Anda di halaman 1dari 32

IMPLEMENTASI GREEN TAX to ALLEVIATE NEGATIVE

EXTERNALITY (G-Tax to ALLNEXT); UPAYA STRATEGIS UNTUK


MENGURANGI EKSTERNALITAS NEGATIF DARI PENCEMARAN
LINGKUNGAN DI INDONESIA

Disusun dalam rangka :


LOMBA KARYA TULIS ILMIAH (LKTI)
LIGA EKONOMI MAHASISWA (LEM) 2013
Oleh :
Fatih Sabilul Islam

(041111054)

Anggun Alfina Zakia

(041111006)

Muhammad Aufal Fresky (041111147)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2013

SURAT PERNYATAAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama (ketua kelompok)

: Fatih Sabilul Islam

NIM

: 041111054

Perguruan Tinggi

: Universitas Airlangga

menyatakan bahwa karya tulis yang kami sertakan dalam Lomba Karya Tulis
Ilmiah ini adalah benar hasil karya kelompok kami dan kami dapat menjamin
originalitas karya ini yang belum pernah diikutsertakan dalam lomba lain.
Demikian surat pernyataan ini kami perbuat dengan sebenar-benarnya
tanpa ada unsur keterpaksaan. Apabila terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya
maka kami siap untuk didiskualifikasi. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan
terimakasih.

Kami yang menyatakan,

(Fatih Sabilul Islam)


NIM. 041111054

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam yang setia
membimbing hamba-hamba-Nya. Atas bantuan dan tuntunan-Nya penyusunan
karya ini dengan judul Implementasi Green Tax To Alleviate Negative
Externality (G-Tax To Allnext); Upaya Strategis Untuk Mengurangi Eksternalitas
Negatif Dari Pencemaran Lingkungan Di Indonesia dapat diselesaikan.
Penulis telah berusaha memaparkan karya tulis ini dalam kondisi yang
terbaik dan setepat mungkin, namun karena keterbatasan dan kelemahan yang ada,
pasti terbuka kemungkinan kesalahan. Untuk itu penulis mengharap masukan
positif dari semua pihak untuk perbaikan karya ini.
Dengan penuh kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih yang
tidak terhingga kepada semua pihak yang langsung maupun tidak langsung, turut
andil dan memotivasi penyelesaian karya ini.
Akhirnya, semoga karya ini membawa manfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan. Amin.

Penulis

iii

RINGKASAN
Di tengah gencarnya negara-negara di dunia mencoba menggalakan program
industri ramah lingkungan, dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan, namun
di Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) justru telah membatalkan usulan
pajak lingkungan (green tax) yang diatur dalam Undang-Undang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (UU PDRD), karena menuai protes dan penolakan keras dari
kalangan pengusaha. Konsep pajak lingkungan di Indonesia yang ditolak adalah
menerapkan pajak senilai 0,5% terhadap perusahaan manufaktur beromset Rp
300.000.000,00 yang dinilai memberatkan pihak pengusaha. (2012: Maharani Siti
Sophia)
Di sisi lain, pengenaan pajak lingkungan terhadap perusahaan industri
dianggap sangat penting, yakni sebagai bentuk pertanggung jawaban perusahaan
industri terhadap lingkungan dan pembangunan ekonomi berkelanjutan . Tetapi
saat ini masih banyak perusahaan industri yang mengabaikan aspek kelestarian
lingkungan hidup. Faktanya masih banyak ditemukan sejumlah perusahaan yang
berpotensi mencemari lingkungan.
G-Tax to

ALLNEXT ini mengakibatkan biaya produksi

harus

di-

internalisasikan oleh perusahaan dan ini mendorong perusahaan untuk


mengurangi hasil produk sehingga lingkungan akan menjadi lebih bersih.
Akibatnya produksi barang lain akan meningkat, jadi timbul realokasi sumberdaya
dari produksi barang-barang yang mencemari lingkungan ke produk barangbarang yang tidak mencemari lingkungan atau barang ramah lingkungan.
Untuk mengetahui besarnya pungutan G-Tax to ALLNEXT maka yang harus
diketahui adalah nilai kerusakan lingkungan dan volume limbah yang dihasilkan
oleh masing masing perusahaan. Untuk menghitung berapa banyak limbah yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan menggunakan indeks tertentu, misalnya
volume Biological Oxygen Demand (BOD) atau Chemical Oxygen Demand
(COD) untuk limbah cair. Besarnya nilai kerusakan dikali dengan volume limbah
inilah yang akan digunakan sebagai pedoman penentuan pungutan G-Tax to
ALLNEXT terhadap para pencemar lingkungan.

iv

DAFTAR ISI
Halaman Judul... i
Halaman Pernyataan..... ii
Kata Pengantar......... iii
Ringkasan............................................................................................................ iv
Daftar Isi........v
Daftar Tabel...vi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan .......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6
2.1 Pencemaran Lingkungan ...................................................................... 6
2.2 Eksternalitas ......................................................................................... 8
2.3 Pajak ..................................................................................................... 10
2.4 Industri................................................................................................. 12
BAB III ANALISIS Dan PEMBAHASAN ....................................................... 16
3.1 Kondisi Pencemaran Lingkungan yang Disebabkan oleh
Industri di Indonesia ............................................................................. 16
3.2 Konsep G-Tax To ALLNEXT .............................................................. 19
3.3 Langkah implementatif penerapan G-Tax to ALLNEXT ................... 22
BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 24
4.1 Simpulan ............................................................................................. 24
4.2 Saran .................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA...... 26

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Teknik Pengolahan Data ........................................... 4


Gambar 2.1 Proses Hukum Kekekalan Massa........................................................ 6
Gambar 2.2 Proses Hukum Thermodinamika......................................................... 7
Gambar 2.3 Tipologi Eksternalitas ...................................................................... 9
Gambar 3.1 Hubungan antara Tingkat Pertumbuhan dan Tingat Pencemaran..... 17
Gambar 3.2 Program G-Tax to ALLNEXT.......................................................... 20
Gambar 3.3 Perpajakan dalam Proses Pencemaran oleh Lingkungan................. 21

vi

BAB I
PENDAHUULAN
1.1 Latar Belakang
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat secara kumulatif pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada tahun 2012 mencapai angka 6,23%, dengan konsumsi
domestik dan investasi sebagai penyumbang utama pertumbuhan terbesar.
Menurut Suyarmin (Kepala BPS) sumber pertumbuhan terbesar pada tahun 2012
berasal dari industri pengolahan yang mencapai 1,47%, diikuti sektor
perdagangan, hotel dan restoraan sebesar 1,44% serta sektor pengangkutan dan
komunikasi 0,98%.
Pada rapat kerja dengan Komisi VI DPR-RI di Gedung DPR RI Menteri
Perindustrian MS Hidayat mengemukakan bahwa beberapa industri yang
mengalami pertumbuhan tertinggi adalah, pertama diduduki oleh industri Pupuk,
Kimia dan Barang dari Karet sebesar 9,19%. Kedua, industri minuman dan
tembakau sebesar 8,19%. Ketiga, industri alat angkut, mesin dan peralatannya
sebesar 6,23%. Keempat, semen dan barang galian bukan logam sebesar 6,11%.
(yamara.net ; 2012)
Dalam kegiatan ekonomi, produksi dan konsumsi suatu barang dapat
menimbulkan manfaat atau menghasilkan produk yang bernilai guna pada
pemiliknya atau pada orang lain. Tetapi sebaliknya juga dapat menghasilkan
dampak yang merugikan atau menurunkan daya guna bagi orang lain. Keadaan
dimana suatu proses dapat menimbulkan manfaat maupun kerugian pada orang
lain disebut eksternalitas (Grafton, et al., 2004). Dalam konsep ekonomi,
pencemaran merupakan suatu eksternalitas yang terjadi bila satu atau lebih
individu mengalami atau menderita kerugian berupa hilangnya kesejahteraan
mereka (Monke dan Pearson, 1989).
Suatu negara atau daerah harus menghentikan proses pencemaran yang terjadi
apabila:

1. Biaya kerusakan yang disebabkan pencemaran lebih besar dari pada biaya
untuk mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan.
2. Kebutuhan masyarakat terhadap barang lingkungan yang bersih, (agar
kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat lebih tinggi) adalah lebih
besar dibanding dengan persediaannya pada harga nol.
Negara-negara di dunia sudah banyak yang mulai memperhatikan dampak
kegiatan industri yang dapat merusak lingkungan hidup. Sebagai contohnya
adalah negara China. Selama ini China adalah negara yang terkenal dengan
tingkat poluter terbesar di dunia karena ekonominya yang masif. Namun di sisi
lain, China cukup aktif dalam mengembangkan industri hijau terbesar di dunia.
Baru-baru ini, sebagaimana dikutip oleh The Economist, Nov 2011. China
kembali meletakan PELITA (Pembanguan Lima Tahun) terbarunya dengan
menekanakan pada ekonomi hijau melalui efisiensi energi dan clean China.
Salah satu kebijakan untuk menjaga kelestarian lingkungan yang baru-baru ini
diterapkan di China adalah green tax (pajak hijau).
Di tengah gencarnya negara-negara di dunia mencoba menggalakan program
industri ramah lingkungan, dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan, namun
di Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) justru telah membatalkan usulan
pajak lingkungan (green tax) yang diatur dalam Undang-Undang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (UU PDRD), karena menuai protes dan penolakan keras dari
kalangan pengusaha. Konsep pajak lingkungan di Indonesia yang ditolak adalah
menerapkan pajak senilai 0,5% terhadap perusahaan manufaktur beromset Rp
300.000.000,00 yang dinilai memberatkan pihak pengusaha. (2012: Maharani Siti
Sophia)
Di sisi lain, pengenaan pajak lingkungan terhadap perusahaan industri
dianggap sangat penting, yakni sebagai bentuk pertanggung jawaban perusahaan
industri terhadap lingkungan dan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Tetapi
saat ini masih banyak perusahaan industri yang mengabaikan aspek kelestarian
lingkungan hidup. Faktanya masih banyak ditemukan sejumlah perusahaan yang
berpotensi mencemari lingkungan.

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, maka penulis berusaha untuk


menjelaskan konsep Pajak Lingkungan (Green Tax) yang dapat implimentasikan
pada industri di Indonesia dengan mengangkat Karya Tulis Ilmiah yang berjudul :
Implementasi Green Tax to Alleviate Negative Externality (G-Tax to ALLNEXT);
upaya strategis untuk mengurangi eksternalitas negatif dari pencemaran
lingkungan di Indonesia ( Industri )

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh industri
di Indonesia ?
2. Bagaimanakah

Konsep

G-Tax

to

ALLNEXT

dalam

mengurangi

pencemaran lingkungan oleh industri?


3. Bagaimanakah langkah implementatif penerapan G-Tax to ALLNEXT
dalam mengurangi pencemaran lingkungan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ini adalah:
1. Untuk mengetahui kondisi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh
industri di Indonesia.
2. Untuk mengetahui konsep G-Tax to ALLNEXT dalam mengurangi
pencemaran lingkungan oleh industri.
3. Untuk Mengetahui langkah implementatif penerapan G-Tax to ALLNEXT
dalam mengurangi pencemaran lingkungan.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dapat dicapai dalam penulisan karya tulis ini
adalah:
1. Bagi penulis

Dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat karya tulis


dan menambah wawasan dalam hal wawasan ekonomi lingkungan
hidup.
2. Bagi pembaca
Dapat menambah wawasan serta dapat menjadikan karya tulis ini
sebagai bahan relevasi dalam hal penerapan green tax (Pajak
Lingkungan).
3. Bagi pemerintah
Dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan dan tindakan oleh pemerintah terkait dengan
bagaimana cara untuk mengurangi pencemaran lingkungan oleh
industri.
1.4 Sistematika Penulisan
1. Sumber Data
Penulisan karya tulis menggunakan satu jenis data yakni data sekunder.Data
sekunder tersebut berasal dari beberapa literatur kepustakaan yang berasal dari
literatur keilmuan, juga data dari BPS dan Bapeda
2. Teknik Pengolahan Data
input

proses

output

Gambar 1.1 Teknik Pengolahan Data


Input :

Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder yang berasal dari hasil
survei media elektronik (internet) dan literatur buku maupun dari situssitus koran online.

Proses : menganalisis

data

yang

terkumpul

yang

berkaitan

dengan

permasalahan yang diangkat dalam karya tulis.

Output : penyajian data berupa makalah karya tulis

3. Teknik Analisis Data


Berdasarkan karakteristiknya, penelitian ini menggunakan pendekatan analisis
deskriptif. Penelitian deskriptif mempunyai sifat-sifat tertentu, yaitu bahwa
penelitian itu: 1) memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada
pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual, 2) data yang
dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis, pelaksanaan
penelitian-penelitian deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan
dan penyusunan data, namun data yang diperoleh kemudian dipaparkan, dan
penulis melakukan interpretasi data untuk mendapatkan pemahaman yang
memadai (Surakhmad, 1994) dalam (Wijaya, 2003).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Lingkungan
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya
makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfingsi lagi sesuai dengan
peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Proses terjadinya pencemaran secara umum dapat diterangkan dari
berbagai sudut pandang, salah satunya adalah dari hukum kekekalan massa.
Hukum Lavoisier (hukum kekekalan zat) menyatakan: Jumlah berat (massa)
semua zat sebelum suatu reaksi sama dengan jumlah berat (massa) semua zat
sesudah reaksi itu. (Scermerhon, 1975) Hukum ini terutama berlaku bagi proses
produksi. Untuk proses pengubahan energi berlaku hukum thermodinamika
kedua, secara impilsit di dalam hukum ini berlaku pula hukum kekelan masaa.
Bunyi hukum thermodinamika kedua: Tidak ada sistem pengubahan energi yang
betul-betul efisien.
Menurut hukum kekekalan massa tersebut maka untuk mendapatkan
massa hasil produksi diperlukan suatu proses untuk mengubah massa faktor
produksi atau makanan.pada umumnya jumlah hasil produksi yang terpakai lebih
kecil dari jumlah hasil produksi yang dihasilkan dari suatu proses dan sisanya
dibuang sebagai limbah.
Konsumsi
Faktor Produksi

Faktor Produksi
+ Sisa

Gambar 2.1 Proses Hukum Kekekalan Massa


Demikian pula dengan hukum thermodinamika kedua, bila dinyatakan
dengan suatu diagram arus maka bentuknya adalah sebagai berikut,

Faktor Produksi
(Bahan Bakar)

Pengubahan
Energi

Energi Terpakai + Energi Terbuang


+ Sisa

Gambar 2.2 Proses Hukum Thermodinamika


Karena pengubahan energi tidak efisien, maka tidak semua energi panas
berhasil diubah menjaadi energi mekanik. Untuk mesin bensin, misalnya, rata-rata
efisiennya dibawah 25%, sisanya dibuang dalam bentuk panas dan gas. Begitu
cepat proses pembuangan dan banyaknya jumlah limbah buangan itu, sehingga
bekerjanya siklus dalam alam tidak mampu lagi mengimbanginya. Akibatnya
terjadilah pencemaran. (Sukanto & A. Budi, 1998)
Pencemaran timbul sebagai akibat kegiatan manusia maupun disebabkan
oleh alam. Ilmu lingkungan biasanya membahas pencemaran yang disebabkan
oleh kegiatan manusia yang memungkinkan untuk dikendalikan. Pencermaran
lingkungan oleh manusia pasti terjadi dan tidak dapat dihindari, Yang dapat
dilakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan
meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar
tidak mencemari lingkungan.
Zat atau bahan yang mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syaratsyarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian
terhadap makluk hidup. Contohnya apabila kadar CO2 masih sedikit maka CO2
tersebut tidak berbahaya bagi makhluk hidup. Tetapi apabila sudah melebihi batas
normal maka hal tersebut akan membahayakan kelangsungan kehidupan makhluk.
Macam-macam Pencemaran Lingkungan :
a. Pencemaran Udara
Pencemaran udara disebabkan oleh asap buangan, misalnya gas CO2 hasil
pembakaran, SO, SO2, CFC, CO, asap rokok dan sebagainya.
b. Pencemaran Air

Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur, atau


komponen lainnya kedalam air sehingga menyebabkan kualitas air
terganggu. Kualitas air yang terganggu ditandai dengan perubahan bau,
rasa, dan warna.
c. Pencemaran tanah
Pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh sampah-sampah rumah tangga,
pasar, industri, kegiatan pertanian, dan peternakan.
d. Pencemaran Suara (kebisingan)
Di kota-kota atau di daerah dekat industri / pabrik sering terjadi
kebisingan. Pencemaran suara disebabkan oleh masuknya bunyi gaduh
diatas 50 desibel (disingkat dB, merupakan ukuran tingkat kebisingan).
Bunyi tersebut mengganggu kesehatan dan ketenangan manusia.
Parameter Pencemaran Lingkungan
Untuk mengukur tingkat pencemaran diasuatu tempat digunakan parameter
pencemaran. Parameterpencemaran digunakan sebagai indikator (petunjuk)
terjadinya pencemaran dan tingkat pencemaran yang telah terjadi. Paarameter
pencemaran meliputi parameter fisik, parameter kimia, dan parameter biologi.
1. Parameter Fisik
Parameter fisik meliputi pengukuran tentang warna, rasa, bau, suhu,
kekeruhan, dan radioaktivitas.
2. Parameter Kimia
Parameter kimia dilakukan untuk mengetahui kadar CO2, pH, keasaman,
kadar logam, dan logam berat. Contoh : pengukuran pH air, kadar CO2,
dan oksigen terlarut.
3. Parameter Biologi
Parameter biologi meliputi pengukuran tentang jumlah kotoran, bakteri,
virus dan mikrobiologi lainnya yang berbahaya bagi tubuh manusia.

2.2 Externalitas

Konsep eksternalitas pertama muncul berawal dari prinsip prinsip


ekonomi yang dikemukakan oleh alfred Marshal tentang kurva penawaran yang
menurun (downward-sloping supply curve) dari industri kompetitif (Mishan, 1990
dalam Sutikno,2006). Secara umum eksterlitas didefinisikan sebagai dampak
(Positif atau Negatif), atau dalam bahasa formal ekonominya sebagai net cost atau
benefit. Dari tindakan satu pihak terhadap pihak lain. Lebih spesifik lagi
eksternalitas terjadi jika kegiatan produksi atau konsumsi dari satu pihak
mempengaruhi utilitas (kegunaan) dari pihak lain secara tidak diinginkan, dan
pihak pembuat eksternalitas tidak menyediakan konpensasi terhadap pihak yang
terkena dampak. (Akhmad Fauzi, 2004)
Eksternalitas merupakan sesuatu fenomena yang kita hadapi sehari-hari
tanpa bisa kita hindari dan mencangkup semua hal. Eksternalitas dapat berupa
eksternalitas positif maupun eksternalitas negatif. Limbah yang dapat digunakan
kembali menjadi pupuk oleh petani secara gratis merupakan salah satu contoh dari
eksternalitas positif, sedangkan limbah sungai yang menganggu orang disekitar
sungai merupakan salah satu contoh eksternalitas negatif.

Eksternalitas

Teknologi

Pecuniary

Privat

Publik

Eksternalitas
produksi

Eksternalitas
konsumsi

Gambar 2.3 : Tipologi Eksternalitas (Akhmad Fauzi, 2004)


1. Eksternalitas Teknologi (Technological externalities) terjadi karena adanya
perubahan konsumsi atau produksi oleh suatu pihak terhadap pihak lain
yang lebih bersifat teknis.

2. Eksternalitas pecuniary terjadi karena adanya perubahan harga dari


beberapa input maupun output.
3. Eksternalitas privat adalah eksternalitas yang melibatkan beberapa
individu, bahkan bisa bersifat bilateral dan tidak menimbulkan limpahan
kepada pihak lain.
4. Eksternalitas publik terjadi karena barang publik dikonsumsi tanpa
pembayaran yang tepat.
2.3 Pajak
Pajak merupakan unsur terpenting dalam perekonomian suatu negara,alasannya
karena sebagian besar Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah(APBD) bersumber dari pajak.Pajak sendiri
merupakan pentyumbang terbesar dari total seluruh pendapatan negara dari
berbagai macam aspek.
Pajak sendiri mempunyai arti sebagai iuran rakyat

kepada kas negara

berdasarkan Undang-undang(dapat dipaksakan) serta tidak mendapat jasa timbal


(kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar keperluan umum.Dapat dipaksakan mempunyai arti apabila utang
pajak tidak dibayar,maka utang tersebut ditagih dengan cara kekerasan,seperti
surat paksa,sita,lelang dan sandera.(Rochmat Sumitro 1988:12)
Dengan demikian,ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak sebagai berikut :
1) Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang
2) Jasa timbal tidak ditunjukkan secara langsung
3) Pajak

dipungut oleh pemerintah,baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah
4) Dapat dipaksakan (bersifat yuridis)
Dalam pengertian lain pajak mempunyai definisi yaitu iuran rakyat kepada
negara (dapat dipaksakan)yang terutang oleh wajib pajak

membayarnya

berdasarkan peraturan-peraturan,dengan tidak mendapat prestasi kembali yang


langsung dapat ditunjuk dan yang dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran

10

umum

berhubungan

dengan

tugas

negara

menyelenggarakan

pemerintahan.(Brotodiharjo,R 1982:2)
Sedangkan menurut M.J.H Smeet (Suandy,2005:10),pajak adalah prestasi
kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat
dipaksakan,tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang
individual.
Dari beberapa definisi di atas maka definisi pajak menurut kami yaitu sebagai
kewajiban setiap warga negara terhadap pemerintah yang telah diatur oleh
Undang-undang serta mempunyai sifat mengikat dan memaksa dimana hasil dari
penerimaan pajak tersebut dikeluarkan oleh pemerintah untuk kepentingan
masyarakat umum dan kepentingan negara.
Pajak mempunyai peran yang penting dalam kehidupan bernegara,lebih
spesifiknya dalam hal pembangunan mayarakat dan pembangunan ekonomi suatu
negara.Pajak sendiri mempunyai beberapa fungsi anatara lain :
1) Fungsi anggaran,artinya pajak sebagai sumber pendapatan suatu
negara,dimana pengeluaran-pengeluaran suatu negara berasal dari
penerimaan pajak.Penerimaan pajak tersebut dgunakan oleh suatu negara
untuk

membiayai

berbagai

macam

bentuk

pembangunan

ekonomi,perbelanjaan rutin,biaya pegawai pemerintah,biaya militer,biaya


belanja barang,pemeliharaan gedung pemerintah dan lain sebagainya.
2) Fungsi pengatur,artinya pajak bisa mempunyai fungsi megatur laju
pertumbuhan ekonomi di sebuah negara,contoh dalam rangka menggiring
penanaman modal baik dari dalam negri maupun luar negri pemerintah
memberikan berbagai fasilitas

keringanan pajak,selanjutanya untuk

melindungi produksi dalam negri pemerintah menetapkan bea masuk yang


tinggi.
3) Fungsi stabilitas,artinya pemerintah mepunyai fungsi dalam mengatur
perekonomian dalam negri melallui kebijakan mengenai pengaturan harga
sehingga inflasi dapat dikendalikan,hal tersebut dapat dilakukan dengan
penggunaan pajak yang efektif dan efisien

11

4) Fungsi redistribusi pendapatan ,artinya penerimaan pajak digunakan untuk


membiayai seluruh kepentingan umum,termasuk juga untuk membiayai
pembangunan sehingga berdampak terahadap semakin terbukanya
lapangan kerja dan akhirnya akan meningkatkan tingkat pendapatan
masyarakat.
Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak seperti yang diharapkan,maka ada
beberapa asas yang harus dipenuhi agar terdapat keserasian antara pemungutan
pajak dengan tujuan dan asasnya.Menurut Mardiasmo (2003:2),agar pemungutan
pajak tidak menimbulkan hambatan dan perlawanan maka pemungutan pajak
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a) Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan),sesuai tujuan hukum yaitu
mencapai keadilan Undang-Undang dan pelakasanaan pemungutan harus
adil.
b) Pemungutan pajak harus didasarkan pada Undang-Undang(Syarat
Yuridis),di Indonesia pajak diatur dalam Undang-Undang 1945 pasall 23
ayat 2.Hal ini memberikan jaminan untuk menyatakan keadilan,baik
negara maupun warganya.
c) Tidak mengganggu perekonomian (Syarat ekonomis),artinya pemungutan
tidak boleh menganggu kelancaran

kegiatan produksi maupun

perdagangan,agar tidak menimbulkan kelesuan perokonomian masyarakat.


d) Pemungutan pajak harus efisien (Syarat finansiil),artinya harus sesuai
dengan fingsi budgeter,biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
e) Sitem pemungutan pajak harus sederhana,maksudnya dengan sistem
pemungutan yang sederhana akan memudahkan mendorong masyarakat
dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

2.4 Industri
Kata Industri berasal dari bahasa latin yang berati Industriayang berarti
buruh atau penggunaan tenaga kerja yang terus menerus. Dalam artian luas

12

industri mencakup pengertian semua usaha dan kegiatan bidang ekonomi yang
produktif,sedangkan dalam artian sempit hanya mencakup secondary type of
economic activitiesyaitu meliputi segala usaha dan kegiatan yang sifatnya
mengubah dan megolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi.
Abdurrahmat dan Maryani (1997:27).
Menurut Sumaatmadja (1988:79),dalam artian luas industri memilik
pengertian bahwa industri adalah segala kegiatan manusia memanfaatkan
sumberdaya alam,sedangakan dalam arti sempit industri memili definisi sebagai
kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi.
Jadi menurut kedua pengertian diatas bisa didapatkan sebuah definisi
tentang industri yaitu kegiatan ekonomi yang memanfaatkan sumberdaya alam
mengenai pengolahan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi
dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan manusia,
Jenis-Jenis Industri :
Untuk setiap daerah atau negara jumlah dan macam-macam industrinya
berbeda=beda tergantung dari sumberdaya yang dimiliki,tingkat teknologi,serta
perkembangan ekonomi suatu daerah atau negara lain.
Menurut Abdurahman dan Maryani (1997:30-31) pengklasifikasian industri
atau kegiatan industri di Indonesia dikelompokkan ke dalam 4 golongan yaitu :
Kelompok I Aneka Industri dan Kerajinan,terdiri atas :
a)

Industri makanan dan minuman

b)

Industri kerajinan logam meliputi emas,perak,tembaga dan lainnya

c)

Industri kerajinan bukan logam : anyaman ,kulit dan lain-lain

Kelompok II Industri Logam dan Elektronika,terdiri dari atas :


a)

Industri dasar logam besi atau baja termasuk industri kawat,baja,dan

lainnya
b)

Industri mesin kendaraan,mesin-mesin,industri kapal,dan lain-lain

13

c)

Industri elektronika :Radio,TV,dan alat-alat listrik yang lainnya

Kelompok III Industri Kimia terdiri atas :


a)

Industri serat sintesis

b)

Industri pemintalan

c)

Industri perajutan

d)

Industri pakaian jadi

Selain pengklasifikasian atau pengelompokan industri seperti tersebut di atas,ada


juga pengklasifikasian berdasarkan karateristik lain,seperti :

Berdasarkan luas dan kompleksitas kegiatan dan pengorganisasiannya :


1. Indutri besar,industri yang menggunakan mesin-mesin modern dengan jumlah
buruh yang cukup besar dan menempati areal tanah yang luas pula.
2.Industri

kecil,

industri

yang

dilihat

baik

dari

modal

maupun

pengorganisasiannya,produksinya,tenaga kerja dan teknologinya berukuran kecil.

Berdasarkan jumlah dan besarnya kebutuhan bahan mentah,sifat produksinya dan


penggunaan mesin-mesin :
1.Industri

berat,industri

yang

kegiatannya

menggunakan

mesin-mesin

berat,mengolah bahan mentah dalam jumlah yang sangat banyak dan produksinya
berupa barang-barang dalam kategori tahan lama
2.Industri

ringan,Industri

yang

menggunakan

mesin-mesin

ringan

dan

menggunakan bahan mentah dengan jumlah yang lebih sedikit

Berdasarkan sifat bahan mentah dan sifat produksinya :


1.Industri primer,industri ini pada umumnya lebih berorientasi kepada bahan
mentah dan ditempatkan di daerah sumber bahan mentah
2.Industri sekunder,industri yang mengolah lebih lanjut,hasil industri lain,bahan
bakunya adalah bahan setengah jadi yang diprouksi oleh industri lain.

Berdasarkan daya serap :

14

1.Industri padat karya,industri yang banyak membutuhakan tenaga kerja manusia


2.Industri padat modal,industri-industri yang menggunakan modal besar dan
mesin-mesin modern

Berdasarkan jumlah modal,tenaga kerja dan teknologinya :


1.Industri besar,jika menggunakan modal besar,jumlah tenaga kerja di atas 200
orang dan menggunakan mesin-mesin modern
2.Industri menengah,jika modal tidak terlalu besar,jumlah buruh antara 50-200
orang dan menggunakan mesin-mesin sederhana
3.Industri kecil,industri yang menggunakan modal kecil dengan jumlah tenaga
kerja umumnya kurang dari 50 orang dan dengan teknologi yang masih sangat
sederhana (Handy Industry)

Berdasarkan asal modalnya :


1.Industri PMDN : industri yang seluruh asal modalnya berasal dari penanaman
modal dalam negri oleh para pengusaha swasta nasional ataupun oleh pemerintah
2.Industri PMA : industri yang seluruh asal modalnya dari penanaman modal
asing
3.Industri Patungan : industri yang asal modalnya dari kerjasama antara swasta
nasional dengan pengusaha asing dengan prosentase jumlah modal yang
disesuaikan dengan penanaman modal di Indonesia

15

BAB III
ANALISIS dan PEMBAHASAN
3.1

Kondisi Pencemaran Lingkungan yang Disebabkan oleh Industri di

Indonesia
3.1.1

Pertumbuhan Ekonomi, dan Pencemaran Lingkungan Hidup


Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)

pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 mencapai angka 6,23%, dengan
konsumsi domestik dan investasi sebagai penyumbang utama pertumbuhan
terbesar. Pertumbuhan ekonomi sangat penting dalam arti peningkatan dalam
jumlah barang dan jasa yang dapat dihasilkan dalam suatu negara guna memenuhi
kebutuhan penduduk yang selalu meningkat jumlahnya.
Peningkatan jumlah barang dan jasa dengan sendirinya memerlukan lebih
banyak barang sumber daya sebagai salah satu faktor produksi yang akan diolah
bersama faktor-faktor produksi lain baik dalam industri pengolahan, industri
pertanian, maupun industri jasa, dan sebagai produk sampingannya adalah limbah
sebagai pencemar lingkungan. Dalam hal ini barang dan jasa merupakan produk
yang diinginkan (desirable output) dan limbah serta pencemaran sebagai produk
yang tak diinginkan (undesirable output). Jadi terdapat hubungan yang positif
antara pembangunan ekonomi dan pencemaran lingkungan. Gambar 3.1
menunjukkan hubungan tersebut, yaitu pada sumbu horisontal digambarkan
tingkat pertumbuhan ekonomi dan pada sumbu vertikal digambarkan tingkat
pencemaran.

16

Pencemaran
P = f (Y)

Pertumbuhan (Y)

Gambar 3.1 Hubungan antara Tingkat Pertumbuhan dan Tingat


Pencemaran
Jadi disatu pihak kegiatan produksi barang dan jasa menghasilkan sesuatu yang
berguna untuk meningkatkan kesejahteraan hidup penduduk, tetapi dilain pihak
karena adanya pencemaran lingkungan merupakan faktor yang menekan
kesejahteraan hidup penduduk. (M. Suparmoko, 2008)
3.1.2

Pencemaran Lingkungan yang Disebabkan Industri di Indonesia


Saat ini di Indonesia telah berdiri industri dengan jumlah yang tidak

kurang dari 30.000, dan setiap tahunnya menunjukkan adanya peningkatan.


Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, adanya peningkatan
pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan peningkatan pencemaran, begitu pula
dengan peningkatan industri yang berdiri, ikut pula terjadinya peningkatan
pencemaran yang dihasilkan dari proses produksi.
Gejala umum pencemaran lingkungan akibat limbah industri yang segera
tampak adalah berubahnya keadaan fisik maupun peruntukan sesuatu lingkungan.
Air sungai atau air sumur sekitar lokasi industri pencemar, yang semula
berwarna jernih, berubah menjadi keruh berbuih dan terbau busuk, sehingga tidak
layak dipergunakan lagi oleh warga masyarakat sekitar untuk mandi, mencuci,
apalagi untuk bahan baku air minum.

17

Dalam pantauan Walhi (Wahana Lingkungan Hidup), hampir di seluruh


wilayah Indonesia terjadi pencemaran industri dalam berbagai skala dan dalam
beragam bentuk. Sejak awal berdiri, sektor industri seringkali menimbulkan
masalah, misalnya, lokasi pabrik yang dekat dengan pemukiman penduduk,
pembebasan tanah yang bermasalah, tidak dilibatkannya masyarakat dalam
kebijakan ini, buruknya kualitas AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan), sering tidak adanya pengolahan limbah, dan lain sebagainya.
Dampak lainnya yang timbul adalah polusi udara, polusi air, kebisingan, dan
sampah. Semua dampak tersebut menjadi faktor utama penyebab kerentanan yang
terjadi dalam masyarakat.
Berikut adalah beberapa kasus pencemaran yang diduga pencemaran akibat
proses produksi industri (I Wayan Gendo Suardana, 2008):
No.
1

2
3

Kasus yang Terjadi

Pencemaran Teluk
Buyat

Tempat
Sulawesi

NTB
Perairan laut Lombok
Timur
Papua
Hancurnya Gunung
Grasberg, tercemarnya
Sungai Aigwa,
meluapnya air danau
Wanagon, Tailing

Pembuangan Limbah ke
Aliran Sungai

Kalimantan
Selatan

Tiga sungai besar


tercemar air raksa
(merkurium)

Kalimantan
Tengah

Pembuangan Limbah ke
Sungai Cikijing selama 10
tahun

Jawa Barat

Keterangan

Dugaan pencemaran teluk


Buyat akibat dari
pembuangan limbah tailing
(submarine tailing
disposal)
Akibat operasi PT. Newmont
Nusa Tenggara (PT.NTT)

beroperasi dari tahun 1967


telah menimbulkan dampak
kontaminasi : 35.820 hektar
daratan dan 84.158 hektar
Laut Arafura (PT. Freeport)
Pembuangan limbah
industri ke aliran Sungai
oleh PT Galuh Cempaka
Akibat penambangan emas
di sepanjang daerah aliran
sungai (DAS) Barito,
Kahayan, dan Kapuas.
Pencemaran itu melebihi
baku mutu yang
dipersyaratkan.
-

18

3.2 Konsep G-Tax to ALLNEXT


Pada konsep pajak lingkungan yang pernah ada sebelumnya, kami akan
memberikan inovasi sebagai penyempurna konsep tersebut. Kami mengenakan
pajak dengan dasar polluter pays principle yang berarti industri membayar pajak
lingkungan (green tax) berdasarkan tingkat cemaran limbah yang dikeluarkan atau
dibuang.
Berdasarkan Undang-Undang Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
BAB IV Pasal 12 ayat (1) yang berbunyi:
(1) Untuk

mewujudkan

keterpaduan

dan

keserasian

pelaksanaan

kebijaksanaan nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup, Pemerintah


berdasarkan peraturan perundang-undangan dapat:
a. Melimpahkan wewenang tertentu pengelolaan lingkungan hidup
kepada perangkat di wilayah
b. Mengikutsertakan peran Pemerintah Daerah untuk membantu
Pemerintah Pusat dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan
hidup di daerah.
Serta UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah menyatakan
bahwa lingkungan merupakan salah satu sektor atau bidang yang diserahkan
kepada daerah untuk dikelola sebaik baiknya.
Dalam G-Tax to ALLNEXT kami melimpahkan kebijaksanaan pajak
ditangani oleh pemerintah daerah di mana perusahaan industri beroperasi. Karena
dengan rantai kebijakan yang pendek, maka proses pengalokasian pajak yang
terkumpul akan lebih mudah dan cepat terealisasikan untuk perbaikan lingkungan
hidup.
Tujuan G-Tax:
1) Mengurangi tingkat pencemaran yang terjadi di lingkungan hidup
sekitar lokasi perusahaan industri beroperasi.
2) Meningkatkan kesadaran dan kepedulian para pihak pengusaha untuk
lebih berhati-hati sebelum melepas limbah dari proses produksi.

19

3) Melaksanakan

pembangunan

berkelanjutan

yang

berwawasan

lingkungan.
4) Membangun pola pikir para pengusaha dan masyarakat untuk
menggunakan barang ramah lingkungan.

Program:
UU No.32 tahun 2004

Industri A
Pemerintah Daerah
(melalui Otonomi Daerah)
Menghasilkan limbah

G-Tax to ALLNEXT
Tingkat pencemaran
udara. (%)
Tingkat pencemaran air
(%)
Tingkat pencemaran
Efek:
tanah (%)

Proses Penghitungan:
P = t.b per liter air
kotor/limbah

Gambar 3.2 Program G-Tax to ALLNEXT

20

Biaya Marginal Kerusakan (BMK)

T1
A

T*

Biaya marginal
penanggulangan
Polusi (BMPP)

Pajak kalau tak ada

T2
TAO=Laba

Biaya
X
P2

P*

P1

Polusi P

Gambar 3.3 Perpajakan dalam Proses Pencemaran oleh Lingkungan

Dari grafik yang tertera pada Gambar 3.3 dapatlah dijelaskan sumbu x
menyatakan jumlah polusi dan sumbu y menyatakan biaya dalam rupiah. BMPP
menunjukkan biaya marginal penanggulangan polusi, sedang BMK menunjukkan
biaya marginal kerusakan. P* adalah polusi optimal, sedang T* adalah penerapan
pajak optimal, yaitu pada perpotongan antara BMPP dan BMK.
Perusahaan industri yang mencemari lingkungan harus membayar T* APO
yang terdiri dari biaya kerusakan (damage cost, OAP*), biaya penanggulangan
pencemaran (treatment cost, APP*), dan pajak (T* AO) bila ada (kalau tidak ingin
merupakan keuntungannya).
Keseimbangan yang terletak pada titik A pada hakikatnya diperoleh
karena proses tawar menawar antara pencemar dan yang tercemar. Pada T1 bagi
pencemar lebih baik mencemari lingkungan karena manfaat marginal kurang dari
biaya marginal yang tercemar sehingga pencemar berupaya untuk mengurangi
pencemarannya (bergerak dari P1 ke P*).
Di dalam keseimbangan pada A tersebut pencemar pada hakikatnya
memperoleh keuntungan sebesar OAT* dan ini dapat diambil oleh pemerintah
untuk meniadakan perbedaan di dalam biaya sosial marginal penanggulangan
polusi dan biaya marginal kerusakan yang ditimbulkan oleh adanya polusi.

21

Pajak ini mengakibatkan biaya produksi harus di-internalisasikan oleh


perusahaan dan ini mendorong perusahaan untuk mengurangi hasil produk
sehingga lingkungan akan menjadi lebih bersih. Akibatnya produksi barang lain
akan meningkat, jadi timbul realokasi sumberdaya dari produksi barang-barang
yang mencemari lingkungan ke produk barang-barang yang tidak mencemari
lingkungan atau barang ramah lingkungan.
Ketetapan besarnya pajak untuk tujuan mencapai angka standar relatif
lebih mudah karena tidak didasarkan pada nilai kerusakan sosial. Contoh studi
kasus pada sebuah perusahaan industri X:
Pemerintah menetapkan pajak sebesar
P = t.b per liter air kotor/limbah
t, adalah tarif pajak
b, adalah angka pencemar air (angka BOD).
Suatu perusahaan yang terkena peraturan ini apabila tingkat pajak (t) dipandang
cukup tinggi maka untuk meminimasi biaya perusahaan tersebut secara ekoonomi
terangsang untuk memperkecil b agar P menjadi kecil. Dengan demikian air
limbah yang dibuangnya menjadi lebih bersih.
Tarif pajak yang terbaik adalah sama besar dengan biaya sosial marginal
(MSC, marginal sosial cost) yang ditimbulkan oleh setiap tambahan tingkat
pencemaran. Apabila hal ini tercapai maka masyarakat diharapkan memperoleh
tingkat kesejahteraan lebih tinggi.

3.3 Langkah implementatif penerapan G-Tax to ALLNEXT


Sesuai dengan prinsip Polluter pays principle maka G-Tax to ALLNEXT
harus dibebankan kepada produsen limbah tersebut sesuai dengan kerusakan yang
terjadi. Untuk menentukan besaran G-Tax to ALLNEXT yang akan dibebankan
terhadap produsen limbah maka digunakan pendekatan biaya marginal (Marginal
cost pricing). Pendekatan ini menyamakan antara manfaat marginal (Marginal
22

social benefit =MSB) dengan biaya sosial marginal (Marginal Social Cost =MSC)
untuk memperoleh manfaat sosial bersih yang optimal (Maximal net social
benefit). Untuk mengetahui besarnya pungutan G-Tax to ALLNEXT maka yang
harus diketahui adalah nilai kerusakan lingkungan dan volume limbah yang
dihasilkan oleh masing masing perusahaan. Untuk menghitung berapa banyak
limbah yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan menggunakan indeks
tertentu, misalnya volume Biological Oxygen Demand (BOD) atau Chemical
Oxygen Demand (COD) untuk limbah cair. Besarnya nilai kerusakan dikali
dengan volume limbah yang dihasilkan (Suparmoko,2002) inilah yang akan
digunakan sebagai pedoman penentuan pungutan G-Tax to ALLNEXT terhadap
para pencemar lingkungan.
Pungutan G-Tax to ALLNEXT yang diterima oleh pemerintah tidak
digunakan sebagai instrumen fiskal ataupun sebagai instrumen sumber pendapatan
negara, artinya penerimaan negara dari pungutan G-Tax to ALLNEXT bukan
bertujuan untuk menaikkan GDP pemerintah ataupun meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional melainkan digunakan untuk merawat dan melestarikan
lingkungan. Dalam prakteknya, meskipun perusahaan telah dikenakan pungutan
G-Tax to ALLNEXT, perusahaan tetap wajib untuk melaksanakan peraturan
peraturan pemerintah mengenai pengelolahan lingkungan untuk mengelola
limbahnya dulu sebelum dilepas ke pembuangan. Hal ini lakukan agar perusahaan
tidak beranggapan bahwa ketika mereka sudah dikenakan pungutan G-Tax to
ALLNEXT , perusahaan bebas membuang limbah seenaknya.
Pada umumnya pajak pajak di Indonesia belum bersifat mengarah untuk
digunakan pada sektor tertentu (ear marking tax), karena hampir semua
penerimaan pajak itu masuk kedalam satu kantong dalam bentuk penerimaan
umum dan dikeluarkan kembali tidak sesuai dengan sumber penerimaannya
(Suparmoko, 2002). Untuk itu diperlukan suatu divisi khusus Pajak lingkungan
pada Direktorat Jendral Pajak untuk mengatur dan mengelola G-Tax to ALLNEXT.
Divisi lingkungan tersebut menerima G-Tax to ALLNEXT kemudian mengelola
dana yang diterima tersebut untuk melestarikan lingkungan akibat kerusakan yang
ditimbulkan oleh proses produksi suatu perusahaan.

23

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis pada pembahasan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
1. Peningkatan jumlah barang dan jasa dengan sendirinya memerlukan lebih
banyak barang sumber daya sebagai salah satu faktor produksi yang akan
diolah bersama faktor-faktor produksi lain baik dalam industri pengolahan,
industri

pertanian,

maupun

industri

jasa,

dan

sebagai

produk

sampingannya adalah limbah sebagai pencemar lingkungan


2. Hampir di seluruh wilayah Indonesia terjadi pencemaran industri dalam
berbagai skala dan dalam beragam bentuk. Sejak awal berdiri, sektor
industri seringkali menimbulkan masalah
3. G-Tax

to

ALLNEXT

mengakibatkan

biaya

produksi

harus

di-

internalisasikan oleh perusahaan dan ini mendorong perusahaan untuk


mengurangi hasil produk sehingga lingkungan akan menjadi lebih bersih.
4. Pungutan G-Tax to ALLNEXT yang diterima oleh pemerintah tidak
digunakan sebagai instrumen fiskal ataupun sebagai instrumen sumber
pendapatan negara, melainkan digunakan untuk merawat dan melestarikan
lingkungan.
5. Pedoman penentuan pungutan G-Tax to ALLNEXT terhadap para
pencemar lingkungan adalah besarnya nilai kerusakan lingkungan dikali
dengan volume limbah yang dihasilkan.
6. Perusahaan yang menjadi wajib pajak G-Tax to ALLNEXT tetap wajib
untuk melaksanakan peraturan peraturan pemerintah mengenai
pengelolahan lingkungan untuk mengelola limbahnya dulu sebelum
dilepas ke pembuangan.
7. Diperlukan suatu divisi khusus Pajak lingkungan pada Direktorat Jendral
Pajak untuk mengatur dan mengelola G-Tax to ALLNEXT.

24

4.2 Saran
1. Pemerintah sebaiknya bersifat tegas jika ada suatu perusahaan yang
mengeluarkan limbah dimana limbahnya tersebut merugikan masyarakat
sekitar dan perusahaan tersebut tidak bertanggung jawab atas tindakannya.
2. Perusahaan seharusnya dianjurakan tidak hanya berorientasi terhadap
keuntungan dan pertumbuhan perusahaannya dalam menjalankan proses
produksinya namun harus juga melihat berbagai macam faktor,seperi
faktor sosial dan budaya.

25

DAFTAR PUSTAKA
Budilaksono, Agung. 2012. Layakkah pajak lingkungan diterapkan di
indonesia!.Pusiklat Bea dan Cukai.
Fauzi, Akhmad. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan lingkungan.Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Mariyono, Joko.2006. Penerapan Ilmu Ekonomi Dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup Dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Jurnal Organisasi dan
Manajemen, Volume. 2, Nomor 2, September 2006
Reksohadiprojo, Sukanto dan A. Budi Purnomo B.2000. Ekonomi Lingkungan
(Suatu Pengantar).Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
Sutikno dan Maryunani.2006. Ekonomi Sumber daya Alam.malang : BPFE-UB.
Suparmoko, M .2002.Penilaian Ekonomi: Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
Suparmoko. M. 2008. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan.Yogyakarta :
BPFE-Yogyakarta.
Wikipedia.

Tanggung

Jawab

Sosial

Perusahaan.

http://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan.Diakses
tanggal 25 maret 2013.

26

Anda mungkin juga menyukai