pelayanan kesehatan model dokter keluarga diharapkan dokter keluarga sebagai ujung tombak
dalam pelayanan kedokteran tingkat pertama, yang dapat berkolaborasi dengan pelayanan
kedokteran tingkat kedua dan yang bersinergi dengan sistem lain.1
9 Prinsip Pelayanan Dokter Keluarga
1. Komprehensif dan holistik
2. Kontinu
3. Mengutamakan pencegahan
4. Koordinatif dan kolaboratif
5. Personal sebagai bagian integral dari keluarganya
6. Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
7. Menjunjung tinggi etika, moral dan hukum
8. Sadar biaya dan sadar mutu
9. Dapat diaudit dan dipertangungjawabkan
Tujuan pelayanan dokter keluarga secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni :
1.Tujuan umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga pada dasarnya adalah sama dengan tujuan
pelayanan kesehatan secara keseluruhan, yakni terwujud-nya keadaan sehat bagi setiap
anggota keluarga.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus pelayanan dokter keluarga erat hubungannya dengan sejarah
perkembangan pelayanan dokter keluarga di satu pihak serta ciri-ciri pelayanan dokter
keluarga dipihak lain.Tujuan khusus yang dimaksud adalah terpenuhinya kebutuhan
keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif dan efisien.
Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang-perorang, melainkan sebagai anggota
satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya.
Yang
mengutamakan
kesehatan
seoptimal
pelayanan
mungkin,
kesehatan
mencegah
guna
meningkatkan
timbulnya
derajat
penyakit
dan
Yang
mengutamakan
pelayanan
kesehatan
sesuai
dengan
kebutuhan
Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan
bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.
pelayanan
Dokter
keluarga
hubungkan
ikutsertakan
yang
harus
dokter
tenaga
menyeluruh
mempunyai
dengan
pasien,
paramedis,
dan
berkesinambungan
semacam
yang
terutama
sistim
diwujudkan
untuk
diselenggarakan.
komunikasi
yang
meng-
dengan
meng-
kunjungan
rumah
misalnya
pelayanan
yang bersifat tindak lanjut. Dokter keluarga harus mempunyai hubungan yang
baik dengan rumah sakit, tempat dimana dokter keluarga merawat sendiri para
pasiennya.
Apabila pelayanan dokter keluarga yang seperti ini dapat diselenggarakan, memang akan
diperoleh banyak manfaat. Manfaat yang dimaksud antara lain (Cambridge Research Institute,
1976):
1. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya,
bukan penanganan keluhan yang disampaikan saja,
2. Akan
dapat
diselenggarakan
pelayanan
pencegahan
penyakit
dari"terjamin
Periode Prepatogenesis4
daya
infeksi
dan
kemampuan
tinggal
sementara Mycobacterium
Tuberculosis sangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung dosis
infeksi dan kondisi Host. Sifat resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul
Faktor Lingkungan
Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar dan
prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa
dipengaruhi musim dan letak geografis.
Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologis
menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang mencakup
pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi.
Terdapat pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi komunitas
perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan tidak adanya
pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan pencetus
peningkatan epidemi penyakit ini.
Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang dengan hewan
ternak yang terinfeksi adalah berbahaya.
Faktor Host
Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian dan
kematian :
1. paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita,
2.paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan
fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita,
Dalam perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak berlaku
pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup sampel usia ini atau tidak
terlindung dari resiko infeksi. Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang
diakibatkan tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk pribumi
memiliki laju lebih tinggi daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang disebabkan
rendahnya kondisi sosioekonomi. Aspek keturunan dan distribusi secara familial sulit
terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi keluarga secara umum
dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut
memainkan peranan dalam infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status
gizi, kondisi kesehatan secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme
pertahanan umum juga berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi
primer memberikan beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi. 4
Basil TB yang masuk ke dalam paru melalui bronkhus secara langsung dan pada
manusia yang pertama kali kemasukan disebut primary infection. Infeksi pertama
(primer) terjadi ketika seseorang pertama kali kemasukan basil atau kuman TB
umumnya tidak terlihat gejalanya. Dan sebagian besar orang, berhasil menahan serangan
kuman tersebut dengan cara melakukan isolasi dengan cara dimakanmacrophages, dan
dikumpulkan pada kelenjar regional disekitar hilus paru. Infeksi dimulai saat kuman TB
berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di paru yang menyebabkan
peradangan di dalam paru. Oleh sebab itu, kemudian disebut sebagai kompleks primer.
Pada saat terjadi infeksi, kuman masuk hingga pembentukan kompleks primer sekitar 46 minggu. Adanya infeksi dapat diketahui dengan reaksi positif pada tes tuberkulin.5
Biasanya hal tersebut terjadi pada masa kanak-kanak dibawah umur 1 tahun.
Apabila gagal melakukan containment kuman, maka kuman TB masuk melalui aliran
darah dan berkembang, maka timbulah peristiwa klinik yang disebut TB milier. Bahkan
kuman bisa dibawa aliran darah ke selaput otak yang disebut meningitis radang selaput
otak yang sering menimbulkan sequele gejala sisa yang permanen.5
Secara umum tubuh memiliki kemampuan perlawanan, kecuali pada penderita
AIDS/HIV. Di Amerika 95% anak-anak tubuhnya mampu melawan kuman TB. Di
negara-negara yang mempunyai status gizi buruk, angka tersebut jauh lebih besar. Ada
ukuran Annual Risk of Tubercolosis Infection (ARTI). Indonesia tercatat memiliki ARTI
sebesar 1-2%, sedangkan Eropa memiliki ARTI 0,1-0,3%. Pada ARTI sebesar 1% berarti
setiap tahun diantara 1000 orang penduduk akan ada 10 orang yang tertular. Sebagian
besar yang tertular belum tentu berkembang menjadi TB klinis, hanya sekitar 10%
menjadi TB klinis. Dengan ARTI sebesar 1% maka diantara 100.000 penduduk, rata-rata
1000 orang penderita TB baru setiap tahunnya, dimana 100 orang diantaranya adalah
BTA positif.5
Sebagian besar dari kuman TB yang beredar dan masuk ke dalam paru orangorang yang tertular mengalami fase atau menjadi dormant dan muncul bila kondisi tubuh
mengalami penurunan kekebalan, gizi buruk, atau menderita HIV/AIDS (Achmadi,
2005). TB secara teoritis menyerang berbagai organ, namun terutama menyerang organ
paru. Sedangkan pada paru-paru tempat yang paling disukai atau tempat yang sering
terkena
adalah apical
pasterior.
Hal
ini
disebabkan
karenaMycrobacterium
tubercolocis bersifat aerobik, sedangkan pada daerah tersebut adalah bagian paru-paru
yang banyak memiliki oksigen.5
Manifestasi Klinis6
Gejala Sistemik Tuberkulosis
Secara sistemik pada umumnya penderita akan mengalami demam. Demam berlangsung
pada sore dan malam hari, disertai keringat dingin meskipun tanpa aktifitas, kemudian kadang
hilang. Gejala ini akan timbul lagi beberapa bulan kemudian seperti demam, influenza biasa, dan
kemudian seolah-olah sembuh tidak ada demam.
Gejala lain adalah malaise (perasaan lesu) bersifat berkepanjangan kronis, disertai rasa
tidak fit, tidak enak badan, lemah, lesu, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan semakin
kurus, pusing, serta mudah lelah. Gejala sistemik ini terdapat baik pada TB Paru maupun TB
yang menyerang organ lain.6
Gejala Respiratorik Tuberkulosis
Adapun gejala repiratorik atau gejala saluran pernafasan adalah batuk. Batuk bisa
berlangsung secara terus-menerus selama 3 mingggu atau lebih. Hal ini terjadi apabila sudah
melibatkan brochus. Gejala respiratorik lainnya adalah batuk produktif sebagai upaya untuk
membuang ekskresi peradangan berupa dahak atau sputum. Dahak ini kadang bersifat purulent.
Kadang gejala respiratorik ini ditandai dengan batuk berdarah. Hal ini disebabkan karena
pembuluh darah pecah, akibat luka dalam alveoli yang sudah lanjut. Batuk darah inilah yang
sering membawa penderita berobat ke dokter. Apabila kerusakan sudah meluas, timbul sesak
nafas dan apabila pleura sudah terkena, maka disertai pula dengan rasa nyeri pada dada.6
Epidemiologi
Dalam hal mempertimbangkan kepekaan seseorang terhadap tuberkulosis, ada dua faktor
yang harus dipikirkan.
Pertama, adalah resiko mendapatkan infeksi dan yang lain adalah resiko timbulnya
penyakit klinik sesudah infeksi terjadi. Resiko mendapatkan infeksi dan timbulnya penyakit
klinik tergantung dari adanya infeksi di dalam masyarakat, kepadatan penduduk, keadaan sosial
dari populasi tersebut dari tidak tepatnya perawatan medis. Sumber penularan adalah penderita
tuberkulosis BTA positif yang dapat menularkan kepada orang yang berada di sekelilingnya,
terutama kontak erat. Resiko penularan setiap tahun (annual risk of tuberculosis infection: ARTI)
di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada daerah dengan ARTI
sebesar 1% berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian
besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita tuberculosis hanya 10% yang akan
terinfeksi. Hal ini dipengaruhi daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya karena gizi buruk atau
HIV/AIDS.7
WHO memperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia, kurang lebih sejumlah 2 bilyun
orang terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis. Angka infeksi tertinggi di Asia Tenggara,
Cina, India dan Amerika Latin. Data yang dilaporkan WHO Indonesia menempati urutan nomor
tiga setelah india dan cina yaitu dengan angka 1,7 juta orang Indonesia, menurut teori apabila
tidak diobati, tiap satu orang penderita tuberkulosis akan menularkan pada sekitar 10 sampai 15
orang dan cara penularannya dipengaruhi berbagai factor.15
Tuberkulosis terutama menonjol di populasi yang mengalami stress nutrisi jelek, penuh
sesak, perawatan kesehatan yang tidak memadai, dan perpindahan tempat. 8
Pada orang dewasa dua pertiga kasus terjadi pada laki-laki, tetapi ada sedikit dominasi
tuberculosis pada wanita di masa anak-anak. Pada anak, kebanyakan terinfeksi dengan
Mycobacterium tuberculosis di rumahnya dari seseorang yang dekat padanya. Orang dewasa
yang terinfeksi virus HIV dengan tuberculosis dapat menularkan Mycobacterium tuberculosis ke
anak, beberapa darinya berkembang penyakit tuberculosis, dan anak dengan infeksi HIV
bertambah resiko berkembang tuberculosis sesudah infeksi. 8,9
Upaya Preventive
Banyak cara yang dapat dilakukan guna mencegah dan menghindari TBC dari anak-anak
salah satunya yaitu dengan cara sebagai berikut:
Vaksinasi BCG
Pemberian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis
yang virulen. Imunitas timbul 6-8 minggu setelah pemberian BCG. Pemberian BCG juga dapat
mengurangi morbiditas sampai 74%. BCG biasanya diberikan pada anak dengan uji tuberkulin
negatif dan biasanya uji tuberkulin diulangi 6 minggu setelah BCG dan kalau masih negatif
dianjurkan untuk mengulangi BCG. Tetapi sekarang dianjurkan pemberian pemberian BCG
secara langsung karena dapat menghemat ongkos dan mencangkup lebih banyak anak.10
Jika setelah di vaksin BCG hasil tes tuberkulin positif menandakan bahwa adanya kuman
TBC yang resisten. Kerugian BCG adalah bahwa vaksin ini dapat menimbulkan hipersensitivitas
terhadap tuberkulin yang dapat mengganggu nilai tes tuberkulin yang dilakukan untuk
mendiagnosis tuberkulosis.11
Kemoprofilaksis
Sebagai kemoprofilaksis biasanya dipakai INH dengan dosis 5-10mg/kgbb/hari selama 23 bulan.4 Kemoprofilaksis primer diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi pada anak
dengan kontak tuberkulosis dan uji tuberkulin masih negatif yang berarti masih belum terkena
infeksi atau masih dalam inkubasi. Kemoprofilaksis sekunder diberikan untuk mencegah
berkembangnya infeksi menjadi penyakit.10
Diberikan pada anak dengan tes tuberkulin positif, tanpa gejala klinis, dan foto paru
normal, tetapi memiliki faktor risiko menjadi TB aktif. Golongan ini adalah balita, anak yang
mendapat pengobatan kortikosteroid atau imunosupresan lain, penderita penyakit keganasan,
infeksi virus (HIV dan morbili), gizi buruk, masa akil balik, atau infeksi baru Tb, konversi uji
tuberkulin kurang dari 12 bulan. Obat yang digunakan adalah INH 5-10 mg/kgbb/hari.12
Penemuan Anak Yang Terinfeksi
Prioritas tinggi setiap program pengendalian tuberkulosis harus berupa penemuan kasus
dan pengobatan, yang mengganggu penyebaran infeksi kontak dekat. Anak dan orang dewasa
yang berkontak dekat dengan orang dewasa yang dicurigai menderita tuberkulosis paru infeksius
harus diuji kulit tuberkulin dan diperiksa sesegera mungkin. Anak terutama muda harus
mendapatkan prioritas tinggi selama pengamat-kontak karena resiko infeksinya tinggi dan pada
mereka lebih mungkin berkembang bentuk tuberkulosis yang berat.13
Lain-lain
1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin
2. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan (air sabun)
3.
Kebijakan
a. Penanggulangan TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi
dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program yang meliputi:
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi sertamenjamin ketersediaan
sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana)
b. Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS
c. Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen daerah terhadap program
penanggulangan TB
d. Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap peningkatan mutu
pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga mampu
memutuskan rantai penularan dan mencegahterjadinya MDR-TB
e. Penemuan dan pengobatan dalam rangka penanggulangan TBdilaksanakan oleh
seluruh Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), meliputiPuskesmas, Rumah Sakit
Pemerintah dan swasta, Rumah Sakit Paru(RSP), Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru
(BP4), Klinik Pengobatanlain serta Dokter Praktek Swasta (DPS)
f. Penanggulangan TB dilaksanakan melalui promosi, penggalangan kerjasama dan
kemitraan dengan program terkait, sektor pemerintah, non pemerintah dan swasta
dalam wujud Gerakan Terpadu NasionalPenanggulangan TB (Gerdunas TB)
g. Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat pelayananditujukan untuk
peningkatan mutu pelayanan dan jejaring
h. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB diberikankepada pasien
secara cuma-cuma dan dijamin ketersediaannya
i. Ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten dalam jumlah yangmemadai untuk
meningkatkan dan mempertahankan kinerja program
j. Penanggulangan TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dankelompok
rentan terhadap TB
k. Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya
l. Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam Millennium Development
Goals (MDGs)
Strategi
Daftar Pustaka
1. Moeloek, A.F (2005) IDI usulkan pembentukan dokter keluarga. Tempo Interaktif
{internet}: http://www.JPKM.com ( 26 Juni 2007).
2. Azwar Azrul. Praktek dokter keluarga. In: Menuju pelayanan kesehatan yang lebih
bermutu. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia; 1996. hal: 115-49
3. Azwar Azrul. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Binarupa Aksara;
2006. hal:104-19
4. Universitas Indonesia (FKUI). 2004. Kuliah Tuberculosis. Diunduh dari http://ui.org/
fk/kuliah/respirasi/tuberculosis.htm. 5 juli 2015.
5. Chin J (Ed), Kandun IN (Editor Penterjemah). Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta:
Infomedika. 2006.
6. Achmadi, Umar Fahmi. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
2005.
13. Henry F, Gomez, Cleary TG . Nelson ilmu kesehatan anak. Edisi 15. Volume 2. Jakarta:
EGC; 2000
14. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. 2002
15. Dphill C D. global epidemiology of tuberculosis journal. 18 maret 2006. Diunduh dari :
http://www.sciencedirect.com/science?_ob=PdfExcerptURL&_imagekey=1-s2.0S0140673606683840main.pdf&_piikey=S0140673606683840&_cdi=271074&_orig=article&_zone=centerpa
ne&_fmt=abst&_eid=1-s2.0S0140673606683840&_user=12975512&md5=167de48174876ca24c0733e1b1b259eb&i
e=/excerpt.pdf. 5 juli 2015