PERTAMINA EP - PPGM
BabMETODE STUDI
3.1. METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
Tujuan pengumpulan dan analisis data:
III-1
Termohygrometer .
III-2
Angin
Data arah dan kecepatan angin dalam serangkaian waktu ( time series) akan dikumpulkan
dari stasiun meteorologi terdekat. Data yang diperoleh kemudian akan diolah untuk
memperoleh pola wind rose di wilayah studi. Pola wind rose yang diperoleh akan
digunakan untuk memprakirakan arah dan tingkat pencemaran udara.
Curah hujan
Data curah hujan dikumpulkan dengan mencatat data hujan dari stasiun-stasiun penakar
hujan yang ada di wilayah studi untuk periode 10 tahun terakhir untuk mengetahui hujan
rata-rata tahunan dan tipe curah hujannya.
2) Metode analisis data
Suhu dan kelembaban udara
Analisis data suhu udara dan kelembaban akan dilakukan dengan menetapkan suhu ratarata, suhu maksimum dan minimum, kelembaban rata-rata dan kelembaban maksimum
dan minimum. Sedangkan untuk menghitung suhu rata-rata dan kelembaban rata-rata
udara dilakukan dengan menghitung suhu dan kelembanan rata-rata secara aritmatik. Hal
ini didasarkan pada kenyataan bahwa wilayah yang akan dilalui jalur pipa adalah daerah
dengan topografi relatif datar pada dataran rendah ( low land).
Angin
Data yang diperoleh dari hasil pencatatan dan pengukuran arah dan kecepatan angin
kemudian diolah untuk memperoleh pola wind rose di wilayah studi. Pola wind rose yang
diperoleh akan digunakan untuk memprakirakan arah dan kecepatan angin dominan.
Curah hujan
Dengan memperhatikan topografi yang relatif datar, maka perhitungan tebal hujan ratarata daerah penelitian menggunakan metode Poligon Thiessen. Metode Poligon Thiessen
dipergunakan untuk menghitung hujan rata-rata dengan cara membuat poligon yang
mewakili luas persebaran hujan masing-masing stasiun pencatat hujan. Dari masingmasing stasiun hujan dihubungkan satu sama lain dengan garis. Pada garis penghubung
tersebut ditarik garis tegaklurus pada titik tengahnya sehingga garis-garis yang tegak
lurus tersebut akan berpotongan pada suatu titik. Dari banyak perpotong garis pada titiktitik di antara tiga stasiun pencatat hujan tersebut akan membentuk suatu poligon yang
banyak seperti Gambar 3.1.
III-3
A2
P2
A3
P3
A1
P1
P1
P4
A5
A4
P1 :
P2 :
P3 :
P4 :
P5 :
A1 :
A2 :
A3 :
A4 :
A5 :
An :
P :
P =
1
2
3
4
5
Penetapan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson (1951) menggunakan rasio atau
nisbah nilai Q, yaitu perbandingan antara jumlah rerata bulan kering dengan jumlah
rerata bulan basah. Persamaannya adalah sebagai berikut:
Q =
x 100%
III-4
Penetapan bulan kering dan bulan basah, dicari dengan menghitung adanya bulan kering
dan bulan basah setiap tahunnya, kemudian dijumlah untuk jumlah tahun pencatatan
dan kemudian dirata-ratakan. Bulan kering terjadi apabila curah hujan < 60 mm/bulan,
dan bulan basah terjadi apabila curah hujan >100 mm/bulan, sedangkan curah hujan
antara 60 - 100 mm/bulan dikatakan bulan lembab.
berikut
menyajikan
penggolongan
tipe
iklim
menurut
Schmidt
dan
Ferguson
mendasarkan nilai Q.
Tabel 3.1. Penggolongan Tipe Iklim
No
Tipe Iklim
Q (dalam %)
1
2
3
4
5
6
7
8
A
B
C
D
E
F
G
H
0 14,3
14,3 33,3
33,3 60,0
60,0 - 100,0
100 - 167,0
167,0 300,0
300,0 700,0
> 700,0
Keterangan
Sangat basah
Basah
Agak basah
Sedang
Agak kering
Kering
Sangat kering
Amat sangat kering
8
7
10 11 12
10 11 12
III-5
Udara
(ISPU).
Tabel
3.2
menyajikan
parameter-parameter,
III-6
metode
Tabel 3.2. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data untuk Kualitas
Udara dan Kebisingan
No
Parameter
Metode Analisis
Kualitas Udara
SO2
Pararosanilin
CO
NDIR
NO2
Saltzman
PM10
Gravimetri
TSP
Gravimetri
O3
Chemiluminescent
Kebisingan
Peralatan
Spektrofotometer
NDIR Analyzer
Spektrofotometer
Hi-Vol
Hi-Vol
Spektrofotometer
Sumber
PP No. 41 tahun
1999 tentang Baku
Mutu Udara Ambien
Nasional
Metode
Analisis Data
Keterangan
Menggunakan
Pedoman ISPU:
Kep.Men. LH No. 45
tahun 1997 dan Kep.
Ka BAPEDAL No. 107
tahun 1997
Hasil perhitungan
dikonversi menjadi
skala kualitas
lingkungan
Sesuai dengan
Kep.Men. LH No. 48
tahun 1996 tentang
Baku Tingkat
Kebisingan
Hasil perhitungan
dikonversi menjadi
skala kualitas
lingkungan
III-7
N
Ci
L
Dengan diperolehnya data kemiringan lereng masing-masing grid maka peta lereng dapat
disusun berdasarkan nilai kemiringan lereng tersebut. Hasil pemetaan kemudian dicek di
lapangan dengan melakukan pengukuran di beberapa lokasi sampel, hasilnya kemudian
dianalisis untuk mengetahui klas kemiringan lereng dan topografi daerah penelitian.
Tabel 3.3. Aspek-Aspek Relief yang Merupakan Gabungan yang Erat
Antara Topografi, Kemiringan Lereng dan Beda Tinggi Relatif
No
1
2
3
4
5
6
7
Unit Relief
Lereng (%)
Topografi datar hampir datar
0-2
Topografi berombak/landai
3-7
Topografi bergelombang/ miring
8-13
Topografi bergelombangberbukit/agak curam
14-20
Perbukitan curam/ lereng curam
21-55
Pegunungan curam terkikis/sangat terjal
156-140
Pegunungan/amat sangat terjal
>140
Sumber: Van Zuidam, R.A and Zuidam Cancelado, 1979.
2) Geologi
a. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data geologi meliputi jenis batuan, struktur geologi dan stratigrafi dilakukan
dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan
metode observasi lapangan yakni mengamati, melihat, mengukur dan mencatat
fenomena geologi, batuan di lapangan tapak BS, GPF, Kilang LNG, sumur, jalur pipa dan
sekitarnya. Data sekunder berupa data dari laporan hasil penelitian terdahulu dan dari
peta-peta geologi daerah setempat.
b. Analisis data
Teknik analisis yang digunakan menggunakan teknik analisis deskriptif secara langsung di
lapangan dan bantuan data sekunder untuk mendeskripsikan kondisi geologi setempat.
KA-ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
III-8
Tabel 3.4. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Fisiografi, Tanah dan Geologi
No
1.
Parameter
Topografi
a. Posisi
b. Kelerengan
c. Relief
2.
Metode Analisis
Keterangan
Struktur geologi
a. Posisi
Batuan
a. Jenis
b. Posisi
4. Jenis tanah
a. Sifat-sifat fisik
b. Permeabilitas dan
porositas
c. Kesuburan tanah
Observasi
Pengukuran langsung dengan GPS
Parameter-parameter yang
pada peta
Parameter-parameter yang
analisis kestabilan geologi
Parameter-parameter yang
pada peta
Parameter-parameter yang
analisis kestabilan geologi
III-9
Parameter
Keterangan
Deskriptif observasional
III-10
Parameter
Metode Pengumpulan
Data
Deskriptif observasional
Deskriptif observasional
Data sekunder
Deskripsif observasional
Keterangan
Debit/Discharge
Sungai
Data sekunder
Dan data primer
Matematik
Q=V*A
3.
Debit aliran
permukan
Metode rasional
Data primer
Matematik
4.
Kualitas air
permukaan *)
Menerapkan Standard
Menerapkan National
Methods for The
Sanitation Foundations
Examination of Water and Water Quality Index (NSFWastes Water, APHA, edisi WQI), (Ott, 1998).
ke 20, tahun 200. Baku
Mutu Air yang akan
dipergunakan adalah PP
No. 82 tahun 2001.
5.
Tingkat erosi
R = 0,028C.I.A
(m3/dt)
III-11
Parameter
Metode Pengumpulan
Data
Keterangan
6.a. Topografi
B.
Perhitungan tingkat
kebutuhan/pemanfaatan
air dihitung berdasarkan
rata-rata penggunaan
volume air per satuan luas
lahan untuk pertanian,
rata-rata penggunaan air
untuk industri, dan ratarata penggunaan air untuk
kegiatan lainnya
III-12
Parameter
Antimony
Air raksa (Hg)
Arsenic (As)
Barium (Ba)
Boron (Bo)
Cadmium (Cd)
Kromium (Cr)
Tembaga (Cu)
Sianida (CN)
Fluorida (F)
Timah (Pb)
Nikel (Ni)
Nitrat (NO 3)
Nitrit (NO2)
Selenium (Se)
Amonia (NH3)
Alumunium (Al)
Klorida (Cl)Tembaga (Cu)
Kesadahan (Ca CO3)
Hidrogen Sulfida (H2S)
Besi (Fe)
Mangan (Mn)
pH
Sodium (Na)
Sulfat (SO4 )
TDS
Seng (Zn)
Kekeruhan
E. Coli
Fecal coli
Suhu
Total zat padat terlarut (TDS)
III-13
Parameter
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
pH
DO
Kekeruhan
DHL
BOD
COD
Total fosfat sebagai P
NO 3
NH3
Kobalt (Co)
Barium (Ba)
Boron (Bo)
Kadmium (Cd)
Khrom (VI)
Tembaga (Cu)
Besi (Fe)
Timbal (Pb)
Mangan (Mn)
Air Raksa (Hg)
Seng (Zn)
Khlorida (Cl)
Sianida (CN)
Fluorida (F)
Nitrit (NO2)
Sulfat (SO 4)
Khlorin bebas
Belerang sbg H 2S
Minyak dan Lemak
Detergen
Residu Terlarut
Residu Tersuspensi
Total Coliform
Fecal Coliform
III-14
Lokasi pengambilan sampel ditetapkan pada lokasi tapak proyek dan sekitarnya yang
diprakirakan
akan
terkena
dampak
kegiatan
proyek.
Penetapan
lokasi
ini
juga
mempertimbangkan:
1. Kemiringan topografi daerah aliran sungai dan daerah resapan,
2. Arah aliran sungai,
3. Arah aliran air tanah.
Pengambilan sampel air tanah akan dilakukan pada 10 titik/lokasi yang didasarkan pada
perbedaan jenis tanah dan pertimbangan lain, yaitu kemungkinan sebidang tanah tercemar
oleh limbah pemboran, sedangkan sampel air sungai akan diambil di
6 lokasi. Titik-titik
lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Peta Lokasi Pengambilan Sampel
(Gambar 3.3), sedangkan justifikasi penentuan lokasi tersebut diuraikan sebagai berikut:
Justifikasi lokasi pengukuran debit sungai di sekitar tapak proyek
Pengukuran debit sungai dilakukan pada muara-muara sungai-sungai minor yang
mensuplai air dan sedimen ke dalam Sungai yang terpengaruh oleh GPF, BS, Kilang LNG,
sumur, jalur pipa dan sekitarnya. Debit memiliki hubungan erat dengan jumlah sedimen
yang dibawanya. Dengan mengetahui besarnya debit aliran maka dapat diperkirakan
besarnya beban debit dari sungai tersebut, sehingga dapat diprakirakan pasokan debit ke
daerah hilir yang memungkinkan dapat terjadinya banjir.
Hal ini penting dilakukan karena diperkirakan selama pekerjaan proyek, erosi akan
semakin besar sehingga sedimen yang terbawa oleh air akan semakin banyak dan beban
sedimen yang masuk kedalam sungai-sungai itu akan semakin besar.
III-15
III-16
Parameter
Amonium
Besi
BOD
COD
Fenol
Krom
Kadmium
Minyak dan lemak
Nitrat
Nitrit
Perak
Sulfida
Sianida
Seng
Teknik Pengujian
Spektrofotometri dengan Nessler
Spektrometri serapan atom
Inkubasi Winkler
Refluk secara tertutup
Spektrofotometri dengan aminoantipirin
Spektrometri serapan atom
Spektrometri serapan atom
Ekstraksi dengan petroleum eter
Spektrofotometri dengan brusin sulfat
Spektrofotometri dengan Asam sulfanilat
Spektrometri serapan atom
Spektrofotometri dengan para aminodimetil anilin
Titrimetri dan kolorimetri
Spektrometri serapan atom
Spesifikasi
MetodePengujian
SNI 06-2479-1991
SNI 06-2523-1991
SNI 06-2503-1991
SNI 06-2504-1991
SNI 19-1656-1989
SNI 06-2511-1991
SIN-06-2465-1991
SNI 19-1660-1989
SNI 06-2480-1991
SNI 06-2484-1991
SNI 06-4162-1996
SNI 19-1664-1989
SNI 19-1504-1989
SNI 06-2507-1991
Berikut ini disajikan persamaan-persamaan matematik untuk menghitung besar data debit,
sedimen transport total dan erosi dari metode analisis data hidrologi, suspensi dan parameter
erosi.
1. Pengukuran debit sungai dan debit aliran permukaan
a. Pengukuran langsung lapangan
Data debit, terutama diperoleh dari data sekunder dari instansi terkait (Bappeda
Kabupaten Banggai (2006) yang telah ada dengan pencatatan data jangka panjang,
sedangkan data pengukuran debit secara langsung dilakukan untuk ceking kondisi
debit tetapi sifatnya hanya debit sesaat.
Pengukuran debit sungai dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Lebar sungai di lokasi pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.
2) Masing-masing seksi diukur kedalaman airnya, kemudian diukur kecepatan aliran
air sungai pada kedalaman tertentu (0,2 dan 0,8 dari kedalaman air sungai) dengan
current meter, dan selanjutnya dihitung luas penampang masing-masing seksi.
3) Debit sungai dihitung dengan mengkalikan kecepatan aliran dengan luas
penampang masing-masing seksi.
4) Debit total air sungai adalah jumlah seluruh debit masing-masing seksi dalam
penampang sungai tersebut, dengan rumus sebagai berikut:
n
Qw Qn
q 1
III-17
b. Rational Method
Perhitungan debit aliran permukan dengan menggunakan rumus rasional (empiris)
sebagai berikut:
R = 0,028C.I.A
Dimana : R = Debit larian air permukaan
C = Koefisien aliran permukaan
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas area/wilayah DAS (Ha)
Sumber: Sitanala Arsyad, 1989
3.1.1.4. Hidro-oseanografi
1) Metode pengumpulan data
Pengumpulan data lingkungan dilakukan melalui pemetikan data primer dan pengumpulan
data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan di perairan laut di sekitar sumur lepas
pantai di sekitar dermaga dalam kompleks kilang LNG dengan pengambilan sampel yang
kemudian diuji di laboratorium atau pengukuran langsung. Parameter hidro-oseanografi yang
diukur/diamati meliputi:
a. Batimetri
Data hidrometri diperoleh dari data sekunder berupa peta yang dikeluarkan DISHIDROS
maupun hasil pengukuran/pemetaan/kajian/studi terdahulu. Data batimetri diperlukan
untuk mengkaji dampak yang terjadi dari kegiatan pembangunan dermaga dan pemboran
sumur lepas pantai.
III-18
b. Pasang surut
Data pasang surut diperoleh dari data sekunder hasil pengukuran terdahulu yang telah
dipakai untuk penyusunan design FSO maupun fasilitas pantai. Selain itu, data sekunder
dari DISHIDROS juga dapat digunakan. Data pasang surut diperlukan untuk pemodelan
hidrodinamika, untuk mengetahui kisaran kedalaman perairan dan prakiraan dampak
kegiatan konstruksi pembangunan dermaga dan pemboran sumur lepas pantai. Pasang
surut diamati setiap interval satu jam selama minimal 15 hari.
c. Arus
Data arus didasarkan pada data sekunder DISHIDROS dan dari studi terdahulu. Selama
pengambilan sampel juga dilakukan pengukuran arus di lokasi pengambilan sampel
selama minimal tiga hari. Pengukuran dilakukan dengan current meter pada kedalaman
0,2; 0,6 dan 0,8 kali kedalaman untuk mendapatkan arah dan kecepatan rata-rata sesaat.
Data arus diperlukan untuk memperkirakan kegiatan konstruksi pembangunan dermaga
dan pemboran sumur lepas pantai.
d. Gelombang
Sama halnya dengan data arus, data gelombang juga didasarkan pada data sekunder dari
kajian-kajian yang pernah dilakukan di sekitar lokasi.
e. Temperatur air
Parameter temperatur air diukur pada saat pengambilan sampel dengan termometer
lapangan. Untuk mendapatkan keadaan temperatur dalam rentang waktu yang lebih
panjang, data sekunder hasil pengukuran/studi yang lampau akan digunakan.
f. Kualitas air laut
Untuk mengetahui kualitas air laut di lokasi penelitian, maka dilakukan pengukuran
terhadap kualitas air laut. Evaluasi kualitas air laut berpedoman pada Keputusan MENLH
No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Lampiran I untuk Perairan Pelabuhan.
Pengambilan sampel air permukaan untuk penelitian ini dilakukan di sekitar lokasi rencana
pembangunan dermaga. Parameter-parameter kualitas air laut yang akan diukur disajikan
pada Tabel 3.9.
g. Salinitas
Salinitas pada saat pengambilan sampel diukur dengan salinometer. Sedangkan variasi
salinitas dalam jangka panjang akan didasarkan pada kajian data sekunder.
III-19
sampler dan sonar di sekitar lokasi sumur pemboran lepas pantai dan lokasi dermaga.
Selain itu juga dilakukan penyelaman untuk mencek keadaan dasar laut.
Tabel 3.9. Parameter Kualitas Air Laut untuk Perairan Pelabuhan
(sesuai dengan KEPMENLH No. 51 Tahun 2004)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Parameter
Kecerahan
Padatan tersuspensi total
Suhu
Ph
Salinitas
Amonia total (NH3 )
Sulfida (H 2S)
Hidrokarbon total
Senyawa Fenol total
PCB (poliklor bifenil)
Surfaktan (Deterjen)
Minyak dan lemak
Suhu
Cadmium (Cd)
Tembaga (Cu)
Timbal (Pb)
Seng (Zn)
Coliform (total)
Kekeruhan
BOD5
DO
Lokasi pengumpulan data meliputi zona pantai, yaitu kurang lebih 2 km ke arah kanan
dan kiri rencana pembangunan dermaga (dalam Kompleks Kilang LNG).
Pemilihan lokasi pengumpulan data didasarkan pada pertimbangan berikut:
Lokasi yang paling potensial mengalami dampak, yaitu lokasi tapak proyek.
Lokasi yang potensial terkena sebaran dampak.
Selain itu pendekatan analogi berdasarkan kondisi hidro-oseanografi di lokasi lain yang
relatif masih dekat dengan lokasi calon tapak proyek juga diterapkan, terutama
menyangkut perkiraan arah sebaran arus dan kondisi batimetri.
III-20
Parameter
Keterangan
1.
Batimetri
2.
Pasang surut
3.
Arus
4.
Gelombang
5.
Suhu
6.
Kualitas air
laut
III-21
: Lereng pantai (o )
H
Bb b 2
g .s.T
Keterangan:
Bb
plunging, dan
d. spilling.
Tipe pecah gelombang surging breaker adalah berasosiasi dengan pantai rata (flat),
gelombang rendah dengan pantai agak curam. Akibat tipe ini akan berdampak langsung
pada proses erosi dan pantai mundur arah ke darat. Tipe pecah gelombang spilling
berasosiasi dengan gelombang tinggi, pendek dan pantai rata. Diantara kedua tipe pecah
gelombang yang ekstrim ini terdapat tipe plunging dan collapsing untuk gelombang
rendah. Kedua tipe pecah gelombang ini mempunyai kecenderungan untuk terjadinya
pengendapan (depositional ). Tabel 3.11 menunjukan perbandingan nilai antara koefisien
pecah gelombang ( wave breaker coefficient) dan faktor pecah gelombang (surf scaling
factor ).
III-22
Teori
Rumus
Galvin, 1968,
1972
Koefisien Pecah
Gelombang (Breaker
coefficient)
B b b 2
g.s.T
0,003
0.068
Guza and
Bowen, 1975
a.2
2
g.Ttan
2.5
33
III-23
tata
guna
lahan
dan
sumberdaya
lainnya
serta
kemungkinan
2) Tanah
a. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data tanah dilakukan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder.
Dasar penentuan lokasi pengambilan sampel tanah, adalah jenis tanah di daerah
penelitian yaitu tapak GPF, BS, Kilang LNG, sumur, jalur pipa dan sekitarnya. Jenis tanah
di daerah penelitian secara garis besar terdapat dua jenis tanah, yaitu tanah aluvial dan
grumusol, dengan masing-masing tanah diambil 5 sampel tanah dengan maksud untuk
dapat
mewakili
seluruh
karakteristik
tanah
(sifat
fisik,
kimia
dan
kesuburan).
III-24
Sepeda motor
4. Unmotorized (UM)
III-25
Metode Analisis
Kapasitas Ruas Jalan
Kapasitas ruas jalan perkotaan dapat diketahui dengan mengacu pedoman dari
Manual Kapasitas Ruas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997 sebagai berikut:
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs
Dengan:
C
Co
FCw
FCsp
FCsf
FCcs
:
:
:
:
:
:
Faktor penyesuaian dan Kapasitas dasar (Co) untuk masing-masing tipe jalan
berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.12. Faktor Penyesuaian Lebar Jalur
Lebar jalur lalulintas
Faktor Penyesuaian
Tipe Jalan
efektif (meter)
(FCw)
0,92
3,00
4/2 D atau
Jalan satu arah
4/2 UD
2/2 UD
3,25
3,50
3,75
3,00
3,25
3,50
3,75
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
0,96
1,00
1,04
0,91
0,95
1,00
1,05
0,56
0,87
1,00
1,14
1,25
III-26
4/2 UD
Kelas
hambatan
VL
L
M
H
VH
VL
L
M
H
VH
0,5 m
0,96
0,94
0,92
0,88
0,84
0,96
0,94
0,92
0,87
0,80
VL
L
M
H
VH
0,94
0,92
0,89
0,82
0,73
2/2 UD atau
Jalan searah
Sumber: MKJI, tahun 1997
0,99
0,97
0,95
0,90
0,85
2,0 m
1,03
1,02
1,00
0,98
0,96
1,03
1,02
1,00
0,98
0,95
1,01
1,00
0,98
0,95
0,91
4/2 D
Kelas
hambatan
VL
L
M
H
VH
0,5 m
0,95
0,94
0,91
0,86
0,81
VL
L
M
H
VH
VL
L
M
H
VH
0,95
0,93
0,90
0,84
0,77
0,93
0,90
0,86
0,78
0,68
4/2 UD
2/2 UD atau
Jalan searah
Sumber: MKJI, tahun 1997
0,99
0,97
0,95
0,90
0,85
0,97
0,95
0,91
0,84
0,77
2,0 m
1,01
1,00
0,98
0,95
0,92
1,01
1,00
0,97
0,93
0,90
0,99
0,97
0,94
0,88
0,82
III-27
FCcs
0,86
0,90
0,94
1,0
1,04
50-50
55-45
60-40
65-35
70-30
1,00
1,00
0,97
0,99
0,94
0,97
0,91
0,96
0,88
0,94
Kapasitas dasar
(smp/jam)
Catatan
1650
1500
2900
Per-lajur
Per-lajur
Total dua arah
DS = V/C
dengan:
DS : Degree of Saturation (derajat kejenuhan)
V
: Volume (smp/jam)
C
: Kapasitas ruas jalan (smp/jam)
III-28
= Kapasitas (smp/jam)
Co
Fw
FM
FCS
FRSU
FRT
FLT
FMI
Tundaan Lalulintas ( DT )
DT
= c x A + (NQ1 x 3600) / c
Keterangan :
DT = Tundaan lalulintas rata-rata (detik/smp)
A
-
III-29
= DT + DG
Keterangan :
DT = Tundaan lalulintas rata-rata (detik/smp)
DG = Tundaan geometri rata-rata pendekat j (detik /smp)
JKRi x 10
TKRi = --------------KL i x 365
III-30
3.1.2.1.1. Plankton
1) Metode pengumpulan data
Plankton diambil dengan menggunakan plankton net, mengingat air yang berada di sungai
dan laut cukup dinamis, maka jumlah air yang disampling dan disaring dengan plankton net
sebanyak 100 liter dan dipekatkan dalam botol plakton 10 ml dan diawetkan dengan larutan
formalin 4%, untuk dilakukan pengamatan di laboratorium. Plankton akan dipisahkan
menjadi kelompok fitoplankton dan zooplankton, untuk diketahui keanekaragaman jenis dan
kelimpahannya. Determinasi plankton menggunakan kunci determinasi yang dibuat oleh
Shirota (1966), Needham (1972), serta Ward and Whipple (1959).
2) Metode analisis data
Data plankton dianalisis untuk mengetahui densitas dan indeks diversitas. Densitas/
kerapatan plankton dihitung dengan rumus Welch (1948) dan untuk mengetahui indeks
keanekaragamannya, dengan indeks diversitas Shannon dan Weiner (Krebs, 1978). Indeks
keanekaragaman ini digunakan untuk mengetahui kondisi perairan.
Kerapatan Plankton:
( a.1000) c
N
L
Indeks Keanekaragaman :
H = -
pi log pi
catatan : pi = n/N
n = jumlah individu suatu jenis
N = jumlah individu seluruh jenis
III-31
3.1.2.1.2. Benthos
1) Metode pengumpulan data
Sampel yang akan dicuplik dilakukan secara purposive random sampling dari perairan di
sekitar rencana kegiatan dengan menggunakan Eikman grap, dengan mengikuti prosedur
standar. Benthos yang telah diambil dari badan air, selanjutnya dipisahkan dari tanah
dengan cara menyaringnya agar bebas dari kotoran dan lumpur atau pasir. Setelah benthos
dipisahkan dari tanah, selanjutnya dimasukkan dalam kantong plastik atau botol koleksi
serta diberi pewarnaan terlebih dahulu menggunakan easin atau lugol dan diawetkan
dengan formalin 4% untuk diidentifikasikan di laboratorium.
2) Metode analisis data
Analisis data benthos dilakukan dengan menelaah kelimpahan dan indeks keanekaragaman
menggunakan indeks diversitas Shannon-Wiener.
3.1.2.1.3. Nekton
1) Metode pengumpulan data
Pengumpulan data ikan, udang dll didasarkan pada pengamatan langsung terhadap hasil
tangkapan pencari ikan atau nelayan dan melakukan wawancara langsung dengan
masyarakat setempat. Selain itu dilengkapi dengan data dari Dinas Perikanan Kabupaten
Banggai.
2) Metode analisis data
Data jenis-jenis ikan yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menelaah
kemungkinan adanya jenis-jenis ikan yang bernilai ekonomi bagi masyarakat.
III-32
all, 1994), transek garis sejajar pantai sepanjang 100 m, jenis karang diamati berdasarkan
bentuk hidupnya dan penutupan area. Pengumpulan data ini dilakukan oleh 1 kelompok
penyelam yang terdiri dari 4 orang (1 orang membuat transek, 2 orang mengamati dan 1
orang mengatur dari atas perahu). Pengamatan terumbu karang ini didasarkan pada
pertimbangan rencana adanya jalur pipa lepas pantai yang kemungkinan akan melewati
habitat terumbu karang yang dapat menyebabkan matinya terumbu karang dan
terganggunya kehidupan biota laut lainnya.
2) Metode analisis data
Terumbu karang dianalisis berdasarkan kategori bentuk hidup karang dan prosentase
penutupan area untuk menentukan kondisi terumbu karang.
Persentase penutupan
x 100%
Hasil analisis penutupan karang dimasukkan ke dalam skala kualitas lingkungan penutupan
terumbu karang modifikasi dari Kep.Men. LH 04/2001.
Kualitas Lingkungan
Sangat buruk
0 12,9
Buruk
13 24,9
Sedang
25 49,9
Baik
50 74,9
Sangat baik
75 100
III-33
3.1.2.2.2. Nekton
1) Metode pengumpulan data
Pengumpulan data ikan didasarkan pada pengamatan langsung terhadap hasil tangkapan
pencari ikan atau nelayan dan melakukan wawancara langsung dengan masyarakat
setempat. Selain itu dilengkapi dengan data dari Dinas Perikanan Kabupaten Banggai.
2) Metode analisis data
Data jenis-jenis ikan yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menelaah
kemungkinan adanya jenis-jenis ikan yang bernilai ekonomi bagi masyarakat.
3.1.2.3. Vegetasi Alami dan Budidaya
Pengamatan vegetasi di dalam dan sekitar tapak GPF, BS, Kilang LNG dan sumur, dan jalur pipa
beradasarkan azas keterwakilan vegetasi, seperti hutan, mangrove, perkebunan, persawahan,
pekarangan. Pada setiap daerah pengamatan akan dibuat 6 titik sampling pada tapak kegiatan.
Dasar pengambilan sampel di sekitar lokasi kegiatan adalah hilangnya flora di sekitar kawasan
tersebut apabila rencana kegiatan telah berlangsung. Pada jalur pipa
pengamatan tanpa plot, terutama pada jalur yang berada di daerah persawahan ataupun kebun
campur. Penentuan pengambilan sampel di sekitar jalur pipa adalah sebagai perwakilan vegetasi
hutan, mangrove, kebun, pekarangan dan persawahan.
III-34
H =
catatan :
pi log pi
pi = n/N
n = jumlah individu suatu jenis
N = jumlah total individu seluruh jenis
pemahaman
pengenalan
jenis/spesies
berdasarkan
hasil
identifikasi.
Identifikasi jenis satwa liar dapat dibantu dengan buku identifikasi satwa liar: mammal,
burung dan reptil.
b) Tingkat kelimpahan jenis
Tingkat kelimpahan jenis akan dibedakan menjadi banyak, sedang, dan sedikit.
2) Metode analisis data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menelaah adanya jenis-jenis yang
dilindungi atau nilai lain bagi masyarakat sekitarnya.
III-35
Metode Analisis
Data
Peralatan
Indeks Diversitas
Deskriptif
Analisis
Plankton net
Indeks Diversitas
Deskriptif
Analisis
Eikman grap
3. Ikan
Diversitas/keanekaragaman
B. Biota Air Laut
1. Terumbu karang
Prosentase luas tutupan
karang yang hidup
Inventarisasi
Wawancara
Deskriptif
Analisis
Daftar pertanyaan
Transek garis
2. Ikan
Diversitas/keanekaragaman
Inventarisasi
Wawancara
Deskriptif
Analisis
2. Benthos
Kelimpahan
Diversitas/keanekaragaman
Inventarisasi
Ploting
2. Tanaman budidaya
Diversitas/keanekaragaman
Inventarisasi
Wawancara
D. Satwa Liar
1. Fauna liar
Kelimpahan
Diversitas/keanekaragaman
2. Hewan budidaya
Diversitas/keanekaragaman
Daftar pertanyaan
Indeks Diversitas
Kerapatan pohon
Deskriptif
Analisis
Deskriptif
Analisis
Kuadrat plot
Roll meter
Inventarisasi
Pencacahan
Index Point Abudance
Deskriptif
Analisis
Teropong
binokular
Hand counter
Inventarisasi
Wawancara
Deskriptif
Analisis
Daftar pertanyaan
Daftar pertanyaan
III-36
pengambilan sampel. Responden yang diambil meliputi anggota masyarakat dari berbagai
kelompok, seperti tokoh formal dan informal, para pemuda, wanita dan ibu rumah tangga
serta kelompok-kelompok profesi atau matapencaharian. Adapun data sekunder diperoleh
dari instansi terkait di tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten.
b. Penentuan lokasi sampel
Penentuan lokasi sampel untuk pelaksanaan wawancara dilakukan dengan menggunakan
2. Sosial Ekonomi
Kesempatan kerja
Kesempatan
berusaha
Pendapatan
penduduk
Perekonomian
lokal
Lokasi
Jumlah
Sampel
Desa-desa di wilayah
Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui
200
responden
Desa-desa di wilayah
Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui
200
responden
Desa-desa di wilayah
Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui
Desa-desa di wilayah
Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui
50
responden
200
responden
Dasar Penentuan
Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akan
terkena dampak langsung dari kegiatan
Pengembangan Lapangan Gas Matindok.
Mata pencaharian penduduk umumnya
sebagai petani dan nelayan.
Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akan
terkena dampak langsung dari kegiatan
Pengembangan Lapangan Gas Matindok.
Mata pencaharian penduduk umumnya
sebagai petani dan nelayan.
Umumnya kesempatan usaha banyak
berkembang di lokasi-lokasi strategis
Desa-desa di sekitar tapak proyek yang akan
terkena dampak langsung dari kegiatan
Pengembangan Lapangan Gas Matindok.
Mata pencaharian penduduk umumnya
sebagai petani dan nelayan.
Sumber data aktivitas ekonomi tingkat
kecamatan dan kabupaten
III-37
Proses sosial
Lokasi
Jumlah
Sampel
Dasar Penentuan
Desa-desa di wilayah
Kecamatan Toili Barat,
Toili, Batui
200
responden
200
responden
Parameter, metode pengumpulan dan analisis data demografi, sosial ekonomi dan budaya
adalah sebagai berikut.
3.1.3.1. Demografi
Data kependudukan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara langsung kepada masyarakat yang diprakirakan terkena dampak kegiatan. Data
sekunder diperoleh melalui data statistik di kecamatan dan kabupaten yang menjadi lokasi
rencana kegiatan. Adapun parameter kependudukan yang diteliti meliputi:
Struktur penduduk (kelompok umur menurut jenis kelamin, mata pencaharian dan
tingkat pendidikan) serta kepadatan penduduk
Perkembangan penduduk khususnya pertumbuhan penduduk
Mobilitas penduduk yang meliputi migrasi keluar/masuk, pola migrasi dan pola
persebaran penduduk
Tenaga kerja, meliputi angkatan kerja dan tingkat pengangguran
Metode analisis data kependudukan yang bersifat kuantitatif dilakukan dengan analisis statistik,
sedangkan yang bersifat kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis.
Metode analisis data demografi bersifat kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan
menggunakan beberapa rumus:
III-38
a)
b)
X 100%
Pt = Po (l + r)
Dimana :
Po = jumlah penduduk tahun ke 0/awal perhitungan (jiwa)
Pt = jumlah penduduk tahun ke-t/akhir perhitungan (jiwa)
t = jangka waktu antara Po dan Pt (tahun)
r = rata-rata pertumbuhan penduduk setiap tahun selama t tahun (%)
c) Sex ratio
Sex ratio
x 100%
III-39
DR
P15P65+
P15-64
K
=
=
=
=
=
100
Angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang selama seminggu sebelum
pencacahan telah bekerja atau punya pekerjaan, tetapi untuk sementara waktu tidak
bekerja dan mereka yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan.
c) Pendapatan
I = TR .......................(dari sudut penerimaan)
dimana :
I
= pendapatan (income )
TR
= penerimaan total (total revenue)
I = C + S + i ................. (dari sudud pengeluaran)
dimana:
I
C
S
I
=
=
=
=
Penerimaan (income)
Konsumsi (consumption )
Tabungan (saving)
investasi
III-40
interview) terhadap beberapa informan kunci (key person) seperti tokoh masyarakat, tokoh
adat dan tokoh agama yang dianggap sangat berpengaruh dalam masyarakat. Adapun
parameter sosial budaya yang akan diteliti adalah:
Kebudayaan masyarakat setempat yang meliputi : (a) adat istiadat, (b) nilai dan norma
budaya.
Proses sosial dalam masyarakat yang meliputi: (a) proses asosiatif (kerjasama),
(b)
proses disosiatif (konflik sosial), (c) akulturasi, (d) asimilasi dan integrasi, (e) kohesi
sosial.
Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha atau kegiatan.
2) Metode analisis data
Metode analisis data sosial budaya dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif
analisis yang mendasarkan pada pengamatan data yang ada di lapangan serta data yang
diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada responden. Selain itu, diperoleh data dari
hasil wawancara terarah yang dilakukan terhadap beberapa informan kunci, serta dengan
menggunakan metode analogi yang mendasarkan pada data referensi hasil
penelitian
mengenai topik serupa yang pernah dilakukan sebelumnya. Untuk data yang bersifat
kualitatif, analisis data akan disajikan dalam bentuk deskripsi dan untuk data yang bersifat
kuantitatif, data akan disajikan dalam bentuk tabulasi.
Secara rinci jenis komponen lingkungan sosial yang akan diteliti beserta metode
pengumpulan dan analisis datanya disajikan pada Tabel 3.21.
III-41
3. Sosial Budaya
Nilai dan norma budaya
masyarakat setempat
Observasi/pengamatan lapangan,
wawancara, pengumpulan data
sekunder
Kualitatif
Proses sosial
Kualitatif
Kualitatif
masyarakat
Sedangkan dalam menentukan skoring untuk kualitas lingkungan hidup sebelum dan sesudah
terkena dampak digunakan pedoman yang didasarkan pada dua sumber atau referensi.
Referensi pertama yaitu yang bersumber dari parameter-parameter baku yang sudah
dipublikasikan secara umum dan memiliki nilai legalitas (seperti dari BPS, Depkes, WHO, dan
sebagainya).
sosial dan dianalogikan dengan kegiatan sejenis yang pernah ada namun disesuaikan dengan
kondisi sosial budaya masyarakat dimana rencana kegiatan ini akan berlangsung.
III-42
Lokasi
Jumlah
Dasar Penentuan
Sampel
200
Mengetahui kondisi sanitasi lingkungan
responden secara umum di wilayah studi
200
Mengetahui kondisi kesehatan masyarakat
responden dan tingkat pelayanan kesehatan secara
umum
III-43
Keterangan
1. Sanitasi
lingkungan
Observasi/pengamatan lapangan,
wawancara, pengumpulan data
sekunder
2. Tingkat
kesehatan
masyarakat
Observasi/pengamatan lapangan,
wawancara, penelusuran data dan
informasi, pengumpulan data
sekunder
III-44
III-45
Tabel 3.24. Komponen/Paramater Lingkungan, Metode Pengumpulan dan Lokasi Pengambilan Data
No
1
Komponen
Lingkungan
Iklim
Kualitas Udara
Parameter
Fisiografi dan
Morfologi
Jumlah Sampel
Curah hujan
Suhu udara
Tabulasi/diagram
Tabulasi/diagram
Tabulasi/diagram
Angin
Winrose
SO2
Pararosanilin
Rain gauge
1 paket (data curah
Thermometer udara hujan,suhu udara,
kelembaban udara dan
angin diambil dari
Hygrometer
Pencatatan arah dan Stasiun Klimatologi
Bandara Luwuk
kecepatan angin
tersebut
Spektofotometer
NO2
Salzman
Spektofotometer
CO
Alat
NDIR Analyzer
Debu (TSP)
Gravimetri
PM10
Gravimetri
Kebisingan
Pembacaan langsung
Ketinggian tempat
Pengukuran langsung
Peta Rupa Bumi Ind
Bakosurtanal
GPS
Peta topografi
Topografi
Observasi
Peta Rupa Bumi Ind
Bakosurtanal
Kemiringan lahan
Pengukuran langsung
Peta Rupa Bumi Ind
Bakosurtanal
Kompas Geologi
(Suncto)
12 titik sampling
III-46
Lokasi
Titik sampling
merepresentasikan lokasi
alternatif Kilang LNG Padang
dan Uso, Gas Processing
Facilities (GPF) di Kayowa,
Block Station (BS) di
Minahaki, Sukamaju, Donggi,
Maleoraja, Matindok dan
jalur-jalur pipa
Komponen
Lingkungan
Geologi dan
hidrogeologi
Parameter
Geologi regional
Observasi
Kegempaan
Wawancara dengan
Hidrogeologi
Pengukuran kedalaman
Sifat tanah
Kompas geologi,
palu geologi
Jumlah Sampel
Meteran panjang
(midfer)
Sifat kimia
Sampling di lapangan
Cangkul, kantong
plastik
Sifat fisika
Sampling di lapangan
Lokasi
1 paket
Wilayah studi
(Jenis batuan, struktur
geologi : lipatan, sesar,
pola sesar)
1 paket (jenis batuan,
struktur geologi
meliputi, rekahan,
sesar, lipatan dll)
Alat
1 paket ( 25 sumur
Sumur penduduk di desapenduduk) pada kondisi desa sekitar rencana lokasi
topografi berbeda.
tapak proyek
6 sampel
Wawancara dimaksudkan
untuk mengetahui
bagaimana fluktuasi air tanah
antara musim penghujan dan
musim kemarau, di tempat
tersebut.
III-47
Komponen
Lingkungan
Erosi Tanah
Parameter
Erosivitas hujan
Erodibilitas tanah
Kelerengan
Penutupan dan
Alat
Sampling di lapangan
Belati, kantong
plastik, capper ring
Pengamatan
Penggambaran sistem
Jumlah Sampel
3 sampel
Lokasi
Daerah berlereng di sekitar
jalur pipa dan lokasi sumur
pemboran
pengelolaan tanah
7
Drainase dan
irigasi, debit
Pola aliran
Jaringan irigasi
Kecepatan arus
1 paket
1 paket
Pasang-surut
Gelombang
(penampang sungai)
Hidro-oseanografi Batimetri
1 paket
III-48
10
Komponen
Lingkungan
Parameter
Alat
Jumlah Sampel
Lokasi
Arus
1 paket
Pengukuran langsung di
lapangan
Termometer,
eikman grab
9 titik sampel
Pengambilan sampel
langsung dan analisis
laboratorium
Botol sampel, pH
meter, perangkat
titrasi water
sampler, eikman
grap
Pengukuran langsung di
lapangan
Pengambilan sampel
langsung dan analisis
laboratorium
Botol sampel, ph
meter, perangkat
titrasi water sampler
III-49
Komponen
Parameter
Lingkungan
Transportasi darat Gangguan kelancaran
lalulintas
Gangguan keselamatan
pengguna jalan
12
Alat
Jumlah Sampel
Lokasi
Visual
Pengotoran jalan
Pengamatan langsung
kondisi perkerasan jalan
Visual
Pengukuran langsung di
lapangan
Pengambilan sampel
langsung dan analisis
laboratorium
Botol sampel, ph
6 titk sampel
meter, perangkat
titrasi water sampler
III-50
14
Komponen
Lingkungan
Biota air laut
Biota darat
Parameter
Alat
Jumlah Sampel
Terumbu karang
Pengamatan langsung di
Peralatan
3 titik sampel
lapangan, Peta Dinas Hidro snorkeling/ SCUBA,
-oseanografi TNI AL/ Peta GPS
LPI Bakosurtanal
Nekton
Wawancara langsung
dengan masyarakat, data
dinas terkait (Dinas
Perikanan)
Pengamatan/pengukuran
metode kuadrat/jalur
berpetak pada transek
lokasi sampel
Satwa liar
Observasi, pengamatan
burung dengan metode IPA
& wawancara tentang
keberadaan satwa liar
endemik/dilindungi
3 titik sampel
III-51
Komponen
Lingkungan
Sosial ekonomi
dan budaya
Parameter
Alat
Jumlah Sampel
Kependudukan (struktur
penduduk, kepadatan
penduduk, mobilitas
penduduk)
200 responden
Observasi wawancara
Kuesioner
terstruktur dengan
responden (masyarakat,
tokoh masyarakat) dengan
jumlah responden 200
penduduk desa di wilayah
studi
200 responden
Wawancara terstruktur
dengan responden
(masyarakat dan tokoh
masyarakat)
Kuesioner
200 responden
Wawancara terstruktur
dengan responden
(masyarakat dan tokoh
masyarakat)
Kuesioner
200 responden
Proses sosial
III-52
Komponen
Lingkungan
Kesehatan
masyarakat
Parameter
Alat
Jumlah Sampel
Visual
Kuesioner
200 responden
Tingkat kesehatan
masyarakat (prevalensi
penyakit, jenis-jenis
penyakit, status gizi balita)
Data sekunder
Kuesioner
200 responden
III-53
Distribusi titik sampel untuk semua komponen lingkungan disajikan pada Peta rencana
Pengambilan sample (Hasil analisis data, terutama untuk parameter-parameter dari jenis-jenis
dampak hipotetik dikonversi menjadi bentuk skala setelah dicocokkan dengan Tabel Skala
Kualitas Lingkungan (Lampiran 12). Dalam tabel itu skala kualitas lingkungan hidup untuk
masing-masing komponen lingkungan hidup dan dampak penting hipotetik ditetapkan ke dalam
lima kelas yaitu:
Kelas: 1 = kualitas lingkungan hidup sangat jelek
2 = kualitas lingkungan hidup jelek
3 = kualitas lingkungan hidup sedang
4 = kualitas lingkungan hidup baik
5 = kualitas lingkungan hidup sangat baik
Selanjutnya, hasil analisis data yang telah ditelaah dikonversi ke dalam skala dituangkan dalam
Tabel 3.25.
Tabel 3.25. Ringkasan Hasil Analisis Data dan Skala Kualitas Lingkungan Awal
Masing-masing Parameter Lingkungan yang Terkena Dampak
No.
Komponen
Lingkungan
Parameter
Skala
Kualitas
Lingkungan
KOMPONEN GEO-FISIK-KIMIA
1. Kualitas udara
SO
NO2
CO
PM10
Debu (TSP)
Kebisngan
2 Erosi tanah
Erosivitas hujan
Erodibilitas tanah
Kelerengan
Penutupan dan pengelolaan tanah
3 Drainase dan
Pola aliran
irigasi, debit
Jaringan irigasi
III-54
Ket.
Komponen
Lingkungan
Parameter
Skala
Kualitas
Lingkungan
Ket.
KOMPONEN SOSIAL
1 Sosial
Kependudukan
2 Sosial Ekonomi
3.2.
Erosi Tanah
Transportasi darat
Parameter
SO
NO2
CO
PM 10
Debu (TSP)
Kebisingan
Erosivitas hujan,
Erodibilitas tanah,
Kelerengan,
Penutupan dan pengelolaan tanah
Pola aliran,
Jaringan irigasi,
Kecepatan arus
Sifat fisik air
Sifat kimia air
Sifat fisik air
Sifat kimia air
Gangguan kelancaran lalulintas
Gangguan keselamatan pengguna
jalan
Kerusakan jalan dan jembatan
Pengotoran jalan
Metode Prakiraan
Besaran Dampak
Matematik dan
komparatif dengan
analog kegiatan lain
yang sama
Matematik:
A = R.K.L.C.P.
Keterangan
Analogi dengan kegiatan
AMDAL Pengembangan
Lapangan Gas Senoro dan
Pemipaan Gas Senoro-Kintom
Kab. Banggai, Prov. Sulawesi
Tengah
Adanya perubahan penutup
lahan dan pengelolaan lahan
berbeda akan menghasilkan
besar erosi berbeda.
Professional Judgement,
Komparatif
Matematik
Matematik
Matematik
Professional Judgement
Komparatif dengan
Analogi dengan kegiatan
analog kegiatan lain
AMDAL Pengembangan
yang sama
Lapangan Gas Senoro dan
Pemipaan Gas Senoro-Kintom
Kab. Banggai, Prov. Sulawesi
Tengah
III-55
Komponen
Lingkungan
Biota air tawar
Biota darat
10
Sosial ekonomi
dan budaya
11
Kesehatan
Masyarakat
No
Parameter
ID Plankton
ID Benthos
Kekayaan Jenis Nekton
% penutupan terumbu karang
Kekayaan jenis nekton
Vegetasi alami
Vegetasi budaya
Kekayaan jenis satwa liar
Kependudukan
Pendapatan masyarakat
Kesempatan berusaha
Proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
Kondisi sanitasi lingkungan
Tingkat kesehatan masyarakat
Keterangan
Analogi dengan kegiatan
AMDAL Pengembangan
Lapangan Gas Senoro
dan Pemipaan Gas
Senoro-Kintom Kab.
Banggai, Prov. Sulawesi
Tengah;
Berdasarkan metode (Tabel 3.26) tersebut di atas, akan dihasilkan kondisi masing-masing
parameter lingkungan terprediksi yang selanjutnya dikonversi dalam bentuk skala. Besaran
dampak setiap parameter yang dikaji diperoleh dengan menghitung selisih kualitas lingkungan
hidup setiap kegiatan (proyek) berlangsung (KLp) dengan kualitas lingkungan hidup saat rona
lingkungan hidup awal (mula-mula sebelum adanya proyek (KL RLA) atau
Besar prakiraan
dampak = KL p KL RLA
Angka prakiraan besaran dampak yang akan diperoleh antara 1 s/d 4, dengan pengertian:
+/-1 = dampak positif/negatif kecil
+/-2 = dampak positif/negatif sedang
+/-3 = dampak positif/negatif besar
+/-4 = dampak positif/negatif sangat besar
Namun demikian penetapan besaran dampak tersebut di atas tidak terlalu kaku, khususnya
untuk parameter tertentu yang diprakirakan akan melebihi baku mutu dan atau telah mendekati
angka batas pada perubahan skala kualitas lingkungan.
Selanjutnya hasil prakiraan besaran dampak di tuangkan dalam Tabel 3.27.
III-56
Tabel 3.27. Ringkasan Hasil Prakiraan Besaran Dampak Rencana Kegiatan Proyek
Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah
Komponen Rencana Kegiatan
PraPasca
No Komponen Lingkungan
Konstruksi
Operasi
Konst
Operasi
1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3
GEO-FISIK-KIMIA
1 Kualitas udara ambien
-? -?
+?
2 Kebisingan
-? -?
+?
3 Erosi tanah
-? -? -?
4 Sistem drainase dan irigasi
-?
-?
-?
5 Kualitas air permukaan
-? -? -?
-? -?
+?
6 Kualitas air laut
-? -?
-?
+?
7 Transportasi darat
-? -? -?
-? -? -?
+?
BIOLOGI
1 Vegetasi
-?
-?
2 Satwa liar
-?
-?
-?
3 Biota air tawar
-? -? -?
-?
-?
4 Biota air laut
-? -?
-?
SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA
1 Kependudukan
+?
2 Pola kepemilikan lahan
-?
3 Pendapatan masyarakat
+? +? +? +? +? +?
+? +? +?
-?
4 Kesempatan berusaha
+? +? +? +? +? +?
+? +? +?
-?
5 Proses sosial
-? -?
-?
-?
-? -?
6 Sikap & persepsi masyarakat -? -? +? -? -? -? -?
-?
-? -? -? -? -? -?
KESEHATAN MASYARAKAT
1 Sanitasi lingkungan
-? -?
-? -?
2 Tingkat kesehatan masyarakat
-? -?
Keterangan:
A. Tahap Prakonstruksi
-? : diprakirakan berdampak negatif
1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh
+? : diprakirkaan berdampak positif
2. Pemanfaatkan tenaga kerja setempat
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja
2. Pembukaan dan pematangan lahan
3. Kegiatan Konstruksi Fasilitas Produksi Gas dan Kompleks Kilang LNG
4. Kegiatan Pemasangan Pipa Penyalur Gas
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan tenaga kerja
2. Pemboran sumur pengembangan
3. Penyaluran gas dan kondensat melalui pipa
4. Penyaluran kondesat dengan transportasi darat
5. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas (MS dan BS)
6. Operasional Kilang LNG dan fasilitas lainnya
7. Pemeliharaan fasilitas produksi (Gas dan LNG)
D. Tahap Pasca Operasi
1. Penghentian operasi produksi gas (MS dan BS) dan Kilang LNG
2. Demobilisasi peralatan
3. Penglepasan Tenaga Kerja
III-57
III-58
III-59
Bobot
1x 1= 1
1x 1 = 1
1x 1 = 1
1x 1 = 1
1x 1 = 1
1x 1 = 1
Jumlah
Penentuan tingkat kepentingan dampak tersebut didasarkan pada jumlah faktor penentu
dampak penting yang bersifat penting yaitu:
1) Apabila P 3 maka termasuk dalam katagori penting (P)
2) Apabila P 2 termasuk dalam katagori tidak penting (TP)
Proses penentuan tingkat kepentingan dampak untuk masing-masing jenis dampak hipotetik
disajikan dalam Tabel 3.29, sedangkan ringkasan hasilnya disajikan dalam Tabel 3.30.
III-60
RENCANA
KEGIATAN
JENIS
DAMPAK
PENTING
HIPOTETIK
Jumlah
manusia
terkena
dampak
(bobot 1)
Luas
wilayah
persebara
n dampak
(bobot 1)
Lama dan
intensitas
dampak
(bobot 1)
Banyaknya
komponen
lain terkena
dampak
(bobot 1)
III-61
Sifat
kumulatif
dampak
(bobot 1)
Berbalik/tida
k berbalik
nya dampak
(bobot 1)
JUMLAH
NILAI
P
Kesimpulan
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
1
2
3
4
5
6
1
2
Komponen Lingkungan
PraKonst
1 2
Konstruksi
Operasi
Pasca
Operasi
1 2 3
1 2
3 4 1
2 3 4
5 6 7
GEO-FISIK-KIMIA
P/TP P/TP
P/TP
Kualitas udara ambien
P/TP P/TP
P/TP
Kebisingan
P/TP P/TP P/TP
Erosi tanah
P/TP
P/TP
P/TP
Sistem drainase dan irigasi
P/TP P/TP
P/TP
P/TP P/TP P/TP
Kualitas air permukaan
P/TP
P/TP
P/TP
P/TP
Kualitas air laut
P/TP
P/TP
P/TP
P/TP
P/TP
P/TP
P/TP
Transportasi darat
P/TP
BIOLOGI
P/TP
P/TP
Vegetasi
P/TP
P/TP
P/TP
Satwa liar
P/TP
P/TP
P/TP P/TP P/TP
Biota air tawar
P/TP
P/TP P/TP
Biota air laut
SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA
P/TP
Kependudukan
P/TP
Pola kepemilikan lahan
P/TP P/TP P/TP
P/TP
P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP
Pendapatan masyarakat
P/TP P/TP P/TP
P/TP
P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP
Kesempatan berusaha
P/TP
P/TP
P/TP P/TP
P/TP P/TP
Proses sosial
P/TP
P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP
Sikap & persepsi masyarakat P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP P/TP
KESEHATAN MASYARAKAT
P/TP P/TP
P/TP P/TP
Sanitasi lingkungan
P/TP P/TP
Tingkat kesehatan masyarakat
Keterangan:
A. Tahap Prakonstruksi
1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh
P = dampak penting
2. Pemanfaatkan tenaga kerja setempat
TP= dampak tidak penting
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja
2. Pembukaan dan pematangan lahan
3. Kegiatan Konstruksi Fasilitas Produksi Gas dan Kompleks Kilang LNG
4. Kegiatan Pemasangan Pipa Penyalur Gas
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan tenaga kerja
2. Pemboran sumur pengembangan
3. Penyaluran gas dan kondensat melalui pipa
4. Penyaluran kondesat dengan transportasi darat
5. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas (MS dan BS)
6. Operasional Kilang LNG dan fasilitas lainnya
7. Pemeliharaan fasilitas produksi (Gas dan LNG)
D. Tahap Pasca Operasi
1. Penghentian operasi produksi gas (MS dan BS) dan Kilang LNG
2. Demobilisasi peralatan
3. Penglepasan Tenaga Kerja
III-62
Diluar kedua kriteria di atas, kesimpulan hasil evaluasi adalah dampak tidak penting dan
tidak dikelola (TPK). Bila dampak yang disimpulkan merupakan dampak penting yang
dikelola (PK), maka dampak-dampak itulah yang akan dijadikan dasar untuk penyusunan
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan. Hasil evaluasi dampak
besar dan penting disajikan dalam Tabel 3.31.
III-63
SUMBER
DAMPAK
Baku
Mutu
Lingk
BESARAN
DAMPAK
(+/-)
JUMLAH
BOBOT
NILAI
P
KEPUTUSAN/
KESIMPULAN HASIL
EVALUASI
(PK/TPK)
Kebisingan
Erosi tanah
Transportasi darat
Vegetasi
Satwa liar
Kependudukan
Pendapatan masyarakat
Kesempatan berusaha
Proses sosial
Sanitasi Lingkungan
Jenis dampak penting tersebut kemudian di telaah secara holistik yang dibantu dengan Bagan
Aliran Dampak untuk mengetahui kecenderungan dengan menyajikan nilai kuantitatif dan
kualitatif dari setiap besaran dan sifat kepentingan dalam bentuk uraian deskriptif secara satu
kesatuan, yang dikelompokkan ke dalam tiga kajian, yaitu:
Kelestarian fungsi ekologis, merupakan hasil pengkajian dari parameter fisik-kimia dan
biologi yang terkena dampak besar dan penting;
Peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar, merupakan hasil pengkajian dari parameter
sosial ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat;
Kontribusi terhadap pembangunan daerah, merupakan kajian secara makro dimana
kontribusi perusahaan terhadap pembangunan daerah sebagai konsekuensi dari diperolehnya
ijin melakukan eksploitasi migas yaitu bersumber dari pembayaran pajak, pelaksanaan
III-64
Berdasarkan hasil telaahan secara holistik atas jenis dampak besar dan penting dapat ditentukan
berbagai alternatif atau arahan pengelolaannya dengan mempertimbangkan sumber penyebab
dampak, lokasi atau kondisi lingkungan berlangsungnya dampak, dan besaran dampaknya.
Sumber dampak dapat berupa suatu komponen kegiatan atau penyebab dampak yang
bersumber dari jenis dampak yang lain. Berdasarkan arahan atau berbagai alternatif
pengelolaan yang diusulkan akan dapat diperoleh dua informasi penting yaitu:
Masukan untuk pengambilan keputusan atas kelayakan lingkungan dari Rencana Proyek
Pengembangan Gas Matindok (PPGM);
Masukan untuk penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL).
III-65