Anda di halaman 1dari 62

SKRIPSI

JUDUL

HUBUNGAN ANTARA POSISI DEFEKASI DENGAN


DURASI DEFEKASI PADA ANAK USIA 5-10 TAHUN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

KIKI STEFANUS JIOE


030.11.157

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, FEBRUARI 2015
1

Bidang Ilmu : Komunitas

SKRIPSI
JUDUL
HUBUNGAN ANTARA POSISI DEFEKASI DENGAN DURASI
DEFEKASI PADA ANAK USIA 5-10 TAHUN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

KIKI STEFANUS JIOE


030.11.157

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, FEBRUARI 2015

Pernyataan Keaslian Penelitian


Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Kiki Stefanus Jioe

NIM

: 030.2011.157

Program Studi

: Sarjana kedokteran

Alamat Korespondensi

: Jalan futsal, blok F nomor 3. Bandung

Telepon/Mobile

: 022-87241021 / 087885616090

E-mail

: jioestefanus@gmail.com

Judul skripsi

: Hubungan antara posisi defekasi dengan durasi


defekasi pada anak usia 5-10 tahun

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benar-benar
merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri. Skripsi ini belum pernah diajukan
sebagai suatu karya ilmiah untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan SK Permendiknas No. 17
tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiat di perguruan tinggi.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, agar dapat dimanfaatkan
sebagaimana mestinya.
Jakarta,....................... 20......

Kiki Stefanus Jioe


3

030.2011.157
PERSETUJUAN
Skripsi

Judul:
HUBUNGAN ANTARA POSISI DEFEKASI DENGAN DURASI
DEFEKASI PADA ANAK USIA 5-10 TAHUN

KIKI STEFANUS JIOE


030.11.157

Telah disetujui untuk diuji di hadapan


Tim Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Pada Hari , Tanggal /2015

Pembimbing

dr. Tubagus Ferdi Fadillah, Sp.A, M.Kes

PENGESAHAN SKRIPSI
Judul:

HUBUNGAN ANTARA POSISI DEFEKASI DENGAN


DURASI DEFEKASI PADA ANAK USIA 5-10 TAHUN
Nama mahasiswa: KIKI STEFANUS JIOE
NIM: 030.11.157
Telah diuji dan disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Pada Hari Senin Tanggal 3 Februari 2015
Ketua Tim Penguji
Nama :
NIK

Anggota Penguji I
Nama :
NIK

Anggota Penguji II
Nama :
NIK

:
Jakarta,
Dekan FK Trisakti

Dr. Suriptiastuti, DAP & E, MS


NIK: 1094

UCAPAN TERIMA KASIH


Segala puji dan syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul : Hubungan Antara Posisi Defekasi dengan Durasi Defekasi Pada Anak
Usia 5-10 Tahun. Skripsi ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi persyaratan
dalam penyelesaian program studi pendidikan Sarjana Strata-1 (S1) di Fakultas
Kedokteran Umum Universitas Trisakti Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih sebesarbesarnya terutama kepada:
1. Keluarga tercinta, Ayah dr. Luis Thomas Jioe, Mama dr. Natalia Sentosa,
terimakasih atas segala doa, cinta kasih, perhatian, kesabaran, dukungan,
saran, waktu dan tenaga yang berharga yang telah dicurahkan tiada henti.
Dr. Tb. Ferdi Fadilah, M.Kes, Sp.A selaku pembimbing utama skripsi yang
telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya yang sangat
berharga untuk memberikan bimbingan, dalam penyusunan skripsi ini
hingga selesai.
2. Panti asuhan Pondok Yatim dan Dhuafa Yayasan Amal Soleh Sejahtera
yang telah banyak membantu sehingga penelitian ini dapat selesai
3. Sahabat yang setia dalam suka dan duka di kampus, Cleine Michaela
terima kasih untuk dukungan, semangat dan cinta kasih yang begitu
berharga
4. Sahabat-sahabat tercinta, Jolly Huang, Jeffrey Chandra, Hadi Tjong, Jason
Jus, Kiara Nurmathias, Kristiana Natalian, Lalu Viska Suhendra, Khaula
Luthfiyah dan Larasati Adita Chaerunnisa atas perhatian, dukungan dan
masukannya yang berharga
5. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per-satu yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi dokter umum, mahasiswa,
dan masyarakat luas.
KATA PENGANTAR
6

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan kemurahannya
peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Posisi
Defekasi dengan Durasi Defekasi. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah
memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan studi tingkat S-1 Sarjana Kedokteran
di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
Gangguan pencernaan berupa konstipasi telah menjadi masalah yang tidak
memandang usia, suku bangsa ataupun jenis kelamin. Prevalensi terjadinya
konstipasi semakin meningkat seiring perubahan gaya hidup manusia di zaman ini
dan telah menghabiskan begitu banyak biaya dan sumber daya kesehatan,
sehingga patut menjadi perhatian para tenaga medis maupun masyarakat awam.
Pada anak usia sekolah prevalensi konstipasi juga cukup tinggi karena berbagai
alasan seperti makanan sampai kebiasaan anak. Salah satu pendekatan pencegahan
konstipasi pada penelitian ini adalah dengan mempercepat durasi defekasi dengan
mengembalikan posisi defekasi pada posisi alaminya yaitu jongkok.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai
hubungan antara posisi defekasi dengan durasi defekasi pada anak usia 5-10 tahun.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas dan
terlebih pada lembaga pendidikan primer agar dapat lebih mengetahui tentang kesehatan
pencernaan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian yang dilakukan.
Oleh karena itu peneliti meminta maaf sebesarnya dan sangat mengharapkan kritik dan
saran.

Penulis

Kiki Stefanus Jioe


030.11.157

DAFTAR ISI
7

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN......................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................iv
UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................................v
KATA PENGANTAR.........................................................................................vi
DAFTAR ISI......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA................................................................xiii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS.....................................................................xiv
BAB 1: PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1

Latar belakang.....................................................................................1

1.2

Perumusan masalah.............................................................................3

1.3

Tujuan penelitian.................................................................................3

1.4

Hipotesa penelitian..............................................................................3

1.5

Manfaat penelitian...............................................................................3

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA


8

2.1 Tinjauan

Pustaka.....................................................................................

4
2.1.1

Anatomi dan histologi pencernaan..............................................

4
2.1.2

Proses dan tahapan defekasi........................................................

4
2.1.3

Mekanisme kontraksi otot polos..................................................

5
2.1.4

Klasifikasi dan kriteria konstipasi...............................................

6
2.1.5

Komplikasi dari konstipasi........................................................

7
2.1.6

Pemeriksaan konstipasi.............................................................

8
2.1.7

Tatalaksana konstipasi...............................................................

9
2.1.8

Pencegahan konstipasi...............................................................

11
2.1.9

Posisi defekasi sebagai pencegahan konstipasi.........................

12
2.1.10

Kesimpulan sehubungan dengan penelitian..............................

14
2.2 Kerangka teori.......................................................................................
15
2.3 Ringkasan pustaka.................................................................................
16
BAB III: KERANGKA KONSEP & DEFINISI OPERASIONAL..............
18
3.1 Kerangka konsep...................................................................................
18

3.2 Definisi operasional...............................................................................


19
3.2.1

Variabel bebas............................................................................19

3.2.2

Variabel terikat...........................................................................20

BAB IV: METODE..............................................................................................21


4.1 Desain penelitian...................................................................................
21
4.2 Lokasi dan waktu penelitian..................................................................
21
4.2.1

Lokasi penelitian.......................................................................
21
4.2.2

Waktu penelitian........................................................................

21
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian.............................................................
21
4.3.1

Populasi penelitian.....................................................................

21
4.3.2

Sampel penelitian......................................................................

21
4.3.3

Penghitungan sampel.................................................................

22
4.4 Bahan dan instrumen penelitian............................................................
23
4.5 Analisis data...........................................................................................
4.5.1

23

Analisis univariat.......................................................................

23
4.5.2

Analisis

bivariat..........................................................................

24
4.6 Alur kerja penelitian..............................................................................
24

10

4.7 Etika penelitian......................................................................................


25
4.8 Penjadwalan penelitian..........................................................................
26
BAB V: HASIL PENELITIAN.........................................................................
27
5.1 Proses pengambilan data.......................................................................
27
5.2 Hasil analisis univariat...........................................................................
27
5.3 Hasil analisis bivariat.............................................................................
29
BAB VI: PEMBAHASAN..................................................................................
31
6.1 Pembahasan analisa univariat................................................................
31
6.2 Pembahasan analisa bivariat..................................................................
33
BAB VII: KESIMPULAN DAN SARAN........................................................
35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
36
LAMPIRAN

....................................................................................................

40

11

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1

Ringkasan pustaka.........................................................................

16
Tabel 3.1

Variabel bebas................................................................................

19
Tabel 3.2

Variabel terikat...............................................................................

20
Tabel 4.1

Jadwal penelitian............................................................................

26
Tabel 5.1

Karkteristik subjek.........................................................................

28
Tabel 5.2

Nilai mean variabel tergantung......................................................

28
Tabel 5.3

Variabel bebas dan nilai p..............................................................

30
12

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ilustrasi perbedaan posisi otot puborektalis saat jongkok dengan saat
duduk................................................................................................
13

13

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Kaji etik penelitian.........................................................................


40

Lampiran 2

Informed consent dan formulir persetujuan...................................


41

Lampiran 3

Pembiayaan penelitian...................................................................
43

14

Lampiran 4

Hasil data responden......................................................................


44

Lampiran 5

Hasil analisa SPSS.........................................................................


46

Lampiran 6

Pernyataan kontribusi kepengarangan...........................................


48

15

ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA POSISI DEFEKASI DENGAN DURASI
DEFEKASI PADA ANAK USIA 5-10 TAHUN
Latar belakang
Konstipasi fungsional banyak terjadi pada anak-anak usia sekolah. Untuk itu
usaha pencegahan terhadap konstipasi fungsional sangat perlu dilakukan Salah
satu pendekatan untuk mencegah konstipasi yang masih jarang ada penelitiannya
adalah perubahan posisi defekasi dari duduk menjadi jongkok. Sebelumnya telah
ada penelitian yang dilakukan mengenai hal ini pada orang dewasa muda hingga
usia lanjut, akan tetapi belum pernah dilakukan penelitian pada anak-anak. Maka
peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui
hubungan antara posisi defekasi dengan durasi defekasi pada anak-anak.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan studi observasional yang
mengikutsertakan 29 anak di panti asuhan yang terletak di Jakarta Barat. Data
yang dikumpulkan meliputi usia, jenis kelamin, posisi defekasi dan durasi
defekasi untuk menemukan hubungan antara usia, jenis kelamin dan posisi
defekasi dengan durasi defekasi. Pengukuran durasi defekasi dilakukan dua kali
untuk setiap subjek masing-masing satu kali pada posisi duduk dan jongkok. Uji
yang digunakan adalah uji-T independen dengan tingkat kemaknaan kurang dari
0,05
Hasil
Ditemukan hubungan yang bermakna antara posisi defekasi dengan durasi
defekasi (p=0,000). Namun tidak ditemukan hubungan bermakna antara usia
dengan durasi defekasi(p=0,484) dan jenis kelamin dengan durasi
defekasi(p=0,204)
Kesimpulan
Ada hubungan antara posisi defekasi dengan durasi defekasi dan tidak
menunjukan adanya hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan durasi
defekasi.
Kata Kunci: Konstipasi, durasi, defekasi, posisi

ABSTRACT
16

THE RELATIONSHIP BETWEEN DEFECATION POSTURE AND


DEFECATION DURATION IN 5-10 YEARS OLD CHILDREN

Background
Functional constipation has a high prevalence in school-age children, thus the
prevention of functional constipation effort is necessary. One approach to prevent
constipation which is still not well known is the change in the position of
defecation from sitting to squatting. Previous research has done on this in the
young adult to old age , but no research on children has been done. So, researcher
feel the need to do a research in order to know the relationship between the
position of the duration of defecation defecation in children .
Method
This research is an analytic observational study involving 29 children in the
orphanage , located in western Jakarta. The collected data consists of age, gender,
defecation position and defecation duration Measurements of defecation duration
performed twice for each subject each one in a sitting position and squatting
position. The method used is T-Test Independent with a significance level less
than 0.05
Result
Data were analyzed by independent t-test. Found a strong relationship between the
position of defecation defecation duration ( p = 0.000 ), but no relationship
between defecation duration and age (p=0,484) and between defecation duration
and gender (p=0,204)

Conclusion
This study shows a relationship between defecation position and duration but no
relationship between age; gender and defecation duration

Key word: Constipation, duration, defecation, position

17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Konstipasi pada anak merupakan masalah klinis yang perlu
mendapat perhatian. Alasan dari pernyataan di atas adalah tingginya
kejadian konstipasi pada anak, pada suatu artikel ilmiah yang ditulis Sian
dikatakan bahwa 5-30% anak menderita konstipasi fungsional.(1) Prevalensi
yang cukup tinggi tersebut kemungkinan disebabkan perubahan gaya
hidup anak, karena menurut suatu studi yang dilakukan oleh Misra dkk,
konstipasi sering terjadi pada anak yang memiliki Indeks Massa Tubuh
(IMT) di atas nilai ideal,(2) hal ini juga dipertegas oleh studi yang
dilakukan oleh Skelton dkk

(3)

yang menyimpulkan bahwa terdapat

peningkatan persentase anak yang menderita obesitas di Amerika Serikat.


Konstipasi, terutama pada anak tidak hanya menimbulkan efek yang
terjadi langsung saat buang air besar tapi juga dapat menimbulkan masalah
di kemudian hari. Salah satu contoh masalah yang akan timbul di
kemudian hari adalah terjadinya Inflammatory Bowel Syndrome (IBS)
saat usia anak sudah lebih dari delapan belas tahun. (4) Selain itu konstipasi
juga dapat menimbulkan trauma psikis pada anak karena terjadinya
pengalaman buang air besar yang menyakitkan, sehingga anak tidak mau
buang air besar lalu feses bertambah keras dan konstipasi semakin parah.(5)
Konstipasi juga dapat menyebabkan terjadinya inkontinensia fekal
dan flatulence yang dapat merusak kepercayaan diri anak. Menurut Pada
usia 5-12 tahun, terjadi suatu fase yang dinamakan industry vs inferiority
di mana anak yang gagal dalam fase ini akan menjadi anak yang kurang
motivasi dalam melakukan apapun, sesuai dengan tingkat perkembangan
psikososial menurut Erikson.(6) Untuk mencegah dampak jangka panjang
maupun pendek akibat konstipasi pada anak, perlu ada perubahan pada
gaya hidup.
1

Gaya hidup yang dapat mencegah konstipasi yang cukup


berpengaruh adalah diet tinggi serat seperti sereal gandum, buah-buahan
dan sayur-sayuran.(7) Sebuah penelitian di Amerika oleh Schmier(8)
mengatakan bahwa dengan perubahan kebiasaan dari kebiasaan diet
rendah serat ke tinggi serat dapat memotong biaya berobat akibat
konstipasi sebesar 12 milyar dolar per tahun. Sebuah analisis literatur juga
mengatakan bahwa ada hubungan antara gaya hidup yang aktif dengan
menurunnya kejadian konstipasi.(9) Salah satu gaya hidup yang masih
sedikit diteliti adalah posisi defekasi yang kita tahu terdiri dari posisi
jongkok (squatting) dan duduk (sitting). Pernah yang dilakukan oleh
Sikirov pada subyek berusia 17 sampai 66 tahun menyimpulkan defekasi
dengan posisi jongkok memakan durasi defekasi yang lebih singkat dan
usaha yang lebih ringan dibandingkan dengan defekasi dengan posisi
duduk.(10) Durasi defekasi yang cepat dan defekasi yang tuntas akan
mencegah terjadinya konstipasi karena feses yang terlalu lama berada di
usus mengalami penyerapan air berlebihan sehingga menyebabkan feses
menjadi keras sehingga rasa tidak nyaman saat defekasi membuat anak
enggan untuk melakukan defekasi lalu menahan defekasi, menurut sebuah
review oleh Cohn(11) kebiasaan menahan defekasi ini dapat memperburuk
keadaan karena makin mengerasnya feses. Feses yang keras ini dapat
menyebabkan konstipasi yang dapat berdampak buruk pada anak baik
jangka panjang maupun pendek.
Berdasarkan beberapa penelitian dan analisis di atas maka
dilakukanlah penelitian ini sebagai alat edukasi untuk para orang tua atau
pengasuh anak untuk memberikan alternatif gaya hidup yang mudah
dilakukan dan dapat membantu mencegah terjadinya konstipasi pada anak
di Indonesia.

1.2

Perumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Apakah ada hubungan antara posisi defekasi dengan durasi
defekasi pada anak usia 5-10 tahun?

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan umum: Mensosialisasikan posisi defekasi yang lebih sehat.
Tujuan khusus: Mengetahui adanya hubungan antara posisi defekasi
dengan durasi defekasi.

2.2
1.

Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara durasi defekasi dengan posisi defekasi pada anak usia
5-10 tahun.

2.

Ada hubungan antara durasi defekasi dengan usia.

3.

Ada hubungan antara durasi defekasi dengan jenis kelamin.

2.3

Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti: Untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana


kedokteran.
b. Bagi ilmu pengetahuan: Memberikan pengetahuan alternatif mengenai cara
pencegahan konstipasi secara sederhana.
c.

Bagi profesi: Merupakan sumber referensi untuk penelitian berikutnya yang


berhubungan dengan saluran pencernaan dan kesehatan anak.

d. Bagi masyarakat: Peningkatan kualitas kesehatan dengan mencegah


terjadinya konstipasi pada anak.
e.

Bagi populasi penelitian: Mengetahui perbedaan antara durasi defekasi


antara posisi duduk dan jongkok.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Anatomi dan histologi saluran pencernaan
Sistem pencernaan manusia dimulai dari rongga mulut hingga
rektum yang merupakan akhir dari usus. Usus manusia pada dasarnya
terbagi menjadi dua bagian berdasarkan fungsi dan histologinya masingmasing. Dua bagian yang dimaksud adalah usus kecil dan usus besar. Usus
kecil dibagi lagi menjadi duodenum, jejunum dan ileum. Usus besar terdiri
atas: sekum, apendiks, kolon ascenden, kolon transversum, dan kolon
desenden.(12) Lumen usus terdiri dari empat lapisan jika ditinjau secara
histologis. Empat lapisan usus yang pertama dan yang paling dekat dengan
lumen adalah lapisan mukosa yang terdiri dari sel epitel, sel goblet dan
terdapat juga pembuluh darah. Lapisan yang kedua adalah lapisan submukosa. Lapisan yang ketiga adalah lapisan otot yang dibagi lagi menjadi
dua bagian yaitu otot sirkuler dan longitudinal, otot longitudinal berfungsi
untuk menekan feses menuju ke usus bagian distal. Lapisan yang paling
luar disebut lapisan adventisia, terdiri dari jaringan ikat serosa dan
peritoneum.(13)
2.1.2

Proses dan tahapan defekasi


Dalam proses defekasi, semua lapisan otot pada usus mempunyai
peran untuk berkontraksi dan membawa feses masuk ke dalam rektum,
walaupun yang secara langsung memasukan feses ke dalam rektum
hanyalah kolon, hal ini ditunjukan dengan beberapa fase dari defekasi.
Fase pertama dari defekasi disebut fase basal di mana terjadi aktivitas dari
sistem saraf motorik dari kolon yang menyebabkan kolon berkontraksi dan
menekan feses ke dalam rektum. Kejadian ini mempunyai dua dampak.
Dampak yang pertama adalah terjadinya penekanan pada dinding rektum
sehingga terjadi stimulasi atau perangsangan pada reseptor mekanik pada
dinding rektum sehingga timbul rasa ingin defekasi. Dampak yang kedua
adalah terinisiasinya suatu proses bernama Rectoanal Inhibition Reflex
4

(RAIR) di mana terjadi penghambatan stimulus saraf pada otot spinchter


internal dari anus, sehingga otot spinchter internal anus berelaksasi
sehingga feses bisa ditekan terus mendekati bagian paling ujung saluran
pencernaan. Fase yang kedua disebut fase pre-expulsive, pada fase ini
semua feses sudah masuk ke dalam saluran pencernaan paling ujung, dan
ada keinginan yang sangat besar untuk defekasi. Fase yang ketiga adalah
fase expulsive di mana terjadi tekanan intra rektal yang lebih besar
daripada tekanan dari spinchter anus externus sehingga kotoran bisa
keluar, tentu saja pada manusia ada banyak pertimbangan sebelum
defekasi, salah satu contoh adalah pertimbangan tempat dan posisi, maka
peran dari spinchter anus externus adalah menghambat fase expulsive ini
bila ada pertimbangan untuk tidak defekasi. Fase yang terakhir adalah fase
terminasi, pada fase ini RAIR akan berhenti dan otot spinchter interna dari
anus kembali berkontraksi.(14)
2.1.3 Mekanisme kontraksi otot polos
Kegiatan usus mendorong feses sebenarnya merupakan suatu
proses yang kompleks, tapi pada dasarnya adalah mekanisme dari
kontraksi otot polos. Di antara dua sel otot polos pada kolon terdapat sel
interstisial penghubung yaitu Interstitial Cell of Cajal (ICC), keduanya
dihubungkan oleh tight gap junction. Mekanisme kontraksi otot polos
memiliki kunci pada pengisian ion kalsium pada organel retikulum
endoplasma milik ICC. Ion kalsium yang masuk ke dalam retikulum
endoplasma milik ICC adalah ion kalsium yang berasal dari sitoplasma
maupun dari cairan ekstraselular. Selanjutnya ion kalsium akan
mensensitisasi sebuah kanal yang banyak diekspresikan pada organel
retikulum endoplasma, yang berfungsi untuk mengeluarkan ion kalsium ke
sitoplasma, kanal ini juga bisa disebut sebagai pacemaker dari kontraksi
otot polos. Tujuan dari pengeluaran ion kalsium ini ada dua, tujuan
pertama adalah untuk menginisiasi suatu proses yang disebut STIC
(Spontaneus Transient Inward Current). Tujuan yang kedua adalah untuk
5

mensensitisasi kanal lainnya yang juga diekspresikan pada retikulum


endoplasma, yang akhirnya juga akan menginisiasi STIC, mekanisme ini
disebut Calcium induced Calcium Release (CICR) . Ion kalsium yang
dikeluarkan ke sitoplasma, selain menginisiasi STIC ada juga yang didaur
ulang untuk masuk lagi ke dalam retikulum endoplasma. Setelah STIC
terjadi, tahap selanjutnya adalah Spontaneus Transient Depolarization atau
STD. Depolarisasi yang terjadi tidak hanya memiliki efek pada
berkontraksinya otot polos tapi juga membuka kanal VOC untuk
memasukan kalsium dari daerah ekstraselular. Tujuan dari pemasukan ion
kalsium ekstraselular adalah untuk mempercepat lagi proses CICR agar
mempercepat terjadinya kontraksi. Setelah depolarisasi terjadi ion kalsium
sitoplasma akan masuk dengan cara difusi pasif melalui junction antara
ICC dan sel otot polos. Setelah potensial aksi terpenuhi maka selanjutnya
akan

terjadi

kontraksi.

Aktivitas

kanal

pacemaker

diatur

oleh

Neurotransmitter seperti asetilkolin dan noreepinefrin sebagai stimulan


ditambah zat NO sebagai inhibitor. Norepinefrin dan asetilkolin
menstimulasi pacemaker melalui ekspresi protein InsP3, sedangkan NO
bekerja sebagai inhibitor dengan menghambat kerja dari InsP3 melalui
proses cGMP.(15)
2.1.4 Klasifikasi dan kriteria konstipasi
Proses defekasi yang telah dijelaskan di atas dapat terganggu, salah
penyebabnya adalah konstipasi. Konstipasi secara sederhana dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu konstipasi fungsional dan organik.
Konstipasi fungsional dapat didefinisikan sebagai konstipasi tanpa
ditemukan adanya kelainan organik dengan enam kriteria sebagai berikut:
Frekuensi defekasi kurang dari dua kali atau kurang setiap minggunya;
Paling tidak terdapat satu kali episode inkontinensia fekal dalam satu
minggu; Riwayat adanya sakit saat pergerakan usus dan peristaltik usus
yang meningkat; Adanya feses besar yang tertinggal di rektum; Riwayat
adanya defekasi dengan feses besar sampai menutupi diameter toilet;
6

Riwayat menahan buang air besar dengan sengaja. (16) Konstipasi organik
adalah konstipasi yang disertai kelainan organ. Banyak kemungkinan yang
bisa menyebabka mn konstipasi organik, masalah bisa datang dari lumen
usus contohnya adalah tumor, divertikulitis, peradangan mukosa usus.
Masalah juga bisa datang dari saraf yang menginervasi lapisan muskular
pada usus contohnya adalah penyakit Hirschprung. Menurut data
epidemiologi suatu studi, konstipasi fungsional pada anak mencapai angka
36%

(17)

, faktor yang berkontribusi dalam terjadinya konstipasi fungsional

pada anak bukanlah masalah pada organ tetapi lebih kepada masalah
psikososial seperti latihan buang air yang terlalu keras dari orang tua,
stresor sosial pada anak atau bisa juga karena pengalaman defekasi yang
menyakitkan akibat penyakit organik yang lalu.(18) Seluruh faktor di atas
akan menyebabkan anak menjadi enggan untuk melakukan defekasi,
sehingga terjadilah gejala dari slow transit constipation, di mana terjadi
penyerapan air yang berlebihan pada feses yang menjadi keras. Ini
merupakan awal dari sebuah lingkaran setan, karena feses anak yang
keras akan menimbulkan keengganan anak untuk melakukan defekasi.
2.1.5 Komplikasi dari konstipasi
Akibat dari terjadinya lingkaran setan yang telah dijelaskan di
atas adalah komplikasi-komplikasi yang bisa mempengaruhi masa depan
sang anak. Menurut sebuah penelitian di amerika ada dua komplikasi
jangka panjang yang dapat terjadi yaitu Inflammatory Bowel Syndrome
(IBS) dan konstipasi. Pada penelitian tersebut, terjadinya komplikasi IBS
pada dewasa muda yang masa kecilnya mengalami konstipasi fungsional
menunjukan angka yang cukup tinggi yaitu 55%, di mana terdapat
perbedaan sekitar 30% jika dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu
dewasa muda yang pada masa kecilnya tidak mengalami konstipasi
fungsional.(4) Terjadinya konstipasi sebagai komplikasi, menurut penelitian
Khan dkk (4) menunjukan perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok
kasus dan kontrol, yaitu kelompok kontrol sebesar 23,5% dan kelompok
7

kasus sebanyak 25%. Namun menurut penelitian Marloes dkk

(19)

konstipasi terjadi saat usia dewasa pada 25% orang yang saat masa
kecilnya menderita konstipasi fungsional. Menurut kriteria Rome III
mengenai IBS, harus mencakup dua poin berikut: Adanya rasa tidak
nyaman pada daerah abdomen, bisa juga rasa sakit yang mempunyai
karakter sebagai berikut yang minimal dipenuhi dua dari tiga karakter
berikut: membaik dengan defekasi, onset gejala berhubungan atau
merubah frekuensi defekasi, onset gejala berhubungan dengan atau
merubah bentuk dari feses; Tidak ditemukan adanya kelainan yang
berkenaan dengan inflamasi, anatomi, neoplasma dan metabolic yang
menjelaskan mengenai gejala yang dialami oleh subjek yang bersangkutan.
Perlu diperhatikan bahwa jika melihat kriteria di atas, pada IBS tidak
terdapat kelainan organik, berbeda dengan IBD yang menunjukan
inflamasi atau ulserasi pada mukosa kolon. Alasan mengapa hal ini perlu
diperhatikan adalah agar para klinisi lebih waspada dan tidak mengabaikan
jika terjadi gejala rasa nyeri dan tidak nyaman pada daerah abdomen tanpa
ditemukan adanya kelainan organik.(20)
2.1.6 Pemeriksaan konstipasi
Untuk mencegah terjadinya komplikasi tersebut maka ada 3 hal
yang harus diperhatikan yaitu penilaian, penatalaksanaan dan pencegahan
pada anak yang mengalami konstipasi. Penilaian yang baik pada dasarnya
meliputi anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik, laboratorium dan
penunjang jika diperlukan. Anamnesis yang teliti meliputi onset terjadinya
konstipasi, konsistensi tinja, gejala mengejan keras saat defekasi, riwayat
gizi anak terutama asupan cairan dan makanan yang kaya akan serat, obatobatan yang diminum.(21) Perlu juga ditanyakan mengenai gejala-gejala
yang sering terjadi pada konstipasi pada anak meliputi: tidak konsistennya
frekuensi defekasi sehari; rasa nyeri abdomen saat defekasi; inkontinensia
fekal; adanya manuver untuk menahan feses yang akan keluar; darah pada
feses; gejala enuresis. Pemeriksaan fisik yang baik pada konstipasi anak
meliputi anthropometri atau status gizi lainnya karena ada penelitian yang
8

mengatakan bahwa ada asosiasi konstipasi pada anak dengan obesitas,


palpasi abdomen untuk mencari adanya distensi abdomen, auskultasi untuk
mendengar bunyi bising usus, adanya perubahan pada bising usus baik
tidak ada, kurang atau berlebihan bisa menandakan terjadinya obstruksi
saluran cerna, inspeksi daerah perianal juga diperlukan. Pemeriksaan yang
invasif dan dapat menimbulkan trauma seperti pemeriksaan colok dubur
tidak dianjurkan. Juga pemeriksaan dengan radiasi seperti x-ray abdomen
tidak dianjurkan karena ada sel-sel yang belum sepenuhnya berdiferensiasi
pada anak.(21) Namun pemeriksaan lab seperti TSH; FT4; FT3 dan kadar
kalsium pada darah diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
hipotiroidisme dan hipokalsemia.
2.1.7 Tatalaksana konstipasi
Jika tidak ditemukan kelainan organik maupun metabolik maka
penatalaksanaan

yang

baik

pada

umumnya

tidak

mendahulukan

tatalaksana secara farmakologis, tetapi dengan cara edukasi dan modifikasi


lifestyle. Modifikasi lifestyle yang bisa dilakukan sebagai intervensi primer
menurut Casey (13) adalah diet tinggi serat seperti buah-buahan dan sayuran
dan hidrasi yang adekuat. Menurut Nelhans (22), selain hidrasi dan diet
tinggi serat, edukasi dari orang tua tentang kebiasaan defekasi sehari-hari
seperti jadwal defekasi juga penting. Dukungan dari keluarga juga dapat
mempengaruhi prognosis dari penyakit konstipasi anak. Perlu dieduasikan
pada orang tua anak bahwa konstipasi pada anak merupakan hal yang
sering terjadi dan bukan merupakan suatu hal yang harus dianggap
memalukan

(22)

agar orang tua tidak merasa malu akan penyakit anaknya

dan pada akhirnya salah pada penanganan penyakit anaknya, juga perlu
ditekankan bahwa jarang sekali adanya masalah organik atau penyakit
penyerta pada kasus konstipasi anak agar orang tua tidak panik. Selain
orang tua, lingkungan anak pun harus masuk dalam pertimbangan untuk
diedukasi, misalnya sekolah anak, jangan sampai anak dipermalukan di
sekolah jika terjadi inkontinensia akibat terjadinya konstipasi.
9

Tatalaksana farmakologis diperlukan karena tatalaksana nonfarmakologis terkadang tidak cukup membantu, tatalaksana farmakologis
meliputi: terapi disimpaksi; terapi laksatif atau maintenance. Terapi
disimpaksi terdiri dari 2 kata yaitu dis yang berarti lawan atau
ketidaksetujuan dan impaksi berasal dari kata impact yang berarti akibat,
jika digabungkan kedua kata tersebut arti dari disimpaksi adalah
perlawanan kepada akibat yang ditimbulkan oleh feses yang menyumbat
rektum . Tujuan terapi disimpaksi adalah untuk mengeluarkan feses yang
sudah mengeras di kolon, namun setelah itu tetap perlu pemeriksaan untuk
mencari kelainan organik atau fungsional yang mendasari. Menurut Stovel,
dkk (23) obat lini pertama yang cocok untuk anak dengan impaksi fekal akut
adalah larutan Poliethilen Glikol oral dengan alasan tidak menimbulkan
kelainan elektrolit dan tidak menyebabkan gangguan fungsi ginjal.
Beberapa studi mengenai efektifitas dan keamanan dari larutan PEG juga
dikaji oleh Kinservik dkk

(24)

di mana pada kajian tersebut dibahas lima

studi dan hasilnya menunjukan bahwa PEG 3350 tidak mengakibatkan


gangguan elektrolit, lebih lanjut lagi pada kajian tersebut dikatakan
pemberian PEG 3350 oral mempunyai kelebihan tersendiri karena PEG
3350 oral bisa diterima oleh anak dari segi rasa dari kelima studi yang
dikaji. Dari kelima studi tersebut disebutkan pula dosis PEG 3350 yang
efektif yaitu berkisar antara 0,5-1 g/kg/hari, 0,84g/kg/hari, 0,3g/kg/hari
selama 14 hari dan 1-1,5 g/kg/hari selama 3 hari. Kekurangan dari obat
PEG oral ini adalah harganya yang mahal selain itu menurut penelitian
Pace dkk

(25)

terapi disimpaksi hanya diperlukan pada kasus konstipasi

disertai dengan adanya Mega Rectum (MR) yang dikonfirmasi dengan


pemeriksaan USG pelvis. Selain melalui oral, terapi disimpaksi juga dapat
dilakukan melalui lubang anus atau dengan sediaan suppositoria.
Suppositoria gliseril dan bisakodil biasanya digunakan pada anak-anak tapi
tidak boleh diberikan terus menerus sampai lebih dari satu minggu karena
terapi suppositoria mempunyai efek traumatik pada anak.

10

Tujuan dari terapi maintenance adalah mencegah terjadinya gejala


pada anak dan mempertahankan ritme peristaltik usus sesudah disimpaksi.
Menurut kriteria National Institute for Health and Clinical Excellence
(NICE) dosis yang dipakai adalah setengah dari dosis yang digunakan saat
disimpaksi, dengan obat lini pertama yang sama yaitu PEG oral. Perbaikan
penyakit dapat memakan waktu bulanan sampai tahunan dan jika terjadi
perbaikan, laksatif tidak boleh dihentikan secara mendadak namun secara
tappering off. Obat lain yang dapat digunakan adalah laktulosa, namun
obat ini akan meningkatkan rasa kembung pada perut karena pembentukan
gas yang meningkat akibat fermentasi bakteri. Magnesium Hidroksida
mempunyai keefektifan yang sama dengan PEG 3350 tetapi mempunyai
kekurangan dari segi rasa yang tidak enak sehingga dapat mengurangi
kepatuhan minum obat.
2.1.8 Pencegahan konstipasi
Kunci dari usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
konstipasi pada anak adalah diet tinggi serat, hidrasi yang adekuat,
menjaga berat badan ideal anak dan aktivitas fisik yang cukup. Untuk
melaksanakan kebiasaan diet tinggi serat maka perlu diketahui jenis
makanan yang mengandung tinggi serat. Buah-buahan seperti raspberry;
apel dan pir, makanan dari bahan gandum seperti oatmeal; roti gandum,
sereal yang cocok untuk sarapan anak-anak seperti cornflakes, kacangkacangan dan sayur seperti kacang polong; brokoli dan lobak. Mengenai
asupan cairan, telah dilakukan sebuah kajian ilmiah oleh Popkin dkk

(26)

yang menyatakan bahwa asupan cairan terutama untuk anak perempuan


usia 4-8 tahun adalah 1,7 liter/hri dan untuk anak perempuan berusia 9-13
tahun asupan yang dianjurkan adalah 2,1 liter/hari. Untuk anak laki-laki
berusia 4-8 tahun asupan cairan yang dianjurkan adalah 1,7 liter/hari dan
untuk anak laki-laki berusia 9-13 tahun asupan cairan yang dianjurkan
adalah 2,4 liter/hari. Hal yang perlu diingat adalah asupan cairan tidak
hanya datang dari air tapi dari berbagai macam minuman, makanan
11

berkuah, bumbu masakan dan lainnya, dengan mengikuti anjuran asupan


cairan dalam sehari ini akan mencegah terjadinya konstipasi. Menjaga
berat badan ideal anak pun perlu dilakukan, sebuah penelitian di Amerika
Serikat oleh Misra dkk(2) menyebutkan anak yang BMI nya tergolong
overweight lebih banyak mengalami konstipasi kronik dibanding anak
yang BMI nya normal, ditambah lagi anak yang overweight lebih banyak
yang mengalami kegagalan dalam terapi konstipasi kronik. Aktivitas fisik
yang cukup dapat mencegah terjadinya konstipasi, sementara gaya hidup
santai mempunyai asosiasi dengan konstipasi, menurut sebuah penelitian
di Cina oleh Huang dkk (27).
2.1.9 Perubahan posisi defekasi sebagai pencegahan konstipasi
Pencegahan dari konstipasi yang jarang dipromosikan adalah posisi
seseorang saat melakukan defekasi. Kita mengenal ada dua posisi dalam
melakukan defekasi yaitu duduk dan jongkok (squatting). Penelitian yang
dilakukan oleh Sikirov

(10)

yang mengikutkan 28 subjek beragam usia dari

17 hingga 66 tahun, menunjukan bahwa defekasi dengan posisi jongkok


lebih baik daripada posisi duduk. Tiga posisi defekasi digunakan sebagai
standard penelitian yaitu duduk pada toilet dengan tinggi standar (41cm42cm); duduk pada toilet yang lebih pendek (31cm-32cm) dan jongkok.
Durasi defekasi dihitung sebanyak enam kali masing-masing pada setiap
posisi. Faktor perancu pada penelitian tersebut telah berusaha disingkirkan,
karena setiap subjek yang mengalami kelainan defekasi diminta untuk
menunda dulu penelitian dan subjek tidak diperkenankan untuk mengganti
kebiasaan makanan. Saat melakukan defekasi, subjek diberikan stopwatch
digital, di mana waktu mulai dihitung saat pertama kali mengejan,
kemudian diminta untuk mengehentikan penghitungan waktu saat rektum
sudah terasa kosong. Selain durasi pengosongan usus, penelitian tersebut
juga membagikan kuesioner kepada respondennya, mengenai kesulitan
dalam defekasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa durasi defekasi pada
posisi jongkok lebih singkat dibandingkan dengan dua posisi duduk
12

pembanding. Hasil kuesioner pun menunjukan bahwa pada posisi jongkok


rasa puas dalam defekasi secara subjektif pun menunjukan hasil yang lebih
positif.
Otot puborektalis adalah otot yang merupakan bagian dari
puboviseralis. Otot puborektalis mempunyai tebal kira-kira 5,6 mm dan
panjang kira-kira 2,8 cm. Posisi dari otot puborektal adalah mengelilingi
rektum seperti pada gambar 2.1, dengan bagian anterior berhubungan
dengan tulang simfisis pubis. Otot puborektalis akan berkontraksi sebagai
respon saat ada peningkatan tekanan intra-abdominal.(28) Dengan kontraksi
tersebut maka sudut antara anus dan rektum akan berubah sehingga
menghambat keluarnya feses dan mencegah inkontinensia. Pada gambar
2.1 diperlihatkan bahwa pada posisi jongkok otot puborektalis tidak
berkontraksi sehingga sudut antara anus dan rektum menjadi lebih besar
dan feses lebih mudah keluar.

Gambar 2.1
Ilustrasi perbedaan posisi otot puborektalis saat jongkok dengan saat duduk
Sumber: http://www.medscape.org/viewarticle/544467_4(29)

2.1.10 Kesimpulan sehubungan dengan penelitian

13

Sebagai kesimpulan yang berhubungan dengan penelitian, jika


pengosongan usus lebih baik dalam posisi jongkok, maka kemungkinan
adanya feses yang tertinggal di dalam rektum menjadi lebih kecil, maka
tidak akan terjadi penyerapan air yang berlebihan yang akhirnya akan
menyebabkan feses menjadi keras.

14

2.2 Kerangka teori

Lifestyle
Gangguan metabolik Gangguan organik

Posisi defekasi

Perubahan konsistensi feses


Perubahan posisi otot puborectalis

Konstipasi

Perubahan durasi defekasi

15

2.2 Ringkasan Pustaka


Tabel 2.1
Ringksan pustaka
No Peneliti
Lokasi Penelitian
1
Dov Sikirov Israel

Desain
Kohort

Subjek
Jumlah Subjek: 28 (14

Variabel
Variabel bebas:

pria; 14 wanita)

3 Posisi defekasi

diperlukan pada

(duduk, duduk

posisi jongkok lebih

Usia subjek: 17-66 tahun dengan

Lama

Hasil
Waktu defekasi yang

singkat dibandingkan

penyanggah

pada posisi duduk.

kaki, jongkok)

Rata-rata durasi
defekasi pada posisi
jongkok adalah 51
detik, sedangkan
pada posisi duduk
adalah 130 detik.
Perbedaan statistikal
durasi defekasi dan
16

Variabel terikat:

sensasi subjektif

-Durasi defekasi

tingkat kesulitan
defekasi antara 2

-Sensasi defekasi

kelompok cukup
signifikan dengan
P<0,0001

17

BAB III
KERANGKA KONSEP dan DEFINISI OPERASIONAL
3.1

Kerangka konsep
Konsep pada penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang selama
penelitian dapat diubah untuk menetukan hubungannya dengan variabel
tergantung. Variabel tergantung adalah variabel yang hasilnya bergantung
pada variasi dari variabel bebas, kedua variabel berusaha untuk dibuktikan
hubungannya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah posisi saat
defekasi dan variabel tergantungnya adalah durasi defekasi. Kerangka
konsep penelitian dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
Variabel bebas

Variabel terikat

Usia

Posisi
defekasi

Durasi
defekasi

Jenis
Kelamin

18

3.2

Definisi Operasional

3.2.1

Variabel Bebas
Tabel 3.1
Variabel bebas

No Variabel
1

Posisi defekasi

Definisi

Alat ukur

Cara ukur

Hasil ukur

Skala

Referensi

Letak atau kedudukan saat defekasi

Wawancara

1: Jongkok

Nominal

KBBI

Nominal

Kamus

2: Duduk

Jenis kelamin

Keadaan di mana seseorang diidentifikasi

Kuesioner

Wawancara

sebagai pria atau wanita

Umur

Jangka waktu di mana seseorang hidup


atau suatu barang ada

1: Laki-laki
2: Wanita

Kuesioner

Wawancara

Angka
dalam tahun

Oxford

Rasio

Kamus
Oxford

19

3.2.2

Variabel Terikat
Tabel 3.2
Variabel terikat

No Variabel

Definisi

Alat ukur

Cara ukur

Hasil

Skala

Referensi

Lamanya

Stopwatch

Pemeriksaan

Angka dalam

Rasio

KBBI

Durasi defekasi

defekasi

satuan detik

berlangsung

20

BAB IV
METODE
4.1 Desain penelitian
Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan metode studi
observasional. Sifat analitik berarti penelitian ini mencari hubungan antara
variabel bebas dengan variabel tergantung. Studi observasional berarti
peneliti tidak melakukan intervensi apapun dan hanya mengamati dalam
proses pengumpulan data. Penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah
ada hubungan antara posisi defekasi dengan durasi defekasi pada anak usia
5-10 tahun. Cara pengumpulan data yang dipilih adalah cara cross
sectional (potong lintang).
4.2

Lokasi dan waktu penelitian


4.2.1

Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan pada panti-panti asuhan di daerah Jakarta
Pusat.

4.2.2

Waktu penelitian
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus 2014 hingga
Oktober 2014

4.3 Populasi dan sampel penelitian


4.3.1

Populasi penelitian
Anak penghuni panti asuhan daerah Jakarta Pusat.

4.3.2

Sampel penelitian
Anak penghuni panti asuhan daerah Jakarta Pusat yang berusia 510 tahun dan memenuhi kriteria inklusi. Sampel dipilih dengan cara

21

consecutive non random sampling, yang artinya seluruh subyek yang


datang secara berurutan akan diikutsertakan dalam penelitian
Kriteria inklusi:
a) Anak yang berusia 5-10 tahun
b) Anak yang bersedia mengikuti penelitian
Kriteria eksklusi:
a) Anak yang sedang mengalami gejala konstipasi.
b) Anak yang sedang mengalami gejala diare.
.4.3.3 Penghitungan sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

( Z + Z ) S
N=2
X 1X 2

N= Besar sampel
Z= Deviat baku alfa
Z= Deviat baku beta
S= Simpang gabungan
X1-X2= Selisih rata-rata yang dianggap bermakna
Proses penghitungan:

( 1,645+1,645 ) 71,834
N=2
11451

N=28,135

22

Kesimpulan hasil penghitungan yaitu 28 orang sampel dibutuhkan,


ditambah dengan faktor drop-out, yaitu 15% maka total sampel yang
dibutuhkan penelitian ini adalah 32 orang sampel
4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian
Data

pada

penelitian

ini

diperoleh

dengan

pemeriksaan

menggunakan stopwatch sebagai alat ukur. Stopwatch yang digunakan


adalah stopwatch dengan merk Seiko. Cara menggunakannya adalah
dengan menekan tombol berlabel start/stop untuk memulai dan
menghentikan penghitungan waktu, sedangkan cara untuk memulai
kembali penghitungan waktu adalah dengan menekan tombol berlabel
reset sampai indikator waktu menunjukan angka 0 kembali. Data
tambahan untuk menentukan apakah terdapat gejala konstipasi atau diare
pada subjek didapatkan dari wawancara yang didasarkan pada definisi dari
konstipasi dan diare yang dilakukan pada subjek. Definisi diare yang
digunakan adalah defekasi dengan frekuensi tiga kali sehari atau lebih
dengan tinja yang berkonsistensi cair(30) dan definisi konstipasi yang
digunakan adalah defekasi kurang dari tiga kali dalam seminggu atau
defekasi dengan feses yang keras sampai terjadi rasa nyeri(31). Wali dari
subjek juga telah dijelaskan sebelumnya tentang maksud dan tujuan dari
penelitian yang dilakukan dan menandatangani lembar persetujuan untuk
mengikuti penelitian (informed consent).
4.5 Analisis data
Penelitian ini menggunakan dua jenis analisis yaitu analisis
univariat dan bivariat:
4.5.1 Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan salah satu
variabel. Data pada variabel dirangkum atau dideskripsikan dengan
mencari rata-rata, median, modus dan lainnya. Pada penelitian ini analisis
univariat digunakan untuk mencari nilai rata-rata dari nilai variabel

23

tergantung yaitu durasi defekasi dalam satuan detik dari dua kelompok
posisi defekasi.

4.5.2 Analisis bivariat


Analisis bivariat digunakan untuk menyatakan analisis mengenai
hubungan 2 variabel yaitu 1 variabel bebas dan 1 variabel tergantung.
Penelitian ini menggunakan uji-t independen, karena data dari variabel
bebas berskala nominal dan data dari variabel tergantung berskala
numerik. Rumus untuk uji-t independen adalah sebagai berikut:
Xa Xb

t=
Sp

( na1 )+( nb1 )

Xa = rata-rata kelompok a
Xb = rata-rata kelompok b
Sp = Standar Deviasi gabungan
Sa = Standar deviasi kelompok a
Sb = Standar deviasi kelompok b
na = banyaknya sampel di kelompok a
nb = banyaknya sampel di kelompok b

4.6 Alur Kerja Penelitian


Pengumpulan sampel
penelitian
Pemeriksaan dengan wawancara

Seleksi sampel
penelitian
Pengumpulan data variabel
tergantung
24

Analisis data
Pelaporan dan
presentasi

Keterangan:
Pengumpulan data penelitian dilakukan langsung di lokasi penelitian oleh
peneliti dengan mendata jumlah dan nama anak yang berusia 5-10 tahun dengan
mengambil data sekunder dari panti asuhan. Setelah data terkumpul, pemeriksaan
dimulai dengan wawancara. Untuk anak yang kooperatif, wawancara dilakukan
langsung dengan anak tersebut namun jika memungkinkan anak tidak kooperatif,
wawancara dilakukan dengan pembina panti. Dalam wawancara, akan
diatanyakan apakah anak sedang mengalami gejala diare dan konstipasi. Anak
yang memenuhi kriteria sebagai responden akan didata. Selanjutnya peneliti akan
menjelaskan kepada pembina panti asuhan mengenai tujuan dan maksud
penelitian serta prosedur pengambilan data. Setelah pembina panti asuhan
mengerti dan menyetujui penelitian ini, peneliti akan meminta pembina panti
untuk mengisi informed consent mewakili anak yang akan diperiksa karena
usianya belum kompeten.
Pengambilan data dimulai dengan pengarahan mengenai cara menghitung
durasi defekasi kepada pegawai panti. Pengumpulan data selanjutnya akan
diwakilkan oleh pegawai panti. Cara pengukuran yang digunakan berdasarkan
cara pengukuran yang dilakukan peneliti terdahulu, saat anak merasa ingin buang
air besar, anak akan diminta untuk memberi aba-aba saat mulai mengejan agar
waktu mulai dihitung. Setelah anak sudah selesai, maka anak diminta memberi
aba-aba kembali agar penghitungan dihentikan. Waktu yang didapat dicatat di
dalam buku log yang berisikan nama anak, usia, waktu defekasi yang diperlukan
serta posisi defekasi.
4.7 Etika Penelitian
25

Penelitian ini akan dilakukan setelah mendapat persetujuan kaji etik dari
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Sebelum pengambilan data dimulai,
akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai maksud dan tujuan penelitian yang akan
dilakukan serta permohonan bantuan kepada responden untuk mengikuti
penelitian ini. Penjelasan ini diberikan kepada anak panti yang selaku responden.
Setelah diberikan penjelasan yang cukup dan responden mengerti maksud dari
penelitian, maka akan diminta persetujuan tertulis (informed consent) dari
responden untuk ikut serta sebagai subyek dalam penelitian secara sukarela.
Dijelaskan juga kepada responden bahwa data yang diperoleh ini dijamin
kerahasiaannya oleh penulis dan semata-mata digunakan hanya untuk kepentingan
penelitian.a
4.8 Penjadwalan Penelitian
Waktu
Juli 2014

Kegia
tan

Agustus

September

2014

Oktober

2014

November

2014

Desember 2014

Januari 2015

2014

M1

M2

M3

M4

M1

M2

Penyusun
an BAB
1
Penyusun
an BAB
2
Penyusun
an BAB
3 dan 4
Ujian
Pengump
ulan data
Analisa
data
Penyusun
an skripsi
Laporan
skripsi

Tabel 4.1
Jadwal Penelitian
26

M3

M4

BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Proses pengambilan data
Pada tahap ini data dikumpulkan di Panti Asuhan di daerah Jakarta Barat
pada tanggal 17 Oktober 2014 sampai dengan 20 Desember 2014. Pengambilan
data yang dilakukan meliputi penghitungan durasi buang air besar dan pencatatan
pada formulir hasil. Dari total 63 anak panti asuhan didapatkan 29 orang anak
yang memenuhi kriteria rentang usia penelitian yaitu usia 5-10 tahun dan sedang
tidak mengalami gangguan pencernaan. Pengambilan data berjalan lancar
meskipun ada pengukuran yang harus diulang akibat kesalahan teknis.
5.2 Hasil analisis univariat dan bivariat
Sebelum dipaparkan mengenai hasil yang didapatkan dari variabelvariabel yang terkait dengan durasi buang air besar, berikut akan dipaparkan
mengenai karakteristik subjek penelitian dan uji deskriptif statistik yang
digunakan. Karakteristik subjek antara lain meliputi Usia, jenis kelamin, jumlah
subjek yang ikut penelitian. Nilai uji deskriptif statistik yang digunakan adalah
nilai rata-rata (mean). Berikut adalah tabel yang memuat hasil analisis univariat.
Tabel 5.1
Karakteristik subjek
Variabel
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
5 -7 tahun
8 -10 tahun

Jumlah

Persentase (%)

10
19

34,48
65,52

14
15

48,26
51,74
27

Tabel 5.2
Nilai mean variabel tergantung
Variabel bebas
Posisi defekasi
1. Jongkok
2. Duduk
Jenis kelamin
1. Wanita
2. Pria
Usia
1. 5-7 tahun
2. 8-10 tahun

Rata-rata durasi defekasi

Nilai p
0,000(*) (x)

110,17 detik
155,38 detik
0,204(x)
127,47 detik
142,85 detik
0,484(x)
136,96 detik
128,87 detik

(*) = p<0,05 bermakna


(x) = uji t-independen
Dari tabel di atas dapat dilihat karakteristik subjek yang ikut penelitian yaitu yang
berjenis kelamin laki-laki berjumlah 10 orang (34,48%) dan yang berjenis
kelamin perempuan berjumlah 19 orang (65,52%). Dari perspektif variabel usia
yang dikelompokan menjadi 2 kelompok didapatkan subjek yang berusia 5-7
tahun berjumlah 14 orang (48,26%) dan subjek berusia 8-10 tahun berjumlah 15
orang (51,74%). Durasi defekasi dari masing-masing variabel bebas juga telah
dihitung rata-ratanya yaitu 110,17 detik untuk posisi jongkok dan 155,38 detik
untuk posisi duduk; 127,47 detik untuk wanita dan 142,85 detik untuk pria;

28

136,96 detik untuk kelompok usia 5-7 tahun dan 128,87 detik untuk kelompok
usia 8-10 tahun. Walaupun masing-masing variabel bebas menunjukan adanya
perbedaan dalam rerata durasi defekasi, namun perlu dicari hubungan antara
keduanya apakah variabel bebas benar-benar mempengeruhi variabel terikat atau
tidak.
Dari tabel juga dapat dilihat nilai p dari masing-masing variabel. Dapat
dilihat bahwa variabel posisi defekasi memiliki hubungan bermakna dengan
durasi defekasi, sedangkan usia dan jenis kelamin tidak memiliki hubungan
bermakna.
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan analisa univariat
Pada penelitian ini, subjek penelitian terdiri dari 19 orang anak perempuan
dan 10 orang anak laki-laki, perbedaan jumlah yang terlihat semata-mata
dikarenakan keinginan dari subjek wanita yang lebih untuk berpartisipasi dan
jumlah penghuni panti wanita yang lebih banyak dibandingkan laki-laki. Usia
subjek penelitian yang jumlah anaknya paling banyak adalah 10 tahun dan yang
paling rendah adalah 5 tahun, perbedaan jumlah ini disebabkan karena anak yang
berusia 10 tahun memiliki jam sekolah pada siang hari sehingga lebih mudah
untuk diikutkan dalam penelitian, sedangkan subjek yang berusia 5 tahun banyak
yang tidak bersedia berpartisipasi karena faktor perasaan takut, sehingga
jumlahnya sedikit walaupun belum bersekolah.
Jika dilihat dari perbedaan rata-rata durasi defekasi dari masing-masing
variabel bebas yaitu posisi defekasi, usia dan jenis kelamin, terdapat perbedaan
yang cukup signifikan. Pertama, dari variabel posisi defekasi menunjukan
perbedaan 45,2 detik dari rata-rata durasi defekasi, di mana posisi jongkok
menghasilkan durasi yang lebih singkat. Hanya ada 4 subjek yang ternyata
memerlukan waktu defekasi lebih lama saat berjongkok, hal ini kemungkinan
29

disebabkan karena ada faktor lain yang mempengaruhi dari asupan cairan sampai
faktor psikologis subjek. Hasil perbedaan rata-rata durasi defekasi ini sejalan
dengan penelitian oleh Sikirov10 yang pada penelitian terdahulunya mendapati
perbedaan rata-rata durasi defekasi sebesar 78,6 detik di mana posisi jongkok
menghasilkan rata-rata durasi yang lebih singkat dibandingkan posisi duduk pada
ketinggian 40 cm. Hasil penelitian ini juga membuktikan kebenaran teori yang
mengatakan bahwa semakin fleksi posisi sendi panggul seseorang, semakin rileks
otot puborektalis, semakin lurus juga sudut dari sudut anorektal sehingga
mempermudah ekskresi feses. Perbedaan selisih rata-rata durasi defekasi antara
penelitian ini dengan penelitian terdahulu sebesar 33,4 detik, bukan hanya
selisihnya saja yang berbeda tetapi jika ditelaah lebih jauh rata-rata durasi
defekasi pada penelitian ini lebih lama dibandingkan penelitian terdahulu pada
posisi jongkok maupun duduk. Perbedaan ini bisa disebabkan karena pengaruh
banyak hal seperti perbedaan diet, usia dan jenis kelamin. Kedua, jika dilihat dari
variabel usia, di mana terdapat perbedaan rata-rata sebesar 8,08 detik di mana
anak dengan kelompok usia 5-7 tahun memiliki durasi rata-rata yang lebih lama
dibandingkan dengan kelompok usia 8-10 tahun, ternyata jika hanya dilihat dari
perbedaan nilai rata-rata durasi tanpa memperhatikan hubungan antar variabel
maka hal ini tidak sejalan dengan analisa yang dilakukan oleh Lewis et al 32 , pada
analisa tersebut dikatakan bahwa anak dengan usia yang lebih besar biasanya
lebih sulit melakukan defekasi karena aktivitas bermain, olahraga yang meningkat
dapat menghilangkan rasa ingin buang air besar. Keadaan ini cocok dengan yang
didapatkan oleh peneliti di lapangan bahwa anak pada kelompok usia 8-10 tahun
lebih banyak melakukan kegiatan bermain yang mungkin dapat membuat anak
lupa akan rasa ingin buang air besar. Alasan dari berbedanya hasil penelitian ini
dengan analisa terdahulu karena banyak faktor lain yang mempengaruhi dan juga
hasil analisa bivariat penelitian ini yang menunjukan tidak ada hubungan yang
bermakna antara usia dan durasi defekasi. Ketiga, dilihat dari variabel jenis
kelamin, di mana terdapat perbedaan rata-rata durasi sebesar 15,38 detik di mana
anak berjenis kelamin laki-laki memiliki durasi defekasi yang lebih lama
dibandingkan anak berjenis kelamin perempuan, fenomena ini kemungkinan bisa
30

dijelaskan dengan penelitian prospektif yang dilakukan oleh Yik et al33 mengenai
tachykinin (substansia p) dan neurokinin yang merupakan protein yang memediasi
gerakan peristaltik dari sistem gastrointestinal. Pada penelitian tersebut dilakukan
pemeriksaan biopsi pada kolon transversus bagian kanan, kolon transversus
bagian kiri dan kolon sigmoid, dan hasilnya adalah lebih banyak anak perempuan
yang mengalami penurunan kandungan substansia p dibandingkan dengan anak
laki-laki. Jika melihat dari hasil penelitian tersebut dan aspek substansia p saja
maka seharusnya anak perempuan memiliki kemampuan peristaltik sistem
gastrointestinal yang lebih buruk dibandingkan pria, namun pada penelitian ini
jika dilihat dari durasi defekasinya ternyata laki-laki memiliki kemampuan
peristaltik gastrointestinal yang lebih buruk walaupun tidak bermakna secara
statistik.
6.2 Pembahasan analisa bivariat
Pada hasil penelitian, didapatkan adanya hubungan yang kuat dan
signifikan antara posisi defekasi dengan durasi defekasi dengan nilai p = 0,000.
Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t independen karena masingmasing data pada penelitian ini tidak mempengaruhi data yang lainnya. Sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Sikirov, nilai p yang didapatkan saat itu juga
bernilai < 0,001.
Hasil penelitian ini juga mungkin dapat menjelaskan perbandingan antara
hasil penelitian yang dilakukan NICE34 (National Institute for Health and Care
Excellence) di Inggris dengan penelitian yang dilakukan Rajindrajith et al 35 di Sri
Lanka, India. Pada penelitian oleh NICE di inggris didapatkan prevalensi
konstipasi pada anak mencapai 30% sedangkan di Sri Lanka didapatkan
prevalensi konstipasi anak usia sekolah adalah 10,7%. Selain karena perbedaan
metode penelitian, makanan atau sistem kesehatan antara keduanya, salah satu
faktor yang mungkin berpengaruh adalah pada negara berkembang seperti India,
masih banyak orang yang berjongkok saat berdefekasi, lain halnya dengan negaranegara di benua Eropa yang sejak abad ke 19 banyak menggunakan toilet duduk

31

dengan alasan kebersihan, meskipun konstipasi sebenarnya tidak menunjukan


hubungannya secara langsung dengan lamanya defekasi, tapi masih dapat
mencerminkan suatu hubungan yang erat karena ada teori yang kuat dan sudah
banyak dikenal yang mendasarinya. Penelitian klasik yang dilakukan oleh Burkitt
et al di Afrika menyatakan 8 penyakit berprevalensi tinggi di Amerika Serikat
yang salah satunya adalah penyakit hemorroid ternyata memiliki prevalensi sangat
rendah di Afrika yang saat itu masih sangat primitif dan kecil kemungkinannya
menggunakan toilet duduk dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini juga menginvestigasi hubungan antara jenis kelamin dan usia
dengan durasi defekasi, namun tidak ditemukan adanya hubungan antara
keduanya dengan nilai p = 0,204 untuk variabel jenis kelamin dan 0,484 untuk
variabel usia walaupun sudah ada penelitian di Korea oleh Jun et al 36 yang
menunjukan bahwa wanita lebih banyak yang mengalami konstipasi, jadi bisa
diasumsikan bahwa faktor yang menyebabkan wanita lebih banyak mengalami
konstipasi bukan durasi defekasi yang lama.
Variabel usia pada penelitian ini berkisar antara 5-10 tahun, rentang yang
terlalu kecil ini yang kemungkinan menyebabkan tidak bermaknanya usia
terhadap durasi defekasi, karena pada rentang yang terlalu kecil banyak kesamaan
antar subjek dari segi sosiodemografi maupun diet dan aktivitas fisik. Minimnya
perbedaan ini kemungkinan adalah hal yang menyebabkan hipotesis 0 (H0)
menjadi diterima.
Kelebihan dari penelitian ini adalah tingkat homogenitas subjek yang
tinggi, di mana tingkat homogenitas ini menjadi faktor yang dapat menyingkirkan
variabel perancu. Sedangkan kelemahan dari penelitian ini di antaranya adalah
waktu penelitian yang singkat dan peneliti harus mengikuti kuliah sambil
menjalankan penelitian sehingga peneliti meminta bantuan dari pihak panti asuhan
dalam proses pengambilan data.

32

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Tidak didapati adanya hubungan antara usia dengan durasi buang air besar
2. Tidak didapati adanya hubungan antara jenis kelamin dengan durasi buang air
besar.
3. Ada hubungan antara posisi defekasi dengan durasi buang air besar.
7.2 Saran
7.2.1 Bagi institusi panti asuhan
Disarankan pada institusi panti asuhan untuk lebih memperhatikan
kesehatan pencernaan dari para penghuni panti terutama anak-anak. Perubahan
posisi defekasi dapat dilakukan sebagai salah satu usaha dengan mengganti
sebagian toilet duduk menjadi jongkok sambil tetap memperhatikan konsumsi
makanan berserat dan melakukan aktivitas olahraga secara teratur.
7.2.2 Bagi populasi penelitian

33

Disarankan agar populasi penelitian yaitu anak usia sekolah dasar untuk
lebih belajar memahami mengenai pencernaan manusia melalui pelajaran di
sekolah agar dapat mengerti lebih jauh lagi mengenai kesehatan pencernaan.
7.2.3 Bagi peneliti
Disarankan kepada para peneliti agar membuat penelitian prospektif yang
dapat menunjukan hubungan langsung antara kebiasaan defekasi jongkok dengan
prevalensi terjadinya konstipasi yang masih belum dapat diketahui dari penelitian
ini.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Sian H. NICES first guideline on idiopathic childhood constipation aims

2.

to standardise practice. Nurs Times 2010; 106:14.


Misra S, Lee A, Gensel K JPEN, J Parenter Enteral Nutr; Mar/Apr 2006;

3.

30, 2; ProQuest: 81-3


Skelton J A, Cook S R, Auinger P, Klein J, Barlow S. Prevalence and trend
of severe obesity among US children and adolescents. Acad Pediatr 2009;

4.

9: 322-4
Khan S, Campo J, Bridge A J, Chiappetta L C, Wald A, Lorenzo C. Long
term outcome of functional childhood constipation. Dig Dis Sci 2007

5.
6.

52:649.
Croffie J M. Constipation in children. Indian J Pediatr 2006; 73 : 697-701
An J S, Cooney T M. Psychological Well Being in Mid to Late Life: The
role of generativity development and parent-child relationships across the

life span. Int. J. Behav. Dev 2006; 30: 41021


7.
Inan M. Childhood constipation and diet. Pediatr Health 2009; 3: 3538
8. Schmier J K, Miller P E, Levine J A, Perez V, Maki K, Rains T. Cost
savings of reduced constipation rates attributed to increased dietary fiber
intakes: a decision-analytic model. BMC Public Health 2014; 14:374
9. Leung F W. Etiologic factor of chronic constipation-review of the
scientific evidence. Dig Dis Sci 2007; 52: 313-6.
10. Sikirov D. Comparison of straining during defecation in three positions:
result and implication for human health. Dig Dis Sci 2003. 48: 1201-5.
34

11. Cohn A. Clinical features, psychological issues and management of


constipation in childhood. Nurs Child Young People 2010; 23: 28-35.
12. Snell R S. Clinical anatomy. 7thed. Pennsylvania: Lippincott Williams &
Wilkins; 2004.p.216-7
13. Casey G. Constipation: motility and gut. Kai Tiaki Nurs N Z 2013; 19: 204.
14. Palit S, Lunnis P J, Scott S M. The physiology of human defecation. Dig
Dis Sci (2012) 57:144564
15. Berridge M J. Smooth muscle cell calcium activation mechanism. J
Physiol 2008; 586: 504761.
16. Rasquin A, Lorenzo C, Forbes D, Guiraldes E, Hyams J, Staiano A.
Childhood

functional

gastrointestinal

disorders:

child/adolescent.

Gastroenterol 2006;130:152737.
17. Afzal N A, Tighe M P, Thomson M A. Constipation in children. Ital J
Pediatr 2011; 37: 28-9
18. Nurko S, Scott S. Coexistence of constipation and incontinence in children
and adults. Best Pract Res Clin Gastroenterol 2011; 25: 29-41
19. Marloes E, Bongers, van Wijk M, Reitsma J, Benninga M A. Long term
prognosis for childhood constipation: clinical outcomes in adulthood.
Pediatr 2010;10:1542-3
20. Actis G C, Rosina F, Mackay I R. Inflammatory bowel disease: beyond the
boundaries of the bowel. Expert Rev. Gastroenterol. Hepatol 2011; 5: 40110
21. Rogers J. Assessment, prevention and treatment of constipation in
children. Nurs Stand 2012; 26: 46-52.
22. Nick N, Rebecca W. Education key in tackling childhood constipation.The
Prac 2010; 254: 22-6
23. Stovel J. Constipation in children. Pharm Pract 2010; 26: 36-47.
24. Kinservik M A, Friedhoff M M. The efficacy and safety of polyethylene
glycol 33350 in the treatment of constipation in children. Pediatr Nurs
2004; 30: 232-4
25. Pace M R, Catalano P, Caruso A M, Bommarito D, Alessandra Casuccio,
Cimador M, et al. Is rectal disimpaction always necessary in children with
chronic constipation? evaluation with pelvic ultrasound. Pediatr Surg Int
2010; 26: 601-6

35

26. Popkin B M, DAnci K E, Rosenberg I H. Water, Hydration and health.


Nutr Rev 2010; 68: 439-58.
27. Huang R, Ho S Y, Lo W S, Lam T H. Physical activity and constipation in
Hong Kong adolescents. PloS ONE 2014; 9: e90193.
28. Stoker J. Anorectal and pelvic floor anatomy. Best Pract

Res Clin

Gastroenterol 2009; 23: 46375


29. Chang L. Raising the Bar in the Management of Chronic Idiopathic
Constipation: Evaluating Current and Novel Treatment Modalities for
Chronic Idiopathic Constipation. [accessed September 1st 2014]. Available
at: http://www.medscape.org/viewarticle/544467_4
30. World Health Organization. Diarrheal Disease. [updated April 2013].
[accessed

September

1st

2014].

Available

at:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/
31. Mayoclinic Staff. Diseases and Condition: Constipation. [updated August
31st

2013].

[accessed

September

1st

2014].

Available

at:

http://www.mayoclinic.org/diseasesconditions/constipation/basics/definition/con-20032773
32. Lewis L G, Rudolph C D, Practical Approach to Defecation Disorders in
Children. Pediatric Annals 1997; 26: 260-8
33. Yik Y I, Farmer P J, King S K, Chow C W, Hutson J M, Southwell B R.
Gender differences in reduced substance P in children with slow transit
constipation. Pediatr Surg Int 2011; 27: 699-704
34.

Sian H. NICE's first guideline on idiopathic childhood constipation


aims to standardise practice. Nursing Times 2010; 106: 14-6

35.

Rajindrajith S, Devanarayana N M, Adikhari C, Pannala W.


Prevalence of functional gastrointestinal diseases in a cohort of
sri lankan adolescents: comparison between Rome II and Rome III
criteria. J Trop Pediatr 2011; 57: 34-9

36.

Jun D W, Park H Y, Lee O Y, Lee H L, Yoon B C, Choi H S, et al. A


population-based study on bowel habits in korean community:

36

prevalence

of

functional

constipation

and

self

reported

constipation. Dig Dis Sci 2006; 51: 1471-7

37

Lampiran 2
INFORMED CONSENT

Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan lamanya waktu yang


diperlukan untuk buang air besar pada posisi duduk dengan posisi jongkok.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakat luas
mengenai kesehatan pencernaan.
Oleh karena itu saya memerlukan partisipasi anak saudara/i dalam
penelitian ini. Jika saudara/i bersedia saya akan melakukan wawancara dan jika
dari hasil wawancara tersebut anak saudara/i memenuhi persyaratan untuk ikut
penelitian. Selanjutnya saya minta kesediaan anak saudara/i untuk dilakukan
pengukuran waktu saat anak saudara/i buang air besar. Pengukuran dilakukan dua
kali dalam posisi yang berbeda yaitu jongkok dan duduk. Identitas dan semua data
mengenai anak saudara/i akan dirahasiakan dan hanya dipakai untuk kepentingan
penelitian. Jika di tengah penelitian anak saudara/i tidak ingin melanjutkan maka
anak saudara/i dipersilahkan mengundurkan diri setiap saat dan tidak akan
dikenakan sanksi apapun.
Jika saudara/i bersedia untuk ikut menjadi responden dalam penelitian ini,
maka saya meminta kesediaan saudara/i untuk menandatangani formulir
persetujuan di bawah ini.
Jakarta.......................... 20....

38

FORMULIR PERSETUJUAN
Semua penjelasan di atas telah disampaikan dan telah saya pahami. Dengan
menandatangani formulir ini saya MENGIZINKAN ANAK SECARA
SUKARELA untuk ikut dalam penelitian ini

Nama peserta penelitian

Tanda tangan

Tanggal

39

Lampiran 3
Pembiayaan Penelitian
Alat
Stopwatch
Print kuesioner
Fotokopi kuesioner
Bensin transport

Harga
2 buah @ Rp.20.000,00
1 buah @ Rp.1.000,00
30 buah @ Rp.150,00
75 liter @ Rp.6500,00
Total Biaya = Rp.533.000,00
Tabel 4.2
Biaya Penelitian

Lampiran 4
40

HASIL DATA RESPONDEN

Nomor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Posisi
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2

Umur
10 tahun
10 tahun
10 tahun
10 tahun
7 tahun
7 tahun
9 tahun
9 tahun
6 tahun
6 tahun
7 tahun
7 tahun
6 tahun
6 tahun
10 tahun
10 tahun
10 tahun
10 tahun
5 tahun
5 tahun
6 tahun
6 tahun
10 tahun
10 tahun
8 tahun
8 tahun
7 tahun
7 tahun
6 tahun
6 tahun
9 tahun
9 tahun
10 tahun
10 tahun
8 tahun
8 tahun
6 tahun
6 tahun

Jenis
kelamin
P
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p
p

Waktu
132s
81s
120s
103s
30s
63s
163s
132s
189s
108s
118s
95s
158s
90s
146s
122s
105s
134s
120s
105s
189s
108s
132s
94s
122s
77s
138s
80s
210s
151s
93s
109s
199s
144s
217s
148s
176s
143s

Keterangan
lebih lambat
lebih cepat
lebih lambat
lebih cepat
lebih cepat
lebih lambat
lebih lambat
lebih cepat
lebih lambat
lebih cepat
lebih lambat
lebih cepat
lebih lambat
lebih cepat
lebih lambat
lebih cepat
lebih cepat
lebih lambat
lebih lambat
lebih cepat
lebih lambat
lebih cepat
lebih lambat
lebih cepat
lebih lambat
lebih cepat
lebih lambat
lebih cepat
lebih lambat
lebih cepat
lebih cepat
lebih lambat
lebih lambat
lebih cepat
lebih lambat
lebih cepat
lebih lambat
lebih cepat
41

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2

9 tahun
9 tahun
10 tahun
10 tahun
6 tahun
6 tahun
6 tahun
6 tahun
8 tahun
8 tahun
5 tahun
5 tahun
7 tahun
7 tahun
10 tahun
10 tahun
5 tahun
5 tahun
8 tahun
8 tahun

L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L

143s
83s
126s
95s
160s
74s
148s
131s
140s
152s
222s
134s
191s
156s
178s
88s
252s
96s
189s
99s

lebih lambat
lebih cepat
lebih lambat
lebih cepat
lebih lambat
lebih cepat
lebih lambat
lebih cepat
lebih cepat
lebih lambat
lebih lambat
lebih cepat
lebih lambat
lebih cepat
lebih lambat
lebih cepat
lebih lambat
lebih cepat
lebih lambat
lebih cepat

Lampiran 5

42

HASIL ANALISIS SPSS

43

Lampiran 6
Surat Pernyataan Kontribusi Kepengarangan
Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan telah berkontribusi dalam
hal:
(Pilihlah/lingkarilah sesuai dengan kontribusi penulis dalam manuskrip)
i.

Menyusun konsep

ii.

Menyusun rancangan penelitian

iii.

Pengumpulan data

iv.

Analisis data

v.

Interpretasi data

vi.

Penanggung jawab pengumpulan data di lapangan

vii.

Mempersiapkan makalah
44

viii.

Merevisi makalah akhir untuk dipublikasi (final approval of the version to


be published)

Judul manuskrip:
Hubungan Antara Posisi Defekasi dengan Durasi Defekasi Pada Anak Usia 5-10
Tahun
Yang akan dipublikasi di repositori Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Jakarta,...................................

(Kiki Stefanus Jioe)

45

Anda mungkin juga menyukai