai yang tersedia
sepanjang tahun. Lokasi pengukuran dilakukan pada upstream dan downstream sungai.
Tujuan utama pengukuran ini untuk mengetahui jumlah volume air in reservoir (Qin
Qout), sehingga prediksi akibat pengambilan air sungai ini serta perkiraan volume air
yang boleh diambil dapat dilakukan. Sungai-sungai yang akan diambil debitnya adalah
sungai terdekat yang memenuhi syarat.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-15

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Justifikasi lokasi sampling kualitas air sungai


Lokasi sampling kualitas air sungai, ditetapkan sedemikian rupa dengan tujuan utama
untuk mengetahui kondisi kualitas air sungai sebelum pelaksanaan proyek. Lokasi utama
pengambilan sampel air sungai dilakukan pada Sungai yang terpengaruh oleh GPF, BS,
Kilang LNG, sumur dan jalur pipa. Lokasi sampling ditetapkan pada posisi hulu, tengah
dan hilir sungai sehingga kondisi kualitas alamiah air sungai dan interaksinya dengan tata
guna air sekitar dapat diketahui.
Justifikasi lokasi sampling kualitas air tanah
Lokasi sampling kualitas airtanah ditetapkan sedemikian rupa dengan tujuan utama untuk
mengetahui kondisi kualitas airtanah dangkal sebelum pelaksanaan proyek. Lokasi utama
pengambilan sampel air tanah adalah di area rencana GPF, BS, Kilang LNG, sumur dan
jalur pipa. Di area rencana tapak proyek lokasi sampling ditentukan dengan menggunakan
prinsip purposive sampling yang mewakili kondisi daerah upstream dan downstream aliran
airtanah. Tujuannya agar perubahan kualitas dari daerah upstream ke downstream dapat
termonitor, sehingga diketahui pengaruh lingkungan saat ini terhadap perubahan kondisi
kualitas airtanah dangkal sebelum proyek. Pada lokasi-lokasi sepanjang pipa, tujuan
utamanya adalah mengetahui kondisi awal kualitas airtanah di daerah ini sebelum
keberadaan pipa penyalur gas.
b. Metode analisis data
Parameter yang telah diukur/diamati dan dicatat kemudian dianalisis dengan metode seperti
yang diuraikan dalam Tabel 3.8.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-16

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.8. Parameter, Teknik Pengujian, Spesifikasi Metode


Pengujian Kualitas Air
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Parameter
Amonium
Besi
BOD
COD
Fenol
Krom
Kadmium
Minyak dan lemak
Nitrat
Nitrit
Perak
Sulfida
Sianida
Seng

Teknik Pengujian
Spektrofotometri dengan Nessler
Spektrometri serapan atom
Inkubasi Winkler
Refluk secara tertutup
Spektrofotometri dengan aminoantipirin
Spektrometri serapan atom
Spektrometri serapan atom
Ekstraksi dengan petroleum eter
Spektrofotometri dengan brusin sulfat
Spektrofotometri dengan Asam sulfanilat
Spektrometri serapan atom
Spektrofotometri dengan para aminodimetil anilin
Titrimetri dan kolorimetri
Spektrometri serapan atom

Sumber : Kepmen LH No. 37 tahun 2003

Spesifikasi
MetodePengujian
SNI 06-2479-1991
SNI 06-2523-1991
SNI 06-2503-1991
SNI 06-2504-1991
SNI 19-1656-1989
SNI 06-2511-1991
SIN-06-2465-1991
SNI 19-1660-1989
SNI 06-2480-1991
SNI 06-2484-1991
SNI 06-4162-1996
SNI 19-1664-1989
SNI 19-1504-1989
SNI 06-2507-1991

Berikut ini disajikan persamaan-persamaan matematik untuk menghitung besar data debit,
sedimen transport total dan erosi dari metode analisis data hidrologi, suspensi dan parameter
erosi.
1. Pengukuran debit sungai dan debit aliran permukaan
a. Pengukuran langsung lapangan
Data debit, terutama diperoleh dari data sekunder dari instansi terkait (Bappeda
Kabupaten Banggai (2006) yang telah ada dengan pencatatan data jangka panjang,
sedangkan data pengukuran debit secara langsung dilakukan untuk ceking kondisi
debit tetapi sifatnya hanya debit sesaat.
Pengukuran debit sungai dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Lebar sungai di lokasi pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.
2) Masing-masing seksi diukur kedalaman airnya, kemudian diukur kecepatan aliran
air sungai pada kedalaman tertentu (0,2 dan 0,8 dari kedalaman air sungai) dengan
current meter, dan selanjutnya dihitung luas penampang masing-masing seksi.
3) Debit sungai dihitung dengan mengkalikan kecepatan aliran dengan luas
penampang masing-masing seksi.
4) Debit total air sungai adalah jumlah seluruh debit masing-masing seksi dalam
penampang sungai tersebut, dengan rumus sebagai berikut:
n

Qw Qn
q 1

Catatan : Qw = debit total sungai (m3/detik)


Q = debit masing-masing seksi penampang sungai (m3 /detik)
n
= banyaknya seksi pengukuran

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-17

PT. PERTAMINA EP - PPGM

b. Rational Method
Perhitungan debit aliran permukan dengan menggunakan rumus rasional (empiris)
sebagai berikut:
R = 0,028C.I.A
Dimana : R = Debit larian air permukaan
C = Koefisien aliran permukaan
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas area/wilayah DAS (Ha)
Sumber: Sitanala Arsyad, 1989

2. Prakiraan besar erosi


Prakiraan besar erosi dilakukan dengan rumus empris dari United Soil Loss Equation
(USLE) yaitu:
E = R.K.L.S.C.P
Dimana : E = Soil loss (ton/ha/tahun)
R = Faktor erosivitas hujan
K = Faktor erodibilitas hujan
L = Faktor panjang lereng

S = Faktor kemiringan lereng


C = Faktor jenis tutupan lahan
P = Faktor konservasi tanah

3.1.1.4. Hidro-oseanografi
1) Metode pengumpulan data
Pengumpulan data lingkungan dilakukan melalui pemetikan data primer dan pengumpulan
data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan di perairan laut di sekitar sumur lepas
pantai di sekitar dermaga dalam kompleks kilang LNG dengan pengambilan sampel yang
kemudian diuji di laboratorium atau pengukuran langsung. Parameter hidro-oseanografi yang
diukur/diamati meliputi:
a. Batimetri
Data hidrometri diperoleh dari data sekunder berupa peta yang dikeluarkan DISHIDROS
maupun hasil pengukuran/pemetaan/kajian/studi terdahulu. Data batimetri diperlukan
untuk mengkaji dampak yang terjadi dari kegiatan pembangunan dermaga dan pemboran
sumur lepas pantai.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-18

PT. PERTAMINA EP - PPGM

b. Pasang surut
Data pasang surut diperoleh dari data sekunder hasil pengukuran terdahulu yang telah
dipakai untuk penyusunan design FSO maupun fasilitas pantai. Selain itu, data sekunder
dari DISHIDROS juga dapat digunakan. Data pasang surut diperlukan untuk pemodelan
hidrodinamika, untuk mengetahui kisaran kedalaman perairan dan prakiraan dampak
kegiatan konstruksi pembangunan dermaga dan pemboran sumur lepas pantai. Pasang
surut diamati setiap interval satu jam selama minimal 15 hari.
c. Arus
Data arus didasarkan pada data sekunder DISHIDROS dan dari studi terdahulu. Selama
pengambilan sampel juga dilakukan pengukuran arus di lokasi pengambilan sampel
selama minimal tiga hari. Pengukuran dilakukan dengan current meter pada kedalaman
0,2; 0,6 dan 0,8 kali kedalaman untuk mendapatkan arah dan kecepatan rata-rata sesaat.
Data arus diperlukan untuk memperkirakan kegiatan konstruksi pembangunan dermaga
dan pemboran sumur lepas pantai.
d. Gelombang
Sama halnya dengan data arus, data gelombang juga didasarkan pada data sekunder dari
kajian-kajian yang pernah dilakukan di sekitar lokasi.
e. Temperatur air
Parameter temperatur air diukur pada saat pengambilan sampel dengan termometer
lapangan. Untuk mendapatkan keadaan temperatur dalam rentang waktu yang lebih
panjang, data sekunder hasil pengukuran/studi yang lampau akan digunakan.
f. Kualitas air laut
Untuk mengetahui kualitas air laut di lokasi penelitian, maka dilakukan pengukuran
terhadap kualitas air laut. Evaluasi kualitas air laut berpedoman pada Keputusan MENLH
No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Lampiran I untuk Perairan Pelabuhan.
Pengambilan sampel air permukaan untuk penelitian ini dilakukan di sekitar lokasi rencana
pembangunan dermaga. Parameter-parameter kualitas air laut yang akan diukur disajikan
pada Tabel 3.9.
g. Salinitas
Salinitas pada saat pengambilan sampel diukur dengan salinometer. Sedangkan variasi
salinitas dalam jangka panjang akan didasarkan pada kajian data sekunder.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-19

PT. PERTAMINA EP - PPGM

h. Keadaan dasar perairan


Keadaan dasar perairan diamati dengan pengambilan sedimen dasar menggunakan grab

sampler dan sonar di sekitar lokasi sumur pemboran lepas pantai dan lokasi dermaga.
Selain itu juga dilakukan penyelaman untuk mencek keadaan dasar laut.
Tabel 3.9. Parameter Kualitas Air Laut untuk Perairan Pelabuhan
(sesuai dengan KEPMENLH No. 51 Tahun 2004)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Parameter
Kecerahan
Padatan tersuspensi total
Suhu
Ph
Salinitas
Amonia total (NH3 )
Sulfida (H 2S)
Hidrokarbon total
Senyawa Fenol total
PCB (poliklor bifenil)
Surfaktan (Deterjen)
Minyak dan lemak
Suhu
Cadmium (Cd)
Tembaga (Cu)
Timbal (Pb)
Seng (Zn)
Coliform (total)
Kekeruhan
BOD5
DO

Lokasi pengumpulan data meliputi zona pantai, yaitu kurang lebih 2 km ke arah kanan
dan kiri rencana pembangunan dermaga (dalam Kompleks Kilang LNG).
Pemilihan lokasi pengumpulan data didasarkan pada pertimbangan berikut:
Lokasi yang paling potensial mengalami dampak, yaitu lokasi tapak proyek.
Lokasi yang potensial terkena sebaran dampak.
Selain itu pendekatan analogi berdasarkan kondisi hidro-oseanografi di lokasi lain yang
relatif masih dekat dengan lokasi calon tapak proyek juga diterapkan, terutama
menyangkut perkiraan arah sebaran arus dan kondisi batimetri.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-20

PT. PERTAMINA EP - PPGM

2) Metode analisis data


Analisis data untuk tiap parameter yang diukur/diamati dilakukan dengan metode yang
tercantum dalam Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Hidro-Oseanografi
No

Parameter

Metode Pengumpulan Data

Metode Analisis Data

Keterangan

1.

Batimetri

Data sekunder yang ada (Peta


Batimetri)

Deskriptif, dengan membaca


peta Batimetri yang telah ada.

Perairan sekitar tapak kegiatan


pembangunan dermaga dan
sumur lepas pantai

2.

Pasang surut

Data sekunder dari penelitian


sebelumnya, atau data dari dishidros
pada pelabuhan terdekat

Analisis harmoni untuk menetap- Perairan sekitar tapak kegiatan


kan MSL (Mean Sea Level), HWL pembangunan dermaga dan
(High Water Level), LWL (Low
sumur lepas pantai
Water Level)

3.

Arus

Data sekunder hasil penelitan


sebelumnya,

Analisis deskriptif kecepatan arus Pada beberapa titik di sekitar


dan arah arus
lokasi pembangunan dermaga
dan sumur lepas pantai

4.

Gelombang

Data sekunder pada pelabuhan


terdekat atau observasi visual
menggunakan pencatat gelombang

Analisis karakteristik ketinggian


dan periode gelombang yang
signifikan; serta wave
hindcasting

Lepas pantai (pada lokasi SPM


location ) dan dekat pantai

5.

Suhu

Data sekunder pada stasiun


meteorology terdekat atau dengan
pengukuran langsung menggunakan
thermometer

Fluktuasi suhu (untuk menetapkan suhu ambien)

Dekat pantai sampai 10 m


LWL

6.

Kualitas air
laut

Sampling dan pengukuran setempat

Fluktuasi kualitas air (kondisi


saat ini)

Lepas pantai (di lokasi SPM)


dan sekitar pantai.

Peta Lokasi Pengambilan Sampel dapat dilihat pada Gambar 3.3.


Dinamika proses sedimentasi sepanjang pantai sangat tergantung dengan dinamika air laut
dekat pantai. Dinamika air laut maupun gelombang pecah (surf) berpengaruh pada dinamika
morfologi pantai terutama dalam proses erosi dan sedimentasi pantai. Dinamika air laut
dapat didekati dengan dengan menggunakan formula tentang skala faktor pecah gelombang
(surf scaling factor) oleh Guza dan Bowen, 1975 (dalam Pethick, 1984) dan koefisien pecah
gelombang (wave breaker coefficient) menurut Galvin, 1968, 1972 (dalam Pethick, 1984)
sebagai berikut.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-21

PT. PERTAMINA EP - PPGM

1) Faktor skala pecah gelombang ( surf scaling factor )

: Tinggi gelombang (m)

: Periode gelombang (dt)

: Lereng pantai (o )

: Percepatan gravitasi bumi (9.8 m/dt2)

2) Koefisien pecah gelombang:

H
Bb b 2
g .s.T

Keterangan:

Bb

: Koefisien pecah gelombang

Hb : Tinggi gelombang (m)


g

: Percepatan karena gravitai bumi (9.8 m/dt2)

: Kemiringan lereng (%)

: Periode gelombang (dt)

Tipe gelombang ada empat macam (Galvin,1968, 1972):


a. surging,
b. collapsing,
c.

plunging, dan

d. spilling.
Tipe pecah gelombang surging breaker adalah berasosiasi dengan pantai rata (flat),
gelombang rendah dengan pantai agak curam. Akibat tipe ini akan berdampak langsung
pada proses erosi dan pantai mundur arah ke darat. Tipe pecah gelombang spilling
berasosiasi dengan gelombang tinggi, pendek dan pantai rata. Diantara kedua tipe pecah
gelombang yang ekstrim ini terdapat tipe plunging dan collapsing untuk gelombang
rendah. Kedua tipe pecah gelombang ini mempunyai kecenderungan untuk terjadinya
pengendapan (depositional ). Tabel 3.11 menunjukan perbandingan nilai antara koefisien
pecah gelombang ( wave breaker coefficient) dan faktor pecah gelombang (surf scaling

factor ).

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-22

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.11. Perbandingan Koefisien Pecah Gelombang dan


Faktor Skala Pecah Gelombang
Pengarang

Teori

Rumus

Transisi Tipe Pecah Gelombang


Surging ke
Plunging ke
plunging
spiling

Galvin, 1968,
1972

Koefisien Pecah
Gelombang (Breaker
coefficient)

B b b 2
g.s.T

0,003

0.068

Guza and
Bowen, 1975

Faktor Skala Pecah


Gelombang (Surf
scaling factor)

a.2

2
g.Ttan

2.5

33

Source: Pethick, 1984

3.1.1.5. Ruang, Lahan dan Tanah


1) Tata Ruang
a. Metode pengumpulan data
Dua pendekatan akan digunakan dalam studi tata ruang ini, yaitu :
1) Kajian data sekunder
Kegiatan utama dalam kajian data sekunder ini adalah pengumpulan berbagai peta
yang memuat data tata ruang wilayah studi yaitu wilayah Kecamatan Batui, Toili dan
Toili Barat (Kabupaten Banggai). Dalam metode ini akan dikaji keberadaan rencana
tata ruang yang ada. Lebih lanjut akan dikaji pula kebijakan-kebijakan pengembangan
ruang di wilayah studi.
2) Observasi lapangan
Dalam observasi ini akan dikaji pola tata ruang yang ada sebagaimana telah
dikumpulkan melalui data sekunder. Dalam observasi lapangan ini akan dikaji secara
khusus kemungkinan pemindahan pemukiman penduduk di sepanjang jalur pipa (bila
ada) serta alternatif-alternatif tata ruang yang dapat mengakomodasi antara
kepentingan pemukiman penduduk dan kepentingan proyek. Secara khusus akan
dilakukan pula dokumentasi lansekap kawasan agar pembangunan di kawasan ini tidak
mengurangi kualitas lansekap wilayah studi.
Hasil-hasil kajian lapangan dan data sekunder ini akan digunakan untuk memberikan
masukan bagi kajian tata ruang serta mengusulkan ide-ide penataan ruang wilayah
studi. Secara khusus akan diusulkan tata ruang yang meminimalkan kemungkinan
konflik antar kegiatan.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-23

PT. PERTAMINA EP - PPGM

b. Metode a nalisis data


1) Inventarisasi

tata

guna

lahan

dan

sumberdaya

lainnya

serta

kemungkinan

pengembangan serta peruntukkannya dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)


Kabupaten.
2) Rencana pengembangan wilayah, rencana tata ruang, dan rencana tata guna lahan
dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui persebaran, kepadatan dan pola
penggunaan lahan di masing-masing fungsi ruang.

2) Tanah
a. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data tanah dilakukan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder.
Dasar penentuan lokasi pengambilan sampel tanah, adalah jenis tanah di daerah
penelitian yaitu tapak GPF, BS, Kilang LNG, sumur, jalur pipa dan sekitarnya. Jenis tanah
di daerah penelitian secara garis besar terdapat dua jenis tanah, yaitu tanah aluvial dan
grumusol, dengan masing-masing tanah diambil 5 sampel tanah dengan maksud untuk
dapat

mewakili

seluruh

karakteristik

tanah

(sifat

fisik,

kimia

dan

kesuburan).

Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan


menggunakan bor tangan (hand auger) lengkap dengan soil test kit untuk sidik cepat sifat
fisik, seperti: tekstur, kedalaman solum, drainase dan sifat kimia tanah lapangan, seperti:
pH, kandungan bahan organik (BO) dan kandungan kalsium (Ca). Selain itu, sampel tanah
diambil untuk keperluan analisis sifat-sifat fisik dan kimia tanah secara akurat di
laboratorium guna menentukan tingkat kesuburan tanah.
b. Metode a nalisis data
Unsur-unsur yang dikaji dalam analisis laboratorium tersebut meliputi unsur-unsur fisika
dan kimia tanah. Unsur-unsur fisik tanah meliputi unsur ketebalan solum tanah, horison
tanah, tekstrur, struktur, warna dan konsistensi tanah. Unsur-unsur kimia tanah meliputi
unsur-unsur bahan organik, pH tanah, KTK, kandungan N, P, K dan lain-lain, dimaksudkan
untuk menganalisis tingkat kesuburan tanah. Pengumpulan data sekunder tanah
dilakukan dengan pengumpulan data dari hasil laporan penelitian terdahulu serta dari
peta tanah dan kesesuaian tanah daerah penelitian.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-24

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.1.6. Transportasi Darat


a.

Metode pengumpulan data


Jenis data yang digunakan untuk mempekirakan dampak pada komponen transportasi,
meliputi volume kendaraan, geometri ruas jalan dan simpang, jenis dan kondisi kerusakan
jalan, kecelakaan lalulintas serta kecepatan sesaat pada lokasi yang berpotensi
membangkitkan pejalan kaki. Jenis data dan metoda pengumpulan data dapat diuraikan
sebagai berikut.
Volume arus lalulintas
Metoda pengambilan data volume arus lalulintas dilakukan dengan metoda
pencacahan arus lalulintas tiap jenis kendaraan (traffic counting) pada ruas jalan.
Pengamatan dilakukan dengan interval waktu tiap 15 (lima belas) menitan yang
mencakup periode waktu jam sibuk. Prakiraan jam sibuk didasarkan pada kondisi tata
guna lahan di sekitar jalan/simpang yang akan diamati. Dari hasil observasi awal di
lokasi, ditentukan periode jam pengamatan mulai jam 06.00 14.00.
Klasifikasi kendaraan yang disurvai adalah :
1. Light Vehicle (LV)

Kendaraan ringan, terdiri dari mobil pribadi, pickup

2. Heavy Vehicle (HV)

Kendaraan berat, terdiri dari bus sedang, truk 2 As, truk


3 As atau lebih dan bus besar

3. Motor Cycle (MC)

Sepeda motor

4. Unmotorized (UM)

Kendaraan tidak bermotor, seperti sepeda

Geometri Ruas Jalan dan Simpang


Data geometri ruas diperoleh dengan cara pengukuran langsung di lapangan maupun
data sekunder dari instansi berwenang, untuk mendapatkan data berupa:
- Lebar lajur
- Lebar perkerasan total,
- Lebar bahu jalan
Data lain yang diperlukan meliputi fasilitas kelengkapan jalan, yaitu meliputi rambu
dan marka jalan.
Kecepatan Setempat
Data kecepatan setempat (spot speed) diperoleh dengan pengukuran langsung
dengan cara mengamati waktu tempuh pada jarak 50 m pada ruas jalan untuk setiap
jenis kendaraan bermotor secara acak. Waktu pengukuran dilakukan bersamaan
dengan pengambilan data volume arus lalulintas (traffic counting).

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-25

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Jenis dan Kondisi Kerusakan Jalan


Mengamati secara langsung kondisi perkerasan jalan khususnya pada ruas jalan yang
akan dijadikan sebagai rute angkutan barang/material. Data lain yang diperlukan
adalah kondisi jembatan yang berada di sepanjang ruas jalan.
Tingkat kecelakaan
Data tentang kecelakaan diperoleh berdasarkan wawancara dengan warga yang
tinggal di sekitar ruas jalan yang dijadikan rute angkutan barang serta data sekunder
dari Polsek Batui, Toili dan Toili Barat.
b.

Metode Analisis
Kapasitas Ruas Jalan
Kapasitas ruas jalan perkotaan dapat diketahui dengan mengacu pedoman dari
Manual Kapasitas Ruas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997 sebagai berikut:
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs
Dengan:
C
Co
FCw
FCsp
FCsf
FCcs

:
:
:
:
:
:

Kapasitas ruas jalan (smp/jam)


Kapasitas dasar (smp/jam)
Faktor penyesuaian lebar jalan
Faktor penyesuaian distribusi arah
Faktor penyesuaian hambatan samping
Faktor penyesuaian ukuran kota

Faktor penyesuaian dan Kapasitas dasar (Co) untuk masing-masing tipe jalan
berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.12. Faktor Penyesuaian Lebar Jalur
Lebar jalur lalulintas
Faktor Penyesuaian
Tipe Jalan
efektif (meter)
(FCw)
0,92
3,00

4/2 D atau
Jalan satu arah

4/2 UD

2/2 UD

3,25
3,50
3,75
3,00
3,25
3,50
3,75
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00

0,96
1,00
1,04
0,91
0,95
1,00
1,05
0,56
0,87
1,00
1,14
1,25

Sumber: MKJI, tahun 1997

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-26

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.13. Faktor Penyesuaian Distribusi Hambatan Samping Jalan


dengan Bahu (FCsf)
Tipe
Jalan
4/2 D

4/2 UD

Kelas
hambatan
VL
L
M
H
VH
VL
L
M
H
VH

0,5 m
0,96
0,94
0,92
0,88
0,84
0,96
0,94
0,92
0,87
0,80

VL
L
M
H
VH

0,94
0,92
0,89
0,82
0,73

2/2 UD atau
Jalan searah
Sumber: MKJI, tahun 1997

Lebar Bahu efektif Ws


1,0 m
1,5 m
0,98
1,01
0,97
1,00
0,95
0,98
0,92
0,95
0,88
0,92
0,99
1,01
0,97
1,00
0,95
0,98
0,91
0,94
0,86
0,90
0,96
0,94
0,92
0,86
0,79

0,99
0,97
0,95
0,90
0,85

2,0 m
1,03
1,02
1,00
0,98
0,96
1,03
1,02
1,00
0,98
0,95
1,01
1,00
0,98
0,95
0,91

Tabel 3.14. Faktor Penyesuaian Distribusi Hambatan Samping Jalan


dengan Kereb (FCsf)
Tipe
Jalan

4/2 D

Kelas
hambatan
VL
L
M
H
VH

0,5 m
0,95
0,94
0,91
0,86
0,81

VL
L
M
H
VH
VL
L
M
H
VH

0,95
0,93
0,90
0,84
0,77
0,93
0,90
0,86
0,78
0,68

4/2 UD

2/2 UD atau
Jalan searah
Sumber: MKJI, tahun 1997

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

Lebar Bahu efektif Ws


1,0 m
1,5 m
0,97
0,99
0,96
0,98
0,93
0,95
0,89
0,92
0,85
0,88
0,97
0,95
0,92
0,87
0,81
0,95
0,92
0,88
0,81
0,72

0,99
0,97
0,95
0,90
0,85
0,97
0,95
0,91
0,84
0,77

2,0 m
1,01
1,00
0,98
0,95
0,92
1,01
1,00
0,97
0,93
0,90
0,99
0,97
0,94
0,88
0,82

III-27

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.15. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota


Jumlah Penduduk
( jiwa)
< 0,1 juta
0,1 - 0,5 juta
0,5 1,0 juta
1,0 3,0 juta
> 3,0 juta

FCcs
0,86
0,90
0,94
1,0
1,04

Sumber: MKJI, tahun 1997

Tabel 3.16. Faktor Penyesuaian Distribusi Arah (Jalan tanpa median)


Pemisahan arah (%)
FCsp

50-50

55-45

60-40

65-35

70-30

1,00
1,00

0,97
0,99

0,94
0,97

0,91
0,96

0,88
0,94

Dua lajur 2/2


Empat lajur 4/2

Sumber: MKJI, tahun 1997

Tabel 3.17. Kapasitas Dasar (Co)


Tipe jalan

Kapasitas dasar
(smp/jam)

Catatan

4/2 D atau jalan satu arah


4/2 D
2/2 UD

1650
1500
2900

Per-lajur
Per-lajur
Total dua arah

Sumber: MKJI, tahun 1997

Kinerja Ruas Jalan


Penilaian kinerja ruas jalan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi tingkat pelayanan
yang ada saat ini dan kondisi setelah ada perubahan kondisi arus lalulintas
berdasarkan perbandingan antara volume kendaraan yang lewat (V) dibandingkan
kapasitas ruas jalan (C).

DS = V/C
dengan:
DS : Degree of Saturation (derajat kejenuhan)
V
: Volume (smp/jam)
C
: Kapasitas ruas jalan (smp/jam)

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-28

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Simpang Tidak Bersinyal


Berdasarkan pedoman dari Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, kapasitas
persimpangan untuk simpang tidak bersinyal dihitung berdasarkan rumus sebagai
berikut:
C = Co x Fw x FM x Fcs x FRSU x FLT x FRT x FMI
dengan:
C

= Kapasitas (smp/jam)

Co

= Kapasitas dasar (smp/jam)

Fw

= Faktor penyesuaian lebar masuk

FM

= Faktor penyesuaian median jalan utama

FCS

= Faktor penyesuaian ukuran kota

FRSU

= Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan


kendaraan tak bermotor

FRT

= Faktor penyesuaian belok kanan

FLT

= Faktor penyesuaian belok kiri

FMI

= Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor

Kinerja Simpang Tak Bersinyal


Kinerja simpang tidak bersinyal ditentukan berdasarkan nilai tundaan lalulintas yang
terjadi (DT) terjadi sebagai berikut :
-

Tundaan Lalulintas ( DT )
DT

= c x A + (NQ1 x 3600) / c

Keterangan :
DT = Tundaan lalulintas rata-rata (detik/smp)
A
-

= 0,5 x (1- GR)2 / (1-GR x DS)

Tundaan Geometri (DG)


DGj = (1-Psv) x Pt x 6 (Psv x 4)
Keterangan :
DG = Tundaan geometri rata-rata pendekat j (detik/smp)
Psv = Rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat j =min (NS,1)
Pt

= Rasio kendaraan berbelok pada sutau pendekat.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-29

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tundaan rata-rata (D)


D

= DT + DG

Keterangan :
DT = Tundaan lalulintas rata-rata (detik/smp)
DG = Tundaan geometri rata-rata pendekat j (detik /smp)

Identifikasi Daerah Rawan Kecelakaan


Untuk mengidentifikasi daerah rawan kecelakaan dengan area pengamatan sepanjang
1 km, maka digunakan rumus sebagai berikut:
6

JKRi x 10
TKRi = --------------KL i x 365

3.1.2. Komponen Biologi


Komponen biologi yang diamati meliputi:
1) Biota air tawar
2) Biota air laut
3) Vegetasi alami dan budidaya
4) Satwa liar

3.1.2.1. Biota Air Tawar


Pengamatan biota sungai dilakukan di 25 (dua puluh lima) lokasi perairan di sekitar rencana
tapak proyek sesuai dengan lokasi pengambilan sampel kualitas air permukaan. Dasar
pengambilan sampel adalah media hidup biota sungai berada di sekitar tapak proyek sehingga
apabila kegiatan berlangsung diprakirakan dapat berpengaruh terhadap biota sungai. Biota
sungai yang akan ditelaah meliputi plankton, benthos, dan ikan. Adapun parameter yang diukur
meliputi, kelimpahan dan indek keanekaragaman untuk kelompok plankton dan benthos; dan
kekayaan jenis untuk ikan.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-30

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.2.1.1. Plankton
1) Metode pengumpulan data
Plankton diambil dengan menggunakan plankton net, mengingat air yang berada di sungai
dan laut cukup dinamis, maka jumlah air yang disampling dan disaring dengan plankton net
sebanyak 100 liter dan dipekatkan dalam botol plakton 10 ml dan diawetkan dengan larutan
formalin 4%, untuk dilakukan pengamatan di laboratorium. Plankton akan dipisahkan
menjadi kelompok fitoplankton dan zooplankton, untuk diketahui keanekaragaman jenis dan
kelimpahannya. Determinasi plankton menggunakan kunci determinasi yang dibuat oleh
Shirota (1966), Needham (1972), serta Ward and Whipple (1959).
2) Metode analisis data
Data plankton dianalisis untuk mengetahui densitas dan indeks diversitas. Densitas/
kerapatan plankton dihitung dengan rumus Welch (1948) dan untuk mengetahui indeks
keanekaragamannya, dengan indeks diversitas Shannon dan Weiner (Krebs, 1978). Indeks
keanekaragaman ini digunakan untuk mengetahui kondisi perairan.
Kerapatan Plankton:

( a.1000) c
N
L

catatan : N = kerapatan plankton per liter


a = rerata cacah plankton dari semua hitungan dalam SRCC
3

(Sedgwick Rafter Counting Cell ) dengan kapasitas 1 mm


c = volume air saring (cc)
L = volume air asli yang disaring (liter)

Indeks Keanekaragaman :

H = -

pi log pi

catatan : pi = n/N
n = jumlah individu suatu jenis
N = jumlah individu seluruh jenis

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-31

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.2.1.2. Benthos
1) Metode pengumpulan data
Sampel yang akan dicuplik dilakukan secara purposive random sampling dari perairan di
sekitar rencana kegiatan dengan menggunakan Eikman grap, dengan mengikuti prosedur
standar. Benthos yang telah diambil dari badan air, selanjutnya dipisahkan dari tanah
dengan cara menyaringnya agar bebas dari kotoran dan lumpur atau pasir. Setelah benthos
dipisahkan dari tanah, selanjutnya dimasukkan dalam kantong plastik atau botol koleksi
serta diberi pewarnaan terlebih dahulu menggunakan easin atau lugol dan diawetkan
dengan formalin 4% untuk diidentifikasikan di laboratorium.
2) Metode analisis data
Analisis data benthos dilakukan dengan menelaah kelimpahan dan indeks keanekaragaman
menggunakan indeks diversitas Shannon-Wiener.

3.1.2.1.3. Nekton
1) Metode pengumpulan data
Pengumpulan data ikan, udang dll didasarkan pada pengamatan langsung terhadap hasil
tangkapan pencari ikan atau nelayan dan melakukan wawancara langsung dengan
masyarakat setempat. Selain itu dilengkapi dengan data dari Dinas Perikanan Kabupaten
Banggai.
2) Metode analisis data
Data jenis-jenis ikan yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menelaah
kemungkinan adanya jenis-jenis ikan yang bernilai ekonomi bagi masyarakat.

3.1.2.2. Biota Air Laut


3.1.2.2.1. Terumbu Karang
Terumbu karang yang diamati terletak di sekitar dermaga di lepas pantai Lokasi Kilang LNG
kurang lebih sepanjang 1 km dari garis pantai.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-32

PT. PERTAMINA EP - PPGM

1) Metode pengumpulan data


Untuk mengetahui kondisi ekosistem terumbu karang, akan dilakukan penyelaman pada
kedalaman 3 m dan 10 m. Metode yang digunakan adalah metode transek garis (English at

all, 1994), transek garis sejajar pantai sepanjang 100 m, jenis karang diamati berdasarkan
bentuk hidupnya dan penutupan area. Pengumpulan data ini dilakukan oleh 1 kelompok
penyelam yang terdiri dari 4 orang (1 orang membuat transek, 2 orang mengamati dan 1
orang mengatur dari atas perahu). Pengamatan terumbu karang ini didasarkan pada
pertimbangan rencana adanya jalur pipa lepas pantai yang kemungkinan akan melewati
habitat terumbu karang yang dapat menyebabkan matinya terumbu karang dan
terganggunya kehidupan biota laut lainnya.
2) Metode analisis data
Terumbu karang dianalisis berdasarkan kategori bentuk hidup karang dan prosentase
penutupan area untuk menentukan kondisi terumbu karang.

Persentase penutupan

panjang total setiap kategori bentuk hidup


Panjang transek

x 100%

Hasil analisis penutupan karang dimasukkan ke dalam skala kualitas lingkungan penutupan
terumbu karang modifikasi dari Kep.Men. LH 04/2001.

Tabel 3.18. Skala Kualitas Lingkungan Penutupan Terumbu Karang


Skala

Kualitas Lingkungan

% Penutupan Terumbu Karang

Sangat buruk

0 12,9

Buruk

13 24,9

Sedang

25 49,9

Baik

50 74,9

Sangat baik

75 100

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-33

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.2.2.2. Nekton
1) Metode pengumpulan data
Pengumpulan data ikan didasarkan pada pengamatan langsung terhadap hasil tangkapan
pencari ikan atau nelayan dan melakukan wawancara langsung dengan masyarakat
setempat. Selain itu dilengkapi dengan data dari Dinas Perikanan Kabupaten Banggai.
2) Metode analisis data
Data jenis-jenis ikan yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menelaah
kemungkinan adanya jenis-jenis ikan yang bernilai ekonomi bagi masyarakat.
3.1.2.3. Vegetasi Alami dan Budidaya
Pengamatan vegetasi di dalam dan sekitar tapak GPF, BS, Kilang LNG dan sumur, dan jalur pipa
beradasarkan azas keterwakilan vegetasi, seperti hutan, mangrove, perkebunan, persawahan,
pekarangan. Pada setiap daerah pengamatan akan dibuat 6 titik sampling pada tapak kegiatan.
Dasar pengambilan sampel di sekitar lokasi kegiatan adalah hilangnya flora di sekitar kawasan
tersebut apabila rencana kegiatan telah berlangsung. Pada jalur pipa

juga akan dilakukan

pengamatan tanpa plot, terutama pada jalur yang berada di daerah persawahan ataupun kebun
campur. Penentuan pengambilan sampel di sekitar jalur pipa adalah sebagai perwakilan vegetasi
hutan, mangrove, kebun, pekarangan dan persawahan.

1) Metode pengumpulan data


Pengambilan/pengumpulan data vegetasi diperoleh dengan menggunakan teknik plot

quadrat sampling . Ukuran kuadrat 10 x 10 m untuk strata pohon. Adapun penempatan


kuadrat tersebut ditentukan secara sistematik random sampling . Pengamatan terhadap
tanaman budidaya dilakukan dengan inventarisasi, pengamatan langsung dan wawancara
tentang jenis tanaman yang dibudidayakan masyarakat di wilayah studi.

2) Metode analisis data


Data-data flora dianalisis untuk mengetahui indeks diversitas, frekuensi, kerapatan dan nilai
penting. Parameter yang ditelaah meliputi :
1) Indeks diversitas/keanekaragaman untuk komunitas flora darat dan mangrove.
Indeks diversitas diketahui melalui rumus indeks menurut Shannon Wiener:

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-34

PT. PERTAMINA EP - PPGM

H =

catatan :

pi log pi

pi = n/N
n = jumlah individu suatu jenis
N = jumlah total individu seluruh jenis

Jumlah pot dimana spesies hadir


2) Frekuensi
Jumlah total plot yang disampel
Jumlah individu
3) Kerapatan
Area cuplikan
4) Nilai Penting (NP) = Frekuensi relatif (FR) + Kerapatan relatif (DR)
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskripsif sehingga dapat disimpulkan
kualitas lingkungan flora di lokasi kegiatan dan sekitarnya.
3.1.2.4. Satwa Liar
1) Metode pengumpulan data
Pengumpulan data jenis-jenis satwa liar (anggota kelas Mammalia, Aves dan Reptilia)
dilakukan dengan pengamatan langsung (dengan bantuan teropong binokuler) dan tidak
langsung (jejak, kotoran, bagian tubuh yang ditinggalkan, wawancara) dan atau dengan
menggunakan data sekunder. Parameter yang akan ditelaah terdiri dari:
a) Kekayaan jenis
Untuk mengetahui kekayaan jenis satwa liar di lokasi kegiatan dan sekitarnya,
diperlukan

pemahaman

pengenalan

jenis/spesies

berdasarkan

hasil

identifikasi.

Identifikasi jenis satwa liar dapat dibantu dengan buku identifikasi satwa liar: mammal,
burung dan reptil.
b) Tingkat kelimpahan jenis
Tingkat kelimpahan jenis akan dibedakan menjadi banyak, sedang, dan sedikit.
2) Metode analisis data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menelaah adanya jenis-jenis yang
dilindungi atau nilai lain bagi masyarakat sekitarnya.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-35

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.19. Metode Sampling/Analisis Data dan Peralatan


Untuk Pengamatan Komponen Biologi
Parameter
A. Biota Air Tawar
1. Plankton
Kelimpahan
Diversitas/keanekaragaman

Metode Pengumpulan Data

Metode Analisis
Data

Peralatan

Purposive Random Sampling


Total Strip Counting

Indeks Diversitas
Deskriptif
Analisis

Plankton net

Purposive Random Sampling

Indeks Diversitas
Deskriptif
Analisis

Eikman grap

3. Ikan
Diversitas/keanekaragaman
B. Biota Air Laut
1. Terumbu karang
Prosentase luas tutupan
karang yang hidup

Inventarisasi
Wawancara

Deskriptif
Analisis

Daftar pertanyaan

Transek garis

Analisis Prosentase GPS


luas tutupan karang Roll meter
yang hidup

2. Ikan
Diversitas/keanekaragaman

Inventarisasi
Wawancara

Deskriptif
Analisis

2. Benthos
Kelimpahan
Diversitas/keanekaragaman

C. Vegetasi Alami dan Budidaya


1. Flora alam (liar)
Kerapatan
Diversitas/keanekaragaman

Inventarisasi
Ploting

2. Tanaman budidaya
Diversitas/keanekaragaman

Inventarisasi
Wawancara

D. Satwa Liar
1. Fauna liar
Kelimpahan
Diversitas/keanekaragaman
2. Hewan budidaya
Diversitas/keanekaragaman

Daftar pertanyaan

Indeks Diversitas
Kerapatan pohon
Deskriptif
Analisis
Deskriptif
Analisis

Kuadrat plot
Roll meter

Inventarisasi
Pencacahan
Index Point Abudance

Deskriptif
Analisis

Teropong
binokular
Hand counter

Inventarisasi
Wawancara

Deskriptif
Analisis

Daftar pertanyaan

Daftar pertanyaan

3.1.3. Komponen Sosial


a. Jenis data dan penentuan responden
Penelitian AMDAL aspek sosial rencana kegiatan PT. PERTAMINA EP PPGM ini mengacu
pada Kep.Ka BAPEDAL No. 299/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam
Penyusunan AMDAL. Data yang diperlukan komponen sosial ekonomi dan budaya dalam
penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden
melalui wawancara secara terarah/terfokus dengan menggunakan pedoman wawancara

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-36

PT. PERTAMINA EP - PPGM

(interview guidance). Responden ditentukan dengan metode purposive random sampling .


Menurut Paton (1990), purposive sampling umumnya digunakan untuk penelitian kualitatif,
dimana pemilihan responden lebih didasarkan pada kriteria khusus dan tujuan penelitian
yang akan dilakukan serta kurang menekankan pada sifat representativitas dalam

pengambilan sampel. Responden yang diambil meliputi anggota masyarakat dari berbagai
kelompok, seperti tokoh formal dan informal, para pemuda, wanita dan ibu rumah tangga
serta kelompok-kelompok profesi atau matapencaharian. Adapun data sekunder diperoleh
dari instansi terkait di tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten.
b. Penentuan lokasi sampel
Penentuan lokasi sampel untuk pelaksanaan wawancara dilakukan dengan menggunakan

metode purposive sampling, dengan mempertimbangkan pada kategori-kategori wilayah


yang diprakirakan akan terkena dampak baik pada aspek fisik, biologi, maupun sosial
budaya dari adanya rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok. Selengkapnya
rencana pengambilan sampel komponen sosial disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.20. Lokasi Pengambilan Sampel Komponen Sosial
Komponen
Lingkungan/
Parameter
1. Demografi
(kependudukan)

2. Sosial Ekonomi

Kesempatan kerja

Kesempatan
berusaha

Pendapatan
penduduk

Perekonomian
lokal

Lokasi

Jumlah
Sampel

Desa-desa di wilayah
Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui

200
responden

Desa-desa di wilayah
Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui

200
responden

Desa-desa di wilayah
Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui
Desa-desa di wilayah
Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui

50
responden

Kantor Kecamatan dan


Kantor Dispenda
Kabupaten

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

200
responden

Dasar Penentuan
Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akan
terkena dampak langsung dari kegiatan
Pengembangan Lapangan Gas Matindok.
Mata pencaharian penduduk umumnya
sebagai petani dan nelayan.
Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akan
terkena dampak langsung dari kegiatan
Pengembangan Lapangan Gas Matindok.
Mata pencaharian penduduk umumnya
sebagai petani dan nelayan.
Umumnya kesempatan usaha banyak
berkembang di lokasi-lokasi strategis
Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akan
terkena dampak langsung dari kegiatan
Pengembangan Lapangan Gas Matindok.
Mata pencaharian penduduk umumnya
sebagai petani dan nelayan.
Sumber data aktivitas ekonomi tingkat
kecamatan dan kabupaten

III-37

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.20. Lanjutan


Komponen
Lingkungan/
Parameter
3. Sosial Budaya

Proses sosial

Lokasi

Jumlah
Sampel

Dasar Penentuan

Desa-desa di wilayah
Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui

200
responden

Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akan


terkena dampak langsung dari kegiatan
Pengembangan Lapangan Gas Matindok.
Mata pencaharian penduduk umumnya
sebagai petani dan nelayan.

Sikap dan persepsi Desa-desa di wilayah


masyarakat
Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui

200
responden

Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akan


terkena dampak langsung dari kegiatan
Pengembangan Lapangan Gas Matindok.
Mata pencaharian penduduk umumnya
sebagai petani dan nelayan.

Parameter, metode pengumpulan dan analisis data demografi, sosial ekonomi dan budaya
adalah sebagai berikut.

3.1.3.1. Demografi
Data kependudukan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara langsung kepada masyarakat yang diprakirakan terkena dampak kegiatan. Data
sekunder diperoleh melalui data statistik di kecamatan dan kabupaten yang menjadi lokasi
rencana kegiatan. Adapun parameter kependudukan yang diteliti meliputi:
Struktur penduduk (kelompok umur menurut jenis kelamin, mata pencaharian dan
tingkat pendidikan) serta kepadatan penduduk
Perkembangan penduduk khususnya pertumbuhan penduduk
Mobilitas penduduk yang meliputi migrasi keluar/masuk, pola migrasi dan pola
persebaran penduduk
Tenaga kerja, meliputi angkatan kerja dan tingkat pengangguran
Metode analisis data kependudukan yang bersifat kuantitatif dilakukan dengan analisis statistik,
sedangkan yang bersifat kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis.
Metode analisis data demografi bersifat kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan
menggunakan beberapa rumus:

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-38

PT. PERTAMINA EP - PPGM

a)

Rumus kepadatan penduduk:


Kp

b)

Jumlah penduduk (jiwa)


Luas wilayah (km 2 )

X 100%

Rumus pertumbuhan penduduk


t

Pt = Po (l + r)

Dimana :
Po = jumlah penduduk tahun ke 0/awal perhitungan (jiwa)
Pt = jumlah penduduk tahun ke-t/akhir perhitungan (jiwa)
t = jangka waktu antara Po dan Pt (tahun)
r = rata-rata pertumbuhan penduduk setiap tahun selama t tahun (%)
c) Sex ratio

Sex ratio

Jumlah penduduk laki - laki


Jumlah penduduk perempuan

x 100%

3.1.3.2. Sosial Ekonomi


Pengumpulan data sosial ekonomi dilakukan melalui data sekunder dan data primer. Data
sekunder meliputi data monografi, data statistik pada instansi terkait di daerah yang diteliti.
Data primer diperoleh dengan cara wawancara secara langsung terhadap masyarakat di daerah
sekitar proyek dan pada kegiatan-kegiatan ekonomi di lapangan. Adapun parameter sosial
ekonomi yang akan diteliti meliputi:
Ekonomi rumah tangga terdiri dari: (a) tingkat pendapatan, (b) pola nafkah ganda.
Ekonomi sumber daya alam yang terdiri dari : (a) pola pemanfaatan sumberdaya alam,
(b) pola penggunaan lahan.
Perekonomian lokal yang terdiri dari: (a) kesempatan kerja dan berusaha, (b) jenis dan
jumlah aktivitas ekonomi nonformal, (c) pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, (d)
Pendapatan Asli Daerah (PAD), (e) aksesibilitas wilayah, (f) fasilitas umum dan fasilitas
sosial.
Analisis data sosial ekonomi yang bersifat kuantitatif akan dilakukan dengan analisis statistik,
sedangkan yang bersifat kualitatif akan dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif
analisis.
Beberapa rumus yang digunakan dalam analisis data sosial ekonomi adalah sebagai berikut.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-39

PT. PERTAMINA EP - PPGM

a) Angka beban ketergantungan ( Dependency Ratio) =


Jumlah penduduk yang tidak produktif (15 + 65+)
Jumlah penduduk usia produktif (15 64)
dimana:

DR
P15P65+
P15-64
K

=
=
=
=
=

angka beban tanggungan (%)


jumlah penduduk usia 014 tahun
jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas
jumlah penduduk usia 1564 tahun
konstanta (100)
(Nurdini, 1981)

b) Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) =


Angkatan kerja
Penduduk berumur 15 th+

100

Angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang selama seminggu sebelum
pencacahan telah bekerja atau punya pekerjaan, tetapi untuk sementara waktu tidak
bekerja dan mereka yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan.
c) Pendapatan
I = TR .......................(dari sudut penerimaan)
dimana :
I
= pendapatan (income )
TR
= penerimaan total (total revenue)
I = C + S + i ................. (dari sudud pengeluaran)
dimana:
I
C
S
I

=
=
=
=

Penerimaan (income)
Konsumsi (consumption )
Tabungan (saving)
investasi

d) Tingkat produktivitas tenaga kerja


Nilai tambah Produk Domestik Bruto (PDB)
Jumlah penduduk yang menghasilkan nilai tambah

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-40

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.3.3. Sosial Budaya


1) Metode pengumpulan data
Pengumpulan data sosial budaya dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan data
primer. Data sekunder diperoleh dari hasil-hasil penelitian sosial budaya yang pernah
dilakukan di wilayah yang menjadi lokasi proyek, serta buku-buku referensi yang menunjang
penelitian ini. Data primer diperoleh melalui penelitian di lapangan yang meliputi observasi
dan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guidance) terhadap
responden dan melakukan wawancara secara mendalam yang terarah/terfokus (indepth

interview) terhadap beberapa informan kunci (key person) seperti tokoh masyarakat, tokoh
adat dan tokoh agama yang dianggap sangat berpengaruh dalam masyarakat. Adapun
parameter sosial budaya yang akan diteliti adalah:
Kebudayaan masyarakat setempat yang meliputi : (a) adat istiadat, (b) nilai dan norma
budaya.
Proses sosial dalam masyarakat yang meliputi: (a) proses asosiatif (kerjasama),

(b)

proses disosiatif (konflik sosial), (c) akulturasi, (d) asimilasi dan integrasi, (e) kohesi
sosial.
Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha atau kegiatan.
2) Metode analisis data
Metode analisis data sosial budaya dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif
analisis yang mendasarkan pada pengamatan data yang ada di lapangan serta data yang
diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada responden. Selain itu, diperoleh data dari
hasil wawancara terarah yang dilakukan terhadap beberapa informan kunci, serta dengan
menggunakan metode analogi yang mendasarkan pada data referensi hasil

penelitian

mengenai topik serupa yang pernah dilakukan sebelumnya. Untuk data yang bersifat
kualitatif, analisis data akan disajikan dalam bentuk deskripsi dan untuk data yang bersifat
kuantitatif, data akan disajikan dalam bentuk tabulasi.
Secara rinci jenis komponen lingkungan sosial yang akan diteliti beserta metode
pengumpulan dan analisis datanya disajikan pada Tabel 3.21.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-41

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.21. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Demografi,


Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya
Parameter
1. Demografi
Kependudukan
2. Sosial Ekonomi
Kesempatan kerja dan
berusaha
Kesempatan berusaha
Pendapatan masyarakat
Pendapatan daerah

3. Sosial Budaya
Nilai dan norma budaya
masyarakat setempat

Metode Pengumpulan Data

Metode Analisis Data

Observasi/pengamatan lapangan,
wawancara, pengumpulan data
sekunder

Kualitatif dan kuantitatif

Wawancara, penelusuran data dan


informasi

Kualitatif dan kuantitatif

Wawancara, penelusuran data dan


informasi
Wawancara, pengumpulan data
sekunder

Kualitatif dan kuantitatif

Penelusuran data dan informasi

Kualitatif dan kuantitatif

Kualitatif dan kuantitatif

Pengumpulan data sekunder

Kualitatif

Proses sosial

Wawancara, penelusuran data dan


informasi

Kualitatif

Sikap dan persepsi

Wawancara, penelusuran data dan


informasi

Kualitatif

masyarakat

Sedangkan dalam menentukan skoring untuk kualitas lingkungan hidup sebelum dan sesudah
terkena dampak digunakan pedoman yang didasarkan pada dua sumber atau referensi.
Referensi pertama yaitu yang bersumber dari parameter-parameter baku yang sudah
dipublikasikan secara umum dan memiliki nilai legalitas (seperti dari BPS, Depkes, WHO, dan
sebagainya).

Referensi kedua untuk aspek-aspek sosial yang parameternya belum ada

ketentuan atau ukuran resminya

ditentukan dengan mengacu pada konsep-konsep ilmu

sosial dan dianalogikan dengan kegiatan sejenis yang pernah ada namun disesuaikan dengan
kondisi sosial budaya masyarakat dimana rencana kegiatan ini akan berlangsung.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-42

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.4. Komponen Kesehatan Masyarakat


Data komponen kesehatan masyarakat meliputi data primer dan sekunder. Data primer
dikumpulkan melalui wawancara dengan responden dan pengamatan lapangan. Jumlah dan
kriteria responden ditetapkan sama dengan komponen sosial ekonomi dan budaya. Sementara
itu data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait seperti Puskesmas dan rumah sakit
setempat.
Dengan mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal Nomor: KEP-124/12/1997 tentang Panduan
Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,
metode pengumpulan dan analisis data adalah sebagai berikut.
1) Metode pengumpulan data
Pengumpulan data akan dilakukan melalui:
observasi/pengamatan lapangan
wawancara dengan menggunakan kuesioner
wawancara mendalam ( indepth interview ) terhadap informan kunci
penelusuran data dan informasi tentang kondisi kesehatan masyarakat setempat
pengumpulan data sekunder.
Macam data yang dikumpulkan meliputi: pola penyakit, status gizi, pembiayaan kesehatan,
macam pelayanan kesehatan, sarana sanitasi (jamban, sarana pengolahan air limbah),
kondisi sanitasi lingkungan, macam penyakit menular yang ada, air bersih dan atau air sumur
penduduk, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat baik preventif maupun kuratif
dan aspek-aspek kependudukan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat.
Instrumen penelitian (kuesioner) dibuat secara khusus dan selanjutnya digabung bersama
kuesioner sosial-ekonomi dan budaya. Data kualitatif diambil sendiri oleh peneliti yang
bergabung bersama aspek sosial-budaya.
Tabel 3.22. Lokasi Pengambilan Sampel Komponen
Kesehatan Masyarakat
Parameter

Lokasi

1. Sanitasi lingkungan Desa-desa di wilayah


Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui
2. Tingkat kesehatan Desa-desa di wilayah
masyarakat
Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

Jumlah
Dasar Penentuan
Sampel
200
Mengetahui kondisi sanitasi lingkungan
responden secara umum di wilayah studi
200
Mengetahui kondisi kesehatan masyarakat
responden dan tingkat pelayanan kesehatan secara
umum

III-43

PT. PERTAMINA EP - PPGM

2) Metode analisis data


Data dianalisis dengan metode analisis dampak kesehatan lingkungan dan epidemiologi
diantaranya melalui: (1) statistik sederhana, (2) deskriptif evaluatif, dan (3) pedoman resmi
(formal) yang sesuai dengan kepentingannya (misalnya mengenai status gizi balita, tingkat
kematian bayi, sumberdaya kesehatan, dan lain sebagainya).
Tabel 3.23. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Kesehatan Masyarakat
Parameter

Metode Pengumpulan Data

Metode Analisis Data

Keterangan

1. Sanitasi
lingkungan

Observasi/pengamatan lapangan,
wawancara, pengumpulan data
sekunder

Metode analisis dampak Analisis dilakukan secara


kesehatan lingkungan, kualitatif dan kuantitatif
metode epidemiologi

2. Tingkat
kesehatan
masyarakat

Observasi/pengamatan lapangan,
wawancara, penelusuran data dan
informasi, pengumpulan data
sekunder

Metode analisis dampak Analisis dilakukan secara


kesehatan lingkungan, kualitatif dan kuantitatif
metode epidemiologi

Peta Lokasi Pengambilan Sampel Komponen Geo-Fisik-Kimia, Biologi, Sosial dan


Kesehatan Masyarakat dapat dilihat pada Gambar 3.3 dan ringkasan metode pengambilan
data dan lokasi pengambilan data disajikan pada Tabel 3.24.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-44

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 3.3. Peta Rencana Pengambilan Sampel

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-45

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.24. Komponen/Paramater Lingkungan, Metode Pengumpulan dan Lokasi Pengambilan Data
No
1

Komponen
Lingkungan
Iklim

Kualitas Udara

Parameter

Metode/ Sumber Data

Fisiografi dan
Morfologi

Jumlah Sampel

Curah hujan
Suhu udara

Tabulasi/diagram
Tabulasi/diagram

Kelembaban nisbi udara

Tabulasi/diagram

Angin

Winrose

SO2

Pararosanilin

Rain gauge
1 paket (data curah
Thermometer udara hujan,suhu udara,
kelembaban udara dan
angin diambil dari
Hygrometer
Pencatatan arah dan Stasiun Klimatologi
Bandara Luwuk
kecepatan angin
tersebut
Spektofotometer

NO2

Salzman

Spektofotometer

CO

Alat

NDIR Analyzer

Debu (TSP)

Gravimetri

Dust level sampler

PM10

Gravimetri

Dust level sampler

Kebisingan

Pembacaan langsung

Sound level meter

Ketinggian tempat

Pengukuran langsung
Peta Rupa Bumi Ind
Bakosurtanal

GPS
Peta topografi

Topografi

Observasi
Peta Rupa Bumi Ind
Bakosurtanal

Peta topografi dan


Visual

Kemiringan lahan

Pengukuran langsung
Peta Rupa Bumi Ind
Bakosurtanal

Kompas Geologi
(Suncto)

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

12 titik sampling

1 paket (dalam satu


lokasi sampel diukur
ketinggian tempat,
kondisi topografi dan
kemiringan lereng)

III-46

Lokasi

Stasiun Klimatologi Bubung


Luwuk/Toili

Alasan Penetapan Titik


Sampel
Karena satu-satunya stasiun
klimatolagi terdekat di
dalam wilayah studi, maka
stasiun klimatologi tersebut
dipilih sebagai referensi data
iklim daerah penelitian

Akan diambil di beberapa


tempat seperti: Kilang LNG
Padang dan Uso, GPF
Kayowa, BS (Minahaki,
Sukamju, Donggi, Maleoraja
dan Matindok), Jalur pipa BS
Donggi-BS Matindok, Jalur
pipa unit XII desa Tirtasari,
Jalur pipa diunit II Desa Arga
Kencana dan jalur pipa di
persawahan Kintom

Titik sampling
merepresentasikan lokasi
alternatif Kilang LNG Padang
dan Uso, Gas Processing
Facilities (GPF) di Kayowa,
Block Station (BS) di
Minahaki, Sukamaju, Donggi,
Maleoraja, Matindok dan
jalur-jalur pipa

Rencana lokasi tapak GPF


(BS, LNG, sumur, dan jalur
pipa

Lokasi tersebut dapat


mewakili kondfisi fisiografi
dan morfomologi daerah
penelitian.

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.24. Lanjutan


No
4

Komponen
Lingkungan
Geologi dan
hidrogeologi

Parameter
Geologi regional

Metode/ Sumber Data

Membaca dan interpretasi Pancaindra mata

Peta Geologi Bersistem


Lembar Batui (GTL
Bandung)
Geologi lokal

Observasi

Kegempaan

Wawancara dengan

Hidrogeologi

Pengukuran kedalaman

Sifat tanah

Kompas geologi,
palu geologi

Jumlah Sampel

Meteran panjang
(midfer)

Sifat kimia

Sampling di lapangan

Cangkul, kantong
plastik

Sifat fisika

Sampling di lapangan

Cangkul, capper ring

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

Lokasi

1 paket
Wilayah studi
(Jenis batuan, struktur
geologi : lipatan, sesar,
pola sesar)
1 paket (jenis batuan,
struktur geologi
meliputi, rekahan,
sesar, lipatan dll)

Peta Gempa, dan


200 responden di
penduduk setempat
wawancara dengan sekitar tapak kegiatan
Peta sumber gempa di
penduduk
Indonesia (GTL Bandung)
sumur gali,
Wawancara dgn
penduduk,
Peta hidrogeologi (GTL
Bandung)

Alat

Rencana lokasi tapak


kegiatan GPF (BS, LNG,
sumur, jalur pipa

Observasi secara overview


didasarkan pada bagaimana
kondisi geologi ditempat
tersebut yang dimungkinkan
akan berpengaruh terhadap
kegiatan proyek
Desa-desa di wilayah
Pemilihan didasarkan pada
penelitian dengan penduduk keberadaan masyarakat yang
yang sudah lama bertempat pernah terkena gempa
tinggal d itempat tersebut.

1 paket ( 25 sumur
Sumur penduduk di desapenduduk) pada kondisi desa sekitar rencana lokasi
topografi berbeda.
tapak proyek

6 sampel

Alasan Penetapan Titik


Sampel
Tidak mendasarkan sampel
tetapi overview fenomena
geologi seluruh wilayah di
daerah penelitian

Wawancara dimaksudkan
untuk mengetahui
bagaimana fluktuasi air tanah
antara musim penghujan dan
musim kemarau, di tempat
tersebut.

Di sekitar jalur pipa dan Pengambilan sampel


beberapa titik sekitar lokasi didasarakan pada perbedaan
pemboran
jenis tanah yang
berkembang di daerah
penelitian.

III-47

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.24. Lanjutan


No
6

Komponen
Lingkungan
Erosi Tanah

Parameter
Erosivitas hujan
Erodibilitas tanah
Kelerengan
Penutupan dan

Metode/ Sumber Data

Alat

Sampling di lapangan

Belati, kantong
plastik, capper ring

Pengamatan
Penggambaran sistem

Peta kerja, current


meter, pelampung
(floater), arloji dan
stop watch

Jumlah Sampel
3 sampel

Lokasi
Daerah berlereng di sekitar
jalur pipa dan lokasi sumur
pemboran

Alasan Penetapan Titik


Sampel
Pada morfologi dan penutup
lahan yang berbeda yaitu
hutan, semak dan ladang

pengelolaan tanah
7

Drainase dan
irigasi, debit

Pola aliran
Jaringan irigasi
Kecepatan arus

1 paket

Seluruh areal studi


(representatif)

Karena kondisi drainase


merupakan satu kesatuan
hasil proses antara hujan,
karakteristik fisiografi
daerah, vegetasi penutup
dan sifat batuan/tanah dalam
suatu areal tertentu.

1 paket

Wilayah laut yang masuk


pada batas wilayah studi
untuk rencana pemilihan
dermaga

Data sekunder yang ada


sudah dimaksudkan untuk
pemilihan rencana lokasi
dermaga (Uso dan Padang)

Pasang-surut

Hasil penelitian sebelumnya


(Baseline Study Rencana
Papan skala (AWLR) 1 paket
Proyek Pengembangan Gas
Matindok Sulawesi Tengah)

Wilayah laut yang masuk


pada batas wilayah studi
untuk rencana pemilihan
dermaga

Data sekunder yang ada


sudah dimaksudkan untuk
pemilihan rencana lokasi
dermaga (Uso dan Padang)

Gelombang

Hasil penelitian sebelumnya Jalon, meteran,


(Baseline Study Rencana
stopwatch
Proyek Pengembangan Gas
Matindok Sulawesi Tengah)

Wilayah laut yang masuk


pada batas wilayah studi
untuk rencana pemilihan
dermaga

Data sekunder yang ada


sudah dimaksudkan untuk
pemilihan rencana lokasi
dermaga (Uso dan Padang)

(penampang sungai)

drainase & irigasi


Pengukuran kecepatan

arus & luas penampang,


pengolahan data hujan,
rumus emperis
8

Hidro-oseanografi Batimetri

Hasil penelitian sebelumnya Peta Batimetri


(Baseline Study Rencana
Proyek Pengembangan Gas
Matindok Sulawesi Tengah)

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

1 paket

III-48

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.24. Lanjutan


No

10

Komponen
Lingkungan

Kualitas air tawar

Kualitas air laut

Parameter

Metode/ Sumber Data

Alat

Jumlah Sampel

Lokasi

Alasan Penetapan Titik


Sampel
Data sekunder yang ada
sudah dimaksudkan untuk
pemilihan rencana lokasi
dermaga (Uso dan Padang)

Arus

Hasil penelitian sebelumnya Current meter


(Baseline Study Rencana
Proyek Pengembangan Gas
Matindok Sulawesi Tengah)
Dan hasil data pengukuran
sebelumnya dari instansi
lain (data sekunder)

1 paket

Wilayah laut yang masuk


pada batas wilayah studi
untuk rencana pemilihan
dermaga

Sifat fisik air

Pengukuran langsung di
lapangan

Termometer,
eikman grab

9 titik sampel

Koordinat lokasi disajikan


pada Dok. ANDAL

Sifat kimia air

Pengambilan sampel
langsung dan analisis
laboratorium

Botol sampel, pH
meter, perangkat
titrasi water
sampler, eikman
grap

Sifat fisik air

Pengukuran langsung di
lapangan

Termometer, seichi 6 titk sampel


disk

Rencana Dermaga Padang


(AL-1, AL-2, AL-3) dan

Sifat kimia air

Pengambilan sampel
langsung dan analisis
laboratorium

Botol sampel, ph
meter, perangkat
titrasi water sampler

Rencana Dermaga Uso (AL-4, kompleks Kilang LNG di


AL-4, dan AL-5)
Padang atau Uso

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-49

Titik sampling merepresentasikan lokasi air sungai


terdekat di sekitar BS, Kilang
LNG; perwakilan sungai
terpotong oleh jalur pipa
dari BS-Kilang LNG dan air
sumur penduduk yang
terdekat dengan lokasi
alternatif kilang LNG di
Padang dan Uso serta jalur
pipa
Badan air laut terdekat di di
sekitar alternatif dermaga

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.24. Lanjutan


No
11

Komponen
Parameter
Lingkungan
Transportasi darat Gangguan kelancaran
lalulintas

Gangguan keselamatan
pengguna jalan

12

Kualitas air laut

Metode/ Sumber Data

Alat

Jumlah Sampel

Lokasi

Pengukuran kepadatan lalu Tally Counter


lintas jalan raya

1 paket (jumlah dan


jenis kendaraan,
kecepatan rata-rata)

Ruas jalan provinsi dari


Desa Uso sampai dengan
Karyamakmur (Toili Barat)

Data sekunder angka


kecelakaan jalan raya

1 paket (jalan retak,


aspal mengelupas,
tanah ambles, jalan
terputus dan lainnya)

Jalan raya dimana


kemungkinan terjadi
gangguan lalulintas

Data sekunder dari


DLLJR Kab. Banggai
& Polsek Kec. Toili
Barat, Toili; Batui

Kerusakan jalan raya dan Pengamatan langsung


jembatan
kondisi perkerasan jalan

Visual

Pengotoran jalan

Pengamatan langsung
kondisi perkerasan jalan

Visual

Sifat fisik air

Pengukuran langsung di
lapangan

Termometer, seichi 6 titk sampel


disk

Sifat kimia air

Pengambilan sampel
langsung dan analisis
laboratorium

Botol sampel, ph
6 titk sampel
meter, perangkat
titrasi water sampler

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

Alasan Penetapan Titik


Sampel
Dengan mengetahui kondisi
kepadatan lalulintas pada
suatu segmen jalan sudah
dapat digunakan untuk
memprediksi kepadatan
lalulintas pada seluruh badan
jalan tersebut.
Pada jalan yang dilalui
langsung kendaraankendraan proyek milik PT
Pertamina

Ruas jalan provinsi dari


Desa Uso sampai dengan
Karyamakmur (Toili Barat)

III-50

Pada jalan yang dilalui


langsung kendaraankendaraan proyek milik PT
Pertamina
Ruas jalan provinsi dari
Pada jalan yang dilalui
Desa Uso sampai dengan
langsung kendaraanKaryamakmur (Toili Barat)
kendaraan proyek milik PT
Pertamina
Rencana Dermaga Padang
Badan air laut terdekat di di
(AL-1, AL-2, AL-3) dan
sekitar alternatif dermaga
rencana Dermaga Uso (AL-4, kompleks Kilang LNG di
AL-4, dan AL-5)
Padang atau Uso
Rencana Dermaga Padang
(AL-1, AL-2, AL-3) dan
rencana Dermaga Uso (AL-4,
AL-4, dan AL-5)

Badan air laut terdekat di di


sekitar alternatif dermaga
kompleks Kilang LNG di
Padang atau Uso

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.24. Lanjutan


No
13

14

Komponen
Lingkungan
Biota air laut

Biota darat

Parameter

Metode/ Sumber Data

Alat

Jumlah Sampel

Terumbu karang

Pengamatan langsung di
Peralatan
3 titik sampel
lapangan, Peta Dinas Hidro snorkeling/ SCUBA,
-oseanografi TNI AL/ Peta GPS
LPI Bakosurtanal

Nekton

Wawancara langsung
dengan masyarakat, data
dinas terkait (Dinas
Perikanan)
Pengamatan/pengukuran
metode kuadrat/jalur
berpetak pada transek
lokasi sampel

Vegetasi alami dan


budaya

Satwa liar

Observasi, pengamatan
burung dengan metode IPA
& wawancara tentang
keberadaan satwa liar
endemik/dilindungi

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

3 titik sampel

Peta kerja, GPS,


14 titik sampel
tambang berskala,
pH band,
hagameter, parang,
teropong bino,
counter & tally
sheet
14 titik pengamatan

III-51

Alasan Penetapan Titik


Sampel
Badan air laut terdekat di
Lokasi sampel berada di
sekitar sumur lepas pantai
sekitar kegiatan sehingga
sekitar dermaga di kompleks diprakirakan akan berdampak
Kilang LNG (sesuai dengan
pada terumbu karang
pengambilan sampel air
laut);
Wilayah laut yang masuk
Lokasi sampel berada di
pada batas wilayah studi
sekitar kegiatan sehingga
diprakirakan akan berdampak
pada nekton
Prinsip keterwakilan
Lokasi pengambilan sampel
ekosistem di area rencana
tersebut terletak di sekitar
tapak kegiatan (sumur bor, kegiatan. Apabila rencana
BS, Kilang LNG, jalur pipa), kegiatan berlangsung
misalnya hutan di SM
dikhawatirkan akan
Bangkiriang, HL Mangrove
menyebabkan hilangnya flora
atau berubahnya struktur
vegetasi
Prinsip keterwakilan
Lokasi pengambilan sampel
ekosistem di area rencana
tersebut terletak di sekitar
tapak kegiatan (sumur bor, kegiatan. Apabila rencana
BS, Kilang LNG, jalur pipa), kegiatan berlangsung
misalnya hutan di SM
dikhawatirkan akan
Bangkiriang, HL Mangrove
berdampak pada fauna
Lokasi

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.24. Lanjutan


No
15

Komponen
Lingkungan
Sosial ekonomi
dan budaya

Parameter

Metode/ Sumber Data

Alat

Jumlah Sampel

Alasan Penetapan Titik


Sampel
Desa-desa di sekitar tapak
Desa-desa yang merupakan
proyek (37 desa, lihat hal. II- konsentrasi penduduk dan
169)
diprakirakan akan terkena
dampak langsung dari
kegiatan proyek PPGM
Lokasi

Kependudukan (struktur
penduduk, kepadatan
penduduk, mobilitas
penduduk)

Kuesioner dengan jumlah Kuesioner


responden proporsional
terhadap jumlah penduduk
di desa dalam wilayah
studi;
Data BPS, Kantor
Kecamatan Kantor Desa

200 responden

Pola kepemilikan lahan;


pendapatan masyarakat;
kesempatan berusaha

Observasi wawancara
Kuesioner
terstruktur dengan
responden (masyarakat,
tokoh masyarakat) dengan
jumlah responden 200
penduduk desa di wilayah
studi

200 responden

Desa-desa di sekitar tapak


Desa-desa yang merupakan
proyek (37 desa, lihat hal. II- konsentrasi penduduk dan
169))
diprakirakan akan terkena
dampak langsung dari
kegiatan proyek PPGM

Wawancara terstruktur
dengan responden
(masyarakat dan tokoh
masyarakat)

Kuesioner

200 responden

Wawancara terstruktur
dengan responden
(masyarakat dan tokoh
masyarakat)

Kuesioner

200 responden

Desa-desa di sekitar tapak


Desa-desa yang merupakan
proyek (37 desa, lihat hal. II- konsentrasi penduduk dan
169)
diprakirakan akan terkena
dampak langsung dari
kegiatan proyek PPGM
Desa-desa di sekitar tapak
Desa-desa yang merupakan
proyek (37 desa, lihat hal. II- konsentrasi penduduk dan
169)
diprakirakan akan terkena
dampak langsung dari
kegiatan proyek PPGM

Proses sosial

Sikap dan persepsi


masyarakat

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-52

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.24. Lanjutan


No
16

Komponen
Lingkungan
Kesehatan
masyarakat

Parameter

Metode/ Sumber Data

Alat

Jumlah Sampel

Kondisi sanitasi lingkungan Observasi langsung


Wawancara terstruktur
dengan responden
(masyarakat dan tokoh
masyarakat)

Visual
Kuesioner

200 responden

Tingkat kesehatan
masyarakat (prevalensi
penyakit, jenis-jenis
penyakit, status gizi balita)

Data sekunder
Kuesioner

200 responden

Observasi dan wawancara


terstruktur dengan
responden (masyarakat,
tokoh masyarakat);
Data Dinas Kesehatan,
Puskesmas dan BPS

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-53

Alasan Penetapan Titik


Sampel
Desa-desa di sekitar tapak
Desa-desa yang merupakan
proyek (37 desa, lihat hal. II- konsentrasi penduduk dan
169)
diprakirakan akan terkena
dampak langsung dari
kegiatan proyek PPGM
Desa-desa yang merupakan
Desa-desa di sekitar tapak
konsentrasi penduduk dan
proyek (37 desa, lihat hal. II- diprakirakan akan terkena
169)
dampak langsung dari
kegiatan proyek PPGM
Lokasi

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Distribusi titik sampel untuk semua komponen lingkungan disajikan pada Peta rencana
Pengambilan sample (Hasil analisis data, terutama untuk parameter-parameter dari jenis-jenis
dampak hipotetik dikonversi menjadi bentuk skala setelah dicocokkan dengan Tabel Skala
Kualitas Lingkungan (Lampiran 12). Dalam tabel itu skala kualitas lingkungan hidup untuk
masing-masing komponen lingkungan hidup dan dampak penting hipotetik ditetapkan ke dalam
lima kelas yaitu:
Kelas: 1 = kualitas lingkungan hidup sangat jelek
2 = kualitas lingkungan hidup jelek
3 = kualitas lingkungan hidup sedang
4 = kualitas lingkungan hidup baik
5 = kualitas lingkungan hidup sangat baik
Selanjutnya, hasil analisis data yang telah ditelaah dikonversi ke dalam skala dituangkan dalam
Tabel 3.25.
Tabel 3.25. Ringkasan Hasil Analisis Data dan Skala Kualitas Lingkungan Awal
Masing-masing Parameter Lingkungan yang Terkena Dampak
No.

Komponen
Lingkungan

Parameter

Hasil Analisis Data


Pengukuran
Lokasi
Pengamatan

Skala
Kualitas
Lingkungan

KOMPONEN GEO-FISIK-KIMIA
1. Kualitas udara
SO
NO2
CO
PM10
Debu (TSP)
Kebisngan
2 Erosi tanah
Erosivitas hujan
Erodibilitas tanah
Kelerengan
Penutupan dan pengelolaan tanah
3 Drainase dan
Pola aliran
irigasi, debit
Jaringan irigasi

Kecepatan aliran & luas penampang sungai

Kualitas air tawar

Sifat fisik air


Sedimen
Sifat kimia air
5 Kualitas air laut
Sifat fisik air
Sifat kimia air
6 Transportasi darat Kerusakan jalan dan jembatan
Gangguan kelancaran lalulintas
Gangguan keselamatan pengguna jalan
Pengotoran jalan
KOMPONEN BIOLOGI
1 Biota air tawar
ID Plankton
ID Benthos
Kekayaan jenis nekton
2 Biota air laut
Persentase penutupan terumbu karang
Kekayaan jenis nekton
3 Biota darat
Vegetasi alami
Vegetasi budaya
Kekayaan jenis satwa liar

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-54

Ket.

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.25. Lanjutan


No.

Komponen
Lingkungan

Parameter

Hasil Analisis Data


Pengukuran
Lokasi
Pengamatan

Skala
Kualitas
Lingkungan

Ket.

KOMPONEN SOSIAL
1 Sosial
Kependudukan
2 Sosial Ekonomi

Kependudukan (struktur dan mobilitas


penduduk)
Pendapatan masyarakat
Kesempatan berusaha
3 Sosial Budaya
Proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT
1. Sanitasi
Tingkat sanitasi lingkungan
lingkungan
2. Tingkat Kesehatan Tingkat kesehatan masyarakat
masyarakat

3.2.

METODE PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.2.1. Prakiraan Besaran Dampak


Metode prakiraan dampak pada prinsipnya adalah untuk memprakirakan besaran dampak

(magnitude) dan tingkat kepentingan (important) dampak.


Tabel 3.26. Metode Prakiraan Besaran Dampak Untuk Masing-Masing
Parameter Lingkungan Pada Jenis-Jenis Dampak Hipotetik
No Komponen
Lingkungan
1. Kualitas Udara

Erosi Tanah

Drainase dan irigasi,


debit

Kualitas air tawar

Kualitas air laut

Transportasi darat

Parameter
SO
NO2
CO
PM 10
Debu (TSP)
Kebisingan
Erosivitas hujan,
Erodibilitas tanah,
Kelerengan,
Penutupan dan pengelolaan tanah
Pola aliran,
Jaringan irigasi,
Kecepatan arus
Sifat fisik air
Sifat kimia air
Sifat fisik air
Sifat kimia air
Gangguan kelancaran lalulintas
Gangguan keselamatan pengguna
jalan
Kerusakan jalan dan jembatan
Pengotoran jalan

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

Metode Prakiraan
Besaran Dampak
Matematik dan
komparatif dengan
analog kegiatan lain
yang sama

Matematik:
A = R.K.L.C.P.

Keterangan
Analogi dengan kegiatan
AMDAL Pengembangan
Lapangan Gas Senoro dan
Pemipaan Gas Senoro-Kintom
Kab. Banggai, Prov. Sulawesi
Tengah
Adanya perubahan penutup
lahan dan pengelolaan lahan
berbeda akan menghasilkan
besar erosi berbeda.

Professional Judgement,
Komparatif
Matematik
Matematik
Matematik
Professional Judgement
Komparatif dengan
Analogi dengan kegiatan
analog kegiatan lain
AMDAL Pengembangan
yang sama
Lapangan Gas Senoro dan
Pemipaan Gas Senoro-Kintom
Kab. Banggai, Prov. Sulawesi
Tengah

III-55

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.2.6. Lanjutan

Komponen
Lingkungan
Biota air tawar

Biota air laut

Biota darat

10

Sosial ekonomi
dan budaya

11

Kesehatan
Masyarakat

No

Parameter
ID Plankton
ID Benthos
Kekayaan Jenis Nekton
% penutupan terumbu karang
Kekayaan jenis nekton
Vegetasi alami
Vegetasi budaya
Kekayaan jenis satwa liar
Kependudukan
Pendapatan masyarakat
Kesempatan berusaha
Proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
Kondisi sanitasi lingkungan
Tingkat kesehatan masyarakat

Metode Prakiraan Besaran


Dampak
Professional Judgement dan
analog dengan kegiatan sejenis

Keterangan
Analogi dengan kegiatan
AMDAL Pengembangan
Lapangan Gas Senoro
dan Pemipaan Gas
Senoro-Kintom Kab.
Banggai, Prov. Sulawesi
Tengah;

Analogi dengan kegiatan AMDAL


Pengembangan Lapangan Gas
Senoro dan Pemipaan Gas
Senoro-Kintom Kab. Banggai,
Prov. Sulawesi Tengah;
Professional Judgement
Analogi dengan kegiatan AMDAL
Pengembangan Lapangan Gas
Senoro dan Pemipaan Gas
Senoro-Kintom Kab. Banggai,
Prov. Sulawesi Tengah;
Professional Judgement

Berdasarkan metode (Tabel 3.26) tersebut di atas, akan dihasilkan kondisi masing-masing
parameter lingkungan terprediksi yang selanjutnya dikonversi dalam bentuk skala. Besaran
dampak setiap parameter yang dikaji diperoleh dengan menghitung selisih kualitas lingkungan
hidup setiap kegiatan (proyek) berlangsung (KLp) dengan kualitas lingkungan hidup saat rona
lingkungan hidup awal (mula-mula sebelum adanya proyek (KL RLA) atau

Besar prakiraan

dampak = KL p KL RLA
Angka prakiraan besaran dampak yang akan diperoleh antara 1 s/d 4, dengan pengertian:
+/-1 = dampak positif/negatif kecil
+/-2 = dampak positif/negatif sedang
+/-3 = dampak positif/negatif besar
+/-4 = dampak positif/negatif sangat besar
Namun demikian penetapan besaran dampak tersebut di atas tidak terlalu kaku, khususnya
untuk parameter tertentu yang diprakirakan akan melebihi baku mutu dan atau telah mendekati
angka batas pada perubahan skala kualitas lingkungan.
Selanjutnya hasil prakiraan besaran dampak di tuangkan dalam Tabel 3.27.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-56

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.27. Ringkasan Hasil Prakiraan Besaran Dampak Rencana Kegiatan Proyek
Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah
Komponen Rencana Kegiatan
PraPasca
No Komponen Lingkungan
Konstruksi
Operasi
Konst
Operasi
1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3
GEO-FISIK-KIMIA
1 Kualitas udara ambien
-? -?
+?
2 Kebisingan
-? -?
+?
3 Erosi tanah
-? -? -?
4 Sistem drainase dan irigasi
-?
-?
-?
5 Kualitas air permukaan
-? -? -?
-? -?
+?
6 Kualitas air laut
-? -?
-?
+?
7 Transportasi darat
-? -? -?
-? -? -?
+?
BIOLOGI
1 Vegetasi
-?
-?
2 Satwa liar
-?
-?
-?
3 Biota air tawar
-? -? -?
-?
-?
4 Biota air laut
-? -?
-?
SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA
1 Kependudukan
+?
2 Pola kepemilikan lahan
-?
3 Pendapatan masyarakat
+? +? +? +? +? +?
+? +? +?
-?
4 Kesempatan berusaha
+? +? +? +? +? +?
+? +? +?
-?
5 Proses sosial
-? -?
-?
-?
-? -?
6 Sikap & persepsi masyarakat -? -? +? -? -? -? -?
-?
-? -? -? -? -? -?
KESEHATAN MASYARAKAT
1 Sanitasi lingkungan
-? -?
-? -?
2 Tingkat kesehatan masyarakat
-? -?
Keterangan:
A. Tahap Prakonstruksi
-? : diprakirakan berdampak negatif
1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh
+? : diprakirkaan berdampak positif
2. Pemanfaatkan tenaga kerja setempat
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja
2. Pembukaan dan pematangan lahan
3. Kegiatan Konstruksi Fasilitas Produksi Gas dan Kompleks Kilang LNG
4. Kegiatan Pemasangan Pipa Penyalur Gas
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan tenaga kerja
2. Pemboran sumur pengembangan
3. Penyaluran gas dan kondensat melalui pipa
4. Penyaluran kondesat dengan transportasi darat
5. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas (MS dan BS)
6. Operasional Kilang LNG dan fasilitas lainnya
7. Pemeliharaan fasilitas produksi (Gas dan LNG)
D. Tahap Pasca Operasi
1. Penghentian operasi produksi gas (MS dan BS) dan Kilang LNG
2. Demobilisasi peralatan
3. Penglepasan Tenaga Kerja

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-57

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.2.2. Prakiraan Sifat Penting Dampak


Sifat penting dampak akan ditetapkan dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No.
27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dampak besar dan penting
merupakan satu kesatuan makna dampak penting. Hal ini berarti bahwa tidak selalu yang
hanya mempunyai dampak besar saja yang bersifat penting, tetapi dampak yang kecil pun
dapat bersifat penting.
Untuk mengetahui apakah dampak-dampak tersebut mempunyai sifat penting tertentu, maka
dilakukan evaluasi terhadap faktor-faktor penentu dampak penting untuk selanjutnya dievaluasi
bersama-sama dengan besaran dampak-dampak tersebut, untuk mengambil keputusan apakah
dampak tersebut merupakan dampak besar dan penting agar dapat disimpulkan menjadi
dampak lingkungan besar dan penting.
Penentuan Tingkat kepentingan dampak dilakukan pada semua dampak-dampak hipotesis
dengan mengacu pada kriteria penentu dampak penting sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yaitu:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
5. Sifat kumulatif dampak
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Akan tetapi dalam penetapan tingkat kepentingan dampak secara umum, dalam kajian AMDAL
ini akan relatif lebih konservatif dibanding penetapan berdasarkan SK Kep Bapedal No. 56 tahun
1994. Penetapan tingkat kepentingan dampak ini dikelompokkan kedalam dampak penting (P)
dan tidak penting (TP). Pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak apakah dampak
tersebut penting (P) atau tidak penting (TP) didasarkan pada kriteria sebagai berikut.
1) Untuk jumlah manusia yang terkena dampak
Kriteria P apabila terdapat > 25% manusia tidak mendapatkan memanfaatkan hasil/manfaat
dari proyek.
Kriteria TP apabila tidak jumlah manusia terkena dampak <25% dari manusia yang terkena
dampak.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-58

PT. PERTAMINA EP - PPGM

2) Luas wilayah persebaran dampak


Kriteria P apabila luas dampak > 0,25 kali luas wilayah studi, karena setidak-tidaknya di
daerah tersebut dalam luasan 0,25 dari luas wilayah studi pemanfaatan ruang cukup
beragam sehingga tingkat kepentingannya tinggi, sehingga dampaknya sudah dianggap
penting.
Kriteria TP apabila luas dampak < 0,25 kali luas wilayah studi.

3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Kriteria P apabila intensitasnya sama atau lebih besar daripada ambang batas baku mutu,
dan atau dampak berlangsung tidak hanya sesaat.
Kriteria TP apabila intensitasnya rendah (dibawah ambang batas baku mutu dan dampaknya
berlangsung hanya sesaat).
4) Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
Kriteria P apabila ada komponen lain yang terkena dampak.
Kriteria TP apabila tidak ada komponen lain yang terkena dampak.
5) Sifat kumulatif dampak
Kriteria P apabila dampak akan terakumulasi.
Kriteria TP apabila dampak tidak akan terakumulasi.
6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Kriteria P apabila dampak tidak berbalik.
Kriteria TP apabila dampak berbalik.
Mengingat bahwa tujuan akhir pembangunan adalah untuk kepentingan manusia, maka dalam
penetapan sifat penting dampak, parameter jumlah manusia terkena dampak diberi bobot 3.
Mendasarkan pada batasan tersebut di atas maka pembobotan untuk setiap parameter penentu
tingkat kepentingan dampak ditetapkan seperti disajikan pada Tabel 3.28.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-59

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.28. Pembobotan Paramater Penentu Tingkat Kepentingan Dampak


Nomor

Parameter Penentu Tingkat Kepentingan Dampak

Bobot

Jumlah manusia yang terkena dampak

1x 1= 1

Luas wilayah persebaran dampak

1x 1 = 1

Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

1x 1 = 1

Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak

1x 1 = 1

Sifat kumulatif dampak

1x 1 = 1

Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

1x 1 = 1

Jumlah

Penentuan tingkat kepentingan dampak tersebut didasarkan pada jumlah faktor penentu
dampak penting yang bersifat penting yaitu:
1) Apabila P 3 maka termasuk dalam katagori penting (P)
2) Apabila P 2 termasuk dalam katagori tidak penting (TP)
Proses penentuan tingkat kepentingan dampak untuk masing-masing jenis dampak hipotetik
disajikan dalam Tabel 3.29, sedangkan ringkasan hasilnya disajikan dalam Tabel 3.30.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-60

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.29. Penentuan Tingkat Kepentingan Dampak


Parameter Penentu Tingkat Kepentingan Dampak
TAHAP
RENCANA
KEGIATAN

RENCANA
KEGIATAN

JENIS
DAMPAK
PENTING
HIPOTETIK

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

Jumlah
manusia
terkena
dampak
(bobot 1)

Luas
wilayah
persebara
n dampak
(bobot 1)

Lama dan
intensitas
dampak
(bobot 1)

Banyaknya
komponen
lain terkena
dampak
(bobot 1)

III-61

Sifat
kumulatif
dampak
(bobot 1)

Berbalik/tida
k berbalik
nya dampak
(bobot 1)

JUMLAH
NILAI
P

Kesimpulan

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.30. Ringkasan Hasil Penentuan Tingkat Kepentingan Dampak


Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok
di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah
Komponen Rencana Kegiatan
No

1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
1
2
3
4
5
6
1
2

Komponen Lingkungan

PraKonst
1 2

Konstruksi

Operasi

Pasca
Operasi
1 2 3

1 2
3 4 1
2 3 4
5 6 7
GEO-FISIK-KIMIA
P/TP P/TP
P/TP
Kualitas udara ambien
P/TP P/TP
P/TP
Kebisingan
P/TP P/TP P/TP
Erosi tanah
P/TP
P/TP
P/TP
Sistem drainase dan irigasi
P/TP P/TP
P/TP
P/TP P/TP P/TP
Kualitas air permukaan
P/TP
P/TP
P/TP
P/TP
Kualitas air laut
P/TP
P/TP
P/TP
P/TP
P/TP
P/TP
P/TP
Transportasi darat
P/TP
BIOLOGI
P/TP
P/TP
Vegetasi
P/TP
P/TP
P/TP
Satwa liar
P/TP
P/TP
P/TP P/TP P/TP
Biota air tawar
P/TP
P/TP P/TP
Biota air laut
SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA
P/TP
Kependudukan
P/TP
Pola kepemilikan lahan
P/TP P/TP P/TP
P/TP
P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP
Pendapatan masyarakat
P/TP P/TP P/TP
P/TP
P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP
Kesempatan berusaha
P/TP
P/TP
P/TP P/TP
P/TP P/TP
Proses sosial
P/TP
P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP
Sikap & persepsi masyarakat P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP
KESEHATAN MASYARAKAT
P/TP P/TP
P/TP P/TP
Sanitasi lingkungan
P/TP P/TP
Tingkat kesehatan masyarakat
Keterangan:
A. Tahap Prakonstruksi
1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh
P = dampak penting
2. Pemanfaatkan tenaga kerja setempat
TP= dampak tidak penting
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja
2. Pembukaan dan pematangan lahan
3. Kegiatan Konstruksi Fasilitas Produksi Gas dan Kompleks Kilang LNG
4. Kegiatan Pemasangan Pipa Penyalur Gas
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan tenaga kerja
2. Pemboran sumur pengembangan
3. Penyaluran gas dan kondensat melalui pipa
4. Penyaluran kondesat dengan transportasi darat
5. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas (MS dan BS)
6. Operasional Kilang LNG dan fasilitas lainnya
7. Pemeliharaan fasilitas produksi (Gas dan LNG)
D. Tahap Pasca Operasi
1. Penghentian operasi produksi gas (MS dan BS) dan Kilang LNG
2. Demobilisasi peralatan
3. Penglepasan Tenaga Kerja

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-62

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.3. METODE EVALUASI DAMPAK PENTING


Tujuan dilakukan evaluasi dampak besar dan penting lingkungan akibat dari komponen
kegiatan yang direncanakan adalah memutuskan/menentukan jenis dampak hipotetik yang akan
dikelola, jenis dampak tersebut ditelaah secara holistik, dan memberikan arahan atau alternatif
pengelolaannya.
Metode evaluasi dampak penting yang digunakan adalah non matrik yaitu dengan pendekatan
deskriptif-kualitas berdasarkan informasi besaran dan tingkat kepentingan masing-masing jenis
dampak penting hipotetik dengan bagan alir. Adapun keputusan tentang jenis dampak
hipotetik yang akan dikelola adalah jenis dampak yang termasuk kategori dampak penting
yang dikelola (PK) yang ditetapkan berdasarkan dua kriteria sederhana berikut:
a) Pada prameter linkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu: apabila tingkat
kepentingannya (P) > 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan terjadi
menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan melebihi
baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya

termasuk kategori dampak

penting yang dikelola (PK).


b) Pada prameter linkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: Apabila (P)
3 dan besaran angka prakiraan dampak (+/-) 2, maka kesimpulan dampaknya
masuk kategori dampak penting yang dikelola (PK).
c) Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak penting dan
tidak dikelola (TPK).

Diluar kedua kriteria di atas, kesimpulan hasil evaluasi adalah dampak tidak penting dan
tidak dikelola (TPK). Bila dampak yang disimpulkan merupakan dampak penting yang
dikelola (PK), maka dampak-dampak itulah yang akan dijadikan dasar untuk penyusunan
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan. Hasil evaluasi dampak
besar dan penting disajikan dalam Tabel 3.31.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-63

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.31. Ringkasan Hasil Evaluasi Dampak Penting


TAHAP RENCANA
KEGIATAN

JENIS DAMPAK PENTING


HIPOTETIK

SUMBER
DAMPAK

Baku
Mutu
Lingk

BESARAN
DAMPAK
(+/-)

JUMLAH
BOBOT
NILAI
P

KEPUTUSAN/
KESIMPULAN HASIL
EVALUASI
(PK/TPK)

Kualitas udara ambien

Kebisingan

Erosi tanah

Sistem drainase dan irigasi

Kualitas air permukaan

Kualitas air laut

Transportasi darat

Vegetasi

Satwa liar

Biota air tawar

Biota air laut

Kependudukan

Pendapatan masyarakat

Kesempatan berusaha

Proses sosial

Sikap dan persepsi masyarakat

Sanitasi Lingkungan

Tingkat Kesehatan masyarakat

Jenis dampak penting tersebut kemudian di telaah secara holistik yang dibantu dengan Bagan
Aliran Dampak untuk mengetahui kecenderungan dengan menyajikan nilai kuantitatif dan
kualitatif dari setiap besaran dan sifat kepentingan dalam bentuk uraian deskriptif secara satu
kesatuan, yang dikelompokkan ke dalam tiga kajian, yaitu:
Kelestarian fungsi ekologis, merupakan hasil pengkajian dari parameter fisik-kimia dan
biologi yang terkena dampak besar dan penting;
Peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar, merupakan hasil pengkajian dari parameter
sosial ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat;
Kontribusi terhadap pembangunan daerah, merupakan kajian secara makro dimana
kontribusi perusahaan terhadap pembangunan daerah sebagai konsekuensi dari diperolehnya
ijin melakukan eksploitasi migas yaitu bersumber dari pembayaran pajak, pelaksanaan

community development, dan perimbangan penerimaan daerah dari produksi migas


berdasarkan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-64

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Berdasarkan hasil telaahan secara holistik atas jenis dampak besar dan penting dapat ditentukan
berbagai alternatif atau arahan pengelolaannya dengan mempertimbangkan sumber penyebab
dampak, lokasi atau kondisi lingkungan berlangsungnya dampak, dan besaran dampaknya.
Sumber dampak dapat berupa suatu komponen kegiatan atau penyebab dampak yang
bersumber dari jenis dampak yang lain. Berdasarkan arahan atau berbagai alternatif
pengelolaan yang diusulkan akan dapat diperoleh dua informasi penting yaitu:
Masukan untuk pengambilan keputusan atas kelayakan lingkungan dari Rencana Proyek
Pengembangan Gas Matindok (PPGM);
Masukan untuk penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL).

KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-65

Anda mungkin juga menyukai