(041111054)
(041111006)
SURAT PERNYATAAN
NIM
: 041111054
Perguruan Tinggi
: Universitas Airlangga
menyatakan bahwa karya tulis yang kami sertakan dalam Lomba Karya Tulis
Ilmiah ini adalah benar hasil karya kelompok kami dan kami dapat menjamin
originalitas karya ini yang belum pernah diikutsertakan dalam lomba lain.
Demikian surat pernyataan ini kami perbuat dengan sebenar-benarnya
tanpa ada unsur keterpaksaan. Apabila terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya
maka kami siap untuk didiskualifikasi. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan
terimakasih.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam yang setia
membimbing hamba-hamba-Nya. Atas bantuan dan tuntunan-Nya penyusunan
karya ini dengan judul Implementasi Green Tax To Alleviate Negative
Externality (G-Tax To Allnext); Upaya Strategis Untuk Mengurangi Eksternalitas
Negatif Dari Pencemaran Lingkungan Di Indonesia dapat diselesaikan.
Penulis telah berusaha memaparkan karya tulis ini dalam kondisi yang
terbaik dan setepat mungkin, namun karena keterbatasan dan kelemahan yang ada,
pasti terbuka kemungkinan kesalahan. Untuk itu penulis mengharap masukan
positif dari semua pihak untuk perbaikan karya ini.
Dengan penuh kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih yang
tidak terhingga kepada semua pihak yang langsung maupun tidak langsung, turut
andil dan memotivasi penyelesaian karya ini.
Akhirnya, semoga karya ini membawa manfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan. Amin.
Penulis
iii
RINGKASAN
Di tengah gencarnya negara-negara di dunia mencoba menggalakan program
industri ramah lingkungan, dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan, namun
di Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) justru telah membatalkan usulan
pajak lingkungan (green tax) yang diatur dalam Undang-Undang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (UU PDRD), karena menuai protes dan penolakan keras dari
kalangan pengusaha. Konsep pajak lingkungan di Indonesia yang ditolak adalah
menerapkan pajak senilai 0,5% terhadap perusahaan manufaktur beromset Rp
300.000.000,00 yang dinilai memberatkan pihak pengusaha. (2012: Maharani Siti
Sophia)
Di sisi lain, pengenaan pajak lingkungan terhadap perusahaan industri
dianggap sangat penting, yakni sebagai bentuk pertanggung jawaban perusahaan
industri terhadap lingkungan dan pembangunan ekonomi berkelanjutan . Tetapi
saat ini masih banyak perusahaan industri yang mengabaikan aspek kelestarian
lingkungan hidup. Faktanya masih banyak ditemukan sejumlah perusahaan yang
berpotensi mencemari lingkungan.
G-Tax to
harus
di-
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul... i
Halaman Pernyataan..... ii
Kata Pengantar......... iii
Ringkasan............................................................................................................ iv
Daftar Isi........v
Daftar Tabel...vi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan .......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6
2.1 Pencemaran Lingkungan ...................................................................... 6
2.2 Eksternalitas ......................................................................................... 8
2.3 Pajak ..................................................................................................... 10
2.4 Industri................................................................................................. 12
BAB III ANALISIS Dan PEMBAHASAN ....................................................... 16
3.1 Kondisi Pencemaran Lingkungan yang Disebabkan oleh
Industri di Indonesia ............................................................................. 16
3.2 Konsep G-Tax To ALLNEXT .............................................................. 19
3.3 Langkah implementatif penerapan G-Tax to ALLNEXT ................... 22
BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 24
4.1 Simpulan ............................................................................................. 24
4.2 Saran .................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA...... 26
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHUULAN
1.1 Latar Belakang
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat secara kumulatif pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada tahun 2012 mencapai angka 6,23%, dengan konsumsi
domestik dan investasi sebagai penyumbang utama pertumbuhan terbesar.
Menurut Suyarmin (Kepala BPS) sumber pertumbuhan terbesar pada tahun 2012
berasal dari industri pengolahan yang mencapai 1,47%, diikuti sektor
perdagangan, hotel dan restoraan sebesar 1,44% serta sektor pengangkutan dan
komunikasi 0,98%.
Pada rapat kerja dengan Komisi VI DPR-RI di Gedung DPR RI Menteri
Perindustrian MS Hidayat mengemukakan bahwa beberapa industri yang
mengalami pertumbuhan tertinggi adalah, pertama diduduki oleh industri Pupuk,
Kimia dan Barang dari Karet sebesar 9,19%. Kedua, industri minuman dan
tembakau sebesar 8,19%. Ketiga, industri alat angkut, mesin dan peralatannya
sebesar 6,23%. Keempat, semen dan barang galian bukan logam sebesar 6,11%.
(yamara.net ; 2012)
Dalam kegiatan ekonomi, produksi dan konsumsi suatu barang dapat
menimbulkan manfaat atau menghasilkan produk yang bernilai guna pada
pemiliknya atau pada orang lain. Tetapi sebaliknya juga dapat menghasilkan
dampak yang merugikan atau menurunkan daya guna bagi orang lain. Keadaan
dimana suatu proses dapat menimbulkan manfaat maupun kerugian pada orang
lain disebut eksternalitas (Grafton, et al., 2004). Dalam konsep ekonomi,
pencemaran merupakan suatu eksternalitas yang terjadi bila satu atau lebih
individu mengalami atau menderita kerugian berupa hilangnya kesejahteraan
mereka (Monke dan Pearson, 1989).
Suatu negara atau daerah harus menghentikan proses pencemaran yang terjadi
apabila:
1. Biaya kerusakan yang disebabkan pencemaran lebih besar dari pada biaya
untuk mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan.
2. Kebutuhan masyarakat terhadap barang lingkungan yang bersih, (agar
kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat lebih tinggi) adalah lebih
besar dibanding dengan persediaannya pada harga nol.
Negara-negara di dunia sudah banyak yang mulai memperhatikan dampak
kegiatan industri yang dapat merusak lingkungan hidup. Sebagai contohnya
adalah negara China. Selama ini China adalah negara yang terkenal dengan
tingkat poluter terbesar di dunia karena ekonominya yang masif. Namun di sisi
lain, China cukup aktif dalam mengembangkan industri hijau terbesar di dunia.
Baru-baru ini, sebagaimana dikutip oleh The Economist, Nov 2011. China
kembali meletakan PELITA (Pembanguan Lima Tahun) terbarunya dengan
menekanakan pada ekonomi hijau melalui efisiensi energi dan clean China.
Salah satu kebijakan untuk menjaga kelestarian lingkungan yang baru-baru ini
diterapkan di China adalah green tax (pajak hijau).
Di tengah gencarnya negara-negara di dunia mencoba menggalakan program
industri ramah lingkungan, dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan, namun
di Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) justru telah membatalkan usulan
pajak lingkungan (green tax) yang diatur dalam Undang-Undang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (UU PDRD), karena menuai protes dan penolakan keras dari
kalangan pengusaha. Konsep pajak lingkungan di Indonesia yang ditolak adalah
menerapkan pajak senilai 0,5% terhadap perusahaan manufaktur beromset Rp
300.000.000,00 yang dinilai memberatkan pihak pengusaha. (2012: Maharani Siti
Sophia)
Di sisi lain, pengenaan pajak lingkungan terhadap perusahaan industri
dianggap sangat penting, yakni sebagai bentuk pertanggung jawaban perusahaan
industri terhadap lingkungan dan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Tetapi
saat ini masih banyak perusahaan industri yang mengabaikan aspek kelestarian
lingkungan hidup. Faktanya masih banyak ditemukan sejumlah perusahaan yang
berpotensi mencemari lingkungan.
Konsep
G-Tax
to
ALLNEXT
dalam
mengurangi
proses
output
Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder yang berasal dari hasil
survei media elektronik (internet) dan literatur buku maupun dari situssitus koran online.
Proses : menganalisis
data
yang
terkumpul
yang
berkaitan
dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Lingkungan
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya
makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfingsi lagi sesuai dengan
peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Proses terjadinya pencemaran secara umum dapat diterangkan dari
berbagai sudut pandang, salah satunya adalah dari hukum kekekalan massa.
Hukum Lavoisier (hukum kekekalan zat) menyatakan: Jumlah berat (massa)
semua zat sebelum suatu reaksi sama dengan jumlah berat (massa) semua zat
sesudah reaksi itu. (Scermerhon, 1975) Hukum ini terutama berlaku bagi proses
produksi. Untuk proses pengubahan energi berlaku hukum thermodinamika
kedua, secara impilsit di dalam hukum ini berlaku pula hukum kekelan masaa.
Bunyi hukum thermodinamika kedua: Tidak ada sistem pengubahan energi yang
betul-betul efisien.
Menurut hukum kekekalan massa tersebut maka untuk mendapatkan
massa hasil produksi diperlukan suatu proses untuk mengubah massa faktor
produksi atau makanan.pada umumnya jumlah hasil produksi yang terpakai lebih
kecil dari jumlah hasil produksi yang dihasilkan dari suatu proses dan sisanya
dibuang sebagai limbah.
Konsumsi
Faktor Produksi
Faktor Produksi
+ Sisa
Faktor Produksi
(Bahan Bakar)
Pengubahan
Energi
2.2 Externalitas
Eksternalitas
Teknologi
Pecuniary
Privat
Publik
Eksternalitas
produksi
Eksternalitas
konsumsi
pemerintah daerah
4) Dapat dipaksakan (bersifat yuridis)
Dalam pengertian lain pajak mempunyai definisi yaitu iuran rakyat kepada
negara (dapat dipaksakan)yang terutang oleh wajib pajak
membayarnya
10
umum
berhubungan
dengan
tugas
negara
menyelenggarakan
pemerintahan.(Brotodiharjo,R 1982:2)
Sedangkan menurut M.J.H Smeet (Suandy,2005:10),pajak adalah prestasi
kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat
dipaksakan,tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang
individual.
Dari beberapa definisi di atas maka definisi pajak menurut kami yaitu sebagai
kewajiban setiap warga negara terhadap pemerintah yang telah diatur oleh
Undang-undang serta mempunyai sifat mengikat dan memaksa dimana hasil dari
penerimaan pajak tersebut dikeluarkan oleh pemerintah untuk kepentingan
masyarakat umum dan kepentingan negara.
Pajak mempunyai peran yang penting dalam kehidupan bernegara,lebih
spesifiknya dalam hal pembangunan mayarakat dan pembangunan ekonomi suatu
negara.Pajak sendiri mempunyai beberapa fungsi anatara lain :
1) Fungsi anggaran,artinya pajak sebagai sumber pendapatan suatu
negara,dimana pengeluaran-pengeluaran suatu negara berasal dari
penerimaan pajak.Penerimaan pajak tersebut dgunakan oleh suatu negara
untuk
membiayai
berbagai
macam
bentuk
pembangunan
11
2.4 Industri
Kata Industri berasal dari bahasa latin yang berati Industriayang berarti
buruh atau penggunaan tenaga kerja yang terus menerus. Dalam artian luas
12
industri mencakup pengertian semua usaha dan kegiatan bidang ekonomi yang
produktif,sedangkan dalam artian sempit hanya mencakup secondary type of
economic activitiesyaitu meliputi segala usaha dan kegiatan yang sifatnya
mengubah dan megolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi.
Abdurrahmat dan Maryani (1997:27).
Menurut Sumaatmadja (1988:79),dalam artian luas industri memilik
pengertian bahwa industri adalah segala kegiatan manusia memanfaatkan
sumberdaya alam,sedangakan dalam arti sempit industri memili definisi sebagai
kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi.
Jadi menurut kedua pengertian diatas bisa didapatkan sebuah definisi
tentang industri yaitu kegiatan ekonomi yang memanfaatkan sumberdaya alam
mengenai pengolahan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi
dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan manusia,
Jenis-Jenis Industri :
Untuk setiap daerah atau negara jumlah dan macam-macam industrinya
berbeda=beda tergantung dari sumberdaya yang dimiliki,tingkat teknologi,serta
perkembangan ekonomi suatu daerah atau negara lain.
Menurut Abdurahman dan Maryani (1997:30-31) pengklasifikasian industri
atau kegiatan industri di Indonesia dikelompokkan ke dalam 4 golongan yaitu :
Kelompok I Aneka Industri dan Kerajinan,terdiri atas :
a)
b)
c)
lainnya
b)
13
c)
b)
Industri pemintalan
c)
Industri perajutan
d)
kecil,
industri
yang
dilihat
baik
dari
modal
maupun
berat,industri
yang
kegiatannya
menggunakan
mesin-mesin
berat,mengolah bahan mentah dalam jumlah yang sangat banyak dan produksinya
berupa barang-barang dalam kategori tahan lama
2.Industri
ringan,Industri
yang
menggunakan
mesin-mesin
ringan
dan
14
15
BAB III
ANALISIS dan PEMBAHASAN
3.1
Indonesia
3.1.1
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 mencapai angka 6,23%, dengan
konsumsi domestik dan investasi sebagai penyumbang utama pertumbuhan
terbesar. Pertumbuhan ekonomi sangat penting dalam arti peningkatan dalam
jumlah barang dan jasa yang dapat dihasilkan dalam suatu negara guna memenuhi
kebutuhan penduduk yang selalu meningkat jumlahnya.
Peningkatan jumlah barang dan jasa dengan sendirinya memerlukan lebih
banyak barang sumber daya sebagai salah satu faktor produksi yang akan diolah
bersama faktor-faktor produksi lain baik dalam industri pengolahan, industri
pertanian, maupun industri jasa, dan sebagai produk sampingannya adalah limbah
sebagai pencemar lingkungan. Dalam hal ini barang dan jasa merupakan produk
yang diinginkan (desirable output) dan limbah serta pencemaran sebagai produk
yang tak diinginkan (undesirable output). Jadi terdapat hubungan yang positif
antara pembangunan ekonomi dan pencemaran lingkungan. Gambar 3.1
menunjukkan hubungan tersebut, yaitu pada sumbu horisontal digambarkan
tingkat pertumbuhan ekonomi dan pada sumbu vertikal digambarkan tingkat
pencemaran.
16
Pencemaran
P = f (Y)
Pertumbuhan (Y)
17
2
3
Pencemaran Teluk
Buyat
Tempat
Sulawesi
NTB
Perairan laut Lombok
Timur
Papua
Hancurnya Gunung
Grasberg, tercemarnya
Sungai Aigwa,
meluapnya air danau
Wanagon, Tailing
Pembuangan Limbah ke
Aliran Sungai
Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Tengah
Pembuangan Limbah ke
Sungai Cikijing selama 10
tahun
Jawa Barat
Keterangan
18
mewujudkan
keterpaduan
dan
keserasian
pelaksanaan
19
3) Melaksanakan
pembangunan
berkelanjutan
yang
berwawasan
lingkungan.
4) Membangun pola pikir para pengusaha dan masyarakat untuk
menggunakan barang ramah lingkungan.
Program:
UU No.32 tahun 2004
Industri A
Pemerintah Daerah
(melalui Otonomi Daerah)
Menghasilkan limbah
G-Tax to ALLNEXT
Tingkat pencemaran
udara. (%)
Tingkat pencemaran air
(%)
Tingkat pencemaran
Efek:
tanah (%)
Proses Penghitungan:
P = t.b per liter air
kotor/limbah
20
T1
A
T*
Biaya marginal
penanggulangan
Polusi (BMPP)
T2
TAO=Laba
Biaya
X
P2
P*
P1
Polusi P
Dari grafik yang tertera pada Gambar 3.3 dapatlah dijelaskan sumbu x
menyatakan jumlah polusi dan sumbu y menyatakan biaya dalam rupiah. BMPP
menunjukkan biaya marginal penanggulangan polusi, sedang BMK menunjukkan
biaya marginal kerusakan. P* adalah polusi optimal, sedang T* adalah penerapan
pajak optimal, yaitu pada perpotongan antara BMPP dan BMK.
Perusahaan industri yang mencemari lingkungan harus membayar T* APO
yang terdiri dari biaya kerusakan (damage cost, OAP*), biaya penanggulangan
pencemaran (treatment cost, APP*), dan pajak (T* AO) bila ada (kalau tidak ingin
merupakan keuntungannya).
Keseimbangan yang terletak pada titik A pada hakikatnya diperoleh
karena proses tawar menawar antara pencemar dan yang tercemar. Pada T1 bagi
pencemar lebih baik mencemari lingkungan karena manfaat marginal kurang dari
biaya marginal yang tercemar sehingga pencemar berupaya untuk mengurangi
pencemarannya (bergerak dari P1 ke P*).
Di dalam keseimbangan pada A tersebut pencemar pada hakikatnya
memperoleh keuntungan sebesar OAT* dan ini dapat diambil oleh pemerintah
untuk meniadakan perbedaan di dalam biaya sosial marginal penanggulangan
polusi dan biaya marginal kerusakan yang ditimbulkan oleh adanya polusi.
21
social benefit =MSB) dengan biaya sosial marginal (Marginal Social Cost =MSC)
untuk memperoleh manfaat sosial bersih yang optimal (Maximal net social
benefit). Untuk mengetahui besarnya pungutan G-Tax to ALLNEXT maka yang
harus diketahui adalah nilai kerusakan lingkungan dan volume limbah yang
dihasilkan oleh masing masing perusahaan. Untuk menghitung berapa banyak
limbah yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan menggunakan indeks
tertentu, misalnya volume Biological Oxygen Demand (BOD) atau Chemical
Oxygen Demand (COD) untuk limbah cair. Besarnya nilai kerusakan dikali
dengan volume limbah yang dihasilkan (Suparmoko,2002) inilah yang akan
digunakan sebagai pedoman penentuan pungutan G-Tax to ALLNEXT terhadap
para pencemar lingkungan.
Pungutan G-Tax to ALLNEXT yang diterima oleh pemerintah tidak
digunakan sebagai instrumen fiskal ataupun sebagai instrumen sumber pendapatan
negara, artinya penerimaan negara dari pungutan G-Tax to ALLNEXT bukan
bertujuan untuk menaikkan GDP pemerintah ataupun meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional melainkan digunakan untuk merawat dan melestarikan
lingkungan. Dalam prakteknya, meskipun perusahaan telah dikenakan pungutan
G-Tax to ALLNEXT, perusahaan tetap wajib untuk melaksanakan peraturan
peraturan pemerintah mengenai pengelolahan lingkungan untuk mengelola
limbahnya dulu sebelum dilepas ke pembuangan. Hal ini lakukan agar perusahaan
tidak beranggapan bahwa ketika mereka sudah dikenakan pungutan G-Tax to
ALLNEXT , perusahaan bebas membuang limbah seenaknya.
Pada umumnya pajak pajak di Indonesia belum bersifat mengarah untuk
digunakan pada sektor tertentu (ear marking tax), karena hampir semua
penerimaan pajak itu masuk kedalam satu kantong dalam bentuk penerimaan
umum dan dikeluarkan kembali tidak sesuai dengan sumber penerimaannya
(Suparmoko, 2002). Untuk itu diperlukan suatu divisi khusus Pajak lingkungan
pada Direktorat Jendral Pajak untuk mengatur dan mengelola G-Tax to ALLNEXT.
Divisi lingkungan tersebut menerima G-Tax to ALLNEXT kemudian mengelola
dana yang diterima tersebut untuk melestarikan lingkungan akibat kerusakan yang
ditimbulkan oleh proses produksi suatu perusahaan.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis pada pembahasan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
1. Peningkatan jumlah barang dan jasa dengan sendirinya memerlukan lebih
banyak barang sumber daya sebagai salah satu faktor produksi yang akan
diolah bersama faktor-faktor produksi lain baik dalam industri pengolahan,
industri
pertanian,
maupun
industri
jasa,
dan
sebagai
produk
to
ALLNEXT
mengakibatkan
biaya
produksi
harus
di-
24
4.2 Saran
1. Pemerintah sebaiknya bersifat tegas jika ada suatu perusahaan yang
mengeluarkan limbah dimana limbahnya tersebut merugikan masyarakat
sekitar dan perusahaan tersebut tidak bertanggung jawab atas tindakannya.
2. Perusahaan seharusnya dianjurakan tidak hanya berorientasi terhadap
keuntungan dan pertumbuhan perusahaannya dalam menjalankan proses
produksinya namun harus juga melihat berbagai macam faktor,seperi
faktor sosial dan budaya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Budilaksono, Agung. 2012. Layakkah pajak lingkungan diterapkan di
indonesia!.Pusiklat Bea dan Cukai.
Fauzi, Akhmad. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan lingkungan.Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Mariyono, Joko.2006. Penerapan Ilmu Ekonomi Dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup Dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Jurnal Organisasi dan
Manajemen, Volume. 2, Nomor 2, September 2006
Reksohadiprojo, Sukanto dan A. Budi Purnomo B.2000. Ekonomi Lingkungan
(Suatu Pengantar).Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
Sutikno dan Maryunani.2006. Ekonomi Sumber daya Alam.malang : BPFE-UB.
Suparmoko, M .2002.Penilaian Ekonomi: Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
Suparmoko. M. 2008. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan.Yogyakarta :
BPFE-Yogyakarta.
Wikipedia.
Tanggung
Jawab
Sosial
Perusahaan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan.Diakses
tanggal 25 maret 2013.
26