Anda di halaman 1dari 18

Biomaterial dan Biokompatibilitas

Drg. Catur Septommy


(Staf Pengajar FKG IIK Kediri dan
Mahasiswa Pascasarjana FKG UGM minat
Biomaterial)

Biomaterial
Bahan sintetik yang digunakan untuk alat
sebagai bagian dari sistem yang masih
hidup ,dan juga sebagai alat yang ketika
berfungsi akan kontak dengan jaringan
hidup
Park dan Bronzino (2004)

bahan bioaktif, di mana bahan ini apabila


ditempatkan dalam jaringan hidup akan
terjadi interaksi dengan sistem biologi
yang komplek di sekitar jaringan.
Interaksi biomaterial dengan jaringan
dijadikan
sebagai
subyek
kajian
biokompatibilitas.

Kesuksesan biomaterial pada


tubuh tergantung pada :
Faktor terkontrol
1. Sifat bahan
2. Desain
3. Biocompatibility
Faktor tidak terkontrol
1. Teknik skill dari dokter bedah/operator
2. Kesehatan pasien

4 Grup Biomaterial
1. Logam (Ti and its alloys, Co-Cr alloys,
stainless steels, Au, Ag, Pt, etc)
2. Keramik (aluminum oxide, calcium
phosphates including hydroxyapatite,
carbon)
3. Polimer (nylon, silicone rubber, PMMA
polyester, polytetrafuoroethylen)
4. Komposit (fiber reinforced composite)

Syarat biomaterial dalam


kedokteran gigi
1. Biokompatibilitas
2. Berikatan secara permanen pada struktur
gigi dan tulang
3. Memiliki estetik seperti struktur gigi dan
jaringan lainnya yang tampak.
4. Memiliki sifat yang sama dengan email,
dentin, dan jaringan lainnya
5. Dapat memicu terjadinya proses
regenerasi pada jaringan yang rusak

Klasifikasi bahan kedokteran gigi


1. Preventive dental material
(pit dan fissure sealant, fluoride, pasta gigi,
mouth protector, chewing gum, denture
cleansing)
2. Restorative dental material
(resin komposit, porcelain fused to metal, glass
ionomer cement, FRC, resin akrilik, implant)
3. Auxiliary dental material
(etsa asam, bahan cetak, bhan abrasif)

Biokompatibilitas
Kemampuan suatu bahan untuk tidak
menimbulkan respon biologis yang
merugikan jika bahan tersebut diletakkan
di dalam tubuh
Kemampuan suatu bahan untuk
menghasilkan sebuah kesesuaian
terhadap respon tubuh pada sebuah
aplikasi khusus yang menghasilkan
interakasi antara tubuh dengan bahan

Biokompatbilitas bukan merupakan faktor


tunggal dan tidak terjadi atas satu
fenomena saja, akan tetapi merupakan
kumpulan dari berbagai proses interaksi
antara bahan tiruan dengan jaringan
Interaksi ini bergantung pada 3 faktor yaitu
bahan, host, dan fungsi bahan ketika
pengaplikasian
(fungsi
apa
yang
dikehendaki), semua ketiga faktor tersebut
harus dapat berjalan secara harmoni untuk
mendapatkan biokompatibel suatu bahan.

Secara ideal, bahan yang digunakan pada


manusia tidak toksik, tidak iritasi, tidak
karsinogenik, dan tidak potensi
menimbulkan alergi (McCabe dan Walls,
2008).
Untuk mengetahui apakah suatu jenis
bahan memiliki sifat biokompatibilitas atau
aman kegunaan untuk manusia
memerlukan waktu yang lama dan biaya
yang tidak murah

Karakteristik biologi suatu bahan akan


diseleksi melalui beberapa uji
biokompatibilitas
Pengukuran biokompatibilitas material
Ada 3 tipe dasar :
1. Uji in vitro
2. Uji binatang coba
3. Uji penggunaan pada binatang /
manusia

Skema Uji Biokompatibilitas


(wataha, 2001)
(1)

(2)

Usage

Usage

Secondary

Primary
Primary

Secondary

Kelebihan dan kekurangan


In vitro test
Advantages: - quick to perform
- lest expensive
- can be standardized
- large scale screening
- good experiment control
- good excellence for mechanism of
interaction
Disadvantages : relevance to in vivo is questionable

In vivo test :
Advantages:
- allows complex systemic interaction
- response more comprehensive
- more relevant
Disadvantages:
- relevance to use of materials questionable
- time consuming
- legal / ethical concerns
- difficult to control
- difficult to interpret and quantity

Usage test
Advantages :
- relevance to use of material is assured
Disadvantages:
- very expensive
- very time consuming
- major legal/ethical issue
- can be difficult to control
- difficult to interpret and quantity

Recommended Levels of Biologic Testing


(ANSI /ADA)

Initials Tests
Short term systemic toxicity test: Oral route
Acute systemic toxicity test: Intravenous route
Inhalation toxicity test
Hemolysis test
Ames mutagenicity test
Styles cell transformation test
Dominant lethal test (LD50)
In vitro cytotoxicity test (Cr release)
Cytotoxicity test (Millipore filter)
Tissue culture agar overlay test

Secondary Tests
- Subcutaneous implant test
- Bone Implant
- Sensitization test
- Oral mucous membrane irritation test
Usage Test
- Oral mucous membrane irritation test
- Pulp and dentin test
- Pulp capping and pulpotomy test
- Endodontic usage test
- Bone implant usage test

Referensi
Park J. B., dan Bronzino J.D., 2004, Biomaterials : principles and
applications.CRC Press
Annusavice, K.J., 2003. Philips Science of Dental Material, 11 ed. W.B.
Saunders Company
Craig R.G. Dan Powers J.M., 2004, Restorative Dental Materials 11 ed.
Mosby
McCabe J.B dan Walls W.G., 2008. Applied Dental Materials. 9 th. Ed.,
Blackwell Pub. Oxford.
Van Noort R., 2007, Introduction to Dental Material, 3 rd ed., Mosby
London.
Williams D.F., 2008, On the mechanisms of biocompatibility. J.
Biomaterials 29, hal.2941-2953.
Wataha J.C., 2001. Principles of Biocompatibility for Dental Practitioners.
The Journal of Prosthetic Dentistry Vol. 86 No.2 (203-209)

Anda mungkin juga menyukai